You are on page 1of 40

1

MAKALAH
MENGKOMPARASIKAN KEBUDAYAAN HINDU DI INDIA DENGAN
KEBUDAYAAN HINDU DI BANYUWANGI
( STUDI DI MUSIUM BLAMBANGAN BANYUWANGI )
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah asia selatan I
Dosen pengampu : Agus Mursidi, Mpd

UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI ( UNIBA )
FKIP SE1ARAH 2010
Di susun oleh : kelompok 2
IDA kkIS1INA NIM 10872010370
CANDkA LkA LkMANA NIM 10872010362
LNI kA1I ANDAANI NIM 10872010367
ILNDI DWI kkIS1AN1C NIM 10872010368
WIWIN LkMAWA1I NIM 10872010381
A8DUL kCnMAN NIM 10872010360
2

KATA PENGANTAR
!uji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat, tauIik, hidayah dan
inayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Semoga makalah yang berjudul 'Komparasi Kebudayaan Hindu di India
dengan kebudayaan Hindu di Banyuwangi ini dapat bermanIaat dan member
inspirasi bagi para pembaca, bagi mereka yang mengambil bagian dalam peristiwa
sejarah yang menghasilkan kebudayaan daerah yang beraneka ragam khususnya di
Banyuwangi yang mempunyai nilai seni yang tinggi dan adat yang masih
terpengaruh oleh kepercayaan agama Hindu. Makalah ini mendeskripsikan
tentang pengaruh dan perbandingan keberadaan peninggalan masa lampau yang
ada di India dan di Museum Blambangan.
Kami berharap dengan karya ilmiah ini semoga dapat dijadikan sumber
inIormasi dan inspirasi dalam penelitian sejarah sekaligus dapat dijadikan sebagai
wahana memperkenalkan sejarah budaya di Banyuwangi. Bagi generasi yang
lebih muda selalu berperan aktiI dalam meningkatkan memlihara kebudayaan di
Banyuwangi sehingga potensi hasil kebudayaan di Banyuwangi yang telah di ukir
oleh nenek moyang kita bisa dijadikan sebagai acuan untuk memahami tentang
sejarah budaya di banyuwangi.


Banyak kesulitan dan hambatan dalam penyusunan karya ilmiah ini,
untuk itu kelompok kami mohon maaI jika terdapat kekurangan-kekurangan,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki
makalah selanjutnya, tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu : Bapak Agus Mursidi, Mpd yang telah memberikan bimbingan, dan
semua teman-teman yang turut ambil bagian dalam penyelesaian makalah ini .

Banyuwangi, 19 Oktober 2011


3

DAFTAR ISI

4

BAB I
PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Keadaan iklim yang dipengaruhi oleh angin musim menyebabkan adanya
musim kemarau dan penghujan. !anjang pendek musim-musim itu berbeda
menurut letak daerahnya di kepulauan Indonesia. Selain itu, panjang pendek
musim-musim itu tidak selalu sama setiap tahunnya.
Adanya dua musim sebagai gejala tetap dalam iklim, berpengaruh pada
berbagai aspek dalam kehidupan penduduk kepulauan Indonesia. Misalnya pada
pola pertanian, pola pelayaran dan aspek-aspek lain yang dipengaruhi iklim.
Angin musim jelas berpengaruh pada pola pelayaran. !ada gilirannya ia
mempengaruhi berbagai kegiatan yang dilaksanakan dengan perahu. Misalnya
penagkapan ikan, dan yang lebih penting lagi perdagangan, termasuk pelayaran
perdagangan dari dan ke Indonesia.
Selain menjadi jembatan antara daratan Asia dan benua Australia, kepulauan
Indonesia juga terletak dalam jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan
jaman kuno, yaitu India dan Cina. Letaknya dalam jalur perdagangan
'internasional ini besar pengaruhnya pada perkembangan sejarah kunonya.
Berdasarkan penelitian prasejarah,kita dapat mengetahui adanya peninggalan
benda-benda prasejarah yang mengandung cirri-ciri yang menunjukkan adanya
hubungan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia
Tenggara. Untuk menjelaskan keadaan Indonesia yang mula-mula ditemui oleh
para pedagang dari luar Asia Tenggara, khususnya para pedagang India, beberapa
ahli menekankan bahwa di Indonesia pada saat itu telah berkembang masyarakat-
masyarakat yang memiliki pranata yang memungkinkan masyarakat-masyarakat
itu mendapat manIaat dari hubungan tadi.
J.C van Leur dan O.W Wolters berpendapat bahwa hubungan dagang antara
India dan Indonesia lebih dahulu berkembang daripada hubungan dagang antara
Indonesia dan Cina. Bilakah hubungan dagang tersebut mulai berkembang? !ara
ahli sependapat mengenai sulitnya menentukan hal ini. Mereka mengajukan
dugaan bahwa hubungan dagang antara India dan kepulauan Indonesia telah lama
3

terjadi sebelum hal itu disinggung dalam catata sejarah. Hubungan itu pada
mulanya sangat jarang. Kemudian hubungan tersebut semakin meningkat karena
Iaktor-Iaktor yang mendorong bertambah ramainya hubungan dagang tersebut.
Ada pendapat bahwa perluasan pelayaran perdagangan kea rah timur India
disebabkan karena diketahuinya angin musim yang baik untuk berlayar
menyebrangi samudera India ke timur dan sebaliknya. Menurut kisahnya, seorang
nakhoda yang bernama Hippalos adalah 'orang barat pertama yang
menemukannya. !enduduk setempat tentu sudah mengetahuinya sebelumnya.
Sebelum penemuan tersebut, kapal-kapal menyusuri pantai dalam pelayaran
mereka ke timur. !engetahuan mengenai angin musim pada abad-abad 1M
bertepatan pula dengan mulai dibuatnya kapal-kapal yang cukup besar untuk
pelayaran jarak jauh.
Dalam meneliti masa awal pelayaran kea rah timur India dan khusunya ke
Indonesia, para sarjana barat pada umumnya lebih banyak menyoroti peranan
pelaut barat, Arab, India, dan Cina. Hal ini telah mengherankan karena sesuai
dengan data-data yang tampil dalam sumber-sumber yang mereka gunakan.
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan penelitian prasejarah dan etnograIi dapat
diketahui bahwa penduduk Asia Tenggara, khususnya kepulauan Indonesia,
adalah pelaut-pelaut yang mampu melayari samudera lepas. !enyebaran perahu
bercadik yang meliputi !olinesia sampai ke Hawai ditimur, dan Madagaskar di
barat menunjukkan penyebaran benda budaya yang sesuai dengan hasil penelitian
bahasa oleh H.Kern pada tahun 1886.
Sehubungan dengan kenyataan yang ditemukan oleh penelitian-penelitian
tadi maka bukanlah suatu hal yang mustahil bahwa pelayaran ke teluk Benggala
dan mungkin juga sampai ke India Selatan, bukanlah hal yang sulit untuk pelaut
Indonesia.
Kesulitan untuk mengetahui keadaan awal hubungan antara Indonesia dengan
India disebabkan tidak terdapatnya sumber-sumber yang dapat memberikan
keterangan yang jelas. Sumber-sumber tertulis dari jaman itu yang berasal dari
Indonesia tiadak ada karena menurut hasil penelitian para ahli, tulisan yang
kemudian umum digunakan di Indonesia justru berasal dari tulisan India. Dengan
6

demikian maka sesungguhnya kita mengharapkan akan menemukan keterangan
dari sumber-sumber India. Tetapi berbeda dengan di Cina, di India tidak terdapat
suatu kebiasaan untuk membuat catatan-catatan resmi mengenai kejadian-kejadian
penting dalam suatu kurun-waktu. Sumber India yang dapat digunakan adalah
sumber sastra yang tidak bertujuan untuk memberikan Iakta-Iakta yang lugas
mengenai keadaan pada masa awal terjadinya hubungan antara Indonesia dan
India
Kitab lainnya yang banyak dijadikan sumber adalah kitab Ramayana. Kitab
yang amat terkenal ini menyebut nama yawadwipa. Dikisahkan bahwa tentara
kera yang bertugas mencari Sita di negeri-negeri sebelah timur telah memeriksa
yawadwipa yang telah dihias oleh tujuh kerajaan. !ulau ini adalah pulau emas dan
perak. Kitab ini juga menyebut nama Suwarnadwipa, sebuah nama yang
kemudian memang digunakan untuk menyebut Sumatera. Nama itu sendiri berarti
pulau emas.
Adanya nama-nama Yawadwipa dan Suwarnadwipa dalam kitab-kitab
tersebut menyebabkan beberapa ahli banyak bertumpu pada kitab-kitab tadi dalam
usaha mereka untuk mengungkapkan masa awal kedatangan pengaruh India di
Indonesia. Sesungguhnya sumber sejarah kitab-kitab tersebut menyajikan
beberapa kesulitan pokok pada pemakainya. !emakai sumber-sumber tersebut
sukar mengetahui bila versi yang dihadapinya itu ditulis, sejak kapan keterangan
mengenai tempat-tempat yang disebutkanitu dikenal oleh kalangan sastrawan, dan
apakah penulisnya mengerti benar berbagai keterangan geograIis yang berasal dari
para pelaut itu.
Salah satu hasil sastra India yang oleh para ahli dianggap lebih dapat
dipercaya adalah kitab Mahaniddesa. Levi berpendapat bahwa keterangan
geograIis mengenai beberapa tempat di Timur jauh yang terdapat di dalamnya
mencerminkan perbendaharaan pengetahuan di India mengenai tempat-tempat itu
pada abad III M.
Dalam usaha untuk mengetahui awal hubungan dengan India dengan daerah-
daerah sebelah timurnya, para peneliti telah pula mengkaji sumber-sumber Barat
jaman Kuno. Sebuah kitab yang banyak dikaji sebagai sumber adalah kitab
7

!eriplous Tes Erythras thalasess. !eriplous adalah sebuah kitab pedoman untuk
berlayar di lautan Erythrasa, yaitu Samudera India. Kitab ini ditulis oleh seoran
nakhoda Yunani-Mesir yang biasa mengadakan pelayaran antara Asia Barat dan
Asia. Diperkirakan bahwa kitab ini ditulis pada awal tarikh Masehi.
Keterangan dalam !eriplous mengenai daerah jalur pelayaran antara Asia
Barat dan India lengkap dan cukup dapat dipercaya. Tetapi keterangannya
mengenai daerah yang letaknyalebih ke timur sangat samar-samar. Khususnya
keterangan mengenai keadaan geograIi. Hal ini dapat kita mengerti karena penulis
!eriplous tidak pernah melayari jalur timur. !engetahuannya mengenai jalur timur
ini diperoleh dari keterangan para pedagang dan pelaut yang melayari jalur timur
yang ditemuinya di pelabuhan-pelabuhan India Selatan.
Walaupun keterangan !eriplous mengenai keadaan geograIi daerah sebelah
timur India tidak jelas, tetapi menurut Wheatley keterangannnya mengenai cara-
cara berdagang di daerah-daerah di timur India cukup bernilai. Menarik pula
keterangan !eriplous mengenai hubungan dagang orang-orang India dengan suatu
tempat yang disebut Chryse yang berarti emas. Nama ini mengingatkan kita pada
Suwarnabhumi dan Suwarnadwipa.
Untuk penelitiaan sejarah geograIis keterangan !eriplous mengenai keadaan
daerah sebelah timur India mungkin tidak memuaskan, tetapi sebagai petunjuk
tentang awal hubungan India ddengan daerah timurnya munkin dapat dianggap
ssebagai petunjuk pasti mengenai lalulintas perdagangan menyebrangi teluk
Benggala.
Sebuah sumber Barat lain yang banyak digunakan oleh para peneliti yaitu
kitab Geographike Hyphegesis. Adalah sebuah kitab petunjuk membuat peta yang
telah disusun oleh orang Yunani di Iskandariah. Ia bernama Claudius !tolomeus.
Menurut para ahli, kitab geographike dalam bentuknya yang dikenal di seluruh
dunia Barat itu, tidak seluruhnya hasil karya !tolomeus. Sebagian besar
merupakan tambahan pada tulisan !tolomeus, yang ditambahkan pada jaman-
jaman berikutnya. !tolomeus sendiri telah menulis karyanya pada abad II M.
Dalam kitab Geographike kita bertemu lagi dengan nama-nama tempat yang
berhubungan dengan logam mulia, yaitu emas dan perak. Tempat-tempat tersebut
8

adalah rgyre Chora, negeri perak, Chryse Chora, negeri emas dan Chryse
Chersonerso, semenanjung emas. Kitab ini menyebutkan pula nama tempat
Iabadiou, pulau jelai.
Yawa adalah bahasa Sansekerta untuk menyebut jelai. Diou adalah diwu
dalam bahasa !akrit-nya dan dwipa dalam bahasa Sansekerta, artinya pulau. Jadi
dalam nama Iabadiou ini kita bertemu dengan nama Ywadwipa. Tetapi apakah
pada masa itu yang dimaksudkan dengan Yawadwipa juga pulau Jawa? Krom
tidak yakin mengenai hal ini, karena dalam sumber-sumber yang muda ternyata
nama tersebut sering digunakan untuk menyebut pulau Sumatera atau bagian dari
pulau Sumatera. Sumber Indonesia tertua yang menyebut pulau Jawa dengan kata
Yawa adalah prasasti Canggal yang berangka tahun 654 Saka atau tahun 732 M.
Dalam prasasti tersebut terdapat ujian untuk Dwipa Yawa. Walaupun identiIikasi
berbagai tempat yang disebutkan dalam kitab !tolomaeus masih perlu penelitian
lebih lanjut,tetapi jelas bahwa pada masa keterangan-keterangan tersebut
dibukukan telah terdapat pengetahuan mengenai daerah sebelah timur India yang
sampai di dunia Barat. Hal ini tentu hanya mungkin jika dunia perdagangan pada
masa itu yang menjadi sumber keterangan para penyusun Geographike
mempunyai pengetahuan Iaktual mengenai daerah tersebut,ini berarti pada masa
itu Indonesia telah masuk dalam jangkauan perdagangan Internasional.
Khususnya dunia perdagangan yang terletak disebelah baratnya.
Sumber-sumber tersebut di muka,baik sumber India maupun sumber barat,
belum dapat mengungkapkan awal hubungan antara Indonesia dengan India
sepenuhnya. Tetapi agaknya dapat kita mengambil kesimpulan bahwa disekitar
Abad II M hubungan tersebut relative sudah intensiI. Timbullah pertanyaan
mengapa pada suatu ketika perdagangan-perdagangan India meluaskan
perdagangan mereka ke Indonesia.
Dalam usaha mengungkapkan hubungan dagang antara Indonesia dan India
di jaman kuna, kita berpangkal pada pengertian bahwa Indonesia merupakan
bagian dari suatu kesatuan wilayah. Kesatuan wilayah itu yalah Asia Tenggara.
Dalam kesatuan wilayah tersebut telah tumbuh suatu budaya yang jelas
memperlihatkan cirri-ciri persamaan. Dan pertumbuhan budaya ini telah
9

berlangsung sejak berabad-abad sebelum masa terjadinya hubungaan dagang
dengan India yang telah disinggung di muka.
Bagi seseorang di India yang mengarahkan perhatiannyakearah timur,
kepulauan Indonesia merupakan serangkaian pulau-pulau yang membentang
dihadapannya, merupakan kelanjutan dari daratan Asia Tenggara. Dapat diduga
bahwa daerah Asia Tenggara, atau bagian-bagian daripadanya, sudah lama dikenal
oleh penduduk di sekitar teluk Benggala. !elayaran lokal beberapa tempat di tepi
teluk Benggala mungkin telah ada sejak jaman prasejarah. Beberapa sarjana telah
meneliti kemungkinan hubungan budaya Asia Tenggara dengan budaya India
sebelum kedatangan bangsa rya. Tetapi hingga sekarang belum dapat dihasilkan
bukti-bukti yang mantap. Berbeda dengan hubungan-hubungan sebelumnya, maka
hubungan dagang antara India dan Indonesia yang bukti-buktinya mulai tampak
pada sumber-sumber dari awal tarikh Masehi telah mengakibatkan perubahan-
perubahan masyarakat Asia Tenggara. Kegiatan perdagangan India ke Asia
Tenggara bukan lagi merupakan suatu kegiatan hubungan pertukaran barang
antara dua masyarakat yang bertetangga, tetapi merupakan bagian dari pola
kegiatan perdagangan India yang pada awal tarikh Masehi telah beberapa abad
berkembang menjadi salah satu kekuatan perdagangan internasional. Suatu
kekuatan perdagangan yang telah menumbuhkan suatu pranata perdagangan yang
mantap seperti India inilah yang dapat mengembangkan potensi perdagangan Asia
Tengara hingga daerah itu kemudian mengalami perkembangan dalam segala
bidang.
Krom mengatakan tidak perlu membayangakan suatu peradaban yang luar
biasa, yang dapat berdiri berhadapan setara dengan peradaban Hindu. Tetapi jelas
bahwa orang Hindu tidak tiba ditengah-tangah orang biadab. Jan Leur
menganggap pernyataan Krom tersebut sangat negatiI. Selanjutnya dia
mengatakan bahwa kunci untuk dapat menilai dengan tepat pengaruh budaya
Hindu di Indonesia adala perkiraan yang tepat tentang arti peradaban kuno
Indonesia dalam arti seluas-luasnya. !roses masuknya pengaruh budaya India
kurang memperhatikan tersebut.
10

!roses masuknya pengaruh budaya India pada umumnya disebut
penghinduan oleh para penelitinya. Istilah tersebut harus digunakan hati-hati
karena bukan hanya pengaruh budaya Hindu yang terdapat, tetapi juga pengaruh
agama Budha. Dalam kenyataan di Indonesia keduanya kemudian tumbuh dalam
bentuk sinkretis, yaitu Siwa/Bdha. Hubungan dagang antara orang Indonesia dan
India telah mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India dalam budaya
Indonesia. !ada pokoknya pendapat para peneliti dapat dibagi dua. !endapat
pertama bertolak dari anggapan bahwa bangsa Indinesia berlaku pasiI dalam
proses tersebut. !endapat kedua yang tumbuh lebih akhir memberikan peranan
aktiI kepada bangsa Indonesia.
!ara eksponen pendapat pertama selalu beranggapan bahwa telah terjadi
kolonisasi oleh orang-orang India. Koloni-kolono orang India ini menjadi pusat
penyebaran budaya India. Bahkan ada yang berpendapat bahwa kolonisasi
tersebut disertai pula oleh penaklukan. Hingga timbul gambaran yang melukiskan
orang-orang India sebagai golongan yang menguasai orang Indonesia. Dalam
proses masuknya budaya India menurutgambaran diatas peranan utama dipegang
oleh golongan prajurit, yaitu kasta Ksatria. Oleh karenanya osch sebagai
hipotesa ksatria. !endapat lain yang masih berpegang pada anggapan adanya
kolonisasi memberikan peranan kepada golongan lain dalam proses masuknya
pengaruh budaya India. Krom tidak berpendapat bahwa golongan ksatria
merupakan golongan yang terbesar diantara orang-orang India yang dating di
Indonesia. Karena orang-orang itu datang untuk berdagang maka golomngan
terbesar adalah golongan pedagang. Mereka menetap di Indonesia dan kemudian
memegang peranan dalam penyebaran pengaruh budaya India melalui hubungan
mereka dengan penguasa-penguasa Indonesia. Krom mengisyaratkan
kumungkinan adanya perkawinan antara pedagang-pedagang tersebut dengan
wanita Indonesia. !erkawinan mwrupakan saluran penyebaran pengaruh yang
penting. Oleh karena pedagang termasuk kasta vaisya maka osch menyebut
hipotesa ini hipoteas vaisya.
Berdasarkan pengamatan berbagai aspek budaya Indonesia-Hindu. Krom
berpendapat bahwa unsure Indonesia dalam budaya tersebut sangat jelas. Ia
11

berkesimpulan bahwa peranan budaya Indonesia dalam proses pembuntukan
budaya Indonesia-Hindu sangat penting. Hal tersebut tidak mungkin dapat terjadi
jika bangsa Indonesia bhidup dibawah tekanan seperti yang digambarkan oleh
hipotesa ksatria. Hipotesa Krom mendapat penganut dikalangan yang luas.
Walaupun Krom telah melihat adanya peranan yang penting dari budaya
Indonesia, tetapi masih terdapat pesan bahwa prose situ tidak sepenuhnya
ditentukan oleh bangsa Indonesia. Jan Leur mengajukan keberatan baik terhadap
hipotesa ksatria maupun hipotesa vaisya. Keberatan pertama adalah mengenai
kolonisasi yang melibatkan penaklukan oleh golongan ksatria tentunya akan
dicatat sebagai suatu kemenangan. Catatan demikian tidak ditemukan dalam
sumber-sumber tertulis di India. Di Indonesia pun tidak terdapat suatu tanda
peringatan apapun, misalnya dalam bentuk prasasti. Selain itu, suatu kolonisasi
selalu disertai oleh pemindahan segala unsure masyarakat dari tanah asal.
Misalnya sistim kasta, kerajinan, bentuk rumah, tata kota, bahasa pergaulan dan
sebagainya. Dalam kenyataannya apa yang ada di Indonesia berbeda dengan yang
ada di India. Kalaupun ada pedagang-pedagang India yang menetap, mereka
bertempat tinggal di perkampungan-perkampungan khusus. Sampai sekarang kita
massih menemukan Kampung Kelling di beberapa tempat di Indonesia barat.
Kedudukan mereka tidak beda dengan rakyat biassa ditempat itu. Hubungan
mereka dengan penguasa hanyalah dalam bidang perdagangan. Dari mereka tidak
dapat diharapkan pengaruh budaya yang membawa perubahan-perubahan dalam
bidang tatanegara dan pandangan agama. Mengingat siIat unsure-unsur budaya
India yang terdapat dalam budaya Indonesia, Jan Leur cenderung untuk
memberikan peranan penyebaran budaya India pada golongan Brahmana. Mereka
datang atas undangan para penguasa Indonesia. Budaya yang mereka perkenalkan
adalah budaya Brahmana.
Apa yang diuraikan di atas adalah proses masuknya pengaruh budaya India
menurut hipotesa Jan Leur. Jan Leur berpendapat bahwa dorongan itu adalah
akibat kontak dengan India melalui perdagangan. Bukan hanya melalui orang-
orang india yang datang, tetapi juga mungkin karena orang-orang Indonesia
melihat sendiri keadaan di India. Terdorong oleh keinginan untuk dapat
12

berhadapan dengan orang-orang India dengan taraI yang sama dan terdorong pula
untuk meningkatkan keadaan negerinya, mereka mengundang Brahmana.
Bosch sesuai pendirian dengan Jan Leur. Berpangkal tolak dari siIat unsure-
unsur budaya India yang diamatinya dalam budaya Indonesia, ia juga berpendapat
hanya golongan cendekiawanlah yang yang dapat menyampaikannya kepada
bangsa Indonesia. Golongan tersebut ia sebut Clerks dan untuk proses yang terjadi
antara budaya Indonesia dan India ia mengusulkan istilah penyuburan. Aliran
agama dari India yang lain yang meninggalkan pengaruh di Indonesia adlah
agama Hindu. Berbeda dengan para biksu agama Budha, para Brahmana agama
Hindu tidak dibebani kewajiban untuk menyebarkan agama Hindu. Mengingat hal
tersebut maka menariklah maslah adanya agama Hindu di Indonesia. Bagaiman
dapat terjadi bahwa orang-orang Indonesia yang pasti pada mulanya tidak
dilahirkan sebagai agama Hindu dapat beragama Hindu.
Agama Hindu pada dasarnya bukanlah agama untuk umum dalam arti bahwa
pendalaman agama tersebut hanyalah mungkin oleh golongan Brahmana.
Merekalah yang dibenarkan mendalami kitab-kitab suci. Adapun sekte agama
Hindu yang terbesar pengaruhnya di Jawa dan Bali addalah sekte Saiva-
Siddhanta. Aliran Saiva-Siddhanta sangat erotis. Seseorang yang yang dicalonkan
untuk menjadi seorang Brahmana guru harus mempelajari kitab-kitab agama
selama bertahun-tahun sebelum ia, setelah di uji, diijinkan menerima inti
ajarannya langsung adari seorang Brahmanaguru. Brahmana inilah yang
selanjutnya membimbingnya hingga ia siap untuk ditasbihkan menjadi
brahmanaguru. Setelah ditasbihkan ia dianggap telah disucikan oleh siva dan
dapat menerima kehadirannya dalam tubuhnya pada upacar-upacara tersebut.
Dalam demikian ia dianggap dapat merubah air menjadi amrta. Mereka mendapat
kedudukan terhormat di keratin-keraton dan menjadi inti di golongan Brahmana
Indonesia yang kemudian berkembang.
Dari uraian di atas agaknya jelas bahwa hubungan dagang antara Indonesia
dan India merupakan suatu Iaktor dalam proses massuknya budaya India. Tetapi
proses itu sendiri adalah sesuatu yang terpisah dari proses perdagangan.
Akibatnya terjadi perubahan dalam birokrasi pemerintahan, memang dapat
13

berakibat pada jalannya perdagangan. Tetapi inti perubahan yang terjadi sebagian
besar terletak pada bidang keagamaan. Yang jelas bercorak agama seperti sastra,
seni rupa, dan seni bangunan suci, tetapi juga berpengaruh terhadap tata upacara
di kraton, organisasi ketatanegaraan dan kelembagaan masyarakat. !enyuburan
budaya Indonesia yang terjadi melalui kontak dengan golongan agama dari India
sebagian besar langsung berpengaruh pada golongan 'elite jaman kuno di
Indonesia. Maka dengan sendirinya akan tersebar pengaruh di kalangan yang
lebih luas.
!aara ahli yang telah meneliti masyarakat Indonesia kuno nsemua
berpendapat bahwa unsure budaya Indonesia-lama masih Nampak dominan sekali
dlam semua lapisan masyarakat. Saalah satu hal yang paling menyolok dalam
suatu masyarakat hindu adalah adanya Kasta. Keterangan dari sumber-sumber
epigraIi dan sastra kun, maupun pengamatan terhadap keadaan di Bali sekarang,
tidak menggambarkan keadaan seperti di India. Kasta memang ada. Suatu
indikassi bahwa masslah tersebut diIahami. Tetapi ciri-ciri Kasta seperti ini di
masyarakat India tidak terdapat.. osch menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia
melaksanakan teori tentang kassta tetapi tidak memindahkan ujudnya yang telah
tercipta dalam perkembangan di India. Demikian pula dalam seni. Hingga
ssekarang para ahli belum berhasil untuk menghubungkan dengan pasti gaya seni
bangunan candi dengan slah satu daerah di India. Usaha tersebut diharapkan dapat
member penjelasan mengenai daerah-daerah di India yang terdapat pengaruhnya
di Indonesia. Mengingat pendapat-pendapat baru yang telah berkembang
mengenai proses masuknya budaya India, maka usaha demikian tampaknya tidak
begitu relevan lagi. Bahwa bangunan candi adlah sebuah bangunan yang
mengandung unsur budaya India adalah jelas. Tetapi pada pelaksanaanya para
seniman Indonesia hanya menggunakan dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam
Silpasastra sebagai dasar untuk konsep pelaksanaannya. Bangsa Indonesia hanya
mengambil unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya, hasilnya adalah sesuatu
yang bercorak Indonesia.
Indonesia terpengaruh budaya Hindu melalui proses masuknya budaya India.
!roses masuknya budaya India pada umumnya disebut penghinduan. Seperti
14

halnya di Indonesia salah satunya di wilayah Jawa bagian ujung timur yaitu di
Banyuwangi yang juga terpengaruh oleh kebudayaan di India. Hinduisasi bisa
terlihat dari sumber-sumber sejarah yaitu berupa benda-benda peeninggalan masa
lampau serta potensi benda-benda yang memiliki nilai kesejarahan dari
peninggalan kerajaan Blambangan serta keberadaan benda-benda peninggalan
masa lampau yang dikoleksi di Museum Blambangan mulai jaman kerajaan
Majapahit, Kerajaan Blambangan, hingga awal kemerdekaan. Benda-benda itu
terdiri dari koleksi arkeologika, kramologika, historika, etnograIika, tehnologika,
numismatika, Iilologika, dan koleksi seni rupa yang terbuat dari bahan batu,
perunggu, logam, kuningan, porselin, tanah liat, Iiber, kayu, kertas, dan kain.
Sumber inIormasi dan benda yang ada di Museum Blambangan bisa dijadikan
sumber pengenalan kepada masyarakat atau kelompok peneliti yang akan meneliti
kebudayaan Banyuwangi yang terpengaruh kebudayaan India yang bisa dijadikan
sebagai pengetahuan, pendidikan dan komparasi. Corak budaya Indonesia kuno
mendapat pengaruh budaya India. Inti proses masuknya pengaruh budaya India
telah dimungkinkan karena adanya hubungan dagang antara Indonesia dan India.
Tetapi proses yang mengakibatkan penyuburan budaya Indonesia telah terjadi
karena inisiatiI bangsa Indonesia. Dalam proses tersebut bangsa Indonesia telah
bertindak selektiI. Unsur-unsur budaya India diambil intinya dlam proses
penyuburan budaya Indonesia. Dengan demikian ternyata unsur-unsur budaya
India tidak pernah menjadi unsur yang dominan dalam kerangka budaya Indonesia
sebagai keseluruhan. Termasuk dalam Museum Blambangan di Banyuwangi.

I.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas berikut rumusan permasalahannya adalah :
1. !eninggalan apa saja tentang agama Hindu yang ada di Museum
Blambangan?
2. Bagaimanakah pengaruh agama Hindu di india ?
3. Bagaimanakah pengaruh agama Hindu di banyuwangi (Blambangan )


13

I.3 MANFAAT
Adapun manIaat penulisan, yaitu
1. !embaca bisa mengetahui inIormasi apa saja peninggalan
agama Hindu yang ada diMuseum Blambangan
2. Bagi almamater sebagai wujud pengamalan Tri Dharma !erguruan Tinggi
3. Bagi penulis sebagai sarana untuk berpikir ilmiah dan juga untuk sarana
latihan menulis Karya ilmiah
4. Bagi Mahasiswa sebagai tambahan bahan literatur untuk mempelajari
Sejarah hasil kebudayaan Hindu
5. !embaca dapat mengetahui pengaruh agama hindu di banyuwangi
6. !embaca dapat mengetahui pengaruh agama hindu di india



I.4 TU1UAN
Dengan melihat rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1. Supaya pembaca mengetahui apa saja benda-benda peninggalan agama
Hindu di Museum Blambangan
2. Supaya pembaca dapat membandingan peninggalan agama Hindu di India
dan di Musem Blambangan
3. Untuk mengetahui proses masuknya pengaruh kebudayaan agama Hindu
di India ke Indonesia khususnya di Banyuwangi.

16

BAB II
KA1IAN TEORI DAN ISI
2.1 KA1IAN TEORI
2.1.1 Peninggalan Hindu di Indonesia ( isi di sesuaikan)
2.1.2 Pengaruh agama Hindu di India ( isi di Sesuaikan)
2.1.3 Pengaruh Agama Hindu di Banyuwangi (isi di Sesuaikan)
J.C van Leur dan O.W Wolters berpendapat bahwa hubungan dagang antara
India dan Indonesia lebih dahulu berkembang daripada hubungan dagang antara
Indonesia dan Cina. Bilakah hubungan dagang tersebut mulai berkembang? !ara
ahli sependapat mengenai sulitnya menentukan hal ini. Mereka mengajukan
dugaan bahwa hubungan dagang antara India dan kepulauan Indonesia telah lama
terjadi sebelum hal itu disinggung dalam catata sejarah. Hubungan itu pada
mulanya sangat jarang. Kemudian hubungan tersebut semakin meningkat karena
Iaktor-Iaktor yang mendorong bertambah ramainya hubungan dagang tersebut.(
ditambahkan tahun dan halaman sumber contoh 2008:57)
teori ksatria,menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke indonesia di
bawa oleh orang- orang india berkasta ksatria.yang di sebabkan kekacauan politik
di india,sehingga para ksatria yang kalah melarikan diri ke indonesia.mereka lalu
mendirikan kerajaan-kerajaan menyebarkan agama hindu. (pendapat siapa dan
tahun:halaman)
Teori brahmana,mnyatakan bahwa penyebaran agama hindu di lakukan oleh
kaum brahmana,kedatangan mereka ke indonesia untuk memenuhi undangan
kepala suku yang tertarik dengan agama hindu.kaum brahmana yang datang ke
indonesia inilah yang mengajarkan agama hindu kepada masyarakat (pendapat
siapa dan tahun:halaman)
Kalau dilihat dari sisi luar, perbedaan antara Hindu Indonesia dengan Hindu
India sangat kentara. Baik dari makanan yang dimakan, !akaian sembahyang,
Hari Suci yang dirayakan maupun hal-hal lain yang bisa dilihat dengan kasat
17

mata. Sebagai contoh, rekan-rekan kerja kami yang berasal dari negeri anak benoa
dimana Veda diwahyukan, mereka mayoritas vegetarian, sementara kami dari
Indonesia mayoritas non vegetarian. Kami sembahyang tiga kali yang disebut
dengan Tri Sandhya, mereka teman dari India biasanya sembahyang dua kali pagi
dan sore. oleh Ida !andita Nabe Sri Bhagavan Dwija (pendapat siapa dan
tahun:halaman)
Menurut babad Jawa dan juga penulis Belanda Franois Valentyn, di abad
ke-17, Blambangan adalah bawahan Surabaya, namun hal ini diragukan. Yang
jelas, Sultan Agung dari Mataram (bertahta 1613-1646), yang menyerang
Blambangan tahun 1633, tidak pernah dapat menaklukkannya.
Tahun 1697 Blambangan ditaklukkan oleh Ki Gusti Ngurah !anji Sakti, raja
Buleleng di Bali Utara, mungkin dengan bantuan Surapati. (pendapat siapa dan
tahun:halaman)
Kemudian Muncullah Kerajaan Blambangan (Kalau boleh disebut
"Blambangan II), dimana kerajaan Blambangan II ini sudah bernaIaskan Islam
dengan !usat !emerintahan di Blambangan,Muncar. Yang kemudian melahirkan
Seorang Ulama Dengan Nama Sunan Giri(pendapat siapa dan tahun:halaman)
Sebelum menjadi kerajaan berdaulat, Blambangan termasuk wilayah taklukan
Bali. Kerajaan Mengwi pernah menguasai wilayah ini. Usaha penaklukan
Kesultanan Mataram terhadap Blambangan tidak berhasil. Inilah yang
menyebabkan mengapa kawasan Blambangan (dan Banyuwangi pada umumnya)
tidak pernah masuk pada budaya Jawa Tengahan, sehingga kawasan tersebut
hingga kini memiliki ragam bahasa yang cukup berbeda dengan bahasa Jawa
18

baku. !engaruh Bali juga tampak pada berbagai bentuk kesenian tari yang berasal
dari wilayah Blambangan. (pendapat siapa dan tahun:halaman)
Di akhir abad ke-18, VOC mengakui sebagai bawahannya dua pangeran
Blambangan yang melepaskan agama Hindu dan masuk Islam. VOC
mengharapkan dengan demikian melepaskan Blambangan dari pengaruh Bali.
Hilangnya Blambangan bagi Bali merupakan suatu peristiwa yang sangat
berarti dari segi kebudayaan. !ara raja Bali percaya bahwa moyang mereka
berasal dari Majapahit. Dengan masuknya Blambangan ke dalam kekuasaan
VOC, Bali menjadi lepas dari Jawa. (pendapat siapa dan tahun:halaman)
Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki
yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927),
instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang.
!ada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini
lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena
ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti
perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun
1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan (pendapat siapa dan
tahun:halaman)

2.2 METODOLOGI YANG DI GUNAKAN
Dalam bab ini sudah sedikit di terangkan, bahwa metode yang di gunakan
untuk penulisan makalah ini melalui metode study literatur yang berbentuk
analisa data dan metode observasi di musium blambangan dengan tidak
melepaskan kritik sejarah, historis, dan interviu dan obserIasi lapangan.
2.3 SA1IAN DATA
19

2.3.1 Peninggalan Agama Hindu Di Blambangan ( isi disesuaikan apa saja
peninggalannya dari hasil observasi)
2.3.1.1 Pengamatan di musium
Musium Blambangan Berlokasi di Dinas Kebudayaan dan !ariwisata
Kabupaten Banyuwangi. Awalnya didirikan oleh Bupati Banyuwangi Djoko
Supaat Selamet yang berkuasa pada tahun (1966-1978) di kompleks pendopo
Kabupaten Banyuwangi namun pada tahun 2004 Musium direlokasikan di Dinas
Kebudayaan dan !ariwisata Kabupaten Banyuwangi hingga sekarang.
Koleksi yang dimiliki oleh museum antara lain: Berbagai macam kain batik,
contoh rumah adat using Banyuwangi, kain-kain dari masa lampau, replica seni
musik angklung, aneka macam senjata perang, alat-alat musik peninggalan
Belanda, dan yang paling menarik perhatian pengunjung untuk melihat replica
Barong dan penari Gandrong yang menjadi simbol Kota Banyuwangi (sumber
dari...
Berdasarkan pengamatan di musium blambangan,terdapat berbagai bukti nyata
peninggalan sejarah yang kita yakini sebagai suatu peninggalan sejarah agama
hindu di indonesia ,khususnya di blambangan. ( hsil dari observasi tanggl...)

2.3.1.2 Pengaruh Kebudayaan hindu di indonesia ( Isi disesuaikan)
peninggalan agama hindu dan kebudayaan di indonesia masuk dan
berkembangnya agama hindu di indonesia menimbulkan perpaduan budaya antara
budaya indonesia dengan budaya hindu.perpaduan dua budaya yang berbeda
disebut dengang akulturasi,yaitu 2 unsur kebudayaan beretemu dan dapat hidup
berdampingan serta saling mengisi dan tidak menghilagkan unsur-unsur asli dari
ke-2 kebudayaan tersebut.namun,sebelum masuknya pengaruh kebudayaan hindu
masyarkat di wilayah indonesia telah memiliki kebudayaan yang cuukp
maju.unsur- unsur kebudayaan asli telah tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat indonesia unsur-unsur kebudayaan hindu yang masuk ke
20

indonesia di terima dan di olah serta di sesuwaikan dengan kondisi kehidupan
masyarakat indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur yang asli. (pendapat
siapa dan tahun:halaman)
oleh karena itu,kebudayaan hindu yang masuk ke indonesia tidak di terima begitu
saja hal ini di sebabkan:
1. masyarakat indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi
sehingga masuknya kebudayaan asing menambah perbendaharaan kebudayaan
indonesia.
2.masyarakat indonesia memiliki kecakapan istimewa yang disebut dengan lokal
genius,kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing
dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadianya.
munculnya pengaruh hindu(india) di indonesia sangat besar dan dapat di lihat
melalui beberapa hal seprti:

1.seni bangunan
seni bangunan yang menjadi bukti berkembangnya pengaruh hindu di
indonesia pada bangunan candi yang ditemukan di sumatra,jawa dan bali pada
dasarnya merupakan perwujudan akulturasi budaya lokal dangan bangsa india
pola dasar candi merupakan perkembangan dari zaman prasejarah tradisi
megalitikum,candi yang bercorak hindu antara lain:candi dieng,candi gedoh
songo,candi sambi sari,candi sukuh,candi penataran,candi prambanan.
2.seni rupa/seni lukis
unsur seni rupa/lukis india telah masuk ke indonesia,candi-candi
peniggalan agama hindu terdapat hiasan perahu bercandik,lukisan-lukisan tersebut
merupakan lukisan asli indonesia,seperti itu tidak pernah ditemukan pada candi-
candi yang ada di india.juga relieI candi prambanan yang memuat cerita
ramayana.
3.seni sastra
seni sastra india turut memberi corak dalam seni sastra indonesia,bahasa
sansekerta sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra
21

indonesia.prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh hindu di indonesia,seperti
yang ditemukan di kalimantan timur,sriwijaya,jawa barat,jawa tengah.prasasti itu
ditulis dalam bahasa sansekerta dan huruI pallawa.dalam perkembngannya bahsa
indonesia dewasa ini,pengaruh bahasa sasekerta cukup dominan terutama dalam
istilah-istilah pemerintahan juga kitab-kitab kuno di indonesia banyak
menggunakan bahasa sansekerta.karya sastra indonesia hindu bnyak yang disadur
dari kitab ramayana.sastranya antara lain:
a. arjuna wiwaha karya empu kanwa
b. barata yuda karya empu sedah dan empu panuluh
c. arjuna wijaya karya empu tantular
d. gatut kaca sraya karya empu panuluh
e. kresnayana karya empu triguna
4.kalender
Di adopsi sistem kalender atau penanggalan india di indonesia merupakan
wujud dari akulturasi yaitu,dengan penggunaan tahun saka.disamping itu juga di
temukanya candra sangkala atau kronogram dalam usaha memperingati peristiwa
dengan tahun atau kalender saka.candra sangkala adalah huruI berupa susunan
kalimat atau gambaran kata.bila berupa gambar harus dapat di artikan ke dalam
bentuk kalimat.
contoh tahun candra sangkalaadlah"sima ilang kertaning bumi"
sirna hilang berarti angka 0
kertaning berarti 4
ilang hilang berarti angka 0
bumi berarati 1
maka"sirna ilang kertaning bumi"sama dangan 1400(tahun saka)dan sama dengan
tahun 1478 Masehi.
5.kepercayaan dan filsafat
Sebelum masukna pengaruh hindu ke indonesia,bangsa indonesia telah
mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek
moyang.kepercayaanya itu bersiIat animisme dan dinamisme.kemudian masuknya
pengaruh hindu ke indonesia mengakibatkan terjadinya akulturasi.masuk dan
22

berkembang pengaruh terutama terlihat dari segi-segi pemujaan terhadap roh
nenek moyang dan pemujaan dewa-dewa alam.
.pemerintahan
Sebelum masuknya pengaruh hindu,bangsa indonesia telah mengenal
sistem pemerintahan kepala suku berlagsung secara demokratis,yaitu salah
seorang kepala suku merupakan pemimpin yang dipilih dari kelompok
sukunya,karena memiliki kelebihan dari anggota kelompok suku lainnya,akan
tetapi setelah masuknya pengaruh hindu tata pemerintahan disesuaikan dengan
sistem kepala pemerintahan yang berkembang di india,seorang kepala
pemerintahan bukan lagi seorang kepala suku,melainkan seorang raja yang
memerintah wilayah kerajaanya secara turun-temurun(bukan lagi di tentukan oleh
kemampuan melainkan keturunan) adanya sistem kasta kesatria dan di indonesia
telah dibuktikan adanya kerajaan kutai(kalimantan timur dan tarumanegara(jawa)
(pendapat siapa dan tahun:halaman)
Dalam kenyataan hidup bermasyarakat maka antara adat/budaya dan agama
sering kelihatan kabur dan bahkan sering tidak dimengerti dengan baik. Tidak
jarang suatu adat-budaya yang dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat
dianggap merupakan suatu kegiatan keagamaan, ataupun sebaliknya, suatu
kegiatan keagamaan dianggap adalah kigiatan budaya. (pendapat siapa dan
tahun:halaman)
Sesungguhnya antara budaya dan agama terdapat segi-segi persamaannya
tetapi lebih banyak segi-segi perbedaannya. Segi persamaannya dapat dilihat
dalam hal bahwa kedua norma tersebut sama-sama mengatur kehidupan manusia
dalam masyarakat agar tercipta suasana ketentraman dan kedamaian. Tetapi
23

disamping adanya segi persamaan, terdapat juga segi-segi perbedaan. Segi
perbedaan itu akan tampak jika dilihat dari segi berlakunya, dimana perwujudan
adat-budaya tergantung pada tempat, waktu, serta keadaan (desa, kala, dan patra),
sedangkan agama bersiIat universal. (pendapat siapa dan tahun:halaman)
Kalau diperhatikan, maka agama dengan ajarannya itu mengatur rohani
manusia agar tercapai kesempurnaan hidup. Sedangkan adat budaya lebih tampak
pengaturannya dalam bentuk perbuatan lahiriah yaitu mengatur bagaiman
sebaiknya manusia itu bersikap, bertindak atau bertingkah laku dalam
hubungannya dengan manusia lainnya serta lingkungannya, agar tercipta suatu
suasana yang rukun damai dan sejahtera. (pendapat siapa dan tahun:halaman)
Dalam agama Hindu, antara agama dan adat-budaya terjalin hubungan yang
selaras/erat antara satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi. Karenanya
tidak jarang dalam pelaksanaan agama disesuaikan dengan keadaan setempat.
!enyesuaian ini dapat dibenarkan dan dapat memperkuat budaya setempat,
sehingga menjadikan kesesuaian 'adat-agama ataupun`budaya-agama`, artinya
penyelenggaraan agama yang disesuaikan dengan budaya setempat. (pendapat
siapa dan tahun:halaman)
Demikianlah terdapat didalam agama Hindu, perbedaan pelaksanaan agama
Hindu pada suatu daerah tertentu terlihat berbeda dengan daerah yang lainnya.
!erbedaan itu bukanlah berarti agamanya yang berbeda. Agama Hindu di India
adalah sama dengan agama Hindu yang ada di Indonesia, namun kuliynya yang
akan tampak berbeda. (pendapat siapa dan tahun:halaman)
24

Sedangkan budaya agama adalah suatu penghayatan terhadap keberadaan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa dalam bentuk kegiatan budaya. Sejak munculnya agama
Hindu, usaha memvisualisasikan ajaran agama Hindu kepada umat manusia telah
berlangsung dengan baik. !ara rohaniawan Hindu, para pandita, orang-orang suci
mengapresiasikan ajaran yang terdapat dalam kitab suci Weda kedalam berbagai
bentuk simbol budaya. Usaha ini telah terlaksana dari zaman ke zaman. Ajaran
yang sangat luhur ini diwujudkan dan disesuaikan dengan desa, kala, dan patra
pada waktu itu. (pendapat siapa dan tahun:halaman)
Kalau dilihat dari Iakta sejarah, wujud budaya agama itu dari zaman ke
zaman mengalami perubahan bentuk, namun tetap memiliki konsep yang
konsisten. Artinya, prinsip-prinsip ajaran agama itu tidak pernah berubah yakni
bertujuan menghayati Ida Sang Hyang Widi Wasa. Kepercayaan terhadap Ida
Sang Hyang Widi Wasa, menjadi sumber utama untuk tumbuh dan
berkembangnya budaya agama dan ini pula yang melahirkan variasi bentuk
budaya agama. Variasi bentuk itu disesuaikan dengan kemampuan daya nalar dan
daya penghayatan umat pada waktu itu. Budaya agama yang dilahirkan dapat
muncul seperti 'upacara agama (pendapat siapa dan tahun:halaman)
Prasasti Kutai
!rasasti adalah benda peninggalan sejarah yang berisi tulisan dari masa
lampau. Tulisan itu dicatat di atas batu, logam, tanah liat, dan tanduk binatang.
!rasasti peninggalan Hindu ditulis dengan huruI !allawa dan berbahasa
Sansekerta. !rasasti tertua adalah !rasasti Yupa, dibuat sekitar tahun 350-400 M.
!rasasti Yupa berasal dari Kerajaan Kutai. Yupa adalah tiang batu yang
digunakan pada saat upacara korban. Hewan kurban ditambatkan pada tiang ini.
23

!rasasti Yupa terdiri dari tujuh batu bertulis. Isi !rasasti Yupa adalah syair yang
mengisahkan Raja Mulawarman. Berikut ini daItar prasasti-prasasti peninggalan
kebudayaan Hindu. (pendapat siapa dan tahun:halaman)
Candi adalah bangunan yang biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki,
tubuh, dan atap. !ada candi Hindu biasanya terdapat arca perwujudan tiga dewa
utama dalam ajaran Hindu. Tiga dewa itu adalah Brahma, Wisnu, dan Syiwa.
Brahma adalah dewa pencipta, Wisnu dewa pemelihara, dan Syiwa dewa pelebur.
!ada dinding candi terdapat relieI, yaitu gambar timbul yang biasanya dibuat
dengan cara memahat. RelieI mengisahkan sebuah cerita.Candi peninggalan
Hindu yang terkenal adalah Candi !rambanan atau Candi Loro Jonggrang. Candi
!rambanan dibangun pada abad ke-9 di perbatasan Yogyakarta dan Surakarta. Di
dalam candi ini terdapat patung Trimurti dan relieI yang mengisahkan cerita
Ramayana. Tokoh dalam cerita Ramayana adalah Rama, Shinta, dan Burung
Jatayu. (pendapat siapa dan tahun:halaman)
2.3.1.3 !engaruh agama Hindu di Banyuwangi ( isi disesuaikan )

2.4 !OKOK TEMUAN
( di ambil dari perbandingan kajian teori dan sajian data ada perbedaan apa
itu sebagai pokok temuan)
2.4 ANALISIS
2.5 PEMBAHASAN ( memaparkan hasil pokok temuan)
2.5.1 !eninggalan Agama Hindu yang ada di museum ( isinya tentang hasil poko
temuan dari peninggalan agama hindu di museum beserta sarannya dari pendapat
anda menjawab pokok temuan )
26

2.5.2 !engaruh agama hindu di Indonesia ( isinya perbedaan pengaruh agama
hindu india dengan Indonesia secara umum dari pendapat anda menjawab pokok
temuan)
2.5.3 pengaruh agama hindu di banyuwangi secara khususn menurut anda
menjawab poko temuan)
Blambangan berasal dari kata 'ala yang artinya adalah rakyat dan
'Ombo yang artinya besar atau banyak sehingga dapat diartikan bahwa
Blambangan adalah suatu kerajaan yang rakyatnya sangat banyak. Karena
berhasilnya kerajaan Majapahit berdiri atas bantuan Arya Wiraraja maka beliau
diberikan '9,3, :3: yaitu hutan Lumajang termasuk Gunung Bromo dan
sampai tepi timur Jawi Wetan, sampai selat Bali pada tahun 1294. !ada Babad
tanah Blambangan dimuat, it prekawit tanah Lumafang seanteron ipun
kedadosaken tanah lambangan. Yang artinya Beliau memerintah Blambangan
sejak tahun 1294 sampai 1301 dan diganti oleh putranya yang bernama Arya
Nambi dari tahun 1301 sampai 1331. Setelah perang Nambi 1331 kerajaan
Blambangan kosong tidak ada yang memerintah sampai tahun 1352. Kemudian
diangkatlah Sira Dalem Cri Bhima Chili Kapakisan di Blambangan yang
merupakan saudara tertua Dalem Cri Bhima Cakti di !asuruan, Dalem Cri
Kapakisan di Sumbawa dan Dalem Cri Kresna Kapakisan di Bali. Melalui
perjalanan sejarah yang cukup panjang, pusat-pusat pemerintahan seringkali
berpindah-pindah namun perpindahannya cenderung ke arah wilayah timur Jawa
Timur.
Raja ke-17 yang bernama !angeran Tanpa Una diangkat di Lumajang
menjadi Raja tahun 1637 yang kemudian memindahkan keraton ke Kedhawung
dan beliau menjadi !angeran Kedhawung dari tahun 1639 sampai 1649. Setelah
amat tua beliau menyepi bertapa di hutan Kedhawung menjadi Bhegawan.
!emerintahan digantikan oleh putranya yang juga bernama !angeran Kedhawung
pada tahun 1649 sampai 1652 yang lebih dikenal sebagai !rabu Tawang Alun,
merupakan Raja Blambangan ke-18. Karena suatu hal beliau bertapa melakukan
semedhi menjadi Bhegawan Bayu, namun rakyat mengangkat menjadi !angeran
Bayu tahun 1652 sampai 1655. Dalam pertapaannya di hutan bayu kidul wetan
27

redi Raung, beliau mendapat petunjuk untuk berjalan 'ngalor wetan bila ada
'macan putih beliau harus duduk di atas macan putih dan mengikuti perjalanan
macan putih itu menuju hutan Sudhimara (Sudhimoro) dan terjadilah keajaiban
tersebut. !rabu Tawang Alun mengelilingi hutan seluas 4 km2 yang selanjutnya
merupakan luas keraton Macan !utih yang dibangun pada tahun 1655.
!ada dasarnya Banyuwangi diidentikkan atau disamakan dengan Blambangan
karena kerajaan Blambangan terakhir terdesak ke arah timur. Terakhir sisa
kerajaan Blambangan yang rakyatnya dipimpin oleh !angeran Jogopati dan
Srikandi Blambangan yang bernama Mas Ayu Wiwit yang masih menganut Hindu
dan Budha mempertahankan diri di desa Bayu yang peristiwa ini selanjutnya
dikenal sebagai perang '!uputan Bayu pada tahun 1771 melawan serbuan
Belanda yang bermarkas di desa Songgon dan melawan rakyat Madura pesisir
Jawa Timur yang dipimpin oleh Ki Suradiwirya dan Ki !ulangjiwa. Mas Ayu
Wiwit sebagai Srikandi Blambangan dan !angeran Jagapati bersama para
pemimpin pasukan seperti Ki Keboundha, Ki Tumbhakmental, Ki Kebogegambul,
Ki Kidang Salendhit, Ki Sudukwatu, dan Ki Jagalara dengan gigih
mempertahankan tanah Blambangan. !erang !uputan Bayu ini terjadi mulai 02
Agustus 1771 sampai 18 Desember 1771 dimana pada tanggal terakhir tersebut
ditetapkan sebagai Hari Jadi Banyuwangi. Tarian Gandrung Banyuwangi
dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen.
Kesenian ini masih satu genre dengan seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di
Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di wilayah Banyumas dan
Joged umbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari proIesional
yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan).
Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas
perpaduan budaya Jawa dan Bali.Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan
antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan
"paju"
Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di
wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur !ulau Jawa, dan telah menjadi
ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu
28

diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota
Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah
Banyuwangi.
Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut,
khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di
Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan
lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang
subuh (sekitar pukul 04.00).
Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi,
seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895.
Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup
parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga
kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti 'Kadhung
sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing (Bila kamu sembuh,
saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi
sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya
gandrung oleh wanita.
Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang
didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen
utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. !ada saat itu,
biola telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap
dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang
segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari
gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian
penari terakhirnya, yakni Marsan.
Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrungditujukan untuk menghibur para
pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan
hutan yang angker.
Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik
perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama
panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi
29

dan menjadi ikon khas setempat. !ada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan
oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an
mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang
mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di
samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-
20.
Tata busana penari Gandrung Banyuwangi khas, dan berbeda dengan tarian
bagian Jawa lain. Ada pengaruh Bali (Kerajaaan Blambangan) yang tampak.
Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam,
dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan
berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan
separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan
yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. !ada bagian lengan
dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias
dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni
sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.
Bagian Kepala
Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari
kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta
diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima| yang berkepala manusia raksasa
namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. !ada masa
lampau ornamen ntasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah
terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor
Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang
ini.
Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berIungsi
membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga
yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang
hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.
Bagian Bawah
30

!enari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam.
Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah
batik dengan corak gafah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah
pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-
an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut
penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya.
!ada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa dua buah kipas untuk
pertunjukannya. Namun kini penari gandrung hanya membawa satu buah kipas
dan hanya untuk bagian-bagian tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam
bagian seblang subuh.
Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu buah
kempul atau gong, satu buah kluncing (triangle), satu atau dua buah biola, dua
buah kendhang, dan sepasang kethuk. Di samping itu, pertunjukan tidak lengkap
jika tidak diiringi panfak atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi
semangat) yang bertugas memberi semangat dan memberi eIek kocak dalam
setiap pertunjukan gandrung.
Sejarah Rowo Bayu Petilasan Prabu Tawang Alun
!etilasan !rabu Tawang Alun berada di kawasan 'Rowo Bayu,
Kecamatan Songgon. Rowo dalam bahasa Indonesia berarti 'Rawa sedangkan
Bayu itu sendiri diambil dari nama desa 'Bayu, Rowo Bayu (Rawa di desa Bayu)
begitulah penduduk sekitar menyebut kawasan yang dianggap sakral ini. Sebuah
bangunan candi nampak kokoh berdiri di atas bukit yang mana menurut juru kunci
wisata sejarah Rowo Bayu disebut 'Candi !uncak Agung Macan !utih yang
didirikan untuk menghormati roh para leluhur yang telah berjasa dalam
mempertahankan tanah Blambangan dalam perang !uputan Bayu tahun 1771.
Selanjutnya jika kita menelusuri jalan jalan setapak, maka kita akan
menemui bangunan wisata sejarah situs Batu Suci !etilasan !rabu Tawang Alun
dimana di sekitar bangunan tersebut terdapat sumber mata yang diyakini sebagai
mata air suci diantaranya adalah sumber mata air 'Kamulyan, sumber mata air
'Dewi Gangga, dan sumber mata air '!ancoran Suwelas yang airnya mengalir
menuju telaga utama.
31

!ada bukit pertama saat kita masuk area Rowo Bayu akan dapat kita temui
satu pohon yang amat besar nan eksotis yang merupakan gabungan dari pohon
Beringin dan pohon Apak dimana terdapat sebuah rongga mirip goa di tengah
nya. Apabila kita masuk dan melihat ke atas, maka gabungan 2 (dua) pohon
tersebut menghasilkan rongga tinggi mirip sebuah sumur dengan lilitan akarnya
yang ibarat ornamen-ornamen alam. Telaga nan jernih diantara bukit dan hutan
yang rimbun penuh pohon besar mengentalkan aroma mistis di kawasan ini.
Konon menurut mitos yang berkembang di masyarakat sekitar, pada malam-
malam tertentu telaga Bayu dijadikan tempat untuk mandi para bidadari.
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur menyimpan sejuta cerita sejarah.
Wilayah di ujung timur !ulau Jawa ini juga identik dengan peninggalan zaman
Majapahit. Sebelum menjadi kabupaten, daerah ini dikenal dengan nama
Blambangan. !enguasa yang paling terkenal adalah !rabu Tawangalun. Bekas
peninggalan kerajaan ini banyak ditemukan di Desa Macanputih, Kecamatan
Kabat.
Tidak ada prasasti yang menyebutkan tentang kisah Tawangalun. Namun
dari penelusuran para sejarawan, raja Hindu ini memerintah sekitar tahun 1645-
1691. Kepastian tahun ini didapatkan dari tulisan Leukerker, penulis dari Belanda.
Dikisahkan, Tawangalun adalah salah satu keturunan dari !rabu Brawijaya, raja
Majapahit dari keluarga di pegunungan Tengger.
Silsilah Tawangalun berawal dari Lembu Anisroyo, bangsawan dari daerah
Tengger, Bromo. Dari bangsawan ini lahirlah Ario Kembar yang memiliki putra
Bima Koncar atau Minak Sumende,dilanjutkan dengan Minak Gadru atau Minak
Gandrung, kemudian Minak Lampar atau Minak Lumpat. Dari bangsawan
terakhir ini nama Tawangalun muncul,yakni Tawangalun I dan Tawangalun II.
Ada dua babad berbeda yang mengisahkan kebesaran Tawangalun.
Termasuk julukan siapa yang dikenal dengan Tawangalun I dan II. Menurut babad
Sembar, kemunculan Tawangalun diawali penyerbuan Minak Lumpat ke keraton
Kedawung. Saat itu, Kedawung dengan wilayah Lumajang, Malang dan
Blambangan dikuasai oleh !angeran Singosari.
32

!enyerbuan itu berhasil. !angeran Singosari takluk dan kabur ke Mataram
meminta perlindungan Sultan Agung. !eristiwa ini meletus sekitar tahun 1638-
1639. Saat kabur, !angeran Singosari membawa !utranya Mas Kembar. Sepuluh
tahun berselang, Mas Kembar dikawinkan dengan selir Sultan Agung yang hamil
tiga bulan. Kemudian dijadikan raja di Blambangan setelah menaklukan wilayah
ini. Tahun 1645, Mas Kembar dilantik menjadi raja Blambangan di !robolinggo
dan bergelar !rabu Tawangalun. Oleh Sultan Agung dia diperintahkan melindungi
Blambangan dari serangan Bali.
Setelah dilantik, Mas Kembar berniat membebaskan diri dari Mataram
dengan bantuan keris si Gagak milik gurunya, Ki Wongso Karyo. Dikisahkan,
penguasa Mataram, Amangkurat I yang dikenal dengan !angeran Kadilangu. haus
dan kepingin minum keris orang Blambangan. Kala itu, keris Wongso Karyo
berubah menjadi air, lalu diminum. Saat bersamaan, Mas Kembar pamit pulang ke
Blambangan. Saat itulah, keris Wongso Karyo keluar lagi dari dada !angeran
Kadilangu, dan membuatnya tewas.
Melihat lawannya tewas, Mas Kembar mengajak bawahannya pulang ke
Blambangan. Bersamaan itu, lima senopatinya diperintahkan menggelar perang
besar yang dikenal dengan perang undur-undur. Senopati Blambangan dengan
kesaktiannya mencabut pohon kelapa, lalu mengibaskanya di sepanjang jalan
yang dilewati. Sekitar tahun 1676, Tawangalun dinobatkan sebagai raja
Blambangan yang bebas dari kekuasaan Mataram dengan gelar Susuhunan
Blambangan.
Versi lainnya, dalam babad Tawangalun dituliskan Mas Kembar adalah
bapak dari raja Tawangalun. Selama menjadi raja, Tawangalun mendirikan istana
besar bernama Macanputih. Nama kerajaan ini tetap hidup hingga sekarang dan
menjadi Desa Macanputih. Konon, nama Macan !utih adalah kendaraan
Tawangalun,yakni seekor harimau putih. Harimau ini diyakini sebagai penjelmaan
guru spiritual Tawangalun.
Ceritanya, setelah perang saudara dengan adiknya, Mas Wilo, Tawangalun
merasa menyesal. Setelah membunuh adiknya, Tawangalun bersemadi di hutan
Rowo Bayu, Songgon. Kala itu, bangsawan ini mendapat wangsit diminta berjalan
33

ke arah timur laut. Saat bersamaan munculah seekor harimau putih. Sesuai
petunjuk, Tawangalun diminta menaiki harimau itu.
Begitu naik, harimau tersebut membawanya ke arah timur laut dan
menghilang di daerah Kabat. Tempat menghilangnya harimau itulah kemudian
didirikan istana bernama Macanputih. Konon, istana itu dibuat oleh Kongco
Banyuwangi selama 5 tahun 10 bulan. Tinggi benteng istananya diperkirakan
mencapai 3 meter dengan lebar 2 meter. Kehebatan benteng Macanputih masih
bisa ditemukan hingga sekarang. Ukuran batu merah yang digunakan mencapai
3020 cm berbahan batu cadas putih. Sejumlah benda peninggalan zaman itu juga
banyak ditemukan di sekitar lokasi.
Sejarawan Universitas Gajah Mada (UGM), Jogjakarta, Sri Margana
menjelaskan nama Tawangalun berkaitan dengan kerajaan Blambangan yang juga
rangkaian dari Majapahit . Sesuai silsilahnya, Blambangan pernah berpindah
sebanyak 7 kali. !ertama di bangun di sekitar !asuruan, Jawa Timur. Karena
terjadi pemberontakan, pusat kerajaan pindah ke Macanputih, Kabat dengan raja
Tawangalun II. Dahulu desa Macanputih dikenal dengan nama Sudiamala.
Dijelaskan, kerajaan !rabu Tawangalun II ini dikenal sebagai kerajaan Hindu
terakhir di tanah Jawa. Kerajaanya berjaya selam 36 tahun, periode 1655-1691.
Setelah rajanya waIat, kerajaan ini hancur dan berubah menjadi kerajaan kecil di
bawah kekuasaan Bali.
Menurut buku yang ada di perpustakaan Leiden, raja Tawangalun II
meninggal pada 25 Oktober 1591 dan diaben dengan upacara besar. Dari 400
permaisurinya, 270 diantaranya mengikuti upacara bakar diri bersama sang raja.
!usat Kerajaan Blambangan di Macanputih memiliki luas 4,5 kilometer persegi
dengan jumlah pasukan 36.000 orang dan pelayan kerajaan sebanyak 1000 orang.
Istana Macanputih diyakini sempat berpindah tiga kali. !ertama di daerah
Wijenan, Keblak dan Lateng. Tiga daerah ini terletak di lereng timur laut gunung
Raung. Kini, ketiganya berada dalam dua wilayah kecamatan, Rogojampi dan
Kabat. Selain sakti, !rabu Tawangalun dikenal dengan siIat religiusnya. Raja ini
mangkat tanggal 18 September 1691. Kemudian diaben tanggal 13 Oktober 1691
di plecutan dalam istana Macan !utih. Sebelum meninggal, !rabu Tawangalun
34

sempat meminta bantuan Belanda dari serangan Untung Suropati dari !asuruan,
Jawa Timur.
Kala itu, !angeran !uger dari Mataram bersama Untung Suropati berniat
menaklukan Blambangan. Merasa terancam Tawangalun meminta bantuan
kekuatan Belanda. Tanggal 14 September 1961, dua utusan Belanda, Jeremeas
Van Flit dan Van Sen tiba. Namun empat hari berselang, !rabu Tawangalun
keburu meninggal. Setelah itu, Macan !utih diserang Mataram dan hancur. Versi
lainnya, hancurnya kerajaan Macan !utih karena terkena lahar api letusan gunung
Raung. Sejak itulah, istana itu diwariskan ke sisa keturunan Tawangalun. Dari
keturunan itulah, nama Banyuwangi yang akhirnya menjadi wilayah kabupaten
ujung timur Jawa muncul.
Dalam catatan sejarah, Blambangan dikenal paling kuat mempertahankan
kekuasaan. Tercatat lebih dari tujuh serangan besar dari kerajaan lain menyerang
Blambangan. Seluruhnya berhasil dipukul mundur. Serangan paling besar datang
dari penguasa Mataram. Bali juga sempat melakukan penyerangan ke
Blambangan. Namun akhirnya berdamai. Selama mempertahankan kekuasaan,
Blambangan selalu mendapat dukungan dari raja-raja di Bali. Karena itu,
Banyuwangi sampai sekarang memiliki ikatan historis dengan Bali.
Petilasan Prabu Tawang Alun
Letak situs Tawang Alun dari kota Banyuwangi sekitar 12 Km. Lokasinya
terletak di desa Macan putih Kecamatan kabat. Situs ini merupakan bekas tempat
pemujaan !rabu Tawang Alun.
The sites oI Tawang Alun
The location oI this place is about 12 km Irom Banyuwangi. It is situated on
Macan !utih village Kecamatan Kabat . it was the place oI King Tawang Alun
Kingdom.
Sisa peninggalan zaman !rabu Tawangalun banyak tersebar di Desa
Macanputih, Kecamatan Kabat. Sayangnya, situs purbakala itu banyak yang
hancur. Bahkan punah tanpa bekas. Sedikitnya, ada tiga lokasi yang masih bisa
dirasakan nuansa kerajaan. Masing-masing Watu Ungkal, Mangkuto Romo dan
Sanggar !amujan. Ketiganya berada di areal Desa Macanputih.
33

Watu Ungkal dipercaya bekas tempat mengasahnya senjata saat membabat
hutan sebelum mendirikan kerajaan Macanputih. Di tempat ini ditemukan batu
berukuran besar. Watu dalam bahasa Jawa disebut batu, sedang ungkal berarti
mengasah. Mangkuto Romo adalah tempat meditasinya raja Tawangalun.
Di tempat ini sekarang didirikan sebuah balai besar. Sanggar !amujan
diyakini tempat bersembahyangnya para keluarga kerajaan. Di lokasi ini dibangun
sebuah tempat mirip situs kuno.
Hampir seluruh bekas keraton Tawangalun berada di Desa Macanputih.
Banyaknya situs yang ditemukan sebagai bukti kebesaran kerajaan ini. Warga di
Desa ini sejak dulu sering menemukan benda-benda kuno. Seperti patung, perabot
rumah tangga,bahkan bekas kereta. Sayangnya, tak satu pun yang peduli
merawatnya. Kebanyakan begitu ditemukan langsung dijual atau dikoleksi sendiri
secara diam-diam.
Dari sejumlah situs, Mangkuto Romo dan Sanggar !amujan paling sering
dikunjungi warga. Terutama para pengikut Kejawen atau IilosoIi Jawa kuno. Dua
lokasi ini dipercaya masih memiliki kekuatan supranatural tinggi. Hari-hari
tertentu, dua lokasi ini banyak diserbu warga. Apalagi jelang pesta demokrasi
kemarin. !ara caleg berebut mendatangi tempat ini untuk meminta berkah.
Sanggar !amujan terletak di tengah perkebunan tebu. Lokasinya cukup
terpencil dari perkampungan warga. Untuk mencapai tempat ini, pengunjung bisa
menggunakan kendaraan roda empat hingga ke lokasi. Meski tergolong situs,
Sanggar !amujan masih berstatus tanah pribadi. Luasnya sekitar 30 m2.
Lokasi tersebut sering dikenal dengan istilah !etilasan. Tempat ini pertama
kali ditemukan sejak zaman penjajahan Belanda. Ceritanya, salah satu pejuang
Banyuwangi, Kopral Mustareh sedang melakukan penyerangan melawan Belanda.
Keajaiban muncul ketika pejuang ini mulai terdesak. Sesosok orang aneh muncul
melindungi Mustareh dari serangan meriam Belanda.
Merasa dilindungi, Mustareh menjadi penasaran. Dia pun mencoba
berkenalan dengan orang aneh tersebut. Saat didekati, orang tak dikenal itu
mengaku dari Banyuwangi, tempatnya di tengah hutan dan terdapat pohon mlinjo
tua.Usai berkata tersebut, orang tak dikenal itu langsung menghilang.
36

!ulang dari berjuang, Mustareh mencoba mencari lokasi yang dimaksud. Setelah
bermeditasi, ditemukanlah dua pohon mlinjo besar dan tua. Di sekitar lokasi
ditemukan tumpukan bata mirip tembok istana dan sebuah lempengan batu
menyerupai tempat duduk. Di tempat ini akhirnya dibuat tanda petilasan. Di
sekitar lokasi terdapat beberapa pohon mlinjo berusia ratusan tahun. Anehnya
lagi, ada sepasang pohon berbeda, beringin dan kemuning yang dahannya
menyatu. Konon, pohon ini berkasiat menyatukan hubungan suami istri yang
terpisah.
!etilasan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 1964. Awalnya, di atas
lempengan batu ditempatkan sebuah mahkota terbuat dari tanah liat. Di
sekilingnya dibangun atap berbentuk segi enam. Tahun 1981, petilasan diperlebar
dengan berdirinya bangunan lebih besar. Lantai petilasan juga dikeramik. Sejak
itulah, petilasan Tawangalun menjadi terkenal.
!engunjung datang dari berbagai daerah. Seperti Bali, Lombok, Flores dan kota-
kota besar di Jawa. Warga luar negeri dari Malaysia dan Australia juga sempat
berkunjung. Biasanya, mereka menggelar ritual meditasi dan renungan suci.
Khusus umat Hindu Bali, mereka datang saat hari raya Galungan dan Kuningan.
!engunjung kebanyakan datang pada malam hari. Juru kunci petilasan tidak
membatasi mereka yang berkunjung. ' Ini terbuka untuk umum, syaratnya tidak
boleh membuat keributan, ujar Nurudin yang juga juru kunci generasi ke-3 ini.
Menariknya, meski ramai pengunjung, petilasan tersebut tidak diberikan
penerangan lampu. Alasannya kata Nurudin, itu sesuai petunjuk dari eyang
Tawangalun. Dia mengaku susuhan (panggilan Tawangalun),tidak berkenan
petilasan tersebut diberikan lampu. Secara kenyataan, jika petilasan tersebut
diberikan lampu akan mengundang bahaya. Lokasinya yang sepi menjadi sasaran
empuk orang jahat.
Selain petilasan, beberapa peninggalan lainnya juga kerap kali didatangi
pengunjung. Sayangnya, hingga kini belum ada kepedulian !emkab Banyuwangi
untuk menjadikan lokasi sejarah itu menjadi obyek wisata. Sementara ini,
pengunjung hanya mengetahui dari kelompok mereka masing-masing.
37

Kebesaran Tawangalun tak hanya terlihat dari petilasannya. Zaman penjajahan
Belanda, daerah ini menjadi pusat batalyon Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
warga Banyuwangi. Nama bataliyon itu adalah Macanputih, disesuaikan dengan
bekas kerajaan Macanputih yang terkenal. Konon, bataliyon ini paling sulit
ditaklukan Belanda dan Inggris.
Untuk mengenang perjuangan bataliyon tersebut di beberapa sudut Desa
Macanputih berdiri sejumlah monumen bataliyon di bawah pimpinan Letkol. R.
Ahmad RiIai itu. Termasuk beberapa tembok yang menandakan batas dari keraton
Macanputih. Beberapa perabot kuno berbahan keramik juga dipajang dalam
monumen. Sayang, berdirinya monumen itu belum bisa diterima warga setempat.
Sejumlah bangunan monumen sempat dirusak warga. Seluruh monumen ini
didirikan oleh para pemerhati budaya dan sejarah Blambangan yang tergabung
dalam tim independen Banyuwangi.
Moksa di Rowo Bayu
!eninggalan Tawangalun yang paling terkenal adalah Rowo Bayu. Tempat
ini dipercaya sebagai lokasi bersemadi !rabu Tawangalun sebelum mendirikan
keraton Macanputih. Rowo Bayu adalah danau kecil di puncak bukit di Desa
Bayu, Kecamatan Songgon, sekitar 80 km arah barat daya kota Banyuwangi.
Kawasan ini menyimpan sejuta kekuatan magis. Selain di tengah hutan, tempat ini
memiliki empat mata air suci. Masing-masing, sumber Kaputran, Dewi Gangga,
Kamulyan dan Sumber Ratu. Letaknya persis di atas danau Rowo Bayu. Konon,
mata air suci ini muncul selama Tawangalun melakukan semedi dan moksa di
tempat itu.
Dari sekian mata air, sumber Kamulyan yang paling disucikan. Mata air
ini muncul langsung dari bongkahan batu. Letaknya di samping batu petilasan
tempat bersemadi !rabu Tawangalun. Zaman dahulu, mata air ini digunakan
menyucikan diri sebelum melakukan semadi. Menurut cerita, sumber Kamulyan
pertama kali ditemukan sesepuh Desa Bayu, Mbah Sudirjo, sekitar tahun 1960-an.
Kala itu, muncul tulisan emas di atas mata air tersebut.
Rowo Bayu ditetapkan sebagai salah satu obyek wisata oleh !emkab
Banyuwangi. Kini, kawasan di tengah hutan pinus tersebut dipermak menjadi
38

kawasan wisata alam dan spiritual. !etilasan Tawangalun juga dibangun mirip
sebuah candi. Tempat ini menjadi jujugan para pencari spiritual dari berbagai
daerah.
Rowo Bayu dulunya berupa rawa dan hutan bambu. Baru sekitar tahun
1960, daerah ini mulai dijamah warga. Sebelumnya, daerah tersebut menjadi
kawasan angker. Sejak dibabat warga, sudah dua juru kunci yang merawat
kawasan Rowo Bayu. !ertama, perangkat desa setempat menunjuk juru kunci
perempuan. Namun hanya bertahan tidak lebih setahun. Kemudian mengundurkan
diri.
Kemudian dilanjutkan oleh dua juru kunci laki-laki, Mbah Saji (70) dan
Jimis (72), keduanya warga setempat. Sayangya, mereka lupa tahun berapa mulai
mengabdi menjadi juru kunci. Ada pengalaman menarik ketika mbah Saji pertama
kali masuk Rowo Bayu. Kala itu, dia mendengar suara tangisan dari arah atas
mata air. Merasa curiga, pria lanjut usia ini mendekat. Begitu dilihat, dia
mendapati mata air suci itu dipenuhi batang bambu. Saking kotornya, hampir
menyerupai air rawa.
Merasa terpanggil, mbah Saji dengan suka rela membersihkan tempat tersebut.
Selama 45 hari, pria ini bekerja sendirian membersihkan mata air itu. Beberapa
bulan kemudian, satu warga lainya, Jimis terusik hatinya. !ria ini pun ikut
merawat dan membersihkan sekitar mata air. Termasuk seluruh kawasan Rowo
Bayu.
!erjuangan mbah Saji dan Jimis membuahkan hasil. Sejak itu, Rowo Bayu mulai
tertata. !enataan Rowo Bayu bertambah ketika Banyuwangi dipimpin Bupati
Samsul Hadi, tahun 2000 silam. Kawasan ini resmi dijadikan obyek pariwisata.
Selain petilasan Tawangalun, Rowo Bayu dikenal dengan perang puputan Bayu,
tahun 1771. Kala itu, pejuang Blambangan berperang habis-habisan melawan
Belanda. !eristiwa heroik ini menjadi cikal bakal lahirnya kota Banyuwangi.
!embangunan Rowo Bayu mulai nampak tahun 2004. !ara pemerhati budaya dan
sejarah mendirikan petilasan di sekitar batu semadi !rabu Tawangalun. Tahun
2005 lalu, Bupati Banyuwangi Ratna Ani Lestari membangun petilasan dengan
bahan keramik. Terakhir pembuatan candi di lokasi petilasan dan pura tahun 2007
39

kemarin. Bahannya terbuat dari batu gunung. !ura di Rowo Bayu diberi nama
!ura !uncak Agung Macan !utih. !eristiwa gaib muncul ketika petilasan di
bangun. Batu bekas semadi Tawangalun tidak bisa dipindah. Setelah dilakukan
ritual, batu berbentuk lempengan itu bisa dipindahkan. Kejadian aneh lainnya,
patung Tawangalun yang sedianya diletakkan di pura, ternyata tidak bisa
dipindah. Sampai sekarang patung tersebut tetap berada di tempatnya semula di
bawah hutan bambu dan sebuah pohon tua bercabang dua.
Sama dengan petilasan lainya, pengunjung petilasan Rowo Bayu kebanyakan
pengikut kejawen. Rata-rata mereka ingin mendapatkan mukti dan ngalap berkah
di tempat tersebut. Mereka yang datang kebanyakan warga dari berbagai daerah di
Indonesia, termasuk Bali. Sejak berdiri pura, warga dari Bali sering tangkil ke
tempat itu. Terutama saat hari raya Kuningan. Berdirinya pura ini pun tidak luput
dari wangsit yang diterima juru kunci setempat. Begitu pula lokasi berdirinya
pura.
Mbah Saji menuturkan petilasan Tawangalun bisa dijadikan tempat mencari jati
diri. Ditambah lagi terdapat tiga mata air suci yang bisa memberikan pencerahan.
Menurutnya, menjadi manusia hanyalah bertugas sebagai pengabdi. Dari sinilah
kata dia mukti atau moksa bisa dicapai dengan mudah. Dari IilosoIi itu, pria ini
rela mengabdi menjadi juru kunci petilasan tanpa mendapat gaji. Untuk kebutuhan
sehari-hari, dia bersama istrinya membuka warung kopi di dekat lokasi.
Menurutnya, nama Tawangalun memiliki makna mendalam. Tawang artinya
pikiran yang luas, sedang Alun berarti samudera. Nama Tawangalun diartikan
sebagai kepribadian yang memiliki pikiran luas layaknya samudera. Alasan inilah
yang menjadikan mbah Saji tanpa pamrih menjadi abdi dalem petilasan. Dia
bersama Jimis bertekad mengabdikan sisa hidupnya untuk merawat petilasan itu.


40

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN diambil dari pembahasan melihat dari pokok
temuan.

You might also like