You are on page 1of 4

DIARE

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun) terbesar
didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare. Diare sering
kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional Iakta
menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia setiap
tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu
penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita.

I.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mendapatkan gambaran epidemiologi, distribusi,
Irekuensi, determinan, isu dan program penanganan penyakit diare.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Pengertian
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya Irekuensi berak lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).
Jika ditilik deIinisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi Ieses (tinja)
lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali
sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti diketahui,
pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari dengan
konsistensi Ieses padat atau keras.

II.2. 1enis-jenis Diare
Diare Akut
Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru yang ditandai dengan
buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang Irekuensinya biasanya (3kali
atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare Rotavirus ini merupakan
virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak-
anak.
Diare Bermasalah
Merupakan yang disebabkan oleh inIeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, alergi
protein susu sapi. Penularan secara Iecal-oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang
dengan alat rumah tangga. Diarae ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari
kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti
munculnya tenesmus panas disertai hilangnya naIsu makan dan badan terasa lemah.
Diare Persisten
Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten adalah
keruskan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama dengan diare akut.
(Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI, Direktorat Jenderal PPM
dan PL tahun 2007)

II.3. Penyebab
Menurut Dr. Haikin Rachmat, MSc., penyebab diare dapat diklasiIikasikan menjadi enam
golongan:
1. InIeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3. Alergi.
4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5. ImunodeIisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.
6. Penyebab lain.
Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (PPML), Ditjen Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) Depkes yang sering ditemukan di
lapangan adalah diare yang disebabkan inIeksi dan keracunan. Setelah melalui pemeriksaan
laboratorium, sumber penularannya berasal dari makanan atau minuman yang tercemar virus.
Konkretnya, kasus diare berkaitan dengan masalah lingkungan dan perilaku. Perubahan dari
musim kemarau ke musim penghujan yang menimbulkan banjir, kurangnya sarana air bersih,
dan kondisi lingkungan yang kurang bersih menyebabkan meningkatnya kasus diare. Fakta
yang ada menunjukkan sebagian besar pasien ternyata tinggal di kawasan kurang bersih dan
tidak sehat.
Saat persediaan air bersih sangat terbatas, orang lantas menggunakan air sungai yang jelas-
jelas kotor oleh limbah. Bahkan menjadi tempat buang air besar. Jelas airnya tak bisa
digunakan. Jangan heran kalau kemudian penderita diare sangat banyak karena menggunakan
air yang sudah tercemar oleh kuman maupun zat kimia yang meracuni tubuh. Masalah
perilaku juga bisa menyebabkan seseorang mengalami diare. Misalnya, mengonsumsi
makanan atau minuman yang tidak bersih, sudah tercemar, dan mengandung bibit penyakit.
Jika daya tahan tubuh ternyata lemah, alhasil terjadilah diare.

II.4. Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinIeksi secara langsung, seperti:
- Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga
atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
- Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan
tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara
sampai beberapa hari.
- Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air yang benar.
- Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.

II.5. Tanda dan Gejala
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan Irekuensi 4kali atau lebih dalam sehari, yang
kadang disertai:
- Muntah
- Badan lesu atau lemah
- Panas
- Tidak naIsu makan
- Darah dan lendir dalam kotoran

II.6. Akibat
Diare yang berlangsung terus selama berhari-hari dapat membuat tubuh penderita mengalami
kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika dehidrasi yang dialami tergolong berat, misalnya
karena diarenya disertai muntah-muntah, risiko kematian dapat mengancam. Orang bisa
meninggal dalam beberapa jam setelah diare dan muntah yang terus-menerus. Dehidrasi akut
terjadi akibat penderita diare terlambat ditangani.

II.7. Pencegahan
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan
sehat.
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst
tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa
membawa makanan sendiri saat ke sekolah
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih
dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban
(juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak
terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.

II.8. Pertolongan Pertama
Bila sudah terlanjur terserang diare, upaya pertolongan pertama yang perlu segera dilakukan:
1. Minumkan cairan oralit sebanyak mungkin penderita mau dan dapat meminumnya. Tidak
usah sekaligus, sedikit demi sedikit asal sering lebih bagus dilakukan. Satu bungkus kecil
oralit dilarutkan ke dalam 1 gelas air masak (200 cc). Jika oralit tidak tersedia, buatlah larutan
gula garam. Ambil air masak satu gelas. Masukkan dua sendok teh gula pasir, dan seujung
sendok teh garam dapur. Aduk rata dan berikan kepada penderita sebanyak mungkin ia mau
minum.
2. Penderita sebaiknya diberikan makanan yang lunak dan tidak merangsang lambung, serta
makanan ekstra yang bergizi sesudah muntaber.
3. Penderita muntaber sebaiknya dibawa ke dokter apabila muntaber tidak berhenti dalam
sehari atau keadaannya parah, rasa haus yang berlebihan, tidak dapat minum atau makan,
demam tinggi, penderita lemas sekali serta terdapat darah dalam tinja.


BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Sekitar 80 kematian karena diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Diare merupakan
salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita, nomer 3 bagi bayi, serta nomor 5
bagi semua umur.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya Irekuensi berak lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).

III.2. Saran
Berdasarkan data-data diatas, maka dianggap perlu untuk membahas mengenai persoalan
penyakit diare sebagai penyumbang penyebab tertinggi kedua kematian anak, sehingga
semua pihak dapat mengupayakan strategi dalam rangka mengurangi kematian anak akibat
diare demi peningkatan kualitas anak.



DAFTAR PUSTAKA

http://www.medicastore.com/
Mansjoer, AriI dkk.2000.Kapita Selekta Edisi Jilid 4.Jakarta:Media Aescalapius FKUI
http://www.google.co.id/m/search?mrestrict-mobile&eosr-on&ct-fsh&q-Makalah+diare

You might also like