Professional Documents
Culture Documents
Supani Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan FTSP ITS Surabaya
ABSTRAK Proyek Pembangunan Causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II berada ditengah laut, sehingga sering mengalami pasang surut dan angin kencang. Hal ini menjadi penyebab mengapa pelaksanaan girder menjadi salah satu pekerjaan yang paling sulit untuk dilaksanakan. Selain itu keterbatasan waktu dan biaya juga merupakan faktor penyebab pekerjaan erection girder. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan atribut beserta bobot prioritasnya untuk memilih metode erection girder, bobot prioritas alternatif dan pengaruh perubahan atribut terhadap bobot prioritas alternatif metode pelaksanaan erection girder pada Proyek Pembangunan Causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II. Alternatif yang dipilih adalah metode floating cranes, metode kura kura (crawler cranes dikombinasi dengan winch roller), metode girder launchers. Tahapan penelitian ini adalah: mengidentifikasi atribut kriteria dan alternatif dengan survey wawancara dengan cara kompromi, menentukan besar prioritas atribut dan alternatif dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP), serta melakukan analisa sensitifitas berupa dynamic sensitivity dengan menggunakan program bantu expert choice 2000 Hasil analisa diperoleh dari penilaian dua responden yaitu kepala proyek dari pihak kontraktor dan asisten teknik dari pihak owner, prioritas atribut utama yang sama, yaitu mutu dan waktu. Sedang dari penilaian site office engineering dari pihak kontraktor menghasilkan waktu sebagai prioritas atribut utama dan penilaian dari staff engineering dari pihak konsultan menghasilkan mutu sebagai prioritas atribut utama. Untuk bobot prioritas alternatif, dari penilaian keempat responden secara terpisah diperoleh hasil yang sama yaitu metode girder launchers menjadi prioritas utama sebagai alternatif metode pelaksanaan erection girders. Dari analisa secara bekelompok diperoleh besar bobot masing masing atribut : mutu [0,2878], waktu[0,2776], biaya [0,1263], cara operasi [0,1124], resiko [0,1960] dan besar bobot prioritas alternatif metode erection girder : metode floating cranes [0,3152], metode kura kura [0,1062], metode girder launchers[0,5787]. Hasil analisa sensitifitas secara berkelompok menunjukan metode girder launchers sebagai prioritas alternatif utama tidak sensitif terhadap perubahan perubahan atribut mutu, biaya, cara operasi dan resiko, namun metode girder launchers sebagai prioritas alternatif utama sensitif terhadap perubahan perubahan atribut waktu Kata kunci : Jembatan Suramdu, AHP, erection girder
I
I.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
dapat
mengganggu
alur
pelayaran
yang
ada.
Keberadaan Jembatan Madura diperkirakan akan dapat mengurangi waktu tempuh sebesar 60 menit untuk kendaraan yang berasal dan menuju Kec. Kamal, Socah, dan Bangkalan, 110 menit untuk kendaraan yang tidak berasal dan menuju Kec. Kamal, Socah, dan Bangkalan. (www.suramadu.com). Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pemukiman Prasarana dan Wilayah bermaksud membangun jembatan yang
Salah satu penyebab tertinggalnya pulau Madura adalah terbatasnya sarana transportasi yang
menghubungkan dengan pulau Jawa. Saat ini jalur akses Pulau Jawa dan Madura dihubungkan dengan Penyeberangan kapal ferry antara Ujung dan Kamal. Dari survey yang dilakukan didapat bahwa volume lalu lintas kapal ferry per arah per hari pada tahun 2002 adalah 315 buah kendaraan ringan, 1036 buah Truk Kecil, 324 buah truk besar, 260 buah Bus dan 8128 buah sepeda motor. Kapasitas kapal ferry yang tersedia tersebut sudah jenuh yang diindikasikan dengan antrean kendaraan rata-rata mencapai 30 menit. Di lain segi kapasitas kapal ferry tidak bisa ditambah karena
menghubungkan antara pulau Madura dengan pulau Jawa. Jembatan tersebut dinamakan jembatan
Perencanaan pembangunan jembatan Suramadu secara umum meliputi perencanaan pembangunan konstruksi, jalan raya sebagai akses masuk, jembatan pendekat ( Causeway Bridge ) dan jembatan utama ( Main Bridge ). Pengerjaan jembatan Suramadu dibagi menjadi 3 paket pekerjaan, yaitu: jalan akses dan jembatan pendekat sisi Surabaya, jembatan utama dan jalan akses dan jembatan pendekat sisi Madura. Pada perencanaan jembatan pendekat, struktur jembatan yang direncanakan akan dikerjakan adalah
kontraktor pelaksana didasarkan pada perhitungan ekonomi teknis mengenai mutu, biaya, waktu. Metode yang digunakan adalah menggunakan crawler crane berkapasitas 150 ton dan 80 ton yang dioperasikan di atas ponton type 210 ft dan 180 ft. Keputusan ini berbeda dari dengan metode pelaksanaan erection girder semula direncanakan menggunakan metode launching dengan gantry cranes dari daratan, tetapi dengan adanya kontrak pekerjaan secara bertahap yang dibatasi waktu menyebabkan diadakannya revisi metode kerja. Pada proyek Pembangunan Jembatan
( balok girder )
tipe I sebagai balok utama. Penyangga jembatan dengan ditambah pelat diafragma dan pelat pracetak untuk lantai kendaraannya. Sedangkan untuk struktur pilar dan abutment jembatan adalah balok bertulang dengan sistem statis tertentu. Jembatan tersebut memiliki panjang total (Surabaya-Madura) 5438 m dan lebar 30 m. Jembatan ini dibangun dari dua arah, yaitu dari arah Surabaya dan dari arah Madura dan akhirnya bertemu di tengah. Makin menuju ke tengah, potongan memanjang jembatan makin naik. Konstruksi utama jembatan ini adalah : PCI (Pre-Stressed Conrete I) girder pada causeway bridge dan approach bridge, segmental girder pada approach bridge, dan cable stayed pada main span. Lebar bentang pada cable stayed (jarak antar pylon) memiliki ruang bebas horizontal sebesar 400 meter dan ruang bebas vertikal sebesar 35 meter. Dari wawancara pendahuluan dengan pihak kontraktor pelaksana, pemilihan keputusan metode pelaksanaan erection girder pada Proyek
Suramadu Sisi Madura Paket Pembangunan Causeway Dan Jalan Pendekat Tahun Anggaran 2003 2004 telah dilaksanakan erection girder pada 16 bentang, yaitu pada abutment nomor A.102 hingga pada pilar nomor P.86, berarti pekerjaan erection girder yang harus dilaksanakan masih tersisa 29 bentang karena pada sisi Madura Paket Pembangunan Causeway Dan Jalan Pendekat direncanakan sebanyak 45 bentang. Pekerjaan yang rencananya akan dilakukan dari pilar nomor P.86 hingga P.57 ini memiliki aspek teknis yang cukup sulit yang disertai kondisi lingkungan yang lebih berisiko karena lokasi pelaksanaan berada
ditengah laut yang sering mengalami pasang surut dan hembusan angin yang cukup besar. Metode
pelaksanaan erection girder yang cocok juga sangat diperlukan karena jadwal pengerjaan proyek yang harus diselesaikan tepat waktu. Dari permasalahan tersebut metode yang cocok untuk pemilihan erection girder di Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura Paket Pembangunan Causeway adalaj menggunakan metode Analisa Hierarki Proses (AHP) berdasarkan kriteria mutu, waktu, biaya, cara operasi dan resiko.
Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura Paket Pembangunan Causeway Dan Jalan Pendekat Tahun Anggaran 2003 2004 yang telah dilaksanakan pada abutment nomor A.102 hingga pada pilar P.86 didasarkan pada persetujuan bersama pihak owner, kontraktor pelaksana, manajemen konstruksi dan konsultan perencana, pada suatu metode pelaksanaan erection girder yang diusulkan oleh kontraktor pelaksana. Usulan metode pelaksanaan yang diajukan
Sedangkan alternatif metode pelaksanaan yaitu metode floating cranes, metode kura kura yaitu metode
crawler crane yang dikombinasi dengan winch roller, metode girder launcher.
I.3 1.
Tujuan Penelitian Menyusun model pengambilan melalui perumusan hierarki dan atribut keputusan dalam pemilihan keputusan metode kerja erection girder pada proyek jembatan Suramadu sisi Madura.
2. Kontraktor Pelaksana : PT. Adhi Karya - Waskita Karya, JO 3. Konsultan Supervisi : PT. Virama Karya
II.3
Data Penelitian
2.
Mendapatkan metode kerja erection girder pada proyek jembatan Suramadu yang paling tepat.
Data yang akan digunakan dalam penelitian ialah data primer dan data sekunder yaitu : 1. Data Primer, yang terdiri dari : a. Kriteria dari metode kerja yang paling cocok untuk dilakukan dalam proyek pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura dan
I.4
Batasan masalah dalam penulisan ini adalah metode pelaksanaan erection girder jembatan Suramadu sisi Madura pada pilar nomor P.86 hingga P.57. b.
II
II.1
METODOLOGI
Lokasi Proyek 2.
c.
berdasarkan atribut keputusan Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan ialah sebagian data kondisi alternatif metode kerja erection girder berdasarkan atribut keputusan.
Pengumpulan Data
Sumber informasi diperoleh dari responden/pemberi keterangan , yaitu : a. Kepala Proyek dari pihak Adhi Karya-Waskita Karya, JO.(Kontraktor) b. Site Office Engineering dari pihak Adhi KaryaWaskita Karya, JO.(Kontraktor) c. Gambar 3.2 Denah Jembatan Suramadu Assisten Teknik dari pihak Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah Proyek Induk Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura Propinsi Jawa Timur (Owner) II.2 Populasi Dan Sampel d. Pembangunan Staff Engineering dari pihak PT. Virama Karya (Konsultan) Populasi dalam penelitian ini ialah sebagian personil dari pelaksana pekerjaan Proyek
Jembatan Suramadu Sisi Madura, yang terdiri dari personil: 1. Pemilik Proyek : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Proyek Induk Pembangunan Jembatan II.5 Kuisioner
II.6
3.
Tujuan
Beaya Kriteria ini berkaitan dengan biaya operasional alat untuk masing-masing alternatif.
4.
Studi Literatur Wawancara Identifikasi Atribut Kriteria dan Alternatif
Cara operasi Kriteria ini berkaitan dengan ke-ergonomis-an alat alat yang digunakan pada masing-masing alternatif metode erection girde.
5.
Resiko Kriteria ini berkaitan dengan resiko yang terjadi selama pelaksanaan.
Analisa Sensitifitas
Gambar 1.1 Bagan Alir Penelitian Mutu II.7 Studi Literatur Studi literatur yan diperlukan adalah meliputi analisa dengan menggunakan metode AHP dan berbagai metode pelaksanaan dari jembatan.
Metode Floating Cranes Metode Kura- Kura Metode Girder Launchers
Level 2 Alternativ
Waktu
Biay a
Cara
Operasi
Resiko
II.8
pelaksanaan erection girder diperoleh melalui kajian lieratur dan wawancara kepada responden.
II.9
II.10
Kriteria yang dipergunakan dalam memilih metode erection girder adalah: 1. Mutu Kriteria ini berkaitan dengan kualitas PCI girder setelah dilaksanakan pekerjaan erection girder, apakah masih sesuai yang disyaratkan atau tidak. 2. Waktu Kriteria ini berkaitan dengan lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
metode AHP dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah untuk dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Proses keputusan yang kompleks dapat diuraikan menjadi keputusan-
keputusan yang lebih kecil sehingga dapat ditangan dengan mudah. Adapun untuk tahapan metode AHP dapat dilihat pada gambar 2.1.
Pemindahan PCI girder dari stock yard keatas boogie truck menggunakan service cranes
Mobilisasi PCI girder mengunakan boogie truck menuju dermaga PCI girder dipindahkan dari boogie truck ke atas ponton dengan menggunakan service cranes Ponton yang mengangkut PCI girder ditarik dengan tug boat menuju span yang direncanakan PCI girder sudah pada span yang direncanakan
Matriks Input
Normalisasi matriks
CI
Girder dipindahkan keatas bearing pad dengan dua buah floating cranes Uji Konsistensi Matriks
CR 0,1 Ya tidak
Bobot Pendapat (Sintesa)
Tidak
Antar girder diperkuat dengan besi D16 yang dilas dan dirantai
II.11
Analisa Sensitifitas Gambar 3.1. Diagram alir pelaksanaan erection girder dengan metode floating crane
Yaitu untuk mengetahui perubahan atribut keputusan mempengaruhi prioritas alternatif. Analisa sensitifitas yang dilakukan adalah dynamic sensitivity dengan menggunakan program bantu Expert Choice 2000.
III
III.1 Proses Erection Girder Metode floating cranes Pada metode ini digunakan dua buah floating cranes berkapasitas 100 ton untuk meletakkan girder pada pilar. floating cranes tersebut ditempatkan di atas ponton. Untuk menjaga kestabilan maka floating cranes dikaramkan dengan cara diisi air pada bagian badan floating cranes. Mobilisasi balok girder didarat menggunakan boogie truck dan mobilisasi dilaut menggunakan ponton yang ditarik tug boat. Untuk memindahkan balok girder dari boogie truck ke Gambar 3.2. Layout Rencana Pelaksanaan Metode Floating Cranes Pada Proyek Pembangunan Causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II
ponton digunakan 2 unit service cranes kapasitas 80 ton. Pelaksanaan erecion PCI Girder adalah seperti pada gambar berikut ini :
digunakan
untuk
melaksanakan
erection
girder.
Metode ini digunakan dua buah crawler cranes berkapasitas 100 ton untuk meletakkan girder pada pilar. Crawler cranes tersebut ditempatkan di atas ponton.Untuk menjaga kestabilan crawler cranes maka ponton dikaramkan dengan cara diisi air pada bagian badan ponton. Mobilisasi balok girder didarat
menggunakan boogie truck dan mobilisasi dilaut menggunakan ponton. Untuk memindahkan balok
girder dari boogie truck ke ponton digunakan 2 unit service cranes kapasitas 80 ton.
III.3 Proses Erection Girder Metode girder launchers Gambar 3.3. Layout Rencana Pelaksanaan Metode Kura - Kura
Pemindahan PCI girder dari stock yard keatas boogie truck menggunakan service cranes Mobilisasi boogie truck menuju dermaga
Metode ini menggunakan alat launching gantry, salah satu dari berbagai jenis girder launchers. Pelaksanaan erection girder dilaksanakan diatas jembatan. Girder diluncurkan dari span satu menuju span yang dituju menggunakan trolley yang bergerak diatas rel
launching
gantry,
lalu
launching
gantry
yang
transversal menuju bearing pad dimana balok tersebut akan diletakkan, setelah pekerjaan erection girder pada satu span tersebut selesai lalu gantry bergerak maju.
Erection girder dari Stockyard menuju Trolley Trolley membawa Girder menuju Launching Gantry Sampai seluruh span selesai
Girder yang sudah di posisi Roller Girder ditarik dengan Winches secara manual Girder sudah pada posisi rencana
tidak Cek posisi Sesuai? ya Antar girder diperkuat dengan besi D16 yang dilas dan dirantai
Gambar 3.4. Diagram alir pelaksanaan erection girder dengan metode kura kura Metode ini hampir sama dengan metode floating cranes, yang berbeda hanya pada alat berat yang
Temporary Bridge berada di span berikutnya Launching Gantry bergerak maju
Gambar 3.5. Diagram metode pelaksanaan Launching girder dengan alat Launching Gantry. Sumber: Hanif , 2004
Kura - kura
3 Girder launchers -
dibawahnya yang menyokongnya Pengangkatan PCI girder dengan menggunakan slinguntuk diletakkan pada roller girder Pergerakan secara transversal menuju bearing pad dengan roller girder yang ditarik winches secara manual Pengangkatan pada as rencana dengan dongkrak hidrolik secara manual Pergerakan secara transversal dengan gantry menuju bearing pad yang direncanakan Penurunan girder dari gantry untuk diletakkan girder pada as rencana
Kura kura
Gambar 3.7. Layout Rencana Pelaksanaan Metode Girder Launchers (Sumber: Hasil Analisa) IV ANALISA ATRIBUT KRITERIA TERHADAP ALTERNATIF IV.1 Kriteria Mutu Kriteria mutu adalah kualitas dari PCI girder setelah dilaksanakan pekerjaan erection girder. Kriteria mutu untuk masing-masing alternatif dapat ditabelkan seperti berikut :
Girder launcher
IV.2 Kriteria Waktu Perhitungan cycle time pada ke-3 alternatif untuk masing-masing alat berdasarkan pada data-data dari supplier alat berat, buku referensi, dan pengamatan dilapangan. Perhitungan ini dilakukan dengan
mengasumsikan bahwa peralatan dalam kondisi baik Tabel 4.1. Faktor Penurunan Mutu PCI Girder
No 1 Alternatif Floating crane Faktor Penurun Kualitas PCI Girder Pengangkatan PCI girder dengan menggunakan sling dan bergerak menuju bearing pad tanpa ada tumpuan
atau dengan Efisiensi kerja (E) = 75%. Hasil dari analisa perhitungan waktu siklus dari masing-masing alat dapat dilihat seperti pada tabel berikut :
Catatan: Metode floating cranes dan metode kura kura diasumsikan dalam 1 hari kerja adalah 6 jam dikarenakan pengaruh dari pasang surut air laut dan hembusan angin, sedang metode girder launchers diasumsikan 1 hari kerja adalah 8 jam,karena metode ini tidak terpengaruh oleh pasang surut air laut dan hembusan angin (Sumber: Hasil Ana lisa)
IV.3 Biaya Secara umum beaya peralatan dihitung berdasarkan: 1. Beaya Pemilikan, meliputi: beaya investasi, berupa bunga uang yang diinvestasikan, semua jenis pajak yang dibebankan kepada peralatan, asuransi, beaya penyimpanan, dan beaya
Total beaya sewa alat per jam = (sewa/jam) + (beaya bahan bakar/jam) + (beaya pelumas/jam) + (beaya pemeliharaan alat/jam) + (waktu operator/jam). Hasil dari analisa perhitungan biaya untuk masingmasing alat adalah seperti tabel berikut : Tabel 4.4. Perbandingan Kriteria Biaya Terhadap Ketiga Alternatif No. Metode Biaya Launching Girder /girder (Rp) 3 Rp.22.558.947,50 Total Biaya Launching Girder 29 Bentang (Rp) 4 Rp.10.467.351.640,00
penyusutan, yaitu penurunan nilai suatu peralatan seiring dengan berjalannya waktu yang umumnya disebabkan oleh kerusakan akibat pemakaian, keusangan, atau menurunnya kebutuhan. 2. Beaya Operasi, merupakan beaya-beaya yang berkaitan dengan pengoperasian suatu peralatan. Beaya operasional rneliputi beaya pemeliharaan, pemakaian, dan perbaikan. beaya bahan bakar, beaya pelumas, beaya operator. Ada beberapa faktor yong mempengaruhi beaya pemilikan dan beaya operasi meliputi: Harga alat termasuk PPN, bea masuk, angkutan, dan administrasi; kondisi medan kerja; jumlah jam pemakaian; harga bahan bakar dan pelumas; alat; beaya mobilisasi pemasangan dan dan dan
1 1.
2.
Rp.38.307.312,09
Rp.17.774.592.811,98
3.
Rp.12.422.031,53
Rp.6.911.206.880,16
IV.4 Cara operasi Kemudahan pengoperasian akan menunjang banyak aspek yang ingin dicapai dalam proyek yaitu tepat mutu, tepat waktu, tepat biaya. Resiko kecelakaan juga dapat direduksi bila alat lebih stabil dalam pelaksanaan erection girder 1. Metode Floating cranes
demobilisasi pembongkaran;
beaya
pemeliharaan
perbaikan.
Beaya pengoperasian alat meliputi: a. Beaya bahan bakar Beaya bahan bakar = (12-15)%HP BBM HP = horse power BBM = harga bahan bakar b. Beaya pelumas =(2.5-3)%HPHarga Pelumas c. Beaya pemeliharaan alat
=
Metode ini adalah sejenis ponton bermesin yang dilengkapi alat crane. Floating cranes digunakan pada pekerjaan erection girder yang dilakukan di sungai atau laut yang dalam. Penggunaan floating cranes tergantung pada kedalaman laut atau sungai yang memadai yang berkaitan dengan ketenangan
permukaan air dimana floating cranes dapat bekerja dengan baik. Kesetimbangan floating cranes bertumpu pada badan kapal. Mobilisasi floating cranes tidak memerlukan bantuan alat lain karena mempunyai mesin sendiri. 2. Metode Kura - kura
Full Landed Price = harga alat berat d. Beaya operator Beaya operator = Upah per hari/ 8 1 operator= Rp 50.000,-/8= Rp. 6.250,2 pembantu op=Rp.25.000,-/8= Rp. 3.125,Total beaya operator= Rp. 9.375.-
Crawler cranes mempunyai bagian atas yang dapat berputar 3600. Dengan roda crawler maka crane tipe
ini dapat bergerak di dalam lokasi proyek saat melakukan pekerjaannya. Pada saat crane akan digunakan di proyek lain maka crane diangkut dengan menggunakan dilakukan lowbed trailer. Pengangkutan boom ini
ditempatkan. (Sumber: Libby, James R.,Modern Prestressed Concrete) Tabel 4.5. Perbandingan Cara Operasi Alat
No Cara Operasi Mobilisas i ke proyek Floating Cranes Dengan mesin sendiri Kura - Kura Crawler cranes diangkut lowbed trailer Winches dan roller girder dirakit kembali Crawler cranes bertumpu pada roda crawlernya yang ditempatkan diatas ponton Winches dan roller girder betumpu pada pier Crawler cranes harus benar benar water level Winches dan roller girder tidak terpengaruh kondisi permukaan air Ukuran roda crawler cranes Ponton dikaramkan Crawler cranes mempunyai crane yang dapat berputar 3600 Roller girder bergerak secara transversal ditarik winches dengan manual Girder diluncurkan menggunakan trolley yang bergerak diatas rel longitudinal Launching gantry bergerak secara transversal Girder Launchers Komponen komponenya dirakit kembali
dengan
membongkar
menjadi
1
beberapa bagian untuk mempermudah pelaksanaan pengangkutan.Pengaruh permukaan tanah terhadap alat tidak akan menjadi masalah karena lebar kontak antara permukaan dengan roda cukup besar kecuali jika permukaan merupakan material yang sangat jelek. Keseimbangan alat dipengaruhi oleh besarnya jarak roda crawler. Crane yang mempunyai crawler yang lebih panjang mempunyai keseimbangan yang lebih baik. Pada saat pengangkatan material, hal hal yang perlu diperhatikan adalah posisi alat pada waktu pengoperasian harus benar benar water level, untuk mencapai kondisi water level seperti maka digunakan ponton. Setelah PCI girder ditempatkan diatas roller girder oleh crawler cranes maka winches menarik roller girder secara manual. Roller girder bergerak
Tumpuan
Badan Kapal
Pier
Water Level
secara
tranversal
meuju dan
bearing roller
pad girder
yabg pada
direncanakan.
Winches
pengoperasianya tidak terpengaruh permukaan air karena ditempatkan di pier. 3. Metode Girder Launchers pelaksanaan launching girder untuk
Metode
pemakaian alat girder launchers. Sumber: Hasil Analisa IV.5 Resiko Identifikasi resiko ini didapat dari hasil wawancara dengan Kepala Proyek pembangunan jembatan
Suramadu sisi Madura. Pembobotan kriteria resiko dilakukan dengan menjumlahkan banyaknya item resiko pada masing masing alternatif. 1. Gambar 4.1 Urutan kerja pada pemakaian Girder Launcher. (1) Launcher yang sudah dirakit dihubungkan dengan girder yang berfungsi sebagai pemberat. (2) Launcher dan girder dipindahkan menuju bentang yang direncanakan. (3) Launcher sudah pada posisi untuk erection. (4) Girder dihubungkan pada ujung penggantung Launcher. (5) Girder sudah terangkat oleh Launcher. (6) Girder telah Uraian Risiko dan Dampak Risiko Pada Metode Floating Crane Uraian risiko dan dampak risiko pada alternatif metode floating cranes dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Balok girder dipindah keatas ponton menggunakan 2 unit crane yang menumpang diponton. Ponton ditarik menggunakan Tug Boat menuju pilar
5 Angin besar (berpengaruh pada stabilitas ponton dan balok girder) Setting outrigger truck crane tidak stabil(1 item) Ponton tidak terkendali saat ditarik
Balok girder dipindahkan ke atas kura-kura pada pilar menggunakan 2 unit crane yang menumpang diponton. Kura-kura digerakkan transversal untuk meletakkan as girder sesuai dengan as bearing pad dengan bantuan pekerja.
1. Pasang surut mempengaruhi pergerakan ponton 2. Angin besar (berpengaruh pada stabilitas ponton dan balok girder) 3. Ponton tidak terkendali saat ditarik (1 items) 1. Ombak besar yang mempengaruhi stabilitas crane 2. Stabilitas ponton 3. Operator crane kurang kompak 4. Angin kencang 5. Kerusakan alat (2 items) (2 items)
Ombak besar yang (mempe ngaruhi stabilitas floating cranes.) (1 item) Stabilitas ponton (1 item) Operator truck crane kurang kompak Angin kencang(2 items) Kerusakan alat(2 items)
1. Gaya lateral yang bisa melenturkan balok (2 items) 2. Kerusakan peralatan (2 items) 3. Balok terguling (3 items)
Operator dibantu pekerja lain meletakkan as girder sesuai dengan as bearing pad.
Angin kencang (mempengaruhi kestabilan pengangkatan girder) Girder yang bergerak-gerak (tidak stabil) mengikuti ombak
Sumber: Hasil Wawancara dengan Kepala Proyek pembangunan jembatan Suramadu sisi Madura 3. Uraian Risiko dan Dampak Risiko Pada Metode Girder Launchers Uraian risiko dan dampak risiko pada alternatif metode girder launchers dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.8. Uraian risiko metode girder launchers
No 1 Urutan Pelaksanaan Erection Girder Pemindahan girder dari stok area ke atas bogie truck Uraian Risiko Kerusakan alat (2 items) Tanah pada stock area terjadi settlement
Sumber: Hasil Wawancara dengan Kepala Proyek pembangunan jembatan Suramadu sisi Madura 2. Risiko Pada Metode Kura -Kura Uraian risiko dan dampak risiko pada alternatif metode kura - kura seperti pada tabel berikut:
Tali seling putus Setting outrigger truck crane tidak stabil Kekompakan operator kurang Girder roboh atau terguling karena tidak seimbang penempatan nya Girder patah saat diangkat
V.2 Sintesa Bobot prioritas alternatif dari hasil sintesa antar atribut dan alternatif adalah seperti pada tabel berikut : Tabel 5.1. Hasil Sintesa Atribut Kriteria dan Alternatif Terhadap Tujuan
1. Jalan kerja tidak rata 2. Kecerobohan pengemudi Kecerobohan pekerja memasang pengaman Balok terguling dalam
Kerusakan pada truck (misal: As roda patah, kerusakan mesin, dll) 1. Operator crane kurang kompak Setting outrigger truck crane tidak stabil 3. Kerusakan alat
Troley bergerak 1. Kerusakan alat dengan membawa girder dari bentang ke 15 sampai ke bentang ke 16 5 1. Gaya lateral yang bisa Launching gantry digerakkan melenturkan balok transversal untuk meletakkan as girder 2. Kerusakan peralatan sesuai dengan as 3. Balok terguling bearing pad dengan bantuan pekerja. Sumber: Hasil Wawancara dengan Kepala Proyek pembangunan jembatan Suramadu sisi Madura
Sumber: Hasil Analisa Bobot prioritas diatas dapat digambarkan seperti pada gambar berikut :
Level 0 Focus
V V.1
Level 1 Criteria
Sesuai hierarki yang dikembangkan, maka matriks perbandingan berpasangan terdiri dari : a. 4 matrik perbandingan berpasangan antar atribut kriteria terhadap tujuan b. 20 matrik perbandingan berpasangan antar
Mutu
0,2878
Waktu
0,2776
Biaya 0,1263
Cara
Operasi 0,1124
Resiko 0,1960
Level 2 Alternativ e
Berpasangan Antar Alternatif Pada Kriteria Mutu adalah seperti pada tabel berikut : Floating cranes 1 Kura kura 3 1 7 Girder launchers 1/7 1/7 1
Floating cranes Kura 1/3 Kura Girder 7 launchers Sumber : Hasil Analisa
Gambar 5.1. Diagram Bobot Prioritas Setiap Elemen Hierarki (Sumber: Hasil Analisa) Berdasarkan hasil sintesa atribut kriteria dan alternatif terhadap tujuan, maka metode girder launchers menjadi prioritas alternatif pertama dengan bobot
cranes menjadi prioritas alternatif kedua dengan bobot prioritas sebesar 0,3152 dan metode kura kura menjadi prioritas alternatif terakhir dengan bobot prioritas sebesar 0,1062 yang dapat digambarkan seperti pada gambar grafik berikut :
Pada gambar 6.1. terlihat bahwa bobot prioritas mutu diturunkan menjadi 0,0500, hal ini menyebabkan atribut kiteria mutu menjadi prioritas terendah terhadap tujuan. Efek dari hal tersebut adalah atribut kriteria waktu menjadi prioritas tertinggi dengan bobot prioritas 0,3700. Kemudian atribut kriteria resiko menjadi prioritas kedua (0,2610). Atribut kriteria
biaya menjadi prioritas ketiga (0,1680), sedang atribut kriteria cara operasi menjadi atribut kriteria keempat (0,1500). Pada bobot prioritas alternatif, perubahan bobot prioritas mutu menjadi 0,0500 menyebabkan Gambar 5.2. Bobot Prioritas Tiap Atribut Kriteria Sumber: Hasil Analisa
0.1062 0.3152
bobot prioritas metode girder launchers menurun menjadi 0,5140, namun metode girder launchers tetap menjadi prioritas alternatif pertama dalam pemilihan keputusan untuk menentukan metode pelaksanaan erection girder. Kemudian metode floating cranes
0.5787
sebagai prioritas alternatif kedua (0,3730) dan metode kura kura menjadi prioritas alternatif terakhir
Floating Cranes
Kura - Kura
Girder Launchers
(0,1130) kriteria VI.2 2. Atribut Kriteria Waktu Atribut alternatif kriteria waktu sebagai prioritas
VI
Analisa Sensitifitas
Analisa sensitifitas dilakukan untuk mengetahui seberapa sensitif suatu solusi hasil keputusan terhadap perubahan perubahan variabel yang mempengaruhinya. Adapun hasil analisa sensitifitas sebagai berikut : VI.1 Atribut Kriteria Mutu Atribut kriteria mutu sebagai prioritas alternatif tertinggi bobotnya akan diturunkan seperti berikut : Gambar 6.2. Dynamic Sensitivity pada Atribut Kriteria Waktu Sebagai Prioritas Alternatif Tertinggi Sumber: Hasil Analisa Expert Choice 2000
Pada gambar 6.2. terlihat bahwa bobot prioritas waktu dinaikan menjadi 0,5000, hal ini menyebabkan atribut kiteria waktu menjadi prioritas tertinggi terhadap tujuan. Hasilnya adalah atribut kriteria mutu menjadi prioritas kedua dengan bobot prioritas 0,1990. Gambar 6.1. Dynamic Sensitivity Atribut Kriteria Mutu (Sumber: Hasil Analisa Expert Choice 2000) Kemudian atribut kriteria resiko menjadi prioritas ketiga (0,1360). Atribut kriteria biaya menjadi prioritas
keempat (0,0870), sedang atribut kriteria cara operasi menjadi atribut kriteria terakhir (0,0780). Pada bobot prioritas alternatif, perubahan bobot prioritas waktu menjadi 0,5000 menyebabkan bobot prioritas metode girder launchers menurun menjadi 0,4660, namun
meningkat menjadi
launchers tetap menjadi prioritas alternatif pertama dalam pemilihan keputusan untuk menentukan metode pelaksanaan erection girder pada proyek pembangunan causeway jembatan Suramadu sisi Madura Tahap II. Kemudian metode floating cranes sebagai prioritas alternatif kedua (0,2690) dan metode kura kura menjadi prioritas alternatif terakhir (0,1330) kriteria.
metode girder launchers tetap menjadi prioritas alternatif pertama dalam pemilihan keputusan untuk menentukan metode pelaksanaan erection girder. Kemudian metode floating cranes sebagai prioritas alternatif kedua (0,4290) dan metode kura kura menjadi prioritas alternatif terakhir (0,1050) kriteria.
VI.4 Hasil Kesimpulan Analisa - Analisa Berikut adalah tabel hasil kesimpulan dari analisa analisa yang sudah dilakukan untuk menentukan
VI.3 Atribut Kriteria Cara Operasi Atribut kriteria cara operasi sebagai prioritas alternatif terendah, bobotnya akan dinaikan mejadi 0,5000 sehingga atribut kriteria cara operasi menjadi prioritas alternatif tertinggi.
metode pelaksanaan erection girder pada proyek pembangunan causeway jembatan Suramadu sisi Madura Tahap II Tabel 6.1. Hasil Kesimpualn Analisa - Analisa
Berdasarkan tabel 6.1, dapat diketahui bahwa metode Gambar 6.3. Dynamic Sensitivity Sumber: Hasil Analisa Expert Choice 2000 girder launchers selalu menjadi prioritas utama sebagai metode pelaksanaan erection girder pada proyek pembangunan causeway jembatan Suramadu Pada gambar 6.3. terlihat bahwa bobot prioritas cara operasi dinaikan menjadi 0,5000, hal ini menyebabkan atribut kiteria cara operasi menjadi prioritas tertinggi terhadap tujuan. Efek dari hal tersebut adalah atribut kriteria mutu menjadi prioritas kedua dengan bobot prioritas 0,1620. Kemudian atribut kriteria waktu menjadi prioritas ketiga (0,1560). Atribut kriteria resiko menjadi prioritas keempat (0,1100), sedang atribut kriteria biaya menjadi atribut kriteria terakhir (0,0710). Pada bobot prioritas alternatif, perubahan bobot prioritas cara operasi menjadi 0,5000 sisi Madura Tahap II pada semua analisa. VI.5 Penentuan Metode Pelaksanaan Erection Girder Dengan mempertimbangkan yang telah didapat dari hasil dari analisa AHP berdasarkan penilaian masing masing responden secara terpisah, analisa AHP secara berkerlompok dan analisa sensitifitas, maka metode erection girder yang paling tepat untuk dilaksanakan pada proyek pembangunan causeway Jembatan
VII Kesimpulan Dari hasil penelitian dalam pemilihan keputusan untuk menentukan metode pelaksanaan erection girder pada proyek pembangunan causeway jembatan Suramadu sisi Madura Tahap II ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Atribut kriteria yang diperlukan dalam pemilihan keputusan untuk menentukan metode pelaksanaan erection girder pada proyek pembangunan
Jembatan
Direktorat Jendral Prasarana Wilayah dan Direktorat Sistem Jaringan Prasarana. Anonim, 2003, Buku Referensi Gedung Untuk Dan
Kontraktor
Bangunan
Sipil, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Barrie, Donald S., and Boyd, C. Paulson. Jr. 1995. Manajemen Konstruksi Profesional,
causeway jembatan Suramadu sisi Madura Tahap II adalah atribut kriteria mutu, waktu, biaya, cara operasi, resiko. 2. Dari hasil dari analisa keuntungan dan kerugian, analisa AHP dan analisa sensitifitas, maka metode erection girder yang paling tepat untuk
Jakarta: Erlangga Brodjonegoro, Bambang Permadi S. 1992. AHP Analytical Hierarchy Process. Jakarta : PAU-Ekonomi Universitas Indonesia. Endro, Yudhy Usman Bayu., 2004, Analisa
Pemilihan Metode Pelaksanaan Launching Girder Proyek Jembatan Suramadu Sisi Surabaya, Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS. Hanif, 2004, Perencanaan Metode Pelaksanaan Jembatan Suramadu Dengan Direct
dilaksanakan pada proyek pembangunan causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II adalah metode girder launchers 3. Hasil dari analisa sensitifitas yang dilakukan dengan menggunakan dynamic senstivity hasil
analisa dari program bantu expert choice 2000 adalah sebagai berikut: a. Metode girder launchers sebagai prioritas utama tidak sensitif terhadap perubahan perubahan atribut kriteria mutu, biaya, cara operasi dan resiko b. Metode girder launchers sebagai prioritas utama sensitif terhadap perubahan
Launcher Girder, Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Hidayat, Ismail, 2005, Pada Metode Proyek
Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura, Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS. Iqbal, Nassan, MM., 2002, Pokok Pokok Materi Pengambilan Keputusan, Jakarta: Ghalia. Jaako Pyry Infra, 2003, Planning, Design, and Construction Services, Taiwan:
penelitian ini, maka metode erection girder yang paling tepat untuk dilaksanakan pada proyek pembangunan causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II adalah metode girder launchers
Electrowatt Infra Asia Libby, James R., 1984, Modern Prestressed Concrete: Design, Principles, and
Construction Method,
Macleod, Dan, 1995, The Ergonomic Edge Improving Safety, Quality, and
Rostiyanti, Susy Fatena., 2002, Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi, Jakarta: Rineka Cipta Ostwald, Philip F., 1992, Engineering Cost Estimating, New Jersey: Prentice Hall. Saaty, Thomas L., 1993, Pengambilan
Productivity, New York: Van Nostrand Reinhold. Masumamah, 2003, Aplikasi Analityc Hierarchy Process untuk Pengolahan Wilayah Fisik di Pesisir Kabupaten Gresik, Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik Kelautan ITS. Peurofoy, R. L., 1988, Perencanaan Peralatan dan Metode konstruksi, Jilid 1, Jakarta: Erlangga. Peurofoy, R. L., Clifford J. Schexnayder, 2002, Construction Planning, Equipment, and Methods, New York: McGraw-Hill Higher Education. PT. United Tractor, 1997, Latihan Dasar Sistem Mesin (B), Jakarta: Training Center
Keputusan Bagi Para Pemimpin, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Troitsky, 1994, Design and Planning Bridge, New York: McGraw-Hill Higher
Education. Wiharjito, Deny, 2006, Yard Penentuan Untuk Bentang Suramadu Lokasi
Casting
Pembangunan Jembatan
Department. Rochmanhadi, 1992, Alat Alat Berat dan Penggunaannya, Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum.