You are on page 1of 7

BAB 1 Pendahuluan

Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan serta dapat dimanIaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. (PERMENKES RI
NO : 986/MENKES/PER/1992).Undang undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pada Pasal 22
ayat (4) menyatakan bahwa setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan
meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standart dan persyaratan. Pada penjelasan ayat 4
antara lain tempat atau sarana yang dikelola secara komersial, memiliki resiko bahaya kesehatan yang
tinggi, tempat yang mudah terjangkit atau tempat yang intensitas jumlah dan waktu kunjungan yang
tinggi serta tempat pelayanan yang memiliki jumlah tenaga kerja tertentu.

Air bersih adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya
memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan dapat diminum apabila telah dimasak. Sumber
penyediaan air minum dan air bersih untuk keperluan rumah sakit dapat diperoleh dari Perusahaan Air
Minum (PAM), sumber air tanah atau lainnya yang telah diolah (treatment) sehingga memenuhi
persyaratan kesehatan. Menurut Permenkes RI No.986 MENKES/PER/1992 bahwa jumlah kebutuhan air
bersih untuk Iasilitas sanitasi rumah sakit adalah 500 liter/tempat tidur/hari. Jumlah ini harus terpenuhi
sehingga kebutuhan air bersih rumah sakit ini dapat mencukupi semua kegiatan medis dan nonmedis.

PP N0. 19/1994 jo PP 12/1995 tentang Pengelolaan Limbah B3, uraian pada pasal 4 yaitu setiap
orang atau badan usaha dilarang membuang limbah B3 secara langsung ke dalam air, tanah atau udara.
Rumah sakit salah satu badan usaha yang menghasilkan limbah B3 sehingga diharuskan mengelola
limbah dengan baik. Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan sehingga jika dibuang ke lingkungan
tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu menyebabkan kualitas air menjadi turun sampai ke tingkat
tertentu. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar atau jumlah unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam
sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001).

Minimisasi limbah yaitu proses untuk meminimalkan limbah sehingga mendapatkan nilai
ekonomis, penghematan energi, konsumsi atau eksploitasi sumber daya alam turun dan produksi toxic
juga turun. Program minimisasi limbah antara lain: reduce (mengurangi) reuse (penggunaan kembali)
recycle (daur ulang) dan recovery (perolehan kembali)

















BAB 2 Pembahasan

A. Kebutuhan air rumah sakit

Desain kebutuhan air untuk rumah sakit tidak dapat disamakan dengan desain kebutuhan air untuk
hotel, hunian/residential, mal atau bangunan komersial lainnya. Desain kebutuhan air untuk rumah sakit
harus dibuat berdasarkan pelbagai aktivitas rumah sakit dan orang-orang didalamnya yang meliputi
pegawai, pasien, pengunjung,dan mesin-mesin didalamnya. Contoh yang jelas untuk ini misalnya
kebutuhan air untuk pasien di unit haemodialysa (cuci darah) yang membutuhkan air reserve osmosis dan
steril, para pengunjung membutuhkan air bersih untuk aktivitas mereka di MCK, sementara unit instalasi
gizi membutuhkan tingkat kualitas air minum baik untuk supply pegawai atau pasien rawat inap. Jika
didetailkan lebih jauh, maka kebutuhan air untuk rumah sakit dapat digolongkan sebagai berikut:

a) Air bersih (Permenkes 416 tentang standart air bersih) untuk MCK dan kebutuhan umum
b) Air lunak / soIt water (heat exchanger, mesin sterilisasi di CSSD, clariIier/ air panas
c) Air reserve osmosis yang diaplikasikan untuk:
- Air minum ( untuk instalasi gizi dan kantin/ caIeteria
- Unit haemodialysa
- Steam generator di boiler dan alat CSSD
- Laboratorium, biasanya ditambahkan lagi deionizer untuk lebih memurnikannya

Kenyataannya, pendirian rumah sakit tidak didasarkan atas kebutuhan tersebut. Rumah sakit yang
baru didirikan biasanya hanya menggunakanIilter pasir dan karbon aktiI saja. Rumah sakit kemudian akan
membuat instalasi air bersih parsial di unit-unit yang membutuhkan tingkat kualitas air lebih tinggi. Hal
ini menyebabkan biaya lebih tinggi dan tidak eIisiennya ruangan yang digunakan karena pengelola harus
menyediakan tempat untuk instalasi air parsial tersebut. Belum lagi masalah estetika, karena rumah sakit
modern dirancang lebih nyaman bagi para pasien dan pengunjungnya. Dalam penggunaan air di rumah
sakit tersebut dapat menghasilkan limbah.

B. Limbah Rumah Sakit
Adanya berbagai sarana pelayanan kesehatan, akan menghasilkan limbah cair maupun padat.
Limbah padat yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu limbah medis dan limbah non medis.
Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan langsung dari kegiatan medis. Limbah ini tergolong dalam
kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B-3) sehingga berpotensi membahayakan komunitas
rumah sakit. Jika pembuangan limbah medis tidak memenuhi syarat, akan menimbulkan bahaya terhadap
masyarakat disekitar lokasi pembuangan. Limbah non medis adalah limbah domestik yang dihasilkan di
RS tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan bukan merupakan limbah B-3,
sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-sama dengan sampah kota yang ada.
Dalam kaitan dengan pengelolaannya, limbah medis dikelompokkan menjadi lima (5), yaitu:
1. Golongan A terdiri dari,
Dressing bedah, swab dan semua limbah yang terkontaminasi
Bahan - bahan linen dari kasus penyakit inIeksi
Seluruh jaringan tubuh manusia, bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan swab dan dressing

2. Golongan B terdiri dari,
Syrenge bekas, jarum, cartride, pecahan gelas dan benda tajam lainnya

3. Golongan C terdiri dari,
Limbah dari laboratorium dan post partum, (kecuali yang termasuk dalam golongan A)

4. Golongan D terdiri dari,
Limbah bahan kimia dan bahan Iarmasi tertentu

5. Golongan E terdiri dari,
Pelapis bed-pan, disposable, urinoir, incontinence-pad dan stamag bags

Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, oleh Departemen Kesehatan RI limbah
medis telah digolongkan sebagai berikut:
a) Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas dan pisau bedah
b) Limbah inIeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
c) Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh. Biasanya
dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi.
d) Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.
e) Limbah Iarmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kedaluwarsa obat yang terbuang karena karena
batch yang tidak memenuhi spesiIikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak
diperlukan lagi atau limbah dari proses produksi obat.
I) Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis,
veterenary, laboratorium, proses sterilisasi atau riset. Dalam hal ini dibedakan dengan buangan
kimia yang termasuk dalam limbah Iarmasi dan sitotoksik.
g) Limbah radioaktiI, yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radionuklida
Selain limbah medis, R.S juga menghasilkan non-medis. Jenis limbah non medis tersebut antara lain,
limbah cair dari kegiatan loundry, limbah domestik cair dan sampah padat.



C. Pengelolaan limbah rumah sakit

Pengelolaan air limbah adalah pengelolaan semua limbah yang berasal dari rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia, dan radioaktiI (DepKes, 1990) . Pengelolaan
air limbah rumah sakit merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya penyehatan lingkungan
rumah sakit yang mempunyai tujuan melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan. Air
limbah yang tidak ditangani secara benar akan mengakibatkan dampak negatiI khususnya bagi kesehatan,
sehingga perlu pengelolaan yang baik agar bila dibuang ke su atu areal tertentu tidak menimbulkan
pencemaran yang didukung dengan Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL) yang dimiliki oleh rumah
sakit itu sendiri.

Pengelolaan limbah cair rumah sakit mempunyai arti penting dalam rangka untuk mengamankan
lingkungan hidup dari gangguan zat pencemar yang ditimbulkan oleh buangan rumah sakit tersebut,
karena air limbah rumah sakit merupakan buangan inIeksius yang berbahaya bagi manusia dan
lingkungan. Dengan pengelolaan yang baik air limbah rumah sakit tersebut dapat diminimalkan dan jika
dibuang ke lingkungan tidak menimbulkan dampak negative bagi lingkungan rumah sakit maupun
lingkungan sekitar rumah sakit tersebut.

Air limbah rumah sakit yang berasal dari buangan domistik maupun buangan limbah cair klinis
umumnya mengadung senyawa pulutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah dengan proses
pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium
biasanya banyak mengandung logam berat yang mana bila air limbah tersebut dialirkan ke dalam proses
pengolahan secara biologis, logam berat tersebut dapat menggagu proses pengolahannya. Oleh karena itu
untuk pengelolaan air limbah rumah sakit, maka air limbah yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan
ditampung, kemudian diolah secara kimia-Iisika, Selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-sama
dengan air limbah yang lain, dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara biologis.Diagram
proses pengelolaan air limbah rumah sakit secara umum dapat dilihat seperti pada gambar.



Berdasarkan keputusan Mentreri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : Kep-
58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit, yang mengharuskan
bahwa setiap rumah sakit harus mengolah air limbah sampai standar yang diijinkan, maka kebutuhan akan
teknologi pengolahan air limbah rumah sakit khususnya yang murah dan hasilnya baik perlu
dikembangkan. Hal ini mengingat bahwa kendala yang paling banyak dijumpai yakni teknologi yang ada
saat ini masih cukup mahal, sedangkan di lain pihak dana yang tersedia untuk membangun unit alat
pengolah air limbah tersebut sangat terbatas sekali.

Untuk rumah sakit dengan kapasitas yang besar umumnya dapat membangun unit alat pengolah
air limbahnya sendiri karena mereka mempunyai dana yang cukup. Tetapi untuk rumah sakit tipe kecil
sampai dengan tipe sedang umumnya sampai saat ini masih membuang air limbahnya ke saluran umum
tanpa pengolahan sama sekali. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan teknologi
pengolahan air limbah rumah sakit yang murah, mudah operasinya serta harganya terjangkau, khususnya
untuk rumah sakit dengan kapasitas kecil sampai sedang. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat kedala
yang cukup besar yakni kurangnya tersedianya teknologi pengolahan yang baik dan harganya murah.
Masalah ini menjadi kendala yang cukup besar terutama untuk rumah sakit kecil, yang mana pihak rumah
sakit tidak/belum mampu untuk membangun unit alat pengilahan air limbah sendiri, sehingga sampai saat
ini masih banyak sekali rumah sakit yang membuang air limbahnya ke saluran umum.

Untuk pengolahan air limbah rumah sakit dengan kapasitas yang besar, umumnya menggunakan
teknlogi pengolahan air limbah 'Lumpur AktiI atau ctivated Sludge Process, tetapi untuk kapasitas
kecil cara tersebut kurang ekonmis karena biaya operasinya cukup besar, kontrol oprasionalnya lebih
sulit. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu menyebarluaskan inIormasi teknologi khususya teknologi
pengolahan air limbah rumah sakit berserta aspek pemilihan teknologi serta keunggulan dan
kekurangannya. Dengan adanya inIormasi yang jelas, maka pihak pengelola rumah sakit dapat memilih
teknologi pengolahan limbah yang sesuai dengan kodisi maupun jumlah air limbah yang akan diolah,
yang layak secara teknis, ekonomis dan memenuhi standar lingkungan. Pengolahan air limbah dapat
dilakukan dengan berbagai metode antara lain Pengolahan Air Limbah dengan Proses Reaktor Biologis
Putar (RBC), Proses Aerasi Kontak, proses bioIilter 'up-Ilow, sistem bioIilter aerob-anaerob, dan sistem
lumpur aktiI yang akan dibahas di makalah ini.



D. Teknologi pengolahan air limbah dengan lumpur aktiI

Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktiI secara umum terdiri dari bak pengendap awal,
bak aerasi dan bak pengendap akhir, serta bak khlorinasi untuk membunuh bakteri patogen. Secara umum
proses pengolahannya adalah sebagai berikut.
a) Air limbah yang berasal dari rumah sakit ditampung ke dalam bak penampung air limbah. Bak
penampung ini berIungsi sebagai bak pengatur debit air limbah serta dilengkapi dengan saringan
kasar untuk memisahkan kotoran yang besar.
b) Kemudian, air limbah dalam bak penampung di pompa ke bak pengendap awal. Bak pengendap
awal berIungsi untuk menurunkan padatan tersuspensi (Suspended Solids) sekitar 30 - 40 , serta
BOD sekitar 25 .
c) Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak
aerasi ini air limbah dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan
menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah. Energi yang didapatkan dari hasil
penguraian zat rganik tersebut digunakan oleh mikrorganisme untuk proses pertumbuhannya.
Dengan demikian didalam bak aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang biomasa dalam
jumlah yang besar. Biomasa atau mikroorganisme inilah yang akan menguaraikan senyawa
polutan yang ada di dalam air limbah.
d) Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktiI yang
mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi
dengan pompa sirkulasi lumpur.
e) Air limpasan(over Ilow) dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak
kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-
organisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung
dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan proses ini air limbah rumah sakit dengan
konsentrasi BOD 250 - 300 mg/lt dapat di turunkan kadar BOD nya menjadi 20 -30 mg/lt. Skema
proses pengolahan air limbah rumah sakit dengan sistem aerasi kontak dapat dilihat pada gambar
. Surplus lumpur dari bak pengendap awal maupun akhir ditampung ke dalam bak pengering
lumpur, sedangkan air resapannya ditampung kembali di bak penampung air limbah.

Keunggulan proses lumpur aktiI ini adalah dapat mengolah air limbah dengan beban BOD yang
besar, sehingga tidak memerlukan tempat yang besar. Proses ini cocok digunakan untuk mengolah air
limbah dalam jumlah yang besar. Sedangkan beberapa kelemahannya antara lain yakni kemungkinan
dapat terjadi bulking pada lumpur aktiInya, terjadi buih, serta jumlah lumpur yang dihasilkan cukup
besar.


E. Dampak

Limbah cair rumah sakit yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan gangguan, baik
terhadap lingkungan maupun gangguan terhadap manusia. Gangguan tersebut antara lain:
a) Gangguan terhadap manusia yaitu munculnya gangguan terhadap kesehatan seperti terjadinya
penularan penyakit.
b) Gangguan terhadap biota air khususnya gangguan terhadap kehidupan bakteri aerob, karena
kehabisan oksigen dalam air. Dengan demikian rumah sakit diharapkan tidak menimbulkan
penularan penyakit karena lingkungan rumah sakit yang tidak bersih serta kualitas air bersih yang
tidak memadai dapat menimbulkan inIeksi silang atau nosokomial. InIeksi nosokomial ini dapat
mengenai pasien, pengunjung, maupun petugas rumah sakit yang terkait. Sehingga diperlukan
pengelolaan untuk mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan kuman agar tidak
menimbulkan dampak bagi masyarakat rumah sakit dan masyarakat lingkungan rumah sakit.

















BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan
Desain kebutuhan air untuk rumah sakit tidak dapat disamakan dengan desain kebutuhan air
untuk hotel ataupun bangunan komersial lainnya, melainkan harus disesuaikan dengan
komponen dan aktivitas yang terdapat di dalamnya.
Adanya berbagai sarana pelayanan kesehatan di rumah sakit, akan menghasilkan limbah cair
maupun padat, sehingga jika pembuangan limbah tidak memenuhi syarat, akan menimbulkan
bahaya terhadap masyarakat disekitar lokasi pembuangan.
Untuk pengolahan air limbah rumah sakit dengan kapasitas yang besar, umumnya
menggunakan teknlogi pengolahan air limbah 'Lumpur AktiI atau ctivated Sludge Process,
tetapi untuk kapasitas kecil cara tersebut kurang ekonomis karena biaya operasinya cukup
besar, kontrol oprasionalnya lebih sulit.
Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktiI secara umum terdiri dari bak pengendap
awal, bak aerasi dan bak pengendap akhir, serta bak khlorinasi untuk membunuh bakteri
pathogen

B. Saran
Setiap rumah sakit harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Menteri kesehatan
mengenai pengadaan minimum kebutuhan air bersih untuk Iasilitas sanitasi rumah sakit dan
aktivitas medis dan non medis lainnya.
Sistem pengolahan limbah pada setiap rumah sakit harus terstruktur secara jelas, dijalankan
sesuai dengan tipe dan kapasitas rumah sakit tersebut.



C. DaItar pustaka

Arvin, E dan Herremoes., oncepts and Models for Biofilm Reactor Performance`, Water
Science Technology, Vol.22, No.1/2, pp. 171-192, 1990
Said,N.I. (2000). Pengolahan ir Limbah dengan Proses Biofilter naerob-erob`. Jurnal
Teknologi Lingkungan Vol.1 No.2. Jakarta
BeneIield, Larry, D and Randal, CliiIord.W. (1990), Biological Proccesses Design For
Wastewater Treatment`. Prentice Hall, New York.
Pramudya Sunu, 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Penerbit
Grasindo
Soekidjo Notoatmojo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Penerbit
Rineka Cipta

You might also like