You are on page 1of 39

BAB I TINJAUAN UMUM ETIKA

1.1 Pengertian Etika


Kamus besar bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan kebudayaan
(1988) merumuskan etika dalam tiga arti sebagai berikut:
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Nilai mengenai benar salah yang dianut masyarakat.
Dari asal usulnya, etika berasal daari bahasa yunani ethos yang berarti adat istiadat
atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari kata tersebut, akhirnya etika berkembang menjadi
studi tentang kebiasan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang
berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya.
Menurut proIesor Robert salomon, etika dapat dikelompokkan menjadi dua deIinisi
yaitu:
Etika merupakan karakter individu, dalam hal ini termasuk bahwa orang yang
beretika adalah orang yang baik.
Etika merupakan hukun sosial.etika merupakan hukum yang mengatur,
mengendalikan serta membatasi periaku manusia.
Pada perkembangannya, etika telah menjadi sebuah studi. Fagothey (1953)
mengatakan bahwa etika adalah studi tentang kehndak manusia, yaitu kehendak yang
berhubungan dengan keputusan yang benar dan yang salah dalam tindak perbuatannya.
Pernyataan tersebut kembali di tegaskan oleh Sumaryono (1995) yang menyatakan bahwa
etika merupakan studi tentang kebenaran dan ketidabenaran berdasarkan kodrat manusia
yang diwujudkan melalui kehendak manusia dalam perbuatannya.
1.2 Etika, FilsaIat Ilmu Pengetahuan
Hubungan Etika, FilsaIat Ilmu Pengetahuan, dapat digambarkan pada diagram berikut ini.

Dari gambar diatas bisa dilihat bahwa etika merupakat bagian dari IilsaIat. FilsaIat
sendiri merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. FilsaIat adalah ilmu pengetahuan yang
berIungsi sebagai interpretasi tentang hidup manusia, yang betugas meneliti dan
menentukan semua Iakta kongrit hingga yang paling mendasar. Ciri khas IilsaIat adalah
upaya dalam menjelaskan pertanyaan selalu menimbilkan pertanyaan yang baru.
Abdul kadir (2001) memperinci unsur-unsur penting IilsaIat ilmu sebagai berikut:
Kegiatan intelektual
Bahwa IilsaIat merupakan kegiatan yang memerlukan intelektualitas atau pemukiran .
Mancari makna yang hakiki
FilsaIat memerlukan interpretasi terhadap suatu dalam kerangka pencarian makna
yang hakiki.
Segala Iakta dan gejala
Bahwa objik dari kegiatan IilsaIat adalah Iakta dan gejala yang terjadi secara nyata.
Dengan cara reIleksi, metodis dan sistematis
FilsaIat memrlukan suatu metode dalam kegiatannya serta membutukan prosedur-
prosedur yang sistematis.
Untuk kebahagian manusia
Tujuan akhir IilsaIat sebagai ilmu adalah untuk kebahagian manusia.
Etika merupakan bagian IilsaIat, yaitu IilsaIat moral. Beberapa alasan yang dapat
dikemukakan untuk itu antara lain adalah bahwa etika merupakan ilmu yang mempelajari
perbuatan yang baik dan buruk, benar atau salah berdasarkan kodrat manusia yang
diwujudkan dalam kehendaknya. Sebagai sebuah ilmu, etika juga berkembang menjadi
study tentang kehendak manusia dalam mengambil keputusan untuk berbuat, yang
mendasari hubungan antara sesama manusia. Disamping itu, etika juga merupakan study
tentang pengembangan nilai moral untuk memungkinkan terciptanya kebebasan kehendak
karena kesadaran, bukan paksaan. Adapun alasan yang terahir mengungkapakan bahwa
etika adalah studi tentang nilai-nilai manusiawi yang berupaya menunjukkan nilai-nilai
hidup yang baik dan benar menurut manusia.
Dalam konteks etika sebagai IilsaIat dan ilmu pengetahuan ini, perlu dilakukan
pemisahan antara etika dan moral. Etika adalah ilmu pengetahuan, sedangkan moral
adalah objek ilmu pengetahuan tersebut. Dan sebagai ilmu pengetahuan, etika menelaah
tujuan hidup manusia, yaitu kebahagiaan sempurna, kebahagiaan yang memuaskan
manusia, baik jasmani maupun rohani dari dunia sampai akhirat melalui kebenaran-
kebenaran yang bersiIat IilosoIis.
1.3 Etika, Moral dan Norma Kehidupan
Secara etimologis, etika dapat pula disamakan dengan moral.moral merasal dari
bahasa latinMOSyang berati adat kebiasaan. Secara etimologis, kata moral sama
dengan etika yaitu nilaia-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya didalam komunitas kehidupannya.
Hal senada disampaikan oleh Lawrence Konhberg(1927-1987), yang menyatakan
bahwa etika dekat dengan moral. Lawrence menyatakan bahwa pendidikan moral
merupakan integrasi sebagai ilmu seperti psikologi, sosiologi, antropologi budaya,
IilsaIat, ilmu pendidikan, bahkan ilmu politik. Hal-hal itu yang dijadikan dasar
membangun sebuah etika.
Lawrence konhberg juga mencatat 6 orientasi tahap perkembangan moral yang dekat
hubungannya
1. Orientasi pada hukuman, ganjaran, kekuatan Iisik dan material.
Nilai-nilai yang bersiIat kemanusiaan tidak di persoalkan pada orientasi ini. Orang
cenderung takut pad hukuman dibandingkan sekedar menjalakan mana yang baik atau
mana yang buruk.
2. Orientasi hidonistis hubungan manusia.
Orientasi ini melihat bahwa perbuatan benar adalah perbuatan yang memuaskan
individu dan atau kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dipandang seperti
hubungan Iormal di tempat umum, unsur kewajaran adalah timbal balik. Hal itu
terlihat pada adanya tanggapan seperti `fika anda merugikan saya, saya fuga bisa
merugikan anda`. Orientasi ini tak mempersoalkan kesetiaan, rasa terima kasih dan
keadilan sebagai latar belakang pelaksanaan etika.
3. Orientasi konIormitas
Orientasi ini sering disebut orientasi `anak manis` dimana seseorang cenderung
mempertahankan harapan kelompoknya, serta memperoleh persetujuan kelompoknya,
sedangkan moral adalah ikatan antar individu. Tingkah laku konIormitas dianggap
tingkah laku wajar dan baik.
4. Orientasi pada otoritas
Pada orientasi ini orang lebih cenderung melihat hukum, kewajiban untuk
mempertahankan tata tertib sosial, religius, dan lain-lain yang dianggap sebagai nilai
utama dalam kehidupan.
5. Orientasi kontrak sosial
Orientasi ini dilatarbelakangi adanya tekanan pada persamaan derajat dan hak
kewajiban timbal balik atas tatanan bersiIat demokratis. Kesadaran akan relativitas
nilai dan pendapat pribadi, pengutamaan pada prosedur dan upaya mencapai
kesepakatan konstitusional dan demokratis, kemudian diangkat sebagai moralitas
resmi kolompok tersebut.
6. Orientasi moral prinsip suara hati, individual, komprehensiI, dan universal.
Orientasi ini memberi nilai tertiggi pada hidup manusia, dimana persamaan derajat
dan martabat menjadi suatu hal pokok yang di pertimbangakan.
Beberapa ahli mebedakan etika dengan moralitas. Menurut Sony KeraI (1991)
moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup dengan baik sebagai
manusia. Nilai-nilai moral mengandung petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan,
perintah dan lain sebagainya yang terbentuk secara turun-temurun melalui suatu budaya
tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup dengan baik agar menjadi manusia yang
benar-benar baik.
Frans Magnis Suseno (1987) memiliki pernyataan yang sepaham dengan pernyataan
diatas, bahwa etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran, sedangkan yang
memberi manusia norma tentang bagaimana manusia harus hidup adalah moralitas. Etika
justru hanya melakukan reIleksi kritis atas norma dan ajaran moral tersebut. Sebagai
contoh moralitas langsung mengatakan kepada kita `inilah cara anda melakukan
sesuatu`., sedangkan etika justru akan mempersoalkan `mengapa untuk melakukan
sesuatu tersebut harus menggunakan cara itu?`.
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa etika dan moral dapat
digambarkan sebagai dua buah objek yang saling beririsan (intersection). Perhatikan
hubungan keduanya seperti diagram venn dibawah ini.

Gambar 1.2 hubungan etika dengan moral
Disatu kondisi, etika berbeda dengan moral. Etika merupakan reIleksi kritis dari nilai-
nilai moral, sedangkan dengan kondisi berbeda ia bisa sama dengan moral, yaitu nilai-
nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
laku didalam komunitas kehidupannya.
1.4 Pelanggaran Etika dan kaitannya dengan Hukum
Etika menjadi sebuah nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah laku di dalam kehidupan kelompok tersebut. Tentunya tidak
akan terlepas dari tindakan-tindakan tidak etis. Tindakan tidak etis yang di maksud disini
adalah tindakan yang melangar etika yang berlaku dalam lingkungan kehidupan tersebut.
Jam husada (2002) mencatat beberapa Iaktor berpengaruh pada keputusan atau
tindakan-tidakan tidak etis dalam sebuah perusahaan ,antara lain adalah:
a. Kebutuhan individu
Kebutuhan individu merupakan Iaktor utama penyebab terjadinya tindakan-tindakan
tidak etis.
b. Tidak ada pedoman
Tindakan tidak etis bisa saja muncul karena tidak adanya pedoman atau prosedur-
prosedur yang baku tentang bagaimana melakukan sesuatu.
c. Perilaku dan kebiasaan individu
Tindakan tidak etis bisa juga muncul karena perilaku dan kebiasaan individu, tanpa
memperhatikan Iaktorlingkungan dimana individu itu berada.
d. Lingkungan tidak etis
Kebiasaan tidak etis yang sebelumnya sudah ada dalam suatu lingkungan, dapat
mempengaruhi orang lain yang berada dalam lingkungan tersebut untuk melakukan
hal serupa. Lingkungan tidak etis ini terkait pada teori psikilogi sosial, dimana
anggota mencari konIormitas dengan lingkungan dan kepercayaan pada kelompok.
e. Perilaku atasan
Atasan yang terbiasa melakukan tindakan tidak etis, dapat mempengaruhi orang-orang
yang berada dalam lingkup pekerjaannya dalam melakukan hal serupa.
Etika juga tidak terlepas dari hukum urutan kebutuhan (needs thoery). Menurut
kerangka berpikir Maslow, yang paling pokok adalah pemenuhan kebutuhan jasmaniah
terlebih dahulu agar dapat melaksanakan urgensi kebutuhan ekstrim dan aktualisasi diri
sebagai proIesional.
Pendapat kontroIersial responden Kohlberg menunjukkan bahwa menipu, mencuri,
berbohong adalah tindakan etis apabila digunakan dalam kerangka untuk melanjutkan
hidup. Kendala yang mempengaruhi adalah di satu pihak kode etik tak mempersoalkan
urutan kebutuhan dalam penerapannya, namun dilain pihak kebutuhan jasmani tak pernah
dapat terpuaskan, dan dapat dikonversikan menjadi bentuk ekstrim lain yang mungkin
akan berpengaruh terhadap tindakan-tindakan yang melanggar etika.
Tindakan pelangaran terhadap etika seperti beberapa contoh diatas akan menimbulkan
beberapa jenis sangsi:
Sangsi sosial
Sangsi hukum

Gambar 1.3 hubungan etika, moral dan hukum
Gambar tersebut dapat diartikan bahwa pelanggaran etika dan moral bisa saja
menyentuh wilayah hukum dan akan mendapatkan sangsi hukum. Namun pada kondisi
lain, bisa saja pelanggaran etika hanya mendapatkan sangsi sosial dari masyarakat karena
pelanggran tersebut tidak menyentuh wilayah hukum positiI yang berlaku.
1.5 Berbagai Macam Etika yang Berkembang di Masyarakat
Jika etika dihubungkan dengan moral, kita akan berbicara tentang nilai dan norma
yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Dan jika dilihat berdasarkan nilai dan
norma yang terkandung didalamnya, etika dapat dikelompokkan dalam dua jenis;
Etika deskriptiI
Etika deskriptiI merupakan etika yang berbicara mengenai suatu Iakta, yaitu tentang
nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya
dalam kehidupan masyarakat.
Etika normatiI
Etika normatiI merupakan etika yang memberikan penilaian serta hibauan kepada
manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku.
Perbedaan etika deskriptiI dengan etika normatiI adalah bahwa etika deskriptiI
memberikan Iakta sebagai dasar utnuk mengambil keputusan tentang perilaku yang akan
dilakukan, sedangkan etika normatiI memberikan penilaian sekaligus memberikan norma
sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan di putuskan.
Sony kereI (1991) mencatat ada dua norma yang berkembang, yaitu norma umum dan
norma khusus. Norma umum merupakan norma yang memiliki siIat universal yang dapat
dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok, yaitu;
Norma sopan santun,
Norma hukum
Norma moral
Adapun norma khusus merupakan aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan atau
kehidupan dalam lingkup yang lebih sempit. Misalnya menyangkut aturan menjenguk
pasien di sebuah rumah sakit, aturan bermain dalam olahraga dan sebagainya.
Etika umum adalah etika tentang kondisi-kondisi dasar dan umum, bagaimana
manusia harus bertindak secara etis. Etika ini merupakan prinsip-prinsip moral dasar yang
menjadi pegangan manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya
suatu tindakan.
Adapun etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
kehidupan khusus. Penerapan dalam bidang khusus tersebut misalnya bagaimana
seseorang bertindak dalam bidang kehidupan tertentu yang dilatarbelakangi oleh kondisi
yang memungkinkan bagi manusia untuk bertindak secara etis. Hal itu dapat dilihat pada
etika untuk melakukan kegiatan olah raga, etika untuk melakukan kegiatan pemasaran
sebuah produk, dan lain sebagainya.

Gambar etika 1.4 Struktur Etika
1.6 Etika dan Teknilogi; Tantangan Masa Depan
Perkembangan teknologi yang terjadi dalam kehidupan manusia, seperti reIolusi yang
memberikan banyak perubahan pada cara berIikir manusia, baik dalam usaha pemecahan
masalah, perencanaan maupun dalam pengambilan keputusan. Para pakar ilmu kognitiI
telah menemukan bahwa ketika teknologi mengambil alih Iungsi-Iungsi mental manusia,
pada saat yang sama terjadi kerugian yang di akibatkan oleh hilangnya Iungsi-Iungsi
tersebut dari kerja mental manusia.
Perubahan yang terjadi pada cara berIikir manusia sebagai salah satu akibat
perkembangan teknologi tersebut, sedikit banyak akan berengaruh terhadap pelaksanaan
dan cara pandang manusia terhadap etika dan norma-norma dalam kehidupannya. Orang
yang biasanya berinteraksi secara Iisik, melakukan komunikasi secara langsung dengan
orang lain, karena perkembangan teknologi internet dan email maka interaksi tersebut
menjadi kurang.
Teknologi sebenarnya hanya alat yang digunakan manusia untuk menjawab tantangan
hidup. Jadi, Iaktor manusia dalam teknologi sangat penting. Ketika manusia membiarkan
dirinya dikuasai oleh teknologi maka manusia yang lain akan mengalahkannya.
Sebenarnya, teknologi dikembangkan untuk membantu manusia dalam melaksanakan
aktiIitasnya. Hal itu karena manusia memang memilki kterbatasan.
BAB II. ETIKA COMPUTER: SE1ARAH DAN PERKEMBANGANNYA
2.1 Sejarah Etika Computer
Sesuai awal penemuan teknologi computer di era 1940-an perkembangan etika
computer juga di mulai dari era tersebutdan secara bertahap berkembang menjadi sebuah
disiplin ilmu baru dimasa sekarang ini. Perkembangan tersebut akan dibagi menjadi
beberapa tahap seperti yang akan dibahas berikut ini.
2.1.1 Era 1940-1950-an
Munculnya etika kompuer sebagai sebuah bidang studydimulai dari pekerjaan
proIessor Norbert Wiener. Selama perang dunia II ( pada awal tahun 1940-an)
proIessor dari MIT ini mambantu mengembangkan suatu meriam anti pesawat yang
mampu menembak jatuh sebuah pesawat tempur yang melintas diatasnya.
Tantangan universal dari proyek tersebut menyebabkan Wiener dan beberapa
rekannya harus memperhatikan sisi lain dari perkembangan teknologi, yaitu etika.
Pada perkembangannya, penelitian di bidang etika dan teknologi tersebut akhirnya
menciptakan suatu bidang riset baru yang disebut Cybernetics atau The science oI
inIormation Ieedback systems. Konsep cybernetics tersebut dikombinasikan dengan
itu, membuat Wiener akhirnya menarik beberapa kesimpulan etis tentang
pemanIaatan teknologi yang sekarang dikenal dengan sebutan teknologi inIormasi
(TI).
Dalam konsep penelitiannya, wiener meramalkan terjadinya reIolusi social dan
konsekuensi etis dari perkembangan teknologi inIormasi. Di tahun 1948, di dalam
bukunya cybernetics; control and comunication in the animal and the machine, ia
mengatakan:
it has long been clear to me that the modern ultra-rapid computing machine was is
principle an ideal central nervous system to an apparatus for automatic control, and
that its input and output need not be in the form of numbers and diagrams. It might
very well be, respedtively, the readings of artificial sense organs, such as
photoelectric cells or thermometers, and the performance of motors or solenoids .
we are already in a position to construct artificial machines of almost any degree of
elaborateness of performance. Long before Nagasaki and the public awareness of the
atomic bomb, it had occurred to me that we were here in the presence of another
social pontentiality of anheard-of importance for good and for evil.`(byum, 2001).
Dalam buku tersebut dikatakan bahwa Wiener mengungkapkan bahwa mesin
komputasi modern pada prinsipnya merupakan system jaringan saraI yang juga
merupakan peranti kendali otomatis. Dalam pemanIaatan mesin tersebut, manusia
akan dihadapkan pada pengaruh social tentang arti penting teknologi tersebut yang
ternyata mampu memberikan 'kebaikan, sekaligus 'malapetaka.
Pada tahun 1950, Wiener menerbitkan sebuah buku yang monumental, berjudul
The Human Use of Human beings. Walaupun Wiener tidak menggunakan istilah
'etika computer dalam buku tersebeut, ia meletakkan suatu Iondasi menyeluruh
untuk analisa dan riset tenteng etika computer. Istilah etika computer sendiri akhirnya
umum digunakan lebih dari dua decade kemudian. Buku Wiener ini mencakup
beberapa bagian pokok tenteng hidup manusia, prinsip-perinsip hokum dan etika di
bidang computer. Bagian-bagin pokok dalam buku tersebut adalah sebagai berikut
(Bynum, 2001):
Tujuan hidup manusia
Empat prinsip-prinsip hokum
Metoe yang tepat untuk menerapkan etika
Diskusi tentang masalah-masalah pokok dalam etika komputer
Contoh topik diskusi tentang etika komputer
2.1.2 Era 1960-an
Pada pertengahan tahun 1960-an, Donn Parker dari SRI International Menlo Park
CaliIornia melakukan berbagai riset untuk menguji penggunaan komputer yang tidak
sah dan tidak sesuai dengan proIesionalisme di bidang komputer. Waktu itu Parker
menyampaikan suatu ungkapan yang menjadi titik tolak penelitiannya, yaitu:
that when people entered the computer center they leIt their ethics at the door.
(Fodor and Bynum, 1992) Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa ketika orang-
orang masuk pusat komputer, mereka meninggalkan etika mereka di ambang pintu.
Dalam perkembangannya, ia menerbitkan Rules oI Ethics in InIormation Processing
atau peraturan tentang etika dalam pegolahan inIormasi. Parker juga dikenal menjadi
pelopor kode etik proIesi bagi proIesonal di bidang komputer, yang ditandai dengan
usahanya pada tahun 1968 ketika ditunjuk untuk memimpin pengembangan Kode Etik
ProIesional yang pertama dilakukan untuk Association Ior Computing Machinery
(ACM).
2.1.3 Era 1970-an
Era ini dimulai ketika sepanjang tahun 1960, Joseph Wiezenbaum, ilmuan
komputer MIT di Bostom, menciptakan suatu program komputer yang disebut
ELIZA. Di dalam eksperimen pertamanya, ELIZA ia ciptakan sebagai tiruan dari
Psychoterapist Rogerian yang melakuakan wawancara dengan pasien yangg akan
diobatinya.
Perkembangan komputer era 1970-an juga diwarnai dengan karya Walter Manner
yang sudah mulai menggunakan istilah computer ethics untuk mengancu pada
bidang pemeriksaan yang berhadapan dengan permasakahan etis yang diciptakan oleh
pemakaian teknologi komputer waktu itu. Maner menawarkan suatu kursus
eksperimental atas materi pokok tersebut pada Old Dominion University in Virgina.
Sepanjang tahun 1970-an sampai pertengahan1980, Maner menghasilkan banyak
minat pada kursus tentang etika komputer setingkat universitas. Tahun 1978, ia juga
mempublikasikan sendiri karyanya Starter Kit in Computer Ethics, yang berisi
material kurikulum dan pedagogi untuk para pengajar universitas dalam
pengembangan pendidikan etika komputer.
2.1.4 Era 1980-an
Tahun 1980-an, sejumlah konsekuensi sosial dan teknologi inIormasi yang etis
menjadi isu publik di Amerika dan Eropa. Hal-hal yang sering dibahas adalah
computer-enabled crime atau kejahatan komputer, masalah-masalah yang disebabkan
karena kegagalan sistem komputer, invasi keleluasan pribadi melalui database
komputer dan perkara pengadilan mengenai pkepemilikan perangkat lunak. Pekerjaan
tokoh-tokoh etika komputer sebelumnyya seperti Parker, Weizenbaum, Maner dan
yang lain, akhirnya membawa etika komputer sebagai disiplin ilmu baru.
Pertenganhan 80-an, James Moor dari Dartmouth College menerbitkan artikel
menarik yang berjudul What Is computer Ethics? sebagai isu khusus pada jurnal
Metaphilosophy |Moor, 1985|. Deborah Johnson dari Rensselear Polytchnic Institut
menerbitkan buku teks Computer Ethics |Johnson, 1985|, sebagai teks pertama yang
digunakan lebih dari satu dekade dalam bidang itu.
2.1.5 Era 1990-an Sampai Sekarang
Sepanjang tahun 1990, berbagai pelatihan baru di universitas, pusat riset,
konIerensi, jurnal, buku teks dan artikel menunjukkan suatu keanekaragaman yang
luas tentang topik di bidang komputer.
Perkembangan yang cukup penting lainnya adalah kepeloporan simon regerson
dari De MontIort Univercity (UK), yang mendirikan centre computing and social
responsibility. Didalam pandangan regerson, ada kebutuhan dalam pertengahan tahun
1990 untuk sebuah generasi kedua yaitu tentang perkembangan etika komputer;
The mid-19990s has heralded the beginning of a second generation of computer
ethics. The time has come to build upon and elaborate the conceptual foundation
whilst, in parallel, developing the frameworks within which practical action can
occur, thus reducing the probability of unforeseen effect of information
technology application (rogerson, bynum, 1997)
2.1.6 Etika Komputer di Indonesia
Sebagai negara yang ridak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi
computer, Indonesia pun tidak mau ketinggalan dalam mengembangkan etika di
bidang tersebut. Etika di bidang computer berkembang menjadi kurikulum wajib yang
dilakukan oleh hampir semua perguruan tinggi di bidang computer di Indonesia.
1950-an Norbert wiener(ProIesor MIT)

1960-an Donn Perker (SRI International Menlo park CaliIornia)
1970-an J. weizenbaum Walter Maner
1980-an James Moor (Dartmouth college)
1990-an s/d
skrg
Donald Gotterbarn, Kieth Miller, simon Rogerson
dianne martin dll.
2.2 Beberapa Pandangan Dalam Cakupan Etika Komputer
Ketika memutuskan untuk mengunakan istilah etika komputer pada pertengah tahun
1970-an, wilter wener menggambarkan bidang tersebut sebagai bidang ilmu yang
menguji permasalahan etis yang menjengkelkan, yang di ciptakan oleh teknologi
komputer. Mener berpendapat bahwa beberapa permasalahan etis sebelumnya sudah
ada, diperburuk oleh munculnya komputer yang menimbulkan permasalhan baru sebagai
akibat penerapan teknologi inIormasi.
Sementara Deborah Jonhson (1985) dalam bukunya computer ethics, menggambarkan
bidang ini sebagai satu studi tentang cara yang di tempuh oleh komputer memiliki standar
moral baru, yang memaksa kita sebagai penggunanya untuk menerapkan norma-norma
baru pula di dalam dunia yang belum dipetakan. Jonhson merekomendasikan etika
terapan dengan pendekatan konsep dan prosedur penggunaan dari utilitarianisme dan
kantianisme. Namun, berbeda dengan maner, ia tidak percaya bahwa komputer
menciptakan permsalahan moral baru secara keseluruhan. Baginya, komputer memberi
sebuah new twist ke isu-isu etis sebelumnya yang telah ada.
James moor mendeIinisikan etika didalam artikelnya what is computer ethics yang
ditulis pada tahun 1985. dalam artikel tersebut, moor mengartikan etika computer sebagai
bidang ilmu yang tidak terikat secara khusus dengan teori ahli IilsaIat mana pun dan
kompatibel dengan pendekatan metodologis yang luas pada pemecahan masalah etis.
Secara lebih lanjut, moor mengatakan bahwa teknologi komputer itu sebenarnya
memiliki revolusioner kerena memiliki ` logically malleable`. Komputer disebut
logically malleable karena bisa melakukan aktiIitas apapun dalam membantu tugas
manusia.hal ini terjadi karena komputer bekerja menggunakan suatu logika pemrograman
tertentu yang bisa dibuat oleh programernya.
Menurut moor, revolusi komputer sedang terjadi dalam dua langkah. Langkah yang
pertama adalah ` pengenalan teknologi` dimana teknologi komputer dapat
dikembangkan dan disaring. Langkah yang kedua adalah ` penyebaran teknologi`
dimana teknologi mendapatkan integrasi kedalam aktivitas manusia sehari-hari dan ke
dalam institusi sosial, mengubah seluruh konsep pokok, seperti uang, pendidikan kerja
dan pemilihan yang adil.

Gambar 2.2 dua tahap revolusi komputer menurut moor
Cara moor menggambarkan bidang etika komputer sangat sugestiI dan kuat serta
berakar di dalam suatu pemahaman tentang bagaimana revolusi teknologi berproses.
Sekerang ini, pengertian yang diberikan moor adalah salah satu pengertian terbaik yang
ada menyangkut bidang etika komputer tersebut.
Pada tahun 1990, Donald Gotterbarn mempelopori suatu pendekatan yang berbeda
dalam melukiskan cakupan khusus bidang etika komputer. Dalam pandangan gotterbarn,
etika komputer harus di pandang sebagai suatu cabang etika proIesional, yang terkait
semata-mata dengan standar kode dan praktik yang dilakukan oleh para proIesional di
bidang komputasi.
2.3 Isu-Isu Pokok Etika Komputer
2.3.1 kejahatan komputer
Kejahatan komputer dapat diartikan sebagai ` kefahatan yang di timbulkan
karena penggunaan komputer secara ilegal (Andi Hamzah, 1989). Seiring
dengan perkembangan pesat teknologi komputer, kejahatan bidang ini pun terus
meningkat. Berbagai jenis kejahatan komputer yang terjadi mulai dari kategori
ringan seperti penyebaran virus, spam email, penyadapan trasmisi sampai pada
kejahatan-kejahatan kategori berat seperti misalnya carding (pencurian melalui
internet), DoS(Denial oI Service) atau melakukan serangan yang bertujuan untuk
melumpuhkan target sehingga ia tak dapat memberikan layanan lagi, dan
sebagainya.
2.3.2 Cyber ethics
Salah satu perkembangan pesat di bidang komputer adalah internet. Internet,
akronim dari interconnection networking, merupakan suatu jaringan yang
menghubungkan komputer di seluruh dunia tanpa dibatasi oleh jumlah unit
menjadi satu jaringan yang bisa saling mengakses. Dengan internet tersebut, stu
komputer dapat berkomunikasi secara langsung dengan komputer lain diberbagai
belahan dunia.
Perkembangan internet memunculkan peluang baru untuk membangun dan
memperbaiki pendidikan, bisnis, layanan pemerintahan, dan demokrasi.namun,
permasalahan baru muncul setelah terjadi interaksi universal di antara
pemakainya.
Permasalahan-permasalahan tersebut diatas, menuntut adanya aturan dan
prinsip dalam melakukan komunikasi via internet. Salah satu yang dikembangkan
adalah Netiket atau Nettiqutte, yang merupakan salah satu acuan dalam
berkomunikasi menggunakan internet.
2.3.3 E-commmerce
Secara umum E-commerce adalah sistem perdagangan yang menggunakan
mekanisme elektronik yang ada di jaringan internet. E-commerce merupakan
warna baru dalam dunia perdagangan, dimana kegiatan perdagangan tersebut
dilakukan secara elektronik dan online.
Dalam pelaksaan E-commerce menimbulkan beberapa isu menyangkut
berbagai aspek hukum perdagangan dalam penggunaan sistem yang terbentuk
secara online networking management tesebut. Beberapa masalah tersebut antara
lain menyangkut prinsip-prinsip yurisdiksi dalam transaksi, permasalahan kontrak
dalam transaksi elektronik, masalaha prlindungan konsumen, masalah pajak,
kasus-kasus pemalsuan tanda tangan digital, dan sebagainya.
Dengan berbagai permaslahan yang muncul menyangkut perdagangan via
internet tesebut, di perlukan acuan model hukum yang dapat digunakan sebagai
standar transaksi. Salah satu acuan international yang banyak dugunakan adalah
Uncitral model law om electronic commerce 1996.
2.3.4 Pelanggran Hak Atas Kekayaan Intelectual
Sebagai teknologi yang bekerja secara digital, computer memiliki siIat
keluwesan yang tinggi. Hal itu bahwa jika inIormasi berbentuk digital maka
secara mudah seseorang dapat menyalinnya sebagai untuk berbagi dengan orang
lain. SiIat itu di satu sisi menimbulkan banyak keuntungan, tetapi di satu sisi juga
menimbulkan permasalahan, terutama atas hak kekayaan intelektual.
Beberapa kasus pelanggaran hak atas kekayaan intelektual tersebut antara lain
adalah pembajakan perangkat lunak, softlifting(pemakaian lisensi melebihi
kapasitas penggunaan yang seharusnya), penjualan CDROM ilegal atau juga
penyewaan perangkat lunak ilegal.
2.3.5 Tanggung Jawab PriIesi
Seiring perkembangan teknologi pula, para peoIesional di bidang komputer
sudah melakukan spesialisasi bidang pengetahuan dan sering kali mempunyai
posisi yang tinggi dan terhormat dikalangan masyarakat. Oleh karena alasan
tersebut, mereka memiliki tanggung jawab yang tinggi, mencakup banyak hal dari
konsekuensi priIesi yang dijalaninya. Para proIesional menemukan diri mereka
dalam hubungannya dengan proIesionalnya dengan orang lain mencakup
pekekerjaan dengan pekerjaan, klien dengan proIesional, proIesional dengan
proIesional lain, serta masyarakat dengan proIesional.
Di indonesia, organisasi proIesi di bidang komputer yang didirikan sejak tahun
1974 yang benama IPKIN, juga sudah menetapkan kode etik yang disesuaikan
dengan kondisi perkembangan pemakain teknologi komputer di indonesia. Kode
etik proIesi tersebut menyangkut kewajiban pelaku proIesi tehadap ilmu
pengetahuan dan teknologi, kewajiban pelaku proIesi terhadap masyarakat,
kewajiban pelaku proIesi terhadap sesama pengemban proIesi ilmiah, serta
kawajiban pelaku proIesi terhadap sesama umat manusia dan lingkungan hidup.
Munculnya kode etik tersebut tentunya memberikan gambaran adanya
tanggung jawab yang tinggi bagi para pengemban proIesi bidang komputer untuk
menjalankan Iungsi dan tugasnya sebagai seorang proIesional dengan baik sesuai
garis-garis proIesionalisme yang di tetapkan.
BAB III PEKER1AAN, PROFESI DAN PEKER1AAN
3.1 Manusia dan Kebutuhannya
Sebagai mahluk yang istimewa, untuk melengkapi kehidupannya, manusia yang harus
bekerja keras dan berkarya. Karya tersebut dilakukan dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang ada dalam kehidupannya. abdullahvMuhammad (2001)
mengklariIikasikan kebutuhan manusia menjadi empat kelompok sebagai berikut;
1. kebutuhan ekonomi
2. kebutuhan psikis
3. kebutuhan biologis
4. kebutuhan manusia
kebutuhan ekonomi merupakan kebutuhan yang bersiIat material, baik harta maupun
benda yang diperlukan dalam kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Kebutuhan ini
misalnya sandang, pangan dan papan.
Kebutuhan psikis, merupakan kebutuhan yang bersiIat nonmaterial untuk kesehatan
dan ketenangan manusia, secara psikologi, bi.asa juga disebut kebutuhan rohani seperti
misalnya agama, pendidikan, hiburan dan lain-lain.
Kebutuhan biologis, merupakan untuk kelangsungan hidup manusia dari generasi ke
generasi. Kebutuhan ini sering disebut juga kebutuhan sekual yang diwujudkan dalam
prkawinan, membentuk keluarga dan lain sebagainya.
Kebutuhan pekerjaan, merupakan kebutuhan yang bersiIat praktis untuk mewujudkan
kebuthan-kebutuhan yang lain. Kebutuhan pekerjaan ini misalnya adalah proIesi,
perusahan lain sebagainya
3.2 Pekerjaan dan ProIesi
Pada hakikatnya, bekerja adalah kodrat manusia. Agama mengajarkan kepada kita
bahwa ketika Adam jatuh dalam dosa dan dibuang ke dunia maka saat itu juga manusia
di kodratkan harus memahami bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Sejak kecil pun
manusia sebenarnya sudah bekerja, meskipun tidak dalam konteks untuk memenuhi
kebutuhan ekonnomi dalam kehidupannya. Mereka berinteraksi dengan manusia lain dan
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam kehidupannya.
Thomas aquinas seperti yang dikutip oleh Sumaryono (1995) menyatakan bahwa
setiap wujud kerja mempunyai empat macam tujuan, yaitu;
a Memenuhi kebutuhan hidup.
Hasil dari melakukan pekerjaan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
kehidupan sehari-hari, baik kebuthan akan pangan, sandang, papan, maupun
kebutuhan yang lain.
b Mengurang tingkat pengangguran dan kriminalitas
Adanya lapangan pekerjaan akan mencegah terjadinya pengangguran, yang berarti
pula mencegah semakin merbaknya tindak kejahatan.
c Melayani sesama
Manusia dapat berbuat amal dan kebaikan bagi ke sesamanya dengan kelebihan dari
hasil pekerjaan yang dilakukannya. Manusia juga dapat melayani sesama melalui
pekerjaan yang dilakukannya.
d Mengontrol gaya hidup
Orang dapat mengontrol gaya hidupnya dengan melakukan suatu pekerjaan. Dengan
bekerja, orang akan mendapatkan suatu rutinitas kegiatan dalam kehidupannya
sehari-hari. Dengan rutinitas tersebut, tentunya orang akan mengatur, merencanakan
dan mengontrol kegiatan apa yang akan dilakukan dalam kehiduspannya.
ProIesi adalah suatu bentuk pekerjaan yang mengharuskan pelakunya harus memiliki
pengetahuan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan Iormal dan ketramilan tertentu
yang didapat melalui mengalaman kerja pad orang yang lebih dahulu menguasai
ketrampilan tersebut., dan terus memperbaharui ketrampilannya sesuai dengan
perkembangan teknologi.
Bulle seperti di kutip Gilley dan Eggland (1989) mendeIinisikan proIesi sebagai
bidang usaha manusia berdasarkan ilmu pengetahuan, dimana keahlian dan pengalaman
pelakunya diperlukan oleh masyarakat. DeIinisi ini meliputi 3 aspek, yaitu ilmu
pengetahuan tertentu, aplikasi kemmpuan /kecakapan, dan berkaitan dengan kepentingan
umum.
Dari beberapa uraian mengenai priIesi seperti diatas, dapat disimpulkan beberapa
catatan tentang proIesi sebagai berikut.
a. ProIesi merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan ketrampilan atau keahlian
khusus yang tidak didapatkan pada pekerjaan-pekerjaan pada umumnya.
b. ProIesi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sebagai sumber utama untuk
naIkah hidup dengan keterlibatan pribadi yang mendalam dalam menekuninya.
c. PriIesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pengemban priIesi tersebut untuk
terus memperbaharui ketrampilannya sesuai dengan perkembangan teknologi.
Kemudian, dari berbagai pengalaman tentang proIesi, tercatat dua hal tentang proIesi
khusus yang dibedakan dari proIesi-proIesi pada umumnya. Dua kategori yang dianggap
sebagai proIesi khusus tesebut adalah proIesi yang melibatkan hajat hidup orang banyak
dan proIesi yang merupakan proIesi luhur dan menekankan pengabdian. Catatan pokok
dari dua priIesi khusus tersebut adalah sebagi berikut;
a. pada proIesi tertentu yang melibatkan hajat hidup orang banyak, gelar
keproIesionlannya terssebut harus didapatkan oleh organisasi proIesional yang di akui
secara nasional maupun international, dan hanya kandidat yang lulus yang berhak
menyandang gelar proIesi ini dan melakukan untuk proIesi ini.
b. ProIesi luhur merupakan proIesi yang menekankan pengabdian dan pelayanan kepada
masyarakat. Sasaran utama proIesi ini adalah mengabdi melayani kepentingan
masyarakat, bukan semata-mata mencari naIkah hidup.
3.3 ProIesi dan ProIesional
Kembali menilik pada pengertian proIesi yang telah dibahas sebelumnya, sorang
pelaku proIesi harus lah memiliki siIat-siIat sebagai berikut:
a. Menguasai ilmu secara mendalam bidangnya
Di depan sudah dibahas bahwa sebuah proIesi akan mengandalkan suatu proIesional
agar dapat menjelankan tugasnya dengan baik. Seorang yang proIesional adalah
seseorang yang menguasai ilmu secara mendalam dibidangnya, tidak setengah-
setengah atau sekedar tahu saja sehingga benar-benar memehami hakikatnya
pekerjaan yang ditekuninya.
b. Mampu mengonversikan ilmu menjadi ketrampilan.
Seorang yang proIesional juga harus mampu mengonversikan ilmunya menjadi suatu
ketrampilan. Ketrampilan, artinya dapat melakukan praktik-praktik atau kegiatan-
kegiatan khusus sesuatu tugas dan pekerjaan dengan baik. Orang yang proIesional
adalah seorang tidak sekedar tahu banyak hal tentang sebuah teori, tetapi juga
mampu mengaplikasikan dalam kegiatan yang dilakukan.
c. Selalu menjujung tinggi etika dan integritas proIesi.
Biasanya pada setiap proIesi, khususnya proIesi luhur atau proIesi yang berkaitan
dengan hajat hidup orang banyak terhadap suatu aturan yang disebut kode etik
proIesi. Sebagai contoh adalah kode etik kedokteran, kode etik wartawan dan
sebagainya. Kode etik disebut merupakan aturan main dalam menjalankan sebuah
proIesi yang harus ditaati oleh semua anggota yang bersangkutan.
Selanjutnya, seorang yang proIesional adalah seseorang yang menjalankan proIesinya
secara benar dan melakukan menurut etika dan garis-garis proIesionalisme yang berlaku
pada proIesional tersebut. Untuk menjadi seorang proIesional, seseorang yang
melakukan pekerjaan dituntut untuk memiliki beberapa sikap sebagai berikut:
a. Komitmen Tinggi.
Seorang proIesional harus mempunyai komitmen yang kuat pada pekerjaan yang
sedang dilakukannya.
a. Tanggung Jawab Tinggi.
Seorang proIesinal juga harus bertanggungjawab penuh terhadap apa yang
dilakukanya ssendiri.
a. BerIikir Sistematis.
Seorang proIesional harus mampu berIikir sistematis tentang apa yang dilakukan dan
belajar dari pengalamannya.
a. Penguasaan Materi
Seorang proIesional harus menguasai secara mendalam bahan dan materi pekerjaan
yang sedang dilakukannya.
a. menjadi bagian masyarakat proIesional.
Seyogyanya seorang proIesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam
lingkungan proIesinya.
Titik penekanan dari proIesional adalah penguasaan ilmu tentang ilmu pengetahuan
atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapan. Meister(1997) mengemkakan
bahwa proIesionalisme bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen, tetapi
lebih merupakan sebuah sikap. Pengembangan proIesional pada seseorang teknisi bukan
hanya merujuk pada ketrampilan yang tinggi, melainkan juga tingkah laku yang sesuai
kriteria .
Selanjutnya, untuk meningkatkan nilai proIesionalisme suatu proIesi serta untuk
membentuk suatu standarisasi proIesi, biasanya dibentuk organisasi-organisasi proIesi.
Organisasi proIesi ini mengatur keanggotaan, membuat kebijakan etika proIesi yang
harus diikuti semua anggota, memberi sanksi bagi anggota yang melanggar etika proIesi,
dan membantu anggota untuk dapat terus memperbaharui pengetahuannya sesuai
perkembangan teknologi.
Beberapa organisasi proIesi telah berkembang di indonesia dengan harapan semakin
meningkatkan proIesionalisme para pelaku proIesi tersebut. Caranya, dengan
memberikan garis-garis atau pedoman proIesionalisme. Organisasi ini juga merupakan
bagian dari sebuah pengembangan proIesi dalam proses proIesionalisme untuk
mengembangkan proIesi ke arah status proIesional yang diakui oleh pemerintah dan
masyarakat pengguna jasa.
3.4 Mengukur ProIesionalisme
Seringkali kata proIesional ditambah dengan ` isme ` yang kemudian menjadi
proIesionalisme. Kata isme berarti paham. Ini berarti pula bahwa nilai-nilai proIesional
harus menjadi bagian dari jiwa seseorang yang mengemban sebuah proIesi. Selanjutnya,
muncul pertanyaan mengenai bagaimana mengukur proIesionalisme seseorang?
Sebelum mengukur proIesionalisme, harus dipahami terlebih dahulu bahwa
proIesionalisme diperoleh melalui suatu proses. Proses tersebut dikenal dengan istilah
57480857410843,. Proses proIesional atau proIesionalisasi adalah proses evolusi yang
mengunakan pendekatan orgaisasi dan sistematis untuk mengembangkan proIesi kearah
status proIesional.
Untuk mengukur sebuah proIesionalisme, tentunya perlu diketahui terlebih dahulu
standar proIesional. Secara teoritis menurut Gilley dan Enggland (1989), standar
proIesional dapat diketahui dengan empat perspektiI pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan berorientasi IilosoIis.
b. Pendekatan perkembbangan bertahap.
c. Pendekatan berorientasi karakteristik.
d. Pendekatan berorientasi non-tradisional.
Selanjutnya, akan dibahas empat perspektiI pendekatan tersebut seperti berikut di
bawah ini:
3.4.1 Pendekatan Orientasi FilosoIi
Pendekatan orientasi IilosoIi ini melihat tiga hal pokok yang dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat proIesionalisme sebagai berikut:
a. Pendekatan Lambang ProIesional
Lambang proIesional yang dimaksud antara lain seperti sertiIikat, lisensi, dan
akreditasi. SertiIikasi merupakan lambang bagi individu yang proIesional
dalam bidang tertentu. Misalnya, seseorang yang ahli dalam menjalankan
suatu program komputer tertentu berhasil melalui ujian lembaga sertiIikasi
tersebut sehingga akan mendapatkan sertiIikat berstandard internasional.
Adapun lisensi dan akreditasi merupakan lambang proIesional untuk produk
ataupuun institusi. Sebagai contoh, lembaga pendidikan yang telah dianggap
proIesional oleh umum adalah lembaga pendidikan yang telah memiliki status
terakreditasi, dan lain-lain. Akan tetapi, penggunaan lambang ini kurang
diminati karena berkaitan dengan aturan-aturan Iormal.
b. Pendekatan Sikap Individu
Pendekatan ini melihat bahwa layanan individu pemegang proIesi diakui oleh
umum dan bermanIaat bagi penggunanya. Sikap individu tersebut antara lain
adalah kebebasan personal, pelayanan umum, pengembangan sikap individual
dan aturan-aturan yang bersiIat pribadi. Orang akan melihat bahwa individu
yang proIesional adalh individu yang memberikan layanan yang memuaskan
dan bermanIaat bagi pengguna jasa proIesi tersebut.
c. Pendekatan lectic
Pendekatan ini meihat bahwa proses proIesional dianggap sebagai kesatuan
dari kemampuan, hasil kesepakatan dan standar tertentu. Hal ini berarti bahwa
pandangan individu tidak akan lebih baik dari pandangan kolektiI yang
disepakati bersama.
Pendekatan electic ini merupakan pendekatan yang menggunakan prosedur,
teknik, metode dan konsep dari berbagai sumber, sistem, dan pemikiran
akademis. Dengan kesatuan item-item tersebut di atas, masyarakat akan
melihat kualitas proIesionalisme yang dimiliki oleh seseorang individu
ataupun yang mewakili institusi.
3.4.2 Pendekatan Perkembangan Bertahap
Di bagian depan telah dijelaskan bahwa proses proIesionalisme adalah proses
evolusi yang menggunakan pendekatan organisasi dan sistematis untuk
mengembangkan proIesi kearah status proIesional. Orientasi perkembangan
menekankan pada enam langkah dalam proses berikut:
a. Berkumpulnya individu-individu yang memiliki minat yang sama
terhadap suatu proIesi.
b. Melakukan identiIikasi dan adopsi terhadap ilmu pengetahuan tertentu
untuk mendukung proIesi yang dijalaninya. Hal ini tentu saja
disesuaikan dengan latar belakang akademis para pelaku proIesi
tersebut.
c. Setelah individu-individu yang memiliki minat yang sama berkumpul,
selanjutnya para praktisi akan terorganisasi secara Iormla pada suatu
lembagayang diakui oleh pemerintah dan masyarakat sebagai sebuah
organisasi proIesi.
d. Membuat kesepakatan mengenai persyaratan proIesi berdasarkan
pengalaman atau kualiIikasi tertentu. Hal ini sesuai dengan hakikat
sebuah proIesi, yang mengharuskan pelakunya memiliki pengetahuan
tertentu yang diperoleh melalui pendidikan Iormal dan atau
ketrampilan tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja pada
orang yang terlebih dahulu menguasai ketrampilan tersebut.
e. Menentukan kode etik proIesi yang menjadi aturan main dalam
mmenjalankan sebuah proIesi yang harus ditaati oleh semua anggota
proIesi yang bersangkutan.
I. Revisi persyaratan berdasarkan kualiIikasi tertentu seperti syarat
akademis dan pengalaman melakukan pekerjaan di lapangan. Hal ini
berkembang sesuai tuntutan tingkat pelayanan yang diberikan kepada
para pengguana jasa proIesi tersebut.
3.4.3 Pendekatan Berorientasi Karakteristik
Orientasi ini melihat bahwa proses proIesional juga dapat ditinjau dari
karrakteristik proIesi/pekerjaan. Ada delapan karakteristik pengembangan proses
proIesional yang saling terkait, yaitu:
a. Kode etik proIesi yang merupakan aturan main dalam menjalankan
sebuah proIesi
b. Pengetahuan yang terorganisir yang mendukung pelaksanaan sebuah
proIesi.
c. Keahlian dan kompetensi yang bersiIat khusus.
d. Tingkat pendidikan minimal dari sebuah proIesi.
e. SertiIikasi keahlian yang harus dimiliki sebagai salah satu lambang
proIesional.
I. Proses tertentu sebelum memangku proIesiuntuk bisa memikul tugas dan
tanggung jawab dengan baik. Proses tersebut misalnya adalah riwayat
pekerjaan, pendidikan atau ujian yang dilakukan sebelum memangku
sebuah proIesi.
g. Adanya kesempatan untuk menyebarluaskan dan bertukar ide diantara
anggota.
h. Adanya tindakan disiplin dan batasan tertentu jika terjadi malapraktik
dan pelanggaran kode etik proIesi.
3.4.4 Pendekatan Orientasi Non-Tradisional
Pendekatan orientasi non-tradisional menyatakan bahwa seseorang
dengan bidang tertentu diharapkan mampu melihat dan merumuskan
karakteristik yang unik dan kebutuhan sebuah proIesi. Orientasi ini
memandang perlunya dilakukan identiIikasi elemen-elemen penting untuk
sebuah proIesi, misalnya standarisasi proIesi untuk menguji kelayakannya
dengan kebutuhan lapangan, sertiIikasi proIesional, dan sebagainya.
BAB VI PROFESI DI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI
4.1 Gambaran Umum Pekerjaan Di Bidang Teknologi InIormasi
Dengan posisi tenaga kerja di bidang teknologi inIormasi (TI) yang sangat bervariasi,
menyelesaikan skala bisnis dan kebutuhan pasar, maka sangat sulit mencari standardisasi
pekerjaan di bidang ini. Namun, setidaknya kita dapat mengkalsiIikasikan tenaga kerja di
bidang teknologi inIormasi tersebut berdasarkan jenis dan kualiIikasi pekerjaan yang
ditanganinya. Berikut adalah penggolongan pekerjaan di bidang teknologi inIormasi yang
berkembang belakangan ini.
Secara umum, pekerjaan di bidang teknologi inIormasi setidaknya terbagi dalam
empat kelompok sesuai bidangnya.
O elompok pertama, adalah mereka yang bergulat di dunia perangkat lunak (soItware),
baik mereka yang merancang sistem operasi, database mauppun sistem aplikasi. Pada
lingkungan kelompok ini, terdapat pekerjaan-pekerjaan seperti misalnya:
a. sistem analis, merupakan orang yang bertugas menganalisa sistem yang akan
diimplementasikan mulai dari menganalisa sistem yang ada, kelebihan dan
kekurangannya, sampai study kelayakan dan desain sistem yang akan
dikembangkan.
b. Programer, meruakan orang ynag bertugas mengimplementasikan rancangan
sistem analis, yaitu membuat program (baik aplikasi maupun sistem operasi)
sesuai sistem yang dianalisa sebelumnya.
c. Web dsigner, merupakan orang yang melakukan kegiatan perencanaan,
termasuk studi kelayakan, analisis dan desain terhadap suatu proyek
pembuatan apllikasi berbasis web.
d. Web programer, merupakan orang yang bertugas mengimplementasikan
rancangan web designer, yatiu membaut program berbasis web yang telah
dirancang sebelumnya.
e. Dan lain-lain.
O elompok kedua, adalah mereka yang bergelut di bidang perangkat keras ( hardware
). Pada lingkungan kelompok ini, terdapat pekerjaan-pekerjaan seperti:
a. Technical engineer, sering juga di sebut teknisi yaitu orang yang
berkecimpung dalam bidang teknik, baik mengenai pemeliharaan maupun
perbaikan perangkat sistem komputer.
b. Networking Engineer, adalah orang yang berkecimpung dalam bidang teknisi
jaringan komputer dari maintenance sampai pada troubleshooting-ya.
c. Dan lain-lain.
O elompok ketiga, adalah mereka yang berkecimpung dalam operasional sistem
inIormasi. Pada lingkungan kelompok ini terdapat pekerjaan-pekerjaan seperti:
a. EDP Operator, adalah orang yang bertugas mengoperasikan program-program
yang berhubungan dengan electronic data processing dalam lingkungan
sebuah perusahaan atau organisasi lainnya.
b. System Administrstor, merupakan orang bertugas melakukan administrasi
terhadap sistem, melakukan pemeliharaan sistem, memiliki kewenangan
mengatur hak akses terhadap sistem, serta hal-hal yang berhubungan dengan
pengaturan operasional sebuah sistem.
c. MIS Director, merupakan orang yang memiliki kewenangan paling tinggi
terhadap sebuah sistem inIormasi, melakukan manajemen terhadap sisten
tersebut secara keseluruhan baik perangkat keras, perangkat lunak maupun
sumber daya manusianya.
d. Dan lain-lain.
O elompok yang keempat, adalah mereka yang berkecimpung di pengembangan bisnis
teknologi inIormasi. Pada bagian ini, pekerjaan diidentiIikasikan oleh
pengelompokankerja di berbagai sektor di industri di teknologi inIormasi.
4.2 ProIesi Di Bidang TI Sebagai ProIesi
Julius hermawan (2003), mencatat dua karakteristik yang dimiliki ooleh soItware
engineer sehingga pekerjaan tersebut layak disebut sebuah proIesi. Dua karakteristik
tersebut adalah kompentensi dan adanya tanggung jawat pribadi.
Komponen yang di maksud yaitu suatu siIat yang selalu menuntut suatu proIesional
soItware engineer untuk memperdalam dan mempeebaharui pengetahuan dan
ketrampilannya sesuai ketentuan proIesinya. Seorang soItware engineer tidak boleh
berhenti belajar karena dunia soItware enginering terus berkembang dan berubah dengan
cepat. ProIesi soItware engineer tidak melekat seumur hidup, hanya sepanjang seseorang
terus mengikuti tuntunan proIesinya. Ini sesuai dengan etika proIesi yang berlaku umum
bahwa hanya proIesional yang berkompten yang berhak melakukan pekerjaan di
bidangnya.
Kedua adalah tanggung jawab pribadi. Yang di maksud yaitu kesadaran untuk
membebankan hasil pekerjaannya sebagai tanggung jawab pribadi. Seorang soItware
engineer harus mengenal kemampuan dirinya sehingga bisa mempertanggungjawakan
semua pekerjaan yang dilakukannya secara moral: selalu mengkomendasikan apa adanya,
melakukan pekerjaan yang menjadi bidang kompetensinya, dan memdahulukan
kepentingan umum.
Agar dapat melaksankan tugas dan tanggung jawabnya secara baik dan benar, seorang
soItware engineer perlu terus mengembangkan bidang ilmu dalam pegembangan
peranglakt lunak seperti misalnya:
a. Bidang ilmu metodologi pengembangan perangkat lunak
Bidang ilmu tersebut mencakup teknik analisa masalah, desain atau perancangan
sistem yang ada dan yang akan di bangun, serta implementasi pemrograman daru
disain manjadi perangkat lunak siap pakai.
b. Manajemen sumber daya
Bidang ilmu tentang bagaimana merencanakan, mengadakan, mengawasi, dan
mengoptimalkan pemanIaatan sumber daya untuk keperluan pengembangan
perangkat lunak yang dibangunnya.
c. Mengelola kolompok koerja
Merupakan bidang ilmu manajemen dan organisasi tentang bagaimana melakukan
sinergi antarkomponen dalam sebuah kelompok kerja untuk mencapai tujuan tertentu.
d. Komunikasi
Merupakan bidang ilmu yang mempelajari teknik komunikasi dan interaksi dengan
manusia lain.
Untuk itu sorang soItware engineer idealnya merupakan seseorang yang memiliki
pendidikan Iormat setingkat sarjana atau diploma dengan ilmu yang merupakan gabungan
dari bidang-bidang seperti:
a. Ilmu Komputer (Computer Science)
Menurut CSAB (Computing Science Accreditation Board, http://.csab.org) deIinisi
ilmu adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan komputer dan komputasi. Di
dalamnya terdeapat toeritika, ekspperimen, serta termasuk didalammnya hal-hal yang
berhubungan dengan:
OTeori-teori untuk memehami komputer device, program dan sistem
OEksperimen untuk pengembangan dan pengetesan konsep.
OMetode desain, algoritma, dan tool untuk merealisasikannya.
OMetode analisa untuk melakukan pembuktian bahwa realisasi sudah sesuai dengan
requeritment yang diminta.
a. Teknik Rekayasa (Engineering)
Ilmu tentang rekayasa adalah ilmu yang mempelajari analisa, rekayasa, spesiIikasi,
implementasi, dan validasi untuk menghasilkan produk (dalam hal ini perangkat
lunak) yang dugunakan untuk memecahkan masalah pada berbagai bidang. SoItware
engineering menitikberatkan teknik rekayasa tersebut dalam pendekatan/ metode
analisa pemecahan masalah.
a. Teknik Industri (industrial Engineering)
Teknik industri merupakan bidang ilmu teknik yang mem pelajari riset opersi,
perencanaan produksi, pengendalian kualitas, serta optimasi proses dan sumber daya
untuk mencapai keberhasilan proses industri.
a. Ilmu Manajemen
Illmu manajemen merupakan ilmu yang sangat dibutuhkan, terutama dalam
mengelola manusia dan kelompok kerja melakukan manajemen proyek.
a. Ilmu Sosial (Sosial Secience)
Ilmu sosila merupakn ilmu yang dibutuhkan dalam kerangka hubungan sosial dan
ditekankan pada masalah pendekatan manusia, interaksi dan komunikasi.
SoItware engineer sebagai sebuah proIesi tidak semata mengandalkan pengetahuan
dalam illmu komputer saja melainkan interdisipliner dari berbagai bidang ilmu yang
saling mengisi dan saling mendukung dalam menjalankan tugasnya.
4.3 Pekerjaan Di Bidang TI Standar Pemerintah
Mengingat pentingnya teknologi bagi pembangun bangsa maka pemerintahpun
merasa perlu membuat standarisasi pekerjaan dibidang teknologi inIormasi bagi
pegawainya. Pegawai negri sipil yang bekerja dibindang teknologi inIormasi, disebut
pranata komputer. Pranata komputer adalah pegawai negri sipil yang diberi tugas,
wewenang, tanggung jawab serta hak untuk membuat, merawat, dan mengembangkan
sistem, dan atau progampengolahan dengan komputer. Dibawah ini adalah beberapa
penjelasan tentang pranata komputer tersebut:
a. pengangkatan pejabat pranata komputer
Pengangkatan Pegawai Negri Sipil dalam Jabatan Pranata Komputer Ditatapkan oleh
Menteri, Jaksa Agung Pimpinan Kesekretarian Tertinggi/ Tinggi Negara, Pimpinan
Lembaga Pemerintah Nondepartemen dan Gubernur Daerah Tingkat I.
a. syarat-syarat jabatan pranata komputer
pegawai negri sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan pranata komputer
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Obekerja pada satuan organisasi instansi pemerintah dan bertugas pokok membuat,
memelihara dan mengembangkan sistem dan atau program pengolahan dengan
komputer.
OBerijazah serendah-rendahnya sarjana Muda/Diploma III atau yang sederajat.
OMemiliki pendidikan dan atau latihan dalam bidang komputer dan atau pengalaman
melakukan kegiatan di bidang komputer.
OMemilki pengetahuan dan atau pengalaman di bidang tertentu yang berhubungan
dengan bidang komputer.
OSetiap penilaian pelaksaan pekerjaan sekurang-kurangnya bernialai baik.
a. Jenjang dan pangkat Pranata komputer
Sesuai dengan tugas, tanggung jawab serta nilai-nilai proIesionalitas yang harus
dimilikinya, terdapat jejang dan pranata komputer seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 jenjang dan pangkat pranata komputer
No Jabatan Pranata Komputer Pangkat
Golongan/
Ruang
1 Asisten Pranata Komputer Madya Pengatur Muda Tingkat I II/b
2 Asisten Pranta Komputer Pengatur II/c
3 Ajun Pranta Komputer Muda Pengatur Tingkat I II/d
4 Ajun Pranata Komputer Madya Pranata Muda III/a
5 Ajun Pranata Komputer Pranata Muda Tingkat I III/b
6 Ahli Pranata Komuter Pratama Pranata III/c
7 Ahli Pranata Komputer Muda Pranata Tingkat I III/d
8 Ahli Pranata Komputer Muda
Madya
Pembina IV/a
9 Ahli Pranata Komputer Urama
Pratama
Pembina Tingkat I IV/b
10 Ahli Pranata Komputer Utama
Muda
Pembina Utama Muda IV/c
11 Ahli Pranata Komputer Utama
Maya
Pembina Utama IV/d
d. Pembebasan sementara pranata computer
Untuk tetap berada pada jalur proIesionalitasnya, pemerintah juga menetapkan
bahwa pranata computer harus dapat mengumpulkan angka kredit minimal. Angka
kredit minimal yang harus kau kumpulkan adalah:
OAsisten pranata computer madya sebanyak 20 angka kredit.
OAsisten pranata computer sebanyak 20 angka kredit.
OAjun pranata computer muda sebanyak 20 angka kredit.
OAjun pranata computer madya sebanyak 50 angka kredit.
OAjun pranata computer sebanyak 50 angka kredit.
OAhli pranata computer sebanyak 100 angka kredit.
OAhli pranata computer muda sebanyak 100 angka kredit.
OAhli pranaata computer madya sebanyak 150 angka kredit.
OAhli pranata computer utama pratama sebanyak 150 angka kredit.
OAhli pranata computer utama muda sebanyak 150 angka kredit.
Angka kredit minimal sebagai tersebut diatas harus terdiri dari sekurang-
kurangnya 70 angka kredit berasal dari penilaian unsur-unsur umum dan sekurang-
kurangnya 30 dari unsure penunjang.
Ahli pranata computer utama madya, dibebaskan sementara dari jabatan pranata
computer apabila dalam jangka waktu dua tahun sejak diangkat dalam jabatannya,
tidak dapat mengumpulkan sekurang-kurangnya 20 angka kredit yang berasal dari
kegiatan pembuatan system dan atau program pengolahan dengan computer,
perawatan dan pengembangan system dan atau pengembangan proIesi bidang
computer.
Pembebasan sementara dari jabatan pranata computer ditetapkan dengan
keputusan pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan pejabat pranata
kommputer atau pejabat lain yang ditunjuk olehnya.
e. Pemberhentian dari jabatan pranata computer.
Pejabat pranata computer diberhentikan dari jabatannya, apabila pejabat pranata
computer yang telah dibebaskan sementara dari jabatannnya sebagaimana dimaksud
dalam angka IX angka 2 huruI a, surat edaran bersama ini, tidak dapat mengumpulkan
angka kredit yang disyaratkan dalam waktu 3 tahun setelah pembebasan sementara.
Selain itu, pejabat pranata computer juga dapat di berhentikan dari jabatannya, apabila
pejabat pranata computer di jatuhi hukuman disiplin pegawai negri sipil berdasarkan
peratturan pemerintah nomor 30 tahun 1980 dengan tingkat hukuman disipplin beraat
yang telah mempunyai kekuatan hokum yang tetap.
4.4 Standarisasi ProIesi TI menurut SRIG-PS SEARCC
Adalagi jenis pengelompokan lain untuk pekerja dikalangan teknologi inIormasi.
Yang sering terjadi adalah pengklasiIikasian standarisasi proIesi di bidang teknologi
inIormasi menurut SRIG-PS SEARCC.
SEARCC ( South East Asia Regional Computer ConIideration). Merupakan suatu
Iorum/badan yang beranggotan himpunan proIessional IT. Yang terdiri dari 13 negara
SEARCC dibentuk pada Iebruari 1978 di singapura oleh 6 ikatan computer dari Negara-
negara tetangga seperti hongkong, Indonesia, Malaysia, Filipina, singapura dan Thailand.
Indonesia sebagai anggota SEARCC telah aktiI turut serta dalam berbagai kegiatan
yang dilaksanakan oleh SEARCC. Salah satunya adalah SRIG-PS (special regional interst
grup on proIessional standardization), yang mencoba merumuskan standarisasi pekerjaan
dalam dunia teknologi inIormasi.
SRIG-PS , seperti yang disampaikan I made wiryana (http://wiryana.pandu.org/SRIG-
PS) Salah satu wakil Indonesia dalam SEARCC merumuskan klasiIikasi job secara
regional yang merupakan suatu pendekatan kualitatiI untuk menjabarkan keahlian dan
pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu pada tinggkat
tertentu.
Model SEARCC untuk pembagian job dlam lingkungan TI merupakan model dua
dimensi yang mempertimbangkan jenis pekerjaan dan tingkat kahlian ataupun tingkat
pengetahuan yang dibutuhkan. Beberapa kriteria menjadi pertimbangan dalam
mengembangkan klasiIikasi job ini, yaitu :
a. Cross Country, cross enterprice applicability
Ini berarti bahwa job yang diidentiIikasi tersebut harus releIan dengan kondisi
region dan setiap Negara pada region tersebut, serta memiliki kesamaan
pemahaman atas Iungsi setiap pekerjaan.
b. Function oriented bukan title oriented
KlasiIikasi pekerjaan berorientasi pada Iugnsi, yang berarti bahwa gelar atau
title yang diberikan dapat saja berbeda, tetapi yang penting Iungsi yang
diberikan pada pekerjaan tersebut sama. Gelar atau title dapat berbeda pada
Negara yang berbeda.
c. Testable/ certiIiable
KlasiIikasi pekerjaan harus bersiIat testable, yaitu bahwa Iungsi yang
dideIinisikan dapat diukur atau diuji.
d. Applicable
Fungsi yang dideIinisikan harus dapat diterapkan pada mayoritas proIessional
TI pada region masing-masing.
ProIesi TI
Pendidikan dan Pelatiahn
Sistem Development
Specialist Support
Isntruktur dari Pendidikan TI non gelar
Project Manager
Specialist pada bidang tertentu
Sistem Analyst
Programmer
Gambar 4.1 model klasiIikasi yang direkomendasikan
(sumber http://wiryana.pandu.org/SRIG-PS)
Setiap jenis pekrjaan dari skema diatas masing-masing memiliki 3 tingkatan, yaitu :



1. supervised (terbimbing). Tingkatan awal dengan 0-2 tahun pengalaman,
membutuhkan pengawasan dan petunjuk dalam pelaksaan tugasnya.
2. moderately supervised ( madya ). Tugas kecil dapat dikerjakan oleh mereka, tetapi
tetap membutuhkan bimbingan untuk tugas yang lebih besar, 3-5 tahun
pengalaman.
3. independent/managing ( mandiri ). Memulai tugas, tidak membutuhkan bimbingan
dalam pelaksanaan tugas.

Gambar 4.2 pembagian job menurut model SRIG-PS SEARCC
(sumber http:// wiryana.pandu.org / SRIGPS)
Dari gambar 4.1 dan 4.2 diatas, dapat dilihat jenis pekerjaan dibidang TI yang
direkomendasikan SRIGPS-SEARCC antara lain meliputi :
a. programmer
merupakan bidang pekerjaan untuk melakukan pemrograman komputer terhadap suatu
sistem yang telah dirancang sebelumnya.
a. system analyst
merupakan bidang pekerjaan untuk melakukan analist dan desain terhadap sebuah sistem
sebelum dilakukan implementasi atau pemrograman lebih lanjut. Analisyst dan desain
merupaka kunci awal untuk keberhasilan sebuah proyek berbasis komputer. Jenis
pekerjaan ini juga memiliki 3 tingkatan seprti halnya pad programer
a. project manager
merupakan pekerjaan untuk malakukan manajeman terhapda proyek-proyek berbasis
sistem inIormasi. Level ini adalah level pengambil keputusan. Jenis pekerjaan ini juga
memiliki 3 tingkatan seprti halnya pad programer, tergantung pada kualiIikasi proyek
yang dikerjakannya.
a. Instructor
Berperan dalam malakukan bimbingan, pendidikan dan pengarahan baik terhadap anak
didik maupun pekerja level dibawahnya Jenis pekerjaan ini juga memiliki 3 tingkatan
seprti halnya pad programer
a. Specialis
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus. Berbeda dengan
pekerjaan-pekerjaan yang lain, pekerjaan ini hanya memilki satu level yaitu independent
(managing), dengan asumsi bahwa hanya orang dengan kulaiIikasi yang ahli dibidang
tersebut yang meiliki tingkat proIesi spesialis. Pekerjaan spesialis menurut model
SEARCC ini terdiri dari :
OData Communication
OData Base
OScurity
OQuality assurances
OIS Audit
OSystem SoItware Suppor
ODistributed system
OSystem integration
Dari berbagi jinis pekerjaan diatas ada pula kecenderungan untuk menyederhanakan
departemen TI dengan mengisi hanya beberapa posisi tetapi dengan tanggung jawab yang
mencakup banyak hal. Posisi programmer dan sistem analist ada dua dari beberapa posisi
terdepan yang banyak di cari oleh perusahaan-perusahaan.
Jika lulusan TI lebih mengincar bidang kerja yang sesuai dengan keahlianya yaitu
programmer dan sistem analist, mereka harus memprhatikan kualiIikasi utama yaitu
technical knowledge dan technical skill. Hal lain yang harus dipenuhi adalah analytichal
thingking dan erientasi kualitas yang tinggi, ketahanan kerja dalam jangka waktu yang
lama serta perhatian terhadap detail ( attention to detail ) yang juga tinggi. Disamping dua
posisi tersebut, posisi IT sales juga merupakan salah satu posisi yang banyak di cari
perusahaan. pada posisi sales, para proIesional dibidang TI tentunya memiliki kelebihan
dengan adanya penguasaan TI yang baik sebagai product Knowledge.

You might also like