You are on page 1of 2

Analisis Makna Puisi Aku Chairil Anwar

Chairil Anwar Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Maret 1943 Analisis Makna Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Dalam baris pertama kalau sampai waktuku Si aku membuang semua kekhawatirannya tentang suatu kematian. Dia tidak lagi perduli kepada siapa saja yang yang merayunya. Tidak juga kekasinya. Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Si aku memesankan kepada orang-orang terdekatnya supaya supaya melepasnya, jika saatnya telah tiba menghadap sang khalik. Bahkan dia menyebt-nyebut dirinya sebagai binatang jalang, Sebuah simbol kehinaan. Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Si aku berterus terang tentang apa yang telah di deritanya, tapi dia tetap mencoba untuk menanggungnya sendiri. Karena jika saatnya tiba, semua perih akan hilang. Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Si aku ingin hidup seribu tahun lagi. Di sini Chairil telah menjelma si aku. Walaupun raganya telah tiada, tapi dia ingin karyanya tetap hidup selamanya Sigodang Pos.

You might also like