Professional Documents
Culture Documents
Langkah selanjutnya setelah memahami berbagai aspek bangunan adalah menggunakannya pada bangunan. Proses penerapan ini berbentuk analisa pada tiap-tiap bagian bangunan yang dipikirkan terhadap aspek lain. Hasil pembahasan berupa solusi dan alternatifnya disebut sebagai konsep dasar perancangan. Proses pencapaian ide, gagasan dan konsep-konsep bangunan itu pada dasarnya adalah rumit dan berbelit, karena permasalahan satu aspek pada satu bentukan akan mempengaruhi aspek dan bentukan lain pada bangunan.
posisi-posisi bak penampung air bersih, air kotor dsb. Apakah secara langsung mempengaruhi struktur bangunan
distribusi dan tempat buangan serta kaitannya dengan struktur dan konstruksinya
Ketiga pertimbangan pokok utama di atas akan menentukan pemakaian sistem struktur utama sebuah bangunan. Tentu saja banyak aspek penunjang lain yang juga turut menentukan selanjutnya, namun pada dasarnya ketiga aspek di atas dapat dijadikan titik pangkal untuk masuk pada apek-aspek berikutnya pada bangunan.
Area Pembahasan
Konfigurasi bentuk dan ukuran grid struktur baik horisontal ataupun vertikal di mana titik-titik kolom dan dinding diletakkan yang akan membentuk sistem struktur secara keseluruhan yang disesuaikan dengan tuntutan fungsi ruang Bentang bangunan, konfigurasi ruang dan konfigurasi massa bangunan serta bukaan-bukaan yang akan mempunyai saling keterkaitan antara sistem struktur dan konstruksinya Penentuan sistem distribusi meliputi tempat suplay, jalur
Area Pembahasan
Bagaimanakah persyaratan teknis bahan struktur akan dapat digunakan pada bangunan meliputi kemampuan bentang dan ketinggian bangunan serta kaitannya dengan fungsi ruang Kesesuaian dengan aspek-aspek bangunan dan ketersediaan bahan bangunan pada suatu wilayah
Kedua pokok bahasan di atas dapat digunakan untuk menentukan baik bahan utama dalam sistem struktur ataupun bahan lain yang akan digunakan dalam bangunan sehingga bangunan akan dapat menggunakan bahan bangunan secara ideal.
kemudian. Hasil, bila bentukan adalah bentukan yang dihasilkan dari akibat fungsi atau sistem-sistem yang diterapkan pada bangunan. Kedua metoda ini tidak harus dilakukan secara kaku, namun dapat saling melengkapi untuk mendapatkan hasil yang optimal pada bentuk bangunan. Pada penentuan sistem struktur utama, bentuk dapat dibahas menurut check list sbb;
Permasalahan
Apakah bentuk dijadikan tujuan atau hasil Apakah elemen-elemen struktur dipakai sebagai elemen bentuk bangunan Apakah sistem-sistem pada bangunan akan berpengaruh terhadap elemen dan bentuk bangunan
Area Pembahasan
Fungsi struktur sebagai fasilitas atau penentu Penentuan penonjolan atau penyembunyian elemen struktur Konstruksi-konstruksi yang melekat pada struktur yang akan dipakai Gambar 5-4. Contoh bentuk bangunan terhadap system ruang
Area Pembahasan
Kaitan antara struktur utama dengan struktur atap dan tentu struktur lain (misal: pondasi) Alternatif sistem struktur atap utama yang dominan
Area Pembahasan
Kemungkinan berbagai bentuk atap yang dapat digunakan beserta sistem strukturnya Kemungkinan bentang dan sifat atap untuk menciptakan baik ruang di bawah atau di atasnya Kemungkinan alternatif konstruksi pelindung bangunan baik pada atap utama atau tidak Kemungkinan penerapan sistemsistem bangunan pada atap
masuk akal dan sebagainya. Oleh karena itu sangat disarankan adanya forum komunikasi yang baik antara arsitek dan konstruktor sipil sebelum pre-design dihasilkan sehingga dapat ideal. Adapun dimensi elemen seperti kolom, balok atau kuda-kuda dan sejenisnya digunakan prakiraan yang justeru dipertimbangkan terhadap aspek-aspek lain dalam bangunan terlebih dahulu, sedangkan angka akhir dari dimensi ini harus dihasilkan dari konstruktor struktur untuk dapat memproduksi gambar kerja yang sebenarnya pada proyek pembangunan.
Bentang akan sangat dipengaruhi oleh sifat fungsi yang juga berpengaruh pada dimensi ruangnya. Ruang-ruang publik tertentu semacam ruang rapat, ruang serbaguna dan sebagainya menuntut volume ruang yang besar dan sifat bebas dari adanya kolom-kolom struktur di dalamnya. Sifat ruang yang demikian harus difasilitasi oleh struktur bangunan. Oleh karena itu ruang-ruang bentang lebar lebih ideal diletakkan di lantai-lantai atas pada bangunan bertingkat atau pada lantai khusus.
ringan pada lantai 2. Tentu saja lebih disarankan ruang bentang lebar di lantai atas, karena rangka lebih mampu mengatasi bentang daripada balok beton. Macam rangka dan macam bahan yang berupa kuda kuda pun beragam yang bentang satu dengan lain juga berbeda. Struktur yang lebih ringan akan mampu membentuk bentangan yang lebih lebar.
Sistem pencahayaan akan memeengaruhi bentang secara langsung karena masuknya cahaya akan ditentukan oleh ukuran bukaan dan kemampuan optimal pencapaian cahaya itu sendiri yang tidak lebih dari beberapa kali lebar bukaannya.
d Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan alami juga akan secara langsung mempengaruhi bentang bangunan karena kemampuan untuk mengalirnya udara akan sangat dipengaruhi oleh jarak tempuh dan sifat serta lokasi bukaan.
Sistem Pencahayaan
Pada atap, rangka atap seperti kuda kuda dan sejenisnya dapat dihubungkan dengan batang atau rangka lain. Jika menggunakan batang baik kayu atau baja, hanya akan memperoleh jarak antar bentang ini beberapa meter saja. Namun jika digunakan rangka lain untuk menghubungkan rangka atap ini jarak antar bentangan dapat ditingkatkan.
Sistem pencahayaan dapat ditempuh dengan pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami lebih dianjurkan (pada siang hari) karena terbukti lebih bermanfaat dan memberikan rasa nyaman pada fungsi-fungsi ruang atau untuk beraktifitas, dan juga dapat menghemat energi bangunan.
pada kolom-kolomnya. Kolom-kolom ini akan secara langsung mempengaruhi fasade bangunan. Memang kolom-kolom ini dapat disembunyikan ataupun diekspos, namun proporsi dan letak-letak bukaan dan dinding akan juga masih dipengaruhi sehingga tampak bangunan juga dipikirkan ketika menentukan jarak antar kolom bangunan.
Fungsi-fungsi tertentu mengendaki ketinggian ruang tertentu sehingga jarak antar lantai sangat dipengaruhi oleh ketinggianruang yang harus disediakan.
Gambar 5-8. Pertimbangan jarak antar bentang
b Sistem Ruangan
Sistem-sistem ruang termasuk pencayaan, penghawaan, elektrik dan mekanik akan memerlukan tertentu baik pada ruang fungsi ataupun ruang yang harus disediakan di atas (plafond) atau di bawah (lantai). Dengan demikian ketinggian antar lantai jelas akan dipengaruhi sistem-sistem ini.
Ukuran Tangga
Jarak antar kolom atau jarak antar bentangan (yang juga jarak antar kuda kuda) akan membentuk garis-garis tumpuan
Ukuran tangga pada arah ketinggian yang dihitung dari jumlah anak tangga dan bordesnya juga akan menentukan tinggi antar lantai. Bahkan seperti disebut dalam bahasan tentang tangga, bahwa cara yang efisien menentukan ketinggian lantai, jumlah ketinggian tangga inilah yang dipakai untuk menentukan bilangan terkecilnya (satuan). Adapun angka besarnya dapat merupakan kelipatan anak tangga hingga
diperoleh kesesuaian atau terpenuhinya persyaratan ruang dengan sistem bangunan lain.
d Bentang Ruang
Ruang dengan bentang lebar pada lantai bawah akan membutuhkan balok atau rangka yang berdimensi atau ketebalan yang besar juga. Dengan demikian jika fungsi juga masih dipertahankan dengan persyaratan ketinggiannya, maka tinggi antar lantai akan langsung dipengaruhinya.
Penggunaan sudut atap yang curam jelas akan membentuk ketinggian yang maksimal pada bangunan. Atap datar adalah atap yang tidak menambah ketinggian dinding pada lantai atas.
Fungsi-fungsi tertentu menghendaki ukuran yang berbeda. Ruang pada lantai-lantai yang bersifat publik atau dengan kapasitas yang besar lebih mempunyai ketinggian yang besar karena proporsi ruang fungsi. Pada lantai atas ketinggian ruang lantainya juga dipertimbangkan terhadap baik fungsi ataupun sistem. Jika fungsinya ujuga untuk publik atau dengan sistem alamiah maka ruang lebih cenderung tinggi atau sebaliknya. Pada lantai-lantai tengah jika bangunan mempunyai ketinggian lebih dari dua lantai, maka lantai-lantai ini lebih cenderung pendek karena kebanyakan digunakan untuk fungsi-fungsi privat yang tidak begitu memerlukan ketinggian ruang yang lebih tinggi. Demikian juga dengan sistem yang akan dipakai, lebih menghendaki volume ruang yang relatif lebih kecil.
b Proporsi Bangunan
Bangunan-bangunan bentang lebar akan lebih membentuk ketinggian atap yang maksimal, lebih-lebih dengan sudut atap yang runcing. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana proporsi bangunan yang dihasilkan. Proporsi ini sangat mempengaruhi bentuk, tampak dan juga citra bangunan
Lokasi Bangunan
Bangunan harus aman dari gangguan situasi lingkungan di sekitarnya. Hal-hal alamiah yang secara langsung berkaitan dngan ketinggian bangunan adalah angin dan petir. Pada prinsipnya bangunan tidak boleh berdiri sendiri di tengah padang untuk tidak mengundang bahaya angin atau petir. Pada kondisi lingkungan buatan juga harus diperhatikan posisi-posisi jaringan listrik apalagi jaringan tegangan tinggi. Juga pada bangunan yang relatif dekat dengan kepentingan trasportasi semacam bandar udara dan sebagainya, ketinggian bangunan harus menjadi tinjauan utama.
Proses penyesuaian atau tawar-menawar sangat dimungkinkan untuk mengasilkan bentuk dan dimensi yang optimal. Pada struktur beton bertulang, untuk dapat memperkirakan bentuk dan besaran atau dimensi kolom dan balok tentu saja aspek pertama yang dipikirkan adalah aspek bahan struktur terhadap kemampuannya melayani beban atau bentang tertentu, yang selengkapnya dapat dilihat pada tabel.
Kolom bangunan bertugas menopang beban bangunan yang diberikan kepadanya. Daerah atau luasan tertentu menjadi tanggung jawab sebuah kolom tertentu. Kolom-kolom pada satu bangunan belum tentu mempunyai beban yang sama, sehingga perlu dianalisis satu per satu daerah pikulnya. Untuk dapat lebih efisien, beban yang berupa bentuk ataupun area pikul kolom itu sebanyak mungkin dibuat seragam, sehingga baik proses perencanaan dan perhitungan strukturnya menjadi sederhana karena tidak memerlukan hitungan satu persatu. Namun demikian, karena pertimbangan terhadap aspek lain, kadang kala pada lokasi-lokasi tertentu pada bangunan, ruangruang menjadi berbeda sehingga mengakibatkan kolom-kolom sebagai pemikul yang berbeda pula, perbedaan ini meliputi perbedaan bentang, bertambah atau berkurang.
Gambar 5-10. Teknik prakiraan besaran kolom dan balok dalam desain arsitektural struktur beton bertulang
Pada idealnya sebuah kolom akan mewakili bentuk area pikulnya. Jika grid yang terbentuk pada ruang atau denah bangunan membentuk bujur sangkar, maka secara struktural, kolom sebaiknya bujur sangkar demikian pula bentuk-bentuk yang lain. Kolom lingkaran dapat dipakai untuk memikul area beban yang simetris pada sisi-sisinya. Sedangkan ukuran kolom beton bertulang pada bangunan bertingkat dua sangat tergantung pada bentangannya. Secara umum harus dihitung tiap satuan persegi dari luasan penampang kolom yang akan memikul beban tertentu yang masing-masing kualitas beton bertulang akan berbeda. Sebagai gambaran kasar, bangunan satu lantai tidak bertingkat menggunakan kolom praktis ~(10 x
10) cm setiap sambungan atau pertemuan dindingnya atau setiap luasan 9 ~ 12 meter persegi atau untuk dinding setinggi ~3 meter dipasang setiap 3 - 4 meter. Untuk bentangan yang hampir sama, kolom-kolom pada lantai dua dapat diprakirakan dengan ukuran dua kali lipat dari sisi-sisi kolom tersebut. Bangunan berlantai dua dapat menggunakan kolom ~(20 x 20) cm bangunan berlantai tiga dapat menggunakan ~ (30 x 30) cm, dan seterusnya. Tentu saja pertimbangan bentuk area pikul di atas harus dimasukkan dalam pencarian bentuk dan dimensi ini.
dibuat dengan bentuk lain. Untuk memprakirakan ketinggian balok pada konstruksi beton bertulang dapat mengambil angka 1/10 hingga 1/12 dari bentangan kolom penumpunya, walaupun juga angka ini masih sangat tergantung pada jenis beban dan kekuatan material betonnya. Pada beton nonkonvensional seperti beton pre-stress atau beton post-tention, rasionya dapat lebih kecil hingga 1/20 bentangannya.
Pada balok tinggi memang diutamakan ketimbang lebar secara struktural, namun karena alaan lain, dapat saja balok