You are on page 1of 5

1

Permasalahan
Fakir Miskin Akankah Berkurang??
Sudah hal yang lumrah sepertinya bagi kita mendengar bahwa penduduk Indonesia
banyak berpenghuni warga Iakir miskin, itu bisa dilihat ketika kita berjalan khususnya di
kota-kota, banyak pengemis, pengamen (anak jalanan).
Dari data 2011 (ter Update ) yang diperoleh Jumlah masyarakat Indonesia yang tergolong
miskin saat ini mencapai kurang lebih 31 juta jiwa atau sekitar 13,33 persen dari jumlah total
penduduk di Indonesia. Masih banyaknya masyarakat Indonesia yang miskin ini kami berpendapat
merupakan cerminan dari bentuk ketidakIokusan pemerintah dalam memerangi kemiskinan yang
sejatinya menjadi tugas utama.
Kemiskinan merupakan masalah strategis dihadapi bangsa ini karena menyangkut nasib hidup
rakyat dan perlu kebijakan konkret dalam penanganan.
Rentetan bencana. Mulai gempa dan gelombang tsunami di Aceh, gempa tektonik Jogjakarta -
Jateng dan musibah banjir di beberapa daerah, lumpur Lapindo. Musibah alam ini, gemapa dan
sebagainya Ini merupakan salah satu yang bisa jadi salah satu akibat semakin bertambah angka
kemiskinan di negara Indoneasia ini.
Ketika ada musibah gemapa, dll. Kami mengakui Pemerintah berusaha membantu meringankan
korban bencana melalui kegiatan pembangunan seperti pembenahan sarana inIrastruktur, relokasi
korban gempa, pembangunan jalan, jembatan, irigasi pertanian dan pembangunan sarana umum
penting lainnya. Di samping upaya pemulihan Iisik pembangunan, pemerintah bersama lembaga
sosial dan masyarakat membantu trapi psikologis bagi korban bencana terutama usia anak.
Konsekuensi logis dari musibah alam yang menimpa republik ini tidak hanya menjadi beban
pemerintah dan masyarakat korban gempa, lebih dari itu adalah meningkatnya jumlah penduduk
miskin. Saat ini mungkin belum ada penelitian khusus dari lembaga sosial maupun pemerintah
tentang peningkatan jumlah penduduk miskin pascagempa, atau musibah alam yang terjadi.




2

Pembahasan
Pasal 34 ayat 1 berbunyi 'Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara negara. Sudahkah pasal
ini dilaksanakan? atau hanya sekedar ayat dalam kitab yang lusuh?
Permasalahan sosial Iakir miskin seperti pengamen, pengemis, anak jalanan dan pengasong
merupakan masalah klasik di negeri ini. masalah yang sudah ada dari jaman purba namun belum juga
bisa teratasi hingga detik ini. Janji pemerintah untuk mengurus Iakir miskin dan anak terlantar hanya
cukup jadi pengisi Undang-Undang Dasar. Yang lantas terjadi malah pemerintah menciptakan Iakir-
miskin dan anak terlantar baru dengan beberapa kebijakannya.
Lebih lucunya lagi, tindakan yang dilakukan aparat pemerintah berlawanan dengan makna
pasal ini. Anda tentu sudah sering mendengar cerita ketika anak jalanan a.k.a anak terlantar diciduk
dan diperlakukan kasar oleh aparat. Saya jadi mengira bagi mereka memelihara mungkin sama artinya
dengan memukul dan menyiksa. bukan hal yang baru jika para anak terlantar ini dipukuli di markas
aparat sana. Bukan hal yang baru pula jika para Iakir miskin yang berusaha kecil-kecilan lantas
tergaruk yang ujungnya selain dagangan dirampas juga harus membayar sejumlah uang pada yang
berwenang.
Menteri Sosial RI Salim Segaf Al 1ufri mengatakan perlu adanya pengaturan yang tegas dalam
penentuan lembaga berwenang melakukan pendataan Iakir miskin dan penanggung jawab
pelaksanaan penanganan Iakir miskin. Selain itu, diperlukan uniIikasi data sebagai basis data terpadu
yang dapat digunakan oleh semua sektor.
'Dalam hal pendataan Iakir miskin perlu pula dilakukan sinkronisasi pengaturan dengan
pendataan dan penetapan Iakir miskin sebagaimana yang akan diatur dalam pengaturan pelaksanaan
dari UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, kata Mensos Salim AsegaI
saat pembasahan Rancangan Undang-undang tentang Penanganan Fakir miskin dalam Rapat Kerja
(Raker) dengan Komisi VIII digedung DPR RI Jakarta, Rabu (2/3).
Menurutnya, dalam RUU tentang penanganan Iakir miskin belum ada pengaturan yang jelas
mengenai penanggung jawab pelaksanaan penanganan Iakir miskin. Untuk itu pemerintah
mengusulkan perlu adanya pengaturan yang didasarkan pada lingkup wilayah, yaitu untuk tingkat
nasional penanggung jawabannya Menteri Sosial, tingkat provinsi Gubernur, tingkat kabupaten/kota
penanggung jawabnya Bupati dan Walikota.
Mengenai sumber pendanaan bagi penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana diatur
dalam UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, pemerintah berpandangan untuk
menghapus materi pengaturan sumber pendanaan Iakir miskin dari RUU ini dengan pertimbangan
menghindari tumpang tindih atau duplikasi pengaturan. Namun, apabila diperlukan adanya
3

pengaturan sumber pendanaan bagi Iakir miskin, diusulkan agar pengaturan sumber dana Iakir miskin
tidak bersiIat umum, tapi dari sumber yang khusus.
Mensos menambahkan pengaturan ketentuan pidana dalam RUU tentang penanganan Iakir
miskin perlu pencermatan kembali, karena delik pidana yang bersiIat umum, yaitu pemalsuaan dan
penyalahgunaan, telah diatur dalam KUHP. Sebaiknya, bab ketentuan pidana tidak diatur dalam RUU
tentang Penanganan Fakir Miskin, karena delik pidana yang diatur dalam RUU ini sudah secara
otomatis tunduk pada ketentuan pidana yang diatur KUHP.
Kemudian mengenai deIinisi Fakir Miskin yang tercantum dalam RUU, pemerintah memandang
akan mengalami kesulitan dalam operasional, karena ada pembatasan deIinisi ini hanya didasarkan
pada mereka yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan pokok. Diusulkan
deIinisi Iakir miskin agar lebih operasional.
Sebagaimana tertulis dalam pembukaan UUD NRI 1945 bahwa pemerintah negara Indonesia
wajib melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan wajib pula
memajukan kesejahteraan umum serta mencerdaskan kehidupan bangsa maka disusunlah sebuah
peraturan yang mangatur mengenai penanganan Iakir miskin di Indonesia.
Pembukaan UUD NRI 1945 sendiri merupakan cita hukum dan sekaligus cita negara yang
disebutkan oleh ProI. Dr. Mr. Soepomo, bahwa suatu sistem pemerintahan tergantung pada Staatsidee
dan Rechtsidee yang dijadikan dasar pemerintahan tersebut. Mr. Soepomo menterjemahkan Staatsidee
ini dengan istilah dasar pengertian negara atau aliran pikiran negara. J. Oppenheim memberikan
makna staatsidee ini sebagai hakekat yang paling dalam dari negara de staats diepste wezen atau
kekuatan yang membentuk negara. Sehingga Perubahan pembukaan UUD NRI 1945 akan merubah
jatidiri suatu negara yang akan berakibat terwujudnya suatu negara yang lain. Oleh karenanya,
merupakan suatu keharusan jikalau mekanisme pengaturan mengenai penanganan Iakir miskin
tertuang pula dalam sistem hukum Indonesia yang dalam hal ini Undang-Undang.
Akan tetapi, melihat cita-cita hukum dan negara tersebut layaknyalah sebuah ide yang agung dan
mulia tersebut diwujudkan dalam norma peraturan yang memnuhi asas-asas umum pembentukan
aturan hukum yang baik . Salah satu asas umum pembentukan aturan hukum yang baik adalah asas
dapat dilaksanakan yang tertuang juga di dalam Pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Menjadi sebuah pokok pertanyaan bersama apakah
dibentuknya aturan mengenai penanganan Iakir miskin dapat menjadi sebuah aturan yang memenuhi
asas dapat dilaksanakan? Bukan saja menjadi sebuah aturan pajangan macan kertas dan undang-
undang yang bertujuan untuk sekedar menjadi pelicin bagi sebuah kementerian menggondol` uang
dengan alasan penanganan Iakir miskin.
4

$4lusi penanganan
UUD 1945 pasal 34 ayat 1 mengamanatkan, Iakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
negara. Pengertian dipelihara negara dalam penjelasan UUD sama dengan tanggungjawab negara
melindungi dan memelihara Iakir miskin dan anak telantar. Berpijak dari hukum dasar negara tersebut
adalah kewajiban pemerintah mencari strategi eIektiI penanganan kemiskinan.
Kemiskinan merupakan masalah strategis dihadapi bangsa ini, karena menyangkut nasib hidup
rakyat dan perlu kebijakan konkret dalam penanganan. Agar penanganan kemiskinan terarah dan
berkelanjutan hingga menjadi tanggungjawab seluruh warga negara, saatnya republik tercinta ini
memiliki Undang Undang Penanganan Kemiskinan. UU ini bisa memuat pokok dasar penanganan
kemiskinan, penangulangan bencana alam, tatacara penggalangan bantuan dan penyaluran bantuan
bagi korban bencana.
Sebagai tindak lanjut UU ini, pemerintah bisa membuat Peraturan Pemerintah (PP) tentang
Penanganan Kemiskinan sebagai peraturan pelaksana UU. Bila UU dan PP penanganan kemiskinan
sudah dimiliki, langkah selanjutnya departemen terkait bisa merancang standarisasi pedoman
penanganan kemiskinan nasional. Di tingkat daerah, gubernur, bupati dan walikota menindaklanjuti
dengan membuat peraturan daerah (perda) tentang penanganan kemiskinan sesuai kondisi daerah
masing-masing dengan mengacu standarisasi pusat.
Setelah penetapan standarisasi penanganan kemiskinan nasional, upaya pengentasan kemiskinan
dari pemerintah akan lebih eIektiI. Sebab, negara sudah memiliki pedoman baku dalam penanganan
kemiskinan nasional. Masalah manajemen penanganan kemiskinan, seperti tumpang tindih
penanganan, salah sasaran dalam pemberian bantuan dan masalah pengawasan departemen dan
instansi yang menangani bisa dihindari. Sebab, masing-masing departemen dan instansi teknis telah
memiliki acuan dasarnya.
Solusi mikro penanganan kemiskinan di tingkat daerah, pemerintah provinsi, kabupaten dan kota
bisa membentuk lembaga semacam dinas, tetapi bukan dinas sosial. Dinas ini khusus menangani
kemiskinan dan bantuan terhadap korban bencana alam. Keberadaan dinas ini sangat penting, sebab
selama ini penanganan kemiskinan di tingkat daerah terkesan tumpang tindih. Hal ini berdampak
terhadap keterlambatan pemerintah dalam melakukan penanganan dan pemberian bantuan bagi
masyarakat miskin



3

$PULAN
Meskipun DPR lewat Komisi VIII, mengambil ini siatiI dengan, membuat UU tentang
penanganan Iakir miskin. Yang tujuannya, agar pemerintah, melalui Kementerian Sosial bisa Iokus
terhadap Iakir miskin dan pemerintah memiliki payung yang kuat untuk itu, yaitu UU. Namun lagi-
lagi, UU hanyalah UU, pelaksanaannya sangat bergantung pada pemerintah, serius atau tidak, mau
atau tidak.
Di akhir tulisan ini kami menyarankan, pemerintah perlu mengevaluasi kebijakan yang
ditetapkan misalnya pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dilakukan. Sebab, program
sosial ini kurang mendidik masyarakat untuk berusaha hidup mandiri, di samping dalam
pelaksanaanya ditemukan beragam masalah. Program BLT bisa diganti dengan kegiatan lain yang
bersiIat lebih mikro salah satunya dengan cara menghidupkan kembali program padat karya di bidang
pendidikan, pekerjaan umum dan kesehatan, menumbuhkan koperasi koperasi didaerah-daerah yang
masih rawan dengan kemiskinan
Kami menghimbau untuk seluruh warga di Indonesia agar rasa kesetiakawanan sosial harus
ditumbuhkan misalnya saja dengan memberi sebagian harta kita untuk masyarakat kita yang sedang
bernasib miskin
ukum slam menyatakan bahwa bagi 4rang yang cukup hartanya maka diwajibkan atas
dia untuk menyisihkan hartanya. $ebagaimana tertulis dalam surat Al-a`arij ayat 24-25:
dan 4rang-4rang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu, bagi 4rang (miskin)
yang meminta dan tidak meminta.
ualam suraL lnl dlsebuLkan bagl orang yang memlnLamlnLa aLaupun orang yang
membuLuhkan LeLapl Lldak memlnLa secara langsung karena malu Sehlngga menuruL
Alquran mengemls aLau memlnLamlnLa lLu dlperbolehkan dengan caLaLan karena
alasan kebuLuhan bagl orang yang benarbenar mlskln
Ada dua macam orang yang berhak mendapaLkan banLuan yalLu orang faklr orang
yang kesullLan memenuhl kebuLuhan hldup seharlharl dan orang mlskln orang yang
maslh mampu beker[a LeLapl maslh kekurangan Maka kewa[lban klLa sebagal musllm
unLuk memberlkan banLuan LeruLama bagl kerabaL dekaL klLa yang membuLuhkan
Memberl dan menolong adalah sebaglan darl lman Panya sa[a memberlkan
banLuan pun ada baLasannya [anganlah berleblhan dalam memberlkan sedekah
PadlLs rlwayaL 8ukhorl menyebuLkan bahwa memberlkan makanan lLu baglan darl
kelmanan Maksudnya klLa sebagal musllm dapaL memberlkan manfaaL unLuk orang
laln 8asulullah SAW [uga menga[arkan klLa unLuk clnLa kepada sesama 1ldak
sempurnalah orang berlman [lka dla Lldak menclnLal sesamanya seperLl dla menclnLal
dlrlnya sendlrl karena lLu dalam lslam Lldak ada masalah dengan slkap masyarakaL
yang serlng bersedekah secara langsung kepada pengemls dl Mas[ld Salman l18
usLadz Andrl Mulyadl menerangkan nlaL klLa memang unLuk memberl !lka apa
yang klLa berlkan kemudlan dlsalahgunakan lLu adalah urusan mereka dengan Allah

You might also like