You are on page 1of 10

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Membentuk Kepribadian

Umar bin Abdul Aziz (Bagian 2)


Faktor Keluarga
Umar bin Abdul Aziz melewati masa kanak-kanaknya di Kota Madinah An-Nabawiyah. Kota
yang dipenuhi dengan aroma kenabian. Bagaimana tidak, pada saat itu masih banyak para
sahabat berjalan-jalan di kota yang dahulunya disebut Yatsrib ini, di antara pembesar sahabat
duduk-duduk di masjid mengajarkan ilmu yang mereka miliki, dan rumah-rumah nabi pun masih
meninggalakn jejak-jejaknya yang mulia.
Umar bin Abdul A:i: tergolong anak yang cerdas dan memiliki hapalan yang kuat. Kedekatan
kekerabtannya dengan Abdullah bin Umar bin Khattab, menyebabkannya sering bermain ke
rumah sahabat nabi yang mulia ini. Suatu ketika ia mengatakan kepada ibunya sebuah cita-cita
yang mulia dan menunjukkan jati diri Umar kecil, 'Ibu, aku ingin menjadi seorang laki-laki dari
paman ibu. Ibunya pun menanggapi, 'Sulit bagimu nak untuk meniru pamanmu itu.
Terang saja ibunya mengatakan demikian, Abdullah bin Umar adalah salah seorang pembesar
dari kalangan sahabat Nabi shalallahu alaihi wa sallam. Ia merupakan salah seorang yang
paling banyak meriwayatkan hadis nabi, seseorang putera kesayangan dari orang yang paling
mulia di masa Islam setelah Nabi Muhammad dan Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang ahli ibadah
lagi mempunyai kedudukan terhormat, dan dicintai umat. Namun, Umar bin Abdul Aziz tak
patah semangat, ia memiliki jiwa yang tangguh sebagaimana kakeknya Umar bin Khattab.
Ayah Umar bin Abdul Aziz adalah seorang gubernur di Mesir. Suatu ketika ia mengirim surat ke
ibu kota yang berisikan mengajak anak dan istrinya untuk menyertainya di Negeri Mesir. Sang
ibu pun berkonsultasi dengan Abdullah bin Umar, kemudian Ibnu Umar menasihatinya,
'Keponakanku, dia adalah suamimu, pergilah kepadanya. Manakala Ummu Ashim hendak
berangkat, Ibnu Umar mengatakan, 'Tinggalkanlah anakmu ini Umar bin Abdul Aziz- bersama
kami, dia satu-satunya anakmu yang mirip dengan keluarga besar Al-Khattab. Ummu Ashim
tidak membantah, dan dia meninggalkan anaknya bersama pamannya tersebut.
Ketika sampai di Mesir, sang ayah pun menanyakan perihal Umar bin Abdul Aziz. Ummu
Ashim mengabarkan apa yang terjadi, berbahagialah Abdul Aziz mendengar kabar tersebut. Ia
mengirim surat kepada saudaranya, Abdul Malik di Madinah agar mencukupi kebutuhan
anaknya di Madinah. Abdul Malik menetapkan seribu dinar setiap bulannya untuk biaya hidup
Umar bin Abdul Aziz. Setelah beberapa saat, Umar bin Abdul Aziz pun menyusul ayahnya ke
Mesir.
Demikianlah lingkungan keluarga Umar bin Abdul Aziz, tumbuh di bawah asuhan pamannya
yang saleh dan lingkungan Kota Madinah yang dipenuhi cahaya dengan banyaknya sahabat-
sahabat nabi. Di masa mendatang sangat terlihat pengaruh lingkungan tumbuh kembangnya ini
dalam kehidupannya.
Kecintaan Umar bin Abdul Aziz Terhadap Ilmu Sejak Dini dan Hafalannya
Terhadap Alquran Al-Karim
Umar bin Adbdul Aziz telah menghapal Alquran pada usia anak-anaknya, ia sangat mencintai
ilmu agama. Terbukti dengan kebiasaannya berkumpul dengan para sahabat nabi dan menimba
ilmu di majlis mereka.
Ia sering menadaburi ayat-ayat Alquran sampai menangis tersedu-sedu. Ibnu Abi Dzi`ib
mengisahkan, 'Orang yang menyaksikan Umar bin Abdul Aziz yang saat itu masih menjabat
Gubernur Madinah, menyampaikan kepadaku bahwa di depan Umar ada seorang laki-laki
membaca ayat,
' ` = ' - - ' = ~ - - - ~ ' - - - ' -' ~ ' +- ~ ' - ~
'an apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu,
mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (QS. Al-Furqon: 13).
Maka Umar pun menangis sampai ia tidak bisa menguasai dirinya, pecahlah isak tangisnya, lalu
ia pun pulang ke rumahnya untuk menyembunyikan hal itu.
Makna ayat ini adalah, ketika orang-orang yang mendustakan Hari Kiamat itu dicampakkan di
tempat yang sempit di neraka, tangan-tangan mereka di belenggu ke leher mereka mereka di
sana mengharapkan kebinasaan` Harapan binasa di sini sebagai ungkapan sebagai ungkapan
penyesalan mendalam dari orang-orang itu, karena sewaktu di dunia mereka menjauhi ketaatand
dari Allah Subhanahu wa Taala.
Abu Maudud mengabarkan, 'Sampai berita kepadaku bahwa pada suatu hari Umar bin Abdul
Aziz membaca,
- - V , J - - , - ,; - - V ; , ,' -, - , - ^- - '; - ' - ; , , ~ - ,; - ' - ; ' -; | ~ -- - - '
amu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Alquran dan
kamu tidak mengerfakan suatu pekerfaan, melainkan ami menfadi saksi atasmu.` (QS. Yunus:
61).
Umar bin Abdul Aziz pun menangis, sampai orang-orang di rumahnya pun mendengar suara
tangisnya. Ketika anaknya Abdul Malik menghampirinya dan bertanya, 'Wahai ayahanda apa
yang terjadi? Umar menjawab, 'Anakku, ayahmu ini tidak mengenal dunia dan dunia pun tidak
mengenalnya. Demi Allah wahai anakku, sungguh aku khawatir binasa. Demi Allah wahai
anakku, aku takut menjadi penghuni neraka.
Ayat di atas menerangkan bahwasanya Allah mengetahui segala sesuatu yang kita perbuat. Dan
Umar bin Abdul Aziz dengan kesalehannya dan jasanya yang banyak terhadap umat Islam
khawatir kalau ia menjadi penghuni neraka karena banyak berbuat salah. Lalu bagaimana dengan
kita?
Abdul A`la bin Abu Abdullah Al-Anzi mengatakan, 'Aku melihat Umar bin Abdul Aziz keluar
di hari Jumat dengna pakaian yang sudah usang. Pada hari itu ia naik mimbar Jumat dan
berkhutbah dengan membaca surat At-Takwir
'Apabila matahari digulung. Ia mengatakan, 'Ada apa dengan amtahari? kemudian ayat kedua,
'Dan apabila bintang-bintang berguguran. Sampai pada ayat 'Dan apabila neraka Jahim
dinyalakan dan apabila surge didekatkan. Beliau menangis, dan ketulusan tangisan tersebut
menyentuh kalbu jamaah yang hadir pada saat itu, akhirnya mereka terenyuh dan ikut menangis.

Ummu Aiman: Budak Nabi dan Pengasubnya

Namanya adalah Barakah binti Tsa`labah bin Amru bin Hishan bin Malik bin Salmah bin Amru
bin Nu`man Al-Habasyiyah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mewarisi wanita ini dari ayah beliau, dan Ummu Aiman
senantiasa mengasuh Rasulullah hingga dewasa. Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam menikah dengan Khadijah binti Khuwalid, beliau memerdekakan Ummu Aiman yang
kemudian dinikahi oleh Ubaidullah bin Haris Al-Khazraji. Darinyalah ia melahirkan Aiman,
yang pada gilirannya ikut berhijrah dan berjihad bahkan syahid tatkala perang Hunain.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam memuliakan Ummu Aiman, beliau sering mengunjunginya
dan memanggilnya dengan kata, 'Wahai Ibu, .. Beliau bersabda,
- J - - - - ,' ~- J; -- ;: - - - , ,--
'eliau (Ummu Aiman) termasuk ahli baitku. Beliau juga bersabda, 'Ummu Aiman adalah
ibuku setelah ibuku.
Ummu Aiman senantiasa berkhidmat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan lemah
lembut terhadap beliau. Setelah datangnya masa kenabian, beliau bersabda,
, , -- ; ,-- - - =-' J , - , -' ; ,- , - , ~ , -
'arang siapa yang ingin menikah dengan wanita ahli surga maka hendaklah menikahi Ummu
Aiman.
Akhirnya, Zaid bin Haritsah menikahinya pada malam ketika ia diutus oleh Nabi shallallahu
alaihi wa sallam. Dengannya, akhirnya Ummu Aiman melahirkan Usamah bin Zaid, buah hati
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Ketika Rasulullah mengizinkan kaum muslimin untuk berhijrah ke Madinah, Ummu Aiman
termasuk wanita yang berhijrah angkatan pertama. Ummu Aiman berhijrah di jalan Allah dengan
berjalan dan tanpa membawa bekal. Pada saat hari sangat panas, sementara ia sedang melakukan
puasa, ia sangat kehausan, tiba-tiba ada ember di atasnya yang menjulur dari langit dengan tali
berwarna putih. Lalu, Ummu Aiman meminum air yang di dalamnya hingga kenyang. Ummu
Aiman berkata, 'Saya tidak pernah lagi merasakan haus sesudah itu. Sungguh, saya biasa
menghadapi rasa haus dengan puasa di siang hari, namun kemudian aku tidak merasakan haus
lagi setelah minum air tersebut. Meskipun aku puasa pada siang hari yang panas, aku tetap tidak
merasakan haus.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersikap lemah lembut kepadanya dan terkadang
mengajaknya bercanda karena ia seperti ibunya sendiri. Telah diriwayatkan bahwa suatu ketika
ia berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, 'Wahai Rasulullah, bawalah
(ajaklah) aku .. Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata, 'Aku akan membawamu di
atas anak unta. Ummu Aiman berkata, 'Anak unta tidak akan mampu membawaku. Lagi pula,
aku tidak menyukainya. Nabi bersabda, 'Aku tidak akan membawamu kecuali dengan anak
unta. Ini adalah canda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada Ummu Aiman. Hanya
saja, sekali pun beliau bercanda namun tidak mengatakan kecuali yang benar, sebab setiap unta
adalah anak unta.
Ummu Aiman adalah seorang wanita yang cadel suaranya. Suatu ketika, beliau ingin menyeru
kaum muslimin pada perang Hunain dan berkata, 'Sabbatallahu aqdamakum (semoga Allah
mengistirahatkan kaki kalian). (Padahal mungkin yang dimaksud adalah 'tsabbatallahu
aqdamakum (semoga Allah mengokohkan kaki kalian, pent.). Karenanya, Nabi bersabda,
~ - 4 - - , , -- '- -~ ,' ~ --' -' ,
'Diamlah, wahai Ummu Aiman, karena Anda adalah seseorang yang cadel lisannya.
Suatu ketika, Ummu Aiman masuk ke dalam rumah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan
mengucakan salam, 'Salamun la alaikum (keselamatan bukan atas kalian), padahal yang
dimaksud adalah 'assalamu alaikum'. Akan tetapi, beliau memberikan rukhshah kepadanya
untuk mengucapkan salam (salamun la alaikum).
Di samping itu, Ummu Aiman memiliki siIat-siIat yang terpuji, ditambah lagi pada usianya
sudah tua, beliau tidak mau tinggal diam, beliau ingin menyertai para pahlawan Islam dalam
menghancurkan musuh-musuh Allah subhanahu wa ta`ala untuk meninggikan kalimat-Nya. Oleh
sebab itu, ia ikut dalam perang Uhud dan ikut andil dengan kemampuan yang ia miliki, ia
memberikan minum bagi pasukan muslim dan mengobati yang terluka. Ia juga menyertai perang
Khaibar bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam waIat, Abu Bakar berkata kepada Umar,
'Pergilah bersama kami menemui Ummu Aiman, kita akan mengunjunginya sebagaimana
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengunjunginya. Tatkala mereka sampai di
rumah Ummu Aiman, ternyata ia sedang menangis, keduanya berkata, 'Apa yang membuat
Anda menangis? Bukankah apa yang di sisi Allah lebih baik bagi Rasul-Nya?
Ummu Aiman menjawab, 'Bukanlah saya menangis karena tidak tahu bahwa apa yang di sisi
Allah lebih baik bagi Rasul-Nya, hanya saja saya menangis karena telah terputusnya wahyu dari
langit. Hal itu membuat Abu Bakar dan Umar menangis, sehingga keduanya menangis bersama
Ummu Aiman.
Pada saat terbunuhnya Umar bin Khaththab, Ummu Aiman menangis sambil berkata, 'Pada hari
ini, Islam menjadi lemah.
Ummu Aiman waIat pada masa kekhaliIahan Utsman bin AIIan, tepatnya dua puluh hari setelah
terbunuhnya Umar.
Semoga Allah merahmati Ummu Aiman, pengasuh pemimpin anak Adam. Beliau adalah seorang
wanita yang rajin puasa dan tahan lapar, berhijrah dengan berjalan, diberi minum yang tidak
diketahui asal-usulnya, minuman dari langit sebagai penyembuh bagi beliau.

Biografi Umar bin Abdul Aziz (Bagian 1)


Keluarga Umar bin Abdul Aziz
Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz, ya begitulah rakyatnya memanggilnya. Seorang
pemimpin yang saleh, kharimastik, bijaksana, dan dekat dengan rakyatnya. Sosoknya yang
begitu melegenda tentu membuat hati penasaran untuk mengenalnya. Peristiwa-peristiwa pada
pemerintahannya menimbulkan rasa cinta untuk meneladaninya. Berikut ini bersama kita simak
biograIi singkat dari sang khaliIah yang mulia.

Ia adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin
Abd Syams bin ManaI, seorang imam dalam permasalahan agama dan dunia, penghaIal hadis
nawabi, mujtahid, laki-laki yang zuhud, pula ahli ibadah, sosok yang benar-benar layak digelari
pemimpin orang-orang yang beriman. Ia dikenal juga dengan Abu HaIs, nasabnya Al-Qurasyi
Al-Umawi.
Ayahnya adalah Abdul Aziz bin Marwan, salah seorang dari gubernur Klan Umayah. Ia seorang
yang pemberani lagi suka berderma. Ia menikah dengan seorang wanita salehah dari kalangan
Quraisy lainnya, wanita itu merupakan keturunan Umar bin Khattab, dialah Ummua Ashim binti
Ashim bin Umar bin Khattab, dialah ibu Umar bin Abdul Aziz. Abdul Aziz merupakan laki-laki
yang saleh yang baik pemahamannya terhadap agama. Ia merupakan murid dari sahabat senior
Abu Hurairah.
Ibunya Ummu Ashim, Laila binti Ashim bin Umar bin Khattab. Bapaknya Laila merupakan anak
Umar bin Khattab, ia sering menyampaikan hadis nabi dari Umar. Ia adalah laki-laki dengan
perawakan tegap dan jangkung, satu dari sekian laki-laki mulia di zaman tabi`in. Ada kisah
menarik mengenai kisah pernikahannya, kisah ini cukup penting untuk diketengahkan karena
dampak kejadian ini membekas kepada keturunannya, yakni Umar bin Abdul Aziz.
Cerita ini dikisahkan oleh Abdullah bin Zubair bin Aslam dari ayahnya dari kakeknya yang
bernama Aslam. Ia menuturkan, 'Suatu malam aku sedang menemani Umar bin Khattab
berpatroli di Madinah. Ketika beliau merasa lelah, ketika beliau merasa lelah, beliau bersandar
ke dinding di tengah malam, beliau mendengar seorang wanita berkata kepada putrinya, Wahai
putriku, campurlah susu itu dengan air.` Maka putrinya menjawab, Wahai ibunda, apakah
engkau tidak mendengar maklumat Amirul Mukminin hari ini?` Ibunya bertanya, Wahai
putriku, apa maklumatnya?` Putrinya menjawab, Dia memerintahkan petugas untuk
mengumumkan, hendaknya susu tidak dicampur dengan air.` Ibunya berkata, Putriku, lakukan
saja, campur susu itu dengan air, kita di tempat yang tidak dilihat oleh Umar dan petugas Umar.`
Maka gadis itu menjawab, Ibu, tidak patut bagiku menaatinya di depan khalayak demikian juga
menyelesihinya walaupun di belakang mereka.` Sementara Umar mendengar semua
perbincangan tersebut. Maka dia berkata, Aslam, tandai pintu rumah tersebut dan kenalilah
tempat ini.` Lalu Umar bergegas melanjutkan patrolinya.
Di pagi hari Umar berkata, Aslam, pergilah ke tempat itu, cari tahu siapa wanita yang berkata
demikian dan kepada siapa dia mengatakan hal itu. Apakah keduanya mempunyai suami?` Aku
pun berangkat ke tempat itu, ternyata ia adalah seorang gadis yang belum bersuami dan lawan
bicaranya adalah ibunya yang juga tidak bersuami. Aku pun pulang dan mengabarkan kepada
Umar. Setelah itu, Umar langsung memanggil putra-putranya dan mengumpulkan mereka, Umar
berkata, Adakah di antara kalian yang ingin menikah?` Ashim menjawab, Ayah, aku belum
beristri, nikahkanlah aku.` Maka Umar meminang gadis itu dan menikahkannya dengan Ashim.
Dari pernikahan ini lahir seorang putri yang di kemudian hari menjadi ibu bagi Umar bin Abdul
Aziz.
Diriwayatkan bahwa pada suatu malam Umar bin Khattab bermimpi, dia berkata, 'Seandainya
mimpiku ini termasuk tanda salah seorang dari keturunanku yang akan memenuhinya dengan
keadilan (setelah sebelumnya) dipenuhi dengan kezaliman. Abdullah bin Umar mengatakan,
'Sesungguhnya keluarga Al-Khattab mengira bahwa Bilal bin Abdullah yang mempunyai tanda
di wajahnya. Mereka mengira bahwa dialah orang yang dimaksud, hingga Allah kemudian
menghadirkan Umar bin Abdul Aziz.
Kelahiran dan Wafatnya
Ahli sejarah berpendapat bahwa kelahiran Umar bin Abdul Aziz terjadi di tahun 61 H. Ia
dilahirkan di Kota Madinah An-Nabawiyah, pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah.
Umar bin Abdul Aziz tidak memiliki usia yang panjang, ia waIat pada usia 40 tahun, usia yang
masih relatiI muda dan masih dikategorikan usia produktiI. Namun, di balik usia yang singkat
tersebut, ia telah berbuat banyak untuk peradaban manusia dan Islam secara khusus.
Ia dijuluki Asyaj Bani Umayah (yang terluka di wajahnya) sebagaimana mimpi Umar bin
Khattab.
Saudara-Saudara Umar bin Abdul Aziz
Abdul Aziz bin Marwan (bapak Umar), mempunyai sepuluh orang anak. Mereka adalah Umar,
Abu Bakar, Muhammad, dan Ashim. Ibu mereka adalah Laila binti Ashim bin Umar bin Kahttab.
Abdul Aziz mempunyai enam anak dari selain Laila, yaitu Al-Ashbagh, Sahal, Suhail, Ummu
Al-Hakam, Zabban dan Ummul Banin. Ashim (saudara Umar) inilah yang kemudian menjadi
kunyah ibunya (Laila Ummu Ashim).
Anak-Anak Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz mempunyai empat belas anak laki-laki, di antara mereka adalah Abdul
Malik, Abdul Aziz, Abdullah, Ibrahim, Ishaq, Ya`qub, Bakar, Al-Walid, Musa, Ashim, Yazid,
Zaban, Abdullah, serta tiga anak perempuan, Aminah, Ummu Ammar dan Ummu Abdillah.
Pada saat Umar bin Abdul Aziz waIat, ia tidak meninggalkan harta untuk anak-anaknya kecuali
sedikit. Setiap anak laki-laki hanya mendapatkan jatah 19 dirham saja, sementara satu anak dari
Hisyam bin Abdul Malik (khaliIah Bani Umayah lainnya) mendapatkan warisan dari bapaknya
sebesar satu juta dirham. Namun beberapa tahun setelah itu salah seorang anak Umar bi Abdul
Aziz mampu menyiapkan seratus ekor kuda lengkap dengan perlengkapannya dalam rangka
jihad di jalan Allah, pada saat yang sama salah seorang anak Hisyam menerima sedekah dari
masyarakat.
Istri-Istrinya
Istri pertamanya adalah wanita yang salehah dari kalangan kerajaan Bani Umayah, ia merupakan
putri dari KhaliIah Abdul Malik bin Marwan yaitu Fatimah binti Abdul Malik. Ia memiliki nasab
yang mulia; putri khaliIah, kakeknya juga khaliIah, saudara perempuan dari para khaliIah, dan
istri dari khaliIah yang mulia Umar bin Abdul Aziz, namun hidupnya sederhana.
Istrinya yang lain adalah Lamis binti Ali, Ummu Utsman bin Syu`aib, dan Ummu Walad.
Ciri-Ciri Fisik Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz berkulit cokelat, berwajah lembut dan tampan, berperawakan ramping,
berjanggut rapi, bermata cekung, dan di keningnya terdapat bekas luka akibat sepakan kaki kuda.
Ada pula yang mengatakan, ia berkulit putih, berwajah lembut dan tampan, berperawakan
ramping dan berjenggot rapi.
Sumber: !erfalanan halifah Yang Agung Umar bin Abdul A:i:, DR. Ali Muhammad Ash-
Shallabi
Inilah keadaan Umar bin Abdul Aziz ditinjau dari lingkungan domestiknya. Ia tumbuh di
lingkungan salehah dan berdarah biru. Namun bagaimanakan ia menjalankan hidupnya ketika
dewasa? Bagaimana Ibadah dan muamalahnya? InsyaAllah akan kita simak di kisah selanjutnya.

erbunubnya )in 'Uzza

Terbunuhnya 1in Uzza


.- - =' = , _-~= ~- ' ' - ` ~ = .' , .- - ' - ` ~ = .' ~- ~' = ' - = .' : . ~ _ '~ - = -' _ - -'
` _ = -' ~ ' = ' -' , ' ' + -' , =- _ ~- ' ~ '= - ~ ~ ~ ' - ' ~ - ' ~ ~' _ = - , ' ~ ~ '
-' _ ` ' +- = ' ' ~ ~ ' = _ = ' -- ~ _ -- = - _ =' .' - - = ~ - = -' _ - - -~~' -
~' - ' ~ ~ ' = ' -' , = ' - - - - . =' ' - ~ '+== '+ ~ ~ ' + ~ _ = -' ' - = ' - ~ ~ '- -' - =
' = .' - - = ~ - = -' _ - -' _ _ = ` ' + _ = -- ~' ,

Dari Abu Al-ThuIail, beliau bercerita, 'Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
menaklukkan kota Mekah, beliau mengutus Khalid bin al Walid ke daerah Nakhlah, tempat
keberadaan berhala Uzza. Akhirnya Khalid mendatangi Uzza, dan ternyata Uzza adalah tiga
buah pohon Samurah. Khalid pun lantas menebang ketiga buah pohon tersebut. Ketiga buah
pohon tersebut terletak di dalam sebuah rumah. Khalid pun menghancurkan bangunan rumah
tersebut. Setelah itu Khalid menghadap Nabi shallallahu alaihi wasallam dan melaporkan apa
yang telah dia kerjakan. Komentar Nabi, embalilah karena engkau belum berbuat apa-apa.
Akhirnya kembali. Tatkala para juru kunci Uzza melihat kedatangan Khalid, mereka menatap ke
arah gunung yang ada di dekat lokasi sambil berteriak, 'Wahai Uzza. Wahai Uzza. Khalid
akhirnya mendatangi puncak gunung, ternyata Uzza itu berbentuk perempuan telanjang yang
mengurai rambutnya. Dia ketika itu sedang menuangkan debu ke atas kepalanya dengan
menggunakan kedua telapak tangannya. Khalid pun menyabetkan pedang ke arah jin perempuan
Uzza sehingga berhasil membunuhnya. Setelah itu Khalid kembali menemui Nabi dan
melaporkan apa yang telah dia kerjakan. Komentar Nabi, 'Nah, itu baru Uzza. (HR. An-
Nasa`I, Sunan ubro no. 11547, jilid 6 hal. 474, terbitan Darul Kutub Ilmiyyah Beirut, cetakan
pertama 1411 H.).
Banyak pelajaran penting yang bisa kita petik dari kisah di atas. Di antara bentuk dakwah adalah
mengubah kemungkaran dengan tangan semisal dengan merusak simbol-simbol kemusyrikan
dan paganisme. Kewenangan merusak tempat-tempat kemaksiatan dan kemusyrikan dengan
senjata tajam adalah kewenangan penguasa yang memiliki otoritas dan kekuasan, bukan
kewenangan rakyat sipil. Dalam kisah di atas kita jumpai Nabi shallallahu alaihi wasallam
selaku penguasa menugasi Khalid bin Al-Walid untuk menghancurkan pusat kemaksiatan yang
paling maksiat yaitu tempat kemusyrikan. Oleh karena itu, tindakan sebagian rakyat sipil yang
kecemburuan dengan agamanya -namun sayang kurang terbimbing ajaran Islam yang benar-
yang melakukan berbagai aksi kekerasan dengan senjata untuk menghancurkan berbagai tempat-
tempat kemaksiatan adalah tindakan yang kurang tepat. Tentu tidaklah tepat menyamakan
tindakan tersebut dengan tindakan Khalid bin Al-Walid di atas. Khalid memang mendapatkan
mandat dan kewenangan dari penguasa dalam hal ini adalah Nabi- untuk menghancurkan pusat
kemaksiatan. Hal ini tentu berbeda dengan rakyat sipil.
Kisah di atas juga menunjukkan bahwa di antara tugas dan kewajiban seorang penguasa muslim
adalah menghancurkan tempat dan pusat-pusat kemaksiatan, bukan malah melindunginya,
terlebih lagi jika tempat tersebut adalah tempat kemaksiatan yang paling besar. Itulah
kemusyrikan, sebuah dosa besar yang paling besar yang tidak akan Allah ampuni siapa saja yang
mati dengan membawa dosa tersebut. Inilah di antara tugas dan kewajiban penguasa. Setiap
penguasa muslim pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah pada hari Kiamat. Apakah
anda telah melaksanakan tugas anda untuk menghancurkan tempat-tempat kemaksiatan dan
pusat-pusat kemusyrikan ataukah anda malah melindungi dan melestarikan tempat-tempat
tersebut. Jawaban apakah yang telah anda siapkan, wahai para penguasa. Moga Allah memberi
kami dan anda tauIik untuk melakukan apa yang dicintai dan diridhai oleh-Nya.
Sungguh indah realita yang diceritakan oleh Imam SyaIii,
, ' = =: -= -' _ - _ + - ~ - = -' _ - -' . ~ ( ' ~' .' ) ~+ - ~ ' ' ~ - ~
' + - -' ' +- _ - - ' ~ ~ = ~ - - -
'Dari Thawus, sesungguhnya Rasulullah melarang membuat bangunan di atas kubur dan
melarang mengapur kubur. Imam SyaIii mengatakan, 'Sungguh aku melihat sebagian penguasa
yang menghancurkan bangunan yang dibangun di atas kubur di Mekah. Aku tidak melihat
adanya ulama yang mencela tindakan para penguasa tersebut. (Al-Ummu , Imam SyaIii, jilid 1,
hal. 316).
Kisah di atas menunjukkan bahwa setelah kaum muslimin memegang kekuasaan di suatu daerah
dan penduduk daerah tersebut pun masuk Islam sebagaimana penduduk Mekah paska
penaklukan kota Mekah, maka simbol-simbol kemusyrikan yang ada di daerah tersebut
seharusnya dihancurkan, bukan malah dilestarikan dan dijadikan cagar budaya dengan alasan
memelihara warisan nenek moyang agar anak cucu mengetahui dan masih bisa menyaksikan
nilai peradaban leluhur kita. Dalam kisah di atas Nabi tidak melestarikan rumah Uzza yang
merupakan warisan nenek moyang Nabi sendiri namun Nabi malah memerintahkan untuk
menghancurkannya dan meratakannya dengan tanah.
Kisah di atas menunjukkan bahwa jin itu bisa dibunuh oleh manusia dengan senjata tajam
sebagaimana yang dilakukan oleh Khalid terhadap jin perempuan penunggu pohon Uzza. Jika
jin bisa terbunuh dengan pedang, apalagi jika dibunuh dengan menggunakan senjata api, pistol
atau yang lainnya. Oleh karena itulah tidak benar pelajaran akidah yang diajarkan oleh televisi di
negeri. Televisi mengajarkan bahwa jin adalah makhluk super sakti yang tidak bisa mati meski
dengan AK 47 sekalipun. Ini adalah pelajaran akidah sesat yang diajarkan oleh televisi. Betapa
banyak pemirsa yang menelan mentah-mentah akidah sesat ini. Sebuah akidah yang diajarkan
oleh berbagai stasiun televisi di negeri kita.
Kisah di atas menunjukkan bahwa bentuk real dari Uzza adalah pohon yang dikeramatkan.
Bentuk mengeramatkannya adalah dengan membuat bangunan yang mengelilingi ketiga pohon
keramat tersebut. Demikian pula, orang-orang Quraisy mengeramatkan dan memuja pohon
tersebut dengan memberinya kelambu dan menghiasinya dengan berbagai tali dan kapas. (athul
Mafid li Syarh itab at Tauhid, jilid 1, hal 255-256).
Dengan demikian, tidaklah benar anggapan yang ada di benak banyak orang. Itulah anggapan
bahwa Uzza itu berbentuk patung. Oleh karena itu, berbagai pohon yang dipuja dan
dikeramatkan oleh sebagian orang yang mengaku sebagai muslim pada hakikatnya adalah Uzza-
`Uzza zaman ini yang ada di sekeliling kita.
Kisah di atas menunjukkan bahwa adanya juru kunci untuk tempat-tempat yang dikeramatkan
adalah sunah warisan jahiliah. Dalam kisah di atas termaktub bagi pohon keramat Uzza itu
memiliki beberapa juru kunci.
Seorang muslim yang baik seharusnya tidak memiliki rasa takut sedikit pun untuk menebang dan
menghancurkan pohon keramat jika dia memiliki kekuasaan untuk menebang pohon keramat.
Lihat bagaimana Khalid dengan gagah berani menebang dan menghancurkan pohon keramat
Uzza. Sehingga perasaan takut untuk menebang dan menghancurkan pohon kemusyrikan adalah
suatu hal yang seharusnya tidak dimiliki oleh orang yang benar-benar beriman yang meneladani
keimanan para sahabat. Allah pun telah mewajibkan kita dalam Al Quran untuk meneladani
keimanan para sahabat Nabi radhiyallahu anhum. Kisah di atas adalah di antara contoh nyata
keimanan para sahabat.
Adanya pohon yang dihuni oleh jin tertentu adalah suatu hal yang tidak kita ingkari sebagaimana
ada jin perempuan yang menjadi penghuni pohon Uzza. Namun tidak berarti kita
memperlakukan secara khusus pohon semacam itu. Bahkan jika pohon tersebut pada akhirnya
menjadi pohon sesembahan maka pohon tersebut seharusnya dihancurkan.

You might also like