You are on page 1of 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma
dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan
sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Etika Bisnis
dapat dideIinisikan sebagai studi dan evaluasi pengambilan keputusan oleh
individu/ perusahaan menurut konsep-konsep moral dan penilaian.
Bahwa etika berhubungan dengan moral, benar. Tetapi etika bukanlah
moral. Etika adalah kerangka kerja bagi pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan moral (pengambilan keputusan moral). Etika berupaya
mengkritisi setiap acuan moral yang kita gunakan untuk mengambil keputusan
dan bertindak. Etika akan mempertanyakan ajaran-ajaran moral yang kita gunakan
untuk pengambilan keputusan dalam kehidupan kita dan ajaran-ajaran moral mana
yang dapat kita abaikan. Etika akan menuntut pertanggungjawaban kita mengenai
dasar moralitas dalam tindakan kita.
Etika tampaknya menjadi inti dari semua keputusan bisnis yang kuat.
Tanpa etika, semua Iaktor implementasi lain seperti waktu dan komunikasi
menjalankan risiko hilang. Misalnya, jika sebuah organisasi Iarmasi menerapkan
keputusan untuk menghilangkan uji yang tepat dari obat baru karena alasan
anggaran dan obat yang rusak dan membunuh manusia. Semua perencanaan,
komunikasi, ketepatan waktu, dan semua strategi pelaksanaan lainnya batal dan
tidak berlaku karena kegagalan untuk mempertimbangkan etika.
Oleh karena itu melalui makalah ini penulis akan mencoba memaparkan
peran etika dalam mengambil keputusan dan bertindak.




B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
penulis adalah:
1. Apa pengertian etika?
. Apa saja tahapan individu dalam mengambil keputusan dan bertindak?

C. Tujuan
Makalah ini ditulis bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengertian etika.
. Tahapan individu dalam mengambil keputusan dan bertindak.


















BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika dan Keputusan
Sebelum mengetahui etika dalam mengambil keputusan, terlebih dahulu
kita harus mengetahui deIinisi etika itu sendiri. Etika itu sendiri merupakan salah
satu disiplin pokok dalam IilsaIat, ia mereIleksikan bagaimana manusia harus
hidup agar berhasil menjadi sebagai manusia.
1

Secara etimologi, Etika (ethics) berasal dari bahasa Yunani ethikos
mempunyai beragam arti : pertama, sebagai analisis konsep-konsep mengenai apa
yang harus, mesti, lugas, aturan-aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab
dan lain-lain. Kedua, pencairan ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan
moral. Ketiga, pencairan kehidupan yang baik secara moral.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian etika terbagi dalam
tiga arti, antara lain: (1) Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak
dan kewajiban moral. () Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak. () Nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat.
Menurut Ahmad Amin memberikan batasan bahwa etika atau akhlak
adalah ilmu yang menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang
harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat.


Sedangkan deIinisi keputusan, para pakar memberikan pengertian sesuai
dengan sudut pandang dan latar belakang pemikirannya. Menurut James A.F.
Stoner
4
, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatiI. DeIinisi ini
mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar logika atau

1
lranz MagnlsSuseno lemlkltoo kotl Motx uotl 5oslollsme utopls ke letsellslboo kevlsloolsme
(!akarLa Cramedla usLaka uLama 1999) hlm 23
2
engerLlan LLlka dan Macammacamnya dlakses darl hLLp//dunlabacacom/pengerLlaneLlka
danmacammacamnyahLml pada Langgal 1 november 2011
3
Ahmad Amln tlko (llmo Akblop) cet ke8 (!akarLa 8ulan 8lnLang 1996) hlm 3
4
!ames Al SLoner Charles Wankel leteocooooo Joo leoqomblloo kepotosoo Jolom
Mooojemeo pener[emah SahaL Slmamora Ld 2 (!akarLa 8lneka ClpLa 1993)hlm3
4

pertimbangan; () ada beberapa alternatiI yang harus dipilih salah satu yang
terbaik; dan () ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin
mendekatkan pada tujuan tersebut. Pengertian keputusan yang lain dikemukakan
oleh Prajudi Atmosudirjo
5
, bahwa keputusan adalah suatu pengakhiran daripada
proses pemikiran tentang suatu masalah dengan menjatuhkan pilihan pada suatu
alternatiI. Dari pengertian keputusan tersebut dapat diperoleh pemahaman bahwa
keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang
dilakukan melalui pemilihan satu alternatiI dari beberapa alternatiI.

B. Tahapan Individu Dalam Pengambilan Keputusan dan Bertindak
A. Sonny KeraI
6
membagi etika menjadi dua yaitu : (1). Etika Umum;
merupakan prinsip-prinsip moral yang mengacu pada prinsip moral dasar sebagai
pegangan dalam bertindak dan menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya
suatu tindakan yang ada di dalam suatu masyarakat. (). Etika Khusus; merupakan
penerapan moral dasar dalam bidang khusus. Aplikasi dari etika khusus ini
misalnya; keputusan seseorang untuk bertindak secara etis dalam suatu bidang
tertentu baik itu dalam mengambil keputusan maupun dalam kehidupan sehari-
hari didalam suatu organisasi. Contoh; keputusan untuk bertindak secara etis
dalam dunia bisnis, dalam organisasi kehumasan dan sebagainya.
Selanjutnya, Etika Khusus dibagi menjadi dua lagi yaitu: (1). Etika
Individual; lebih menekankan pada kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri
untuk mencapai kesucian hidup. Yang termasuk dalam etika individual ini
misalnya; Etika beragama, menjaga kesehatan dan sebagainya. (). Etika Sosial;
etika ini lebih menekankan pada kewajiban, sikap dan perilaku sebagai anggota
masyarakat dan tanggung jawab individu tersebut dengan lingkungannya. Dengan
kata lain, etika sosial memberikan penekanan pada hubungan individu dengan
lingkungannya. Norma-norma, nilai-nilai sosial serta tata krama menjadi moral
dasar dalam etika sosial yang mengatur individu ketika berinteraksi dengan orang

3
ra[udl ALmosudlr[o 8ebetopo looJooqoo llmo teotooq leoqomblloo kepotosoo (ueclsloo
Mokloq) CeL4 (!akarLa sn 1976) hlm7
6
ur A Sonny keraf tlko 8lsols 1oototoo Joo kelevoosloyo (?ogyakarLa kanlslus 1993) hlm 7
5

lain. Contoh etika sosial misalnya; etika dalam bermasyarakat, etika dalam
berorganisasi dan sebagainya.
Etika memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Ada
beberapa peran yang dimiliki oleh etika tersebut beberapa diantaranya adalah:
1. Etika mendorong dan mengajak setiap individu untuk bersikap kritis dan
rasional dalam mengambil keputusan berdasarkan pendapatnya sendiri yang
dapat dipertanggung jawabkan (bersiIat otonom). Pada tataran ini tidak ada
campur tangan dari individu yang lain karena secara sadar setiap inividu
berusaha untuk memutuskan berdasarkan pendapatnya sendiri.
. Etika dapat mengarahkan masyarakat untuk berkembang menjadi
masyarakat yang tertib, teratur, damai, dan sejahtera dengan mentaati
norma-norma yang berlaku demi mencapai ketertiban dan kesejahteraan
sosial. Keadaan ini disebut sebagai ustitia Legalis` atau ustitia
Generalis`, keadilan yang menuntut ketaatan setiap orang terhadap semua
kaidah hokum dan kaidah social lainnya demi keterlibatan dan kesejahteraan
masyarakat. Etika mampu menumbuhkan kesadaran manusia untuk mentaati
nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku didalam masyarakat dimana
individu itu berada. Kesejahteraan social dapat tercipta akibat kesadaran
yang muncul dalam diri setiap individu didalam masyarakat tersebut. Nilai
dan norma yang diberlakukan di suatu masyarakat menjadi penting.
Dari dua peran etika diatas, peran yang pertamalah yang digunakan
individu sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Ada beberapa aspek dari
hak dasar yang dapat kita perhatikan sebagai kerangka pengambilan keputusan,
antara lain
7
:
1. ak terhadap kebenaran, artinya kita memiliki hak untuk mengatakan
kebenaran dan memperoleh inIormasi yang benar tentang hal-hal yang
secara signiIikan mempengaruhi pilihan-pilihan kita.

7
rof ur !uhaya S ra[a Alltooolltoo lllsofot Joo tlko (!akarLa kencana 2003) hlm 19
6

. ak privasi, artinya kita memiliki hak untuk bertindak, percaya dan
menyatakan apa saja yang kita pilih dalam kehidupan pribadi kita selama
kita tidak menghambat hak yang sama dari orang lain.
. ak untuk tidak disakiti, artinya kita memiliki kebebasan dan pengetahuan
untuk mengerjakan sesuatu yang akan berakibat pada kesakitan dan kita
bebas memilih resiko yang harus dihadapi dalam kehidupan.
4. ak dalam perjanjian, artinya kita bebas untuk membuat perjanjian dengan
siapa saja dan di mana saja.
Proses pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh beberapa ahli
berikut ini:
8

Menurut erbert A. ada tahap pokok dalam mengambil keputusan:
1. Penyelidikan, yaitu mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan
keputusan. Data mentah diperoleh, diolah, dan diuji untuk dijadikan
petunjuk yang dapat mengidentiIikasi persoalan.
. Perancangan, yaitu mendaItar, mengembangkan dan menganalisis arah
tindakan yang mungkin. al ini meliputi proses-proses untuk memahami,
menghasilkan pemecahan dan menguji kelayakan pemecahan tersebut.
. Pemilihan, yaitu memilih arah tindakan tertentu dari semua yang ada.
Pilihan ditentukan dan dilaksanakan.
Menurut Rubeinstein dan aberstroh, langkah-langkah dalam mengambil
keputusan, antara lain: (1) Pengenalan persoalan atau kebutuhan. () Analisis dan
laporan alternatiI-alternatiI. () Pemilihan alternatiI yang ada. (4) Komunikasi dan
pelaksanaan keputusan. (5) Langkah lanjutan dan umpan balik hasil keputusan.
Sedangkan Newman, Summer, dan Warren merinci langkah pengambilan
keputusan, antara lain: (1) Pembuatan suatu diagnosis. () Penemuan penyelasaian
alternatiI-alternatiI. () Penganalisaan dan pembandingan alternatiI-alternatiI. (4)
Pemilihan rencana yang diambil.

8
Cordon 8 uavls 5lstem lofotmosl Mooojemeo(!akarLa M1 usLaka 8lnaman resslndo
1999) hlm 126
7

Elbing menyatakan proses pengambilan keputusan dalam organisasi
mencakup: (1) IdentiIikasi dan diagnosis masalah. () Pengumpulan dan analisis
data yang relevan. () Pengembangan dan evaluasi alternatiI-alternatiI. (4)
Pemilihan alternatiI terbaik . (5) Implementasi keputusan dan evaluasi terhadap
hasil-hasil.
Sedangkan tahapan individu dalam pengambilan keputusan dan bertindak
menurut Trevino dan Nelson, dapat dilihat dalam gambar berikut:
9







Untuk menjadi perilaku etis dalam organisasi, pemimpin tidak hanya harus
memberikan satu keyakinan dalam setiap tindakan, melainkan tindakan mereka
sebagai pemimpin harus sejalan dengan nilai-nilai dan keyakinan. Pemimpin
harus berusaha membangun praktek bisnis yang jelas dalam organisasi yang
berharga dan memajukan perilaku etis yang positiI dan memajukan penalaran dan
konsekuensi etika sekuat mereka memajukan hasil bisnisnya. Selain itu, semua
individu dan tim harus dapat mengikuti proses pengambilan keputusan etis yang
melibatkan: kesadaran moral (mengakui adanya dilema etis), penilaian moral
(memutuskan apa yang benar), dan perilaku etis (mengambil tindakan untuk
melakukan hal yang benar). Mereka bisa melakukan ini jika budaya organisasi

9
Llnda k 1revlno and kaLherlne A nelsonMoooqloq 8osloess tblcsnew ?ork !ohn Wlley
Sons lnc 1999) hlm 1413 dlakses darl hLLp//wwwslldeshareneL/zudln/eLlkablsnlsdalam
lslam pada Langgal 11 november 2011
Characteristic oI Individual/ SiIat Individu
O Perbedaan Individu
O Persepsi kognitiI

Kesadaran Moral Perilaku Etis Penilaian moral
Characteristic oI Org./ Karakteristik Organisasi
O Tekanan Org. & Kelompok
O Sumber Daya Organisasi

8

telah dikembangkan secara jelas dengan mendeIinisikan nilai-nilai dan
mendukung tindakan yang sejalan dengan nilai-nilai. Karena setiap individu
mungkin memiliki penilaian yang berbeda dan kemampuan kognitiI yang bisa
mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengenali dan bertindak secara etis,
pemimpin harus memastikan bahwa pelatihan, penghargaan, pengakuan dan
konsekuensi etis secara jelas dideIinisikan dalam organisasi dalam rangka untuk
membantu individu bertindak sesuai etika.
Jadi, tiga langkah psikologis dasar dalam proses pengambilan keputusan
etis yang disajikan oleh Trevino dan Nelson adalah: kesadaran moral, penilaian
moral, dan perilaku etis.
Penilaian moral. Menurut Trevino dan Nelson, "Setelah orang-orang
mengetahui dimensi etis dari suatu situasi atau keputusan, mereka terlibat dalam
proses penghakiman moral yang berkontribusi terhadap perilaku etis"
10
. Penilaian
moral biasanya timbul dari rasionalitas, kesadaran, kesukarelaan dan reIleksi
mengenai apa yang akan menjadi cara yang tepat dalam hal
penyelesaian. Pertimbangan moral melibatkan dua komponen penting: (1) deIinisi
situasi di tangan - menentukan jenis yang tersedia dan relevan inIormasi,
merumuskan tanggapan alternatiI, dan memprediksi hasil yang mungkin dari
respon masing-masing, dan () menimbang alasan moral untuk dan terhadap
tanggapan alternatiI sehingga untuk menentukan mana kekuatan keseluruhan
alasan kebohongan
Pada saat yang sama, bagaimanapun juga, pertimbangan etis yang lain
menunjukkan dampak pada stakeholder harus menentukan perilaku etis. Dalam
bisnis, isu-isu etika biasanya dapat menjadi hal yang lebih rumit daripada
masalah-masalah etika individu. al ini bisa diperbesar ketika sebuah keputusan
bisnis membawa kekuatan untuk mempengaruhi populasi yang besar.al ini juga
bisa menjadi lebih rumit ketika para pembuat keputusan menghadapi tantangan
untuk membuat keputusan etis yang mendukung sesuatu yang lebih baik,

10
Llnda k 1revlno and kaLherlne A nelson Loc ClL hlm 113
9

sementara keputusan yang diambil mungkin bertentangan dengan konsep etika
setiap individu.
Sedangkan proses-proses penentuan keputusan etis dalam bisnis menurut
Trevino dan Nelson, meliputi: (1) Mengumpulkan Iakta-Iakta. () Menentukan
masalah etika. () MengidentiIikasi pihak-pihak yang terkena dampak. (4)
MengidentiIikasi konsekuensi etis. (5) MengidentiIikasi kewajiban. (6)
Mempertimbangkan karakter Anda dan integritas. (7) Berpikir kreatiI tentang
tindakan potensial. (8)Periksa Iirasat Anda (Iirasat, intuisi).















10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, antara lain:
1. Etika adalah Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan
kewajiban moral yang mengandung nilai baik dan benar.
. Etika terbagi menjadi dua yaitu : Etika Umum dan Etika Khusus.
Sedangkan etika khusus terbagi menjadi: etika individual dan etika sosial.
. Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang
suatu masalah dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatiI.
4. Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum
situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatiI dari beberapa
alternatiI.
5. Dalam pengambilan keputusan kita harus beberapa aspek hak dasar,
meliputi ak terhadap kebenaran, ak privasi, ak untuk tidak disakiti,
dan ak dalam perjanjian.

B. Saran
Pengambilan keputusan dalam bisnis dapat dilakukan, apabila keputusan
mengesampingkan etika akan berpotensi merusak saat melakukan bisnis dan
membuat keputusan yang etis akan dapat menyelesaikan masalah potensial. Jadi,
dalam berbisnis kita harus menggunakan etika yang benar agar tidak terjadi
kerugian, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Sebagaimana disebutkan
dalam hadits Rasululllah berikut :
- ` ' -`
%idak boleh membuat kemudharatan pada diri sendiri dan orang lain` # Ibn
Abbas)



11

DAFTAR PUSTAKA

!engertian Etika dan Macam-macamnya`, (http://duniabaca.com/pengertian-
etika-dan-macam-macamnya.html), diakses 1 November 011.
Amin, Ahmad. 1996. Etika Ilmu Akhlaq) Cet ke-8 Jakarta: Bulan Bintang.
Atmosudirjo, Prajudi. 1996. Beberapa !andangan Ilmu tentang !engambilan
Keputusan ecision Making). Cet. 10. Jakarta: SN.
Davis, Gordon B. 1999. Sistem Informasi Manafemen. Jakarta: PPM&PT Pustaka
Binaman Pressindo.
KeraI, A. Sonny. 199. Etika Bisnis. %untutan dan #elevansinya. Yogyakarta:
Kanisius.
Praja, Juhaya S. 005.Aliran-aliran Filsafat dan Etika Jakarta: Kencana.
Stoner, James A.F., Charles Wankel. 199. !erencanaan dan !engambilan
Keputusan dalam Manafemen, penerjemah Sahat Simamora. Edisi .
Jakarta: Rineka Cipta.
Suseno, Franz Magnis. 1999. !emikiran Karl Marx. ari Sosialisme Utopis ke
!erselisihan #evisionisme Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Trevino, Linda K. and Katherine A. Nelson, Managing Business Ethics.
(http://www.slideshare.net/zudin/etika-bisnis-dalam-islam), diakses 11
November 011.

You might also like