UPAYA PENCEGAHAN DAN PENAGGULANGAN KEBAKARAN DI PT ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS
Oleh : Misbakhul Khafidz NIM 100810028
DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KER1A FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2011
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Kegiatan pendidikan merupakan aspek utama perguruan tinggi yang berorientasi kepada proses dan output sehingga lulusannya memiliki kemampuan akademik dan proIesional yang baik. Untuk mewujudkan hal tersebut Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga sebagai salah satu institusi pendidikan memberlakukan kurikulum program praktek belajar lapangan (magang) bagi mahasiswa untuk memberikan bekal pengalaman, keterampilan kerja praktis dan penyesuaian sikap didunia kerja sebelum mahasiswa meninggalkan kampus. Magang adalah kegiatan mandiri mahasiswa dilaksanakan diluar lingkungan kampus untuk mendapatkan pengalaman kerja praktis yang sesuai dengan bidang peminatan melalui metode-metode observasi dan partisipasi. Kegiatan magang dilaksanakan sesuai dengan Iormasi struktural dan Iungsional pada instansi tempat magang baik pada lembaga pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), Perusahaan swasta, perusahaan Badan Milik Usaha Negara (BUMN) atau perusahaan lain yang relevan. (FKM Unair, 2006) Kebakaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, tidak ada tempat kerja yang dijamin bebas resiko dari bahaya kebakaran. Akibat yang ditimbulkan dari peristiwa kebakaran ditempat kerja adalah korban jiwa, kerugian material, dan hilangnya lapangan kerja. Berdasarkan data jumlah kasus kebakaran ditempat kerja dan bukan tempat kerja yang dikutip dari pusat laboratorium Iisika Iorensik Mabes Polri tahun 1990-2001 adalah sebagai berikut : Tahun Jumlah Tempat Kerja () Bukan tempat kerja () 1990-1996 2033 80 20 1997-2001 1121 76,1 23,9 Tabel 1. Data kasus kebakaran ditempat kerja dan bukan tempat kerja Data diatas menunjukkan bahwa, jumlah kasus kebakaran yang terjadi di tempat kerja lebih besar dibandingkan jumlah kasus yang terjadi bukan di tempat kerja. Sebuah gedung melalui penerapan Manajemen Penanggulangan Kebakaran harus mampu mengatasi kemungkinan terjadinya kebakaran melalui kesiapan dan keandalan sistem proteksi yang ada, serta kemampuan petugas menangani pengendalian kebakaran. Selain petugas, semua pihak yang terkait dalam setiap pemanIaatan bangunan harus terlibat dalam upaya penanggulangan kebakaran. Semua pihak, baik karyawan maupun mitra kerja harus turut aktiI berusaha agar peristiwa kebakaran yang tidak dikehendaki dan merugikan tersebut tidak terjadi. Jadi semua pihak harus memikirkan dan mematuhi seluruh peraturan dan anjuran anjuran keselamatan yang telah di buat pada setiap bagian dalam sebuah gedung tersebut seperti larangan merokok, larangan menggunakan tangga darurat untuk operasi normal dan lain sebagainya yang telah ditetapkan. Disektor industri sendiri yang berkembang secara kompleks, dimana terdapat banyak sumber potensi yang dapat memicu terjadinya kebakaran. Maka bila terjadi kebakaran akan banyak pihak yang akan merasakan kerugiannya, antara lain pihak investor, para pekerja, pemerintah maupun masyarakat luas. Sesuai dengan Undang undang No. 1 Bab III pasal 3 tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja : 'Syarat syarat keselamatan kerja yang berhubungan dengan penanggulangan kebakaran antara lain mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran, penyediaan sarana jalan untuk menyelamatkan diri, pengendalian asap, panas dan gas serta melakukan latihan bagi semua karyawan. Data yang diperoleh dari Dinas Kebakaran Jakarta Barat menunjukkan Irekuensi kebakaran yang terjadi pada industri kimia pada tahun 2005 sebanyak 10 kasus kebakaran, tahun 2006 sebanyak 9 kasus kebakaran dan tahun 2007 sebanyak 5 kasus kebakaran di industri kimia. Dan kasus kebakaran lain yang terjadi di Industri kimia adalah kejadian kebakaran di PT. Petro widada, Gresik yang mengakibatkan 59 korban jiwa yaitu 3 orang meninggal dunia dan 59 orang luka luka, dari hasil penelitian Bappedal Jawa Timur kebakaran ini ditimbulkan oleh terbakarnya bahan bahan kimia hasil produksi. Tingginya angka kasus kebakaran di industri menunjukkan bahwa kasus kebakaran merupakan salah satu bentuk kecelakaan atau musibah yang memerlukan perhatian khusus, terbukti dengan dampak kebakaran tersebut dapat menelan kerugian yang sangat besar. Dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya terjadi kebakaran yang sebenarnya tidak sengaja (real Iire), dan kebakaran yang disengaja (arson Iire). PT ALSTOM Power Energy Systems Indonesia, sebuah perusahaan industri berteknologi tinggi yang merupakan pemain besar dalam pasar untuk sistem, peralatan dan jasa-jasa pada pembangkitan listrik. PT. ALSTOM Power Energy System Indonesia atau lebih dikenal dengan PT. ALSTOM Power ESI merupakan perusahaan multinational yang bergerak di bidang pembangkit tenaga listrik khususnya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga gas & uap (PLTGU). Salah satu produk utama yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah HRSG (Heat Recovery Steam Generator) yang merupakan salah satu komponen utama PLTGU dan HRSG yang merupakan produk terlaris di pasar internasional maupun nasional. Jadi, sudah sepantasnya jika PT ALSTOM juga memperhatikan aspek pencegahan dan penanggulangan kebakaran dalam menjalankan produksinya untuk melindungi pekerja, gedung, sarana, dan aset-aset sehingga dapat memberikan pelayanan yang memuaskan pada konsumen.
I.2 Tujuan I.2.1. Tujuan Umum Mempelajari pencegahan dan penanggulangan kebakaran di kantor PT ALSTOM POWER ENERGY. I.2.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui kebijakan perusahaan dalam penanggulangan kebakaran dalam hal pembentukan Tim pemadam kebakaran, pendidikan dan pelatihan Tim pemadam, Inspeksi sarana pemadam kebakaran dan perencanaan keadaan darurat di PT ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS. b. Mengetahui proIil pengelola atau pengurus keselamatan dan kesehatan kerja di PT ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS. c. Mempelajari kelengkapan sarana pemadam kebakaran di kantor PT ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS d. Mempelajari organisasi tanggap darurat pencegahan dan penanggulangan kebakaran di PT ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS e. Mempelajari sarana evakuasi saat terjadi kebakaran di kantor PT ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS I.3 Manfaat a. ManIaat bagi mahasiswa Sebagai bekal dan memperdalam teori yang diperoleh semasa kuliah. b. ManIaat bagi Iakultas Menambah literatur tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung bertingkat c. ManIaat bagi perusahaan Perusahaan mendapat masukan atau saran yang bermanIaat sehingga dapat meningkatkan eIektiIitas dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran.
BAB II TIN1AUAN PUSTAKA
II.1 Kebakaran dan Penyebabnya Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat, situasi dan waktu yang tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Jadi api yang menyala di tempat-tempat yang dikehendaki seperti kompor, Iurnace di industri dan tempat atau peralatan lain tidak termasuk dalam kategori kebakaran. Kebakaran merupakan api yang tak dapat di kendalikan, sementara terjadi nya api ada nya tiga unsur yang bertemu pada saat bersamaan dalam komposisi yang pas (sesuai). Hal ini kemudian kita kenal dengan segitiga api.
II.1.1 Teori Api Api adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur yaitu: panas, udara dan bahan bakar yang menimbulkan atau menghasilkan panas dan cahaya Segitiga api adalah elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran dimana elemen tersebut adalah panas, bahan bakar dan oksigen. Namun dengan adanya ketiga elemen tersebut, kebakaran belum terjadi dan hanya menghasilkan pijar. Untuk berlangsungnya suatu pembakaran, diperlukan komponen keempat, yaitu rantai reaksi kimia (chemical chain reaction). Teori ini dikenal sebagai Piramida Api atau Tetrahedron. Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau peristiwa pembakaran.
CH4 O2 (x)panas ----~ H2O CO2 (Y)panas
Tiga unsur Api 1. Oksigen Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar 15 volume oksigen dalam udara agar terjadi pembakaran. Udara normal di dalam atmosIir kita mengandung 21 volume oksigen. Ada beberapa bahan bakar yang mempunyai cukup banyak kandungan oksigen yang dapat mendukung terjadinya pembakaran 2. Panas Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga dapat mendukung terjadinya kebakaran. Sumber panas antara lain: panas matahari, permukaan yang panas, nyala terbuka, gesekan, reaksi kimia eksotermis, energi listrik, percikan api listrik, api las / potong, gas yang dikompresi
3. Bahan bakar Bahan bakar adalah semua benda yang dapat mendukung terjadinya pembakaran. Ada tiga wujud bahan bakar, yaitu padat, cair dan gas. Untuk benda padat dan cair dibutuhkan panas pendahuluan untuk mengubah seluruh atau sebagian darinya, ke bentuk gas agar dapat mendukung terjadinya pembakaran. a) Benda Padat Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa abu atau arang setelah selesai terbakar. Contohnya: kayu, batu bara, plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lain-lainnya. b) Benda Cair Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis, turpentine, lacquer, alkohol, olive oil, dan lainnya. c) Benda Gas Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida, butan, dan lain-lainnya.
4. Rantai Reaksi Kimia (unsur tambahan dalam segitiga api) Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses diIusi antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan terus dipertahankan sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang berkelanjutan.
Flammable Range: adalah batas antara maksimum dan minimum konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara normal, yang dapat menyala/ meledak setiap saat bila diberi sumber panas. Di luar batas ini tidak akan terjadi kebakaran. a. LEL / LFL (Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit): adalah batas minimum dari konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara yang akan menyala atau meledak, bila diberi sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu miskin kandungan uap bahan bakarnya (too lean). b. UEL / UFL (Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit): adalah batas maksimum dari konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara, yang akan menyala atau meledak, bila diberi sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu kaya kandungan uap bahan bakarnya (too rich). II.1.2 KlasiIikasi Api Tujuan pengklasiIikasian api adalah agar dapat menggunakan dengan tepat jenis media pemadam terhadap berbagai kelas kebakaran. Dengan klasiIikasi ini diharapkan pemilihan media pemadam dapat sesuai dengan jenis kebakaran sehingga pemadaman dapat berlangsung secara eIektiI, dengan tidak mengabaikan prosedur pemadaman yang benar. KlasiIikasi kebakaran atau api yang dianut oleh Indonesia adalah klasiIikasi kebakaran mengadopsi sistem National Fire Protection Association (NFPA), sesuai keputusan Menteri Tenaga Kerja Indonesia melalui Peraturan PER.MEN: NO/PER/04/MEN/1980 tertanggal 14 April 1980. KlasiIikasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kelas A: kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar padat, seperti; kayu, kain, kertas, kapuk, karet, plastik dan lain sebagainya. 2. Kelas B: kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar cair, seperti; bensin, minyak tanah, spirtus, solar, avtur (jet Iuel) dan lain sebagainya. 3. Kelas C: kebakaran atau api yang terjadi karena kegagalan Iungsi peralatan listrik. 4. Kelas D: kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar logam atau metal, seperti; magnesium, titanium, aluminium, dan lain sebagainya.
II.2 Teknik Pemadaman Api Terdapat 4 (empat) teknik pemadaman api/ kebakaran. Dengan mempertimbangkan unsur-unsur dan reaksi yang membentuk terjadinya api, maka dengan cara menyingkirkan salah satu dari unsur-unsur tersebut, ataupun reaksi yang terjadi akan dapat memadamkan api. Adapun teknik pemadaman api tersebut adalah sebagai berikut: 1. Smothering (menyelimuti), adalah teknik pemadaman dengan cara memisahkan uap bahan bakar dengan udara. 2. Cooling (mendinginkan), teknik pemadaman dengan cara menyerap panas dari bahan bakar yang terbakar, sehingga proses pembakaran akan terhalang. 3. Starvation (mengurangi atau memisahkan bahan bakar), teknik pemadaman dengan cara memutuskan persediaan bahan bakar. 4. Breaking chain reaction, teknik pemadaman dengan cara memutuskan rantai reaksi kimia/reaksi pembakaran, atau dengan menangkap radikal-radikal bebas seperti OH- dan H, agar tidak dapat melanjutkan proses pembakaran dari api tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memadamkan kebakaran di tangki bahan bakar adalah potensi terjadinya Ienomena slop over dan boil over.
II.2.1 Slop Over Suatu proses bila water jet dijatuhkan ke permukaan minyak yang terbakar, air akan langsung berubah menjadi uap secara cepat sekali ketika menyentuh permukaan minyak (1700 kali volumenya), kemudian uap air akan membawa minyak panas tersebut ke udara. Bersama itu pula cairan minyak akan terdispersi akibat eIek water jet tersebut, sehingga kebakaran minyak tersebut bertambah hebat. II.2.2 Boil Over Suatu proses yang terjadi secara spontan, umumnya pada kebakaran tangki terbuka yang berisi minyak bumi (crude oil), air dan emulsi yang berada di dasar tangki menerima gelombang panas selama proses pembakaran berlangsung di permukaan tangki, panas yang diterima akan mengubah air atau cairan menjadi uap air atau steam, dengan Iaktor pengembangan 1.700 kali. Uap ini akan terlontar ke udara sambil membawa bahan bakar yang berada di permukaannya, dan berakibat kebakaran bertambah hebat.
II.3 1enis Media Pemadam Menurut Depnaker dalam bukunya Training Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran, adalah Dalam mengenal berbagai jenis media pemadam kebakaran dimaksudkan agar dapat menentukan jenis media yang tepat, sehingga dapat memadamkan kebakaran secara eIektiI, eIisien, dan aman. Dari bentuk Iisiknya media pemadam kebakaran ada 5 jenis yaitu : 1. Air 2. Busa 3. Serbuk kimia kering 4. Kabon dioksida (CO&) 5. Halon
Dalam media pemadaman kebakaran mempunyai beberapa jenis atau karakteristik dalam memadamkan api, dan juga mempunyai keunggulan untuk klas tertentu dan mungkin dapat berbahaya untuk beberapa jenis kebakaran. 1. Air. Air digunakan sebagai media pemadam kebakaran yang cocok atau tepat untuk memadamkan kebakaran bahan padat (klas A) karena dapat menembus sampai bagian dalam. Bahan pada yang cocok dipadamkan dengan menggunakan air adalah seperti : Kayu Arang Kertas Tekstil Plastik dan sejenisnya. 2. Busa. Jenis media pamadam kebakaran, busa adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk memadamkan api. Ada 2 (dua) macam busa yang berIungsi untuk memadamkan kebakaran yaitu busa kimia dan busa mekanik. Busa kimia dibuat dari gelembung yang mengandung zat arang dan carbon dioksida, sedangkan busa mekanik dibuat dari campuaran zat arang dengan udara. Busa dapat memadamkan kebakaran melalui kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu : a. Menutupi yaitu membuat selimut busa diatas bahan yang terbakar, sehingga kontak dengan oksigen (udara) terputus. b. Melemahkan yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah terbakar. c. Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar sehingga suhunya menurun. 3. Serbuk kimia kering. Daya pemadam dari serbuk kimia kering ini bergantung pada jumlah serbuk yang dapat menutupi permukaan yang terbakar. Makin halus butir butir serbuk kimia kering makin luas permukaan yang dapat ditutupi. Adapun butiran bahan kimia kering yang sering digunakan adalah Ammonium hydro phospat yang cocok digunakan untuk memadamkan kebakaran klas A, B dan C. Cara kerja serbuk kimia kering ini adalah secara Iisik dan kimia. 4. Carbon dioksida (CO&). Media pemadam api CO& didalam tabung harus dalam keadaan Iase cair bertekanan tinggi. Prinsip kerja gas CO& dalam memadamkan api ialah reaksi dengan oxygen (O&) sehingga konsentarsi didalam udara berkurang, sehingga api akan padam hal ini disebut pemadaman dengan cara menutup. Namun CO& juga mempunyai kelemahan ialah bahwa media pemadam tersebut tidak dapat dicegah terjadinya kebakaran kembali setelah api padam (reignitasi). Hal ini disebabkan CO& tersebut tidak dapat mengikat oxygen (O&) secara terus menerus tetapi hanya mengikat O& sebanding dengan jumlah CO& yang tersedia sedang supply oxygen disekitar tempat kebakaran terus berlangsung. 5. Halon. Pada saat terjadi kebakaran apabila digunakan halon untuk memadamkan api maka seluruh penghuni harus meninggalkan ruangan kecuali bagi yang sudah mengetahui betul cara penggunaannya. Jika gas halon terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 485%C maka akan mengalami penguraian, dan zat zat yang dihasilkan akan mengikat unsur hydrogen dan oxygen. Jika penguraian tersebut terjadi dapat menghasilkan beberapa unsur baru dan zat baru tersebut beracun dan cukup membahayakan terhadap manusia. II.4 Sarana penanggulangan kebakaran Sarana penanggulangan kebakaran yaitu berupa alat atau sarana yang dipersiapkan untuk mendeteksi, mengendalikan dan memadamkan kebakaran. Seperti : 1) sistem deteksi dan alarm 2) APAR 3) Hydrant 4) Sprinkler 5) sarana emergency dan evakuasi.