You are on page 1of 7

BIOSINTESIS DAN METABOLISME HORMON TIROID

Kimia
Hormon utama yang disekresi oleh tiroid adalah tiroksin (t4) dan triiodotironin (T3). T3 juga
dibentuk di jaringan periIer melalui deiodinasi T4. Kedua hormone adalah asam amino yang
mengandung iodium. Sejumlah kecil cadangan triiodotironin (RT3) dan senyawa lain ditemukan
dalam darah vena tiroid. T3 lebih aktiI disbanding T4, sedangkan RT3 tidak aktiI.

Metabolisme Iodium
Iodium adalah bahan mentah yang paling penting untuk sintesis hormone tiroid. Iodium yang
terdapat dalam makanan diubah menjadi iodide dan diabsorpsi.
Asupan iodium harian minimum untuk mempertahankan Iungsi tiroid normal adalah 150g pada
orang dewasa. Di Amerika Serikat asupan makanan rata rata adalah sekitar 500 g/h. Kadar I-
plasma normal adalah sekitar 0,3 g/dL, dan I- disebarkan dalam suatu 'ruang sekitar 25
L(35 berat badan). Organ utama yang mengambil I- adalah tiroid, yang digunakan untuk
membentuk hormone tiroid, dan ginjal, yang mengekskresikannya ke dalam urin. Sekitar 120
g/h masuk ke dalam tiroid pada tingkat sintesis dan sekresi hormone tiroid yang normal. Tiroid
menyekresi 80 g /h iodium dalam bentuk T4 dan T3 yang disekresikan dimetabolisme dalam
hati dan jaringan lain, yang akan melepaskan 60 g I- per hari ke dalam CES. Beberapa turunan
hormone tiroid diekskresikan melalui empedu, dan sebagian iodium di dalamnya diserap ulang
(sirkulasi enterohepatik).

Simporter Na/I-
Membran sel tiroid yang menghadap ke kapiler mengandung suatu simporter, atau 'pompa
iodide yang mengangkut Na dan I- ke dalam sel melawan gradient elektrokimia untuk I-.
Simporter Na/I- (NIS) ini mampu menghasilkan konsentrasi I- intrasel yang 20 40 kali lebih
tinggi daripada konsentrasi plasma. Proses yang berperan adalah transport aktiI sekunder, dengan
energi yang disediakan oleh pengangkutan Na keluar sel tiroid oleh NaKATPase. I-
berpindah melalui diIusi, mungkin melewati suatu saluran I-, ke dalam koloid.
Hubungan Iungsi tiroid dengan iodide besiIat unik, iodide merupakan zat esensial agar tiroid
dapat berIungsi dengan normal, tetapi baik deIisiensi maupun kelebihan iodide dapat
menghambat Iungsi tiroid.
Sintesis Hormon Tiroid
Di kelenjar tiroid, iodida mengalami oksidasi menjadi iodium dan berikatan ke posisi rantai 3
residu tirosin yang merupakan bagian dari molekul tiroglobulin di koloid. Tiroglobulin adalah
glikoprotein yang terbentuk dari dua subunit dan memiliki berat molekul 660.000. Tiroglobulin
dibentuk oleh sel tiroid dan diekskresikan ke dalam koloid oleh eksositosis granula yang juga
mengandung tiroid peroksidase, enzim yang mengkatalis oksidasi I- dan pengikatannya.
Hormon tiroid tetap terikat pada molekul tiroglobulin sampai disekresikan. Saat disekresi, koloid
diabsorpsi oleh sel tiroid, ikatan peptide mengalami hidrolisis dan T3 dan T4 bebas dilepaskan
pada kapiler. Dengan demikian sel tiroid memiliki 3 Iungsi. Sel sel ini mengumpulkan dan
memindahkan yodium membentuk tiroglobulin dan mengeluarkannya ke dalam koloid serta
mengeluarkan hormon tiroid dari tiroglobulin dan menyekresi ke dalam sirkulasi.
Dalam pembentukan hormon, produk pertama adalah monoiodotirosin (MIT). MIT kemudian
mengalami iodinasi untuk membentuk diiodotirosin (DIT). Dua molekul DIT mengalami
kondensasi oksidatiI membentuk T4 dengan pengeluaran rantai sisi alanin dari molekul yang
yang membentuk cincin terluar. Ada dua teori yang menerangkan terjadinya reaksi
penggabungan (coupling reaction) ini. Salah satu teori berpendapat penggabungan terjadi dengan
dua molekul DIT melekat ke tiroglobulin. Teori lainberpendapat bahwa DIT yang membentuk
cincin terluar mula mula dilepaskan dari tiroglobulin. Pada kedua keaadaan tersebut, tiroid
peroksidase mungkin berperan dalam penggabungan serta iodinasi. T3 mungkin dibentuk
melalui kondensasi MIT dengan DIT. Sejumlah kecil RT3 juga dibentuk, mungkin melalui
kondensasi DIT dan MIT

Sekresi Hormon Tiroid
Kelenjar tiroi manusia menyekresi sekitar 80 g T4, 4 g T3, dan 2 g per hari. Namun, MIT
dan DIT tidak disekresikan. Sel sel tiroid mengabsorbsikoloid melalui endositosis. Cekungan
di tepi koloid menyebabkab timbulnya lacuna reabsorpsi yang tampak pada kelenjar aktiI.
Didalam sel globulus koloid menyatu dengan lisosom dan T4, T3, DIT dan MIT dilepas ke
dalam sitoplasma. Tirosin beriodium mengalami deiodinasi oleh enzim mikrosom iodotirosin
deiodonase. Enzi mini tidak menyerang tironin beriodium. Iodium yang dibebaskan oleh MIT
dan DIT digunakan kembali oleh kelenjar dan secara normal menyediakan iodium sebanyak dua
kali lipat untuk sintesis hormon disbanding dengan yang dihasilkan oleh pompa iodium. Pada
pasien dengan deIisiensi iodotirosin deiodinase kongenital, MIT dan DIT dapat dijumpai dalam
urine.

Transpor dan Metabolisme Hormon Tiroid
Pengikatan Protein
Normalnya,kadar T4 plasma total pada orang dewasa adalah sekitar 8 g/dL dan kadar T3
plasma adalah sekitar 0,15 g/dL. Sebagian besar keduanya terikat pada protein plasma.
Hormon tiroid bebas dalam plasma berada dalam keseimbangan dengan hormon tiroid yang
terikat pada protein plasma dan jaringan. Hormon tiroid bebas inilah yang secara Iisiologis
menghambat sekresi TSH oleh hipoIisis.
Banyak hormon lain terikat pada protein plasma, dan di dalam sirkulasi terdapat keseimbangan.
Fungsi pengikatan protein tampaknya adalah untuk mempertahankan cadangan hormon. yang
siap dibebaskan dalam jumlah besar. Selain itu, paling tidak untuk T3, pengikatan hormon
mencegah ambilan berlebihan oleh sel sel yang dijumpai pertama kali dan meningkatkan
distribusi jaringan yang merata.

Kapasitas dan AIinitas Protein Plasma terhadap Hormon Tiroid
Protein plasma yang mengikat hormon tiroid adalah albumin, suatu pra-albumin yang semula
disebut pra-albumin pengikat tiroksin( Thyroxine binding pre-albumin, TBPA) dan sekarang
disebut transtiretin, dan suatu globulin dengan mobilitas elektroIorestik antara globulin 1- dan
2-, globulin pengikat tiroksin ( thyroxine-binding globulin, TBG). Dari ketiga protein, albumin
memiliki kapasitas terbesar untuk mengikat T4 dan TBG memiliki kapasitas kecil. Namun
aIinitas terhadap T4 adalah sedemikian rupa sehingga sebagian besar T4 dalam sirkulasi terikat
pada TBG, dengan lebih dari sepertiga tempat ikatan pada protein ditempati. Waktu paruh
transtiretin adalah 2 hari, TBG 5 hari, dan albumin 13 hari.
Secara normal, 99,98 T4 terdapat dalam bentuk terikat dalam plasma, kadar T4 bebas hanya 2
g/dL. Hanya terdapat sedikit T4 dalam urin. Semua siIat tersebut adalah khas bagi zat yang
terikat kuat pada protein.
T3 tidak terlalu kuat terikat, 0,15 g/dL yang secara normal terdapat dalam plasma, 0,2 berada
dalam keadaan bebas, sisa 99,8 terikat pada protein, 46 pada TBG dan sebagian besar
sisanya pada albumin, dengan sangat sedikit pengikatan pada transtiretin. Lebih sediitnya T3
yang terikat ini berkaitan dengan kenyataan bahwa T3 memiliki waktu paruh yang lebih singkat
daripada T4 dan bahwa kerjanya di jaringan yang lebih cepat.

Metabolisme Hormon Tiroid
T4 dan T3 mengalami deiodinasi di hati, ginjal, dan banyak jaringan lain. Pada orang dewasa
normal, sepertiga T4 diubah menjadi T3 dan 45 diubah menjadi RT3. Hanya sekitar 13 T3
dalam darah disekresi oleh kelenjar tiroiddan 87 dibentuk melalui deiodinasi T4. Juga perlu
dicatat bahwa terdapat perbedaan mencolok dalam rasio T3 terhadap T4 di jaringan. Dua
jaringan yang memiliki rasio T3/T4 yang sangat tinggi adalah pituitari dan korteks cerebri.
Diketahui terdapat tiga deiodinase berbeda yang bekerja pada hormon tiroid: D1, D2, D3.
Ketiganya bersiIat unik karena mengandung asam amino selenosistein yang jarang ditemukan,
yang sulIur dalam sisteinnya diganti oleh selenium, yang esensial untuk aktiIitas enzimatik. D1
terdapat dalam konsentrasi tinggi di hati, ginjal, tiroid dan hipoIisis. D1 tampaknya berperan
terutama dalam memantau pembentukan T3 dan T4 di periIer. D2 terdapat di otak, hipoIisis, dan
lemak cokelat. Enzi mini juga berperan dalam pembentukan T3. Di otak, D2 terletak di astroglia
dan menghasilkan T3 untuk dipasok ke neuron. D3 juga terdapat di otak di otak dan di jaringan
organ reproduksi. Enzim ini merupakan sumber utama RT3 di darah dan jaringan. Secara
keseluruhan, deiodinase tampaknya berperan mempertahankan perbedaan dalam rasio T3/T4 di
berbagai jaringan.
Sebagian dari T4 dan T3 hati mengalami perubahan lebih lanjut menjadi deiodotirosin oleh
deiodinase, juga mengalami konjugasi membentuk sulIat serta glukuronida. Konjugat masuk ke
dalam empedu lalu ke usus. konjugat dihidrolisis dan sebagian diserap ulang tetapi sebagian
diekskresikan keluar melalui tinja.

EIek Hormon Tiroid
Sebagian eIek hormon tiroid pada tubuh disebabkan stimulasi konsumsi O2 ( eIek kalorigenik),
selain itu juga mempengaruhi tumbuh kembang, mengatur metabolisme lemak dan
meningkatkan penyerapan karbohidrat di usus.



Mekanisme Kerja
Hormon tiroid masuk ke dalam sel, dan T3 berikatan dengan reseptor tiroid (thyroid receptor) di
inti. T4 juga dapat berikatan, tetapi tidak terlalu erat. Kompleks hormon reseptor kemudian
berikatan dengan DNA melalui zinc Iinger dan meningkatkan atau menurunkan ekspresi
berbagai gen berbeda yang mengkode enzim yang mengatur Iungsi sel.

Goiter Non Toksik
Goiter koloid, diIus, nontoksik dan goiter nodular koloid merupakan gangguan yang sangat
sering dijumpai dan menyerang 16 perempuan dan 4 laki laki usia antara 20 60 tahun
seperti yang telah dibuktikan oleh suatu penyelidikan di Michigan. Biasanya tidak ada gejala
gejala lain kecuali gangguan kosmetik, tetapi kadang kadang timbul komplikasi. Tiroid
mungkin membesar secara diIus dan atau bernodul.
Etiologi goiter nontoksik adalah deIisiensi yodium atau gangguan kima intratiroid yang
disebabkan oleh berbagai Iaktor. Akibat gangguan ini kapasitas kelenjar tiroid untuk menyekresi
tiroksin terganggu, mengakibatkan meningkatkan kadar TSH dan hyperplasia dan hipertoIi
Iolikel Iolikel tiroid. Hiperplasia mungkin bergantian dengan Iibrosis dan dapat timbul nodul
nodul yang mengandung Iolikel Iolikel tiroid.
Patogenesis gondok adalah hipertroIi dan hyperplasia sel Iolikel tiroid akibat meningkatnya
kadar TSH. Pada sebagian besar kasus, perubahan tersebut pada awalnya menyebabkan
pembesaran diIus simetrik kelenjar (gondok nontoksik diIus). Folikel dilapisi oleh sel kolumnar
yang berdesakan, yang mungkin bertumpuk tumpuk dan membentuk tonjolan serupa dengan
yang ditemukan pada penyakit graves. Jika kemudian yodium dalam makan ditingkatkan, atau
jika kebutuhan tiroid berkurang, epitel Iolikel yang terstimulasi tersebut akan mengalami
involusi membentuk kelenjar besar yang kaya koloid ( gondok koloid). Permukaan potongan
dari tiroid pada kasus seperti ini biasanya tampak cokelat sedikit berkilap dan translusen. Secara
mikroskopis, epitel Iolikel mungkin hiperplastik pada tahap awal penyakit atau menggepeng atau
kuboidal pada masa involusi. Koloid banyak ditemukan pada tahap lanjut. Seiring dengan waktu,
episode stimulasi dan involusi yang berulang menyebabkan pembesaran tiroid yang irregular dan
disebut gondok nodular atau multinodular. Dasar pembentukan nodular masih belum jelas. Hal
ini mungkin berkaitan dengan kemampuan diIerensiasi sel epitel tiroid normal untuk membelah
diri sebagai respon terhadap TSH. Mungkin variasi potensi pertumbuhan sel ini dapat
menyebabkan terbentuknya nodul jika terjadi pajanan TSH kadar tinggi yang siklis dan
berkepanjangan.
Pada gondok multinodular, kelnjar memiliki banyak
lobus, asimetrik dan membesar yang mungkin mencapai
ukuran massiI. Pada permukaan potongan tampak nodul
irregular yang mengandung koloid gelatinosa cokelat
dalam jumlah bervariasi. Perubahan regresiI cukup
sering ditemukan, terutama pada lesi lama, dan berupa
Iibrosis, perdarahan, kalsiIikasi dan pembentukan kista.
Gambaran mikroskopik adalah Iolikel kaya koloid yang
dilapisi oleh epitel gepeng inaktiI dan daerah hipertroIi
dan hyperplasia epitel Iolikel, disertai oleh perubahan regresiI seperti telah disebutkan.

Secara klinis, pasien dapat memperlihatkan penonjolan disepertiga bagian bawah leher. goiter
yang besar dapat menimbulkan masalah kompresi mekanik, disertai pergeseran letak trakea dan
esophagus dan gejala gejala obstruksi.
Bila gangguan Iungsi tiroid berat, goiter dapat disertai hipotiroidisme. Untuk memastikan status
Iungsional goiter tersebut, diperlukan pengukuran T4 serum bebas dan kadar TSH. Selain itu,
RAI atau scintiscan dengan teknetium perteknetat mungkin dapat memperlihatkan apakah
nodula-nodula tersebut 'dingin atau 'panas. Nodula dingin merupakan pertanda karsinoma,
sedangkan nodula panas hamper selalu jinak. Pemindaian ultrasound pada kelenjar tiroid dapat
digunakan untuk mendeteksi perubahan perubahan kistik pada nodula tiroid. Nodula kistik
jarang bersiIat ganas.
Cara langsung untuk menentukan apakah nodula tiroid ganas atau jinak adalah biopsy aspirasi
dengan menggunakan jarum dan pemeriksaan sitologi lesi. Cara yang mudah ini dapat dilakukan
di tempat praktik dokter.
Terapi goiter antara lain dengan penekanan TSH oleh tiroksin, yaitu pengobatan yang akan
mengakibatkan penekanan TSH hipoIisis, dan penghambatan Iungsi tiroid disertai atroIi kelenjar
tiroid. Pembedahan dapat dianjurkan untuk goiter yang besar untuk menghilangkan gangguan
mekanis dan kosmetis yang diakibatnya. Pada masyarakat tempat goiter timbul sebagai akibat
kekurangan yodium, garam dapur harus diberi tambahan yodium.




DaItar Pustaka
1. Ganong, W. F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 2008. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
2. Kumar, Cotran dan Robins. Buku Ajar Patologi. 2007. EGC :Jakarta
3. Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. PatoIisiologi Konsep Klinis Proses Proses
Pnyakit. 2006. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

You might also like