You are on page 1of 17

Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.

ionv 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengelolaan merupakan upaya menata sumber daya agar organisasi
terwujud secara produktiI. Sedangkan kurikulum berkaitan dengan sesuatu yang
dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan yang dilakukan, termasuk
kegiatan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Kurikulum yang dibuat oleh pemerintah adalah kurikulum standar
nasional. Dalam implementasinya, sekolah dapat memperdaya, memperkaya, dan
memodiIikasi kurikulum yang telah dibuat pemerintah pusat dan tentunya tetap
pada koridor yang ditentukan pemerintah dalam artian tidak boleh mengurangi isi
kurikulum yang berlaku secara nasional.
Dalam hal pengelolaan kurikulum pada sekolah kategori mandiri/standar
nasional, kurikulum yang dapat digunakan adalah kurikulum yang disusun satuan
pendidikan atau lebih dikenal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dengan pengorganisasian materi kurikulum dibuat menjadi materi umum/wajib
dan materi khusus/pilihan. Bentuk pengelolaan yang sesuai adalah kurikulum
yang disusun menggunakan pendekatan satuan kredit semester.
Penerepan satuan kredit semester (SKS) pada sekolah kategori mandiri
(SKM)/sekolah standar nasional (SSN) memang tergolong baru. Sistem belajar
yang diterapkan di perguruan tinggi ini dicoba diterapkan di sekolah yang sudah
kategori mandiri dan standar nasional. Dalam PP No. 19 tahun 2005 pun
dijelaskan sekolah standar nasional dimungkinkan untuk menarapkan SKS.
Namun tentunya dengan diberlakukan SKS ini diharapkan mutu
pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik dan dapat bersaing secara global
dengan negara-negara maju.

Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv 2

1.2 #:2:8an Ma8alah



1. Pengertian sekolah standar nasional?
2. Apa saja Karakteristik Sekolah Standar Nasional?
3. Apa saja tahapan pengelolaan kurikulum?
4. Bagaimana proses pengelolaan kurikulum pada sekolah kategori
mandiri/standar nasional (SSN)?

1.3 T::an pen:li8an

- Untuk mengetahui dan memberikan inIormasi bagaimana konsep,
pengertian, dan karakteristik sekolah standar nasional.
- Untuk mengetahui dan memberikan inIormasi mengenai tahapan-
tahapan pengelolaan kurikulum.
- Untuk mengetahui dan memberikan inIormasi mengenai proses
pengelolaan kurikulum pada sekolah yang berstandar nasional.

1.4 Manfaat Pen:li8an
- Agar kita bisa memahami dan mengerti mengenai pengelolaan
kurikulum.
- Semoga dengan penulisan makalah ini kita dapat mengetahui lebih
lanjut mengenai proses pengelolaan kurikulum di sekolah standar
nasional (SSN).

1.5 Metode Pen:li8an



Metode penulisan kami lakukan dengan metode kepustakaan dan browsing
dari internet.

Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv

BAB II
KA1IAN TEO#I

2.1 Pengertian K:rik:l:2

Pasal 1 butir 19 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada hakekatnya sendiri, pelajaran itu
sendiri merupakan suatu pengalaman masa lampau yang memberi pengaruh
berarti dalam pengembangan ilmu, moral, sikap, dan perilaku individu di masa
yang aka datang. Kurikulum nasional yang bersiIat minimal pada dasarnya dapat
dimodiIikasi untuk melayani kebutuhan siswa yang memiliki kecerdasan dan
kemampuan luar biasa.

2.2 Kon8ep Sekolah Standar Na8ional
Penjelasan PP No. 19 Tahun 2005 pasal 11 ayat 2 menyebutkan bahwa
pemerintah mengkategorikan sekolah/madrasah yang telah atau hampir memenuhi
standar nasional ke dalam kategori mandiri. Penjelasan selanjutnya menyebutkan
bahwa sekolah kategori mandiri (SKM) harus menerapkan sistem kredit semester
(SKS). SKS adalah salah satu sistem penerapan program pendidikan yang
menempatkan peserta didik sebagai subyek. Pembelajaran berpusat pada peserta
didik, yaitu bagaimana peserta didik belajar. Peserta didik diberi kebebasan untuk
merencanakan kegiatan belajarnya sesuai dengan minat, kemampuan, dan harapan
masing-masing (Chandramohan, 2006).
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan
bahwa sistem kredit semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan
yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang
diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Mengacu pada konsep tersebut,
Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv !

SKS dapat diterapkan untuk menunjang realisasi konsep belajar tuntas yang
digunakan dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Pada Sistem Kredit Semester, setiap satu satuan kredit semester (1 SKS) berbobot
dua jam kegiatan pembelajaran per minggu selama 16 minggu per semester. Pada
SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, satu jam kegiatan
tatap muka berlangsung selama 45 menit, sedangkan 25 menit kegiatan terstruktur
dan 25 menit kegiatan mandiri.
Dengan demikian, penerapan SKS pada KTSP perlu dilakukan
penyesuaian dengan menggunakan pendekatan pembelajaran tuntas di mana
satuan kegiatan belajar peserta didik tidak diukur berdasarkan lama waktu
kegiatan per minggu-semester tetapi pada satuan (unit) kompetensi yang dicapai.



















Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv

BAB III
PEMBAHASAN

3.1Pengertian Sekolah Standar Na8ional

Sekolah Kategori Mandiri (SKM)/Sekolah Standar Nasional (SSN) adalah
sekolah yang hampir atau sudah memenuhi standar nasional pendidikan.
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar Nasional Pendidikan terdiri dari delapan standar yaitu standar isi, standar,
kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Pengertian masing-masing standar tersebut adalah:
a. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
b. Standar kompetensi lulusan adalah kualiIikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
c. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan Iisik maupun mental, serta pendidikan dalam
jabatan.
d. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
inIormasi dan komunikasi.
Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv

I. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan


dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar
tercapai eIisiensi dan eIektivitas penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya
biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
h. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik.

3.2 Karateri8tik SKM/SSN
Beberapa karakteristik Sekolah Standar Nasional adalah:
1. Kebulatan kurikulum dan beban belajar peserta didik dinyatakan dalam
satuan kredit semester (sks).
2. Kurikulum terdiri atas tiga kelompok mata pelajaran, yaitu pokok, pilihan
wajib dan pilihan bebas.
3. Mata pelajaran pokok harus diambil oleh semua peserta didik karena
mendasari pembentukan kemampuan umum yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari dan mendasari pembentukan kemampuan
akademik/proIesional yang akan menjadi karir sebagai sumber
penghidupan. Mata pelajaran wajib mencakup : Agama, Bahasa Indonesia,
PPKn, Matematika, IPA, IPS dan Olah Raga (pembentukan moral
beragama, berkomunikasi, matematik, IPA dan IPS).
4. Mata pelajaran pilihan wajib, yaitu :
a. Kelompok Agama yaitu Agama Islam, Agama Kristen, Agama Hindu,
dan Agama Budha sesuia dengan keyakinan masing-masing peserta
didik.
b. Kelompok Bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan bahasa
lain, bagi peserta didik yang akan melanjutkan ke pendidikan tinggi
dengan mengambil bidang sastra dan budaya.
Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv

c. Kelompok IPA, yaitu Kimia dan Biologi, bagi peserta didik yang akan
melanjutkan ke pendidikan tinggi dengan mengambil bidang
kedokteran, Iarmasi, biologi, pertanian, dan sejenisnya.
d. Kelompok Pasti, Matematika dan Fisika, bagi peserta didik yang akan
melanjutkan ke pendidikan tinggi dengan mengambil bidang rekayasa,
komputer, dan sejenisnya.
e. Kelompok IPS, yaitu PPKn, Ekonomi, Sosiologi dan Sejarah, bagi
peserta didik yang akan melanjutkan ke pendidikan tinggi dengan
mengambil bidang hukum, ekonomi, dan sejenisnya.
I. Kelompok Seni, bagi peserta didik yang akan melanjutkan ke
pendidikan tinggi dengan mengambil bidang seni.
g. Kelompok Keterampilan, bagi peserta didik yang mungkin terpaksa
akan masuk ke pasar kerja (tidak akan melanjutkan ke pendidikan
tinggi).
5. Mata pelajaran pilihan bebas, seperti teknologi inIormasi, keterampilan,
olah raga, dan seni. Peserta didik memilih beberapa mata pelajaran ini
sesuai dengan bakat dan kegiatan rekreatiI dan/atau sosial yang
diminatinya.
6. Peserta didik dinyatakan lulus bila telah menyelesaikan total kredit
minimal sebesar 120 sks yang terdiri atas matapelajaran wajib 40 sks
(Bahasa Indonesia 8 sks, Matematika 8 sks, IPA 8 sks, IPS 8 sks,
Pendidikan Olah Raga 4 sks dan Seni 4 sks), mata pelajaran pilihan
kelompok 40 sks, mata pelajaran pilihan bebas sebesar 40 sks.
7. Satu kredit semester terdiri dari 1 (satu) jam kegiatan tatap muka 45`, 25`
kegiatan terstruktur dan 25` kegiatan mandiri per minggu selama 16
minggu.
8. Kredit diberikan kepada peserta didik yang telah menyelesaikan proses
pembelajaran yang baik (bonafide) secara aktiI selama satu semester dan
telah mencapai standar kompetensi minimal yang ditetapkan (misal 75)
untuk semua mata pelajaran.
Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv

9. Pencapaian kompetensi diukur melalui tes kinerja yang dilakukan secara


terus menerus (.ontinuous) menggunakan metode pengamatan, pemberian
tugas dan ujian tulis.
10.Sekolah mengatur jadwal kegiatan pengganti bagi peserta didik yang pernah
absen dan mengatur jadwal kegiatan tambahan (remedi) pada kompetensi
dasar tertentu bagi peserta didik yang belum mencapai kompetensi minimal
yang sudah ditetapkan.
11.Peserta didik yang sudah mengikuti kegiatan tambahan namun tetap belum
mencapai skor (kompetensi) minimal pada mata pelajaran pokok/wajib
harus mengambil ulang pada semester berikutnya, sedangkan untuk mata
pelajaran pilihan bebas boleh mengganti dengan mata pelajaran lain pada
semester berikutnya.
12.Rumusan kompetensi mencakup penguasaan pengetahuan esensial,
konsep, keterampilan dan sikap; dan menetapkan batas minimal ketuntasan
(misal 70).
13.Sekolah dapat menyusun mata pelajaran prasyarat, bila dipandang perlu.
14.Sekolah membentuk tim pembahas (penasihat/pembimbing akademik)
yang bertugas menilai pencapaian kredit peserta didik sebagai dasar
sekolah menetapkan mata pelajaran yang dapat diambil setiap peserta
didik pada semester berikutnya (peserta didik dapat maju berkelanjutan).
15.Sekolah menunjuk satu orang guru sebagai petugas bimbingan akademik
untuk setiap kelompok maksimum 20 orang peserta didik untuk memberi
layanan konsultasi akademik secara individual kepada yang bersangkutan
dan/atau orang tuanya dalam rangka memecahkan masalah akademik yang
dihadapi dan menyusun rencana belajar peserta didik pada semester
berikutnya.
16.Sekolah mengkomunikasikan hasil pembahasan kemajuan belajar setiap
peserta didik tersebut kepada orang tua/wali sebelum diberikan kepada
peserta didik yang bersangkutan.
17.Peserta didik mengambil/menyusun rencana kegiatan belajar pada
semester I secara paket sesuai dengan ketentuan yang dibuat sekolah,
Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv ^

misal sebesar 20 SKS, sedangkan pada semester II dan seterusnya


berdasarkan indeks prestasi (IP) yang dicapai pada semester sebelumnya.
18.Peserta didik berprestasi tinggi dimungkinkan menyelesaikan belajar
dalam waktu kurang dari enam semester, sebaliknya peserta didik yang
memiliki kesulitan akademik harus memperoleh layanan khusus untuk
mengatasinya.
19.Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota merumuskan standar kompetensi mata
pelajaran secara jelas dan dapat dipahami dengan baik oleh semua pihak
terkait yang berlaku di semua sekolah, seperti mata pelajaran matematika,
Fisika, Kimia, Ekonomi dan Bahasa Inggris sehingga dimungkinkan
peserta didik pindah sekolah.
20.Sekolah harus menunjuk petugas khusus untuk mendata kemajuan belajar
setiap peserta didik. Data peserta didik yang bersangkutan dan program
pemecahannya harus didokumentasikan dengan baik dan dapat dibuka
setiap saat diperlukan.
21.Sekolah harus menyediakan layanan percepatan bagi peserta didik yang
mencapai kompetensi lebih cepat dari waktu standar.

3.3Tahapan Pengelolaan K:rik:l:2

Tahapan pengelolaan kurikulum di sekolah meliputi: (a) Perencanaan, (b)


Pengorganisasiaan dan koordinasi, (c)Pelaksanaan, (d)Pengendalian.
a. TahapPerencanaan
GBPP merupakan produk dari prencanaan kurikulum yang dijadikan panduan
bagi penyelenggara pendidikan di tingkat sekolah. Pada tingkat persekolahan
perencanaan kurikulum dimulai dari kajian terhadap GBPP yang dirinci ke
dalam rencana-rencana pembelajaran. Pada tahap ini kurikulum dijabarkan
sampai menjadi rencana pengajaran (RP). Untuk itu perlu dilakukan tahapan
sebagai berikut:
1. Menjabarkan GBPP menjadi Analisis Mata Pelajaran (AMP). Yang
paling pokok esensial atau biasanya yang sukar dipahami oleh siswa.
Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv 10

Pokok bahasan semacam ini diprioritaskan untuk dibahas secara tatap


muka kelas/ laboratorium. Pokok bahasan yang kurang esensial atau
mudah dipahami oleh siswa dapat dijadikan tugas/ pekerjaan rumah.
2. Berdasarkan kalender pendidikan dari Dinas Pendidikan, sekolah harus
menghitung hari kerja eIektiI dan jam pelajaran eIektiI untuk setiap
mata pelajaran, memperhitungkan hari libur, hari untuk ulangan dan
hari-hari tidak eIektiI.
3. Menyusun Program Tahunan (Prota). Dalam mengisi prota yang
penting adalah membandingkan jumlah jam eIektiI dengan alokasi
waktu tatap muka dalam Iormat AMP. Jika ternyata jam eIektiI lebih
sedikit dibanding alokasi waktu tatap muka, maka harus dirancang
tambahan jam pelajaran atau pokok bahasan yang dijadikan tugas/
pekerjaan rumah. Dengan demikian sejak awal telah diketahui akan
adanya jam pelajaran tambahan atau pokok bahasan esensial, tetapi
diberikan sebagai tugas/ pekerjaan rumah.
4. Menyusun Program Catur Wulan (Proca). Sebenarnya penyusunan
proca tidak jauh berbeda dengan penyusunan prota. Yang pokok untuk
diperhatikan, pada proca sudah harus semakin jelas bagaimana pokok
bahasan dalam satu catur wulan diselesaikan, termasuk kapan akan
diajarkan, baik melalui kegiatan tatap muka maupun tugas pekerjaan
rumah.
5. Program Satuan Pelajaran (PSP). Dalam menyusun PSP guru sudah
memasukkan secara jelas kegiatan utnuk setiap sub pokok bahasan,
termasuk bagaimana tes IormatiI dialkukan untuk mengetahui
ketercapaian tujuan pembelajaran.
6. Rencana Pengajaran (RP). RP merupakan rincian PSP untuk satu kali
tatap muka. Yang penting pada RP harus terdapat catatan kemajuan
siswa setelah mengikuti pelajaran. Catatan tersebut diapakai sebagai
dasar melaksanakan RP berikutnya. Mengingat pentingnya AMP,
Prota, Proca, PSP dan RP sebagai panduan kegiatan belajar mengajar,
maka kepala sekolah perlu, memberikan perhatian, bantuan dalam
Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv 11

penyusunannya termasuk memeriksa hasilnya. Kepala sekolah tidak


sekedar menandatangani apa yang telah disusun oleh guru, tetapi juga
memantau sejak proses penyusunan, membetulkan yang keliru dan
memberi bantuan jika guru mengalami kesulitan. Dengan cara itu
diharapkan akan dihasilkan AMP, Prota, Proca, dan RP yang benar-
benar merupakan panduan pelaksaan pembelajaran. Penyusunan AMP
sampai dengan RP tidak harus dikerjakan seorang diri oleh guru.
Sebaliknya disusun bersama oleh beberapa orang guru bidang studi
sejenis dalam MGMP.
b. Tahap Pengorganisasian dan Koordinasi
1. Pada tahap ini, kepala sekolah mengatur pembagian tugas mengajar,
penyusunan jadwal pelajaran dan jadwal kegiatan ekstrakurikuler,
sebagai berikut:
Pembagian tugas mengajar dan tugas lain perlu dilakukan secara
merata, sesuai dengan bidang keahlian dan minat guru. Diupayakan
setiap guru memperoleh jam tugas sesuai dengan beban tugas minimal.
Pemerataan beban tugas akan menumbuhkan rasa kebersamaan.
Pemberian tugas yang sesuai dengan keahlian dan minat akan
meningkatkan motivasi kerja guru. Memperoleh tugas sesuai dengan
bebean minimal akan membuat guru merasa aman dan dapat naik
pangkat dengan tepat waktu.
2. Penyusunan jadwal pelajaran diupayakan agar guru mengajar
maksimal 5 hari/ minggu, sehingga ada 1 hari tidak mengajar untuk
pertemuan MGMP. Setiap hari sebaiknya guru tidak mengajar lebih
dari 6 jam, sehingga ada waktu istirahat.
3. Penyusunan jadwal pola kegiatan perbaikan dan pengayaan secara
normal setiap mata pelajaran akan memerlukan kegiatan perbaikan
bagi siswa yang belum tuntas penugasan terhadap bahan ajar. Oleh
karena itu, ketika menyusun jadwal pelajaran sudah harus dialokasikan
waktu untuk kegiatan perbaikan bagi siswa yang belum tuntas dan
pengayaan bagi yang sudah tuntas.
Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv 12

4. Penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrskurikuler


perlu diIokuskan untuk mendukung kegiatan kurikulerdan kegiatan
lain yang mengarah, pada pembentukan keimanan/ketakwaan,
kepribadian, dan kepemimpinan dengan keterampilan tertentu. Setiap
awal cawu kegiatan ekstrakurikuler sudah harus disusun bersamaan
dengan penyusunan jadwal pelajaran
5. Penyusunan jadwal penyegaran guru. Guru secara periodik perlu
mendapatkan penyegaran tentang perkembangan iptek maupun metode
mengajar. Penyegaran perlu dijadwalkan, dengan memanIaatkan
waktu-waktu libur sekolah.
c. Tahap Pelaksanaan
Tugas utama kepala sekolah adalah melakukan supervise, dengan tujuan untuk
membantu guru menemukan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi. Dengan
cara itu guru akan merasa didampingi pimpinan, sehingga akan meningkatkan
semangat kerjanya.
d. Tahap Pengendalian
Pada tahap ini, paling tidak ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. jenis evaluasi dikaitkan dengan tujuannya, dan
2. pemanIaatan hasil evaluasi.
1. Kepala Sekolah perlu mengingatkan guru bahwa evaluasi memiliki
tujuan ganda, yaitu untuk mengetahui ketercapaian tujuan
pembelajaran khusus (TPK) dan mengetahui kesuliatan siswa.
Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran guru dapat
menggunakan berbagai alat penilaian yang sesuai, sedangkan untuk
mengetahui kesulitan siswa. Untuk mengetahui ketercapaian tujuan
pembelajaran guru dapat menggunakan berbagai alat penilaian
yang sesuai, sedangkan untuk mengetahui kesulitan siswa
menggunakan tes diagnostic
2. Hasil evaluasi harus benar-benar dimanIaatkan guru untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran. Untuk itu kepala sekolah
harus selalu mengingatkan guru, jika siswa belum menguasai
Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv 1

bahan ajar yang esensial perlu dilakukan perbaikan.


Siswa yang mengalami kesulitan perlu dicarikan jalan, misalnya
dibentuk kelompok belajar. Perlu juga dicoba model pembelajaran
kooperatiI, sehingga siswa yang kurang pandai terbantu oleh yang
lebih pandai. Mengingat pentingnya evaluasi, maka perlu
dirancang sejak awal. Untuk itu kepala sekolah perlu mengarahkan
guru untuk menyusun kisi-kisi evaluasi, menyusun butir soal dan
kemudian menelaah (memvalidasi), sampai dihasilkan perangkat
soal yang baik, serta cara penskorannya. Penyusunan soal semacam
itu sebaiknya tidak dilakukan oleh guru sendiri-sendiri, tetapi
dilakukan oleh beberapa guru bidang studi sejenis atau oleh
MGMP, mengarah pada soal standar.

3.4Pro8e8 Pengelolaan K:rik:l:2 Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah
Standar Na8ional

Setiap guru yang mengajar di Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar


Nasional perlu terlebih dulu melakukan analisis materi pelajaran untuk
menentukan siIat materi yang esensial dan kurang. Suatu materi dikatakan
memiliki konsep esensial bila memenuhi unsur kreteria berikut ini : (1) Konsep
dasar, (2) Konsep yang menjadi dasar untuk konsep berikut, (3) Konsep yang
berguna untuk aplikasi, (4) Konsep yang sering muncul pada Ujian Akhir
(Munandar, 2001).
Materi pelajaran yang diidentiIikasi sebagai konsep-konsep yang esensial
diprioritaskan untuk diberikan secara tatap muka, sedangkan materi-materi yang
non-esensial, kegiatan pembelajarannya dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
mandiri (Slameto, 1991).
Berdasarkan paparan di atas dapat dikemukakan bahwa kurikulum dan
materi pelajaran yang digunakan dalam penyelenggaraan SKM/SSN adalah
kurikulum yang disusun satuan pendidikan dengan pengorganisasian materi
kurikulum dibuat menjadi materi umum/wajib dan materi khusus/pilihan. Bentuk
Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv 1!

pengelolaan yang sesuai dengan uraian di atas adalah kurikulum yang disusun
menggunakan pendekatan satuan kredit semester.
Pada penerapan SKS, kurikulum dan beban belajar peserta didik
dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Mata pelajaran dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu mata pelajaran umum (MPU), mata pelajaran dasar (MPD),
dan mata pelajaran pilihan (MPP). MPU harus diambil oleh semua peserta didik
sebagai proses pembentukan pribadi yang memiliki akhlak mulia, kepribadian,
estetika, jasmani yang sehat, dan jiwa sebagai warganegara yang baik. MPD harus
diambil peserta didik sebagai landasan menguasai semua bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. MPP adalah sejumlah mata pelajaran yang disusun
menjadi program bidang tertentu yang dipilih sesuai dengan minat, potensi dan
kebutuhan serta orientasi bidang studi di perguruan tinggi. Namun, mata pelajaran
dari program tertentu boleh juga diambil oleh peserta didik yang telah memilih
program lain untuk memperkaya bidang karirnya.
Mengingat kemungkinan bervariasinya mata pelajaran yang dipilih peserta
didik maka sekolah perlu menunjuk petugas pengelola data akademik untuk
mendata kemajuan belajar setiap peserta didik dan menyimpannya dengan baik
yang dapat dibuka kembali setiap diperlukan. Sekolah mengatur jadwal kegiatan
pengganti bagi peserta didik yang pernah absen dan mengatur jadwal kegiatan
remidial bagi peserta didik yang belum mencapai kompetensi minimal yang
ditetapkan.
Sekolah menunjuk guru sebagai petugas pembimbing akademik yang
membina peserta didik maksimum 16 orang setiap guru. Guru pembimbing
akademik bertugas membantu peserta didik memilih mata pelajaran yang akan
diambil pada suatu semester, memilih program jurusan, dan menyelesaikan
persoalan akademik secara umum serta menjawab pertanyaan akademik dari
orang tua peserta didik yang menjadi binaannya. Peserta didik yang pada suatu
semester memiliki indeks prestasi (IP) tinggi maka pada semester berikutnya
diberi kesempatan untuk mengambil beban belajar lebih banyak sehingga dapat
mencapai kebulatan studi dalam rentang waktu kurang dari enam semester, dan
sebaliknya.
Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv 1

BAB IV
KESIMPULAN DAN SA#AN

4.1 Ke8i2p:lan

Kurikulum yang dibuat oleh pemerintah adalah kurikulum standar
nasional. Dalam implementasinya, sekolah dapat memperdaya, memperkaya, dan
memodiIikasi kurikulum yang telah dibuat pemerintah pusat dan tentunya tetap
pada koridor yang ditentukan pemerintah dalam artian tidak boleh mengurangi isi
kurikulum yang berlaku secara nasional. Pada hakekatnya sendiri, pelajaran itu
sendiri merupakan suatu pengalaman masa lampau yang memberi pengaruh
berarti dalam pengembangan ilmu, moral, sikap, dan perilaku individu di masa
yang akan datang. Kurikulum nasional yang bersiIat minimal pada dasarnya
dapat dimodiIikasi untuk melayani kebutuhan siswa yang memiliki kecerdasan
dan kemampuan luar biasa. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari delapan standar yaitu standar
isi, standar, kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Berdasarkan paparan di atas dapat
dikemukakan bahwa kurikulum dan materi pelajaran yang digunakan dalam
penyelenggaraan SKM/SSN adalah kurikulum yang disusun satuan pendidikan
dengan pengorganisasian materi kurikulum dibuat menjadi materi umum/wajib
dan materi khusus/pilihan. Bentuk pengelolaan yang sesuai dengan uraian di atas
adalah kurikulum yang disusun menggunakan pendekastan satuan kredit semester.

4.2 Saran
Untuk pembuat kurikulum harus mengacu sesuai dengan SNP dan
keadaan, perkembangan jaman dan harus lebih kreatiI dalam pengembangan
kurikulum agar dapat terujudnya tujuan pendidikan nasional.
Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv 1

Serta harus didukung oleh Tenaga kependidikan yang bertugas


melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Setiap satuan pendidikan Iormal dan nonIormal menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi Iisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan
kejiwaan peserta didik ini harus dilaksanakan demi mecapai tujuan pendidikan.
























Tcncovvn )vi[vvn c[ovn vnvv )v.ionv 1

DAFTA# PUSTAKA

Depdiknas. 2008. !engelolaan Kurikulum Sekolah Kategori Mandiri /Sekolah Standar
Nasional.|Online|.Tersedia:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/01/pengelolaan-kurikulum-sekolah
-kategori-mandiri-sekolah-standar-nasional/. |27 November 2010|.
Docstoc. 2010. Konsep Sekolah Standar-nasional. |Online|. Tersedia:
http://www.docstoc.com/docs/40031873/konsep-sekolah-standar-nasional$ . |27
November 2010|.
Katiman, E. 2010. !engelolaan Kurikulum Sekolah Kategori Mandiri /Sekolah
Standar Nasional. |Online|. Tersedia:
http://www.placeschool.com/index.php?optioncomcontent&viewarticle&id8
0:pengelolaan-kurikulum-sekolah&catid50:kurikulum&Itemid95&langpt|27
November 2010|.
Nidasa. 2010. !engelolaan Kurikulum. |Online|. Tersedia:
http://nidasa.wordpress.com/2010/08/08/pengelolaan-kurikulum/ |27 November
2010|.
Tim Dosen Adminstrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. (2009).
Manafemen !endidikan. Bandung: AlIabeta.

You might also like