You are on page 1of 45

Krisis Energi Listrik,Krisis Mental Pejabat

Keberadaan dan Keberdayaan Energi Listrik keharusan sebagai motor penggerak roda kehidupan pada sebuah bangsa dan mengarah maju ke depan.Tanpa Keberadaan dan Keberdayaan menghambat hingga menghentikan aktivitas masyarakat dunia usaha berujung terhambatnya atau terhentinya kemajuan umat pada suatu bangsa.

merupakan sebuah untuk tetap bergerak Energi Listrik akan dan rumahan, serta

Indonesia Menangis dan Malu (kalau masih punya kemaluan), Pengusaha menangis, komputer Penulis juga menangis karena dipaksa hemat energi (jarang-jarang dipakai?). Mungkin inilah realita dampak Krisis Energi Listrik yang tengah melanda di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, berupa kurangnya pasokan energi listrik untuk masyarakat Indonesia di pulau Jawa dan Sumatra yang terjadi pada bulan-bulan terakhir ini. Seperti telah diberitakan beberapa waktu yang lalu bahwa Akibat Krisis Energi Listrik di Indonesia, maka di berbagai wilayah di Indonesia masih akan mengalami pemadaman listrik bergilir hingga tahun 2010 mendatang. Dikabarkan bahwa hal ini dikarenakan PLN (Perusahaan Listrik Negara) Indonesia mengalami defisit akibat tidak berimbangnya pasokan yang dimiliki PLN dengan permintaan energi listrik oleh konsumen (masyarakat). Diberitakan bahwa saat ini sebenarnya total kapasitas terpasang PLN sudah mencapai 26.000 Mega Watt se Indonesia tetapi beban puncaknya sudah mencapai 24.000 MW. sedangkan daya mampunya tentunya sekitar 25.000 mega sehingga bila ada masalah kita tidak punya cadangan lagi (Lho, bukannya tidak pernah terjadi kesetimbangan sejak dulu? Aneh kan?). Kurangnya atau tersendatnya pasokan batu bara pada sumber-sumber energi pemasok listrik di pulau jawa seperti Sumber Energi Cilacap serta kerusakan teknis pada sumber energi lain juga telah dijadikan dalih/alasan PLN untuk melakukan pemadaman listrik (electrical shutdown) tersebut secara berkala, bergilir, dan sepihak pada bulan-bulan terakhir ini (PLN sebagai lembaga monopoli negara pantas diberi piala Excuse Award 2008). Dan seperti telah dirasakan masyarakat khususnya di pulau Jawa dan Medan, Sumatra, pemadaman listrik tersebut seringkali dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada pihak konsumen yakni masyarakat pengguna energi listrik, baik yang komersial (masyarakat pada umumnya) maupun yang gratisan (tanya siapa). Bagi Penulis, Pemadaman Listrik oleh PLN dalam kasus Krisis Energi Listrik ini bisa dianalogkan seperti seorang Kepala Keluarga (Suami dan Ayah) yang tidak mampu memberi makan 3 kali sehari kepada Istri dan Anak-anaknya, kemudian membuat solusi masalah (yang timbul dari dirinya sendiri) tersebut, yakni membuat kebijakan dengan meminta Istri dan AnakAnaknya untuk hidup berhemat (baca: makan 1 sampai dengan maksimal 2 kali sehari). Baik dan bijaksanakah kebijakan/solusi dari Suami/Ayah tersebut? Jelas tidak! Lantas bagaimana

solusinya? Karena masalah ini sudah menyangkut hak dan kewajiban dalam berkeluarga, maka bagaimanapun kondisinya, si Suami/Ayah tersebut berkewajiban harus bisa memberi nafkah dan memberi makan layak untuk Istri dan Anak-Anaknya bagaimanapun caranya (kecuali cara-cara yang dilarang Tuhan tentunya). Kalau ia tidak bisa menjalankan kewajibannya, tanyakan otaknya ditaruh dimana saat ia berencana mengawini anak orang? Sedangkan Istri dan Anak-Anaknya juga tentu memiliki kewajiban menjaga dengan baik pemberian si Suami/Ayah tersebut serta membiasakan diri hidup berhemat. Hidup berhemat bisa memiliki arti dan makna yang luas, yang jelas bukan berarti mendiscount waktu makan dari 2 kali sehari menjadi 2 kali sehari, karena waktu makan adalah vital bagi kesehatan yang tak bisa ditawar lagi, namun makan secukupnya (tidak berlebihan), menghabiskan makanan yang disediakan, tidak membuang-buang makanan (membuang rejeki dari Tuhan). PLN (dianalogkan dengan si Suami/Ayah tersebut) tentu sangat-sangat tidak bijaksana dan aneh serta tidak masuk akal sehat Penulis bilamana membuat solusi krisis energi listrik dengan hanya meminta/menghimbau konsumen pengguna listrik (yang dianalogkan sebagai Istri dan AnakAnak tersebut) untuk menghemat konsumsi listrik tanpa melakukan aksi gerak cepat dan serius untuk melakukan pembenahan diri secara internal dan eksternal. Sebuah Keputusan menunjukkan kualitas pembuat keputusan. Bagi Penulis, Solusi Pemadaman Listrik secara berkala, bergilir, dan sepihak tersebut adalah salah satu keputusan terbodoh dan paling memalukan yang pernah Penulis temui sepanjang hidup Penulis. Penyebab masalah Krisis Energi Listrik di Indonesia:

Pola dan Rencana Pengadaan Energi Listrik yang tidak baik Pola dan Rencana Distribusi Energi Listrik yang tidak baik Instalasi dan Infrastruktur pada Sumber Energi Pembangkit Listrik yang tidak baik/memadai Pengadaan dan Pemberdayaan serta Distribusi Energi Listrik tidak dilakukan secara professional Instansi terkait tidak antisipatif terhadap konsekuensi dan dampak dari Kenaikan Harga BBM dunia dan Indonesia Menurut PLN, penyebab utama dari krisis energi listrik di Indonesia karena tidak berimbangnya pasokan yang dimiliki PLN dengan permintaan energi listrik oleh konsumen (masyarakat) Dikabarkan karena tersendatnya pasokan batu bara pada sumber pembangkit energi listrik. Benarkah? Bila benar, apakah karena masalah harga BBM yang tinggi? Tanya Kenapa. Dikabarkan karena masalah teknis, yakni kerusakan pada sumber pembangkit energi listrik. Benarkah? Tanya Kenapa. Dugaan kuat, masalah harga BBM untuk pengangkutan Batu Bara dan/atau Mafia Energi Indonesia. Ya semua orang tahu bahwa INDONESIA adalah LADANG TIKUS dan BAJINGAN berdasi dan berduit. Dugaan Kuat, Krisis Mental Pejabat, Penguasa, dan Pengusaha Indonesia yang terkait dalam Pengadaan dan Pemberdayaan Energi Listrik di Indonesia. Ya, semua orang tahu mental pejabat di Indonesia. Ya semua orang tahu bahwa INDONESIA adalah LADANG TIKUS dan BAJINGAN berdasi dan berduit.

Kita tentu tahu bahwa Harga BBM yang tinggi sangat beresiko terhadap terjadinya krisis energi listrik. Nah bila ini yang menjadi sebab, maka tentu masalh ini akibat ulah dari Sdr. JUSUF aKAL-akaLAn yang selalu sok bergaya memainkan peran sebagai RI-1 yang secara bodoh menjadi king maker pembuatanbanyak keputusan kenegaraan tidak cerdas seperti Menaikkan Harga BBM Indonesia tanpa memikirkan dengan akal sehat (bukan akal seorang pengusaha) banyaknya dampak negatif dan resiko akibat keputusan tersebut, dan tanpa memikirkan banyak solusi lain (selain menaikkan harga BBM) untuk menjaga kestabilan Anggaran APBN dan meningkatkan pemasukan kas negara seperti: Pembatasan Penggunaan Kendaraan Pribadi untuk menghemat BBM, Pembatasan Pembelian BBM, Penarikan investor dengan lebih intensif dengan ribuan cara, peningkatan pemasukan kas negara dari sektor pajak, pemberantasan korupsi dan kolusi di lingkungan pemerintahan dan lembaga lain yang terkait, Pennggenjotan dan peningkatan daya dan mutu serta hasil dari sektor riil - UKM di indonesia, dan masih banyak lagi solusi cerdas lain yang lebih arif, bijaksana, dan berpihak kepada masyarakat. Dampak Negatif Krisis Energi Listrik di Indonesia:

1. Dunia Usaha mengalami hambatan hingga stagnasi dalam menjalankan usahanya, 2. kerugian pelaku usaha secara materiil (money loss) 3. kerugian pelaku usaha secara inmateriil seperti:

Berkurangnya hingga hilangnya kepercayaan konsumen terhadap pelaku usaha, terjadinya pengangguran karena karyawan terpaksa diliburkan, resiko kerusakan mesin karena mesin sering tidak bisa dijalankan, kehilangan efisiensi waktu dan tenaga, martabat umat dan bangsa Indonesia di mata dunia Apa Kata Dunia?, berkurangnya hingga hilangnya kepercayaan konsumen energi listrik di Indonesia terhadap Pemerintah dan PLN Larinya Investor Domestik maupun Asing dari pasar Indonesia karena tiadanya jaminan energi listrik dan jaminan usaha di Indonesia serta berkurangnya hingga hilangnya kepercayaan terhadap Pemerintah dan PLN Rentetan masalah dari larinya Investor berakibat banyak hal diantaranya, terhambatnya kemajuan pembangunan ekonomi dan bidang lain yang terkait baik di lingkup kenegaraan maupun daerah Kualitas dan kuantitas Pencurian Listrik oleh warga makin meningkat Terhambatnya kreativitas anak bangsa yang menggunakan sarana listriknya untuk implementasi kecerdasan otaknya Terganggunya proses recovery pasien dan pengembangan penemuan di laboratorium pada dunia kesehatan. Resiko gejolak sosial pada masyarakat luas yang bisa berakibat menjadi chaos.

Solusi

masalah

Krisis

Energi

Listrik

di

Indonesia:

1. PLN bersama pihak swasta penyedia sumber energi yang ditunjuk harus melakukan perbaikan kebijakan pengadaan dan distribusi listrik, 2. PLN bersama pihak swasta penyedia sumber energi yang ditunjuk harus melakukan perbaikan

instalasi, infrastruktur, dan teknis pengadaan energi listrik, 3. PLN bersama pihak swasta penyedia sumber energi yang ditunjuk harus melakukan perbaikan pola distribusi listrik ke konsumen, 4. Pemerintah melalui PLN bersama pihak swasta penyedia sumber energi yang ditunjuk harus memberikan Jaminan keberadaan dan keberdayaan energi listrik per 124 Jam kepada konsumen dan pihak investor, baik domestik maupun asing. 5. Pemerintah harus memiliki sistem kontrol dan sistem filter yang baik untuk menyaring siapa yang layak diberi kepercayaan dan kewenangan untuk melakukan pengadaan, pengelolaan, dan distribusi energi listrik ke konsumen (masyarakat) 6. Sikat habis Mafia Energi di Indonesia, khususnya Mafia Energi Listrik dan Batu Bara, khususnya pemilihan pejabat di lingkungan PLN dan proses tender swasta untuk pengadaan energi listrik dan batu bara. 7. DPR dan DPRD harus tanggap terhadap masalah ini dengan melakukan sidak dan pengusutan masalah krisis energi listrik di lapangan, dan bila terbukti ada indikasi unsur kesengajaan hingga mengakibatkan terjadinya krisis energi ini, hingga mengarah pada pidana, maka Pihak POLRI wajib turun tangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan guna segera menuntaskan masalah agar tidak berkepanjangan 8. Konsumen harus membiasakan diri berhemat (tidak konsumtif) dalam menggunakan energi listrik 9. Kompensasi Riil dari PLN dan Pemerintah kepada konsumen energi listrik (seperti pada tahun 2005) sebagai ganti rugi atas pemadaman listrik secara berkala, bergilir, dan sepihak. 10. Disarankan bagi konsumen energi listrik untuk memasang Genset (electrical power backup device) karena PLN dan Pemerintah makin tidak bisa dipercaya dan diandalkan (higly recommended) 11. Not Bullshit from the Rats! Masyarakat umum tahu bahwa masalah krisis energi listrik di Indonesia sekarang ini tidak hanya bersumber dari PLN saja, namun juga dari pihak swasta pemasok energi listrik, juga tentu pihak pemerintah yang terbukti tidak memiliki sistem kontrol dan sistem filter yang baik untuk menyaring siapa yang layak diberi kepercayaan untuk pengadaan, pengelolaan, dan distribusi energi listrik ke konsumen (masyarakat). Namun, meski begitu, pihak PLN lah yang harusnya paling bertanggung jawab terhadap kasus ini mengingat eksistensinya sebagai badan negara tunggal (monopoli) yang diberi kepercayaan dan kewenangan oleh Pemerintah dalam pengadaan dan pemberdayaan energi listrik terbukti tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik dan benar. Sebenarnya dari dulu kita sudah bermasalah dengan energi listrik, Coba kita telusuri ada berapa banyak daerah yang hingga detik ini belum tersentuh aliran listrik. Mungkin para pejabat yang terkait lupa/tidak tahu bahwa keberadaan energi juga dijadikan sebagai salah satu parameter kemajuan suatu bangsa. Kita tunggu adakah niat baik dari Pemerintah, PLN, dan lembaga terkait segera menyelesaikan masalah krisis energi di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, sebagai Solusi-Solusi tersebut di atas, dan kita juga tunggu adakah niat baik mereka untuk memberikan kompensasi riil kepada konsumen energi listrik di pulau Jawa, Indonesia atas terjadinya pemadaman listrik yang berkala, bergilir, dan sepihak.

Bila terbukti tidak ada niat baik (mudah-mudahan tidak), lalu.Tanya Kenapa????? Kita berharap Listrik di Indonesia akan segera diatasi bukan makin dibatasi, sehingga Indonesia tidak akan menjadi gelap saat dunia makin terang benderang, Amen

PLTN Solusi Atasi Krisis Energi Listrik Indonesia


5:29 PM Ezkhel Electrical Energy Engineering No comments

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Perlahan namun pasti Indonesia berencana mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Peraturan Pemerintah No.43/2006 tentang perizinan Reaktor Nuklir tertanggal 15 Desember 2006 lalu, merupakan momentum awal kebijakan pemerintah Indonesia mengenai PTLN. Kini, tinggal menunggu dikeluarkannya Keppres bagi kalangan investor untuk terlibat dalam pengembangan PLTN di Indonesia. Namun, mengapa sebagian masyarakat menolak keras? Energi nuklir untuk tujuan sipil seperti reaktor nuklir pembangkit daya mulai gencar dikampanyekan setelah konferensi Genewa "On the peaceful uses of atomic energy" yang di sponsori PBB sekitar 1955. Pada mulanya perjanjian ini disepakati lima negara besar pemilik senjata nuklir, dengan tujuan agar tidak melakukan transfer teknologi senjata nuklir ke negara lain. Selain itu, untuk pengurangan produksi dan penghancuran senjata nuklir saat itu. Hingga 1973 Amerika Serikat mengalami embargo minyak. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mampu membantu negara Paman Sam tersebut mengatasi krisis energi. Sekitar 17% sumber listrik dipasok dengan membakar minyak dan hanya 5% dipasok dari energi nuklir. Namun, dalam waktu 20 tahun kemudian (1993) sumber listrik dari minyak bumi hanya sekitar 3%, sedangkan pasokan listrik energi nuklir naik menjadi 20%. Di Jepang, desain PLTN dibangun anti gempa sehingga mampu beroperasi dan memasok listrik kala gempa dasyat melanda sekitar musim dingin 1995. Lain halnya dengan Korea Selatan, pengembangan PLTN

mampu meningkatkan pendapatan per kapita masyarakatnya, dari semula 400 dolar AS/tahun pada 1970 menjadi 10.000 dolar AS/tahun pada 2000. Kendati dinilai menguntungkan bagi masyarakat di beberapa negara, namun Indonesia tidak serta merta mengambil keputusan serupa meskipun dalam beberapa tahun ini sudah mengalami kesulitan pasokan BBM untuk pembangkit listrik. Beberapa pengamat energi bahkan memprediksikan, Indonesia akan menjadi negara pengimpor minyak pada 2020. Tentunya, pemerintah tidak tinggal diam menghadapi masalah pelik di bidang sumber energi untuk pembangkit listrik ini. Dalam beberapa tahun terakhir, langkah mencari energi alternatif giat dilaksanakan.

Skema PLTN Listrik umumnya dibangkitkan dari turbin yang digerakkan uap air. Uap air dihasilkan dengan mendidihkan air dalam bejana (boiller). Bahan bakar yang sering digunakan untuk mendidihkan air inilah yang membedakan nama pembangkit listrik. Pembangkit yang menggunakan bahan bakar fosil, biasanya disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). PLTU sudah tersebar di Indonesia, dan telah mengalami masalah pergiliran pasokan arus listrik, harga, bahkan polusi. Masalah pergiliran pasokan arus listrik disebabkan masalah pasokan yang terbatas, karena tak adanya cadangan sumber listrik. Tentunya, harga dipastikan naik terus mengikuti harga minyak bumi. Sementara itu, penggunaan batu bara untuk suatu PLTU mulanya memang murah, namun sumber polusi banyak dikeluhkan. Jika gas, seperti SO2,CO2,NOX, sebagai hasil pembakaran disaring menggunakan filter, maka harga listrik menjadi tinggi dan tak kompetitif dengan pembangkit lain. Sebaliknya, jika tidak dilakukan tindakan, akan menyebabkan pencemaran dan merusak lingkungan. Selain itu, PLTU batu bara masih mengeluarkan radioaktif alam hasil pembakaran dan debu hasil pengangkutan yang setiap tahunnya mencapai 300.000 ton pada kapasitas 1000 Mega Watt elektrik (MWe).

PLTA Alternatif sumber energi pembangkit daya yang paling aman dan murah adalah tenaga air. Namun tenaga air ini sangat tergantung curah hujan dan memerlukan lahan yang sangat besar untuk menampung air. Padahal lahan yang digunakan cukup subur untuk ditanami tanaman pangan, serta jumlahnya terbatas, dan lokasinya tak dapat dipindahkan sesuai keperluan. Demikian pula dengan panas bumi, selain lokasi, teknologi untuk mengatasi belerang belum ada. Satu lagi bahan bakar untuk mendidihkan air yaitu uranium 235 dalam PLTN. Banyak pengamat energi menilai, PLTN sangat ekonomis, kira - kira sama dengan harga PLTU batu bara tanpa pengolahan limbah. Sebenarnya, ada lima tipe PLTN yang banyak digunakan negara-negara maju saat ini. Dua tipe Boilling Water Reactor (BWR) dan Pressurized Water Reactor (PWR) dari Amerika. Kedua tipe, BHWR atau PHWR dengan pendingin air berat yang dikenal dengan tipe CANDU dari Canada, serta satu tipe dengan pendingin gas yang dikembangkan di Amerika dan Inggris. Pemerintah Indonesia pun akhirnya menyusun rencana pemanfaatan teknologi nuklir untuk pembangkit listrik. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), bisa dibilang, instansi yang paling bertanggung jawab terhadap aturan main pembangunan PLTN di Indonesia. Sebagai institusi bidang pengawasan, Bapeten diberi mandat membuat peraturan termasuk memberikan izin dan melakukan inspeksi bagi para pengguna teknologi nuklir di Indonesia. Ada tiga prinsip utama yang menjadi landasan instansi yang baru dibentuk pada 1998 ini, yaitu keselamatan (safety), keamanan (security), dan kedamaian (safeguards) . Acuan dasar pengembangan nuklir di Indonesia, yaitu UU No.10/1997 tentang Ketenaganukliran. Dan sekitar Desember 2006 diterbitkan Peraturan Pemerintah No.43/2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir yang merupakan hasil rembug 15 departemen terkait, termasuk Bapetan. Dari sisi teknis tenaga nuklir, Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) bahkan sudah bersusah payah mencari lokasi yang dinilai tepat untuk dibangun PLTN. Dari sekitar 14 tapak yang ditelusuri di seluruh wilayah Indonesia, akhirnya ditentukan sekitar lima lokasi yang dinilai layak untuk dibangun PLTN. Namun, kemudian ditentukan satu wilayah yang paling layak dibangun, yaitu di Semenanjung Muria, Kabupaten Jepara.

Rancangan PLTN Indonesia Menurut Ferhat Aziz, Kepala Biro Kerjasama Hukum dan Humas Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) sedikitnya 15 faktor dinilai untuk kelayakan tapak PLTN di Muria tersebut, lima diantaranya berkaitan dengan faktor keselamatan pembangunan. ''Boleh dibilang, penyiapan lokasi ini sebagai insentif pembangunan PLTN tahap awal dari Batan,'' ujarnya. Untuk Indonesia, Batan merekomendasikan pengembangan PLTN jenis PWR (pressurized water reactor) atau 'reaktor air tekan'. PWR menggunakan dua sistem pendingin, primer dan sekunder, berbeda dengan jenis BWR (boiling water reactor) yang hanya mengggunakan satu sistem pendingin. ''PWR paling banyak digunakan negara-negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Korea, Jepang dan negara-negara di Eropa,'' ujarnya. Sebenarnya, ada lima tipe PLTN yang banyak digunakan negara-negara maju saat ini. Dua tipe Boilling Water Reactor (BWR) dan Pressurized Water Reactor (PWR) dari Amerika. Kedua tipe, BHWR atau PHWR dengan pendingin air berat yang dikenal dengan tipe CANDU dari Canada, serta satu tipe dengan pendingin gas yang dikembangkan di Amerika dan Inggris. Namun hal itu belum cukup memuluskan jalan pengembangan tenaga nuklir untuk pembangkit daya. Menurut Dr Ir As Natio Lasman, Deputi Bidang Pengkajian Keselamatan Nuklir Bapeten, setelah dikeluarkan peraturan pemerintah, harus ada pula Keppres dan peraturan Kepala Bapeten. Salah satu regulasi yang kini tengah ditunggu kalangan bidang nuklir, yaitu Keppres mengenai Tim Nasional Pembangunan Nuklir. Keppres tersebut kini tengah digodok di Sekretariat Negara RI, dan menunggu disahkan Presiden. Tim Nasional yang dibentuk berdasarkan Keppres tersebut nantinya akan bertugas menyusun organisasi kepemilikan PLTN. ''Timnas akan menentukan kepemilikan PLTN apakah swasta murni, atau campuran swasta dan pemerintah. Jika sudah ditetapkan , maka investor baru bisa masuk. Namun, jika pemerintah menunda keluarnya Keppres tersebut maka dapat dipastikan target operasional PLTN di Indonesia akan tertunda,'' ujarnya.

Tidak hanya itu saja, sejumlah investor sudah ancang-ancang membangun PLTN di Indonesia. ''Saya tidak bisa menyebutkan nama perusahaan tertentu, namun berasal dari Korea, Jepang,Perancis, Amerika Serikat, termasuk Rusia,'' ujar Ferhat. Sedangkan perusahaan dalam negeri yang dinilai siap membangun PLTN di Indonesia, yaitu PT Pembangkit Listrik Negara (PLN). Dari sisi sumber daya manusia sudah tentu berpengalaman dalam bidang pembangkit tenaga listrik, tinggal menambah kemampuan di bidang nuklir. Bisa mengambil dari sekolah atau perguruan tinggi yang mendalami bidang nuklir, imbuhnya. Disaat pemerintah bergiat menyusun perangkat aturan PLTN, sebagian kalangan masyarakat justru bersikap sebaliknya, yaitu menentang pengembangan PLTN di Indonesia. Bupati Kudus, HM Tamzil, misalnya, menolak rencana pembangunan PLTN di Semenanjung Muria. Dia kabarnya telah mengirim surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, DPR, dan DPD untuk mengambil kebijakan yang berpihak pada rakyat, yakni membatalkan rencana pembangunan PLTN di Muria. Alasannya pembangunan PLTN belum mendapatkan kesepakatan dari masyarakat. Sangat tidak arif dan bijaksana jika pemerintah tetap memaksakan kehendak membangun PLTN, sementara masyarakat di sekitar lokasi pembangunan PLTN menolaknya.

Penolakan PLTN

Ketidak setujuan pembangunan PLTN juga dilontarkan Praktisi kelistrikan yang juga Direktur Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (Ibeka), Tri Mumpuni. Pemerintah sebaiknya membatalkan rencana pembangunan PLTN di Pulau Jawa. Ketergantungan pada negara lain sangat tinggi. Kenapa kita tidak mengembangkan pembangkit listrik yang bisa dibangun sendiri, karena masih banyak potensi yang lain seperti panas bumi dan air, Kata Mumpuni, yang sejauh ini telah membangun 60 pembangkit listrik tenaga mikro hidro di beberapa daerah. Dari kalangan LSM pun juga melontarkan komentar yang senada. Mereka berpendapat jika pembangunan PLTN dianggap merupakan suatu opsi untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam negeri, maka perlu dilakukan studi atas aspek kelayakan pembangunan PLTN, yang mencakup berbagai aspek, antara lain aspek ekonomi, kelayakan teknis pilihan lokasi (apakah lokasi termasuk dalam daerah patahan yang secara geologis rentan terhadap gempa, bahaya gelombang laut atau tsunami), aspek lingkungan (pencemaran, radiasi nuklir, dan kemungkinan terjadinya kecelakaan nuklir), aspek sosial budaya dan psikologis masyarakat, serta aspek pembiayaan dan investasi proyek. Hasil studi kelayakan nantinya harus secara transparan disampaikan pada masyarakat. Penolakan rencana pembangunan PLTN terus menggelinding bak bola salju. Melihat keadaan seperti ini, Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto berpendapat, jika sampai sekarang terus terjadi penolakan dari masyarakat, itu berkaitan dengan sosialisasi rencana pembangunan PLTN belum maksimal. Semestinya sosialisasi menjadi catatan tersendiri bagi Batan. Sebab, masyarakat khawatir kalau-kalau terjadi efek-efek dari PLTN yang tidak diinginkan. Untuk itu, Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) diminta memberi penjelasan secara gamblang kepada masyarakat sekitar calon lokasi PLTN tentang manfaat dan dampak PLTN.

Menurut kajian Batan tahun 2003, diperoleh gambaran di masa depan Indonesia menghadapi krisis energi. Apalagi dengan cadangan sumber daya yang terus menipis diperlukan upaya-upaya serius mengatasinya. Jika tidak maka Indonesia akan dihadapkan pada krisis energi berkelanjutan. Data yang ada menyebutkan cadangan sumber daya minyak bumi di Indonesia saat ini sekitar 321 miliar barel (1,2% potensi dunia), gas bumi sekitar 507 TSCF (3,3% potensi dunia), batubara sekitar 50 miliar ton (3% potensi dunia), panas bumi sekitar 27 ribu MW (40% potensi dunia), tenaga air sekitar 75 ribu MW (0,02% potensi dunia). Apabila tingkat produksi tetap seperti tingkat tahun 2002 dan tidak ada cadangan terbukti yang baru, maka cadangan minyak bumi

diperkirakan akan habis dalam waktu kurang 10 tahun, gas bumi dalam waktu 30 tahun dan batubara dalam waktu 50 tahun. Munculnya PLTN sebagai solusi akhir mengatasi krisis energi di masa depan perlu menjadi pertimbangan, tapi munculnya keluhan masyarakat agaknya patut dicermati kalangan pengambil keputusan.

MEDAN Kawasan Industri Medan selama hampir lima tahun terakhir masih mengalami krisis energi listrik, akibat pasokan dari PT Perusahaan Listrik Negara relatif terbatas. Krisis listrik di kawasan industri Medan sudah terjadi sejak lima tahun lalu, kata Manager Humas dan Hukum PT (Persero) Kawasan Industri Medan (KIM), Pangkal Simanjuntak. Bahkan sejak dua tahun terakhir aliran listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga sering padam pada malam hari.Kekurangan pasokan energi listrik menurunkan kinerja produksi dan menambah biaya operasional sejumlah pabrik di kawasan industri terbesar di luar Pulau Jawa itu. Sejumlah pabrik yang selama ini mengalami kekurangan pasokan listrik, menurut dia, terpaksa mengandalkan mesin genset untuk menjalankan aktivitas produksi.Perusahaan di kawasan industri Medan yang menggunakan genset dipastikan membuat biaya operasional pabriknya menjadi bertambah besar. Penambahan biaya operasional dipastikan ikut membuat biaya barang yang dihasilkan menjadi bertambah besar, sehingga berpotensi membuat daya saing produk menjadi kurang kompetitif di pasaran. Masalah krisis listrik dan pemadaman bergilir yang terjadi hampir setiap malam sudah sering dikeluhkan oleh kalangan pengusaha pabrik di kawasan industri Medan, tetapi hingga kini belum juga ada solusi dari PLN, paparnya. Kekurangan pasokan energi listrik bukan hanya melanda kawasan industri Medan semata, tetapi juga hampir terjadi di sejumlah pabrik lain di daerah itu.Krisis listrik berkepanjangan jika tidak segera dituntaskan, dikuatirkan dapat mengurangi minat para calon investor untuk menanamkan modal di Medan dan daerah lain di Sumatera Utara (Sumut). Pangkal membenarkan bahwa manajemen PT KIM belum lama ini telah menjajaki kerja sama dengan salah satu perusahaan yang semula berminat untuk menanamkan modal di sektor kelistrikan. Namun rencana kerja sama itu akhirnya dibatalkan oleh calon investor tersebut, tanpa alasan yang jelas. Hingga kini masih terus berupaya mencari calon investor yang berminat untuk membangun pembangkit

listrik, ujarnya. Total tambahan kapasitas energi listrik yang dibutuhkan di kawasan industri Medan saat ini minimal sebesar 2 X 125 megawatt (MW).

Krisis Energi Listrik,Krisis Mental Pejabat PDF Print E-mail Keberadaan dan Keberdayaan Energi Listrik merupakan sebuah keharusan sebagai motor penggerak roda kehidupan pada sebuah bangsa untuk tetap bergerak dan mengarah maju ke depan. Tanpa Keberadaan dan Keberdayaan Energi Listrik akan menghambat hingga menghentikan aktivitas masyarakat dunia usaha dan rumahan, serta berujung terhambatnya atau terhentinya kemajuan umat pada suatu bangsa. Indonesia Menangis dan Malu (kalau masih punya kemaluan), Pengusaha menangis, komputer Penulis juga menangis karena dipaksa hemat energi (jarang-jarang dipakai?). Mungkin inilah realita dampak Krisis Energi Listrik yang tengah melanda di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, berupa kurangnya pasokan energi listrik untuk masyarakat Indonesia di pulau Jawa dan Sumatra yang terjadi pada bulan-bulan terakhir ini. Seperti telah diberitakan beberapa waktu yang lalu bahwa Akibat Krisis Energi Listrik di Indonesia, maka di berbagai wilayah di Indonesia masih akan mengalami pemadaman listrik bergilir hingga tahun 2010 mendatang. Dikabarkan bahwa hal ini dikarenakan PLN (Perusahaan Listrik Negara) Indonesia mengalami defisit akibat tidak berimbangnya pasokan yang dimiliki PLN dengan permintaan energi listrik oleh konsumen (masyarakat). Diberitakan bahwa saat ini sebenarnya total kapasitas terpasang PLN sudah mencapai 26.000 Mega Watt se Indonesia tetapi beban puncaknya sudah mencapai 24.000 MW. sedangkan daya mampunya tentunya sekitar 25.000 mega sehingga bila ada masalah kita tidak punya cadangan lagi (Lho, bukannya tidak pernah terjadi kesetimbangan sejak dulu? Aneh kan?). Kurangnya atau tersendatnya pasokan batu bara pada sumber-sumber energi pemasok listrik di pulau jawa seperti Sumber Energi Cilacap serta kerusakan teknis pada sumber energi lain juga telah dijadikan dalih/alasan PLN untuk melakukan pemadaman listrik (electrical shutdown) tersebut secara berkala, bergilir, dan sepihak pada bulan-bulan terakhir ini (PLN sebagai lembaga monopoli negara pantas diberi piala Excuse Award 2008). Dan seperti telah dirasakan masyarakat khususnya di pulau Jawa dan Medan, Sumatra, pemadaman listrik tersebut seringkali dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada pihak konsumen yakni masyarakat pengguna energi listrik, baik yang komersial (masyarakat pada umumnya) maupun yang gratisan (tanya siapa). Bagi Penulis, Pemadaman Listrik oleh PLN dalam kasus Krisis Energi Listrik ini bisa dianalogkan seperti seorang Kepala Keluarga (Suami dan Ayah) yang tidak mampu memberi makan 3 kali sehari kepada Istri dan Anak-anaknya, kemudian membuat solusi masalah (yang timbul dari dirinya sendiri) tersebut, yakni membuat kebijakan dengan meminta Istri dan AnakAnaknya untuk hidup berhemat (baca: makan 1 sampai dengan maksimal 2 kali sehari). Baik dan bijaksanakah kebijakan/solusi dari Suami/Ayah tersebut? Jelas tidak! Lantas bagaimana solusinya? Karena masalah ini sudah menyangkut hak dan kewajiban dalam berkeluarga, maka

bagaimanapun kondisinya, si Suami/Ayah tersebut berkewajiban harus bisa memberi nafkah dan memberi makan layak untuk Istri dan Anak-Anaknya bagaimanapun caranya (kecuali cara-cara yang dilarang Tuhan tentunya). Kalau ia tidak bisa menjalankan kewajibannya, tanyakan otaknya ditaruh dimana saat ia berencana mengawini anak orang? Sedangkan Istri dan Anak-Anaknya juga tentu memiliki kewajiban menjaga dengan baik pemberian si Suami/Ayah tersebut serta membiasakan diri hidup berhemat. Hidup berhemat bisa memiliki arti dan makna yang luas, yang jelas bukan berarti mendiscount waktu makan dari 2 kali sehari menjadi 2 kali sehari, karena waktu makan adalah vital bagi kesehatan yang tak bisa ditawar lagi, namun makan secukupnya (tidak berlebihan), menghabiskan makanan yang disediakan, tidak membuang-buang makanan (membuang rejeki dari Tuhan). PLN (dianalogkan dengan si Suami/Ayah tersebut) tentu sangat-sangat tidak bijaksana dan aneh serta tidak masuk akal sehat Penulis bilamana membuat solusi krisis energi listrik dengan hanya meminta/menghimbau konsumen pengguna listrik (yang dianalogkan sebagai Istri dan AnakAnak tersebut) untuk menghemat konsumsi listrik tanpa melakukan aksi gerak cepat dan serius untuk melakukan pembenahan diri secara internal dan eksternal. Sebuah Keputusan menunjukkan kualitas pembuat keputusan. Bagi Penulis, Solusi Pemadaman Listrik secara berkala, bergilir, dan sepihak tersebut adalah salah satu keputusan terbodoh dan paling memalukan yang pernah Penulis temui sepanjang hidup Penulis. Penyebab masalah Krisis Energi Listrik di Indonesia: * Pola dan Rencana Pengadaan Energi Listrik yang tidak baik * Pola dan Rencana Distribusi Energi Listrik yang tidak baik * Instalasi dan Infrastruktur pada Sumber Energi Pembangkit Listrik yang tidak baik/memadai * Pengadaan dan Pemberdayaan serta Distribusi Energi Listrik tidak dilakukan secara professional * Instansi terkait tidak antisipatif terhadap konsekuensi dan dampak dari Kenaikan Harga BBM dunia dan Indonesia * Menurut PLN, penyebab utama dari krisis energi listrik di Indonesia karena tidak berimbangnya pasokan yang dimiliki PLN dengan permintaan energi listrik oleh konsumen (masyarakat) * Dikabarkan karena tersendatnya pasokan batu bara pada sumber pembangkit energi listrik. Benarkah? Bila benar, apakah karena masalah harga BBM yang tinggi? Tanya Kenapa. * Dikabarkan karena masalah teknis, yakni kerusakan pada sumber pembangkit energi listrik. Benarkah? Tanya Kenapa. * Dugaan kuat, masalah harga BBM untuk pengangkutan Batu Bara dan/atau Mafia Energi Indonesia. Ya semua orang tahu bahwa INDONESIA adalah LADANG TIKUS dan BAJINGAN berdasi dan berduit. * Dugaan Kuat, Krisis Mental Pejabat, Penguasa, dan Pengusaha Indonesia yang terkait dalam Pengadaan dan Pemberdayaan Energi Listrik di Indonesia. Ya, semua orang tahu mental pejabat di Indonesia. Ya semua orang tahu bahwa INDONESIA adalah LADANG TIKUS dan BAJINGAN berdasi dan berduit. * Kita tentu tahu bahwa Harga BBM yang tinggi sangat beresiko terhadap terjadinya krisis energi listrik. Nah bila ini yang menjadi sebab, maka tentu masalh ini akibat ulah dari Sdr. JUSUF aKAL-akaLAn yang selalu sok bergaya memainkan peran sebagai RI-1 yang secara bodoh menjadi king maker pembuatanbanyak keputusan kenegaraan tidak cerdas seperti

Menaikkan Harga BBM Indonesia tanpa memikirkan dengan akal sehat (bukan akal seorang pengusaha) banyaknya dampak negatif dan resiko akibat keputusan tersebut, dan tanpa memikirkan banyak solusi lain (selain menaikkan harga BBM) untuk menjaga kestabilan Anggaran APBN dan meningkatkan pemasukan kas negara seperti: Pembatasan Penggunaan Kendaraan Pribadi untuk menghemat BBM, Pembatasan Pembelian BBM, Penarikan investor dengan lebih intensif dengan ribuan cara, peningkatan pemasukan kas negara dari sektor pajak, pemberantasan korupsi dan kolusi di lingkungan pemerintahan dan lembaga lain yang terkait, Pennggenjotan dan peningkatan daya dan mutu serta hasil dari sektor riil - UKM di indonesia, dan masih banyak lagi solusi cerdas lain yang lebih arif, bijaksana, dan berpihak kepada masyarakat. Dampak Negatif Krisis Energi Listrik di Indonesia: 1. Dunia Usaha mengalami hambatan hingga stagnasi dalam menjalankan usahanya, 2. kerugian pelaku usaha secara materiil (money loss) 3. kerugian pelaku usaha secara inmateriil seperti: * berkurangnya hingga hilangnya kepercayaan konsumen terhadap pelaku usaha, * terjadinya pengangguran karena karyawan terpaksa diliburkan, * resiko kerusakan mesin karena mesin sering tidak bisa dijalankan, * kehilangan efisiensi waktu dan tenaga, martabat umat dan bangsa Indonesia di mata dunia Apa Kata Dunia?, * berkurangnya hingga hilangnya kepercayaan konsumen energi listrik di Indonesia terhadap Pemerintah dan PLN * Larinya Investor Domestik maupun Asing dari pasar Indonesia karena tiadanya jaminan energi listrik dan jaminan usaha di Indonesia serta berkurangnya hingga hilangnya kepercayaan terhadap Pemerintah dan PLN * Rentetan masalah dari larinya Investor berakibat banyak hal diantaranya, terhambatnya kemajuan pembangunan ekonomi dan bidang lain yang terkait baik di lingkup kenegaraan maupun daerah * Kualitas dan kuantitas Pencurian Listrik oleh warga makin meningkat * Terhambatnya kreativitas anak bangsa yang menggunakan sarana listriknya untuk implementasi kecerdasan otaknya * Terganggunya proses recovery pasien dan pengembangan penemuan di laboratorium pada dunia kesehatan. * Resiko gejolak sosial pada masyarakat luas yang bisa berakibat menjadi chaos. Solusi masalah Krisis Energi Listrik di Indonesia: 1. PLN bersama pihak swasta penyedia sumber energi yang ditunjuk harus melakukan perbaikan kebijakan pengadaan dan distribusi listrik, 2. PLN bersama pihak swasta penyedia sumber energi yang ditunjuk harus melakukan perbaikan instalasi, infrastruktur, dan teknis pengadaan energi listrik, 3. PLN bersama pihak swasta penyedia sumber energi yang ditunjuk harus melakukan perbaikan pola distribusi listrik ke konsumen, 4. Pemerintah melalui PLN bersama pihak swasta penyedia sumber energi yang ditunjuk harus

memberikan Jaminan keberadaan dan keberdayaan energi listrik per 124 Jam kepada konsumen dan pihak investor, baik domestik maupun asing. 5. Pemerintah harus memiliki sistem kontrol dan sistem filter yang baik untuk menyaring siapa yang layak diberi kepercayaan dan kewenangan untuk melakukan pengadaan, pengelolaan, dan distribusi energi listrik ke konsumen (masyarakat) 6. Sikat habis Mafia Energi di Indonesia, khususnya Mafia Energi Listrik dan Batu Bara, khususnya pemilihan pejabat di lingkungan PLN dan proses tender swasta untuk pengadaan energi listrik dan batu bara. 7. DPR dan DPRD harus tanggap terhadap masalah ini dengan melakukan sidak dan pengusutan masalah krisis energi listrik di lapangan, dan bila terbukti ada indikasi unsur kesengajaan hingga mengakibatkan terjadinya krisis energi ini, hingga mengarah pada pidana, maka Pihak POLRI wajib turun tangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan guna segera menuntaskan masalah agar tidak berkepanjangan 8. Konsumen harus membiasakan diri berhemat (tidak konsumtif) dalam menggunakan energi listrik 9. Kompensasi Riil dari PLN dan Pemerintah kepada konsumen energi listrik (seperti pada tahun 2005) sebagai ganti rugi atas pemadaman listrik secara berkala, bergilir, dan sepihak. 10. Disarankan bagi konsumen energi listrik untuk memasang Genset (electrical power backup device) karena PLN dan Pemerintah makin tidak bisa dipercaya dan diandalkan (higly recommended) 11. Not Bullshit from the Rats! Masyarakat umum tahu bahwa masalah krisis energi listrik di Indonesia sekarang ini tidak hanya bersumber dari PLN saja, namun juga dari pihak swasta pemasok energi listrik, juga tentu pihak pemerintah yang terbukti tidak memiliki sistem kontrol dan sistem filter yang baik untuk menyaring siapa yang layak diberi kepercayaan untuk pengadaan, pengelolaan, dan distribusi energi listrik ke konsumen (masyarakat). Namun, meski begitu, pihak PLN lah yang harusnya paling bertanggung jawab terhadap kasus ini mengingat eksistensinya sebagai badan negara tunggal (monopoli) yang diberi kepercayaan dan kewenangan oleh Pemerintah dalam pengadaan dan pemberdayaan energi listrik terbukti tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik dan benar. Sebenarnya dari dulu kita sudah bermasalah dengan energi listrik, Coba kita telusuri ada berapa banyak daerah yang hingga detik ini belum tersentuh aliran listrik. Mungkin para pejabat yang terkait lupa/tidak tahu bahwa keberadaan energi juga dijadikan sebagai salah satu parameter kemajuan suatu bangsa. Kita tunggu adakah niat baik dari Pemerintah, PLN, dan lembaga terkait segera menyelesaikan masalah krisis energi di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, sebagai Solusi-Solusi tersebut di atas, dan kita juga tunggu adakah niat baik mereka untuk memberikan kompensasi riil kepada konsumen energi listrik di pulau Jawa, Indonesia atas terjadinya pemadaman listrik yang berkala, bergilir, dan sepihak. Bila terbukti tidak ada niat baik (mudah-mudahan tidak), lalu.Tanya Kenapa????? Kita berharap Listrik di Indonesia akan segera diatasi bukan makin dibatasi, sehingga Indonesia tidak akan menjadi gelap saat dunia makin terang benderang.

LANGKA STRATEGIS MENGHADAPI KRISIS ENERGI LISTRIK DI INDONESIA


Sunday, November 15, 2009

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Tenaga listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kegiatan industri, kegiatan komersial maupun dalam kehidupan sehari-hari rumah tangga. Energi listrik dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alat-alat atau mesin industri. Mengingat begitu besar dan pentingnya manfaat energi listrik sedangkan sumber energi pembangkit listrik terutama yang berasal dari sumber daya tak terbarui keberadaannya terbatas, maka untuk menjaga kelestarian sumber energi ini perlu diupayakan langkah-langkah strategis yang dapat menunjang penyediaan energy listrik secara optimal dan terjangkau. Upaya menambah pembangkit sebenarnya telah dilakukan pemerintah. Namun membutuhkan proses yang lama dan anggaran yang besar. Apalagi saat ini PLN sedang mengalami kerugian dan menanggung utang yang cukup besar. Hal ini tak lepas dari akibat praktek KKN yang masih melekat pada birokrasi dan kepengurusan PLN. Oleh karena itu, kerja sama dan partisipasi berbagai pihak sangat diperlukan untuk mengatasi krisis energy listrik ini. TUJUAN Tujuan dari makalah ini yaitu : 1. Agar warga negara Indonesia tahu bagaimana cara menghemat listrik 2. Agar warga negara Indonesia tahu masalah krisis energy yang dihadapi negara Indonesia ini PERMASALAHAN Saat ini, ketersediaan sumber energi listrik tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan listrik di Indonesia. Terjadinya pemutusan sementara dan pembagian energi listrik secara bergilir merupakan dampak dari terbatasnya energy listrik yang dapat disupply oleh PLN. Hal ini terjadi karena laju pertambahan sumber energi baru dan pengadaan pembangkit tenaga listrik tidak sebanding dengan peningkatan konsumsi listrik. Saat ini system distribusi listrik yang digunakan oleh PLN umumnya adalah system sentralisasi listrik. System tersebut ternyata dapat membawa dampak buruk dalam distribusi listrik di Indonesia. Diantaranya menyebabkan banyaknya wilayah yang sulit dicapai oleh jaringan listrik dan faktor geologisnya buruk, tidak dapat menikmati listrik. Selain itu, dapat juga menyebabkan terjadinya penyusutan tenaga listrik, tidak stabilnya tegangan listrik hingga pada pemadaman aliran listrik yang berakibat seluruh wilayah yang bergantung pada gardu tertentu akan mengalami black out. kasus listrik terbesar yang terjadi adalah mati listrik Jawa-Bali pada 18 Agustus 2005 di Indonesia, di mana listrik di Jakarta dan Banten mati total selama tiga jam. Mati listrik ini terjadi akibat kerusakan di jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV Jawa-Bali. Dampak yang diakibatkan antara lain : Sebanyak 42 perjalanan kereta rel listrik

(KRL) rute Jakarta-Bogor-Tanggerang-Bekasi dibatalkan. Sebanyak 26 KRL yang sedang beroperasi tertahan di beberapa perlintasan. Potensi kehilangan pendapatan mencapai Rp 200 juta. Di Bandara Soekarno-Hatta gangguan listrik berlangsung sekitar empat jam dan menyebabkan 15 penerbangan tertunda. PLN memperkirakan ada sekitar 3,2 juta pelanggan yang terkena pemadaman total, terutama di daerah Jakarta dan Banten Mati listrik bagi masyarakat pada umumnya bila dilihat sepintas memang merupakan hal yang sepele, tapi bayangkan jika hal ini terjadi pada sebuah pabrik produksi skala besar atau pusat perbelanjaan dan perkantoran yang tidak dapat hidup tanpa pasokan listrik. Satu menit aliran listrik sangat berarti bagi mereka. Gara-gara mati listrik, satu pekerjaan terhambat akan membuat efek domino hingga pekerjaan lain pun terhambat. Bila hal ini dibiarkan, kegiatan perekonomian, pendidikan, dan bidang vital lainnya akan terganggu. Pemborosan merupakan salah satu penyebab terbesar krisis energy listrik yang terkadang dirasakan kecil pengaruhnya. Padahal bila kita kalkulasikan secara kumulatif, energy yang terbuang secara sia-sia akibat pemborosan listrik ini sungguh besar. Mengutip kata-kata bijak dari Bapak H. Usep Romli dalam artikel Pikiran Rakyat 23 April 2006, bahwa perkara kecil memang suka dianggap sepele dan tak penting. Justru yang kecil itulah, yang tak ditangani serius, yang akan mengubah situasi dan kondisi secara fatal. Virus hanya sebentuk makhluk kecil yang dikategorikan mikroskopis. Hanya dapat dilihat dengan mikroskop berkekuatan lipatganda. Tetapi dari virus itulah muncul aneka macam penyakit. Terutama flu, baik flu manusia maupun flu burung yang menghebohkan itu. Dalam sejarah Arab pra-Islam, pasukan gajah Abrahah dikalahkan oleh burung-burung ababil yang kecil-kecil. Dalam sejarah Mesir Kuno, seorang Firaun dikalahkan oleh serangan kutu-kutu kecil dan katak-katak kecil. Oleh karena itu, janganlah menyepelekan yang hal kecil. Saat ini, jumlah kerugian akibat pemborosan listrik mencapai triliunan rupiah. Kondisi memiriskan ini, memaksa kita berhemat untuk memakai listrik. Sampai-sampai ketika 2 tahun yang lalu para pejabat negara dan pihak-pihak dari instansi mencanangkan gerakan hemat listrik di kantornya. Gerakan itu merupakan pengejawantahan dari Inpres No 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi yang dikeluarkan Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Juli 2005. Dibandingkan dengan negara-negara lain, harga pokok listrik di Indonesia tergolong tidak efisien. Harga pokok listrik di Indonesia mencapai 6,5 sen dollar AS per kWh, masih lebih tinggi daripada negara-negara lain di sekitarnya. Seperti Malaysia dengan biaya listriknya hanya 6,2 sen dollar AS per kWh, Thailand hanya 6,0 sen dollar AS per kWh, Vietnam 5,2 sen dollar AS per kWh.(http://portal.djlpe.esdm.go.id) Jika dibandingkan dengan berbagai inovasi yang dilakukan swasta dalam mengatasi energinya sendiri, tidak sedikit biaya produksi listrik swasta lebih rendah dari PLN, terutama listrik untuk kebutuhan perusahaan sendiri. Namun, karena PLN masih bersifat monopoli, tidak ada pembanding dan tidak ada tekanan terhadap PLN untuk melakukan efisiensi. Yang terjadi selama ini dalam sejarah PLN tidak lain adalah rangkaian KKN, yang memeras sumber daya perusahaan ini. Pembangkit swasta bernuansa KKN dipaksakan masuk ke PLN dengan harga penjualan daya listrik lebih tinggi dari harga PLN, yang dijual kepada masyarakat. Pengadaan mesin yang tidak efisien banyak terjadi di lingkungan PLN. MANFAAT Manfaat dari memepelajari makalah ini adalah kita sebagai bangsa Indonesia bisa mengetahui krisis energy saat ini yang diderita oleh bangsa kita,supaya kita sadar masih banyak sector-sector

energy yang perlu diperbaiki oleh negara kita ini.Dan kita mengetahui seluk beluk mengapa bangsa yang kaya akan energy ini malah mengalami krisis energi

PEMBAHASAN KRISIS ENERGI DI INDONESIA Keberadaan dan Keberdayaan Energi Listrik merupakan sebuah keharusan sebagai motor penggerak roda kehidupan pada sebuah bangsa untuk tetap bergerak dan mengarah maju ke depan. Tanpa Keberadaan dan Keberdayaan Energi Listrik akan menghambat hingga menghentikan aktivitas masyarakat dunia usaha dan rumahan, serta berujung terhambatnya atau terhentinya kemajuan umat pada suatu bangsa. Indonesia Menangis dan Malu (kalau masih punya kemaluan), Pengusaha menangis, komputer Penulis juga menangis karena dipaksa hemat energi (jarang-jarang dipakai?) . Mungkin inilah realita dampak Krisis Energi Listrik yang tengah melanda di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, berupa kurangnya pasokan energi listrik untuk masyarakat Indonesia di pulau Jawa dan Sumatra yang terjadi pada bulan-bulan terakhir ini. Seperti telah diberitakan beberapa waktu yang lalu bahwa Akibat Krisis Energi Listrik di Indonesia, maka di berbagai wilayah di Indonesia masih akan mengalami pemadaman listrik bergilir hingga tahun 2010 mendatang. Dikabarkan bahwa hal ini dikarenakan PLN (Perusahaan Listrik Negara) Indonesia mengalami defisit akibat tidak berimbangnya pasokan yang dimiliki PLN dengan permintaan energi listrik oleh konsumen (masyarakat). Diberitakan bahwa saat ini sebenarnya total kapasitas terpasang PLN sudah mencapai 26.000 Mega Watt se Indonesia tetapi beban puncaknya sudah mencapai 24.000 MW. sedangkan daya mampunya tentunya sekitar 25.000 mega sehingga bila ada masalah kita tidak punya cadangan lagi (Lho, bukannya tidak pernah terjadi kesetimbangan sejak dulu? Aneh kan?). Kurangnya atau tersendatnya pasokan batu bara pada sumber-sumber energi pemasok listrik di pulau jawa seperti Sumber Energi Cilacap serta kerusakan teknis pada sumber energi lain juga telah dijadikan dalih/alasan PLN untuk melakukan pemadaman listrik (electrical shutdown) tersebut secara berkala, bergilir, dan sepihak pada bulan-bulan terakhir ini (PLN sebagai lembaga monopoli negara pantas diberi piala Excuse Award 2008). Dan seperti telah dirasakan masyarakat khususnya di pulau Jawa dan Medan, Sumatra, pemadaman listrik tersebut seringkali dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada pihak konsumen yakni masyarakat pengguna energi listrik, baik yang komersial (masyarakat pada umumnya) maupun yang gratisan (tanya siapa). Pemadaman Listrik oleh PLN dalam kasus Krisis Energi Listrik ini bisa dianalogkan seperti seorang Kepala Keluarga (Suami dan Ayah) yang tidak mampu memberi makan 3 kali sehari

kepada Istri dan Anak-anaknya, kemudian membuat solusi masalah (yang timbul dari dirinya sendiri) tersebut, yakni membuat kebijakan dengan meminta Istri dan Anak-Anaknya untuk hidup berhemat (baca: makan 1 sampai dengan maksimal 2 kali sehari). Baik dan bijaksanakah kebijakan/solusi dari Suami/Ayah tersebut? Jelas tidak! Lantas bagaimana solusinya? Karena masalah ini sudah menyangkut hak dan kewajiban dalam berkeluarga, maka bagaimanapun kondisinya, si Suami/Ayah tersebut berkewajiban harus bisa memberi nafkah dan memberi makan layak untuk Istri dan Anak-Anaknya bagaimanapun caranya (kecuali cara-cara yang dilarang Tuhan tentunya). Kalau ia tidak bisa menjalankan kewajibannya, tanyakan otaknya ditaruh dimana saat ia berencana mengawini anak orang? Sedangkan Istri dan Anak-Anaknya juga tentu memiliki kewajiban menjaga dengan baik pemberian si Suami/Ayah tersebut serta membiasakan diri hidup berhemat. Hidup berhemat bisa memiliki arti dan makna yang luas, yang jelas bukan berarti mendiscount waktu makan dari 2 kali sehari menjadi 2 kali sehari, karena waktu makan adalah vital bagi kesehatan yang tak bisa ditawar lagi, namun makan secukupnya (tidak berlebihan), menghabiskan makanan yang disediakan, tidak membuang-buang makanan (membuang rejeki dari Tuhan). PLN (dianalogkan dengan si Suami/Ayah tersebut) tentu sangat-sangat tidak bijaksana dan aneh serta tidak masuk akal sehat Penulis bilamana membuat solusi krisis energi listrik dengan hanya meminta/menghimbau konsumen pengguna listrik (yang dianalogkan sebagai Istri dan AnakAnak tersebut) untuk menghemat konsumsi listrik tanpa melakukan aksi gerak cepat dan serius untuk melakukan pembenahan diri secara internal dan eksternal. Sebuah Keputusan menunjukkan kualitas pembuat keputusan. Solusi Pemadaman Listrik secara berkala, bergilir, dan sepihak tersebut adalah salah satu keputusan terbodoh dan paling memalukan yang pernah ada saat ini Masyarakat umum tahu bahwa masalah krisis energi listrik di Indonesia sekarang ini tidak hanya bersumber dari PLN saja, namun juga dari pihak swasta pemasok energi listrik, juga tentu pihak pemerintah yang terbukti tidak memiliki sistem kontrol dan sistem filter yang baik untuk menyaring siapa yang layak diberi kepercayaan untuk pengadaan, pengelolaan, dan distribusi energi listrik ke konsumen (masyarakat). Namun, meski begitu, pihak PLN lah yang harusnya paling bertanggung jawab terhadap kasus ini mengingat eksistensinya sebagai badan negara tunggal (monopoli) yang diberi kepercayaan dan kewenangan oleh Pemerintah dalam pengadaan dan pemberdayaan energi listrik terbukti tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik dan benar. Sebenarnya dari dulu kita sudah bermasalah dengan energi listrik, Coba kita telusuri ada berapa banyak daerah yang hingga detik ini belum tersentuh aliran listrik. Mungkin para pejabat yang terkait lupa/tidak tahu bahwa keberadaan energi juga dijadikan sebagai salah satu parameter kemajuan suatu bangsa.

FAKTOR PENYEBAB KRISIS ENERGI DI INDONESIA

Pola dan Rencana Pengadaan Energi Listrik yang tidak baik Pola dan Rencana Distribusi Energi Listrik yang tidak baik Instalasi dan Infrastruktur pada Sumber Energi Pembangkit Listrik yang tidak baik/memadai Pengadaan dan Pemberdayaan serta Distribusi Energi Listrik tidak dilakukan secara professional Instansi terkait tidak antisipatif terhadap konsekuensi dan dampak dari Kenaikan Harga BBM dunia dan Indonesia Menurut PLN, penyebab utama dari krisis energi listrik di Indonesia karena tidak berimbangnya pasokan yang dimiliki PLN dengan permintaan energi listrik oleh konsumen (masyarakat) Dikabarkan karena tersendatnya pasokan batu bara pada sumber pembangkit energi listrik. Benarkah? Bila benar, apakah karena masalah harga BBM yang tinggi? Tanya Kenapa. Dikabarkan karena masalah teknis, yakni kerusakan pada sumber pembangkit energi listrik. Benarkah? Tanya Kenapa. Dugaan kuat, masalah harga BBM untuk pengangkutan Batu Bara dan/atau Mafia Energi Indonesia. Ya semua orang tahu bahwa INDONESIA adalah LADANG TIKUS dan BAJINGAN berdasi dan berduit. Dugaan Kuat, Krisis Mental Pejabat, Penguasa, dan Pengusaha Indonesia yang terkait dalam Pengadaan dan Pemberdayaan Energi Listrik di Indonesia. Ya, semua orang tahu mental pejabat di Indonesia. Ya semua orang tahu bahwa INDONESIA adalah LADANG TIKUS dan BAJINGAN berdasi dan berduit. Kita tentu tahu bahwa Harga BBM yang tinggi sangat beresiko terhadap terjadinya krisis energi listrik. Nah bila ini yang menjadi sebab, maka tentu masalh ini akibat ulah dari Sdr. JUSUF aKAL-akaLAn yang selalu sok bergaya memainkan peran sebagai RI-1 yang secara bodoh menjadi king maker pembuatan banyak keputusan kenegaraan tidak cerdas seperti Menaikkan Harga BBM Indonesia tanpa memikirkan dengan akal sehat (bukan akal seorang pengusaha) banyaknya dampak negatif dan resiko akibat keputusan tersebut, dan tanpa memikirkan banyak solusi lain (selain menaikkan harga BBM) untuk menjaga kestabilan Anggaran APBN dan meningkatkan pemasukan kas negara seperti: Pembatasan Penggunaan Kendaraan Pribadi untuk menghemat BBM, Pembatasan Pembelian BBM, Penarikan investor dengan lebih intensif dengan ribuan cara, peningkatan pemasukan kas negara dari sektor pajak, pemberantasan korupsi dan kolusi di lingkungan pemerintahan dan lembaga lain yang terkait, Pennggenjotan dan peningkatan daya dan mutu serta hasil dari sektor riil UKM di indonesia, dan masih banyak lagi solusi cerdas lain yang lebih arif, bijaksana, dan berpihak kepada masyarakat. Masyarakat umum tahu bahwa masalah krisis energi listrik di Indonesia sekarang ini tidak hanya bersumber dari PLN saja, namun juga dari pihak swasta pemasok energi listrik, juga tentu pihak pemerintah yang terbukti tidak memiliki sistem kontrol dan sistem filter yang baik untuk menyaring siapa yang layak diberi kepercayaan untuk pengadaan, pengelolaan, dan distribusi energi listrik ke konsumen (masyarakat). Namun, meski begitu, pihak PLN lah yang harusnya paling bertanggung jawab terhadap kasus ini mengingat eksistensinya sebagai badan negara tunggal (monopoli) yang diberi kepercayaan dan kewenangan oleh Pemerintah dalam pengadaan dan pemberdayaan energi listrik terbukti tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik dan benar. LANGKAH STRATEGIS MENANGANI KRISIS ENERGI LISTRIK Berbagai upaya perlu untuk mengatasi krisis energy listrik ini secara simultan dan terstruktur.

Adapun langkah strategis yang dapat dilakukan diantaranya perbaikan system distribusi listrik, mengurangi ketergantungan kepada BBM sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik, internalisasi hidup hemat kepada khalayak baik dari mulai level rumah sampai perusahaan besar, dan perapihan internal pengurus PLN. Perbaikan system distribusi listrik Sistem ini menggunakan pembangkit listrik berskala kecil yang terdesentralisasi (tersebar) di seluruh daerah rawan listrik dan membutuhkan pasokan listrik yang besar. Saat ini alat untuk mendukung sistem desentralisasi listrik telah tersedia, misalnya turbin gas mikro, dan mikro hidro. Yang perlu dilakukan sekarang adalah bagaimana PLN, para akademisi, dan investor melakukan kaji ulang dan mengimplementasi sistem tersebut. Kurangi Ketergantungan kepada BBM BBM merupakan sumber daya yang tak dapat diperbarui yang semakin lama akan semakin berkurang persediaannya. Oleh karena itu, ketergantungan terhadap BBM sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik harus dikurangi. Pemenuhan kebutuhan energi yang tergantung pada BBM sering kali mengganggu pasokan energi nasional, apalagi jika terjadi kelangkaan atau meningkatnya harga BBM di pasar internasional. Selama 2-3 tahun terakhir ini harga minyak mentah di dunia meningkat. Pasokan listrik akan berkurang dan subsidi listrik pun meningkat. Perlu diketahui bahwa cadangan minyak bumi di tanah air hanya tinggal 1,2 % dari cadangan minyak bumi dunia. Kalau tidak ada penemuan baru, maka cadangan kita tinggal hanya bertahan sampai 20 tahun. Gas tinggal sekitar 60 tahun saja, kalau tidak ada penemuan baru. Batu bara lebih panjang dari itu, masih 150 tahun lagi. (Sambutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Peresmian PLTU Tanjung Jati B Jepara, Jawa Tengah) Upaya mengurangi pemanfaatan minyak bumi dan beralih pada sumber energi lain, terutama sumber energi non fosil dan energi terbarukan perlu kita lakukan. Indonesia memiliki cadangan sumber energi non fosil yang cukup melimpah, namun belum dimanfaatkan secara optimal, misalnya bahan bakar nabati dari jarak, singkong, tebu, kelapa sawit, dan sampah. Salah satu perkembangan teknologi yang mendukung penyediaan energy saat ini adalah pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa). Beberapa waktu lalu ITB telah membuat PLTSa walaupun ada pro dan kontra. Sebagai tambahan, saat ini sampah telah menjadi masalah besar terutama di kota-kota besar di Indonesia. Hingga tahun 2020 mendatang, volume sampah perkotaan di Indonesia diperkirakan akan meningkat lima kali lipat. Tahun 1995, menurut data yang dikeluarkan Asisten Deputi Urusan Limbah Domestik, Deputi V Menteri Lingkungan Hidup, Chaerudin Hasyim, di Jakarta baru-baru ini, setiap penduduk Indonesia menghasilkan sampah rata-rata 0,8 kilogram per kapita per hari, sedangkan pada tahun 2000 meningkat menjadi 1 kilogram per kapita per hari. Pada tahun 2020 mendatang diperkirakan mencapai 2,1 kilogram per kapita per hari. (kompas, 18/09/03). Semoga dengan adanya PLTSa ini, persoalan sampah dapat terselesaikan sekaligus krisis energi listrik dapat tertangani. Internalisasi Hidup Hemat Memang telah terjadi penghematan yang cukup signifikan, terutama pada instansi pemerintah. Namun seiring dengan waktu, gerakan hemat listrik ini tinggal sejarah. Pola konsumsi listrik berlebihan dan tidak berdaya guna, kembali menjadi kebiasaan di mana-mana. Di gedung pemerintahan sekalipun, itu hanya tinggal sebatas imbauan di atas kertas yang ditempel di

dinding-dinding kantor. Di sana, lampu dibiarkan tetap menyala bahkan disengaja untuk dihidupkan kendati cahaya mentari sudah cukup memberi terang pada tiap ruang. Gerakan ini idealnya tetap dilaksanakan dan harus dilaksanakan. Tapi, perlu adanya kerjasama antara pihak pemerintah, LSM, para pelajar, dan media untuk menyuarakan gerakan hemat listrik secara berkelanjutan. Untuk menghemat energi listrik masyarakat disarankan untuk mengurangi penggunaan alat elektronik yang banyak menyedot daya listrik, seperti kulkas, mesin cuci, AC dan mesin pompa air. Diharapkan juga untuk menggunakan lampu hemat energi (LHE). Komparasi penggunaan LHE jauh berbeda dengan lampu pijar biasa. Bagi pengguna LHE, misalnya dengan daya 900 watt bisa menghemat biaya 10.000 sampai 12.000 rupiah per bulan. Rekening listrik yang dibayarkanpun akan semakin berkurang Perapihan dan Transparansi Internal Pengurus PLN Hasil audit BPK yang telah menurunkan defisit yang diajukan PLN sebenarnya masih bisa menemukan titik kritis lebih jauh lagi di dalam sistem tubuh PLN, terutama masalah inefisiensi. Biaya yang diajukan PLN terlalu besar, yakni sebesar 93,2 triliun rupiah, tanpa ada upaya efisiensi semaksimal mungkin Dalam hal ini, PLN ditantang untuk bisa berlaku transparan terhadap besaran BPP yang ditanggungnya. Hal ini diperlukan agar masyarakat bisa mengetahui seberapa besar biaya pruduksi yang ditanggung PLN untuk memproduksi listrik. Dari situ dapat diketahui pula apakah PLN sudah melakukun efisiensi dan efektivitas dalam manajemen. Di samping perlu juga dilakukan evaluasi soal sejauh mana upaya PLN dalam mencegah pencurian listrik. Solusi masalah Krisis Energi Listrik di Indonesia: 1. PLN bersama pihak swasta penyedia sumber energi yang ditunjuk harus melakukan perbaikan kebijakan pengadaan dan distribusi listrik, 2. PLN bersama pihak swasta penyedia sumber energi yang ditunjuk harus melakukan perbaikan instalasi, infrastruktur, dan teknis pengadaan energi listrik, 3. PLN bersama pihak swasta penyedia sumber energi yang ditunjuk harus melakukan perbaikan pola distribusi listrik ke konsumen, 4. Pemerintah melalui PLN bersama pihak swasta penyedia sumber energi yang ditunjuk harus memberikan Jaminan keberadaan dan keberdayaan energi listrik per 124 Jam kepada konsumen dan pihak investor, baik domestik maupun asing. 5. Pemerintah harus memiliki sistem kontrol dan sistem filter yang baik untuk menyaring siapa yang layak diberi kepercayaan dan kewenangan untuk melakukan pengadaan, pengelolaan, dan distribusi energi listrik ke konsumen (masyarakat) 6. Sikat habis Mafia Energi di Indonesia, khususnya Mafia Energi Listrik dan Batu Bara, khususnya pemilihan pejabat di lingkungan PLN dan proses tender swasta untuk pengadaan energi listrik dan batu bara. 7. DPR dan DPRD harus tanggap terhadap masalah ini dengan melakukan sidak dan pengusutan masalah krisis energi listrik di lapangan, dan bila terbukti ada indikasi unsur kesengajaan hingga mengakibatkan terjadinya krisis energi ini, hingga mengarah pada pidana, maka Pihak POLRI wajib turun tangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan guna segera menuntaskan masalah agar tidak berkepanjangan 8. Konsumen harus membiasakan diri berhemat (tidak konsumtif) dalam menggunakan energi listrik 9. Kompensasi Riil dari PLN dan Pemerintah kepada konsumen energi listrik (seperti pada tahun 2005) sebagai ganti rugi atas pemadaman listrik secara berkala, bergilir, dan sepihak.

10. Disarankan bagi konsumen energi listrik untuk memasang Genset (electrical power backup device) karena PLN dan Pemerintah makin tidak bisa dipercaya dan diandalkan (higly recommended)

HAKEKAT ETIKA PANCASILA Etika pancasila adalah cabang filsafat atau cabang aksiologi yang membicarakan manusia terutama tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan dengan sadar di lihat dari kaca mata baik buruknya.etika adalah filsafat moral atau filsafat kesusilaan. Filsafat moral yang berdasarkan atas kepribadian idiologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang berpedoman pada norma-norma yang bersumber dari ajaran pancasila AJARAN PANCASILA Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966 jo. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di Indonesia. Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara (philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka. Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak untuk bersatu (le desir detre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia. Dasar Filsafah Negara Pancasila sebagai falsafah kategori pertama adalah perwujudan bentuk bangunan yang dianganangankan dalam penggambaran diatas kertas, dan Pancasila sebagai falsafah kategori yang kedua adalah adanya lokasi serta tingkat ketersediaan bahan-bahan untuk merealisasikan bangunan yang dicita-citakan. Pancasila sebagai falsafah yang dimaksudkan adalah tiap sila didalamnya yang (oleh karena perkembangan sejarah) selain masih tetap berfungsi sebagai landasan ideologis, iapun telah memperoleh nilai-nilai falsafi didalam dirinya, yang dapat kita masukkan kedalamnya adalah sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila Persatuan Indonesia.

3. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Pancasila lahir sebagai jiwa bangsa yang bersamaan dengan adanya sikap mental yang mendasari tingkah laku dan amal perbuatan bangsa Indonesia dari sejarah dan kebudayaannya yang tua. 4. Pancasila sebagai Nilai Luhur Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah denganmenjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (normamoral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilaipancasila adalah nilai moral. Oleh karena itu, nilai pancasila juga dapatdiwujudkan kedalam norma-norma moral (etik). Norma-norma etik

tersebutselanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap danbertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa indonesia saat ini sudah berhasil merumuskan norma-norma etik sebagai pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku. Norma-norma etik tersebut bersumberpada pancasila sebagai nilai budaya bangsa. Rumusan norma etik tersebuttercantum dalam ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa,Bernegara, dan Bermasyarakat. Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkankembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, salingmencintai, dan tolong menolong di antara sesama manusia dan anak bangsa. Senafasdengan itu juga menghidupkan kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahandan semua yang bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budayabangsa. Untuk itu, perlu dihidupkan kembali budaya keteladanan yang harusdimulai dan diperlihatkan contohnya oleh para pemimpin pada setiap tingkat danlapisan masyarakat.

5. Pancasila adalah Kepribadian Bangsa Pancasila bukanlah dasar negara yang hanya bersifat statis, melainkan dinamis karena ia pun menjadi pandangan hidup, filsafat bangsa, ideologi nasional, kepribadian bangsa, sumber dari segala sumber tertib hukum, tujuan negara, perjanjian luhur bangsa Indonesia, yang menuntut pelaksanaan dan pengamanannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 6. Pancasila sebagai Hidup Bangsa Pancasila menghidupi dan dihidupi oleh bangsa Indonesia dalam seluruh rangkaian yang bulat dan utuh tentang segala pola pikir, karsa dan karyanya terhadap ada dan keberadaan sebagai manusia Indonesia, baik secara individual maupun sosial. Pancasila merupakan pegangan hidup yang memberikan arah sekaligus isi dan landasan yang kokoh untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia. 7. Pancasila sebagai Sumber dari segala Sumber Hukum Pancasila menempati kedudukan tertinggi dalam tata perundang-undangan negara Republik Indonesia. Segala peraturan, undang-undang, hukum positif harus bersumber dan ditujukan demi terlaksananya (sekaligus pengamanan) Pancasila. TAP XX/MPR/66 TAP V/MPR/73 TAP IX/MPR/78 8. Pancasila sebagai Ideologi Negara Pancasila tidak hanya mengatur hubungan antarmanusia Indonesia, namun telah menjadi cita-cita politik dalam dan luar negeri serta pedoman pencapaian tujuan nasional yang diyakini oleh seluruh bangsa Indonesia. 9. Pancasila sebagai Asas Integralistik Pahamintegralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan asas Kebersamaan hidup, mendambakan keselarasan dalam hubungan antar individu maupun masyarakat. Dalam pengertian ini paham Negara integralistik tidak memihak kepada yang kuat,Tidak mengenal dominasi mayoritas dan juga tidak mengenal tiraniminoritas. Maka di dalamnya terkandung nilai kebersamaan,kekeluargaan, kebinnekatunggalikaan, nilaireligiusitassertaselaras.

10. Pancasila sebagai Asas Tunggal Asas tunggal lebih memperlihatkan ketakutan berlebihan terhadap Islam ketimbang ingin menerapkan Pancasila. Buktinya, mereka yang berlatar belakang partai berasas Pancasila juga tidak luput dari korupsi, bahkan sempat melindungi kadernya yang menjadi terpidana korupsi, menjual aset bangsa kepada asing, menyerahkan ruang milik bangsa demi uang, liberalisasi pendidikan, dan lain-lain. 11. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka Merupakan ideologi yang tidak dapat di paksakan oleh elit pemerintahan melainkan harus lahir dari tangan rakyat Indonesia itu sendiri 12. Pancasila sebagai Pertumbuhan Budaya Manusia dan Bangsa Indonesia Dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi dewasa ini kita harus.mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai.Pancasila itu sendiri. Prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik, artinya:nilai-nilai Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Dalam rangka pengembangan sosial budaya,Pancasila sebagai kerangka kesadaran yang dapat mendorong untuk universalisasi, yaitu,melepaskan simbol-simbol dari keterikatan struktur, dan transendentalisasi. Yaitu,meningkatkan derajat kemerdekaan manusia, kebebasan spiritual.

HUBUNGAN KRISIS ENERGI LISTRIK DENGAN ETIKA PANCASILA Krisis listrik dengan segala macam pencitraan negatif tentang PLN merupakan paket liberalisasi energi ini. PLN terus dicitrakan negatif dan tidak efesien. Dengan kondisi PLN demikian, menurut UU Kelistrikan No. 20/2002, maka arahnya PLN ini akan diswastakan. Perlu diketahui, bahwa harga minimal sebuah pembangkit listrik adalah Rp 5.5 triliun. Dengan harga sebesar itu, dipastikan yang akan membeli pembangkit tersebut adalah swasta asing. Siapa yang diuntungkan di atas penderitaan rakyat ini? Jawabannya adalah asing dan para anteknya! Asinglah yang secara real telah memiliki berbagai energi primer negara ini. Pemaksaan sistem ekonomi kapitalis, yang menyebabkan berbagai liberalisasi di sektor energi, adalah jalan asing untuk menguasai eneri primer kita.

Liberalisasi berbagai sektor strategis di negeri ini sangat sistematis dan rapi. Bahkan langkah demi langkah dilakukan dengan cermat. Ketika masyarakat negeri ini euporia dengan reformasi, berbagai UU energi primer telah diubah oleh asing. UU No. 22/2001 tentang minyak dan gas bumi, pembuatannya dibiayai oleh USAID dan World Bank sebesar 40 juta dolar AS. UU No. 20/2002 tentang kelistrikan dibiayai oleh Bank Dunia dan ADB sebesar 450 juta dolar AS. UU No.7/2004 tentang Sumber Daya Air pembuatannya dibiayai oleh Bank Dunia sebesar 350 juta dolar AS. (Abdullah Sodik, SP Pertamina, Pengelolaan Migas Amburadul? Dari berita atas apakah bangsa Indonesia sudah mensejahterakan warga negaranya? Belum karena dari berita tersebut bangsa asinglah yang untung dan krisis energy sangat berkaitan dengan sila kelima yaitu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.masyarakat Indonesia belum diperlakukan adil contoh kecilnya saja dalam penangan energy listrik yang masih mahal,padahal di negara kita sumber daya energy sangat banyak jika kita mau memanfaatkan. Dalam kasus energy ini juga sangat berpengaruh terhadap filsafaat moral dan etika pancasila dimana orang orang diatas yang mempermainkan rakyat kecil seperti saya ini . Dengan dikuasainya energy listrik oleh sector asing maka energy listrik akan semakin mahal,orang-orang asing tersebut akan mengambil keuntungan yang sangat banyak.Jadi bangsa Indonesia ini kapan sejahteranya kalau begini. Apakah dengan dikuasainya energy listrik oleh orang asing ini tidak melanggar norma agama? Kalau menurut penulis ini melanggar norma agama,saya akan menjelaska pengelolaan energy menurut syariah Pengelolaan Energi Menurut Syariah Dalam pandangan Islam, semua sumber energi yang dibutuhkan oleh manusiabaik primer seperti batu bara, minyak bumi, gas, energi matahari beserta turunannya (energi air, angin, gelombang laut), pasang surut dan panas bumi serta nuklir; maupun sekunder seperti listrik adalah hak milik umum (milkiyah ammah). Pengelola hak milik umum adalah negara, melalui perusahaan milik negara (BUMN). Individu/swasta dilarang memiliki energi tersebut untuk dikomersilkan. Karena itu, liberalisasi yang berujung pada privatisasi sektor-sektor tersebut diharamkan. Rasulullah saw. bersabda, sebagaimana dituturkan Ibn Abbas. manusia memiliki hak yang sama atas tiga hal: air, padang dan api. Harganya pun haram. (HR Ibn Majah). Air, api dan padang adalah tiga perkara yang dibutuhkan oleh semua orang demi kelangsungan hidupnya. Karena itu, Nabi saw. menyebut bahwa kaum Muslim (bahkan seluruh manusia) sama-sama membutuhkannya. Ketiganya disebut sebagai perkara yang menguasai hajat hidup orang banyak. Karena itu, Islam menetapkan perkara seperti ini sebagai hak milik umum. Semua sarana dan prasarana, termasuk infrastruktur yang berkaitan dan digunakan untuk kebutuhan tersebut, juga dinyatakan sebagai hak milik umum; seperti pompa air untuk menyedot mataair, sumur bor, sungai, selat, serta salurat air yang dialirkan ke rumah-rumah; begitu juga alat pembangkit listrik seperti PLTU, PLTA, dan sebagainya, termasuk jaringan, kawat dan gardunya. Yang juga termasuk milik umum adalah tambang gas, minyak, batubara, emas dan sebagainya. Perusahaan yang bergerak dan mengelola hak milik umum adalah perusahaan umum, yang tidak boleh diprivatisasi, apalagi dijual kepada pihak asing.

PENUTUP KESIMPULAN Beberapa langkah strategis yang dijelaskan di atas tidak akan bermakna manakala tidak adanya kerjasama antara pihak pemerintah, masyarakat, dan instansi terkait dalam menangani krisis energi listrik. Oleh karena itu, kerjasama antara pihak-pihak tersebut amatlah penting. Mulai dari penanaman budaya hemat listrik, sampai masalah teknis penanganan dan pengelolaan sistem distribusi listrik baik dalam hal pemakaian pembangkit listrik maupun akuntabilitas finansialnya yang diharapkan lebih transparan. Semoga krisis energi listrik tidak terjadi lagi di negara kita tercinta ini.

Posted by Fredi wibowo at Sunday, November 15, 2009 Labels: Mata Kuliah
0 comments: Post a Comment Links to this post

Create a Link
Newer Post Older Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)

silahkan

Krisis Energi Mengakibatkan Listrik Padam

LISTRIK PADAM: Krisis energi atau rangkaian proses korupsi Dari sebuah simpul cerita pendek seorang kakek renta yang tinggal di dusun tepi sungai terpencil di negeri ini, tertangkap kisah pilu yang dialami selama sejak Indonesia merdeka. Ia menuturkan bahwa pada masa perjuangan kemerdekaan, mereka sesama pejuang selalu saling membahu bersama-sama dalam suka dan duka, tak ada prasangka, tak ada benci, tak ada iri, tak ada curiga; semua pikiran, emosi dan asa tertuju pada satu cita-cita, yaitu untuk merdeka. Dalam berjuang tak terlintas dalam pikiran mereka perasaan pamrih, juga tidak untuk kepentingan pribadi; yang ada hanya siap berkorban segalanya, termasuk harta benda, keluarga dan sanak saudara, bahkan nyawa mereka taruhkan demi kemerdekaan anak bangsa. Merdeka untuk berkehidupan dan berpenghidupan di negeri sendiri tanpa campur tangan dan tekanan pihak manapun; rakyat Indonesia mendambakan kehidupan yang rukun, damai, aman, dan tenteram secara batiniah; merdeka dalam berusaha dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam rangka mencapai kesejahteraan lahiriah yang sebesarbesarnya. Mereka menilai kemerdekaan sebagai kebebasan dalam mempeloleh perlindungan hukum, memperoleh pendidikkan yang setinggi-tingginya, asasi beragama, jaminan sandang pangan, hak mengelola potensi alam untuk kesejahteraan bersama, dan hak untuk memperoleh jaminan hari tua. Setelah kemerdekaan, tak pula terpikirkan harapan indah semata untuk kebahagiaan keluarga dan kerabat pejuang, melainkan lebih jauh ke depan ditujukan agar kemerdekaan itu dapat dipetik hikmah dan manfaatnya bagi kesejahteraan anak cucu mereka semua. Begitu kuatnya ikatan solidaritas masyarakat dalam mendukung perjuangan kemerdekaan negeri ini. Betapa tidak, pada masa-masa pra kemerdekaan sampai pada masa perjuangan mengisi ketertinggalan di awal kemerdekaan, kehidupan masyarakat dalam kondisi amat miskin. Lampu penerangan rumah hanya cukup dengan sinar obor, lampu teplok, lampu botol, dan cukup hebat jika punya petromak. Ini semua lebih dari cukup, terasa nyaman, tak ada sesal dan gundah. Ini terjadi kerana adanya kebersamaan, kesetaraan, pemerataan, senasib dan sepenanggungan, adanya solidaritas yang tinggi antar sesama, adanya pemimpin bijak yang mampu membagi rasa dan menjaga perasaan.

Ke depan diharapkan kenyamanan itu tidak lagi dalam kondisi ketertinggalan, tapi dalam kondisi nyaman dalam menikmati kemajuan teknologi yang dimbangi oleh pemimpinpemimnpin yang adil, bijak dan peduli kasih terhadap rakyatnya. Di samping itu agar ke depan, anak cucu mereka dapat memanfaatkan ruang dan waktu untuk mengelola berbagai potensi secara lebih luas bebas demi memperoleh kemaslahatan bersama. Diharapkan agar anak cucu mereka tidak lagi mengalami nasib yang malang, melainkan hidup dalam serba kecukupan; bekerja dan berpenghasilan sesuai dengan sumberdaya, minat dan lapangan kerja. Obor dan lampu teplok berganti dengan energi linstrik sebagai sumber penerangan yang cukup, berpendidikan tinggi, kesehatan terpelihara, banyak sahabat dan saudara, serta khusu dalam beribadah. Sebaliknya, bukan kenyataan sebagaimana dialami mereka hidup dalam serba kekurangan, tak nyaman, kelaparan, sakit tak terobati, jauh dari bangku sekolah, tenaga pikiran disiksa dan diperas seluruhnya untuk kepentingan penjajah atau kepentingan asing dan koruptor. Jangan pula kemerdekaan ini mengulang sejarah krisis masa lalu sebagaimana dirasakan sebagian penduduk negeri ini, seolah sumber penghidupan telah habis, tak ada lagi sisa makanan, tak ada lagi sisa pakaian, tak ada pula perasaan iba dan belas kasih, semuanya kejam, semuanya bengis dan semuanya tak peduli, seolah tak layak hidup di negeri sendiri.

Sekarang.., kemerdekaan seolah belum selesai, kemerdekaan terasa identik dengan masa penjajahan, kebebasan kembali terpasung, bagai mengganti nama harimau menjadi rusa, habitat tetap selalu siap menerkam siapa saja. Kemedekaan ini terasa berjalan seperti kelanjutan penjajahan, karena indikasi mencolok dalam kenyataan bahwa yang kaya memeras yang miskin, yang pintar menipu yang bodoh, yang kuat menyiksa yang lemah, dan yang kuasa menindas yang jelata. Bagaimanapun rapatnya orang kaya menutup mata, bagaimanapun penguasa dan semua pendamba harta dunia menutup telinga dan apapun bentuk pembiaran mereka terhadap penderitaan kaum duafa, tapi nurani tetap jujur menilai kenyataan. Kenyataan, sampai saat ini masih ada masyarakat yang belum memperoleh hasil kemerdekaan itu, masih ada yang hidup dalam kegelapan tak terjamah penerangan listrik, masih banyak anggota masyarakat yang tak berpendidikan dan putus sekolah, masih ada daerah terpencil tak terjamah transportasi, bahkan masih ada masyarakat tinggal dalam hutan terasing dari peradaban dan hidup sebatas makan umbi.

Masih banyak lagi masyarakat di negara merdeka ini yang masih terbelakang dan tertinggal. Mereka belum menikmati hasil kemerdekaan di tengah gemerlapnya kemajuan teknologi; mereka terlupakan dan terlepas dari kepedulian; undang-undang dasar menjadi sejarah yang terombang-abing tak terbaca, tak terhayati, dan tak lagi jadi pedoman. galaman pahit hidup di negeri ini selama lebih kurang 54 tahun, pendidikan seluas-luasnya hanya untuk golongan ekonomi kuat, orang kaya, kaum kapitalis, penguasa dan kerabatkerabatnya. Fasilitas hidup, air, tanah, rumah, fasilitas sosial, gedung, hotel, bahkan listrik yang dibangun besar-besaran dari berbagai sumber tenaga untuk kepentingan semua pihak; termasuk listrik untuk penerangan rumah tangga, nampak lebih besar dikuasai dan dinikmati oleh kaum elit, kapitalis dan kalangan penguasa. Sementara hak orang-orang miskin atas semua fasilitas hidup ini kian menyempit dan berkurang seiring dengan ketiadaan, kelangkaan dan jauhnya mereka dari pemilikan status sosial ekonomi, politik dan kekuasaan. Tak ada lagi lapangan kerja, mencari sendiripun sudah langka karena semua sektor usaha sudah dikuasai oleh kaum kapitalis, konglomerat, dan penguasa secara sepihak. Warga negara ini telah kehabisan semangat dan semakin lelah menunggu terwujudnya program pemerintah yang selalu mengatasnamakan kepentingan pembangunan ekonomi kerakyatan. Bagi masyarakat kelas jelata, bekerja di negeri sendiri begitu sulit, hasil kerja keras banting tulang siang malam tetap tak memadai, standar upah minimum benar-benar minim tak cukup untuk beli beras separuh bulan. Membeli obat batuk saja tak mampu, masuk super market diusir satpam karena dianggap gembel, berdagang di kaki lima tak ayal digebuk satpol PP., barang daganganpun diobrak-abrik, mencoba mengemis juga tak luput dari kejaran petugas; perlakuan ini seperti terjajah di negeri sendiri. Semua peristiwa ini berlangsung bertahun-tahun, tapi sepanjang tahun pula tak pernah ada jalan keluar efektif, karena tak pernah dilakukan jaring sosial yang aspiratif, selalu saja memaksa nelayan menjadi petani, atau justeru pihak manajemen pemerintah yang tidak memiliki sumberdaya. Mereka akhirnya memutuskan untuk mengadu nasib di negeri jiran, sekedar untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya; itupun tak pula lepas dari resiko, bahkan tidak sedikit mereka yang bertaruh nyawa berkalang tanah, pulang tinggal nama, cacat tubuh, atau setidaknya justeru terlantar di negeri orang. Demikian juga halnya dalam kasus pemadaman listrik bergilir bagi penerangan rumah tangga, kini bukan peristiwa asing, tapi telah menjadi salah satu budaya tambahan bagi negara merdeka ini, hari-hari listrik padam, dan tiada malam tanpa gelap. Peristiwa ini belum pernah usai, meski telah berganti-ganti orde kepemimpinan dengan segala rencana, program dan pola pembangunan yang selalu disumpah-janjikan kepada rakyat selama bertahun-tahun, tapi tetap saja bertahun-tahun tak ada wujudnya. Alasan klasik, katanya untuk menghemat energi; padahal pemakaian listrik kalangan jelata tergolong amat hemat, mereka tak berani memakai banyak sesuai kemampuan yang rendah, mereka cukup patuh hukum, dan rajin juga membayar rekening listrik. Ini jauh lebih hemat, dibanding pemakaian energi listrik untuk kepentingan perusahaan milik para

pengusaha yang skaligus penguasa, kantor, termasuk rumah-rumah kaum elit, malah disinyalir kebanyak golongan ini justeru bebas bayar listrik, kendati alasanya ditanggung negara. Kebiasaan pemadaman listrik ini semakin lama semakin mistik dan mencurigakan, karena seharusnya tak terjadi krisis energi listrik, dan lazimnya listrik tak layak padam di negeri ini. Bagaimana tidak, biaya operasional, penambahan, pembangunan pembangkit, dan biaya pemeliharaan cukup besar ditanggung negara, bahkan biaya ini sebagian besar dibayar dari keringat rakyat melalui pungutan rekening, penerangan jalan (yang notabene bayar, tapi tetap mati), pajak, retribusi penerangan pasar dan retribusi listrik lainnya. Kalau peristiwa pemadaman listrik yang membudaya ini tidak terbukti disebabkan oleh krisis energi.., lalu apa perlunya, apa untungnya dan apa kepentingannya memadamkan listrik..? Nah..! karena pertanyaan ini tidak pernah terjawab secara tuntas, logis terbuka, dan jujur, maka masyarakatpun akhirnya balik bertanya, apakah pemadaman ini sebuah rekayasa untuk mencari keuntungan sepihak, pribadi atau golongan, atau sebagai bagian dari proses korupsi atas kuantitas ekonomis penghematan itu. Kalau ini benar.., betapa rugi, teraniaya dan menderitanya masyarakat pengguna jasa pelayanan listrik yang telah dikhianati selama bertahun-tahun. Tidak semua wilayah pemukiman penduduk terkena giliran pemadaman listrik secara merata. Pemadaman untuk wilayah pemukiman golongan elit tertentu sama sekali tak berpengaruh, karena mereka memiliki segala fasilitas untuk mengantisipasinya, bahkan menurut penuturan masyarakat yang memiliki jalur aliran listrik yang sama dengan rumah-rumah pejabat, nyaris tak pernah padam. Sementara penduduk yang tinggal jauh dari jalur elit tersebut, atau di sekitar pemukiman penduduk marginal, penduduk jelata atau pemukiman kumuh lainnya, selalu menjadi sasaran giliran pemadaman tiap hari 1 kali selama rata-rata 8 jam, ter..laa..lu..! (pinjam istilah Rhoma Irama). Ini artinya ada kesenjangan yang signifikan antara perlakuan dan hak istimewa kaum elit penguasa dengan rakyat, kendati telah berjasa besar atas kekuasaan itu. Kini semakin nampak kesenjangan antara hak istimewa penggunaan energi listrik oleh elit penguasa dan warga negara kelas rakyat jelata, artinya tidak semua warga negara dapat memperoleh dan menikmati segala fasilitas hidup hasil pembangunan ini. Bandar Lampung, Abdul Syani, Drs., M.IP.

Penanganan Banjir dan Kemacetan Harus Diprioritaskan

(Analisa/Aswadi) Anggota DPRD Sumut Washington Pane saat menggelar dialog dengan masyarakat di Kelurahan Medan Johor, Kamis (10/11) sore. Medan, (Analisa). Penanganan masalah banjir yang semakin sering melanda dan kemacetan arus lalu lintas, yang semakin parah belakangan ini, harus menjadi skala prioritas dilakukan Pemko Medan. Sebab, hal itu bersentuhan langsung dengan hajat hidup masyarakat. Anggota DPRD Sumut daerah pemilihan (dapil) I Kota Medan, Ir Washington Pane MSc mengemukakan hal itu, saat menggelar reses dan berdialog dengan warga di Jalan AH Nasution Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor, Kamis (10/11). Mengutip keluhan sejumlah warga dalam pertemuan itu, persoalan utama yang dialami masyarakat di Kecamatan Medan Johor khususnya, dan Kota Medan akhir-akhir ini, adalah ancaman banjir yang sering menimpa rumah mereka, akibat tidak berfungsinya saluran drainase. Di Jalan AH Nasution misalnya, terdapat sejumlah saluran drainase yang tersumbat, akibat saluran parit tertimbun oleh pembangunan yang dilakukan pengusaha SPBU. "Hendaknya hal ini segera ditertibkan. Pengusaha SPBU hendaknya ikut bertanggung jawab mengatasi penumpatan saluran parit itu," kata Washington. Sementara, terkait dengan seringnya terjadi kemacetan di Jalan Karya Wisata menuju Jalan AH Nasution, Washington Pane mengharapkan pihak petugas lalu lintas segera menanganinya. "Di samping itu, juga harus ada kesadaran masyarakat untuk mematuhi rambu-rambu lalu lintas," katanya. Perbaikan Trotoar Dalam kesempatan itu, Sekcam Medan Johor Khoiruddin Rangkuti minta anggota DPRD Sumut ikut memperjuangkan perbaikan trotoar di sepanjang Jalan AH Nasution, serta perbaikan sarana infrastruktur di sekitar daerah tersebut. Sementara, warga setempat Albert Simatupang mengeluhkan, seputar lamban dan bertele-telenya pengurusan akte nikah dan kelahiran, yang kerap menyulitkan warga. Terkait dengan aspirasi Sekcam dan warga tersebut, Washington Pane menyatakan, pihaknya akan mengoordinasikan permasalahan itu dengan pihak-pihak berkompeten di Pemko Medan dan

Pemprovsu. Sedangkan, menyangkut pengurusan Akte, diminta kepada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil hendaknya tidak mempersulit. Sekitar dua puluh warga menyampaikan aspirasi dan keluhan secara langsung kepada Washington Pane. Terhadap berbagai permasalahan yang disampaikan tersebut, Bendahara DPP PPRN ini menyambutnya dengan penuh antusias dan berjanji akan membantu mencari solusinya. "Silahkan berikan data-data lengkapnya sebagai bahan nanti untuk disampaikan langsung kepada pihak berkompeten," harapnya. (di)

Drainase Medan payah! Warta - Medan RIDIN Koordinator Liputan WASPADA ONLINE (WO L Phot o) ME DA NHuja n diser tai angi n kenc ang yang melanda Kota Medan kemarin (7/9), sempat menimbulkan genangan-genagan air di beberapa wilayah di kota. Hal ini di sebabkan oleh masih terlalu kecilnya volume drainase di Medan. Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Medan, Parlaungan Simangunsong, mengatakan drainase di Medan masih dalam tahap pembenahan guna mengantisipasi terjadinya banjir. Volume drainase kita masih kecil sehingga kalau hujan sebentar saja sudah ada genangan air dimana-mana. Tapi, drainase sekarang sudah pada tahap pembenahan, ujarnya.

Parlaungan juga sedikit menyesalkan pembangunan kanal di Marindal yang menurutnya kurang berfungsi sama sekali. Kanal yang seharusnya berfungsi untuk menampung banjir dari sungai Deli ternyata kurang memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan banjir di Medan. Dia juga berpendapat, pembangunan kanal dengan biaya triliunan rupiah itu juga dirasa kurang tepat sasaran. Pembangunan kanal di Marindal saya rasa kurang tepat sasaran. Karena tetap tidak bisa memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan banjir di Kota Medan, jelasnya. Kurangnya daerah resapan air juga nampaknya menjadi masalah yang harus dihadapi oleh pihak Pemko Medan untuk mengatasi permasalahan ini. Parlaungan juga mengatakan, pihaknya akan terus mengawasi dinas terkait untuk lebih menigkatkan kinerjanyanya,guna mengurangi permasalahan yang di hadapi Medan. "Banjir merupakan permasalahan pelik yang tak jua terselesaikan di Medan. Padahal, sebenarnya Medan bisa dinyatakan sebagai kota yang relatif beruntung, karena dari segi topografi Kota Medan sangat dipengaruhi dengan kondisi daya dukung lingkungan", ujarnya. Sebelumnya, komentar serupa juga pernah diutarakan pengamat tata ruang dan tata kota, Maulana Pohan. Disebut Maulana, Medan merupakan lintasan tiga sungai besar yakni Sungai Deli dan Sungai Babura di sebelah utara, dan Sungai Belawan yang berada di sebelah barat, termasuk anak-anak sungainya, sehingga dari sisi daerah aliran sungai (DAS) sama sekali tidak ada kendala yang menjadi pemicu banjir di kota ini. Salah satu pemicu banjir di Kota Medan ini adalah proses pengelolaan drainase, karena masih buruknya sistem perawatan serta pemeriksaan drainase berkala yang dilakukan oleh Pemko Medan, ujar Maulana kepada Waspada Online. Mantan Walikota Medan ini hari ini menyatakan, perbaikan dan perawatan drainase di Kota Medan harus dilakukan dengan sesegera mungkin, untuk meminimalisir terjadinya banjir, terutama disaat intensitas hujan sedang tinggi. Namun, lanjut Mulana, hal ini juga harus dilakukan sesuai dengan tata ruang dan master plan kota. Terutama saluran drainase yang berada di sudut perkotaan, karena drainase yang buruk akan mempengaruhi sistem pengairan. Sistem drainase yang berjalan harus melihat tata letak kawasan kota, dari yang tinggi menuju ke kawasan daerah yang rendah. Penerapan sistem inipun masih belum menjamin tidak terjadinya banjir. Kecuali sistem drainase berjalan baik dengan tata ruang dan wilayah kota serta perawatan dan pengawasan aliran sungai, pungkasnya.

Kementerian PU akan Turunkan Tim Cari Solusi Banjir di Medan MedanBisnis Medan. Sebuah tim dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) segera turun ke Medan untuk membantu Pemerintah Kota (Pemko) Medan mengatasi banjir yang semakin mengancam dan makin sering terjadi. Janji Kementerian PU membantu Pemko Medan mengatasi banjir diungkapkan Menteri PU Djoko Kirmanto kepada anggota DPD asal Sumut Parlindungan Purba yang beraudensi kepada Menteri PU di Kantor Kementerian PU Jakarta, Selasa (12/4). Parlindungan Purba dalam siaran persnya yang diterima MedanBisnis Selasa malam, menyebutkan, Menteri PU Djoko Kirmanto menaruh perhatian serius untuk membantu Pemko

Medan mengatasi ancaman banjir. Menurut Parlindungan, bukti keseriusan Kementerian PU membantu Pemko Medan di antaranya akan menurunkan sebuah tim ke Medan untuk mencaritahu penyebab banjir dan langkah mengatasinya. Tim yang sama, kata Parlindungan, menjawab MedanBisnis melalui pesan singkat, akan berdiskusi dengan instansi terkait di Kota Medan sekaligus meninjau kanal Titi Kuning. Langkah Kementerian PU tersebut, kata Parlindungan Purba, menanggapi pemaparan pihaknya dalam pertemuan itu tentang keberadaan kanal penghubung (floodway) yang menghubungkan Sungai Deli dan Sungai Percut, yang dibangun dengan biaya besar dari dana APBN, kurang berfungsi maksimal. Menurut Parlindungan, bila kanal penghubung tersebut tidak berfungsi maksimal maka bencana banjir akan tetap menghantui Kota Medan dan akan berdampak terhadap perekonomian serta kesehatan masyarakat. Bendungan Lau Simeme Pada kesempatan yang sama, kata Parlindungan, Menteri PU juga menyatakan dukungannya terhadap rencana pembangunan bendungan Lau Simeme jika bendungan tersebut dapat mengatasi banjir yang semakin sering terjadi di Medan. Mengutip Menteri PU Djoko Kirmanto, Parlindungan Purba menyampaikan saat ini pemerintah sedang dipersiapkan sebuah Keputusan Presiden tentang Mebidangro (Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo) yang akan mengatur tata ruang dari empat wilayah kabupaten/kota tersebut sebagai kawasan strategis nasional. Keppres dimaksud, kata Parlin, mengutip Menteri PU, merupakan turunan dari UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Isi dari UU No 26 Tahun 2007 tersebut antara lain yakni secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada kawasan rawan bencana sehingga diperlukan penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan dan keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang sehingga diperlukan penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Menurut Menteri, kata Parlindungan, bila Keppres ini sudah diteken Presiden maka 4 kabupaten/kota terkait harus membuat peraturan daerah yang akan mengatur teknis pelaksanaannya terhadap kawasan strategis tata ruang tersebut. Selain itu, saat ini sedang dipersiapkan 9 Perpres yang diusulkan untuk mengatur tata ruang metropolitan di Indonesia, dan seluruh pemkab/pemko untuk mengikuti isi dari Perpres dan akan ada sanksi tegas bila tidak melaksanakan Perpres tersebut. ( sarsin/rel )

MEDAN - Banjir di sekeliling kota di Medan merupakan permasalahan yang sampai saat ini belum bisa diatasi oleh Pemerintahan Kota (Pemko) Medan. Permasalahan tersebut ditimbulkan beberapa diantaranya karena sistem drainase yang buruk, dan sampah yang menumpuk di berbagai kawasan termasuk di sungai-sungai yang mengalir sepanjang kota. Proyek drainase atau parit yang dikerjakan Dinas Bina Marga Kota Medan terkesan mubazir. Proyek tersebut tidak mampu menanggulangi masalah banjir. Ini dibuktikan bila hujan sebentar, Medan langsung tergenang air dalam waktu singkat.

Direktur Eksekutif Lembaga Independen Pemerhati Pembangunan Sumatera Utara (LIPPSU), Azhari Sinik, menuturkan sepanjang sejarah Medan sulit mengatasi banjir, karena pemerintah setempat tidak pernah patuh kepada peraturan daerah. "Setidaknya Pemko Medan harus mengacu kepada peraturan daerah dan sinergi dengan dinas terkait, sehingga permasalahan banjir gampang dicari solusinya," kata Azhari, kepada Waspada Online, tadi malam. Misalnya, ruang terbuka hijau (RTH), Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) tidak sembarangan mengeluarkan izin kepada pihak pengembang dan harus menyediakan 30 persen RTH untuk mengatasi masalah banjir. Selain itu, kata Azhari, Badan Lingkungan Hidup (LBH) harus menyediakan tempat dan tidak sembarangan usaha industri membuang limbahnya ke parit masyarakat yang dicemari limbah sehingga parit tersebut tidak mengandung kotoran dan tersumpatnya air mengalir. Apalagi, sebut Azhari, Medan belum mempunyai master plan dan manajemen drainase. Sebab, hingga saat ini Dinas Bina Marga masih mengumpulkan data base serta melakukan pembenahan internal untuk penyusunan master plan tersebut. Sementara itu, pemerhati lingkungan Kota Medan, Herman Koto, kepada Waspada Online mengatakan, permasalahan banjir di Medan sepertinya tidak bakal terselesaikan dan mengharuskan kota itu memiliki master plan drainase. Pemko Medan dianggap lambat, karena hingga kini penanganan banjir belum maksimal, sementara usulan pembuatan master plan telah lama digulirkan," katanya. Maka, dalam hal ini, Bina Marga yang menjadi korban akibat kurangnya koordinasi atau mensenergikan kerjamasama tersebut dengan instansi terkait, seperti Dinas Tata Ruang dan Permukiman (Tarukim) karena mereka memegang plafon provinsi. Begitu juga Dinas TRTB, kata Herman, membiarkan developer membangun dan menutupi parit, sehingga sampat terbenam dan sulit mengalir. Itu sebabnya Medan gampang dilanda banjir karena TRTB salah satu dinas perusak tata ruang kota. "Jadi wajar Medan banjir karena tidak mempunyai master plan. Semestinya Pemko sudah membuat master plan drainase untuk mengatasi masalah banjir di Medan. Usulan ini telah lama diajukan, tapi belum ada tanggapan," ujarnya. Hal serupa juga diutarakan Ketua Komisi D DPRD Medan, Parlaungan Simangunsong, yang

menilai, banjir merupakan masalah yang sulit diatasi di Kota Medan. Menurutnya, hal ini dikarenakan permasalahan drainase sampai saat ini masih menjadi persoalan di Medan, yang belum juga tuntas. "Banjir menjadi permasalahan yang belum dapat diatasi, ini karena belum terselesaikanya masalah drainase secara tuntas," ujar Parlaungan. "Melihat kondisi ini, kita sangat mengharapkan kerja sama antara pihak pemerintah dengan masyarakat. Khususnya dalam menjaga kebersihan selokan dan parit-parit. Agar tidak tersumbat," ungkapnya.
Editor: PRAWIRA SETIABUDI (dat03/wol)

Sistem Pompa tidak Jamin Bekasi Bebas Banjir


Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/ 21 November 2010 KISMI DWI ASTUTI/PRLM

SEBUAH pompa dipasang di aliran Kali Bekasi di Jln. Kartini Kota Bekasi untuk menyedot air yang melimpah saat hujan agar tidak terjadi banjir, Minggu (21/11). Selain membutuhkan pompa dengan kapasitas besar, Kota Bekasi perlu memperbaiki saluran drainase yang ada secara menyeluruh dan membangun tandon air.* BEKASI, (PRLM).- Penerapan sistem pompa air di sejumlah titik yang sering tergenang tidak menjamin Kota Bekasi bebas banjir. Sebab, selain disebabkan oleh air limpasan dari sungai banjir di Kota Bekasi juga banyak disebabkan karena sistem drainase yang semakin memburuk. Hal itu diungkapkan Wakil Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi menanggapi sejumlah keluhan

masyarakat mengenai banjir cileuncang maupun banjir akibat limpasan ai sungai di beberapa wilayah di Kota Bekasi. Dikatakan Rahmat, Minggu (21/11), saluran sekunder atau saluran penampung air limpas di bagian barat Kota Bekasi seharusnya terintegrasi dengan banjir kanal timur (BKT) Jakarta Timur. Selain itu, sejumlah tandon air terutama di wilayah Bekasi bagian timur perlu segera terealisasikan. Dua solusi inilah yang akan kami sampaikan ke DPRD dan agar juga dibahas bersama dengan Pemprov DKI Jakarta. Sebab, pembelian pompa di setiap titik pun tidak akan ada gunanya jika sistem drainase kita belum baik. Lihat saja, hampir di seluruh wilayah sistem drainasenya rusak parah sehingga banjir sering terjadi, ujarnya. Lebih lanjut dikatakan pria yang akrab disapa Pepen ini, sistem drainase yang terintegrasi akan menunjang saluran pembuangan air ke laut. Sebab, selama ini saluran pembuangan air hanya mengandalkan saluran primer dan sekunder yang ada di Kota Bekasi. Padahal, kinerja saluran itu sampai sekarang tidak efektif disebabkan oleh topografi atau kontur permukaan Kota Bekasi hampir datar, hanya 27 meter di atas muka laut. Oleh karena itu, tetap mengandalkan saluran primer dan sekunder menurut Pepen tidak akan membantu banyak. Saluran. lanjut Pepen, semakin buruk seiring dengan padatnya penduduk yakni sekitar 2,3 juta jiwa. Saluran buangan yang paling efektif memang harus melalui BKT, tambahnya. Untuk menunjang rencana tersebut, pihaknya butuh foto udara soal wilayah Kota Bekasi. Dari foto udara itulah, kita bisa menggambar saluran yang terintegrasi, katanya. Disayangkan Pepen, foto udara Kota Bekasi yang terakhir ada pada tahun 1998. Kondisi saat itu dengan saat ini tentu sudah jauh berbeda sehingga foto udara tahun 1998 sudah tidak bisa menggambarkan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi Kota Bekasi. Sebab, pastinya mengalami perubahan seiring dengan pertambahan penduduk, tutur Pepen. Selain integrasi sistem drainase, Kota Bekasi dinilai Pepen juga harus membangun tandon air di wilayah Bekasi bagian timur, misalnya di Kecamatan Pondok Melati, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Perumnas 3 Bekasi Timur, dengan luas masing-masing sekitar 1 hektare. Rencana ini telah berkali-kali diusulkan, tetapi dananya selalu tidak ada. Sekalinya ada harapan, kita mengalami defisit sehingga dana untuk projek ini pun menguap dan tidak pernah terealisasi sampai sekarang, ungkapnya. Menurut dia, untuk projek ini diperkirakan akan menelan dana hingga Rp 100 miliar. Saat ini, Kota Bekasi tengah menyiapkan sebuah bangunan pengendali banjir di samping Islamic Center tepatnya di Kali Rawa Tembaga untuk menanggulangi banjir di wilayah perkotaan, yakni di sekitar aliran kali tersebut. Hanya saja, pompa dengan kekuatan besar seharga Rp 7,5 miliar ini pun hanya akan menanggulangi sekitar 75 persen masalah banjir cileuncang dan banjir akibat limpasan air kali di sekitar wilayah ini. Sementara, wilayah lainnya di sekitar Kali Bekasi maupun kali lainnya masih terancam banjir saat musim hujan tiba. (A-155/A-147)***

BKT Tak Jamin Bebas Banjir


Sumber: http://bataviase.co.id/ 31 Mar 2010

Banjir Kanal Timur (BKT) yang akan selesai seluruhnya pada Desember 2010 tak menjamin Jakarta bebas dari ancaman banjir. Banjir atau tidaknya suatu kawasan juga tergantung pada ada atau tidak adanya lahan rembesan serta pengelolaan drainase dan sampah. BANJIR Kanal Timur atau BKT hanyalah salah satu aspek fisik dari antisipasi banjir di Jakarta. Itu hanya salah satu aspek fisik. BKT tak jamin Jakarta bebas banjir, kata mantan Dirjen Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum, Slswoko, dalam bedah buku Banjir Kanal Timur Karya Anak Bangsa karya Robert Adhi Ksp di Kementerian PU, Jakarta Selatan, Selasa (JO/3). Menurut Siswoko, banjir dan tidaknya suatu kawasan ketika dilanda hujan deras masih tergantung pada aspek lainnya, misalnya ada atau tidaknya tanah rembesan, pengelolaan drainase dan sampah di sekitarnya dan lain sebagainya. Terhadap klaim bahwa pada musim hujan kali ini BKT sudah membuktikan mampu secara fungsional mengurangi ancaman banjir, Siswoko mengatakan, hal itu hanya faktor curah hujan yang besar tidak terjadi di Jakarta dan agak bergeser ke timur sehingga kawasan Citarum yang mendapat limpahan air. Jadi, BKT bukan segalanya. Jika Jakarta kemarin diguyur hujan seperti 2007, belum tentu Jakarta bebas banjir, katanya seperti dilansir Antara. Yang harus dipahami mengatasi banjir tidak cukup hanya mengandalkan bangunan fisik, kata Siswoko. Dengan kata lain, tegasnya, pemerintah tidak cukup hanya mendirikan bangunan seBab proses membangun relatif pendek dibanding dengan pemanfaatannya. Bangunan BKT ini harus dioperasikan dan dipelihara. Sedada Sebelumnya, Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Hermanto Dardak, mengklaim bahwa proyek BKT telah mampu mengurangi periode genangan air akibat banjir. Kalau sebelumnya Jakarta bisa terendam tiga hari dan tingginya mencapai dada orang dewasa, sekarang hanya beberapa jam saja dan semata kala orang dewasa, katanya. Artinya, manfaat kanal yang membelah lima aliran Sungai Cipinang, Sunter, Buaran, Jati Kramat, dan Cakung itu sudah terasa saat terjadi banjir bulan lalu. Waktu genangan air di 13 kawasan rawan genangan pun terbukti berkurang secara signifikan. Dia juga menambahkan, luasan genangan, frekuensi banjir, dan indikasi kerugian akibat banjir relatif berkurang sejak kanal itu tembus ke laut pada Desember 2009. Saat musim penghujan, banjir selalu menggenangi kawasan Jakarta karena lima sungai setempat yang seharusnya menjadi drainase regional tidak mampu menampung limpahan ai.-. Hal tersebut, terjadi karena perubahan pemanfaatan ruang pada sepanjang aliran sungai. Hal itu secara kumulatif menjadi kontributor banjir, kata Hermanto. Hermanto juga mengatakan, setelah BKT selesai sepenuhnya, rencananya pembangunan akan dilanjutkan dengan menyambung saluran secara melingkar dari Sungai Ciliwung menuju Cipinang. Sambungan itu akan berfungsi menampung air secara regional.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadanc Kementerian Pekerjaan Umum, Pitoyo Subandrio, menambahkan, proyek yang membentang sepanjang 23,5 km itu belum seluruhnya memiliki lebar 75 meter karena pada beberapa lokasi kanal itu memiliki lebar 15 meter. Namun, apabila BKT itu pun belum tembus hingga laut, limpahan air dari Sungai Ciliwung dan Cipinang yang kemungkinan besar menyebabkan banjir itu dapat diampung di BKT yang kapasitasnya 8 juta kubik. Pada kondisi demikian, BKT menjadi rescrvoir atau penampungan sementara, yg

BKT Tak Jamin Jakarta Bebas Banjir


Olivia Marietta Okezone

Proyek Banjir Kanal Timur (Foto: skycrappercity) Sumber: http://news.okezone.com/ Senin, 5 Oktober 2009 JAKARTA Nampaknya target pengoperasian banjir kanal timur (BKT) tahun ini bisa terealisasi. Pasalnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menegaskan bahwa proyek tersebut sudah masuk tahap pengerukan dan drainase. Hal tersebut diungkapkan Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Ahmad Harjadi dalam diskusi di Hotel Sahid, Jakarta, Senin (5/10/2009).

Sudah hampir selesai. 2009 diusahakan selesai, diharap bisa mengurangi banjir saat musim hujan, ujarnya. BKT yang tercantum dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2010 Provinsi DKI Jakarta, dibangun untuk mengurangi ancaman banjir di 13 kawasan, melindungi permukiman, kawasan industri, dan pergudangan di Jakarta bagian timur. BKT akan menampung aliran Kali Ciliwung, Kali Cililitan, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Kramat Jati, dan Kali Cakung.(lam)(mbs)

Flood Way Tidak Jamin Medan Bebas Banjir


Sumber: http://www.medanbisnisonline.com/2009/01/06/flood-way-tidak-jamin-medan-bebasbanjir/ , Ragam 06-01-2009 *iwan guntara MedanBisnis Medan Rampungnya pembangunan flood way (banjir kanal) senilai Rp 1,5 triliun tidak menjamin Kota Medan terbesa dari bencana banjir. Karena banyak faktor lain yang penyebab banjir yang masih terabaikan, termasuk daerah tangkapan air di hulu sungai sudah semakin kritis dan buruknya pengelolaan drainase di inti kota. Demikian disampaikan Kepala Badan Wilayah Sungai Sumatera II (BWS) Ir Yani Sulastri Siregar dalam temu pers di Aula Transparansi Bainfokom Sumut, Senin (5/1). Rampungnya banjir kanal yang menghubungkan alur Sei Deli dengan Sei Percut tersebut bukan jaminan kalau Kota Medan bebas dari banjir, ujarnya. Menurut Yani yang didampingi Kepala Dinas Pengairan Sumut Ir Hafas Fadilah bersama Kepala Badan Infokom Sumut Drs H Eddy Syofian MAP megaproyek bantuan Japan Banking International Coorporation (JBIC) yang menghubungkan alur Sei Deli dengan Sei Percut tersebut, bukan sebagai solusi mengatasi banjir di Kota Medan. Karena, mengatasi banjir di Kota Medan, membutuhkan banyak faktor yang harus dibenahi. Yani mengaku, kebiasaan buruk warga Kota Medan yang masih menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah, merupakan faktor yang sangat mendukung terjadinya banjir di kota tersebut. Untuk itu, kebiasaan buruk membuang sampah ke sungai ini pelu diubah. Kemudian, meningkatkan kepedulian berbagai pihak untuk tetap menjadikan jalur hijau bantaran sungai bebas dari bangun permanen, serta mengeleminir semakin menipisnya daerah tangkapan air di hulu sungai. Meski begitu, Yani membantah, kalau pembangunan proyek kanal banjir tersebut tidak berguna dalam penanganan banjir di Kota Medan. Disebutkannya, dalam peristiwa banjir dua hari lalu, kanal banjir tersebut sudah berfungsi dan menampung air yang cukup banyak. Karenanya, tanpa dibangunnya proyek banjir kanal itu, maka banjir yang terjadi di Kota Medan, bisa lebih parah lagi. Seperti banjir beberapa hari terakhir ini, kita melihat langsung debit air yang

ditampung/dialirkan dari Sei Deli ke Sei Percut sudah seperti tampungan waduk/danau. Kalau tidak ada kanal ini, mungkin banjir yang terjadi di Kampung Aur, Kecamatan Sei Mati Medan akan lebih parah lagi, ungkap Yani. Dia menyebutkan, hujan deras yang melanda Medan Sabtu malam kemarin menyebabkan debit air baik dari drainase dan yang langsung turun ke Sungai itu menyebabkan debit air tak terkendali. Dijelaskannya, tujuan pembangunan megaproyek itu sejak awal yakni untuk mengantisipasi terjadinya banjir bandang atau banjir kiriman saat debit air dari hulu Sei Deli meningkat. Yani mengatakan sejak beroperasinya kanal tersebut banjir kiriman tak lagi terjadi. Karena desain proyek yang dirancang konsultan ditujukan untuk antisipasi banjir bandang periode 25 tahunan. Sebelumnya, lanjut Yani, pada periode awal pihaknya sudah menjelaskan jika adanya banjir, kanal bukan jadi jaminan Medan bebas banjir. Karena Sei Deli di bagian hilirnya dulu sudah pernah ditangani Asia Development Bank untuk penanganan banjir periode 10-15 tahunan melalui Proyek Medan Urban Development Project (MUDP). Namun karena, banyaknya penduduk yang bermukim di sepanjang bantaran sungai mulai dari kawasan Apros sampai Sei Babubura, maka proyek dihentikan, karena untuk mengganti rugi lahan, membutuhkan dana yang cukup besar. Karena faktor itu, saat air Sei Deli meluap, maka warga yang bermukim di bagian kanan bantaran Sei Deli seperti di Kampung Aur, kerap terserang banjir. Karena kawasan ini lebih landai dibanding kawasan di seberangnya. Namun, bila tidak ada proyek kanal, kemungkinan besar, banjir yang terjadi akan lebih hebat lagi, tukasnya. Sementara itu Kepala Dinas PU Pengairan Propsu Hafas Fadillah disinggung mengenai program kerjanya 2009 mengatasi masalah banjir di Sumut malah mengaku tidak ada. Dia mengaku pihaknya terkendala masalah dana. Karena, untuk memelihara bangunan/proyek penanganan banjir saja, sudah membutuhkan biaya Rp300 miliar lebih. Nah tahun 2009 ini, kita hanya mendapatkan dana Rp87 miliar lebih. Dana itu, jelas tidak mencukupi untuk melakukan pemeliharaan, apalagi untuk membangun, jelasnya. Melihat kondisi seperti ini, baik Hafas maupun Yani hanya bisa mengimbau warga, khususnya yang bermukim di bantaran sungai, untuk tetap waspada. Karena, berdasarkan ramalan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), sampai akhir Januari 2009, curah hujan di sejumlah wilayah di Propinsi Sumut mencapai puncaknya.

Foke Ngeles : Saya Tak Jamin Jakarta Bebas Banjir


http://jakwatch.blogspot.com/2007/11/foke-ngeles-saya-tak-jamin-jakarta.html , 5 November 2007 [Okezone Dotcom] Pemprov DKI selalu menjadi perhatian dalam penanganan banjir di Jakarta. Namun, Gubernur DKI Fauzi Bowo malah mengatakan tak bisa menjamin Jakarta bebas banjir. Untuk mengantisipasi korban jiwa saya optimis bisa kita handle. Tapi kalau tidak ada

genangan atau banjir, itu yang saya tak bisa jamin, kata Fauzi Bowo, di Balaikota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (5/11/2007). Pria yang akrab disapa Foke ini mengelak saat pernyataan tersebut, diartikan sebagai tidak adanya upaya penanganan khusus daerah rawan banjir seperti kawasan Kampung Melayu. Sudah saya bilang mereka itu tinggal di badan kali. Yang bisa kita lakukan dalam waktu dekat hanya prewarning mereka, supaya waspada dengan genangan air, agar tak ada korban jiwa, jelasnya. Sementara untuk mengatasi sampah di pintu air Manggarai, Foke akan meminta partisipasi pejabat di tingkat kecamatan dan kelurahan. Camat dan lurah di sepanjang bantaran Kali Ciliwing diimbau dapat melakukan penanganan masyarakat untuk tak membuang sampah ke kali. Sekarang pintu air Manggarai bukan saja pintu air lagi tapi juga jadi pintu sampah. Dalam satu hari saja, sampahnya bertruk-truk, belum lagi di aliran sungainya, keluh Foke. Sosialisasi itu juga akan digalakkan Foke melalui program Gubernur Mendengar. Mulai minggu depan saya pusatkan di wilayah Jakarta Timur, pungkasnya. (Senin : 5/11/2007)

Harus Cari Solusi kalau


08 Jan 2011

Nasional Suara Karya

Tak Ingin Perekonomian Lumpuh MEDAN (Suara Karya) Pengamat ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU) John Tafbu Ritonga, di Medan. Jumat (7/1), mengemukakan, banjir yang terjadi di Medan. Kamis (6/1), bisa berdampak besar pada perekonomian. Pemerintah harus segera mencari solusinya kalau tak ingin perekonomian Kota Medan lumpuh. "Kalau masalah banjir ini tidak dicari solusinya, maka Kota Medan bisa lumpuh secara perekonomian. Kerugian jelas terjadi," tutur John Tafbu. yang juga kata Dekan Fakultas Ekonomi USU Dampak banjir yang merendam sedikitnya 1 1 kecamatan di Kota Medan. Kamis, mulai dirasakan para pengusaha rumah makan. Sebagaimana yang dialami warga di permukiman tepi Sungai Babura, Kecamatan Medan Baru. Mereka mengalami kerugian puluhan juta rupiah dalam sehari.

Dalam hal ini, John Tafbu mengatakan, bagi para pengusaha selain mengakibatkan kerugian pribadi, juga usaha. Apalagi, bila kawasan banjir terjadi di sentra usaha seperti pasar dan rumah makan. "Ini meru-pakan kerugian ganda," ujarnya. Untuk itu, pemerintah hendaknya cepat mengambil tindakan. Harus segera didistribusikan bantuan kebutuhan pokok, pakaian, serta obat-obatan. Ke depan, lanjutnya, pemerintah harus memunyai jalan keluar untuk menanggulangi banjir. "Harus ada pemetaan sungai-sungai yang melintas Kota medan dan rawan banjir," kata dia. Seperti diketahui. Kota Medan dikepung air pada Kamis (6/ 1). Sedikitnya 11 dari 21 kecamatan di kota tersebut terendam air. Kecamatan itu antara lain Medan Polonia, Medan Barat, Marelan. Medan Johor, Helvetia, Medan Sunggal, Petisah, Maimun. Medan Deli, dan Medan Labuhan. BaVijir itu terjadi menyusul hujan lebat berjam-jam, sehingga mengakibatkan meluapnya air tiga sungai besar yang melintas di kota tersebut. Hingga Jumat (7/1) siang, debit air di Sungai Deli, Belawa, dan Babura mulai menunjukkan tanda-tanda surut. Sebagian wilayah yang tergenang banjir terlihat mulai surut, seperti terlihat di Lingkungan IV Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Mai-mun. Namun, pemerintah setempat mengimbau agar warga tetap waspada. Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandara Polonia Medan Firman mengatakan, kemungkinan banjir susulan masih terjadi. Ini karena intensitas curah hujan yang masih tinggi di daerah pegunungan, seperti Tanah Karo. Dikatakan, kondisi ini terjadi karena adanya gangguan cuaca di Selat Malaka, sehingga menyebabkan awan konveksi menjadi aktif dan terjadi hujan disertai petir. "Curah hujan di pegunungan cukup tinggi mencapai 89 mm. Karena itu, masyarakat dan Pemkot Medan wajib melakukan antisipasi guna meminimalisasi terjadinya korban jiwa," tuturnya. Guna mebantu para pengungsi. Polda Sumut menurunkan 508 personelnya. Dari jumlah itu. 195 orang di antaranya diterjunkan di wilayah Polresta Medan dan 125 orang lagi di Polres Pelabuhan Belawan. Sedangkan back up Brimob Polda, kata Pjs Kabid Humas Polda Kombes Heri Sofyan Sauri,sebanyak 120 orang dan dari polisi air 25 orang. Unjuk Rasa Sementara itu, akibat bantuan yang tidak juga dibagikan, seratusanwarga Lingkungan Vlll dan IX Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan, yang menjadi korban banjir, berunjuk rasa ke kantor kelurahan setempat. Jumat (7/1). Mereka meminta penyaluran bantuan makanan segera dilaksanakan.

Dalam aksinya itu. warga membawa poster yang menuntut Lurah Sei Mati Ahmaddin Harahap untuk mundur dari jabatannya. Seorang warga, Ilham, mengatakan, warga marah dengan pihak kelurahan karena tidak juga menyalurkan bantuan yang telah ada. "Mereka tidak peduli dengan penderitaan warga," ujarnya. Waiiga hanya dibagikan beberapa kotak air mineral, sedangkan bantuan lainnya masih disimpan di kantor kelurahan. Lurah Sei Mati Ahmaddin Harahap, yang dikonfirmasi, tidak bersedia memberikan keterangan. "Nanti saja," katanya. (M Tampubolon/Budi S*no/Ant)
Entitas terkaitBabura | Brimob | Curah | Dampak | Geofisika | Guna | John | Kecamatan | Kerugian | MEDAN | Nanti | Pemerintah | Pengamat | Sebagaimana | Sebagian | Sedikitnya | Selat | Suara | Sungai | Tanah | Vijir | Waiiga | Hingga Jumat | Informasi Badan | John Tafbu | Kecamatan Medan | Kota Medan | Lingkungan Vlll | Pemkot Medan | Polda Sumut | Polres Pelabuhan | Polresta Medan | Unjuk Rasa | Harus Cari Solusi | IX Kelurahan Sei | Kepala Seksi Data | Lingkungan IV Kelurahan | Universitas Sumatera Utara | Bandara Polonia Medan Firman | Dekan Fakultas Ekonomi USU | Lurah Sei Mati Ahmaddin | Tak Ingin Perekonomian Lumpuh | Lurah Sei Mati Ahmaddin Harahap | Pjs Kabid Humas Polda Kombes Heri Sofyan | Ringkasan Artikel Ini Tak Ingin Perekonomian Lumpuh MEDAN (Suara Karya) Pengamat ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU) John Tafbu Ritonga, di Medan. yang juga kata Dekan Fakultas Ekonomi USU Dampak banjir yang merendam sedikitnya 1 1 kecamatan di Kota Medan. Medan Deli, dan Medan Labuhan. Sebagian wilayah yang tergenang banjir terlihat mulai surut, seperti terlihat di Lingkungan IV Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Mai-mun. 195 orang di antaranya diterjunkan di wilayah Polresta Medan dan 125 orang lagi di Polres Pelabuhan Belawan. Unjuk Rasa Sementara itu, akibat bantuan yang tidak juga dibagikan, seratusanwarga Lingkungan Vlll dan IX Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan, yang menjadi korban banjir, berunjuk rasa ke kantor kelurahan setempat.

Jumlah kata di Artikel : 589

You might also like