You are on page 1of 29

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota Bulukumba yang terdiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan dengan luas
daerah 1.154,67 km mempunyai penduduk yang heterogen dan mempunyai
jenis pekerjaan yang berbeda pula, ada yang bekerja sebagai pegawai negeri
sipil, militer, pegawai swasta, pedagang dan sebagiannya di dominasi oleh
petani. Para pedagang tersebar di seluruh wilayah bulukumba dan jenis
dagangan yang berbeda. Para pedagang ini pusat aktivitasnya adalah di pasar
sentral kabupaten bulukumba meskipun ada pasar-pasar tradisional tapi itu
hanya hari-hari tertentu saja kegiatan perdagangan. Dengan terpusatnya
perdagangan pada Pasar Sentral Bulukumba ini menunjukkan besarnya daya
beli masyarakat pada pasar sentral bulukumba sehingga dengan berbagai jenis
barang dan jasa yang ditawarkan ini memungkinkan terjadinya berbagai
macam jenis sampah sebagai akibat dari proses perdagangan.
Berdasarkan hal tersebut maka apa yang dilakukan manusia adalah
memanIaatkan sumberdaya alam yang berasal dari lingkungan, serta
mengembalikan hasil aktiIitas berupa buangan (waste) kembali ke lingkungan.
Keseimbangan dampak positiI pemanIaatan sumber daya alam dan dampak
negatiInya bagi kesejahteraan manusia sangat dipengaruhi oleh penggunaan
teknologi yang digunakan mengeksplorasi sumber daya alam, mengolah
buangannya, serta daya asimilasi atau daya dukung lingkungan.


2

Manusia sesuai kodratnya diberikan kelebihan ilmu pengetahuan yang
secara alami (instinctive) dapat muncul dengan sendirinya tergantung kepada
kepekaan dalam menanggapi atau pun membaca Ienomena alam dan
kemudian menerjemahkan ke dalam dunia nyata sebagai tindakan nyata
manusia. Manusia selalu diuji kepekaannya dalam menanggapi tanda-tanda
alam, untuk itu manusia selalu meningkatkan kemampuan budaya, mulai dari
budaya yang hanya sekedar untuk mempertahankan hidup hingga budaya
untuk membuat rekayasa menciptakan lingkungan hidup yang nyaman,
sejahtera, dan berkelanjutan.
Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan
ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan
penduduk akan semakin terasa dampaknya terhadap lingkungan. Penurunan
kualitas lingkungan secara terus menerus menyudutkan masyarakat pada
permasalahan degradasi lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan yang
berkaitan erat dengan pelayanan publik di wilayah perkotaan adalah pengelolaan
sampah pasar. Volume sampah yang meningkat dengan laju pertumbuhan
eksponensial akan menghadapkan pada permasalahan kebutuhan lahan pembuangan
sampah, serta semakin tingginya biaya pengelolaan sampah dan biaya-biaya
lingkungan.
Budaya konsumerisme masyarakat saat ini mempunyai andil besar
dalam peningkatan jenis dan kualitas sampah. Di Era Globalisasi, para pelaku
usaha dan pebisnis bersaing sekeras mungkin untuk memasarkan produknya,
tidak hanya itu tapi mereka memiliki strategi bisnis dengan mengemas


3

produknya dengan kemasan yang menarik konsumen. Bervariasinya kemasan
produk tersebut menimbulkan peningkatan jenis dan kualitas sampah.
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3
tahapan kegiatan, yakni : pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
Aboejoewono (1985) menggambarkan secara sederhana tahapan-tahapan dari
proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai berikut :
1. Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya
sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan
berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong
sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat
pembuangan sementara (TPS/Dipo). Untuk melakukan pengumpulan,
umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap
periode waktu tertentu.
2. Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan
berupa alat transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan
akhir/pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada
periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan
sementara ke tempat pembuangan akhir (TPA).
3. Pada tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami
pemrosesan baik secara Iisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga
tuntas penyelesaian seluruh proses.
Secara nasional, jumlah sampah padat yang dihasilkan sebagian besar
pusat perkotaan di Indonesia mencapai 10 juta ton/tahun. pengelolaan sampah


4

merupakan problem yang tidak saja dialami Indonesia. Di banyak negara,
sampah padat merupakan persoalan yang cukup mendapat perhatian.
Umumnya persoalan tersebut meliputi kurang baiknya lokasi pengelolaan
sampah padat ini, kurangnya rencana strategik, dan rendahnya kemampuan
teknis.
Fakta menunjukkan bahwa jumlah sampah sebanding dengan tingkat
konsumsi masyarakat terhadap barang yang digunakan sehari-hari. Selain itu
jenis sampah pun sangat tergantung dari jenis material yang dipergunakan.
Dari laporan Buku Laporan Tahun Bidang Pengelolaan Sampah
Asdep 4/II KLH, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, pada tahun 2010
menunjukkan bahwa sampah organik masih menjadi komponen terbesar
(65), diikuti oleh kertas dan plastik. Antara tahun 2008 dan 2010, jumlah
sampah yang dihasilkan di Indonesia meningkat sebesar 3.76 . Sebagian
besar sampah tersebut dibakar di incenerator, atau dibuang ke TPA. Pada
kenyataannya kedua metode ini bukanlah penanganan yang terbaik, karena
dapat juga membuat kerusakan lingkungan. Pemendaman limbah padat tidak
hanya memakan lebih banyak lahan yang berharga, akan tetapi juga
menyebabkan udara, air, pencemaran tanah, dan pelepasan metana (CH4) ke
atmosIer. Sementara itu penggunaan insenerator yang tidak laik pakai dapat
menimbulkan karbondioksida (CO2). Pada akhirnya kondisi ini dapat
membahayakan kesehatan manusia, serta tumbuhan dan hewan.
Pengelolaan sampah, terutama di kawasan pasar perkotaan, dewasa ini
dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang cukup kompleks.


5

Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi tingginya laju timbulan sampah
yang tinggi, kepedulian masyarakat (:2an beavio:7) yang masih sangat
rendah serta masalah pada kegiatan pembuangan akhir sampah (1inal disposal)
yang selalu menimbulkan permasalahan tersendiri.
Penataan pasar yang berwawasan lingkungan akan menciptakan suatu
kota yang bersih dan indah namun akibat pesatnya perkembangan aktivitas
masyarakat akan menimbulkan permasalahan lain, misalnya, pembuangan
limbah pasar di perkotaan.
Sampah sebagai bagian dari limbah pasar di perkotaan merupakan
suatu masalah yang memerlukan perhatian dengan sungguh-sungguh, karena
berkaitan erat dengan keindahan kota, justru karena suatu kota yang kurang
memperhatikan penataan pasarnya akan menjadi suatu permasalahan yang
berkelanjutan. Karenanya sarana dan prasarana dalam penanggulangan
persampahan mutlak diperlukan untuk menjaga kondisi perkotaan diharapkan
dapat membantu pencegahan penyebaran penyakit akibat kondisi lingkungan
yang buruk dan kurang tertata dengan baik. Untuk itu Dinas Pasar sebagai
pengelola pasar di Kota Bulukumba perlu mencari dan menentu langkah
kebijakan bagaimana solusi yang baik dan benar dalam menempatkan para
pedagang pada lokasi yang tepat karena disatu sisi peranan pedagang pada
pasar tradisional maupun pedagang lainnya yang berjualan pada lokasi pasar
yang ditentukan oleh Pemerintah mempunyai andil dan peran yang ditentukan
oleh Pemerintah mempunyai andil dan peran yang ikut membantu dalam
memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).


6

Rata-rata volume sampah pasar sentral kabupaten Bulukumba adalah
sebesar 33,13 m3/hari. Volume ini lebih kecil bila dibandingkan dengan
volume sampah pada tahun-tahun sebelumnya. Perbedaan ini kemungkinan
disebabkan oleh terjadinya perubahan daripada komposisi sampah. Besar
kecilnya volume disamping disebabkan oleh sikap konsumtiI sampah juga
sangat dipengaruhi oleh adanya industri yang mengemas produknya dengan
kemasan plastik
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik meneliti bagaimana
sistem pengelolaan sampah di Pasar Sentral Bulukumba Kecamatan
Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.

B. #umusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dikemukakan yaitu :
1. Dari manakah asal timbulan sampah yang terjadi di pasar sentral
kabupaten bulukumba ?
2. Apakah di pasar sentral kabupaten bulukumba terdapat pewadahan
sampah ?
3. Bagaimanakah mekanisme pengumpulan sampah di pasar sentral
kabupaten bulukumba ?
4. Bagaimanakah proses pengangkutan sampah di pasar sentral kabupaten
bulukumba ?
5. Dimanakah tempat pembuangan akhir sampah-sampah dari pasar sentral
kabupaten bulukumba ?


7

. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran sistem pengolahan sampah di pasar sentral
kabupaten bulukumba.
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui timbulan sampah di pasar sentral kabupaten
bulukumba.
2. Untuk mengetahui pewadahan sampah di pasar sentral kabupaten
bulukumba.
3. Untuk mengetahui mekanisme pengumpulan sampah di pasar sentral
kabupaten bulukumba.
4. Untuk mengetahui proses pengangkutan sampah di pasar sentral
kabupaten bulukumba.
5. Untuk mengetahui tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang ada
di pasar sentral kabupaten bulukumba.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan :
Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Bulukumba
khususnya pengelolaan sampah pasar sentral kabupaten Bulukumba dalam
upaya meningkatkan kualitas pengelolaan dan penataan pasar dalam
mewujudkan pasar yang bersih dan nyaman sebagai sarana kota dalam
mendukung pembangunan berwawasan lingkungan.


8

BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA

A. Sampah
1. Pengertian Sampah
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di
buang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam
yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi
yang negatiI karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau
membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga
untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang
rusak atau bercacat dalam pembikinan manuIktur atau materi berkelebihan
atau ditolak atau buangan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2005). Dalam
Undang-Undang No.18 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan deIinisi
sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam
yang berbentuk padat.
Pengelolaan Sampah adalah kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah
(Kementrian Lingkungan Hidup, 2007). Sampah adalah suatu bahan yang
terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses
alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Suprihatin, 1999). Sementara itu


9

Radyastuti, 1996 (dalam Suprihatin, 1999) menyatakan bahwa Sampah adalah
sumberdaya yang tidak siap pakai.
Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh
pemiliknya atau pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam Suprihatin, 1999).
Pemerintah bertanggung jawab dalam pengumpulan ulang dan penbuangan
sampah dari pemukiman secara memadai. Namun karena terdapat hal lain
yang harus diprioritaskan dalam pembangunan di daerah serta kurangnya dana
penunjang untuk operasionalisasi pengelolaan persampahan, menjadikan pada
beberapa daerah kegiatan pengelolaan sampah ini tidak seperti yang
diharapkan.
Hal ini makin diperkuat dengan belum diterapkannya prinsip bahwa
yang memproduksi barang harus mengelola sampah dari barang tesebut.
Beberapa kondisi umum yang terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan sampah
perkotaan selama ini, di mana sampah rumah tangga oleh masyarakat
dikumpulkan dan dibuang ke sebuah tempat pembuangan atau kontainer yang
disediakan oleh pemerintah. Dari sini sampah diangkut oleh truk ke landIill
yang umumnya kurang terkontrol, dimana para pemulung mencari barang-
barang yang dapat didaur ulang.
Keberadaan sampah dalam jumlah yang banyak jika tidak dikelola
secara baik dan benar, maka akan menimbulkan gangguan dan dampak
terhadap lingkungan, baik dampak terhadap komponen Iisik kimia (kualitas air
dan udara), biologi, sosial ekonomi, budaya dan kesehatan lingkungan.
Dampak operasional TPA terhadap lingkungan akan memicu terjadinya


10

konIlik sosial antar komponen masyarakat.Pada tahap pembuangan
akhir/pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara Iisik,
kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses.
Sidik et al (1985) mengemukaan bahwa dua proses pembuangan akhir,
yakni: open d:2ping (penimbunan secara terbuka) dan sanita7 land1ill
(pembuangan secara sehat). Pada sistem open d:2ping, sampah ditimbun di
areal tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup, sedangkan pada cara
sanita7 land1ill, sampah ditimbun secara berselang-seling antara lapisan
sampah dan lapisan tanah sebagai penutup. Dalam DraI Naskah Akademis
Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Sampah oleh Japan Inte7national
Coope7ation Agenc (JICA) disebut bahwa proses sanita7 land1ill
(pembuangan secara sehat) adalah pembuangan sampah yang didesain,
dibangun, dioperasikan dan dipelihara dengan cara menggunakan
pengendalian teknis terhadap potensi dampak lingkungan yang timbul dari
pengembangan dan operasional Iasilitas pengelolaan sampah (JICA 2005).
Metode sanita7 land1ill ini merupakan salah satu metoda pengolahan
sampah terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA
(Tempat Pembuanagan Akhir). Kemudian sampah dipadatkan dengan traktor
dan selanjutnya di tutup tanah. Cara ini akan menghilangkan polusi udara.
Pada bagian dasar tempat tersebut dilengkapi sistem saluran leachate yang
berIungsi sebagai saluran limbah cair sampah atau ke lingkungan. Pada
metode sanita7 land1ill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan
gas hasil aktivitas penguraian sampah.


11

. 1enis, Sumber dan Pengelolaan Sampah Perkotaan Menurut Undang-
Undang No.18 tahun 8 tentang Pengelolaan Sampah
Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, jenis sampah yang diatur adalah:
a. Sampah rumah tangga
Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan sehari-
hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesiIik dan dari
proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini
bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.
b. Sampah sejenis sampah rumah tangga
Yaitu sampah rumah tangga yang bersala bukan dari rumah tangga dan
lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar,
pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel,
terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.
c. Sampah spesiIik
Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang
karena siIat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan
khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan
beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang
mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana, puing
bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah
yang timbul secara periode (sampah hasil kerja bakti).


12

Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU N0.18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah meliputi, kegiatankegiatan berikut:
a. Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah
sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mengguna
ulang sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan, dan daur
ulang sampah di sumbernya dan atau di tempat pengolahan. Pengurangan
sampah akan diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri, kegiatan yang
termasuk dalam pengurangan sampah ini adalah:
1) Menetapkan sasaran pengurangan sampah
2) Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk
3) Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau diguna
ulang
4) Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang
5) Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang
b. Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penaganan sampah yang
mencakup pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut
jenis dan siIatnya), pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber
sampah ke TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu), pengangkutan
(kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS atua tempat pengolahan
sampah terpadu, pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk, komposisi,
karateristik dan jumlah sampah agar diproses lebih lanjut, dimanIaatkan
atau dikembalikan alam dan pemprosesan aktiI kegiatan pengolahan


13

sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikan
ke media lingkungan.
Dalam perencanaan pengelolaan sampah, Undang-Undang
Pengelolaan Sampah mengharapkan pemerintah kota/kabupaten dapat
membentuk semacam Iorum pengelolaan sampah skala kota/kabupaten atau
provinsi. Forum ini beranggotakan masyarakat secara umum, perguruan tinggi,
tokoh masyarakat, organisasi lingkungan/persampahan, pakar, badan usaha dan
lainnya.
Hal-hal yang dapat diIasilitasi Iorum adalah: memberikan usul,
pertimbangan dan saran terhadap kinerja pengelolaaan sampah, membantu
merumuskan kebijakan pengelolaan sampah, memberikan saran dan dapat
dalam penyelesaian sengketa persampahan. Sampai saat ini, belum ada
kebijakan nasional mengenal persampahan itu sendiri masih bersiIat sosialisasi.
Melihat di perkotaan penanganan pengelolaan sampah sudah sangat mendesak,
diharapkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dapat
diimplementasikan.
Untuk pengelolaan sampah spesiIik baik B3 (bahan berbahaya dan
beracun) dan sampah medis yang bersiIat inIektius mengenai pengelolaannya
telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peraturan Pemerintah
Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
18 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.



14

. Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan Ideal
Pemerintah Daerah diharapkan dapat melakukan kebijakan politik
khususnya mengenai pengelolaan sampah dan hendaknya didukung penuh
oleh Pemerintah Pusat dengan melibatkan seluruh stakeolde7 dalam teknis
perencanaan, penyelenggaraan dan pengembangannya. Hal ini diperlukan
karena sampah pada dasarnya bukan sekedar permasalahan Pemda atau Dinas
Kebersihan Kab. Bulukumban saja, namun lebih dari itu merupakan masalah
bagi setiap individu, keluarga, organisasi dan akan menjadi masalah negara
bila sistem perencanaan dan pelaksanaannya tidak dilakukan dengan terpadu
dan berkelanjutan.
Aparat terkait sebaiknya tidak ikut secara teknis, ini untuk
menghindari meningkatnya anggaran biaya penyelenggaraan, selain itu
keterlibatan aparat terkait dikahawatirkan akan membentuk budaya
masyarakat yang bersiIat tidak peduli. Pemerintah dan aparat terkait sebaiknya
memposisikan kewenangannya sebagai Iisilitator dan konduktor dan setiap
permasalahan persampahan sebaiknya dimunculkan oleh masyarakat atau
organisasi sosial selaku produsen sampah. Hal ini diharapkan terciptanya
sikap masyarakat selaku individu, keluarga dan organisasi.
Dalam Pengelolaan Sampah Terpadu sebagai salah satu upaya
pengelolaan Sampah Perkotaan adalah konsep rencana pengelolaan sampah
perlu dibuat dengan tujuan mengembangkan suatu sistem pengelolaaan
sampah yang modern, dapat diandalkan dan eIisien dengan teknologi yang
ramah lingkungan. Dalam sistem tersebut harus dapat melayani seluruh


15

penduduk, meningkatkan standar kesehatan masyarakat dan memberikan
peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk berpartisipasi aktiI.
Pendekatan yang digunakan dalam konsep rencana pengelolaan
sampah ini adalah meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang dapat
memenuhi tuntutan dalam pengelolaan sampah yang berbasis peran serta
masyarakat.
. Sampah Sebagai Bahan Pencemar Lingkungan
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi penyebab
gangguan dan ketidak seimbangan lingkungan. Sampah padat yang
menumpuk ataupun yang berserakan menimbulkan kesan kotor dan kumuh.
sehingga nilai estetika pemukiman dan kawasan di sekitar sampah terlihat
sangat rendah. Bila di musim hujan, sampah padat dapat memicu banjir; maka
di saat kemarau sampah akan mudah terbakar. Kebakaran sampah, selain
menyebabkan pencemaran udara juga menjadi ancaman bagi pemukiman.
a. Pencemaran udara
Sampah (organik dan padat) yang membusuk umumnya mengeluarkan gas
seperti methan (CH4) dan karbon dioksida (CO2) serta senyawa lainnya.
Secara global, gas-gas ini merupakan salah satu penyebab menurunnya
kualitas lingkungan (udara) karena mempunyai eIek rumah kaca (green
house eIIect) yang menyebabkan peningkatan suhu, dan menyebabkan
hujan asam. Sedangkan secara lokal, senyawa-senyawa ini, selain berbau
tidak sedap / bau busuk, juga dapat mengganggu kesehatan manusia.
Sampah yang dibuang di TPA pun masih tetap berisiko; karena bila TPA


16

ditutup atau ditimbun terutama dengan bangunan akan mengakibatkan gas
methan tidak dapat keluar ke udara. Gas methan yang terkurung, lama
kelamaan akan semakin banyak sehingga berpotensi menimbulkan
ledakan.
b. Pencemaran air
Proses pencucian sampah padat oleh air terutama oleh air hujan
merupakan sumber timbulnya pencemaran air, baik air permukaan maupun
air tanah. Akibatnya, berbagai sumber air yang digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari (sumur) di daerah pemukiman telah terkontaminasi
yang mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat kesehatan manusia /
penduduk. Pencemaran air tidak hanya akibat proses pencucian sampah
padat, tetapi pencemar terbesar justru berasal dari limbah cair yang masih
mengandung zat-zat kimia dari berbagai jenis pabrik dan jenis industri
lainnya. Air yang tercemar tidak hanya air permukaan saja, tetapi juga air
tanah; sehingga sangat mengganggu dan berbahaya bagi manusia.
c. Penyebab banjir
Fisik sampah (sampah padat), baik yang masih segar maupun yang sudah
membusuk; yang terbawa masuk ke got / selokan dan sungai akan
menghambat aliran air dan memperdangkal sungai. Pendangkalan
mengakibatkan kapasitas sungai akan berkurang, sehingga air menjadi
tergenang dan meluap menyebabkan banjir. Banjir tentunya akan
mengakibatkan kerugian secara Iisik dan mengancam kehidupan manusia


17

(hanyut / tergenang air). Tetapi yang paling meresahkan adalah akibat
lanjutan dari banjir yang selalu membawa penyakit.
. Sampah sebagai sumber penyakit
Sampah merupakan sumber penyakit, baik secara langsung maupun
tak langsung. Secara langsung sampah merupakan tempat berkembangnya
berbagai parasit, bakteri dan patogen; sedangkan secara tak langsung sampah
merupakan sarang berbagai vector (pembawa penyakit) seperti tikus, kecoa,
lalat dan nyamuk. Sampah yang membusuk; maupun kaleng, botol, plastik;
merupakan sarang patogen dan vektor penyakit. Berbagai penyakit yang dapat
muncul karena sampah yang tidak dikelola antara lain adalah, diare, disentri,
cacingan, malaria, kaki gajah (elephantiasis) dan demam berdarah. Penyakit
ini merupakan ancaman bagi manusia, yang dapat menimbulkan kematian.


B. Penerapan Teknologi Pengelolahan Sampah
Teknologi Pengolahan Sampah mengutamakan prinsip 4-M (murah,
mudah, manIaat, dan massal). Salah satu upaya untuk mengurangi jumlah
sampah di perkotaan dan menunjang penerapan ze7o waste adalah dengan
melakukan pengolahan sampah. Saat ini pengurangan/reduksi sampah hanya
dilakukan melalui kegiatan pemulungan sampah (daur ulang) yang secara
sporadis telah dilakukan oleh sektor inIormal (pemulung). Pengomposan
sampah baru dilakukan dalam tahap skala kecil melalui Unit Daur Ulang dan
Produksi Kompos (UDPK) yang ada umumnya terletak di TPA, sehingga


18

merupakan beban dan tugas yang harus dilakukan oleh Pemda untuk
mengangkut sampah ke TPA.
Program daur ulang di Indonesia yang telah dilaksanakan di Indonesia
sejak tahun 1986 baru dapat mencapai 1,8 , kondisi ini belum cukup untuk
mengurangi laju pertumbuhan jumlah sampah yang akan meningkat lima
kalinya pada tahun 2020.
Dengan demikian penerapan teknologi pengolahan sampah sudah
waktunya untuk dimulai, sehingga sampah sisa yang harus dibuang ke lahan
pembuangan akhir hanya sedikit dan penggunaan lahan pembuangan akhir
lebih lama, selain itu pencemaran lingkungan dapat ditekan.

. Pasar
1. Pengertian
Pasar adalah suatu tempat pertemuan penjual dan pembeli untuk
melakukan transasksi jual beli dan jasa.
Pasar adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai
kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang melakukan uang
untuk membli barang dengan harga tertentu.
Dalam pengertian yang sederhana atau sempit pasar adalah tempat
terjadinya transaksi jual beli (penjualan dan pembelian) yang dilakukan oleh
penjual dan pembeli yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu.


19

DeIinisi pasar secara luas menurut W.J. Stanton adalah orang-orang
yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk belanja
serta kemauan untuk membelanjakannya.
. ungsi Pasar
a. Sebagai sarana distribusi
Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya
pada konsumen.
b. Sebagai pembentuk harga
Di pasar terjadi tawar menawar antara penjual dan pembeli sehingga
terbentuklah harga.
c. Sebagai sarana promosi
Dengan berbagai macam cara para produsen memperkenalkan hasil
produksi kepada konsumen sehingga para konsumen berniat membeli
barang tersebut.
. 1enis-1enis Pasar
Jenis pasa7 2en:7:t bent:k kegiatanna. Menurut dari bentuk
kegiatannya pasar dibagi menjadi 2 yaitu pasar nyata ataupun pasar tidak
nyata(abstrak). Maka kita lihat penjabaran berikut ini:
a. Pasar Nyata.
Pasar nyata adalah pasar diman barang-barang yang akan diperjual belikan
dan dapat dibeli oleh pembeli. Contoh pasar tradisional dan pasar
swalayan.


20

b. Pasar Abstrak
Pasar abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak menawar
barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi
hanya dengan menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar online,
pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.
Jenis pasa7 2en:7:t ca7a t7ansaksina. Menurut cara transaksinya, jenis
pasar dibedakan menjadi pasar tradisional dan pasar modern.
c. Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang bersiIat tradisional dimana para
penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secar langsung.
Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa barang
kebutuhan pokok.
d. Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang bersiIat modern dimana barang-barang
diperjual belikan dengan harga pas dan denganm layanan sendiri. Tempat
berlangsungnya pasar ini adalah di mal, plaza, dan tempat-tempat modern
lainnya.
Jenis Jenis Pasa7 2en:7:t fenis ba7angna. Beberapa pasar hanya
menjual satu jenis barang tertentu , misalnya pasar hewan,pasar sayur,pasar
buah,pasar ikan dan daging serta pasar loak.





21

BAB III
KE#ANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran
Secara umum orang beranggapan bahwa sampah adalah sesuatu
barang atau benda yang sudah tidak berguna bagi dirinya. Sampah merupakan
sesuatu yang kotor, bau, jelek; tidak berguna lagi sehingga secepatnya harus
disingkirkan dan dibuang. Persepsi tentang sampah sebagai sesuatu yang tidak
berguna, diperkuat oleh pernyataan 'buanglah sampah pada tempatnya yang
mengisaratkan bahwa sampah memang harus dibuang; tidak diajurkan untuk
dimanIaatkan.
Sudah menjadi kebiasaan bagi manusia (masyarakat) untuk
membuang sampah; apalagi anggota masyarakat telah dibebani untuk
membayar retribusi, sehingga dianggap bahwa sampah adalah urusan
pemerintah. Bahkan perilaku membuang sampah menjadi tidak terkontrol;
masih banyak anggota masyarakat yang membuang sampah secara
sembarangan, tidak pada tempat yang telah disediakan.
Tumpukan sampah di pinggir jalan dan lorong-lorong pasar sekitar,
merupakan pemandangan yang sudah biasa. Sampah berserakan di jalan-jalan,
di kendaraan umum atau Iasilitas-Iasilitas umum lainnya merupakan suatu
bukti bahwa kesadaran kita (masyarakat) tentang lingkungan yang bersih
masih sangat rendah. Masyarakat yang sadar akan kesehatanpun, atau
masyarakat yang mengerti bahwa sampah merupakan sumber pencemar dan


22

sumber penyakit; seolah tidak peduli. Setiap orang merasa bahwa kalau hanya
dirinya yang peduli, dan kalau hanya dirinya saja yang membuang sampah
pada tempatnya; tidak akan ada gunanya. Sebagian besar orang berIikiran
seperti itu, sehingga sangat jarang yang terlihat peduli.
Proses pengelolaan sampah pasar yang baik akan menciptakan
suasana lingkungan pasar yang nyaman, bersih dan sehat. Peningkatan
pelayanan sistem pengelolaan sampah pasar dapat dilihat dengan beberapa hal
di Pasar Sentral Kabupaten Bulukumba. Secara sistematis uraian variabel yang
akan diteliti berdasarkan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Timbulan sampah
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang
dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu.
2. Pewadahan sampah
Pewadahan sampah merupakan kegiatan menampung sampah sebelum
sampah dikumpulkan dan dikelola lebih lanjut.
3. Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah merupakan proses pengambilan sampah yang
dimulai dari tempat penampungan sampah dari sumber sampah ke tempat
pengumpulan sementara atau langsung ke tempat pembuangan akhir.
4. Pengangkutan sampah
Pengakutan sampah adalah suatu bentuk pemindahan sampah dimana satu
pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa sampah tersebut dari suatu
tempat ke tempat lain.


23

5. TPA (Tempat Pembungan Sampah)
Tempat Pembuangan Akhir Sampah atau TPA. Sampah adalah tempat
mengkarantinakan sampah atau menimbun sampah yang diangkut dari
sumber sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan.

B. Kerangka Konsep dan Variabel yang diteliti
1. Variabel Independen
a. Volume timbulan sampah di pasar sentral kabupaten bulukumba.
b. Tempat pewadahan sampah di pasar sentral kabupaten bulukumba.
c. Sistem pengumpulan sampah di pasar sentral kabupaten bulukumba.
d. Sistem pengangkutan sampah di pasar sentral kabupaten bulukumba.
e. Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang berasal dari pasar
sentral kabupaten bulukumba.
2. Variabel dependen
Untuk memudahkan dan terarahnya dalam pelaksanaan penelitian ini
maka peneliti membuat kerangka konsep yang dapat menggambarkan hal-hal
yang akan diteliti dan tujuan yang akan dicapai.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, secara skematis
kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:






24















D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Timbulan sampah
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang
dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu.
Timbulan sampah sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain
peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, Iasilitas recovery
material, dan Iasilitas Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) sampah. Timbulan
sampah yang semakin hari semakin bertambah dan tidak dapat terangkut
setiap harinya, dengan kondisi seperti ini timbulan sampah tentu saja
menurunkan nilai estetika (tidak sedap dipandang mata).
Kriteria ObjektiI :
Ada : Apabila responden sering melihat volume sampah
berlebihan yang ada di pasar.
Tidak ada : Apabila tidak sesuai dengan kriteria.
Pengelolaan Sampah
Pasar Sentral
Kab. Bulukumba
Timbulan sampah
Pewadahan sampah
Pengumpulan sampah
Pengangkutan sampah

Tempat pembuangan akhir sampah


25

2. Pewadahan sampah
Pewadahan sampah merupakan kegiatan menampung sampah sebelum
sampah dikumpulkan dan dikelola lebih lanjut. Ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi dalam pewadahan sampah, yaitu awet dan tahan air,
mudah diperbaiki, ekonomis, ringan, warna tidak mencolok. Untuk lokasi
wadah harus diusahakan di tempat-tempat yang mudah dijangkau.
Kriteria ObjektiI :
Ada : Apabila responden melihat adanya tempat pewadahan
sampah pada pasar sentral kabupaten bulukumba.
Tidak ada : Apabila tidak sesua dengan kriteria.
3. Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah merupakan proses pengambilan sampah yang
dimulai dari tempat penampungan sampah dari sumber sampah ke tempat
pengumpulan sementara atau langsung ke tempat pembuangan akhir.
Pengambilan sampah semakin sering akan semakin baik hanya saja
biayanya tidaklah sedikit dan tidak eIektiI serta eIisien.
Ada : Apabila responden melihat adanya petugas sampah yang
khusus mengumpulkan sampah pada suatu tempat
penampungan.
Tidak ada : Apabila tidak sesuai dengan kriteria.
4. Pengangkutan sampah
Pengangkutan, dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulaidari
titik pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampaike TPA


26

pada pengumpulan dengan pola individual langsung, atau daritempat
pemindahan (TrasIer Depo, TrasIer Station), penampungan sementara
(TPS, TPSS, LPS) atau tempat penampungankomunal sampai ke tempat
Ada : Apabila responden sering melihat adanya pengangkutan
sampah yang ada pada pasar sentral kabupaten
bulukumba.
Tidak ada : Apabila tidak sesuia dengan kriteria.
5. Tenpat pembuangan akhir (TPA) sampah
TPA merupakan akhir dari proses sistem pengelolaan sampah pasar, ketika
sampah telah masuk ke TPA maka sampah ini akan memperoleh
pengelolaan baika di tumbun atau menggunakan teknlologi untuk
memusnahkan.
Ada : Apabila responden mengetahui atau mendengar adanya
atau letak tempat pembuangan akhir sampak pasar.
Tidak ada : Apabila tidak sesuia dengan kriteria.










27

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. 1enis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptiI untuk mengetahui
sistem pengelolaan sampah pasar pedagang di Pasar sentral Bulukumba
Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lokasi Pasar Sentral Kabupaten
Bulukumba.

. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh pedagang yang berjualan di lokasi Pasar Sentral
Bulukumba.
2. Sampel
Sampel diambil dari responden dari jumlah pedagang yang ada pada pasar
tersebut dengan alasan semua populasi dianggap homogeny karena yang
diteliti adalah sistem pengelolaan sampah pasar, sikap peduli pedagang
terhadap kebersihan lingkungan tanpa membedakan jenis pedagangnya.
Penentuan responden ini di dasarkan pada penetapan batas minimum
penarikan sampel Arikunto (2000), bahwa besarnya sampel minimal 5
dari jumlah satuan elemen dari populasi.


28

D. Pengumpulan Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder.
Data primer di peroleh langsung dengan melakukan survey, membuat
angket, wawancara dan pengamatan, sedangkan data sekunder diperoleh dari
Instansi terkait meliputi Dinas Pasar dan dinas Kebersihan Kota Bulukumba,
buku-buku literatur, jurnal ilmiah, hasil lapora penelitian dan sebagainya.

E. Pengelolaan dan Penyajian
Untuk memudahkan pengolahan data dipergunakan perangkat
komputer dengan menggunakan program pengolahan data dan disajikan dalam
penelitian ini berbentuk tabel yang dijelaskan secara deskriptiI.













29

DATA# PUSTAKA
Aboejoewono, A. 2008. Pengelolaan Sa2pa Men:f: ke Sanitasi Lingk:ngan dan
Pe72asalaanna; Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus.
Jakarta.
Azwar, Asrul. 2007. Penganta7 Il2: Keseatan Lingk:ngan . Mutiara Sumber
Widya. Jakarta.
Bratasida, Liana. 2010. P7ospek Penge2bangan Siste2 Manafe2en Lingk:ngan
di Indonesia. BAPEDAL. Jakarta.
Damanhuri, Eri. 2007. Sa2pa Indonesia . Tekhnik Lingkungan ITB. Bandung.
Daniel, T. S., Hasan, P. dan Vonny, S. 2009. Tenologi Pe2an1aatan Sa2pa
Kota dan Pe7an Pe2:l:ng Sa2pa . S:at: Pendekatan Konsept:al.
PPLH ITB. Bandung.
Gunawan, T. 2007. Pendekatan ekosiste2 bentang laan sebagai dasa7
pe2bang:nan wilaa be7basis lingk:ngan. Fakultas GeograIi UGM.
Yogyakarta.
Hadiwiardjo, Bambang, 2009. ISO 14001- Pand:an Pene7apan Siste2
Manafe2en Lingk:ngan. Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta.
Kartikawan, Yudhi, 2007, Pengelolaan Pe7sa2paan, J. Lingkungan Hidup,
Yogyakarta.
Kimberly F. Kodrat. 2010. Siste2 Manafe2en Lingk:ngan ISO 14001. makalah
IilsaIat sains, Program Pasca Sarjana (S3) IPB. Bogor.
Murtadho, D. dan Sa`id, E. G. 2008. Penanganan Pe2an1aatan Li2ba Padat.
Sarana Perkasa. Jakarta.
Outerbridge, Thomas (ed). 2009. Li2ba Padat di Indonesia . Masala ata:
S:2be7 Daa. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Pasang, Haskarlianus, 2009, Pengelolaan Sa2pa ang Regional dan
Te7integ7asi, http://www. Sarwono.net.
Sidik, M. A., Herumartono, D. dan Sutanto, H. B. 2010. Tenologi Pe2:snaan
Sa2pa dengan Incine7ato7 dan Land1ill. Direktorat Riset Operasi Dan
Manajemen. Deputi Bidang Analisa Sistem Badan Pengkajian Dan
Penerapan Teknologi. Jakarta.

You might also like