You are on page 1of 158

Laporan Praktikum Fisika Dasar II

1






MODUL 1
VOLTAMETER TEMBAGA

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum fisika dasar II Voltameter Tembaga ini adalah:
1. Mengamati perubahan salah satu bentuk perubahan energi , yaitu energi
listrik menjadi energi kimia
2. Memahami prinsip elektrolisis serta pemurnian logam dan peyepuhan
(electroplating)
3. Menentukan tara kimia listrik dari tembaga

1.2. ALAT DAN BAHAN
1. Voltameter tembaga yang terdiri dari:
a. Bejana
b. Keping tembaga Anoda
c. Keping tembaga Katoda
2. Larutan CuSO4
Sebagai elektrolit untuk penghantar listrik pada katoda
3. Sumber arus DC
Sebagai sumber tenaga atau sumber arus listrik
4. Amperemeter DC
Untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir
5. Stopwatch
Untuk mengukur waktu yang ditentukan pada saat percobaan
6. Tahanan geser pengatur Arus
Untuk menstabilkan arus listrik yang mengalir
7. Penghubung arus
8. Kabel-kabel penghubung
9. Neraca digital
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


3
Untuk mengukur berat plat katoda agar diketahui jumlah massa sebelum
dan sesudah diendapkan pada sel elektrolit larutan CuSO4.
10. Amplas
Untuk membersihkan plat katoda


Gambar 1.1. Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan
(larutan tembaga sulfat, lempeng tembaga, power supply, ampermeter, neraca
digital, stopwatch)

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ELEKTROKIMIA
Hukum kekekalan energi menyatakan baha energi tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan, melainkan dapat diubah dari bentuk yang satu ke bentuk
yang lain. Energi listrik dapat berubah bentuk menjadi energi gerak, energi
cahaya, energi panas, dan energi bunyi. Energi listrik merupakan hasil perubahan
energi yang lain, seperti dari energi matahari, energi gerak, energi potensial air,
energi kimia gas alam, dan energi uap. Salah satu bentuk perubahan energi yang
dibahas kali ini adalah perubahan energi kimia ke energi listrik, seperti pada
baterai yang disebut sel galvani/sel volta. Maupun sebaliknya, perubahan energi
listrik menjadi energi kimia seperti pada proses pemurnian logam yang disebut
sel elektrolisis. Baik sel galvani maupun sel elektrolisis kedanya merupakan
bagian dari elektrokimia. Elektrokimia itu sendiri adalah kajian mengenai proses
perubahan antara energi listrik dan energi kimia.
Sesuai dengan namanya, metode elektrokimia adalah metode yang
didasarkan pada reaksi redoks, yakni gabungan dari reaksi reduksi dan oksidasi,
yang berlangsung pada elektroda yang sama/berbeda dalam suatu sistim
elektrokimia. Sistem elektrokimia meliputi sel elektrokimia dan reaksi
elektrokimia. Sel elektrokimia yang menghasilkan listrik karena terjadinya reaksi
spontan di dalamnya di sebut sel galvani. Sedangkan sel elektrokimia di mana
reaksi tak-spontan terjadi di dalamnya di sebut sel elektrolisis. Peralatan dasar
dari sel elektrokimia adalah dua elektroda -umumnya konduktor logam- yang
dicelupkan ke dalam elektrolit konduktor ion (yang dapat berupa larutan
maupun cairan) dan sumber arus. Karena didasarkan pada reaksi redoks,
pereaksi utama yang berperan dalam metode ini adalah elektron yang di pasok
dari suatu sumber listrik. Sesuai dengan reaksi yang berlangsung, elektroda
dalam suatu sistem elektrokimia dapat dibedakan menjadi katoda, yakni
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


5
elektroda di mana reaksi reduksi (reaksi katodik) berlangsung dan anoda di mana
reaksi oksidasi (reaksi anodik) berlangsung.
Aplikasi metode elektrokimia untuk lingkungan dan laboratorium pada
umumnya didasarkan pada proses elektrolisis, yakni terjadinya reaksi kimia
dalam suatu sistem elektrokimia akibat pemberian arus listrik dari suatu sumber
luar. Proses ini merupakan kebalikan dari proses Galvani, di mana reaksi kimia
yang berlangsung dalam suatu sistem elektrokimia dimanfaatkan untuk
menghasilkan arus listrik, misalnya dalam sel bahan bakar (fuel-cell). Aplikasi
lainnya dari metode elektrokimia selain pemurnian logam dan elektroplating
adalah elektroanalitik, elektrokoagulasi, elektrokatalis, elektrodialisis
elektrorefining dan elektrolisis.

2.2. ELEKTROLISIS
Elektrolisis ialah proses penguraian elektrolit kepada unsur-unsurnya apabila
arus listrik searah mengalir melaluinya. Istilah elektrolisis diperkenalkan oleh
Michael Faraday [1791 - 1867]. 'Lisis' bermaksud memecah dalam bahasa Yunani.
Jadi, elektrolisis bermaksud pemecahan oleh arus elektrik. Proses Elektrolisis
adalah keadaan di mana apabila elektrolit mengkonduksikan listrik, perubahan
kimia berlaku dan elektrolit terurai kepada unsurnya di elektroda. Arus listrik
dapat dialirkan melalui elektrolit dengan menggunakan dua elektroda. Elektroda
yang disambungakan ke terminal positif yang dinamakan anoda, sedangkan
elektroda yang disambungkan ke terminal negatif dinamakan katoda.Semasa
elektrolisis berlaku, ion negatif akan bergerak ke anoda.Oleh itu ion ini dikenali
sebagai kation.Ion positif pula akan bergerak ke katoda yang mana ion ini
dikenali sebagai kation.
Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis
larutan. Pada proses elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan
anion pasti teroksidasi di anoda. Sebagai contoh, berikut ini adalah reaksi
elektrolisis lelehan garam NaCl (yang dikenal dengan istilah sel Downs) :
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


6
Katoda (-) : 2 Na
+
(l)
+ 2 e
-
> 2 Na
(s)
.. (1)
Anoda (+) : 2 Cl
-
(l)
Cl
2(g)
+ 2 e
-
.. (2)
Reaksi sel : 2 Na
+
(l)
+ 2 Cl
-
(l)
> 2 Na
(s)
+ Cl
2(g)
.. *(1) + (2)+
Reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium
di katoda dan gelembung gas Cl
2
di anoda. Pada katoda, terjadi persaingan
antara air dengan ion Na
+
. Dengan demikian, reaksi yang terjadi pada elektrolisis
larutan garam NaCl adalah sebagai berikut :
Katoda (-) : 2 H
2
O
(l)
+ 2 e
-
> H
2(g)
+ 2 OH
-
(aq)
.. (1)
Anoda (+) : 2 Cl
-
(aq)
> Cl
2(g)
+ 2 e
-
.. (2)
Reaksi sel : 2 H
2
O
(l)
+ 2 Cl
-
(aq)
> H
2(g)
+ Cl
2(g)
+ 2 OH
-
(aq)
. *(1) +
(2)]
Reaksi elektrolisis larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H
2
dan
ion OH
-
(basa) di katoda serta gelembung gas Cl
2
di anoda. Dengan demikian,
terlihat bahwa produk elektrolisis lelehan umumnya berbeda dengan produk
elektrolisis larutan.
2.3. HUKUM FARADAY
Michael Faraday (1791-1867) pada tahun 1833 mengemukakan hubungan
kuantitatif antara jumlah zat yang bereaksi di katoda adan anoda dengan muatan
listrik total yang melewati sel, yang dikenal dengan hukum Faraday.bunyi hukum
Faraday tersebut adalah:
- Hukum Faraday I : jumlah zat yang dihasilkan pada elektroda sebanding
dengan jumlah arus yang dialirkan pada zat tersebut
m = e . i . t / F m = z . i . t z = e / F
q = i . t m = z . q
m = Massa zat yang dihasilkan (gram)
e = Berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensi
i = Kuat arus listrik (amper)
t = Waktu (detik)
F = Tetapan Faraday (1 Faraday = 96500 coulumb)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


7
z = Tara kimia listrik, yaitu massa zat yang dipisahkan oleh muatan 1
coulomb selama proses elektrolisa satuan kg/coulomb
q = Jumlah muatan listrik yang melalui larutan
- Hukum Faraday II : jumlah zat-zat yang dihasilkan oleh arus yang sama
didalam beberapa sel yang berbeda sebanding dengan berat ekuivalen
zat-zat tersebut.
m1 : m2 = e1 : e2
m = massa zat (garam)
e = berat ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi

Faraday didefinisikan sebagai muatan (dalam Coulomb) mol elektron. Satu
Faraday equivalen dengan satu mol elektron. Demikian halnya, setengah Faraday
equivalen dengan setengah mol elektron. Sebagaimana yang telah kita ketahui,
setiap satu mol partikel mengandung 6,02 x 10
23

partikel. Sementara setiap
elektron mengemban muatan sebesar 1,6 x 10
-19
C. Dengan demikian :
1 Faraday = 1 mol elektron = 6,02 x 10
23
partikel elektron x 1,6 x 10
-19
C/partikel elektron 1 Faraday = 96320 C (sering dibulatkan menjadi 96500 C
untuk mempermudah perhitungan)
Salah satu aplikasi sel elektrolisis adalah pada proses yang disebut
penyepuhan. Dalam proses penyepuhan, logam yang lebih mahal dilapiskan
(diendapkan sebagai lapisan tipis) pada permukaan logam yang lebih murah
dengan cara elektrolisis. Baterai umumnya digunakan sebagai sumber listrik
selama proses penyepuhan berlangsung. Logam yang ingin disepuh berfungsi
sebagai katoda dan lempeng perak (logam pelapis) yang merupakan logam
penyepuh berfungsi sebagai anoda. Larutan elektrolit yang digunakan harus
mengandung ion logam yang sama dengan logam penyepuh (dalam hal ini, ion
perak)seperti perak nitrat (AgNO
3
). Pada proses elektrolisis, lempeng perak di
anoda akan teroksidasi dan larut menjadi ion perak. Ion perak tersebut kemudian
akan diendapkan sebagai lapisan tipis pada permukaan katoda. Metode ini relatif
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


8
mudah dan tanpa biaya yang mahal, sehingga banyak digunakan pada industri
perabot rumah tangga dan peralatan dapur.
Pemanfaatan lain dari elektrolisis adalah pada proses pemurnian logam.
Pemurnian logam pada prinsipnya menggunakan reaksi elektrolisis larutan
menggunakan elektroda yang tidak bereaksi. Seperti pemurnian logam tembaga,
logam kotor yang akan dilapisi bertindak sebagai anoda sedangkan logam murni
bertindak sebagai katoda. Kedua elektroda dicelupkan ke dalam larutan elektrolit
yang mengandung ion tembaga (CuSO
4
)yang mengandung asam. Sewaktu
tembaga dioksidasi dari anoda tak murni, tembaga ini memasuki larutan dan
bergerak ke katoda dan membentuk lapisan dalam bentuk yang lebih murni.
Pada percobaan Voltameter Tembaga ini, akan mencari ketetapan Faraday
dengan konsep elektrolisis. Hal ini erat kaitannya dengan ilmu kimia, dimana
akan banyak berhubungan dengan elektrokimia dan reaksi reaksinya.
Voltmeter adalah alat untuk mengukur besar tegangan listrik dalam suatu
rangkaian listrik. Rangkaian yang digunakan adalah suatu sistem elektrolisis
dengan cairan CuSO
4
. Dimana yang menjadi katoda dan anoda adalah adalah
tembaga. Reaksi yang terjadi adalah :

Gambar 1.2. Sel elektrolisis
CuSO
4
(aq) Cu
2+(
aq) + SO
4
2-
(aq)
Katoda [elektroda - : reduksi] : Cu
2+
(aq) + 2e
-
Cu(s)
Anoda [elektroda + : oksidasi]: Cu(s) Cu
2+
(aq) + 2e
-


Laporan Praktikum Fisika Dasar II


9
Pada larutan elektrolit yang ada kecenderungan sebagai konduksi listrik, jika
kedua elektrode dihubungkan dengan arus listrik searah (DC), maka ion-ion pada
larutan akan bergerak berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke
elektrode negatif, sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak kearah elektrode
positif. Pergerakan-pergerakan muatan ion dalam larutan akan membawa energi
listrik. Kondisi demikian ini disebut elektrolitik. Apabila ion-ion dalam larutan
terkontak dengan elektrode maka reaksi kimia akan terjadi. Pada katoda akan
mengalami reduksi dan pada anoda akan mengalami oksidasi.

Gambar 1.3. Rangkaian alat elektrolisis

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


10
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

1. Menggosok katoda dengan kertas amplas hingga bersih.
2. Mencuci katoda dengan air, membilas dengan alkohol, kemudian
mendiamkannya hingga kering.
3. Menimbang katoda dengan teliti menggunakan neraca teknis digital.
4. Membungkus katoda dengan kertas tissue bersih untuk menghidari kotoran.
5. Merangkai alat percobaan dengan menngunakan katoda sementara.
6. Menuangkan larutan CuSO4 ke dalam bejana.
7. Menjalankan arus dan mengatur R (hambatan geser) sehingga amperemeter
menunjukkan kuat arus sebesar 1,5 Ampere.
8. Memutuskan hubungan sumber arus dengan tidak merubah rangkaian alat.
9. Mengganti katoda sementara dengan katoda yang sebenarnya (yang telah
dibersihkan).
10. Mengatur luas permukaan katoda yang tercelup ke dalam larutan agar sama
dengan luas permukaan katoda sementara yang tercelup dalam larutan.
11. Menjalankan arus listrik selama 20 menit. Menjaga kuat arus yang mengalir
agar stabil
12. Memutuskan hubungan arus listrik setelah 20 menit.
13. Mengeringkan katoda, kemudian menimbangnya dengan teliti.
14. Mengulangi percobaan (langkah 1-13) untuk kuat arus sebesar 2 Ampere.
15. Mengembalikan larutan ke dalam botol semula dan membereskan alat.

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


11
BAB IV
HASIL DAN ANALISA

4.1. DATA DAN PENGAMATAN
No.
Kuat Arus
I (Ampere)
Waktu
t (menit)
Berat awal
Wa (gram)
Berat akhir
Wb (gram)
Endapan
WCu = Wb-Wa (gram)
1. 1.5 15 91.4 91.6 0,5
2. 2 15 107,0 107,6 0,6
Tabel 1.1. Data percobaan Voltameter Tembaga

4.2. PERHITUNGAN
4.2.1. Arus 1,5 Ampere
Diketahui:
W
Cu
= Berat Endapan Cu = 0,5 g
Ar
Cu
= 63,55
e = Berat ekivalen = Ar/Valensi = 63,55/2 = 31,755
1 mol F = 96.500 coulumb
I = Kuat arus = 1,5 Ampere
t = Waktu = 15 menit = 900 second
Ditanyakan: Tara kimia listrik Cu & Berat ideal endapan Cu
Jawab:
a. Tara kimia listrik Cu
Rumus : W
Cu
= z . I . t z = Tara kimia listrik
z = W
Cu
/ I . t

z = 0,5 g / 1,5 A x 900 s
z = 3,703.10
-4
g/coulomb

b. Berat ideal endapan Cu
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


12
Rumus : W
Cu
= e . I . t / F
W
Cu
= 31,755 x 1,5 A x 900 s / 96.500 coulomb
W
Cu
= 0,44 g

4.2.2. Arus 2 Ampere
Diketahui:
W
Cu
= Berat Endapan Cu = 0.6 g
Ar
Cu
= 63,55
e = Berat ekivalen = Ar/Valensi = 63,55/2 = 31,755
1 mol F = 96.500 coulumb
I = Kuat arus = 2 Ampere
t = Waktu = 15 menit = 900 second
Ditanyakan: Tara kimia listrik Cu & Berat ideal endapan Cu
Jawab:
a. Tara kimia listrik Cu
Rumus : W
Cu
= z . I . t z = Tara kimia listrik
z = W
Cu
/ I . t

z = 0,6 g / 2 A x 900 s
z = 3,333.10
-4
g/coulomb
b. Berat ideal endapan Cu
Rumus : W
Cu
= e . I . t / F
W
Cu
= 31,755 x 2 A x 900 s / 96.500 coulomb
W
Cu
= 0,59 g
4.2.3. Tara kimia listrik Cu Teoritis
Rumus : W
Cu
= z . I . t z = Tara kimia listrik
z = e

/ F

z = 31,755 g/ 96.500 coulomb
z = 3,291.10
-4
g/coulomb
4.2.4. Simpangan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


13

% SD =


x 100%

a. Tara kimia listrik
- Arus 1,5 A
%SD = [(3,291.10
-
4 - 3,703.10
-4
)/ 3,703.10
-4
] x 100%
= - 11,13 %
- Arus 2 A
%SD = [(3,291.10
-4
3,333.10
-4
)/ 3,333.10
-4
] x 100%
= - 1,26 %

b. Berat endapan Cu
- Arus 1,5 A
%SD = [(0,44) (0,50)/ 0,50] x 100%
= - 12 %
- Arus 2 A
%SD = [(0,59 0,60)/ 0,60] x 100%
= - 1,67 %

4.3. PEMBAHASAN
1. Hasil yang didapatkan dari percobaan belum sempurna. Melihat adanya
perbedaan antara nilai yang diperoleh dari percobaan dengan nilai
teoritis. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:
1.1 Kurang teliti dalam menimbang katoda. Pada saat penimbangan
katoda, neraca yang digunakan adalah neraca digital dengan
ketelitian 0,1 g. Sehingga berat yang diperoleh kurang teliti.
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


14
1.2 Pada saat penimbangan, kondisi katoda belum benar-benar kering,
sehingga berat katoda lebih besar dari yang sebenarnya.
1.3 Kesalahan alat amperemeter pada saat mengukur arus yang mengalir
pada sistem elektrolisis. Sehingga kuat arus yang mengalir tidak
sesuai dengan yang seharusnya atau yang ditunjukkan oleh
amperemeter.
2. Elektrolisis dapat berlangsung dengan arus listrik searah (DC). Karena arus
DC mempunyai polaritas yang selalu sama (tetap) yaitu positif (+) dan
negatif (-) dimana arus mengalir dari tegangan positif ke negatif. Sehingga
pergerakan-pergerakan muatan ion dalam sistem tetap. Artinya, ion-ion
positif akan bergerak ke negatif, sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak
ke arah positif. Berbeda dengan arus AC atau biasa disebut tegangan
bolak-balik mempunyai dua polaritas yang selalu berubah dari 14egative
ke positif dan sebaliknya, dimana perubahan tersebut terjadi 50 kali
dalam satu detik. Hal ini menyebabkan pergerakan-pergerakan muatan
ion dalam sistem tidak stabil. Katoda dapat bersifat negatif, namun
sewaktu-waktu dapat bersifat positif, begitu juga dengan anoda.
Akibatnya tidak akan terbentuk endapan Cu pada katoda, karena reaksi
yang terjadi berubah-ubah antara reduksi dan oksidasi.

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


15
BAB V
KESIMPULAN

1. Hasil yang didapat dari percobaan adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2. Hasil percobaan

2. Tara kimia listrik adalah massa zat yang dipisahkan oleh muatan 1 coulomb
selama proses elektrolisa satuan kg/coulomb atau g/coulomb
3. Kuat arus pada proses elektrolisis sebanding dengan massa zat yang
terendapkan. Semakin besar kuat arus yang mengalir, maka zat yang
terendapkan akan semakin banyak.
4. Elektrolisis adalah salah satu bentuk pemanfaatan perubahan energi. Pada
elektrolisis terjadi perubahan bentuk energi dari energi listrik menjadi energi
kimia.
5. Elektrolisis sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaanya
sangat luas terutama di dunia industri. Pemanfaatan elektrolisis diantaranya
untuk proses charging pada accu, pemurnian logam, penyepuhan logam
(electroplating), pembuatan bahan-bahan kimia dan juga untuk elektrosintesis
(sistesis zat-zat organik)




No.
Kuat Arus
(Ampere)
Tara kimia listrik Cu
(g/coulomb)
Berat endapan Cu
(g)
Teoritis Praktikum %SD Teoritis Praktikum %SD
1. 1,5
3,291.10
-4

3,703.10
-4

- 11,13 %
0,44 0,5 - 12 %
2. 2 3,333.10
-4
- 1,26 % 0,59 0,6 - 1,67 %
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


16
DAFTAR PUSTAKA

1. Halliday, Resnick. 1985. Fisika, Edisi III jilid II, Terjemahan Silaban dan
Sucipto. Jakarta: Erlangga
2. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/
oksidasi_dan_reduksi1/elektrolisis
3. http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_fisika/
elektrosintesis_metode_elektrokimia_untuk_memproduksi_senyawa_ki
mia
4. http://andykimia03.wordpress.com
5. http://ravimalekinth.files.wordpress.com
6. http://www.susilochem04.co.cc
7. http://www.fredi-36-a1.blogspot.com/2009/12/voltameter-tembaga

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


17
TUGAS PENDAHULUAN

1. Tuliskan reaksi yang terjadi, baik pada anoda meupun katoda selama
elektrolisis !
2. Hukum apakah yang berlaku pada peristiwa pengendapan di
elektrolisis? Jelaskan!
3. Tuliskan definisi tara kimia listrik !
4. Dapatkah elektrolisis berlangsung memakai arus bolak-balik ?
5. Jika kuat arus yang melalui voltameter diketahui dan berat tembaga
dapat ditimbang, maka berat atom dan/atau valensi endapan dapat
dihitung. Terangkan hal tersebut?
Jawaban :
1. CuSO
4
(aq) Cu
2+(
aq) + SO
4
2-
(aq)
Katoda [elektroda - : reduksi] : Cu
2+
(aq) + 2e
-
Cu(s)
Anoda [elektroda + : oksidasi]: Cu(s) Cu
2+
(aq) + 2e
-
2. Hukum yang berlaku pada saat elektrolisis ialah hukum Faraday. Michael
Faraday (1791-1867) pada tahun 1833 mengemukakan hubungan
kuantitatif antara jumlah zat yang bereaksi di katoda adan anoda dengan
muatan listrik total yang melewati sel, yang dikenal dengan hukum
Faraday.bunyi hukum Faraday tersebut adalah:
Hukum Faraday I : jumlah zat yang dihasilkan pada elektroda
sebanding dengan jumlah arus yang dialirkan pada zat tersebut
m = e . i . t / F m = z . i . t z = e / F
q = i . t m = z . q
m = Massa zat yang dihasilkan (gram)
e = Berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensi
i = Kuat arus listrik (amper)
t = Waktu (detik)
F = Tetapan Faraday (1 Faraday = 96500 coulumb)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


18
z = Tara kimia listrik, yaitu massa zat yang dipisahkan oleh muatan 1
coulomb selama proses elektrolisa satuan kg/coulomb
q = Jumlah muatan listrik yang melalui larutan
Hukum Faraday II : jumlah zat-zat yang dihasilkan oleh arus yang
sama didalam beberapa sel yang berbeda sebanding dengan berat
ekuivalen zat-zat tersebut.
m1 : m2 = e1 : e2
m = massa zat (garam)
e = berat ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi
3. Tara kimia listrik yaitu massa zat yang dipisahkan/diendapkan oleh
muatan 1 coulomb selama proses elektrolisa satuan kg/coulomb.
4. Elektrolisis dapat berlangsung dengan arus listrik searah (DC). Karena
arus DC mempunyai polaritas yang selalu sama (tetap) yaitu positif (+)
dan negatif (-) dimana arus mengalir dari tegangan positif ke negatif.
Sehingga pergerakan-pergerakan muatan ion dalam sistem tetap.
Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke negatif, sebaliknya ion-ion
negatif akan bergerak ke arah positif. Berbeda dengan arus AC atau biasa
disebut tegangan bolak-balik mempunyai dua polaritas yang selalu
berubah dari egative ke positif dan sebaliknya, dimana perubahan
tersebut terjadi 50 kali dalam satu detik. Hal ini menyebabkan
pergerakan-pergerakan muatan ion dalam sistem tidak stabil. Katoda
dapat bersifat negatif, namun sewaktu-waktu dapat bersifat positif,
begitu juga dengan anoda. Akibatnya tidak akan terbentuk endapan Cu
pada katoda, karena reaksi yang terjadi berubah-ubah antara reduksi
dan oksidasi.
5. Dengan Hukum Faraday I : jumlah zat yang dihasilkan pada elektroda
sebanding dengan jumlah arus yang dialirkan pada zat tersebut, kita
dapat menghitung berat ekivalen suatu zat dengan menurunkan rumus
nya
m = e . i . t / F menjadi e = m . F / i . t
m = Massa zat yang dihasilkan (gram)
e = Berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensi
i = Kuat arus listrik (amper)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


19
t = Waktu (detik)
F = Tetapan Faraday (1 Faraday = 96500 coulumb)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


20
TUGAS AKHIR

1. Jelaskan pengaruh kuat arus pada proses elektrolisis yang anda lakukan!
- Kuat arus pada proses elektrolisis sebanding dengan massa zat yang
terendapkan. Semakin besar kuat arus yang mengalir, maka zat yang
terendapkan akan semakin banyak. Sesuai dengan hukum Faraday I :
jumlah zat yang dihasilkan pada elektroda sebanding dengan jumlah arus
yang dialirkan pada zat tersebut




















Laporan Praktikum Fisika Dasar II


21







MODUL 2
RESONANSI LISTRIK






Laporan Praktikum Fisika Dasar II


22
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Tujuan
- Mengamati adanya gejala resonansi dalam rangkaian arus bolak-balik.
- Menentukan besar tahanan dan induksi dir dari indicator (kumparan
pemadaman)
1. 2 Alat alat
- Indikator (kumparan pemadam) Dan hambatan (R)
- Sumber tegangan (Transfomator /AC)
- Multimeter
- Bangku kapasitor
- Miliampermeter AC.
- Kabel-kabel penghubung.









Laporan Praktikum Fisika Dasar II


23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Induktansi
a. Induktanasi Bersama
Jika dua buah kumparan berdekatan dengan yang lain terjadi perubahan
arus padasalah satu kumparan yang akan mereduksi ggl pada kumparan
yang lain. Menurut hukumFaraday, ggl
2
yang diinduksi ke kumparan 2
sebanding dengan laju perubahan fluks yangmelewatinya. Karena fluks
sebanding dengan arus yang melewati kumparan 1,
2
harus sebanding
dengan laju perubahan arus pada kumparan
I
t
A | |
|
A
\ .
, sehingga:
1
2
I
M
t
c
A
=
A


dengan konstanta pembanding M yang disebut induktansi bersama.
Tanda minus dari hokum Lentz.


Perubahan arus pada salah satu kumparan akan menginduksi aruspada
kumparan yang lain



Laporan Praktikum Fisika Dasar II


24
Perubahan arus pada salah satu kumparan akan menginduksi arus pada
kumparan yang lain Jika melihat situasi kebalikannya, yaitu perubahan
arus di kumparan 2 menginduksi ggl pada kumparan 2, konstanta
pembandingnya, M, akan meiliki nilai yang sama, sehingga:
1
2
I
M
t
c
A
=
A


Satuan M adalah : *V.s/A+ = * s+ atau *henry = H+ contoh induktansi
bersama adalah transformator , dimana hubungan kedua kumparan
dimaksimalkan sehingga hampir seluruh garis fluks melewati kedua
kumparan.
b. Induktansi diri
Konsep induktansi juga berlaku pada kumparan tunggal yang terisolasi.
Jika arus berubah melewati suatu kumparan atau solenoida terjadi
perubahan flux magnetic di dalam kuparan, dan ini akan menginduksi ggl
pada arah yang berlawanan. Jika arus pada kumparan berkurang,
pengurangan flux akan menginduksi ggl dengan arah arus yang sama,
sehingga cenderung mempertakankan nilai kuat arus semula. Rumus ggl
induksi adalah sebagai berikut:


Dimana konstanta pembanding L disebut Induktansi diri, atau cukup
disebut Induktansi kumparan dengan satuan henry. Besarnya induktansi
bergantung geometri dan ada tidaknya inti besi.
Suatu rangkaian AC selalu mengandung Induktansi tetapi biasanya kecil
kecuali jika rangkaian tersebut menggunakan kumparan dengan jumlah
lilitan yang banyak. Sebuahkumparan yang mempunyai induktansi diri
disebut inductor atau kumparan penahan.Induktansi sangat bermanfaat
1
2
I
M
t
c
A
=
A
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


25
pada rangkain tertentu namun kadang-kadang dilakukanpencegahan
timbulnya induktansi. Induktansi dapat dikurangi dengan malilitkan
kawatberisolasi pada arah berlawanan sehingga arus yang mengalir pada
dua arah itu akan salingmengilangkan dan menghasilkan sedikit flux
magnet yang dinamakan kumparan noninduktif
2.2 Rangkaian AC dan Impedansi
a. Resistor
Jika sebuah sumber AC dihubungkan dengan resistor, arus akan menguat
dan melemah mengikuti ggl bolak balik sesuai hokum ohm. Katakana arus
dan tegangan sefase karena
Jika l = l
o
cos 2 f1 maka cos 2 1
o
v v f t =


b. Induktor
Jika inductor dihubungkan dengan sumber AC dapat mengabaikan
hambatan yang mungkin ada. Tegangan yang diberikan pada inductor
sama dengan ggl balik yang dibangkitkan dalam indicator oleh perubahan
arus, melalui rumus :
I
L
t
c
A
=
A

Hal ini disebakan jumlah ggl di dalam rangkaian tertutup harus bernilai
nol sesuai dengan hokum Kirchoff
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


26

Jadi : 0
I
V L
t
A
=
A
atau
'
I
V L
t
A
=
A

Sehingga pada inductor arus yang tertinggal 90
o
dari tegangan yang
setara dengan seperempatputaran). Karena arus dan tegangan berbeda
fase 90 maka secara rata-rata tidak ada energy yang ditranformasi di
dalam inductor dan tidak ada energi yang terbuang sebagai
panas.Ditemukan bahwa kuat arus di dalam inductor sebanding dengan
tegangan Acyang diberikanpada frekuensi tertentu, sehingga :
L
V IX =
X
L
dinamakan reaktansi induktif atau impedansi dari suatu inductor.
Biasanya istilah yang digunakan ialah reaktansi hanya untuk sesuatu
yang bersifat induktif dan impedansiuntuk menghitung jumlah
rintangan suatu kumparan. Dari kenyataan semakin besar nilai L semakin
kecil perubahan arus I dalam selang t tertentu. Karena itu I setiap saat
akan menjadi lebih kecil dari frekuensi yang digunakan.Reaktansi juga
bergantung frekuensi. Semakin besar frekuensi semakin cepat perubahan
fluxmagnet yang terjadi pada inductor dan semakin besar frekuensi
semakin besar reaktansi,sehingga:
2
L
X fL t =
c. Kapasitor
Jika sebuah kapasitor dihubungkan dengan sebuah baterai plat-plat
kapsitor segera mendapatkan muatan-muatan dalam jumlah yang sama
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


27
namun berlawanan dan tidak ada aliran arus konstan pada rangkaian.
Kapasitor mencegah terjadinya aliran arus DC. Tetapijika sebuah
kapasitor dihubungkan dengan tegangan AC arus bolak-balik akan
mengalir secara continue. Karena ketika tegangan AC dihidupkan muatan
mulai mengalir sehinggapada salah satu plat terkumpul muatan negatif
dan plat lain terkumpul muatan positif. Ketikategangan berbalik muatan
mengalir dengan arah berlawanan. Jadi jika digunakan teganganbolak-
balik timbul arus AC pada rangkaian secara continue
Pada kapasitor arus mendahului tegangan sebesar 90
o
. Karena
arus dan teganganberbeda fase daya rata-rata yang terbuang adalah 0
seperti dalam inductor. Energi dalamsumber diberikan kepada kapasitor
dan energi disimpan dalam bentuk medan listrika antar plat. Ketika
medan berkurang energi kembali ke sumbernya jadi pada rangkaian AC
hanyaresistor yang menghamburkan energi. Hubungan antara tegangan
dan arus dalam kapasitor sebagai berikut :
1
2
c
X
fC t
=
Dengan X
c
adalah reaktansi kapasitif atau impedansi kapasitor.
Persamaan iniberlaku untuk nilai rms atau nilai puncak dari tegangan,
tidak berlaku untuk waktu sesaatkarena I dan F berbeda fase. X
c

bergantung pada kapasitas C dan frekuensi. Semakin besar kapasitas
semakin banyak muatan yang bisa ditampung sehingga semakin kecil
perlambatanyang terjadi dalam arus bolak balik. Jika frekuensi membesar
semakin sedikit waktu yangdiperlukan untuk mengisi muatan plat pada
setiap siklus dan menambah aliran arus



Laporan Praktikum Fisika Dasar II


28
2.3 Resonansi Pada Rangkaian AC
Resonansi pada rangkaian AC merupakan keadaan dimana reaktansi induktif
dan reaktansi kapasitif memiliki nilai yang sama satu sama lain (XL = XC ).
Ketika rangkaian AC dalam keadaan resonansi maka reaktansi akan sama
dengan 0 (Nol), (X = XL - XC = 0). Frekuensi resonansi (Fr) merupakan
frekuensi dimana keadaan resonansi tercapai, dimana phasa tegangan AC
dan arus AC berbeda 90 satu sama lain. Arus rms di dalam rangkaian seri
RLC dapat dihitung sebagai:
max max
max 2
2
1
2
2
V V
I
Z
R fL
fC
t
t
= =
| |
+
|
\ .

Karena impedansi inductor dan kapasitor tergantung pada frekuensi
sumber, maka arus padarangkaian RLC juga bergantung frekuensi.
Arus akan maksimum jika
1 1 1
2 0
2 2
fL f
fL LC
t
t t
= = (frekuensi
resonansi)
Pada frekuensi resonansi tersebut, X
c
= X
L
, sehingga impedansinya adalah
resistif murni,dan 1cos = . Jika R sangat kecil rangkaian LC. Energi di
dalam rangkaian LC berosilasi pada frekuensiresonansi, dan sebagian kecil
energi akan terbuang di R.Resonansi listrik digunakan pada banyak
peralatan elektronika. Radio dan TV, misalnyamenggunakan rangkaian
resonansi untuk mencari stasiun. Banyak frekuensi yang masuk melalui
antenna, tetapi kuat arus yang signifikan hanya terjadi untuk gelombang
yangfrekuensinya sama atau mendekati frekuensi resonansi. L atau C
dibuat variabel, sehinggadapat dilakukan pencarian stasiun yang berbeda
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


29


- Resonansi Seri

Gambar diatas menunjukan sebuah rangkaian listeik dengan arus bolak
balik dengan susunan seri yang terdiri dari T sebuah tegangan arus bolak-
balik, bangku kapasitor ( C ), Indikator (L), dan hambatan (R) dan juga
sebuah miliampermeter (mA). Jika E adalah besarnya tegangan efektif
dan besarnya frekuensi sudut dari sumber tegangan arus bolak balik,
maka besarnya arus efektif ( I ) yang mengalir melalui rangkaian tersebut
adalah :
2 2
( )
L C
E
I
R X X
=
+
(1)
Dimana : R = besarnya tahanan (ohm)
L = besarnya induktansi diri dari indicator (henry)
C = besarnya kapasitas dari kapasitor (farad)
I = kuat arus (ampere)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


30
E = Tegangan (volt)
= frekuensi sudut radian per detik)
Jika nilai C diubah-ubah besarnya, maka akan terdapat harga I yang
mencapai harga maksiumu. Harga aruss maksimum itu mencapai pada
saat harga :
2
1
C
L e
= (2)
Dan besar kuat arus :
m
I
ax
E
R
= (3)
Rangkaian listrik dimana I mencapai maksimum dan harga
2
1
C
L e
=
disebut : dalam keadaan resonansi seri. resonansi seri merupakan
kombinasi rangkaian induktor dan kapasitor yang disusun secara seri.

Impedansi Total :
1
tot
Z R j L
C
e
e
| |
= +
|
\ .

Saat Resonansi
1 1
0 L L
C C
e e
e =
= =
2
1
LC
e =
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


31
1 1
2
o
f
LC t
=
Pada saat resonansi impedansi Z minimum, sehingga arusnya
maksimum
- Resonansi Paralel

gambar rangkaian listrik dengan hubungan paralael
gambar diatas menunjukan sebuah rangkaian arus bolak balik dengan
susunan parallel dengan indicator (termasuk hambatannya) dengan
kapasitor kemudian disusun seri dengan miliampermeter ke sumber
tegangan arus bolak balik. Jika E tegangan maka kuat arus efektifnya
adalah :
2 2
2 2 2
1 2 2
I
E C LC
R L
e e
e
+
=
+
(4)
jika C diubah-ubah besarnya, maka akan terdapat harga I yang mencapai
harga minimum. Harga arus yang minimum itu tercapai pada saat harga :
2
2
1
C
R
L
L
e
=
| |
+
|
\ .
(5)


Laporan Praktikum Fisika Dasar II


32
dan besar kuat arus :
m 2 2 2
I
in
ER
R L e
=
+

seperti halnya pada rangkaian seri, maka pada saat arus mencapai harga
minimum,maka rangkaian disebut : dalam keadaan resonansi parallel.
Resonansi paralel terjadi saat Y minimum sehingga I maksimum
Pengamatan sifat resonansi pada arus, tidak dapat dilakukan langsung
dengan osiloskop, gunakan resistor




















Laporan Praktikum Fisika Dasar II


33
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

1. Mengukur dengan multimeter hambatan dari indicator.
2. Menyusun rangkaian seperti hubungan seri yang sebelumnya telah
dilaporakn kepada asisten dengan jala jala PLN.
3. Mengamati dan mencatat kuat arus I untuk beberapa harga C dimulai dari
nol sampai C terbesar.
4. Mengamati suatu harga I tertentu, amatilah tegangan bolak balik tiap
komponen dan tegangan output (keluaran) transformator.
5. Menyusun gambar rangkaian seperti hubungan parallel. Mengulangi
dengan cara jalannya percobaan No. 1 s/d 4.
6. Mengamati dan mencatat kuat arus I untuk beberapa harga C dimulai dari
nol sampai C terbesar












Laporan Praktikum Fisika Dasar II


34
BAB IV
HASIL DAN ANALISA

Sumber Tegangan : 6 Volt
Hambatan :2 ohm
Induktif : 2 Ohm
1. Hubungan Seri
No. Kapasitor (C)
f
Kuat Arus (I) mA
1 1 0
2 3,2 5
3 6,5 10
4 11,2 20
5 21,2 60
6 43,2 130
7 76,2 230

2. Hubungan Paralel
No. Kapasitor (C)
f
Kuat Arus (I) mA
1 1 185
2 3,2 180
3 6,5 180
4 11,2 175
5 21,2 160
6 43,2 145
7 76,2 175




Laporan Praktikum Fisika Dasar II


35
IV. 2 Perhitungan.
- Induktansi (L) dari Induktor Seri
( )
2 2
1 1
2
L
w C
f C t
= =

( )
2
6
1
2 3,14 50 .76, 2 10 x x x

= = 0,1331

- Induktansi (L) dari Induktor Paralel
( )
2 2
1 1
2
L
w C
f C t
= =
=
( )
2
6
1
2 3,14 50 .43, 2 10 x x x

= 0,2348

IV.3 Pembahasan
- Arus yang digunakan dalam praktikum resonansi listrik ini
menggunakan arus AC (Alternating Current) karena daya yang
disalurkan lebih besar dan konstan.
- Jika dilihat pada rangkaian seri, didapatkan data apabila harga-harga C
(kapasitor) semakin besar maka I (kuat arus) juga semakin besar. Jadi
kapasitor dalam rangkaian seri berbanding lurus dengan kuat arus.
Sedangkan pada rangkaian paralel, apabila harga harga C (kapasitor)
semakin besar, I (kuat arus) semakin kecil hal ini menandakan bahwa
dalam rangkaian parallel kapasitor berbanding terbalik dengan kuat
arus.
- Frekuensi sudut () pada rangkaian seri maupun paralel berbanding
terbalik dengan kapasitor maka frekuensi sudut () semakin kecil.

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


36
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum Resonansi Listrik kemaren dapat diambil kesimpulan
bahwa hubungan antara hambatan (R) dengan induktor (L) berbanding lurus
dengan kapasitor , dan berbanding terbalik dengan tegangan (E).Sedangkan
kuat arus (I) berbanding lurus dengan tegangan (E),hal ini dapat di terangkan
bahwa semakin besar kapasitor, inductor, maupun hambatan maka tegangan
akan semakin kecil.

















Laporan Praktikum Fisika Dasar II


37
DAFTAR PUSTAKA

Tim Fisika Dasar. 2010. Penuntun Praktikum Fisika Dasar II. Cimahi, Bandung :UNJANI.
http://lfd.comlabs.itb.ac.id/artikel/modul_interaktif/modul_2_g/tugas_lab.html
www.anakunhas.com/topik/materi+resonansi+listrik.html
teknikelectronika.blogspot.com//gambar-rangkaian-seri-dan-paralel

























Laporan Praktikum Fisika Dasar II


38
TUGAS PENDAHULUAN

1. Turunkan rumus (1) dengan pertolongan diagram vector beda tegangan
pada L, C dan R yang dihubungkN secara seri
2. Turunkan rumus 2 dan 3 dari persamaan 1
3. Jika pada hubungan seri, harga C besar sekali, bagaimanakah harga kuat
arus I? bagaimana pula untuk rangkaia parallel
4. Jika harga C = 0, bagaimana harga I pada rangkaian seri dan bagaimana
pula pada rangkaian parallel?
5. Turunkan rumus 4 dengan pertolongan diagram vector kaut arus untuk
rangkaian parale dan beda potensialnya untuk rangkaian seri R,C,L
6. Turunkan rumus (5) dan (6) dari rumus (4)

Jawaban
1. Rumus (1)
( )
2
2
l C
E
I
R X X
=
+

( )
2
2
2
l C
E
I
R X X
=
+

( )
2
2
2
2 l C
E
R X X
I
+ =
( )
2
2
2
2 l C
E
X X R
I
=
2
2
2 l C
E
X X R
I
=
2
2
2 l c
E
X R X
I
= +
2. Turunkan rumus (2) dan (3) dari persamaan (1)
( )
2
2
l c
E
I
R X X
=
+

( )
2
2
2
l c
E
I
R X X
=
+
dianggap X
l
= X
c
misal X
l
= 1, X
c
= 1
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


39
( )
2
2
2
2
1 1
E
I
R
=
+

2
2
2
E
I
R
=
E
I
R
= rumus (3)

3. Hubungan seri
2
I
C
W L
=
Harga C berbanding lurus dengan harga I, maka jika harga C semakin
besar, harga I pun menjadi besar.

- Hubungan parallel
2
2
I
C
R
W L
L
=
(
+
(


Harga c berbanding lurus dengan harga I, maka jika harga C semakin
besar, harga I pun menjadi besar.
4. Hubungan seri
2
I
C
W L
= harga C = 0
2
( ). I W L C =
2
( ).0 I W L =
0 I =
- Hubungan Paralel
2
2
I
C
R
W L
L
=
(
+
(

dengan harga C=0
2
2
.
R
I W L C
L
| | (
= +
|
(
\ .

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


40
( )
2
2
. .
R
I W L C C
L
| | (
= +
|
(
\ .

( )
2
2
.0 .0
R
I W L
L
| | (
= +
|
(
\ .

0 0 I = +
0 I =
5. Rumus 4
2 2 2
2 2 2
1 2 E W C W LC
I
R W L
+
=
+

( )
2 2 2
2
4 4 4
1 2 E W C W LC
I
R W L
+
=
+

( ) ( )
2 2 2 2 2 4 4 4
1 2 E W C W LC I R W L + = + +
( ) ( )
2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 4
2 E W C E E W LC I R I W L + = +
( )
2 2 2 2 4 2 4 4 2 2 2
2 E W C I R I W L E E W LC = +
( )
2 4 2 4 4 2 2 2
2
2 2
2 I R I W L E E W LC
E
W C
+
=











Laporan Praktikum Fisika Dasar II


41
TUGAS AKHIR

1. Hitunglah besar hambatan searah dari inductor?
2. Pada tiap2 pengukuran selalu terjadi penurunan tegangan. Terangkan
bagaimana ini bisa terjadi?
3. Buatlah grafik antara kuat arus I terhadap kapasitor C untuk Rangkaian
Seri
4. Buatlah grafik antara kuat arus I terhadap kapasitor C untuk rangkaian
parallel
5. Berdasarkan grafik-grafik diatas, tentukanlah harga-harga C resonansi dan
I resonansi
Jawaban
1. Seri
2 . .
l
X f L t =
2.3,14.50.01331
l
X =
41, 7934
l
X =
- Paralel
2 . .
l
X f L t =
2.3,14.50.2348
l
X =
73, 7272
l
X =
2. Penurunan tegangan disebabkan oleh induksi dan tegangan pada
kapasitor. Semakin besar kapasitor maka tegangan semakin kecil atau
menurun.
3. Grafik terlampirkan
4. Grafik terlampirkan
5 Berdasarkan grafik diatasSeri
Seri
Harga C = 175.2 F
Harga I = 230 A

Paralel
Harga C = 53.2 F
Harga I =145 A

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


42








MODUL 3
SPEKTROMETER SEDERHANA
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


43
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. TUJUAN
Tujuan dari praktikum fisika dasar II Spektrometer Sederhana ini adalah:
4. Mempelajari garis-garis spektra atom dengan cara spektroskopi.
5. Memahami prinsip kerja spektrometer sederhana.
6. Menentukan indeks bias dari spektrum - spektrum gas/Lampu Hg.

1.3. ALAT DAN BAHAN
1. Spektrometer lengkap, terdiri dari:
d. Kolimator.
e. Meja kecil.
f. Teropong.
g. Jarum penunjuk/skala.
2. Prisma sama sisi dan sama kaki.
3. Sumber cahaya (lampu Hg).
4. Sistem tegangan tinggi untuk lampu.

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


44
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TEORI DASAR
Pada umunya cahaya terdiri dari beberapa komponen warna dengan
panjang gelombang masing-masing. Jika cahaya datang pada salah satu sisi
prisma, maka akan terjadi penguraian warna dalam bentuk spektrum-spektrum.
Gejala ini disebut dispersi cahaya. Jadi Dispersi adalah peristiwa penguraian
cahaya polikromatik (putih) menjadi cahaya-cahaya monokromatik (me, ji, ku, hi,
bi, ni, u) pada prisma lewat pembiasan atau pembelokan. Peristiwa dispersi ini
terjadi karena perbedaan indeks bias tiap warna cahaya. Salah satu fenomena
alam dispersi adalah munculnya pelangi. Pelangi adalah spektrum sinar matahari
yang diuraikan oleh butir-butir air hujan.
Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu
mengalami deviasi terbesar. Sesuai dengan hukum Snellius. karena indeks bias
yang lebih besar untuk panjang gelombang yang lebih pendek, maka cahaya
ungu akan dibelokkan paling jauh dan merah akan dibelokkan paling dekat.
Hal ini membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari harmonisasi berbagai
cahaya warna dengan berbeda-beda panjang gelombang. Hal ini dapat diamati
melalui Spektrometer.
Spektrometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur panjang
gelombang cahaya dengan akurat yaitu dengan menggunakan kisi difraksi. atau
prisma untuk memisahkan panjang gelombang cahaya yang berbeda. Sebuah
prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk menguraikan cahaya menjadi
warna warna spektralnya. Indeks cahaya suatu bahan menentukan panjang
gelombang cahaya mana yang dapat diuraikan menjadi komponen
komponennya. Untuk cahaya ultraviolet adalah prisma dari kristal, untuk cahaya
putih adalah prisma dari kaca, untuk cahaya infrared adalah prisma dari garam
batu.
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


45

Gambar 3.1. Dispersi cahaya pada prisma
Prinsip kerja dari Spektrometer adalah, cahaya di datangkan lewat celah
sempit yang disebut kolimator. Kolimator ini merupakan fokus lensa, sehingga
cahaya yang diteruskan akan bersifat sejajar. Cahaya yang sejajar, kemudian
diteruskan ke kisi untuk kemudian ditangkap oleh teleskope yang posisinya dapat
digerakkan. Pada posisi teleskope tertentu yaitu pada sudut , merupakan posisi
yang sesuai dengan terjadinya pola terang (pola maksimum), maka hubungan
panjang gelombang cahaya memenuhi persamaan :
= Sin . d/m
Dimana m adalah bilangan bulat yang merepresentasikan orde, dan d jarak
antara garis-gartis pada kisi. Dengan mengukur nilai , maka nilai panjang
gelombang () dari cahaya dapat diukur.


Gambar 3.2. Spektrometer Prisma
Alat ini juga dapat dipakai untuk menentukan ada tidaknya jenis-jenis
molekul tertentu pada spesimen laboratorium dimana analisa kimia tidak dapat
dipakai.
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


46
Sinar cahaya yang digunakan berupa lampu gas yang diberikan tegangan
tinggi, sehingga lampu akan memancarkan sinar-sinar dengan panjang
gelombang yang spesifik (tergantung jenis gas yang digunakan.
Dengan meletakkan lampu gas (Hg) di depan Kolimator, maka sinar yang
menuju ke arah salah satu sisi prisma akan membentuk spektrum pada sisi lain.
Spektrum ini dapat diamati melalui teropong dan diketahui kedudukannya
dengan membaca skalanya.



Gambar 3.2. Skema Spektrometer
Jika spektrum diketahui panjang gelombangnya, maka spektrometer ini
dapat digunakan untuk menentukan panjang gelombang spektrum zat yang
belum diketahui. Untuk lampu Hg paling sedikit ada Sembilan garis spektrum,
diantaranya dengan panjang gelombang sebagai berikut:
No. Warna ()
1 Merah 6234
2 Merah 6152
3 Kuning 5700
4 Kuning 5770
5 Hijau 5461
6 Hijau biru 4916-4539
7 Biru 43348
8 Violet 4078
9 Violet 4047
Tabel 3.1. Garis spektrum lampu Hg

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


47
Jika ditinjau dari susunan spektrumnya, maka :
a) Indeks bias (n) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
b) Deviasi () : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
c) Frekuensi (f) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
d) Energi photon (Eph) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
e) Panjang gelombang ( ) : Ungu terkecil sedang merah terbesar.
f) Kecepatan (v) : Ungu terkecil sedang merah terbesar.
Sudut yang dibentuk antara deviasi sinar merah (deviasi terkecil) dan sudut
deviasi sinar ungu (deviasi terbesar) dinamakan sudut dispersi () atau disebut
juga dispersi fraunhofer

2.2. PEMBIASAN PADA PRISMA
Prisma adalah benda bening (transparan) terbuat dari gelas yang dibatasi
oleh dua bidang permukaan yang membentuk sudut tertentu yang berfungsi
menguraikan (sebagai pembias) sinar yang mengenainya. Permukaan ini disebut
bidang pembias, dan sudut yang dibentuk oleh kedua bidang pembias disebut
sudut pembias (). Cahaya yang melalui prisma akan mengalami dua kali
pembiasan, yaitu saat memasuki prisma dan meninggalkan prisma. Jika sinar
datang mulamula dan sinar bias akhir diperpanjang, maka keduanya akan
berpotongan di suatu titik dan membentuk sudut yang disebut sudut deviasi.
Jadi, sudut deviasi ( ) adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar
datang mula-mula dengan sinar yang meniggalkan bidang pembias atau
pemantul.
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


48

Gambar 3.2. Sudut deviasi pada pembiasan prisma
Pada segiempat ABCE berlaku hubungan:
+ ZABC = 180
o

Pada segitiga ABC berlaku hubungan:
r1+i2 + ZABC = 180
o

Sehingga diperoleh hubungan:
+ ZABC = r
1
+i
2
+ ZABC
= r
1
+ i
2
.......... (1)
dengan: = sudut pembias prisma
i
2
= sudut datang pada permukaan 2
r
1
= sudut bias pada permukaan 1
Pada segitiga ACD, ZADC + ZCAD + ZACD = 180
o
dengan ZCAD = i
1
r
1

dan ZACD = r
2
i
2
, sehingga berlaku hubungan:
ZADC + (i
1
r
1
) + (r
2
i
2
) = 180
o

ZADC = 180
o
+ (r
1
+ i
2
) (i
1
+ r
2
)
Jadi, sudut deviasi () adalah:
= 180
o
ZADC
= 180
o
[180
o
+ (r
1
+ i
2
) (i
1
+ r
2
)]
= (i
1
+ r
2
) (r
1
+ i
2
)


Laporan Praktikum Fisika Dasar II


49
Diketahui = r
1
+ i
2
(persamaan (1)), maka besar sudut deviasi yang terjadi
pada prisma adalah:
= (i
1
+ r
2
) ............ (2)
dengan: = sudut deviasi
i
1
= sudut datang mula-mula
r
2
= sudut bias kedua
= sudut pembias
Sudut deviasi berharga minimum ( = 0) jika sudut datang pertama (i
1
)
sama dengan sudut bias kedua (r
2
). Secara matematis dapat dituliskan syarat
terjadinya deviasi minimum ( m ) adalah i
1
= r
2
dan r
1
= i
2
, sehingga persamaan
(2) dapat dituliskan kembali dalam bentuk:
m = (i
1
+ i
1
)
= 2i
1

i
1
= m + /2 ............. (3)
Selain itu, deviasi minimum juga bisa terjadi jika r
1
= i
2
,maka dari persaman
(3) diperoleh:
= r
1
+ r
1
= 2r
1

r
1
= /2 .......................... (4)
Bila dihubungkan dengan Hukum Snellius diperoleh:
n
1
.sin i
1
= n
2
.sin r
1

sin i
1
/sin r
1
= n
2
/n
1

Masukkan i
1
dari persamaan (3) dan r
1
dari persamaan (4) sehingga:
Sin i
1
/sinr
1
= n
2
/n
1
n
2
/n
1
= sin ( + m) / sin
sin ( + m) = sin . n
2
/ n
1
.(5)
Untuk sudut pembias yang kecil (< 15
o
):
m = [(n
2
/n
1
) 1] .(6)
Jika n1 = udara, maka n1 = 1, sehingga persamaan di atas menjadi:
m = (n
2
-1) .................. (7)
dengan: n
1
= indeks bias medium
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


50
n
2
= indeks bias prisma
= sudut pembias (puncak) prisma
m = sudut deviasi minimum
2.3. SUDUT DISPERSI
Sudut dispersi merupakan sudut yang dibentuk antara deviasi sinar satu
dengan sinar lain pada peristiwa dispersi (penguraian cahaya). Sudut ini
merupakan selisih deviasi antara sinar-sinar yang bersangkutan. Jika sinar-sinar
polikromatik diarahkan
pada prisma, maka akan terjadi penguraian warna (sinar monokromatik) yang
masingmasing sinar mempunyai deviasi tertentu. Selisih sudut deviasi antara dua
sinar adalah sudut dispersi, .

Gambar 3.3. Dispersi sinar merah terhadap sinar ungu
Sebagai contoh, pada Gambar 3.3 dapat dinyatakan:
a) deviasi sinar merah
m
=(n
m
-1)
b) deviasi sinar ungu
u
=(n
u
-1)
Dengan demikian, dispersi sinar merah terhadap ungu sebesar:
=
u
-
m
.............. (8)
= (n
u
1) (n
m
1)
= (n
u
n
m
) ............................. (9)
dengan: = sudut dispersi
n
u
= indeks bias warna ungu
n
m
= indeks bias warna merah
= sudut pembias prisma
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


51

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

1. Memasang lampu Hg pada sistem tegangan tinggi.
2. Mengatur letak lampu dibelakan celah kolimator sehingga sinar sampai
ke prisma. Lalu menghubungkannya dengan sumber tegangan.
3. Mengatur fokus teropong sehingga dapat melihat benda di tak
terhingga.
4. Mengatur letak dan celah kolimator sehingga spektrum yang terjadi
cukup tajam dan spektrum tampak bersama-sama dengan pembagian
skala.
5. Mencatat kedudukan teropong untuk semua garis spektrum lampu Hg.
6. Mencatat kuat dan lemahnya garis-garis spektrum (intensitasnya).
7. Meletakkan prisma sama sisi di atas meja spektrometer dengan
mengubah kadudukan teropong. Mencari kedudukan spektrumnya pada
kedua sisi (kanan dan kiri). Mencatat kedudukan skala pada teropong.
8. Mencatat kedudukan teropong hingga terlihat pantulan cahaya oleh
kedua sisi prisma.
9. Mengganti prisma dengan prisma yang sama kaki, kemudian mengulangi
percobaan no. 5 dan 6 dengan cara yang sama


Laporan Praktikum Fisika Dasar II


52
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA DATA

4.4. DATA DAN PENGAMATAN
No. Warna
Deviasi minimum D
min
(
0
) Panjang
gelombang
(Angstrom )
= 60
0
= 90
0

Sisi 1 Sisi 2 Sisi 1 Sisi 2
1 Merah 138,50 146,00 155,20 156,20 6234
2 Jingga 138,00 145,70 155,00 156,10 6152
3 Kuning 138,00 145,50 154,80 156,00 5790
4
Hijau
muda
137,00 145,30 154,50 155,80 5770
5 Hijau 136,50 145,00 154,40 155,70 5461
6 Biru 136,00 144,80 154,10 155,50 4358
7 Ungu 135,50 144,60 153,90 155,20 4047
Tabel 3.2. Data Hasil Percobaan


4.5. PERHITUNGAN
4.5.1. Indeks Bias Prisma
Rumus : n = sin ( + m) / sin
Dimana: n = indeks bias
= sudut puncak prisma

m
= deviasi minimum




Laporan Praktikum Fisika Dasar II


53
No. Warna
Deviasi minimum
m
(
0
)
Indeks bias (n) = 60
0

Sisi 1 Sisi 1 Rata-rata
1 Merah 138,50 146,00 142,25 1,962
2 Jingga 138,00 145,70 141,85 1,964
3 Kuning 138,00 145,50 141,75 1,964
4 Hijau muda 137,00 145,30 141,15 1,966
5 Hijau 136,50 145,00 140,75 1,967
6 Biru 136,00 144,80 140,40 1,968
7 Ungu 135,50 144,60 140,05 1,969
Tabel 3.3. Perhitungan indeks bias prisma 60
0

No. Warna
Deviasi minimum
m
(
0
)
Indeks bias (n) = 90
0
(A)
Sisi 1 Sisi 1 Rata-rata
1 Merah 155,20 156,20 155,70 1,188
2 Jingga 155,00 156,10 155,55 1.189
3 Kuning 154,80 156,00 155,40 1,190
4 Hijau muda 154,50 155,80 155,15 1,192
5 Hijau 154,40 155,70 155,05 1,192
6 Biru 154,10 155,50 154,80 1,194
7 Ungu 153,90 155,20 154,55 1.196
Tabel 3.4. Perhitungan indeks bias prisma 90
0






Laporan Praktikum Fisika Dasar II


54
4.5.2. Kurva Dispersi
- Prisma dengan = 60
0

No.
Panjang gelombang
()
Indeks bias (n)
1 4047 1,969
2 4358 1,968
3 5461 1,967
4 5770 1,966
5 5790 1,964
6 6152 1,964
7 6234 1,962
Tabel 3.5. Hubungan panjang gelombang dan indeks bias prisma 60
0



Grafik 3.1. Kurva Dispersi prisma 60
0


- Prisma dengan = 90
0

No.
Panjang gelombang
()
Indeks bias (n)
1 4047 1,196
2 4358 1,194
3 5461 1,192
4 5770 1,192
5 5790 1,190
6 6152 1,189
7 6234 1,188
1,955
1,960
1,965
1,970
4047 4358 5461 5770 5790 6152 6234
I
n
d
e
k
s

b
i
a
s

Panjang gelombang
Kurva Dispersi
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


55
Tabel 3.6. Hubungan panjang gelombang dan indeks bias prisma 90
0



Grafik 3.1. Kurva Dispersi prisma 90
0


4.5.3. Daya Dispersi masing-masing warna
1. Prisma = 60
0

No. Warna
Panjang gelombang ()
(Angstrom )
Indeks
bias (n)
Daya Dispersi (D)
D = n/
1 Merah 6234 1,962
3,147 . 10
-4

2 Jingga 6152 1,964
3,193 . 10
-4

3 Kuning 5790 1,964
3,392 . 10
-4

4 Hijau muda 5770 1,966
3,407 . 10
-4

5 Hijau 5461 1,967
3,602 . 10
-4

6 Biru 4358 1,968
4,516 . 10
-4

7 Ungu 4047 1,969
4,865 . 10
-4

Tabel 3.7. Perhitungan Daya Dispersi prisma 60
0




1,180
1,185
1,190
1,195
1,200
4047 4358 5461 5770 5790 6152 6234
I
n
d
e
k
s

b
i
a
s

Panjang gelombang
Kurva Dispersi
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


56
2. Prisma = 90
0

No. Warna
Panjang gelombang ()
(Angstrom )
Indeks
bias (n)
Daya Dispersi (D)
D = n/
1 Merah 6234 1,188
1,906 . 10
-4

2 Jingga 6152 1.189
1,933 . 10
-4

3 Kuning 5790 1,190
2,055 . 10
-4

4 Hijau muda 5770 1,192
2,066 . 10
-4

5 Hijau 5461 1,192
2,183 . 10
-4

6 Biru 4358 1,194
2,740 . 10
-4

7 Ungu 4047 1.196
2,955 . 10
-4

Tabel 3.8. Perhitungan Daya Dispersi prisma 90
0

4.5.4. Dispersi Fraunhofer
3. Prisma = 60
0

Diketahui : n
b
= indeks bias warna biru = 1,194
n
m
= indeks bias warna merah = 1,188
n
k
= indeks bias warna kuning = 1,190
Ditanyakan : Daya dispersi Fraunhofer =
Jawab: Rumus: = n
b
-

n
m
/

n
k
1
= 1,194

1,188 /

1,190 1
= 6,224 . 10
-3

4. Prisma = 90
0

Diketahui : n
n
= indeks bias warna biru = 1,968
n
m
= indeks bias warna merah = 1,962
n
k
= indeks bias warna kuning = 1,964
Ditanyakan : Daya dispersi Fraunhofer =
Jawab : Rumus: = n
b


n
m
/

n
k
1
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


57
= 1,968


1,962

/

1,964

1
= 3,157 . 10
-2




BAB V
KESIMPULAN

6. Hasil yang didapat dari percobaan adalah sebagai berikut:
1.1. Prisma = 60
0

No. Warna
Panjang gelombang ()
(Angstrom )
Indeks
bias (n)
Daya Dispersi (D)

1 Merah 6234 1,962
3,147 . 10
-4

2 Jingga 6152 1,964
3,193 . 10
-4

3 Kuning 5790 1,964
3,392 . 10
-4

4 Hijau muda 5770 1,966
3,407 . 10
-4

5 Hijau 5461 1,967
3,602 . 10
-4

6 Biru 4358 1,968
4,516 . 10
-4

7 Ungu 4047 1,969
4,865 . 10
-4

Tabel 3.9. Hasil percobaan untuk prisma 60
0

1.2. Prisma = 90
0

No. Warna
Panjang gelombang ()
(Angstrom )
Indeks
bias (n)
Daya Dispersi (D)

1 Merah 6234 1,188
1,906 . 10
-4

2 Jingga 6152 1.189
1,933 . 10
-4

3 Kuning 5790 1,190
2,055 . 10
-4

4 Hijau muda 5770 1,192
2,066 . 10
-4

5 Hijau 5461 1,192
2,183 . 10
-4

6 Biru 4358 1,194
2,740 . 10
-4

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


58
7 Ungu 4047 1.196
2,955 . 10
-4

Tabel 3.10. Hasil percobaan untuk prisma 90
0

7. Dari percobaan diketahui bahwa garis-garis warna spektrum atom merkuri
(Hg) berada pada jangkauan sinar tampak, yaitu antara 4000 - 7000
8. Dari percobaan diketahui bahwa:
a) Indeks bias (n) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
b) Deviasi minimum (m) : Ungu terkecil sedang merah terbesar.
c) Panjang gelombang ( ) : Ungu terkecil sedang merah terbesar.
d) Daya dispersi (D) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
9. Prinsip kerja dari Spektrometer adalah, cahaya di datangkan lewat celah
sempit yang disebut kolimator. Kolimator ini merupakan fokus lensa, sehingga
cahaya yang diteruskan akan bersifat sejajar. Cahaya yang sejajar, kemudian
diteruskan ke kisi untuk kemudian ditangkap oleh teleskope yang posisinya
dapat digerakkan.





Laporan Praktikum Fisika Dasar II


59
DAFTAR PUSTAKA

Halliday, Resnick. 1985. Fisika, Edisi III jilid II, Terjemahan Silaban dan
Sucipto. Jakarta: Erlangga
http://wahyuriyadi.blogspot.com/2008/10/perbedaan-spektrometri-
dan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Dispersi
http://alifis.wordpress.com


Laporan Praktikum Fisika Dasar II


60
TUGAS AKHIR

1. Turunkan rumus-rumus yang digunakan !
2. Terangkan secara singkat kerjanya spektrometer yang dipergunakan!
Jawaban:
1.

Pada segiempat ABCE berlaku hubungan:
+ ZABC = 180
o

Pada segitiga ABC berlaku hubungan:
r1+i2 + ZABC = 180
o

Sehingga diperoleh hubungan:
+ ZABC = r
1
+i
2
+ ZABC
= r
1
+ i
2
.......... (1)
dengan: = sudut pembias prisma
i
2
= sudut datang pada permukaan 2
r
1
= sudut bias pada permukaan 1
Pada segitiga ACD, ZADC + ZCAD + ZACD = 180
o
dengan ZCAD = i
1
r
1

dan ZACD = r
2
i
2
, sehingga berlaku hubungan:
ZADC + (i
1
r
1
) + (r
2
i
2
) = 180
o

ZADC = 180
o
+ (r
1
+ i
2
) (i
1
+ r
2
)
Jadi, sudut deviasi () adalah:
= 180
o
ZADC
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


61
= 180
o
[180
o
+ (r
1
+ i
2
) (i
1
+ r
2
)]
= (i
1
+ r
2
) (r
1
+ i
2
)
Diketahui = r
1
+ i
2
(persamaan (1)), maka besar sudut deviasi yang terjadi
pada prisma adalah:
= (i
1
+ r
2
) ............ (2)
dengan: = sudut deviasi
i
1
= sudut datang mula-mula
r
2
= sudut bias kedua
= sudut pembias
Sudut deviasi berharga minimum ( = 0) jika sudut datang pertama (i
1
)
sama dengan sudut bias kedua (r
2
). Secara matematis dapat dituliskan syarat
terjadinya deviasi minimum ( m ) adalah i
1
= r
2
dan r
1
= i
2
, sehingga persamaan
(2) dapat dituliskan kembali dalam bentuk:
m = (i
1
+ i
1
)
= 2i
1

i
1
= m + /2 ............. (3)

Selain itu, deviasi minimum juga bisa terjadi jika r
1
= i
2
,maka dari persaman
(3) diperoleh:
= r
1
+ r
1
= 2r
1

r
1
= /2 .......................... (4)
Bila dihubungkan dengan Hukum Snellius diperoleh:
n
1
.sin i
1
= n
2
.sin r
1

sin i
1
/sin r
1
= n
2
/n
1

Masukkan i
1
dari persamaan (3) dan r
1
dari persamaan (4) sehingga:
Sin i
1
/sinr
1
= n
2
/n
1
n
2
/n
1
= sin ( + m) / sin
sin ( + m) = sin . n
2
/ n
1
.(5)

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


62
2. Prinsip kerja dari Spektrometer adalah, cahaya di datangkan lewat celah
sempit yang disebut kolimator. Kolimator ini merupakan fokus lensa,
sehingga cahaya yang diteruskan akan bersifat sejajar. Cahaya yang sejajar,
kemudian diteruskan ke kisi untuk kemudian ditangkap oleh teleskope
yang posisinya dapat digerakkan.

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


63
TUGAS PENDAHULUAN

1. Apakah yang dimaksud dengan dispersi cahaya itu ?
2. Terangkan terjadinya spektrum cahaya pada prisma ?
3. Apakah fungsi dari kolimator dan jelaskan !
Jawaban:
1. Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromatik (putih) menjadi
cahaya-cahaya monokromatik (me, ji, ku, hi, bi, ni, u) lewat pembiasan
atau pembelokan. Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks
bias tiap warna cahaya.
2. Spektrometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur panjang
gelombang cahaya dengan akurat yaitu dengan menggunakan kisi
difraksi. Atau prisma untuk memisahkan panjang gelombang cahaya yang
berbeda. Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk
menguraikan cahaya menjadi warna warna spektralnya. Indeks cahaya
suatu bahan menentukan panjang gelombang cahaya mana yang dapat
diuraikan menjadi komponen komponennya. Cahaya berwarna merah
mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu mengalami deviasi
terbesar. Sesuai dengan hukum Snellius. karena indeks bias yang lebih
besar untuk panjang gelombang yang lebih pendek, maka cahaya ungu
akan dibelokkan paling jauh dan merah akan dibelokkan paling dekat.
3. Kolimatur merupakan suatu celah sempit. Kolimator ini merupakan fokus
lensa, sehingga cahaya yang diteruskan akan bersifat sejajar. Dengan
meletakkan lampu gas (Hg) di depan Kolimator, maka sinar yang menuju
ke arah salah satu sisi prisma akan membentuk spektrum pada sisi lain.


Laporan Praktikum Fisika Dasar II


64






MODUL 3
LENSA DAN CERMIN







Laporan Praktikum Fisika Dasar II


65
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan jarak fokus dan jari-jari kelengkungan lensa
2. Menentukan indeks bias lensa dan zat cair
1.2 ALAT ALAT PERCOBAAN
1. Lensa
2. Loupe
3. Jangka Sorong
4. Jarum Berbentuk Garpu
5. Statif














Laporan Praktikum Fisika Dasar II


66
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lensa
Alat optik yang paling umum dikenal dan paling sering digunakan setelah
cermin datar adalah lensa. Lensa adalah sebuah sistem optis dengan dua
permukaan yang merefraksikan. Lensa yang paling sederhana mempunyai dua
buah permukaan bola yang cukup dekat satu sama lain sehingga dapat diabaikan
jarak diantara kedua permukaan itu ( tebalnya lensa ), lensa ini dinamakan lensa
tipis. Lensa terdiri dari beberapa jenis, yang tergantung dari bentuk bagiannya.
Jenis lensa diantaranya adalah lensa cembung-cekung, lensa cekung-cekung,
lensa cembung-cembung.
Tiga sinar istimewa pada lensa cembung
Seperti pada cermin lengkung, pada lensa dikenal pula tiga berkas sinar
istimewa. Pada lensa positif tiga sinar istimewa tersebut adalah:


Gambar 2.1. Tiga berkas sinar istimewa pada lensa positif.
1. Sinar datang sejajar sumbu utama kan dibiaskan melalui focus utama
2. Sinar datang melalui focus utama dibiaskan sejajar sumbu utama
3. Sinar datang melalui pusat optic akan diteruskan tanpa dibiaskan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


67
Berkas sinar-sinar istimewa di atas dibutuhkan dalam menentukan
bayangan suatu benda yang dibentuk oleh lensa dengan cara melukis seperti
dijelaskan berikut ini.

Gambar 2.2. Pembentukan bayangan pada lensa positif untuk benda yang
diletakkan antara F2 dan 2 F2
Benda AB pada gambar 2.2 di atas diletakkan di depan lensa positif pada
jarak s dari pusat optik O. Untuk melukis bayangan benda AB sebenarnya cukup
digunakan 2 dari 3 sinar istimewa saja. Namun pada gambar 2.2 di atas, tampak
ketiga sinar istimewa itu ditampilkan. Bayangan benda AB, yakni A'B' terbentuk
pada jarak s' dari pusat optik. Tampak bahwa titik B yang merupakan bayangan
dari titik B terbentuk dari perpotongan tiga sinar istemewa.
Melukis tiga sinar istimewa untuk menentukan bayangan titik A, sebab
benda AB merupakan garis lurus yang tegak lurus pada sumbu utama. Jadi titik A'
langsung tentukan begitu temukan titik B'. Caranya dengan menarik garis tegak
lurus melalui sumbu utama dari titik B' itu. Titik perpotongan dua garis ini
merupakan titik A sebagaimana tampak pada gambar 2.2 di atas
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


68


Gambar 2.3. Pembentukan bayangan oleh lensa positif untuk
benda yang diletakkan pada jarak lebih besar dari jarak antara pusat
optik ke titik 2F2.
Dua gambar di atas akan tampak persamaan dan perbedaan kedua
gambar tersebut. Kesamaan adalah bayangan kedua benda terbentuk sebagai
hasil pembiasan pada lensa yang dilukis menggunakan tiga sinarv istimewa,
bayangan yang terbentuk posisinya terbalik dari posisi bendanya dan kedua
gambar tampak benda di sebelah kiri atau di depan lensa, sedangkan
bayangannya ada di sebelah kanan atau di belakang lensa.
Sementara perbedaan antara kedua gambar dijelaskan sebagai berikut.
Pada gambar 2.2 benda diletakkan pada jarak antara titik F2 dan 2F2, sedangkan
pada gambar 2.3 benda diletakkan pada jarak yang lebih besar dari jarak antara
pusat optik ke titik 2F2. Bayangan yang terbentuk pada gambar 2.2 berukuran
lebih besar dari bendanya, sedangkan bayangan yang terbentuk pada gambar 2.3
ukurannya lebih kecil bila dibandingkan ukuran bendanya.
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


69

Gambar 2.4 Pembentukan bayangan pada lensa positif bila benda
diletakkan antara pusat optik O dan fokus utama F2.
Pada gambar 2.4 tampak bayangan A'B' yang terbentuk ada di depan
lensa, tidak di belakang lensa seperti gambar sebelumnya dan bayangan tampak
tegak (tidak terbalik) serta lebih besar dari ukuran bendanya. Cara melukis
bayangannya secara prinsip sebenarnya sama, yakni menggunakan tiga sinar
istimewa. Hanya saja untuk mendapatkan bayangan benda A'B' garis-garis yang
merupakan sinar-sinar bias dari tiga sinar istimewa tersebut harus diperpanjang
ke belakang (garis putus-putus). Perpotongan tiga garis putus-putus itulah yang
merupakan titik bayangan B'. selanjutnya sama seperti gambar-gambar
sebelumnya bayangan A'B' dilukis dengan menarik garis A'B'.
Pembentukkan Bayangan Oleh Cermin Sferis
Cermin yang bentuk permukannya seperti permukaan bola akan
menghasilkan bayangan pada benda yang berbeda sifatnya daripada cermin
datar. Cermin ini umumnya membentuk cermin sferis, yang berarti cermin
tersebut akan membentuk sebagian dari bola. Berikut ini merupakan
pembentukkan bayangan oleh cermin bola. Sisi cembung dari sebuah cemrin
bola menghadap ke cahaya yang masuk. Pusat kelengkungan berada pada sisi
yang berlawanan dengan sinar keluar, sehingga R adalah negatif. Sinar PB
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


70
direfleksikan, dengan sudut masuk dan sudut refleksi yang keduanya sama
dengan . Sinar yang direfleksikan, yang proyeksikan ke arah belakang
memotong sumbu itu di P. Seperti dengan sebuah cermin cekung, semua sinar
dari P yang direfleksikan oleh cermin itu berpencar dari titik P yang sama,
asalkan sudut kecil. Maka P adalah bayangan dari P. Jarak benda s positif, jarak
bayangan s negatif, dan jari-jari kelengkungan R adalah negatif untuk sebuah
cermin cembung.
Pembiasan dan Pemantulan Pada Permukaan Bola
Pada pembahasan berikut ini akan diperlihatkan hubungan antara jarak
benda s, jarak bayangan s, indeks bias medium (n dan n) dan jari-jari
permukaan bola, R. Apabila ditinjau permukaan bola AA dengan sumbu utama di
sebut titik vertek V. Suatu sumber sinar P diletakkan di kiri AA dalam medium
berindeks bias n. Salah satu sinar dari p yang jatuh pada AA di B akan dibiaskan
sesuai dengan hukum Snellius menjadi BP dalam medium berindes bias n.
Sudut dan berturut-turut adalah sudut antara PB dan PB terhadap normal
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


71
AA di B dan sudut u dan u berturut-turut adalah sudut antara PB dan BP
terhadap sumbu utama PP. Rumusan dapat dinyatakan dalam pengertian jarak,
bila sebagai berikut :
a. Semua jarak diukur dari titik ertek V ke titik yang bersangkutan.
b. Daerah tempat asal sinar datang disebut daerah depan, sedangkan
daerah tempat sinar dibias di sebut daerah belakang.
c. Jarak benda s, adalah positif bila benda berada di daerah depan.
d. Jarak bayangan s adalah positif bila bayangan berada di daerah belakang.
e. Jari-jari permukaan R adalah positif bila pusat lengkungan bola berada di
daerah belakang
f. Tinggi benda Y maupun Y adalah positif bila benda di atas sumbu utama.




Laporan Praktikum Fisika Dasar II


72




Fokus Permukaan Bola
Apabila sinar datang dari suatu titik F berjarak f dari vertek suatu
permukaan bola, dan menghasilkan sinar bias sejajar sumbu utama, maka F
disebut titik fokus pertama permukaan bola tersebut dan f di sebut panjang
fokus pertama.
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


73

Karena sinar bias sejajar sumbu utama maka bayangan berada di tidak
berhingga ( s = ), dan rumus pembiasan untuk permukaan bola menjadi

Dan s = f, sehingga
atau
Dengan f adalah panjang fokus pertama
Demikian pula bila sinar datang sejajar sumbu utama ( s = ) maka jarak
bayangan adalah merupakan panjang fokus kedua bagi permukaan bola tersebut.

Karena s = , maka dari rumus pembiasan permukaan bola dapat
diperoleh
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


74

Dan s = f, maka
atau dengan f adalah panjang
fokus kedua
2.2 Sifat sifat Cahaya
2.2.1 Dispersi
Apabila suatu gelombang dibiaskan ke dalam medium dispersif
yang mempunyai indeks bias bergantung pada frekuensi atau panjang
gelombang, maka sudut pembiasan juga akan bergantung pada frekuensi
atau panjang gelombang tersebut. Untuk gelombang datang yang terdiri
atas berbagai frekuensi atau panjang gelombang, maka setiap
komponen panjang gelombang akan dibiaskan melalui sudut yang
berbeda, gejala ini disebut dispersi. Hal ini tampak pada peristiwa
cahaya putih yang dilakukan pada sebuah lensa, ternyata pinggiran dari
bayangan yang dihasilkan oleh lensa tersebut kelihatan ada warna. Efek
tersebut disebut aberasi kromatik.
Cahaya putih biasa merupakan superposisi dari gelombang-
gelombang dengan panjang gelombang yang membentang melalui
seluruh sprektrum tampak. Laju cahaya dalam ruang hampa adalah sama
untuk semua panjang gelombang tetapi laju cahaya tersebut dalam zat
material berbeda untuk panjang gelombang yang berbeda. Maka indeks
refraksi sebuah material bergantung pada panjang gelombang.
Kebergantungan laju gelombang dan indeks refraksi pada panjang
gelombang dinamakan dispersi. Banyaknya dispersi bergantung pada
beda antara indeks-indeks refraksi untuk cahaya violet dan cahaya
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


75
merah. Beda antara indeks untuk cahaya merah dan violet adalah kecil
dan dispersi itu juga akan kecil.
2.2.2 Spektrum Gelombang Elektromagnetik
Garis-garis lurus yang menunjukkan arah perambatan berkas
datang, berkas pantul dan berkas bias dan berkas bias ini dinamakan
sinar datang, sinar pantul, dan sinar bias.
Penyederhanaan ini membantu dalam optika geometri ( optika
geometri merupakan bagian fisika yang membahas fenomena-
fenomena atau sifat-sifat cahaya dengan menggunakan alat yang
ukurannya relatif lebih besar dibandingkan dengan panjang gelombang
cahaya).
Penyederhanaan berkas-berkas cahaya menjadi garis atau sinar
tidak boleh dilakukan dalam optika fisis(optika fisis merupakan bagian
fisika yang membahas fenomena atau sifat-sifat cahaya dengan
menggunakan alat-alat yang ukurannya relatif sama atau lebih kecil
dibandingkan dengan panjang gelombang cahaya). Pada optika fisis
harus memperlakukan cahaya sebagai gelombang sebab efek
interferensi dan difraksi sangat dominan.
2.2.3 Difraksi Gelombang
Difraksi gelombang adalah peristiwa difraksi atau lenturan dapat
terjadi jika sebuah gelombang melewati sebuah penghalang atau
melewati sebuah celah sempit.
3.2.4 Pemantulan dan Pembiasan
Pada gambar ditunjukkan jika suatu berkas cahaya dari medium
1 jatuh medium 2, maka berkas tersebut akan dipantulkan dari
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


76
permukaan batas AB antara medium 1 dan 2 ke medium 1 dan sebagian
lagi mengalami pembiasan ke dalam medium 2. berkas datang pada
gambar digambarkan sebagai garis lurus, disebut sinar datang, searah
dengan arah jalar. Berkas datang diandaikan sebagai gelombang bidang,
dengan muka gelombang tegak lurus sinar datang. Berkas terpantul dan
terbias juga dinyatakan dengan sinar. Bila sudut datang , sudut pantul
r dan sudut bias t masing-masing diukur dari normal bidang batas AB

2.2.5 Indeks Bias Lensa
Laju cahaya dalam udara hampa 3 x 10
8
m/s. Di udara laju
tersebut hanya sedikit lebih kecil. Pada benda transparan seperti kaca
dan air, kelajuan selalu lebih kecil dibanding di udara hampa. Sebagai
contoh, di air cahaya merambat kira-kira dengan laju c. Perbandingan
laju cahaya di udara hampa dengan laju v pada materi tertentu disebut
indeks bias (n), secara matematis ditulis sebagai berikut

Nilai indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1. Berikut tabel yang
menunjukkan nilai indeks bias cahaya pada beberapa medium

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


77
Tabel 2.1. Tabel nilai indeks bias pada beberapa medium

2.3 Prinsip Fermat
Pada tahun 1650 Pierre Fermat menemukan prinsip yang sangat berarti
pada dewasa ini yaitu : suatu sinar cahaya yang melintasi dari titik satu ke titik
yang lain akan mengikuti lintasan yang paling pendek, sehingga diperlukan waktu
tempuh minimum.
Hukum pemantulan dan pembiasan dapat dengan mudah diturunkan dari
prinsip ini.gambar dibawah ini menunjukkan titik tetap yaitu A dan B yang
dihubungkan sinar APB.

Medium Indeks Bias
Udara Hampa 1,0000
Udara (pada STP) 1,0003
Air 1,333
Alkohol Etil 1,36
Kuarsa Lebur 1,46
Kaca Korona 1,52
Api Cahaya 1,58
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


78
dengan X adalah tempat jatuhnya sinar pada cermin.
Menurut prinsip fermat,P akan memiliki posisi sedemikian rupa sehingga
waktu lintas cahaya haruslah minimum (atau maksimum atau tetap tidak
berubah) untuk menyatakan hokum pemantulan.




Untuk membuktikan hukum pemantulan dengan prinsip fermat gambar
dibawah ini yang menunjukan dua titik A dan B dalam dua medium yang berbeda
dan sinar APB menghubungkan dua titik tersebut. Untuk waktu t tertentu

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


79
Besaran 1 = (n
1
l
1
+ n
2
l
2
) disebut panjang lintasan optis.

Prinsip fermat menyatakan bahwa l adalah minimum (atau maksimum
atau tidak berubah) sehingga dapat diperoleh nilai X tertentu yang memenuhi
syarat dl/dx sama dengan nol. Dengan demikian panjang lintasan optis adalah

Bila dideferensialkan terhadap x diperoleh

Karena dl/dx = 0 maka

Persamaan ini ekivalen dengan

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


80
yang tidak lain adalah hokum pemantulan.



















Laporan Praktikum Fisika Dasar II


81










Jika disusun suatu sistem optis seperti gambar diatas, maka dengan
mengubah-ubah kedudukan dimana bayangan jarum sama besarnya dengan
benda jarum.
Jarak antara D dan pusat optic pada kedudukan tersebut sama dengan
focus lensa tersebut (f). Bila cermin datar diambil dari kedudukan D di atas maka
di dapat persamaan :




Dimana :
R1 = jari-jari lensa kelengkungan permukaan
p = jarak dari D ke pusat optic lensa

bila permukaan kelengkungan atas dan bawah sama maka :
R1 = R1 . R2 = R2
Maka diperoleh :




Laporan Praktikum Fisika Dasar II


82
Dimana :
R2 = jari-jari kelengkungan atas lensa
n = indeks bias lensa
Bila di atas cermin diberi zat cair kemudian diletakkan lensa di atasnya, maka
dengan mengatur kedudukan D seperti di atas didapat persamaan :



Dimana :
F = jarak focus lensa gabungan
n = indeks bias zat cair











Laporan Praktikum Fisika Dasar II


83
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

1. Meletakkan cermin datar di M
2. Meletakkan lensa di atas cermin datar
3. Mengusahakan ujung jarum berada pada sumbu utama lensa
4. Mengatur kedudukan jarum sehingga diperoleh bayangan yang sama besar
dengan jarum (mata berada di sumbu utama lensa dan pakailah loupe)
5. Mencatat jarak antara D dan pusat optic lensa
6. Membalik kedudukan lensa (bertanda R1 dan R2)
7. Mengulangi percobaan 3 s/d 5 dalam keadaan ini beberapa kali (ditentukan
oleh asisten)
8. Mengambil cermin dan melakukan pengamatan no 1 s/d 7 untuk beberapa
kali (ditentukan oleh asisten)
9. Mengambil lensa, meletakkan cermin di atas meja dan tetesi dengan zat cair,
kemudian meletakkan lagi di atas lensa tersebut di atas zat cair
10. Melakukan percobaan 2 s/d 7 untuk keadaan ini.







Laporan Praktikum Fisika Dasar II


84
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
4.1 Cermin dan Lensa
No. p1 (cm) p2 (cm)
1 11.5 11.5
2 11.5 11.6
3 11.6 11.7
4 11.8 11.6
Total 46.4 46.4
Rata-rata 11.6 11.6

4.2 Lensa
No. p1 (cm) p2 (cm)
1 5.8 5.8
2 5.7 5.8
3 5.8 5.7
4 5.9 5.9
Total 23.2 23.2
Rata-rata 5.80 5.80

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


85
4.3 Cermin, Air dan Lensa
No. p1 (cm) p2 (cm)
1 11.8 12
2 11.9 11.8
3 12 11.9
4 11.9 11.9
Total 47.6 47.6
Rata-rata 11.9 11.9

















Laporan Praktikum Fisika Dasar II


86
4.5 PEMBAHASAN

Lensa yang digunakan pada pengamatan ini adalah lensa cembung.
Karena lensa cembung bersifat konvergen atau bersifat mengumpulkan cahaya,
sehingga cahaya yang melewati lensa cembung akan mengumpul pada suatu
titik, titik tersebut adalah titik fokus. Titik fokus yang dapat ditentukan dari lensa
cembung digunakan untuk mencari indeks bias lensa dan indeks bias air.
Pembiasan itu sendiri adalah pembelokan cahaya yang disebabkan adanya
perbedaan medium. Pada percobaan yang pertama dan kedua pembiasnya
berupa lensa sedangkan pada percobaan ketiga pembiasnya berupa lensa dan
air. Tidak semua cahaya dapat dibiaskan sempurna, akan tetapi ada sebagian
cahaya yang dipantulkan. Hal ini terjadi karena atom-atom dalam medium
seperti lensa menyerap cahaya dan memantulkannya kembali dengan frekuensi
yang sama ke semua arah. Gelombang-gelombang yang dipantulkan kembali
oleh atom-atom medium tersebut menginterferensi secara konstruktif pada
sebuah sudut yang sama dengan sudut datang untuk menghasikan gelombang
yang terpantul.
Percobaan dengan menggunakan cermin dan lensa akan menghasilkan
jarak titik fokus lensa apabila diperoleh bayangan jarum yang simetris dengan
jarum. Hal ini didasarkan pada benda yang ditempatkan tepat pada fokus akan
menghasilkan bayangan yang sama besar dengan benda.
Pada Percobaan tanpa menggunakan cermin dan cairan, dilakukan pada
intensitas cahaya yang tinggi. Sebab pembentukan bayangan pada lensa sangat
tipis, pada lensa terdapat dua bayangan yang tebentuk. Bayangan yang letaknya
sejajar benda dan terbalik terhadap benda.
Pada saat ditambahkan air, jarak jarum terhadap jari jari kelengkungan
lensa bertambah. Hal itu disebabkan karena terjadi pembiasan cahaya yang
mengakibatkan jarak antara jari jari kelengkungan lensa terhadap jarum
bertambah, sehingga tampak pengaruh pembiasan terhadap cahaya yang
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


87
melewati lensa. Pengaruh ini disebabkan oleh cahaya yang telah dibiaskan oleh
lensa dibiaskan lagi oleh air sehingga jarak fokus f yang merupakan titik fokus
gabungan lensa dengan air lebih besar daripada f. Fungsi cermin pada percobaan
ini sebagai pembentuk bayangan yang terbentuk pada lensa.

















Laporan Praktikum Fisika Dasar II


88
BAB V
KESIMPULAN

Dari data hasil percobaan didapatkan :
1. Jarak fokus antara benda dengan cermin dan lensa sebesar 5.80 cm
2. Jarak fokus antara benda dengan lensa sebesar 2.90 cm
3. Jarak fokus antara benda dengan cermin, lensa dan air sebedar 5.95 cm
4. Harga R1 dan R2 sebesar 11.60
5. Harga indeks bias lensa sebesar 1.50
6. harga indeks bias zat cair sebesar 0.95
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa lensa tersebut simetris.











Laporan Praktikum Fisika Dasar II


89




















Laporan Praktikum Fisika Dasar II


90




















Laporan Praktikum Fisika Dasar II


91




















Laporan Praktikum Fisika Dasar II


92




















Laporan Praktikum Fisika Dasar II


93
TUGAS PENDAHULUAN DAN TUGAS AKHIR


A. Jawaban Tugas Pendahuluan
1. Terangkan mengapa p pada gambar .2 sama dengan f dari lensa
Jawab:
Karena apabila jarum digeser naik atau turun akan didapat suatu
kedudukan dimana bayangan jarum akan sama besar dengan jarum
aslinya. Maka P=f lensa, karena jarak P itu tepat diperoleh bayangan
sama dengan benda aslinya.

2. Dimanakah titik optic lensa gabungan pada persamaan rumus (2)
petunjuk pada pertanyaan 1 bayangan yang terjadi dari pembiasan
seluruh lensa. Pada rumus (1) bayangan yang terjadi dari pembiasan
permukaan lensa bagian atas dan pantulan oleh bawah lensa.
Jawab:
Letak titik optic lensa jarak D dengan pusat optic lensa (tanpa cermin
datar)


Persamaan (3) lensa optic gabungan lensa didapatkan dari jari-jari lensa
yang dihitung menggunakan jangka sorong dan hasilnya dibagi dua
sehingga pada persamaan (3) angka 2 yang menyatakan perbandingan
lurus hasil jari-jari perhitungan gabungan lensa.
3. Pada rumus (3) terjadi lensa gabungan dari lensa L dan lensa Planconcaf
dari zat cair dan pemantulan oleh cermin di bawah lensa.
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


94
Jawab:
Pada persamaan (4) yaitu

memperlihatkan adanya
gabungan lensa yang terlihat dari f yang berarti bayangan yang berasal
dari lensa bayangan sebelumnya f dan n menunjukkan bahwa lensa
gabungan ini menggunakan zat cair atau cermin.


B. Jawaban Tugas Akhir

1. Tentukan focus lensa beserta kesalahannya (sesatannya)
Jawab:
a. Jarak Fokus antara Benda dengan Cermin dan Lensa
Karena p = p, maka :






Laporan Praktikum Fisika Dasar II


95
b. Jarak Fokus antara Benda dengan Lensa



c. Jarak Fokus antara Benda dengan Cermin, Lensa dan Air


2. Apakah harga f berubah dengan membalik lensa tersebut? Terangkan!
Jawab:
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


96
Dari data yang diperoleh, rata-rata p1 sama dengan p2, sehingga harga f1
dan f2 sama. Berarti harga f tidak berubah dengan membalikkan lensa
tersebut, hal ini menunjukkan bahwa lensa tersebut simetris.

3. Hitung harga R1 dan R2 apakah R1 dapat dianggap sama dengan R2 gunakan
rata-rata f no.1
Jawab:



[


]




[


]



Harga R1 dan R2 dianggap sama, karena nilai p1 dan p2 nya sama.

4. Hitung harga indeks bias lensa beserta kesalahannya (sesatannya)
Jawab:
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


97














5. Hitung harga indeks bias zat cair beserta kesalahannya (sesatannya)
Jawab:




6. Jelaskan dimana sumber kesalahan terbesar pada percobaan ini
Jawab:
Sumber kesalahan terbesar pada percobaan ini adalah terletak pada:
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


98
a) Pengamatan mata, hal ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam
pengamatan antara bayangan dengan benda, yang mungkin telah
dianggap sama ternyata belum.
b) Kualitas Lensa, lensa yang tergores atau pecah dapat mempengaruhi
ketepatan dalam melihat bayangan benda, semakin baik lensa maka
semakin jelas bayangan yang ditimbulkan.
c) Klem dan statif, sebaiknya digunakan yang masih baik, karena klem
yang kurang baik menjadikan posisi benda menjadi tidak stabil,
sehingga mempengaruhi pengamatan saat pengukuran.
d) Intensitas cahaya. Pada percobaan ini, faktor yang sangat berpengaruh
adalah intensitas cahaya. Karena semakin tinggi intensitas cahaya yang
tersedia bayangan yang terbentuk pada lensa semakin jelas. Hal ini akan
mempermudah pengukuran pada percobaan, sehingga dalam
menentukan perhitungan terhadap data yang diperoleh dapat akurat.
Tingkat keakuratan pengukuran pada percobaan dapat diketahui dari
presentase ralat yang dilakukan.




Laporan Praktikum Fisika Dasar II


99
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA


Yasin, dkk. 2008. Laporan Praktikum Fisika Dasar 1 Percobaan Indeks Bias dan
Zat Cair: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
www.mediabelajaronline.blogspot.com
www.aktifisika.wordpress.com
www.sidikpurnomo.net
www.wikipedia.com














Laporan Praktikum Fisika Dasar II


10
0






MODUL 4
RESISTANSI KULIT







Laporan Praktikum Fisika Dasar II


10
1
RESISTANSI KULIT

I. DASAR TEORI
Resistansi kulit adalah hambatan pada kulit. Dalam dunia elektronika bisanya
digunakan sebagai penghambat arus listrik. Hal yang bisa mempengaruhi
resistansi kulit manusia misalnya suhu, kondisi emosional seperti stress. Stress
merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari hari. Ketika
seseorang mengalami stress maka akan terjadi peningkatan psikologis didalam
tubuh. Dimana parameter-parameter fisiologi yang berubah akibat seseorang
mengalami stress sangat beragam, diantaranya adalah perubahan detak jantung,
perubahan pupil mata, resistansi kulit dan tekanan darah.

Galvanic Skin Respon (GSR) atau resistansi kulit saat ini lebih populer disebut
sebagai Electrodermal Respon (EDR) adalah sebuah metode yang dapat
digunakan untuk menangkap respon sistem saraf otonom sebagai sebuah
parameter dari fungsi kelenjar keringat. Secara fisik GSR adalah sebuah
perubahan elektrik kulit didalam respon terhadap berbagai macam stimuli.
Dengan kata lain GSR adalah perubahan psikologis pada kulit akibat dari
perubahan aktifitas kelenjar keringat, dimana kelenjar keringat akan aktif bila
tubuh dalam kondisi stress atau berada pada kondisi tertekan.
Pada dasarnya alat ini akan memonitor perubahan psikologis sinyal tubuh ketika
seseorang mengalami berbagai macam tekanan. Proyek akhir ini sinyal GSR akan
difiltering pada frekuensi 0,5 sampai 20 Hz. Kemudian sinyal tersebut dikirimkan
ke PC melalui port serial(COM) untuk ditampilkan dan dimonitoring pada PC
dengan parameter pembanding sinyal tekanan darah.

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


10
2
Menurut penelitian di Science Centre Singapore (2009), Berjalannya arus listrik
melalui tubuh manusia biasanya ditentukan oleh resistensi kulit, yang berkisar
dari sekitar 1000 untuk kulit basah untuk sekitar 500.000 untuk kulit kering.
Hambatan internal dari tubuh kecil, yaitu antara 100-500 .

Resistansi tubuh manusia terhadap aliran listrik berubah-ubah sesuai
dengan kondisinya. Resistansi tubuh manusia terdapat hampir pada semua
kulit tubuh. Kulit tubuh terdiri atas 2 (dua) lapisan, lapisan luar dan lapisan
dalam. Lapisan luar tersusun dari sel-sel sisik (scally cell) yang mempunyai
resistansi yang tinggi pada keadaan kering, bersih dan tidak sobek. Untuk kulit
lapisan dalam, karena adanya cairan tubuh, memiliki resistansi relatif lebih
rendah, yakni sekitar 300 .

Jadi jika kulit sedang kering, resistansi menjadi tinggi dan cukup untuk
melindungi dari bahaya sengatan listrik. Tetapi untuk mendapatkan kondisi
kulit yang benar-benar kering adalah hal yang jarang dijumpai.
Kecenderungannya setiap orang akan mengeluarkan keringat walaupun hanya
sedikit. Oleh karena itu dianggap bahwa tubuh selalu basah, resistansi listrik
menjadi rendah.

Selain itu, resistansi tubuh juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Wanita dewasa
memiliki resistansi tubuh yang berbeda dengan laki-laki dewasa. Resistansi
tubuh wanita dewasa lebih rendah dibanding resistansi tubuh laki-laki dewasa.
Oleh karena itu arus listrik yang mengalir ke tubuh wanita dewasa cenderung
lebih besar.

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


10
3
Jadi, hal-hal yang mempengaruhi resistansi tubuh manusia adalah :


Gambar Hal Mempengaruhi Resistansi

Menurut Prof. Drs. Physiol dan Dr. YS. Santoso Giriwijoyo, sel-sel dalam tubuh
manusia yang jumlahnya lebih dari 1 trilyun, masing-masing mempunyai muatan
listrik sebesar 90 V/m dengan muatan positif di luar membran sel dan muatan
negative di dalamnya. Listrik yang dihasilkan di dalam tubuh berfungsi untuk
mengendalikan dan mengoperasikan saraf, otot dan berbagai organ. Kerja otak
pada dasarnya bersifat elektrik.

Nilai resistansi kulit manusia sebenarnya tersebar di seluruh permukaan kulit,
namun menurut hasil riset, nilai resistansi terendah terletak di tangan. Itulah
sebabnya orang banyak kesetrum lewat kontak tangan.

Komponen listrik yang mengalir dalam tubuh sesuai dengan hukum ohm
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu arus , resistansi tubuh dan tegangan sentuh.

R= V/I

Dimana R= resistansi tubuh
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


10
4
V= tegangan sentuh kulit
I= arus yang mengalir dalam tubuh

Besarnya arus yang mengalir di tubuh, berbeda-beda nilainya. Saat kita dialiri
arus dengan nilai arus tertentu, berbeda pula akibat yang dirasakan.

Besar arus Pengaruhnya pada tubuh manusia
0 0,9 mA Belum merasakan pengaruh
0,9 1,2 mA Baru terasa adanya arus listrik tapi tidak
menimbulkan kejang
1,2 1,6 mA Mulai terasa se akan2 ada yang merayap didalam
tangan
1,6 6,0 mA Tangan sampai kesiku merasa kesemutan
6,0 8,0 mA Tangan mulai kaku, rasa kesemutan makin
bertambah
13 15,0 mA Rasa sakit tak tertahankan penghantar masih
dapat dilepas
15 20,0 mA Otot tidak sanggup lagi melepaskan penghantar
20 50,0 mA Dapat mengakibatkan kerusakan pada tubuh
manusia
50 100,0 mA Batas arus yang dapat menyebabkan kematian

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


10
5


Tegangan sentuh

Tegangan (contact voltage) ini timbul ketika seseorang memegang sebuah benda
atau konduktor yang sedang dialiri arus dimana orang tersebut juga terhubung
ke ground.
Besar arus yang mengalir dibatasi oleh nilai resistansi dari tubuh manusia
tersebut,
Tegangan Sentuh Yang Tidak Membahayakan
Durasi (detik) Tegangan Sentuh (Volt)
0.1 1.980
0.2 1.400
0.3 1.140
0.4 990
0.5 890
1 626
2 443
3 362
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


10
6

Pemanfaatan dari resistansi kulit diantaranya adalah untk mendeteksi
kebohongan. Alatnya bernama Detektor Bohong
Prinsip dari detektor kebohongan
telah diketahui secara luas; keadaaan emosi seseorang tidak hanya ditandai
dengan detak jantung yang lebih cepat, dan tangan yang bergetar, tetapi juga
dengan meningkatnya kadar air pada permukaan kulit. Karena kulit menjadi
berair, maka reistansinya akan lebih rendah dan ini akan menyebabkan detektor
kebohongan bereaksi. Detektor kebohongan ini sesungguhnya memberikan dua
pembacaan : satu untuk orang percobaan ketika ditanyakan soal yang sulit dan
satu lagi untuk menunjukkan keadaan emosi umum dari seseorang.

Dua potong kawat lentur digulung pada jari-jari atau pergelangan tangan dan di
pergunakan sebagai penerima. Tentu berarti kontak langsung dengan rangkaian
dan oleh karena itu harus diberi tegangan 9 V.
Tiap perubahan resistansi, oleh karena itu tegangannya pula, pada masukan
rangkaian akan diperkuat oleh penguat operasional (op-amp) A
1
, yang juga akan
berlaku sebagai penyangga. Hasilnya, isyarat keluaran akan memberikan
pembacaan. Meter yang paling cocok untuk tujuan ini adalah jenis yang dipakai
penerima FM pada penunjuk penala, yaitu nol di tengah. Kapasitor C
1
menjamin
penekanan dengung (hum) yang muncul.

Keadaan emosi dari seseorang dapat ditentukan dengan mengukur resistansi
rata-rata kulit pada suatu jangka waktu. Tanda ini diberikan oleh sebuah meter
yang dihubungkan ke titik B pada rangkaian.

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


10
7
Penguat operasional A
2
terhubung sebagai integrator dan memungkinkan
rangkaian mengatur secara otomatis harga rata-rata resistansi kulit. Jangka
waktu lamanya resistansi diukur ditentukan terutama oleh R
5
, C
2
, C
3
. Bila waktu
ini habis, meter yang tersambung pada keluaran B tak akan memberikan suatu
pembacaan (meter biasa dapat dipakai), akan tetapi dioda D
1
dan D
2
menjamin
bahwa rangkaian segera bekerja secepat mungkin.

Potensiometer P
1
memungkinkan penundaan waktu dari rangkaian. Karena
resistansi kulit berbeda dari satu orang dengan yang lainnya maka perlu untuk
merubah harga resistor R
1
. Bila perlu perbaikan lebih jauh dapat dilakukan
dengan mengganti resistor ini dengan potensiometer.

Pembacaan meter B yang terlalu tinggi menunjukkan bahwa resistansi dari orang
percobaan rendah (karakteristik orang dengan tangan basah / lembab) dan
dianjurkan untuk mengurangi harga R
1.


Mendeteksi kebohongan memang bukan hal mudah. Meskipun ada tanda-tanda
tertentu ketika seseorang berbohong. Tapi dengan alat pendeteksi kebohongan
atau Polygraph, seorang yang ahli berbohong pun tidak akan bisa mengelak.
Bagaimana cara kerja alat itu? Tiap orang memang memiliki gaya berbohong
yang berbeda-beda. Banyak alasan yang dikemukakan saat berbohong, namun
umumnya seseorang berbohong sebagai suatu mekanisme pertahanan diri untuk
menghindari masalah. Sebuah alat yang diciptakan khusus untuk mendeteksi
kebohongan pun akhirnya diciptakan. Alat yang diberi nama Polygraph itu
diciptakan pertama kali oleh James Mackenzie pada tahun 1902. Kemudian pada
tahun 1921, dibuat versi modernnya oleh John Larson, yang dulu merupakan
mahasiswa University of California.

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


10
8
Polygraph banyak digunakan oleh kepolisian atau FBI untuk melakukan interogasi
dan investigasi suatu kasus. Namun alat ini masih menuai kontroversi terutama
di kalangan psikolog. Mereka mengatakan tidak ada standar khusus yang bisa
mendeteksi kebohongan. Cara kerja Polygraph adalah dengan mencatat dan
merekam seluruh respons tubuh secara simultan ketika seseorang diberi
pertanyaan. Secara sederhana, ketika seseorang berbohong, ucapan yang
dikeluarkannya akan menghasilkan reaksi psikologis di dalam tubuh yang akan
mempengaruhi kerja organ tubuh seperti jantung, kulit, dan lainnya.

Melalui sensor yang dihubungkan pada bagian tubuh atau organ tersebut,
diketahuilah grafik perubahan fungsi organ tersebut, diantaranya grafik bernafas,
detak jantung, tekanan darah, keringat dan lainnya. Pemeriksaan dengan
Polygraph umumnya mencapai 2 jam dengan tingkat keakuratan hingga 90
persen. Satu paket alat Polygraph terdiri atas monitor dan alat sensor digital
lainnya yang dihubungkan ke seluruh bagian tubuh untuk mengetahui perubahan
atau fluktuasi psikologia ketika seseorang berbicara jujur atau bohong.

Begini prosedur kerjanya
1. Seseorang yang akan diuji dengan alat Polygraph duduk di bangku. Di
dalam ruangan interogasi hanya ada dua orang, yaitu penguji (Forensic
Psychophysiologist) dan orang yang diuji.
2. Beberapa sensor yang terhubung dengan kabel-kabel pada alat Polygraph
dipasang di tubuh orang yang akan diuji. Sensor tersebut antara lain yaitu
:
1. Pneumograph, untuk mendeteksi ritme nafas, ditempelkan pada
bagian dada dan perut, bekerja ketika ada kontraksi di otot dan udara di
dalam tabung.
2. Blood Pressure Cuff, untuk mendeteksi perubahan tekanan darah dan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


10
9
detak jantung, ditempelkan pada bagian lengan atas, bekerja seiring
dengan suara yang muncul dari denyut jantung atau aliran darah.
3. Galvanic skin resistance (GSR), untuk mendeteksi keringat terutama di
daerah tangan, ditempelkan pada jari-jari tangan, bekerja dengan
mendeteksi seberapa banyak keringat yang keluar ketika dalam keadaan
tertekan dan berbohong.

3. Penguji kemudian memberikan beberapa pertanyaan kepada seseorang
mengenai suatu topik, isu atau kasus.
4. Penguji akan membaca grafik tersebut dan mengetahui apakah ada reaksi
yang tidak normal atau fluktuatif.
5. Fluktuasi yang terbaca oleh alat Polygraph akan menentukan apakah
seseorang berbohong atau jujur.

Dapat digambarkan sebagai berikut :
Terdeteksi bohong atau tidaknya seseorang terbaca alat polygraph terlihat pada
grafik kondisi nafas input berupa ritme nafas, tekanan darah, dan intensitas
keringat tubuh
Keringat adalah respon dari keadaan emosional. Saat kita grogi atau gugup, ada
peningkatan aktivitas saraf simpatis dalam tubuh yang juga mengakibatkan
kenaikan sekresi ephinerphin dari kelenjar adrenalin.

Substansi ini bekerja pada kelenjar keringat, yakni pada telapak tangan dan
ketiak, memproduksi keringat. Hal inilah yang menyebabkan keringat dingin
tersebut. Semakin grogi seseorang, aktivitas ephinerphin pun semakin
meningkat. Akibatnya? Tentu saja, keringat semakin menjadi-jadi . Peningkatan
aktivitas saraf simpatis ini juga mengakibatkan perubahan resistansi elektrik kulit.
Biasanya, hal inilah yang menjadi basis penggunaan lie detector.
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


11
0

II. PERALATAN
1. Elektroda Ag-AgCl dan jeli.
2. Ampere meter
3. Sumber arus DC ( baterei 1.5 volt/
4. Air Panas (400C) dan air dingin (100C)
5. Termometer
6. Stopwatch

III.PROSEDUR PERCOBAAN
1. Dibuat rangkaian alat pengukur resistansi kulit seperti pada gambar
diatas
2. Diukur arus listrik pada salah satu telapak tangan dalam kondisi kering
dengan sebelumnya di beri jeli secukupnya.
3. Mengulangi langkah 2 dengan telapak tangan yang telah direndan air
bersuhu normal selama 3 menit
4. Mengulangi langkah 2 dengan telapak tangan yang telah direndan air
bersuhu 400C selama 3 menit
5. Mengulangi langkah 2 dengan telapak tangan yang telah direndam air
bersuhu 10OC selama 3 menit
6. Diamati dan dianalisa hasil percobaan.

IV.HASIL PERCOBAAN

NO NAMA KONDISI KULIT
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


11
1
KERING BASAH NORMAL BASAH HANGAT BASAH DINGIN
I (mA) I(mA) T(
0
C) I(mA) T(
0
C) I(mA) T(
0
C)
1 ARINI 9 6 27 5 41 4 20
2 NOVIE 18 5 27 5 39 6 21
3 NURUL 11 6 27 6 46.5 4 19
4 HENDRIK 11 7 28 7 43 5 23
5 WINOTO 13 9 27 10 10 8 19




VI. TUGAS AWAL

1. Jelaskan bagaimana GSR dapat diaplikasikan untuk deteksi kebohongan
2. Jika terjadi penurunan resistansi kulit, apakah yang akan terjadi dengan
temperatur kulit !
3. Mengapa GSR digunakan pada telapak tangan !
4. Apa yang terjadi jika resistansi kulit meningkat hingga 1 MQ !
5. Mengapa elektroda yang digunakan adalah Ag-AgCl ?
6. Mengapa harus digunakan sumber arus DC? Apakah yang terjadi jika
diberikan arus AC?
7. Apakah yang dimaksud dengan metoda peletakan elektroda bipolar dan
unipolar? Belum
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


11
2
8. Jelaskan timbulnya kelistrikan dalam tubuh!
JAWABAN
1. Aplikasinya adalah bila alat GSR ditempelkan pada telapak tangan
pada manusia maka alat tersebut bisa menangkap reaksi yang terjadi
pada telapak tangan misalnya aktifitas keringat. Aktifitas keringat
tersebut sebagai indikator kondisi emosional seseorang. Semakin
berkeringat maka resistansi kulit akan menurun. Hal ini menunjukan
bahwa orang tersebut sedang mengalami tekanan emotional seperti
berbohong. Sehingga kebohongan pun bisa terdeteksi.
2. Temperatur kulit meningkat. Karena resisitansi kulit berbanding
terbalik suhu.
3. Karena kondisi kulit tangan berpori dan memiliki resistansi yang kecil
sehinggan lebih mudah diukur resistansinya dibandingkan organ
tubuh yang lain. Dimana nilai dari tegangan kulit yang diukur, apabila
diukur dengan mengunakan alat ukur tegangan kulit (GSR) maka nilai
dari hasil pengukuran akan sama dengan tegangan pada tubuh
manusia yang diukur.
4. m
5. Dengan menggunakan elektroda yang terbuat dari bahan perak /
perak klorida (Ag/AgCl) meminimalkan overpotentials (selisih antara
potensial setengah sel diamati untuk sirkuit tertentu dan potensial
setengah sel standar). Dimana potensial standar (E0) adalah potensi
1M konsentrasi larutan pada suhu 25 C ketika tidak ada arus di
seluruh antarmuka. Untuk Ag+Cl-, nilai potensial E0=+0.223V.
sedangkan untuk Ag, nilai potensial E0=+0.799V (data didapat dari
Medical Instrumentation Aplication and Design).
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


11
3
6. Karena arus DC memiliki arus yang stabil sehingga resistansi bisa
terbaca dengan optimal. Bila memakai arus AC resistansi yang terbaca
bukan yang sebenarnya dan bisa menyebabkan kelistrikan ( kesetrum
) pada tubuh.
7. Peletakan bipolar adalah peletakan elektroda dimana hanya
menggunakan 2 elektroda. Contohnya pada alat GSR. Peletakan
unipolar adalah adalah peletakan elektroda dimana menggunakan
banyak elektroda. Contohnya pada alat EKG.
8. Sel-sel dalam tubuh manusia yang jumlahnya lebih dari 1 trilyun,
masing-masing mempunyai muatan listrik sebesar 90 V/m dengan
muatan positif di luar membran sel dan muatan negative di dalamnya.
Listrik yang dihasilkan di dalam tubuh berfungsi untuk mengendalikan
dan mengoperasikan saraf, otot dan berbagai organ. Kerja otak pada
dasarnya bersifat elektrik.

V.TUGAS AKHIR

1. Hitunglah resistansi kulit dari percobaan yang dilakukan!
2. Bandingkan perbedaan resistansi kulit dari masing masing orang!
3. Jelaskan pengaruh dari suhu kulit dengan resistansi kulit!
4. Jelaskan timbulnya kelistrikan dalam tubuh!
5. Sebutkan hal hal apa saja yang mempengaruhi resistansi seseorang
berdasarkan percobaan yang telah dilakukan!
6. Jelaskan menurut pendapat anda apakah kuantitas jeli yang diberikan
pada elektroda akan mempengeruhi resistansi ? Apakah jeli dapat
digantikan?

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


11
4
JAWABAN
1. Bila V=1.5 volt
R= V/I
NO NAMA
KONDISI KULIT
KERING BASAH NORMAL BASAH HANGAT BASAH DINGIN
I (A) R() I (A) R() I (A) R() I (A) R()
1 ARINI 0.009 166.6667 0.006 250 0.005 300 0.004 375
2 NOVIE 0.018 83.3333 0.005 300 0.005 300 0.006 250
3 NURUL 0.011 136.3636 0.006 250 0.006 250 0.004 250
4 HENDRIK 0.011 136.3636 0.007 214.2857 0.007 214.2857 0.005 300
5 WINOTO 0.013 115.3846 0.009 166.6667 0.01 150 0.008 187.5000

2. Perbedaannya sangat beragam. Contonya perbedaan resistansi pada kulit
kering, kulit basah normal, kulit basah hangat dan kulit basah dingin
sangat bervariasi. Setiap orang memiliki resistansi kulit yang berbeda
beda. Hal ini disebabkan karena perbedaan suhu kulit tangan tiap orang
berbeda beda, ketebalan kulit tiap orang berbeda , kondidi emosional
dan genderpun berbeda.
3. Pengaruhnya suhu air bisa menimbulkan perubahan resistansi kulit
manusia. Karena suhu kondisi kulit manusia akan berubah contonya pada
suhu hangat . Resistansinya akan lebih besar dibandingkan dengan suhu
normal.Hal ini dikarenakan resistansi berbanding lurus dengan suhu.
Semakin tinggi suhu maka semakin tinggi pula resistansi kulitnya .
4. Sel-sel dalam tubuh manusia yang jumlahnya lebih dari 1 trilyun, masing-
masing mempunyai muatan listrik sebesar 90 V/m dengan muatan positif
di luar membran sel dan muatan negative di dalamnya. Listrik yang
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


11
5
dihasilkan di dalam tubuh berfungsi untuk mengendalikan dan
mengoperasikan saraf, otot dan berbagai organ. Kerja otak pada dasarnya
bersifat elektrik.
5. Resistansi tubuh manusia terhadap aliran listrik berubah-ubah sesuai
dengan kondisinya. Resistansi tubuh manusia terdapat hampir pada
semua kulit tubuh. Kulit tubuh terdiri atas 2 (dua) lapisan, lapisan luar
dan lapisan dalam. Lapisan luar tersusun dari sel-sel sisik (scally cell)
yang mempunyai resistansi yang tinggi pada keadaan kering, bersih dan
tidak sobek. Untuk kulit lapisan dalam, karena adanya cairan tubuh,
memiliki resistansi relatif lebih rendah, yakni sekitar 300 .Jadi jika kulit
sedang kering, resistansi menjadi tinggi dan cukup untuk melindungi
dari bahaya sengatan listrik. Tetapi untuk mendapatkan kondisi kulit
yang benar-benar kering adalah hal yang jarang dijumpai.
Kecenderungannya setiap orang akan mengeluarkan keringat walaupun
hanya sedikit. Oleh karena itu dianggap bahwa tubuh selalu basah,
resistansi listrik menjadi rendah.Selain itu, resistansi tubuh juga
dipengaruhi oleh jenis kelamin. Wanita dewasa memiliki resistansi tubuh
yang berbeda dengan laki-laki dewasa. Resistansi tubuh wanita
dewasa lebih rendah dibanding resistansi tubuh laki-laki dewasa. Oleh
karena itu arus listrik yang mengalir ke tubuh wanita dewasa
cenderung lebih besar.Tebal tipisnya kulit juga membpengaruhi
resistansi kulit manusia. Semakin tebal kulit maka resitansi kulitnya akan
semakin besar. Sebaliknya selakin tipis kulit manusia maka resistansi
kulitnya akan semakin kecil.
6. Tidak mempengaruhi. Jeli tersebut hanya berperan sebagai penurun
tegangan kulit. Sehingga elektroda bisa menempel dengan kuat . Selain
itu jeli berperan sebagai penghubung antara kulit dengan alat .

VI. KESIMPULAN
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


11
6
1. Aktifitas keringat dan kondisi emotional bisa terbaca oleh alat
pengukur resistansi kulit. Aktifitas keringat dan kondisi emotional bisa
terbaca dengan adanya perubahan resistansi pada kulit.
2. Mengukur resistansi kulit dengan cara mengalirkan arus listrik.
Besarnya resistansi kulit bisa dihitung dengan membagi tergangan
yang dialirkan dibagi dengan kuat arusnya.
3. Besaran besaran listrik dalam tubuh diantaranya hambatan atau R
(), tegangan atau V (volt) dan arus listrik atau I ( Ampere). Hambatan
berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan
kuat arus listrik.

























Laporan Praktikum Fisika Dasar II


11
7




MODUL 6
HUKUM OHM












BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Tujuan Percobaan :
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


11
8
1. Menentukan karakteristik beberapa komponen listrik dengan
menggunakan amperemeter dan voltmeter.
2. Mengenal hubungan seri dan paralel.

I.2. Alat Percobaan :
1. Amperemeter DC
2. Voltmeter DC
3. Sumber arus DC
4. Beberapa komponen (lampu, hambatan, NTC dan dioda)
5. Kabel kabel penghubung.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


11
9
II.1. Teori Penunjang :
Sebuah elemen listrik X, bila diberi beda potensial maka akn dialiri
arus listrik di dalamnya. Untuk suatu hambatan biasa, pada umumnya
grafik karakteristiknya I vs V adalah linier memenuhi persamaan :
E = I . R .(1)
Dimana :
E : beda potensial antara ujung ujung elemen
I : kuat arus yang melalui elemen
R : besarnya hambatan
Sedangkan elemen elemen lainnya tidak linier.
Daya (power) yang diberikan kepada elemen listrik :
P = V . I(2)
Pada percobaan ini digunakan rangkaian metode 1 dan metode 2 ( lihat
gambar 1 dan gambar 2) yang masing masing mempunyai perbedaan.
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


12
0

Metode 1 memberikan pengukuran tegangan yang sebenarnya pada
elemen X sedangan metode 2 memberikan pengukuran kuat arus yang
sebenarnya yang melalui elemen X.

II. 2. Teori Tambahan :
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik
yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan
beda potensial yang diterapkan kepadanya
.
Sebuah benda penghantar
dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak
bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan
kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua
jenis penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan
sejarah.
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


12
1
Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan:

dimana I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam
satuan Ampere, V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung
penghantar dalam satuan volt, dan R adalah nilai hambatan listrik
(resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam satuan ohm.
Hukum ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dari
Jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang
berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun
1827.
Ohm diambil dari nama tokoh fisika George Simon Ohm. Dia
merupakan ilmuan yang berhasil menentukan hubungan antara beda
potensial dengan arus listrik. Selain tiu dia juga menenmukan bahwa
perbandingan antara beda potensial di suatu beban listrik dengan arus
yang mengalir pada beban listrik tersebut menghasilkan angka yang
konstan. Konstanta ini kemudian di kenal dengan Hambatan listrik (R).
Untuk menghargai jasanya maka satuan Hambatan listrik adalah Ohm ().
Bunyi hukum Ohm hampir setiap buku berbeda beda,Tetapi secara garis
besar semuanya hampir sama, ada 2 bunyi hukum Ohm yaitu :
1. Besarnya arus listrik yang mengalir sebanding dengan besarnya
beda potensial (Tegangan). Untuk sementara tegangan dan beda
potensial dianggap sama walau sebenarnya kedua secara konsep
berbeda. Secara matematika di tuliskan I V atau V I, Untuk
menghilangkan kesebandingan ini maka perlu ditambahkan
sebuah konstanta yang kemudian di kenal dengan Hambatan (R)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


12
2
sehingga persamaannya menjadi V = I.R. Dimana V adalah
tegangan (volt), I adalah kuat arus (A) dan R adalah hambatan
(Ohm).
2. Perbandingan antara tegangan dengan kuat arus merupakan
suatu bilangan konstan yang disebut hambatan listrik. Secara
matematika di tuliskan V/I = R atau dituliskan V = I.R.
Keduanya menghasilkan persamaan yang sama, tinggal anda menyukai
dan menyakini yang mana silakan pilih saja karena keduanya benar dan
ada buku literaturnya.
Fungsi utama hukum Ohm adalah digunakan untuk mengetahui
hubungan tegangan dan kuat arus serta dapat digunakan untuk
menentukan suatu hambatan beban listrik tanpa menggunakan
Ohmmeter. Kesimpulan akhir hukum Ohm adalah semakin besar sumber
tegangan maka semakin besar arus yang dihasilkan. Kemudian konsep
yang sering salah pada siswa adalah hambatan listrik dipengaruhi oleh
besar tegangan dan arus listrik. Konsep ini salah, besar kecilnya hambatan
listrik tidak dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus listrik tetapi
dipengaruhi oleh panjang penampang, luas penampang dan jenis bahan.






Laporan Praktikum Fisika Dasar II


12
3








BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar.1 dengan memakai
lampu, dan belum di hubungkan dengan sumber tegangan.
Perhatikan besarnya tegangan listrik yang harus digunakan
(ditentukan oleh asisten).
2. Setelah rangakaian diperiksa oleh asisten, dengan persetujuannya,
barulah rangkaian dihubungkan dengan sumber tegangan.
3. Mencatat kuat arus untuk beberapa harga beda potensial dari
yang kecil hingga yang besar (Tanya pada asisten harga harga
ini). Begitu pula sebaliknya dari yang besar hingga yang kecil.
4. Mengulangi percobaan diatas dengan menggunakan termistor,
NTC, hambatan dan dioda.
5. Mengulangi percobaan 1 s/d 3 dengan menggunakan dua
komponen yang dipasang seri.
6. Mengulangi percobaan 5 dengan komponen dipasang paralel.
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


12
4
7. Mengulangi percobaan 1 s/d 6 untuk rangkaian seperti pada
gambar.2.












BAB IV
DATA PERCOBAAN

a. Tanpa Beban
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


12
5
No
Pengukuran Naik Pengukuran Turun
E (volt) I (mA) E (volt) I (mA)
1 4 0 11 0
2 5.5 0 7.5 0
3 7.5 0 5.5 0
4 11 0 4 0


b. Dengan Beban
No Komponen
Pengukuran Naik Pengukuran Turun
E (volt) I (mA) E (volt) I (mA)
1 lampu
3.5 40 10.5 70
5 50 7 60
7 60 5 50
10.5 70 3.5 40
2 Dioda
4 0 11 0
5.5 0 7 0
7 0 5 0
11 0 3.5 0
3 Resistor
3.5 40 10 120
5 50 6.5 70
6.5 70 9 50
10 120 3.5 40
4 NTC
3 40 - -
4.5 70 5.5 150
5.5 130 4.5 150
- - 2.5 90




c. Hubungan Seri dan Paralel
No. Komponen
Pengukuran Naik Pengukuran Turun
E (Volt) I (mA) E (Volt) I (mA)
1
Lampu 3.5 10 10 50
& 5 20 6.5 40
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


12
6
Resistor 6.5 30 5 20
(Terhubung Seri) 10 50 3.5 10
2
Lampu 2.5 70 9 180
& 4 100 5.5 130
Resistor 5 120 4.5 100
(Terhubung Paralel) 9 180 3 70

a. Dengan Beban
No Komponen
Pengukuran Naik Pengukuran Turun
E (volt) I (mA) E (volt) I (mA)
1 lampu
3.5 40 10.5 80
5.5 50 7 60
7 60 5.5 50
10.5 80 3.5 40
2 Dioda
4 0 11 0
5.5 0 7 0
7.5 0 5.5 0
11 0 4 0
3 Resistor
3.5 40 10.5 120
5 60 7 80
7 80 5 60
10.5 120 3.5 40
4 NTC
3.5 40 - -
5.5 80 7 170
7 140 5 130
- - 3.5 80


Laporan Praktikum Fisika Dasar II


12
7


b. Hububgan Seri dan Paralel
No. Komponen
Pengukuran Naik Pengukuran Turun
E (Volt) I (mA) E (Volt) I (mA)
1
Lampu 3.5 10 10.5 60
& 5.5 20 7 40
Resistor 7 40 5.5 20
(Terhubung Seri) 10.5 60 3.5 10
2
Lampu 3.5 80 10.5 180
& 5 100 7 130
Resistor 7 130 5 100
(Terhubung Paralel) 10.5 180 3.5 80





LAMPIRAN
TUGAS PENDAHULUAN
1. Memberi koreksi bila diketahui hambatan dalam voltmeter adalah
dengan menggunakan rumus IR + IR
V
= I (R+R
V
)
2. Pada gambar.2 cara memberi koreksinya dengan menggunakan
rumus IA=

)
3. Rangkaian yang pling baik untuk percibaan ini adalah rangkaian
paralel, karena tidak bergantung pada arus.
4. Pengaruh suhu/temperature adalah semakin tinggi temperature
suatu penghantar, semakin tinggi pula getaran elektron-elektron
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


12
8
bebas dalam penghantar. Elektron-elektron tersebutlah yang akan
menghambat jalannya muatan listrik dan penghantar tersebut.
5. Hambatan ohmik adalah hambatan yang tidak dipngaruhi oleh
arus, sedangkan non ohmik adalah hambatan yang dipengaruhi
oleh arus.


TUGAS AKHIR
1. Menghitung hambatan dari setiap komponen
2. Menghitung hambatan seri dan paralel
3. Menghitung daya yang diberikan pada setiap komponen.

1. Tanpa Beban
No
Pengukuran
Naik
pengukuran
Turun
Hambatan
1
2
3
4

Laporan Praktikum Fisika Dasar II


12
9
2. Dengan beban
No Komponen
Pengukuran Naik
Pengukuran
Turun
Hambatan
1 Lampu
87.5 150
100 116.67
116.67 100
150 87.5
2 Dioda




3 Resistor
87.5 83.33
100 92.8
92.8 100
83.33 87.5
4 NTC
75
64.29 36.67
42.31 30
27.78

3. Hubungan seri dan paralel
No Komponen
Pengukuran
Naik
Pengukuran
Turun
Hambatan
1
Lampu 350 200
& 250 162.5
Resistor 216.67 250
(Terhubung Seri) 200 350
2
Lampu 35.71 50
& 40 42.31
Resistor 41.67 45
(Terhubung Paralel) 50 42.86

4. Tanpa beban
No Pengukuran pengukuran
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


13
0
Naik Turun
Daya
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0

5. Dengan beban
No Komponen
Pengukuran Naik
Pengukuran
Turun
Daya
1 Lampu
0.14 0.735
0.25 0.42
0.42 0.25
0.735 0.14
2 Dioda
0 0
0 0
0 0
0 0
3 Resistor
0.14 1.2
0.25 0.455
0.455 0.25
1.2 0.14
4 NTC
0.12
0.315 0.825
0.715 0.675
0.225

6. Seri dan paralel
No Komponen
Pengukuran
Naik
Pengukuran
Turun
Daya
1
Lampu 0.035 0.5
& 0.1 0.26
Resistor 0.195 0.1
(Terhubung Seri) 0.5 0.035
2 Lampu 0.175 1.62
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


13
1
& 0.4 0.715
Resistor 0.6 0.45
(Terhubung Paralel) 1.62 0.21


1. Dengan beban
No Komponen
Pengukuran Naik Pengukuran Turun
Hambatan
1 Lampu
87.5 131.25
110 116.67
116.67 110
131.35 87.5
2 Dioda




3 Resistor
87.5 87.5
83.33 87.5
87.5 83.33
87.5 87.5
4 NTC
87.5
68.75 41.18
50 38.46
43.73
2. Hubungan seri dan paralel
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


13
2
No Komponen
Pengukuran
Naik
Pengukuran
Turun
Hambatan
1
Lampu 350 175
& 275 175
Resistor 175 275
(Terhubung Seri) 175 350
2
Lampu 43.75 58.33
& 50 53.84
Resistor 53.84 50
(Terhubung Paralel) 58.33 43.7

3. Dengan beban
No Komponen
Pengukuran Naik
Pengukuran
Turun
Daya
1 Lampu
0.14 0.84
0.275 0.42
0.42 0.275
0.84 0.14
2 Dioda
0 0
0 0
0 0
0 0
3 Resistor
0.14 1.26
0.3 0.56
0.56 0.3
1.26 0.14
4 NTC
0.14
0.22 1.19
0.98 0.65
0.28

4. Hubungan seri dan parallel
No Komponen
Pengukuran
Naik
Pengukuran
Turun
Daya
1 Lampu 0.01 0.63
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


13
3
& 0.11 0.28
Resistor 0.28 0.11
(Terhubung Seri) 0.63 0,01
2
Lampu 0.28 1.89
& 0.5 0.91
Resistor 0.91 0.5
(Terhubung
Paralel) 1.89 0.28









4 . Gambar grafik V terhadap I
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


13
4







- Gambar 1
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
4 5.5 7.5 11
A

V
Tanpa Beban (Pengukuran naik)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
4 5.5 7.5 11
A

V
Tanpa Beban (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


13
5





0
10
20
30
40
50
60
70
80
3.5 5 7 10.5
A

V
Lampu (Pengukuran Naik)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
3.5 5 7 10.5
A

V
Lampu (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


13
6



0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
4 5.5 7 11
A

V
Dioda (Pengukuran Naik)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
3.5 5 7 11
A

V
Dioda (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


13
7



0
20
40
60
80
100
120
140
3.5 5 6.5 10
A

V
Resistor (Pengikuran Naik)
0
20
40
60
80
100
120
140
3.5 5 6.5 10
A

V
Resistor (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


13
8




- Lampu dan resistor terhubung seri dan paralel
0
20
40
60
80
100
120
140
3 4.5 5.5
A

V
NTC (Pengukuran Naik)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2.5 4.5 5.5
A

V
NTC (pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


13
9




0
10
20
30
40
50
60
3.5 5 6.5 10
A

V
Seri (pengukuran Naik)
0
10
20
30
40
50
60
3.5 5 6.5 10
A

V
Seri (Pengukuran turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


14
0







0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
2.5 4 5 9
A

V
Paralel (Pengukuran Naik)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
3 4.5 5.5 9
A

V
Paralel (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


14
1

- Gambar 2




0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
3.5 5.5 7 10.5
A

V
Lampu (Pengukuran Naik)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
3.5 5.5 7 10.5
A

V
Lampu (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


14
2



0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
4 5.5 7.5 11
A

V
Dioda (Pengukuran Naik)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
4 5.5 7.5 11
A

V
Dioda (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


14
3



0
20
40
60
80
100
120
140
3.5 5 7 10.5
A

V
Resistor (Pengukuran Naik)
0
20
40
60
80
100
120
140
3.5 5 7 10.5
A

V
Resistor (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


14
4







0
20
40
60
80
100
120
140
160
3.5 5.5 7
A

V
NTC (Pengukuran Naik)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
3.5 5 7
A

V
NTC (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


14
5
- Lampu dan resistor terhububg seri dan paralel



0
10
20
30
40
50
60
70
3.5 5.5 7 10.5
A

V
Seri (Pengukuran Naik)
0
10
20
30
40
50
60
70
3.5 5.5 7 10.5
A

V
Seri (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


14
6




5. Grafik hambatan sebagai fungsi dari daya
- Gambar 1
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
3.5 5 7 10.5
A

V
Paralel (Pengukuran Naik)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
3.5 5 7 10.5
A

V
Paralel (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


14
7



0
20
40
60
80
100
120
140
160
0.14 0.25 0.42 0.735
R

P
Lampu (pengukuran Naik)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0.14 0.25 0.42 0.735
R

P
Lampu (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


14
8



0
20
40
60
80
100
120
0.14 0.25 0.455 1.2
R

P
Resistor (Pengukuran Naik)
0
20
40
60
80
100
120
0.14 0.25 0.455 1.2
R

P
Resistor (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


14
9




- Lampu dan resistor terhubung seri dan paralel
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0.12 0.315 0.715
R

P
NTC (Pengukuran Naik)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0.225 0.675 0.825
R

P
NTC (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


15
0



0
50
100
150
200
250
300
350
400
0.035 0.1 0.195 0.5
R

P
Seri (Pengukuran Naik)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0.035 0.1 0.26 0.5
R

P
Seri (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


15
1






0
10
20
30
40
50
60
0.175 0.4 0.6 1.62
R

P
Paralel (Pengukuran Naik)
38
40
42
44
46
48
50
52
0.21 0.45 0.715 1.62
R

P
Paralel (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


15
2

Gambar 2



0
20
40
60
80
100
120
140
0.14 0.275 0.42 0.84
R

P
Lampu (Pengukuran Naik)
0
20
40
60
80
100
120
140
0.14 0.275 0.42 0.84
R

P
Lampu (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


15
3



81
82
83
84
85
86
87
88
0.14 0.3 0.56 1.26
R

P
Resistor (Pengukuran Naik)
81
82
83
84
85
86
87
88
0.14 0.3 0.56 1.26
R

P
Resistor (pengukuranTurun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


15
4




- Lampu dan resistor terhubung seri dan paralel

0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.14 0.22 0.98
R

P
NTC (Pengukuran Naik)
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
0.28 0.65 1.19
R

P
NTC (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


15
5



0
50
100
150
200
250
300
350
400
0.01 0.11 0.28 0.63
R

P
Seri (Pengukuran Naik)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0.01 0.11 0.28 0.63
R

P
Seri (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


15
6




0
10
20
30
40
50
60
70
0.28 0.5 0.91 1.89
R

P
Paralel (Pengukuran Naik)
0
10
20
30
40
50
60
70
0.28 0.5 0.91 1.89
R

P
Paralel (Pengukuran Turun)
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


15
7
6. Pada grafik no 4 dan 5 grafik ada yang turun dan ada pula yang naik
begitu pula dengan harga R (hambatan).
7. Faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah suhu, ketelitian alat ukur,
stabilitas sumber tenaga,dll.
8. Pengaruh suhu/temperature adalah semakin tinggi temperature suatu
penghantar, semakin tinggi pula getaran elektron-elektron bebas dalam
penghantar. Elektron-elektron tersebutlah yang akan menghambat
jalannya muatan listrik dan penghantar tersebut.
9. Dari semua komponen yang digunakan, komponen yang memenuhi
hukum ohm adalah komponen lampu, resistor, dan NTC. Sedangkan pada
komponen Dioda tidak memenuhi karena nilai hambatannya tak hingga ,
sehingga tidak dapat membaca besarnya arus listrik yang mengalir pada
rangkaian tersebut.
10.


PEMBAHASAN
Pada pengukuran tanpa beban, jarum skala pada miliampermeter tidak
mngalami pergerakan. Itu berarti nilai hambatannya tak hingga, shingga tidak
ada lagi arus yang terbaca. Hal serupa juga terjadi pada komponen dioda.



DAFTAR PUSTAKA

Haliday and Resnick.
Laporan Praktikum Fisika Dasar II


15
8

You might also like