You are on page 1of 4

PENETASAN DAN PERKEMBANGAN TELUR

Prinsip penetasan yaitu mengumpulkan telur-telur kemudian memindahkannya ke dalam bak-bak


penetasan dan pemeliharaan. Agar dapat menghasilkan larva ikan yang bermutu baik maka
proses inkubasi harus dilakukan dengan hati-hati.

A. Inkubasi Telur
Inkubasi telur bertujuan untuk membuat kondisi agar perkembangan embrio berlangsung dengan
baik sehingga diperoleh larva yang berkualitas. Telur-telur Ierdi yang mempunyai siIat terapung
dari hasil pemijahan secara alamiah maupun secara buatan (striping) ditampung di dalam
kantong jaring yang halus. Kantong jaring tersebut dapat dibuat dari kain yang halus atau
plankton net dengan diameter mata jaring kurang dari diameter telur. Kantong tempat pengumpul
telur dapat digunakan untuk tujuan ini.
Kantong jaring tersebut dimasukkan ke dalam bak-bak bulat berkapasitas 0.5 - 1 m3 air laut Iilter
(air laut bersih). Air laut yang digunakan selalu mengalir pada tingkat 20 1/menit sehingga terus
terjadi pergantian air. Aerasi yang tidak terlalu kuat juga diberikan agar telur-telur dapat
menyebar merata. Telur-telur yang mati akan mengendap di bagian dasar kantong jaring dan
disipon secara periodik. Biasanya telur-telur hasil pembuahan buatan mempunyai angka
kematian yang tinggi.
Inkubasi telur dilakukan selama 1 - 2 jam sebelum telur-telur mulai menetas dan hal ini
tergantung pada jenis ikan. Bila dilihat secara mikroskopik, perkembangan embrio untuk setiap
jenis telur ini ikan tampak sama. Perkembangan embrio ini dimulai dari satu sel yang kemudian
membelah menjadi dua sel, empat sel, delapan sel, dan seterusnya sampai terbentuk banyak sel
yang akhirnya terbentuk badan larva. Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan badan larva
ini tergantung pada jenis ikan dan suhu air. Telur yang telah dibuahi akan dilapisi oleh selaput
yang kuat. Dengan bantuan mikroskop, hal ini kelihatan berbeda jika dibandingkan dengan telur

TABEL 2. DIAMETER TELUR DAN BUTIR MINYAK, LAMANYA MASA INKUBASI
DAN PANJANG LARVA BARU MENETAS PADA BERBAGAI JENIS IKAN
1enis Ikan
Diameter
telur
(mm)
Diameter
Butir
minyak
pada
telur
(mm)
Masa
Inkubasi
(jam)
Suhu
Inkubasi
(
0
C)
Panjang
larva
baru
menetas
(mm)
Kerapu macam
Epinephelus
Fuscoguttatus
Kerapu lumpur
Epinephelus suillus
0,89
0,90
0,80
0,80
0,79
0,78 -
0,10
-
0,18
0,16
0,15
18
16 - 25
16 - 18
14,5 -
15,0
17,0 -
28,4 -
29,1
26,5 -
28,0
26,4 -
29,1
29,0 -
1,34
1,5 - 1,9
1,59
1,6 - 1,7
1,6 - 1,9
Kerapu Sunuk
Plectropomus
Maculatus
Kakap 1enaha
Lutjanus johni
Kakap bakau
Lutjanus
Argentimaculatus
Kakap putih
Lates calcarifer
Kakap mata kucing
Psammoperca
Waigiensis
Beronang
Siganus spp.
0,81
0,70 -
0,80
0,54 -
0,55
0,23
0,18
banyak
17,5
15 - 17
14 - 16
13
20 - 26
29,5
27,5 -
28,0
27 - 30
27 - 30
27 - 29
29 - 30
1,6
1,76
1,98 -
2,1








Gambar 12. Perkembangan telur hingga menjadi embrio ikan kerapu lumpur

yang tidak dibuahi. Bagi telur ikan beronang yang mempunyai siIat menempel maka kolektor-
kolektor telur dapat langsung dipindahkan ke dalam bak-bak inkubasi yang sekaligus dijadikan
bak pemeliharaan larva. Telur yang baru mengalami pembuahan akan membentuk satu sel dan
membawa butir minyak. Telur-telur ikan kerapu dan kakap akan membawa sebuah budr minyak,
sedangkan telur ikan beronang biasanya membawa lebih dari satu butir minyak dengan ukuran
tidak seragam. Jumlah butiran minyak pada telur beronang ini akan semakin hilang selama
proses inkubasi hingga telur menetas.
Larva yang baru ditetaskan biasanya hanya membawa satu atau dua butir minyak. Perkembangan
telur dimulai dari satu kemudian membelah menjadi 2 sel lalu 4 sel, 16 sel, dan seterusnya
sampai terbentuk stadium-stadium embrio. Perkembangan telur hingga terbentuk embrio dan
menetas menjadi larva akan tergantung pada spesies dan suhu air inkubasi.





Gambar 13. Perkembangan telur hingga menjadi embrio kakap
Lutjanus argentimaculatus







Telur ikan beronang yang diambil dari substrat membawa lima butir minyak
sumber : Drs. Pramu Sunyoto
Dr. Mustahal, M.Sc

You might also like