You are on page 1of 8

PENDEKATAN PEMBELA1ARAN SETS

Tugas Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas


~Mata Kuliah Pemebelajaran Sains III









Oleh :



M. Zabiburrobman %

UNIVERSITAS NECERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENCETAHUAN ALAM
PRUCRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS

A. Konsep Pendekatan SETS (Sains Environment Technology and Society)
Pendekatan sains-teknologi-masyarakat (SETS science, environment, technology,
society) merupakan salah satu model atau pendekatan untuk menyesuaikan diri terhadap
perkembangan sains yang cepat dan menjawab perubahan paradigma di atas. Pendekatan
SETS pada awalnya dikembangkan untuk pembelajaran sains, khususnya sains alam,
walaupun dapat dikaji penggunaannya pada pembelajaran bidang-bidang lain.
Kerangka pembelajaran SETS yang menempatkan tanggung jawab sosial sebagai
tujuan utama dalam pembelajaran sains, akhirnya menuntut perubahan tidak hanya pada
metode pembelajaran di kelas, tetapi juga perubahan mendasar pada kurikulum. Beberapa
negera telah berusaha menempatkan pembelajaran berbasis SETS dalam kurikulum sekolah
menengah mereka, seperti Kanada
(4)
dan Australia, tetapi beberapa laporan menyebutkan
bahwa tidaklah mudah untuk akhirnya benar-benar diterapkan di kelas, karena diperlukan
pengenalan yang intensiI kepada guru-guru sekolah menengah.
Walaupun para pendukung pembelajaran SETS selalu menekankan pentingnya
perubahan standar atau kurikulum, pada artikel ini, tidak akan dibahas pendidikan berbasis
salingtemas yang memerlukan penyesuaian standar isi. Pembelajaran salingtemas hanya akan
dibahas dalam konteks metode atau model pembelajaran, untuk mencapai standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang ditetapkan dalam kurikulum yang ada. Dengan demikian,
semangat dalam penerapan pembelajaran berbasis SETS yang diangkat dalam artikel ini
hanyalah untuk tujuan melek sains, atau tujuan peningkatan motivasi dan pemahaman peserta
didik dalam pembelajaran sains, atau paling jauh bisa mewarnai penyusunan kurikulum di
tingkat satuan pendidikan.
. Visi, Misi, dan Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan SETS
Visi, misi, dan tujuan pendekatan SETS sekurang-kurangnya dapat membuka wawasan
peserta didik untuk memahami hakikat pendidikan sain, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat secara utuh. Maksudnya ialah bahwa visi dan misi pendekatan SETS ditujukan
untuk membantu peserta didik mengetahui sain dan bagaimana perkembangan sain dapat
mempengaruhi lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara timbal balik.
Ada dua visi dan tujuan pendekatan SETS dalam pendidikan seperti dikutip oleh Pedersen
dari tulisan NSTA, yaitu:
a. SETS melibatkan peserta didik dalam pengalaman dan isu-isu/masalah-masalah yang
berhubungan langsung dengan kehidupan mereka; dan
b. SETS memberdayakan peserta didik dengan berbagai keterampilan sehingga mereka
menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan lebih aktiI merespons isu/masalah-
masalah yang mempengaruhi kehidupan mereka (Pedersen, 1992:26). Program SETS
telah menjadi suatu gerakan dalam pendidikan sain di negara-negara yang telah maju,
bertujuan mengintegrasikan sain, lingkungan, dan teknologi dengan kehidupan
masyarakat (Yager & Roy, 1993:7).
Sementara dalam iwa Learning System (Gregorio, 1991:37) dinyatakan bahwa:
a. SETS merupakan suatu perubahan penekanan dalam pengajaran sains di sekolah,
dan bukan evolusi dalam pengajaran sains;
b. tujuannya adalah humanisasi pengajaran sain dengan menempatkannya dalam
konteks sosial dan teknologi, dan bukan memandang sains sebagai tujuan yang
terlepas dari atau di luar pengalaman sehari-hari;
c. SETS merupakan suatu pendekatan pembelajaran untuk sains yang disesuaikan
dengan kecakapan kelompok, dan bukan melemahkan atau menghambat
perkembangan sains;
d. SETS merupakan suatu program atau kurikulum sains, dan bukan sains itu sendiri;
dan
e. SETS merupakan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner, dan bukan suatu
disiplin atau ruang lingkup pelajaran.
Berhubungan dengan visi dan tujuan-tujuan Pendekatan SETS, Gregorio
(1991:40) mengungkapkannya dengan suatu kalimat yang diletakkan di antara dua tanda
kutip, yakni ive a man a fish, and he will survive for a day, but teach him how to
culture fish, and he will survive a lifetime`. Sedangkan Yager (1993:13) menyatakan
bahwa salah satu tujuan pokok dari pendekatan SETS adalah mengaktiIkan peserta
didik dalam kegiatan pemecahan isu-isu/masalah-masalah yang telah diidentiIikasi.
Demikian halnya Gregorio (1991:39) menyatakan bahwa dalam pembelajaran sains
dengan Pendekatan SETS, peserta didik diikutsertakan dalam aktivitas pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan. Sementara Rosenthal (Lo, 1991:146) menyatakan
bahwa isu-isu sosial dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan
dalam pembelajaran sain yang didasarkan pada aspek-aspek sosial dari sain. Sejalan
dengan pernyataan Heath (Heath, 1992:55) bahwa isu-isu atau masalah-masalah dalam
masyarakat dapat menjadi suatu basis pembelajaran dengan pendekatan SETS sekaligus
sebagai 'perekat yang membolehkan integrasi belajar dan mengajar lintas disiplin ilmu
dalam upaya membantu peserta didik dan warga negara untuk menyadari dan
memahami adanya interaksi antara sain, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
Tujuan utama pendidikan dengan Pendekatan SETS adalah mempersiapkan peserta
didik menjadi wagra negara dan warga masyarakat yang memiliki suatu kemampuan
dan kedasaran untuk:
a. menyelidiki, menganalisis, memahami dan menerapkan konsep-konsep/prinsip-
prinsip dan proses sain dan teknologi pada situasi nyata
b. melakukan perubahan
c. membuat keputusan-keputusan yang tepat dan mendasar tentang isu/masalah-
masalah yang sedang dihadapi yang memiliki komponen sain dan teknologi
d. merencanakan kegiatan-kegiatan baik secara individu maupun kelompok dalam
rangka pengambilan tindakan dan pemecahan isu-isu atau masalah-masalah yang
sedang dihadapi
e. bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya
I. mempersiapkan peserta didik untuk menggunakan sain bagi pengembangan hidup
dan mengikuti perkembangan dunia teknologi,
g. mengajar para peserta didik untuk mengambil tanggung jawab dengan isu-isu
lingkungan, teknologi, atau masyarakat
h. mengidentiIikasi pengetahuan Iundamental sehingga peserta didik secara tuntas
memperoleh kepandaian dengan isu-isu SETS
Dengan demikian, ada beberapa aspek yang perlu mendapat penekanan dan
dipresentasikan secara proporsional dan terintegrasi dalam pembelajaran sains di
sekolah dengan pendekatan SETS, yaitu:
a. kemampuan peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada alam dan
menemukan jawabannya;
b. kemampuan peserta didik mengidentiIikasi isu/masalah-masalah yang sedang
dihadapi masyarakat dan berupaya memecahkannya;
c. penguasaan pengetahuan ilmiah (sains) dan
d. keterampilan (teknologi) dan berupaya menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari;
e. mempertimbangkan nilai-nilai dan konteks sosial budaya masyarakat; dan
I. pengembangan sikap, nilai-nilai sosial budaya lokal, personal, dan global.
. Ruang Lingkup Pembelajaran dengan Pendekatan SETS
Menurut Yager & McCormack (Yager, 1996b:3-4; 1992b:5-6), ada enam domain utama
SETS untuk pengajaran dan penilaian, yaitu domain konsep, proses, kreativitas, sikap,
aplikasi, dan keterkaitan. Keenam domain tersebut selanjutnya dinyatakan dalam Gambar
2.
3. Enam Domain $%$ untuk Pengajaran dan Penilaian
Domain konsep meliputi Iakta-Iakta, konsep-konsep, hukum (prinsip-prinsip), serta teori
dan hipotesis yang digunakan oleh para saintis. Domain ini dapat juga disebut rana
pengetahuan ilmiah/sain atau aspek minds-on/brains-on dalam belajar sain (Glynn &
Duit, 1995; Butts & HoIman, 1993).
Domain proses meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan sbagaimana para saintis
berpikir dan bekerja, misalnya melakukan observasi dan eksplanasi; pengklasiIikasian
dan pengorganisasian data; pengukuran dan pembuatan graIik; pemahaman dan
berkomunikasi; penyimpulan dan prediksi; perumusan dan pengujian hipotesis;
identiIikasi dan pengontrolan variabel; penginterpretasian data/inIormasi; pembuatan
instrumen dan alat-alat sederhana; serta pemodelan. Domain ini dapat dibedakan antara
keterampilan proses dasar (observasi, pengukuran, klasiIikasi, prediksi, komunikasi, dan
inIerensi) dan keterampilan proses terintegrasi (perumusan/pengujian hipotesis,
interpretasi data/inIormasi, dan pemodelan), atau aspek hands-on belajar sain (Rossman,
1993; Butts & HoIman, 1993; HausIather, 1992; Pedersen, 1992; Alvarez, 1991; Glasson,
1989).
Domain kreativitas meliputi: visualisasi-produksi gambaran mental; pengkombinasian
objek dan ide atau gagasan dalam cara baru; memberikan eksplanasi terhadap objek dan
peristiwa-peristiwa yang dijumpai; mengajukan pertanyaan; menghasilkan alternatiI atau
menggunakan objek/ide yang luar biasa; menyelesaikan masalah dan hal-hal yang
membingungkan atau menjadi teka-teki; merancang alat; menghasilkan ide-ide yang luar
biasa; serta menguji alat baru untuk eksplanasi yang dibuat.
Domain sikap meliputi: pengembangan sikap positiI terhadap guru-guru dan pelajaran
sain di sekolah, kepercayaan diri, motivasi, kepekaan, daya tanggap, rasa kasih sayang
sesama manusia, ekspresi perasaan pribadi, membuat keputusan tentang nilai-nilai
pribadi, serta membuat keputusan-keputusan tentang isu-isu lingkungan dan sosial.
Sejalan dengan pernyataan Alvarez (1991:80) bahwa sikap adalah prilaku yang diadaptasi
dan diterapkan pada situasi khusus, dapat berupa minat/perhatian, apresiasi, suka, tidak
suka, opini, nilai-nilai, dan ide-ide dari seseorang.
Dalam literatur sain dibedakan antara sikap terhadap sain dan sikap ilmiah (Shibeci,
1984; Aiken & Aiken, 1969; Gardner, 1975). Sikap terhadap sain dihubungkan dengan
reaksi emosional terhadap perhatian/minat peserta didik, kebingungan dan kesenangan
pada sain, perasaan, dan nilai-nilai dalam kelas. Sedangkan sikap ilmiah mencakup
karakter siIat ilmiah yang lainnya, seperti kejujuran, keterbukaan, dan keingintahuan
(Alvarez, 1991:80).
Domain aplikasi dan keterkaitan meliputi: melihat/menunjukkan contoh konsep-
konsep ilmiah dalam kehidupan sehari-hari; menerapkan konsep-konsep sain dan
keterampilan pada masalah-masalah teknologi sehari-hari; memahami prinsip-prinsip
ilmiah dan teknologi pada alat-alat teknologi yang ada dalam rumah tangga;
menggunakan proses ilmiah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari; memahami dan mengevaluasi laporan media massa tentang
perkembangan ilmiah; membuat keputusan yang berhubungan dengan kesehatan pribadi,
nutrisi, dan gaya hidup yang didasarkan pada pengetahuan ilmiah; dan mengintegrasikan
sain dengan pelajaran lain.
4. Ragam Pendekatan SETS
Pendekatan SETS bisa amat beragam, mulai dari yang mengangkat topik atau isu sebagai
payung pembelajaran lebih dari satu bidang, mulai dari Fisika, Kimia dan Ilmu Sosial,
atau penggunaan isu lingkungan untuk pembahasan satu bab saja dalam Kimia, misalnya.
Secara garis besar, berdasarkan cakupannya, kita bisa melakukan beragam pendekatan
STM, antara lain:
a. Menempatkan pembelajaran bab tertentu bidang tertentu dalam konteks sains,
teknologi dan masyarakat.
b. Pendekatan SETS untuk pembelajaran lintas bab pada satu mata pelajaran.
c. Pendekatan SETS untuk pembelajaran lintas mata pelajaran.
d. Pendekatan SETS dengan perluasan tujuan instruksional secara eksplisit di luar
tuntutan standar kompetensi yang tertulis di kurikulum dari mata-mata pelajaran
yang terlibat dalam pembelajaran STM tersebut, seperti kepekaan terhadap
permasalahan lingkungan, atau pengenalan dampak sains dan teknologi pada pranata
sosial, dll.
e. Pendekatan SETS yang disertai kerja nyata di masyarakat, seperti gerakan
penyelamatan lingkungan, dll.
Pada pembelajaran bab tertentu dengan pendekatan SETS, guru memulai dengan
suatu topik dari lingkungan peserta didik yang berkaitan dengan materi bab tersebut.
Untuk pembelajaran lintas bab, tentunya perlu persiapan yang lebih matang pada
pemilihan topik dan penelusuran target kompetensi dasar yang bisa diikutsertakan lewat
pembelajaran di bawah payung topik itu.
Untuk pembelajaran lintas mata-pelajaran lewat pembelajaran berbasis SETS,
diperlukan koordinasi guru beberapa bidang yang relevan. Pendekatan ini akan berguna
sebagai wahana integrasi pengetahuan peserta didik. Pemahaman peserta didik terhadap
mata pelajaran tidak lagi terkotak-kotak, melainkan saling bertautan dan terpadu, yang
amat berguna bagi peserta didik dalam memahami realitas kehidupan.
Jika pembelajaran berbasis salingtemas diharapkan memunculkan kompetensi lain
di luar kompetensi dasar yang tertulis dalam kurikulum saat ini, maka agar
pencapaiannya optimal diperlukan penyesuaian standar nasional (khususnya standar isi)
agar dapat mencakup semangat ini. Dalam hal ini, salingtemas tidak lagi sekedar metode
pembelajaran, melainkan paradigma baru yang diharapkan menjiwai keseluruhan
kurikulum. Sejauh pemahaman penulis, pada pengembangan pembelajaran salingtemas,
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas membatasi diri pada pengembangan metode atau
model pembelajaran inovatiI yang dapat memberi nilai tambah pada kurikulum tingkat
satuan pendidikan, dengan target kompetensi dasar seperti yang tertulis dalam standar isi
yang berlaku saat ini. Artikel ini juga membatasi pembahasan dalam konteks tersebut.
Suber Materi .
http.//hbis.wordpress.com/2010/07/04/pengembangan-model-pembelafaran-paikem-dengan-
pendekatan-sets/ diakses pada tanggal 18 Oktober 2011 fam 05 55 WIB

You might also like