You are on page 1of 15

MAKALAH TUJUAN DAN URGENSI USHUL FIQIH

Mata Kuliah : Ushul Fiqih Dosen Pengampu : Ubaidilah, M.S.I

Disusun Oleh : Afrianto Baron Syaiful Bahri

SEKOLAH TINGGI KI AGENG PEKALONGAN (STIKAP) TAHUN PELAJARAN 2011-2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan berbagai manfaat kepada kita terutama nikmat dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada waktu yang telah di tentukan, serta tidak lupa pula kita haturkan shalawat serta salam kepada sang revormis sejati yakni baginda Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita pada ruangan indahnya islam hingga saat ini . Misi pembuatan makalah ini untuk lebih memahami tujuan dan manfaat mempelajari ushul fiqh dengan penjelasan-penjelasan serta metode-metode yang dipakai oleh para imam mujtahid dalam mengambil hukum yang kita warisi selama ini. Sehubungan dengan terbentuknya makalah ini maka kami berharap makalah ini akan memberikan manfaat yang signifikan terhadap pengetahuan terutama maha siswa baru. Kemudian penulis berterimakasih kepada pembimbing, dengan akhir kata apabila ada kesalahan maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis lebih teliti dalam pembuatan makalah berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Ilmu ushul Fiqh adalah suatu ilmu yang menguraikan tentang metode yang dipakai oleh para imam mujtahid dalam menggali dan menetapkan hukum syar'i dari nash. Dan berdasar nash pula mereka mengambil 'illat yang menjadi landasan hukum serta mencari maslahat yang menjadi tujuan hukum syar'i, sebagaimana dijelaskan dan diisyaratkan oleh al-Qur'an maupun sunnah Nabi. Ilmu Ushul Fiqh merupakan suatu kumpulan kaidah metodologis yang menjelaskan bagi seorang faqih bagaimana cara mengambil hukum dari dalildalil syara'. Kaidah itu bersifat lafzhiyah, seperti dilalah (penunjukan) suatu lafazh terhadap arti tertentu, cara mengkompromikan lafazh yang secara lahir bertentangan atau berbeda konteksnya dan bisa bersifat maknawiyah, seperti mengambil dan menggeneralisasikan suatu 'illat dari nas serta cara yang paling tepat untuk penetapannya. Begitulah kandungan Ilmu Ushul Fiqh yang menguraikan dasar-dasar serta metode penetapan hukum taklif yang bersifat praktis yang menjadi pedoman bagi para faqih dan mujtahid, sehingga dia akan menempuh jalan yang tepat dalam beristinbath (mengambil hukum).1 Karena itulah ilmu ushul fiqh merupakan aspek penting yang mempunyai pengaruh paling besar dalam pembentukan pemikiran fiqh. Dengan mengkaji ilmu ini seseorang akan mengetahui metode-metode yang dipakai oleh para imam mujtahid dalam mengambil hukum yang kita warisi selama ini. Terutama, dari segi yang lebih produktif bila ingin mengembangkan hukum-hukum yang telah diwarisi itu, meski tidak sepadan, maka ilmu ushul fiqh itu akan menerangi jalan untuk berijtihad. Dengan begitu seseorang akan tahu tanda-tanda dalam
1

http://www.islamwiki.blogspot.com/pentingnya-ilmu-ushul-fiqh.html

menetapkan hukum syara' dan tidak menyimpang dari jalan yang benar, disamping ia juga akan selalu mampu mengembangkan hukum syar'i dalam memberi jawaban terhadap segala persoalan yang muncul dalam setiap masa. Artinya ilmu ushul fiqih nerupakan hal yang harus diketahui oleh orang yang ingin mengenali fiqh hasil para ulama terdahulu,juga bagi orang yang ingin mencari jawaban hukum syar'i terhadap persoalan yang muncul pada setiap saat.2 B. RUMUSAN MASALAH Makalah ini menyusun tentang tujuan dan urgensi ilmu ushul fiqih yang nantinya menjadi dasar untuk menyelidiki keadaan dalil dalil syara dan menyelidiki bagaimana caranya dalil dalil tersebut menunjukkan hukum hukum yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf. Dan juga sebagai petunjuk kepada manusia tentang pelaksanaan amaliah seperti nikah, thalaq, rujuk, dan memelihara jiwa, harta benda serta kehormatan. Juga mengetahui segala hukum hukum yang berhubungan dengan perbuatan manusia.

BAB II PEMBAHASAN
2

http://www.islamwiki.blogspot.com/pentingnya-ilmu-ushul-fiqh.html

TUJUAN DAN URGENSI BELAJAR USHUL FIQIH

A. PENGERTIAN USHUL FIQIH Para ulama ushul menjelaskan pengertian ushul fiqh dari dua sudut pandang. Pertama dari pengertian kata ushul dan fiqh secara terpisah, kedua dari sudut pandang ushul fiqh sebagai disiplin ilmu tersendiri. Ushul Fiqh ditinjau dari 2 kata yang membentuknya. Al-Ushul Al-ushul adalah bentuk jamak dari al-ashl yang secara etimologis berarti

( dasar segala sesuatu, pondasi, asas, atau akar).


Al-Fiqh

:
Al-fiqh menurut bahasa berarti pengetahuan dan pemahaman terhadap sesuatu. Menurut istilah para ulama mengatakan:

:
(ilmu tentang hukum-hukum syari yang bersifat amaliah yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang terinci). Maka apabila kita takrifkan ushul fiqih dengan takrif yang lengkap hendaklah kita katakan :

Ushul fiqih ialah kaidah-kaidah yang dipergunakan untuk mengeluarkan hukum dari dalil-dalilnya3 dan dalil-dalil hukum (kaidah-kaidah yang menetapkan dalildalil hukum4). Atau dengan kata lain sebagai penjelasan metode seorang mujtahid dalam menyimpulkan hukum-hukum syari dari dalil-dalil yang bersifat global, karakteristik dan konsekuensi dari setiap dalil, mana dalil yang benar dan kuat, dan juga mana dalil yang lemah, siapa orang yang mampu berijtihad, dan apa syarat-syaratnya.5 Maka dengan penjelasan ini, nyatalah bahwa dikehendaki juga dengan ushul fiqih, ialah dalil-dalilnya, seperti Al-Quran, As-Sunnah, Al Ijma dan Al Qiyas. Inilah yang dibahas oleh ilmu ushul fiqih. Ahli ushul Fiqih berbicara tentang Al Qur'an dan Hadits Quran dan sunnah dari segi lafalnya, baik dalam bentuk amar, nahyi,aam, khas mutlaq, mahfum, maslahatul mursalah, syariat yang di tetapkan bagi umat yang terdahulu, yang dapat dijadikan dasar dalam penetapan hukum pada setiap ucapan dan perbuatan mukallaf. Demikianlah para ahli ushul, membahas lafal amar dari segi pengertian aslinya yang menunjukkan wajib lafal nahyi dari segi pengertian aslinya yang menunjukkan haram lafal umum ( aam ) yang pengertiannya meliputi semua yang dapat dimasukkan ke dalam pengertian itu, lafal mutlaq dilaksanakan menurut arti aslinya demikian juga lafal muqayyad. Maka untuk semua itu mereka tuangkan ke dalam kaidah tertentu yang dinamakan kaidah hukum umum ( hukum kulli ) yang diambil dari sumber atau dalil dasar menetapkan hukum

3 4

Yakni : Kaidah-kaidah yang di istinbathkan dari bahasa.

Sebagaimana dikehendaki juga dengan kulliyah yang dinashkan dalam Alquran dan As-Sunnah, seperti : Wala taziru waziratun wizra ukhra dan seperti maa ja ala alaikum fiddiini min harajin dan seperti Innamal amalu binniyyaati. Man mata la yusyrikuhu billaahi syaian. Dan yang demikian ini, dinamai dalil (Hamisy Al Muwafaqat 1:29). Pengantar Hukum Islam, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, Halaman 109.
5

http://www.smsdakwah.com

pada kasus tertantu. Umpamanya dari kaidahamar lil wujub diterapkan dalam perjanjian bersumber dari ayat yang berbunyi :


Artinya : Hai orang orang yang beriman, penuhilah aqad aqad itu . ( QS. Al Maidah : 1 ). Berdasarkan kaidah amar lil wujub memenuhi janji hukumnya wajib. Dalam ayat yang berbunyi :


Artinya : Hai orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok olokan kaum yang lain . ( QS. Al - Hujurat : 11 ) Berdasarkan kaidah umum nahyi littahrim maka ditetapkan merasa berbangga dan mengolok olok golongan lain itu hukumnya haram.6

B. TUJUAN MEMPELAJARI USHUL FIQIH

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan :


6

http://www.ahmadzain.com

:
Bahwa ghayah (tujuan) dan tsamarah (buah) ilmu ushul adalah: agar dapat melakukan istinbath hukum-hukum syari dari dalil-dalil syari secara langsung.7 Dan tujuan ushul fiqih yang lainnya adalah : 1. Mengetahui sebab-sebab ikhtilaf diantara para ulama. 2. Menumbuhkan rasa hormat dan adab terhadap para ulama. 3. Membentuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kemampuan dibidang fiqih secara benar. 4. Mengetahui hukum-hukum syariat islam dengan jalan yakin (pasti) atau dengan jalan zhan (dugaan, perkiraan) 5. Menghindari taklid buta dalam artian mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui alasan-alasannya.8 C. URGENSI USHUL FIQIH Semua ulama sepakat bahwa ushul fiqih memiliki kedudukan yang sangat penting dalam berbagai macam ilmu. Imam Asy-Syatibi (w.79 H), dalam AlMuwafaqat mengatakan : mempelajari ilmu ushul fiqih merupakan sesuatu yang dharuri (yang dapat dijangkau oleh akal manusia melalui dalil-dalil), karena melalui inilah dapat diketahui kandungan dan maksud setiap dalil syarI (AlQuran dan Hadits) sekaligus menerapkannya. Menurut Al-Amidy dalam kitab Al-Ihkam fi Ushulil Ahkam, siapa yang tidak menguasai ilmu ushul fiqih, maka diragukan ilmunya, karena tidak ada cara untuk mengetahui hukum Allah kecuali dengan ilmu ushul fiqih.
7 8

http://smsdakwah.com http://islamwiki.com

Senada dengan itu, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa ilmu ushul fiqih merupakan satu diantara tiga ilmu yang harus dikuasai setiap ulama mujtahid, dua lainnya adalah hadits dan bahasa Arab. Prof. Salam Madkur (Mesir), mengutip pendapat Al-Razy yang mengatakan bahwa ilmu uhsul fiqih adalah ilmu yang paling penting yang mesti dimiliki setiap ulama mujtahid.9 Maka dalam hal ini ushul fiqih adalah hal yang sangat penting untuk kita pelajari. Hal-hal yang sangat mendesak dalam perkembangan dunia sekarang ini untuk menetapkan hukum adalah sebagai berikut :
1. Ushul fiqih sebagai sarana untuk melakukan riset ilmiyah.

Seseorang yang ingin melakukan riset ilmiah, diharuskan untuk menentukan dahulu referensi yang ingin digunakannya, dan obyek yang ingin diteliti, dan apakah sumber dan obyek tersebut valid atau tidak. Setelah itu dia harus mengolahnya secara ilmiyah dan jujur sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga hasil dari penelitian itu bisa dipastikan tidak melenceng dari koridor ilmiah.10 2. Ushul fiqih sebagai sarana untuk melakukan dialog yang sistematis dan bermutu. Hal ini kita dapatkan di dalam pembahasan Qiyas dan etika dialog yang tersusun di dalamnya dengan rapi. Dalam etika dialog tersebut, tidak sembarang orang bisa mengeluarkan hukum kecuali harus tunduk dengan teori-teori yang telah ditetapkan di dalam qiyas. Hukum yang telah dihasilkan melalui proses qiyas, memungkinkan untuk dikritisi kembali dengan tata cara dan sistematika yang telah ditentukan para ulama.11
9

http://www.iaei-pusat.org http://www.ahmadzain.com http://www.ahmadzain.com

10 11

3. Ushul fiqih dan masalah sosial Ushul fiqih adalah ilmu yang menyatu dengan masyarakat, berbaur dengan segala permasalahannya. Segala macam solusi yang sangat strategis dan relevan bisa digunakan. Contohnya masalah Al Urfu (adat istiadat atau kebiasaan) masyarakat yang sekarang masih diperdebatkan. Dan tentunya dengan syarat karya dan budaya masyarakat itu masih dalam koridor syareat.12 4. Ushul fiqih dan kemaslahatan umat Masholih Mursalah adalah salah satu bab di dalam Ushul Fiqh yang membahas hal- hal yang berhubungan dengan kemaslahatan kehidupan manusia. Tidak berlebihan, kalau kita katakan bahwa tidak ada satupun fenomena kehidupan manusia yang lepas dari kontrol Ushul Fiqh. Mungkin kalau hanya ada satu bab ini saja dalam Ushul Fiqh, niscaya sudah cukup untuk memberikan kontribusi di dalam menciptakan maslahat kehidupan manusia.13 5. Ushul fiqih dan pandangan masa depan Hal lain yang menarik dalam ilmu Ushul Fiqh adalah kemampuannya untuk memprediksi tentang masa depan, atau memperkirakan hal-hal yang akan terjadi, mempersiapkan sesuatu sebelum terjadi, mennyediakan payung sebelum turun hujan. Selanjutnya menentukan hukum preventif untuk jaga-jaga sebelum datangnya bencana dengan cara menutup semua jalan yang menuju kerusakan . Proses semacam ini di dalam Ilmu Ushul Fiqh terkenal dengan sebutan Sadd Al- Dzarai . Sebuah proses pengambilan hukum yang menekankan pandangan ke depan.14
12 13 14

http://www.ahmadzain.com http://www.ahmadzain.com http://www.ahmadzain.com

6. Ushul fiqih dan penghargaan terhadap ilmu dan ulama Para ulama, khususnya para fuqaha, yaitu orang-orang yang konsen di dalam proses pengambil hukum telah dihargai dengan penghargaan yang setinggitingginya. Hal ini terlihat secara gamblang di dalam Konsensus Para Ulama yang mempunyai otoritas tinggi dan tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun juga. Bahkan karena daya tawarnya yang begitu tinggi, oleh sementara kalangan diletakkan di atas teks-teks Al Quran dan Hadist yang keduanya masih sarat dengan penafsiran ( Dhanniyat Al Dalalat ) . Ini semua tidak berlaku bagi kelompok lain, yang tidak mempunyai keahlian di dalam merumuskan hukum, walaupun kelompok tersebut adalah kumpulan profesor dari segala bidang ilmu.15

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN


15

http://www.ahmadzain.com

Tanpa disadari bahwa manajemen sudah ada sejak kehidupan ini ada, hal ini dibuktikan dengan bagaimana praktik-praktik manajemen sejak zaman Nabi Adam hingga Nabi Muhammad Saw. Sebagai contoh tersebut dapat dilihat ketika Allah Swt akan menciptakan Nabi Adam sebagai khalifah, Allah menyampaikan ini kepada malaikat. Hal itu menunjukkan adanya manajemen. Allah Mahakuasa untuk menciptakan manusia secara langsung, tetapi malaikat diberikan informasi dahulu, diajak dialog dan berdiskusi terlebih dahulu mengenai hal tersebut. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu oran gyang akan membauat kerusakan padanya adan menumpahkan darah, padahal ami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau da menyucikan Engkau? Tuhan berfirman, Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (al-Baqarah:30) Ayat di atas menegaskan tujuan dan urgensi dialog dalam kehidupan. Hanya setan yang tidak ambil bagian karena ia memiliki kesombongan. Dalam sebuah organisasi, jika terdapat kesombongan, akan hancurlah organisasi itu. Penyebab setan dikutuk adalah karena ia memiliki rasa sombong. Hal itu dapat dilihat dalam Al-Quran surah al-Baqarah :34. hal itu menunjukkan bahwa Allah SWT telah mengatur lahirnya manusia sebagai khalifah dengan kejelasan arah dan dengan mendengarkan pendapat-pendapat terlebih dahulu. Allah pun tidak menciptakan alam dengan sekaligus. Padahal Allah Mahakuasa menciptakan alam sekaligus. Diciptakan-Nya alam ini dalam enam masa menunjukkan proses manajemen yang indah dan agung. Apalagi dengan kondisi zaman modern seperti sekarang ini, budaya dan adat masyarakat selalu berubah baik dari segi social , teknologi, ekonomi dan lain sebagainya, sehingga Islam membutuhkan hukum-hukum yang mengkaji tentang masalah-masalah kekinian dengan di dasari oleh Al-quran dan Hadis agar tidak terbentur dengan ajaran

Islam yang hakiki. Al-Amidi dalam bukunya Al-Ihkam mengatakan: Tidak ada cara untuk mengetahui hukum Allah swt kecuali dengan ilmu ushul ini. Karena seorang mukallaf adalah awam atau bukan awam (alim). Jika ia awam maka wajib baginya untuk bertanya. Allah SWT berfirman :

....
Artinya : ......... Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui. (Al-Anbiya: 7) Dan pertanyaan itu pasti bermuara kepada ulama, karena tidak boleh terjadi siklus. Jika mukallaf seorang alim, maka ia tidak bisa mengetahui hukum Allah kecuali dengan jalan tertentu yang dibenarkan, sebab tidak boleh memutuskan hukum dengan hawa nafsu, dan jalan itu adalah ushul fiqh. Tetapi mengetahui dalil setiap hukum tidak diwajibkan atas semua orang, karena telah dibuka pintu untuk meminta fatwa. Hal ini menunjukkan bahwa menguasai ilmu ushul bukanlah fardhu ain, tetapi fardhu kifayah, wallahu alam. Dimaksudkan dengan adanya kaidah-kaidah dalam Ilmu Ushul Fiqh, yaitu untuk diterapkan pada dalil-dalil syara' yang terperinci dan sebagai rujukan bagi hukum-hukum furu' hasil ijtihad para ulama.

Sebagai kesimpulan bahwa Ilmu Ushul Fiqh merupakan pedoman yang tepat untuk memahami teks-teks perundang-undangan. Di satu pihak, ilmu itu sendiri sangat dalam dan rumit yang bisa menjadi metode dan acuan bagi seorang ahli hukum, dan di pihak lain akan dapat melatih dan mengembangkan kemampuannya dalam menerapkan dan menegakan hukum.

B. KRITIK DAN SARAN Dengan demikian tersusunya makalah ini sesuai dengan batas yang telah di tentukan, maka penulis mengucapkan alhamdullillah, akan tetapi tidak luput dari semua itu, penulis juga dalam menyusun makalah ini mempunyai dan memiliki kekurangan. Maka dari itu penulis perlu kritik dan saran dari semua pihak dimana pihak tersebut akan memacu penulis untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam menyusun makalah ke depannya serta membangun yang akan meningkatkan motivasi penulis. Dengan akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
1. Pengantar Hukum Islam, H. Hasbi Fuad Ash-Shiddieqy, PT. Pustaka Rizki

Putra, Semarang, 1997.

2. http://www.ahmadzain.com 3. http://www.islamwiki.com 4. http://www.smsdakwah.com

You might also like