You are on page 1of 7

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BeIakang
Dewasa ini terjaminnya kebutuhan pelayanan menjadi sangat
diperlukan, namun apakah pemerintah khususnya pemerintah daerah telah
menyediakan secara komplek dan menyeluruh untuk semua kalangan. Dalam
negara demokrasi dimana negara mempunyai fungsi tidak hanya sebagai
penjaga tetapi negara berperan dalam mensejahterakan rakyatnya. Peran
pemerintah sangat sentral dan struktural dalam bidang-bidang pokok seperti
pendidikan, kesehatan, perumahan. Sesuai dengan UU no 32 tahun 2004
tentang otonomi daerah yaitu pemerintah daerah mempunyai peran strategis
dalam menyelenggarakan pelayanan guna menciptakan kesejahteraan bagi
masyarakatnya. Pegawai Negeri Sipil mempunyai fungsi untuk melaksanakan
pelayanan yang merupakan kebijakan suatu pemerintahan dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Namun apakah pegawai negeri
sipil yang sekarang telah mencerminkan asas-asas di dalam
penyelenggaraan pemerintahah yang baik, dan apakah pegawai negeri sipil
yang sekarang telah melakukannya sesuai dengan aturan yang berlaku?
Dalam UU otonomi daerah telah dijelaskan tugas dan peran dari
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan negara. Pemerintah daerah
menjadi pelaksana langsung dari pemerintah pusat yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat, dan tindakan dari pemerintah daerah langsung
dirasakan oleh masyarakat. Pelayanan publik secara dominan harus
2

dilakukan oleh pegawai negeri yang merupakan pelaksana dari pemerintah


daerah.
Pegawai negeri sipil tugas dan fungsinya dalam UU No 34 tahun
2009 pasal 3, Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara
yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara,
pemerintahan, dan pembangunan. Dan dalam pasal 17, Pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalisme sesuai dengan kompetensi.
Namun pada akhir akhir ini telah terjadi penyimpangan fungsi dan
tugas tersebut. Perilaku dari pegawai seharusnya bisa lebih bersifat arif dan
mencerminkan dirinya dengan mengingat asas profesionalitas dalam
penyelenggaraan pemerintah yang baik. Menurut smail Mohamad (2003:2)
bahwa: "...permasalahan utama pelayanan publik pada dasarnya adalah
berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri. Pelayanan yang
berkualitas sangat tergantung pada berbagai aspek, yaitu bagaimana pola
penyelenggaraannya (tata laksana), dukungan sumber daya manusia, dan
kelembagaan. Dilihat dari sisi pola penyelenggaraannya, pelayanan publik
masih memiliki berbagai kelemahan antara lain: kurang responsif, kurang
informatif, kurang accessible, kurang koordinasi, birokratis, kurang mau
mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat, dan in-efisien.
Pelayanan publik yang ada selama ini memang selalu dihadapkan
pada masalah-masalah seperti dikemukakan di atas. Survey yang dilakukan
3

oleh Litbang Kompas terhadap 885 responden dengan tingkat kepercayaan


95% pada tanggal 28 Februari sampai dengan 1 Maret 2007, terungkap
bahwa birokrasi ndonesia gagal menjalankan fungsi pelayanan publiknya.
Ketidakpastian waktu menjadi problem bagi masyarakat ketika berurusan
dengan birokrasi. Urusan kecil bisa makan waktu yang lama. nilah fenomena
yang dirasakan sebagian besar (62,9%) responden.
Menurut mereka, berurusan dengan aparat birokrasi selalu makan
waktu lama. Selain ketidakpastian waktu, ketidakpastian biaya menjadi
keluhan warga ketika berurusan dengan birokrasi. Tidak sedikit warga yang
menyogok aparat birokrasi demi kelancaran urusannya. Dari fenomena ini,
lebih dari separuh (58%) responden menganggap aparat birokrasi gampang
disuap. Pencitraan tersebut, bisa jadi, dipicu juga oleh ketidakpuasan
responden terhadap etos kerja birokrasi selama ini. Sebagian besar
responden menyatakan tidak puas dengan kelambatan birokrasi dalam
melayani urusan publik. Penilaian yang sama juga diungkapkan 65,3%
responden terhadap efektivitas kerja birokrasi. Sementara untuk kedisiplinan,
kecermatan, dan kesigapan kerja, sebagian besar responden masih kecewa.
Fenomena tersebut hampir terjadi diberbagai kantor pelayanan
publik, termasuk yang terjadi pada Kantor Kecamatan Lau Kabupaten Maros.
beberapa hal yang diindikasi pada Kantor Kecamatan Lau Kabupaten Maros
terlihat sangat jelas, Pertama, bahwa telah terjadi kesenjangan (gap) antara
kualitas pelayanan yang diharapkan dengan yang dirasakan (kenyataan).
Artinya, petugas pelayanan publik masih belum dapat memberikan pelayanan
4

yang dapat memuaskan para masyarakat. Kedua, secara keseluruhan,


masyarakat merasa kurang puas terhadap pelayanan yang mereka
rasakan/terima. Ketidakpuasan tersebut, terutama disebabkan oleh faktor (1)
waktu penyelesaian pelayanan yang tidak pasti; (2) kurangnya ketulusan dan
kesungguhan petugas pelayanan dalam menyelesaikan permasalahan
masyarakat; (3) akurasi dokumen atau persyaratan pelayanan; (4) relatif
lambatnya pelayanan diberikan oleh petugas pelayanan; (5) kurang
tanggapnya petugas pelayanan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat; (6)
sarana/fasilitas pelayanan yang kurang memadai; (7) kurang nyamannya
lingkungan tempat pelaksanaan pelayanan; (8) kurang mampunya petugas
dalam memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan masyarakat; (9)
kurang ramahnya petugas pelayanan dalam memberikan pelayanan; (10)
ketidaksesuaian waktu/jam kerja petugas pelayanan dalam memberikan
pelayanan; dan (11) sebagian besar masyarakat kurang merasakan adanya
perhatian khusus dari petugas pelayanan kepada masyarakat.
Dampak dari perilaku yang menyimpang tersebut berdampak pada
penurunan dan tidak maksimalnya kinerja pegawai negeri sipil kantor
Kecamatan Lau Kabupaten Maros. Dibutuhkan strategi untuk meningkatkan
kinerja pegawai negeri sipil, salah satunya yaitu dengan perubahan perilaku
pegawai negeri sipil kearah yang lebih positif lagi. Strategi tersebut
diantaranya yaitu (1) penerapan disiplin PNS, (2) pembinaan PNS seperti
aspek pembinaan sikap, pembinaan mental, dan perilaku pegawai, (3)
perluasan akses pengetahuan, dan (4) pengembangan program.
5

Terdapat empat pola perilaku, Davis (1985), yaitu perilaku otokratik,


perilaku kustodial, perilaku suportif dan perilaku kolegial. Perilaku otokratik
dan perilaku kustodial termasuk kategori perilaku yang tradisional dimana
setiap birokrat hanya berorientasi kekuasaan, otoritas, dan kewenangan,
pemenuhan kebutuhan pokok serta mengeksplorasi sumber daya ekonomi
organisasi untuk diri dan kelompoknya. Perilaku suportif dan kolegial
termasuk kategori perilaku birokrasi modern dimana setiap individu memberi
dukungan yang tinggi terhadap pencapaian tujuan dan sasaran organisasi,
serta organisasi memberi penghargaan yang tinggi pula terhadap kinerja
birokrat.
Birokrasi pemerintah menempati posisi yang penting dalam
pelaksanaan pembangunan karena merupakan salah satu instrumen penting
yang akan menopang dan memperlancar usaha-usaha pembangunan.
Berhasilnya pembangunan ini memerlukan sistem dan aparatur pelaksana
yang mampu tanggap dan kreatif serta pengelolaan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen modern dalam sikap perilaku dan kemampuan
teknisnya termasuk di dalamnya adalah memberikan pelayanan yang efektif
kepada masyarakat. Karena pelayanan yang efektif akan memperlancar
jalannya proses pembangunan. Dengan alasan itulah penulis mengambil
Perilaku Pegawai Negeri Sipil Dalam Pelayanan Publik sebagai variable yang
diteliti.


6

B. Rumusan MasaIah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana Perilaku PNS di Kecamatan Lau Kabupaten Maros dalam
Pelayanan Publik?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Perilaku PNS Dalam
Pelayanan Publik di Kecamatan Lau Kabupaten Maros.
C. Tujuan dan Manfaat PeneIitian
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui bagaimana perilaku PNS di Kecamatan Lau
Kabupaten Maros dalam Pelayanan Publik.
b. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Perilaku
PNS Dalam Pelayanan Publik di Kecamatan Lau Kabupaten Maros
dari segi positif maupun negatif.

2. Manfaat
a. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh cakrawala dan
wawasan pengetahuan yang lebih mendalam tentang perilaku PNS pada
Pelayanan Publik sehingga dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan teori ilmu-ilmu sosial khususnya lmu Administrasi Negara.


7

b. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pemerintah daerah setempat, khususnya bagi Pemerintah Kecamatan yang
bersangkutan dalam meningkatkan perilaku PNS Dalam Pelayanan Publik.

You might also like