You are on page 1of 38

lkhLllaf dalam lslam

lkhLllaf berarLl bersellslh Lldak sepaham Sedangkan secara Lermlnology flqlh lkhLllaf
adalah persellslhan paham aLau pendapaL dl kalangan para ulama flqlh sebagal hasll
l[Llhad unLuk mendapaLkan dan meneLapkan suaLu keLenLuan hukum LerLenLu
Sebabsebab lkhLllaf yalLu
C erbedaan pemahaman LenLang lafadz nash
C erbedaan dalam masalah hadlLs
C erbedaan dalam pemahaman dan penggunaan kaldah penggunaan kaldah
lughawlyah nash
C erbedaan dalam menLar[lhkan dallldalll yan berlawanan
C erbedaan LenLang qlyas
C erbedaan dalam penggunaan dallldalll hukum
C erbedaan dalam masalah nash
C erbedaan dalam pemahaman lllaL hukum


C PaklkaL dan Munculnya lkhLllaf dalam llqlh
SemenLara orang menyangka bahwa perbedaan pendapaL dalam masalah flqlh adalah
karena semaLamaLa pendapaL prlbadl orangnya sehlngga munncullah mazhab dan
pendapaLpendapaL Anggapan orang yang kellru dldukug pula oleh slkap orangorang
yang fanaLlc buLa" Lerhadap mazhab dan mengangkaL pendapaL mazhb leblh Llnggl
darl AlCur'an dan AsSunnah dl saLu plhak dan plhak laln hamplr semua klLab
maLan" Lldak menyebuLkan sandaran pendapaL AlCur'an aLau AsSunnah aLaupun
cara pengallsaannya
Syalkh Muhamad almadanlyah dalam bukunya Asbab lkhLllaf alluqaha membagl
sebabsebab lkhLllaf lLu kepada empaL macam yalLu
1 emahaman AlCur'an dan sunnah rasul
2 Sebabsebab khusus LenLang sunnah rasul
3 Sebabsebab yang berkenaan dengn aqldahaqldah ushullyah aLau flqhlyah
4 Sebabsebab yang khusus mengenal penggunaan dallldalll dl luar AlCur'an dan
sunnah 8asul





MustaIa Sa`id al-Khin dalam bukunya Asar al-IkhtilaI Ii al-Qawa`id al-Usuliyah Ii IkhtilaI al-
Fuqaha` berusaha meneliti sebab-sebab terjadinya perbedaan ulama dalam bidang Iiqih. Ia
mengklasiIikasikan penyebab-penyebab tadi dalam beberapa hal:
a. Penyebab perbedaan yang bersiIat umum
b. Penyebab perbedaan karena kaidah-kaidah yang berkaitan dengan al-Qur`an dan Sunnah
c. Penyebab perbedaan karena kaidah-kaidah yang berkaitan dengan Ijma` dan Qiyas
d. Penyebab perbedaan karena kaidah-kaidah yang berkaitan dengan dalil-dalil yang
diperselisihkan.
Dalam hal ini akan dipaparkan secara singkat dua bagian pertama penyebab perbedaan tersebut
sebagai sebuah gambaran tentang adanya pengaruh perbedaan dalam usul al-Iiqh dan kaidah
usuliyah terhadap perbedaan Iuru`.
a. Penyebab Perbedaan yang BersiIat Umum Menurut al-Khin penyebab terjadinya perbedaan
pendapat dalam bidang Iiqih secara umum banyak sekali, akan tetapi yang dianggapnya penting
ada beberapa macam. Di antaranya adalah:
1) Perbedaan dalam qira`at.
Perbedaan qira`at dalam pembacaan al-Qur`an merupakan salah satu penyebab terjadinya
perbedaan dalam bidang Iiqih. Salah satu contohnya adalah perbedaan ulama` tentang kewajiban
pada kaki ketika berwudhu, apakah dibasuh ataukah diusap. Penyebab perbedaan adalah adanya
ayat al-Qur`an yaitu surat al-Ma`idah ayat 6 yang berisi tentang tata cara berwudu yang oleh
sebagian ulama` (dalam hal ini diwakili Jumhur ulama`) kata-kata arjul (kaki) pada ayat itu
dibaca nasab sehingga terbaca wa arjulakum, dan oleh sebagian yang lain (diwakili oleh ulama
Syi`ah Imamiyah) dibaca dengan jar, wa arjulikum. Pengaruhnya dalam Iiqih adalah apabila ayat
tadi dibaca dengan nasab, maka dalam berwudu kaki harus dibasuh, sedangkan apabila dibaca
dengan jar, maka dalam berwudu kaki harus diusap bukan dibasuh.
2) Ketidaktahuan adanya hadis dalam masalah
Pengetahuan para sahabat Nabi SAW dalam masalah hadis tidaklah berada pada satu tingkatan,
akan tetapi berbeda-beda. Sebagian mengetahui banyak hadis, sedangkan sebagian yang lain
bahkan hanya mengetahui satu atau dua buah hadis saja. Hal ini karena ketika seorang sahabat
tidak selamanya mendengar seluruh ucapan Nabi SAW atau menyaksikan seluruh aktiIitasnya.
Adakalanya dia mendengar sebuah hadis yang tidak didengar oleh sahabat lain. Dan sebaliknya
dia juga mungkin tidak mendengar hadis yang diketahui oleh sahabat lain. Hal inilah yang
menjadikan salah satu sebab terjadinya perbedaan pendapat, yakni tidak sampainya inIormasi
tentang adanya hadis dalam sebuah masalah. Salah satu contoh yang bisa menjelaskan hal ini
adalah bahwa Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Abbas pernah berIatwa bahwa wanita hamil yang
ditinggal mati suaminya, masa iddah (tunggu) nya adalah masa yang paling lama antara masa
melahirkan dan empat bulan sepuluh hari. Mereka belum menerima inIormasi tentang Iatwa
Nabi SAW bahwa masa tunggu wanita hamil yang ditinggal mati suaminya adalah sampai dia
melahirkan.
3) Perbedaan dalam Memahami dan MenaIsirkan Teks
Salah satu sebab perbedaan yang lain adalah adanya perbedaan dalam memahami dan
menaIsirkan sebuah teks, baik itu berupa al-Qur`an maupun as-Sunnah. Salah satu contohnya
adalah kasus pembagian tanah hasil rampasan perang. Umar ibn al-Khattab berpendapat bahwa
tanah hasil rampasan perang itu tetap berada di tangan pemiliknya dan dalam pemeliharaannya.
Hanya saja, tanah tadi dikenai pajak yang dapat dipakai untuk kepentingan ummat Islam di
setiap masa dan generasi. Pandangan Umar yang seperti ini didasarkan pada ayat 41 surat al-
AnIal dan ayat 6-10 surat al-Hasyr. Umar memahami kandungan ayat-ayat tadi bahwa harta
rampasan perang yang tidak bergerak tidak dibagikan pada tentara perang, akan tetapi dikuasai
oleh negara dan dipakai untuk kemaslahatan ummat Islam. Sedangkan para sahabat yang lain
berpendapat bahwa tanah rampasan perang sebagai mana barang bergerak, juga harus dibagikan
layaknya harta rampasan perang yang lain. Pendapat kedua ini juga didasarkan pada ayat 41
surat al-AnIal serta tindakan Rasulullah yang juga pernah membagi tanah hasil rampasan perang.
Ayat yang dipakai oleh Umar untuk mendukung pendapatnya, menurut para sahabat yang lain,
adalah berbicara tentang dua hal yang berbeda, yaitu harta ghanimah dan Iai`. Dan kedua macam
harta ini tetap dibagikan pada para tentara perang tidak seperti keputusan yang dibuat Umar.
4) Adanya laIaz yang musytarak
Dalam bahasa Arab terdapat berbagai bentuk kata yang menunjukkan pada makna tertentu. Salah
satunya adalah kata atau laIaz musytarak. Musytarak berarti sebuah kata yang memiliki dua
makna atau lebih, dan terkadang saling berlawanan, misalnya kata al-jun yang bisa berarti putih
dan juga hitam. Dan dalam al-Qur`an dan al-Hadis juga terdapat beberapa laIaz yang musytarak.
Hal ini menjadi salah satu sebab munculnya perbedaan pendapat di antara para ulama. Misalnya
adalah kata al-qur`u yang ada dalam surat al-Baqarah ayat 228. Kata tersebut memiliki makna
haid dan juga bermakna suci. Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa wanita-wanita yang
dicerai suaminya, maka iddah (masa tunggu)-nya adalah tiga kali quru`. Semua ulama sepakat
akan hal ini. Akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang makna quru` yang ada dalam ayat
tersebut. Aisyah, Ibn Umar, Zaid bin S,abit, Malik, Asy-SyaIi`i, Ahmad bin Hanbal dan
beberapa ulama lain mengartikan qur`u dalam ayat tersebut bermakna suci. Artinya, mereka
berpendapat bahwa wanita yang dicerai suaminya memiliki masa tunggu (iddah) tiga kali suci.
Sedangkan Abu Bakr, Umar, Usman dan sebagian Abu HaniIah berpendapat bahwa qur`u dalam
ayat tersebut berarti haid. Artinya, mereka berpendapat bahwa masa tunggu wanita yang ditalak
adalah tiga kali haid.
5) Adanya pertentangan dalil (ta`arud al-adillah)
Salah satu sebab lain yang menjadikan terjadinya perbedaan pendapat antar ulama adalah adanya
pertentangan antar dalil (ta`arud al-adillah) yang menjadikan satu ulama mengunggulkan satu
dalil yang menurut ulama` lain justru merupakan dalil yang lemah. Pertentangan antar dalil yang
sebenarnya hanya ada pada pikiran para ulama` memang berusaha untuk diselesaikan dan
dicarikan jalan keluarnya. Hanya saja, masing-masing ulama memiliki cara yang berbeda dalam
mencari jalan keluarnya. Ini pula yang menjadi salah satu sebab perbedaan pendapat.
Contohnya adalah perbedaan di antara ulama tentang tata cara tayamum. Mazhab Hanbali
berpendapat bahwa tayamum cukup dilakukan dengan sekali tepukan untuk wajah dan kedua
telapak tangan. Dasarnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ammar binYasir yang
menyatakan bahwa Rasulullah memberikan contoh kepadanya dalam melakukan tayamum. Nabi
mengusapkan tangannya ke tanah dan memakainya untuk mengusap wajah dan dua telapak
tangan. Sedangkan Mazhab HanaIi, Maliki, dan SyaIi`i mengatakan bahwa tayamum dilakukan
dengan dua kali tepukan. Satu tepukan untuk wajah dan satu tepukan untuk kedua tangan. Dasar
yang dipakai adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Umar bahwa Nabi SAW
bersabda:Tayamum itu dengan dua kali tepukan, satu tepukan untuk wajah dan satu tepukan
untuk kedua tangan sampai ke siku. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya dua dalil yang
berbeda dan nampak bertentangan dan masing-masing ulama menguatkan satu hadis yang
menurut ulama lain justru lemah.
b. Penyebab Perbedaan karena Kaidah-kaidah yang Berkaitan dengan al-Qur`an dan as-Sunnah.
Kaidah usuliyah merupakan salah satu Iaktor penyebab perbedaan di antara para ulama.
Sebagian dari kaidah-kaidah tersebut berkaitan dengan al-Qur`an dan as-Sunnah, sebagian lagi
berkaitan dengan al-Qur`an saja, dan sebagian lain berkaitan dengan as-Sunnah saja.
Di antara kaidah usuliyah yang berkaitan dengan al-Qur`an saja yang menjadi salah satu Iaktor
penyebab perbedaan adalah perbedaan ulama tentang nama al-Qur`an. Apakah al-Qur`an
merupakan nama untuk kandungan isinya saja ataukah merupakan nama untuk isi dan susunan
katanya. Sebagian ulama dalam satu riwayat disebutkan bahwa ini adalah pendapat Abu
HaniIah berpendapat bahwa kata al-Qur`an hanya dipakai untuk menyebut isi kandungan
maknanya saja. Sedangkan jumhur ulama berpendapat bahwa al-Qur`an adalah nama untuk
susunan kata dan maknanya sekaligus. Implikasi perbedaan dalam hal ini pada bidang Iiqih
adalah adanya perbedaan pendapat tentang kebolehan salat dengan bahasa selain Arab. Abu
HaniIah ulama yang diriwayatkan menganut pendapat pertama membolehkan salat dengan
membaca al-Fatihah dengan selain bahasa Arab, karena yang terpenting bukanlah bahasa yang
dipakai al-Qur`an akan tetapi makna yang akan dicapainya. Sedangkan jumhur ulama sebagai
penganut pendapat yang kedua berpendapat bahwa bacaan al-Fatihah harus dengan bahasa Arab
karena yang dinamakan al-Qur`an bukan hanya maknanya saja, akan tetapi juga susunan katanya
yang berupa bahasa Arab.
Implikasi yang lain adalah perbedaan tentang tarjamah al-Qur`an. Bagi penganut pendapat
pertama tarjamah al-Qur`an memiliki status sama dengan al-Qur`an seperti tidak boleh disentuh
dan dibaca oleh orang yang dalam keadaan junub, dsb. Sedangkan penganut pendapat kedua
menganggap bahwa tarjamah al-Qur`an bukanlah al-Qur`an, akan tetapi tarjamah makna al-
Qur`an.
Kaidah lain yang berkaitan dengan al-Qur`an adalah tentang qira`ah syazzah, yaitu bacaan al-
Qur`an yang tidak diriwayatkan melalui jalur mutawatir. Ulama berbeda pendapat tentang
kebolehan berhujjah dengan qira`ah syazzah. Ulama mazhab Hanbali dan HanaIi berpendapat
bahwa qira`ah syazzah dapat dipakai sebagai dalil untuk menetapkan hukum. Sedangkan mazhab
SyaIi`i berpendapat tentang ketidakabsahan qira`ah syazzah sebagai salah satu dalil penetapan
hukum. Implikasinya pada Iuru` Iiqhiyyah ada beberapa hal, di antaranya adalah apabila
seseorang tidak berpuasa pada bulan ramadan secara berturut-turut dikarenakan suatu alasan,
maka apakah dia harus menqada puasa tadi secara berurutun juga ataukah boleh secara terpisah-
pisah. Ulama mazhab Hanbali dan HanaIi mengatakan bahwa dia harus menqadanya secara
berurutan pula. Dasarnya adalah adanya qira`ah syazzah yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka`b
yang menambahkan kata-kata mutatabi`at dalam ayat 184 surat al-Baqarah yang berbunyi: 'Ia
iddatun min ayyam ukhar. Sedangkan mazhab SyaIi`i membolehkan menqada puasa tersebut
dengan terpisah-pisah karena menganggap bahwa qira`ah Ubay bin Ka`b tersebut tidak dapat
dijadikan sebagai dalil.
Sedangkan kaidah yang berkaitan dengan as-Sunnah terdapat banyak sekali. Di antaranya adalah
tentang kehujjahan hadis mursal, yaitu hadis yang terputus salah satu mata rantai perawinya di
kalangan sahabat. Asy-SyaIi`i tidak dapat menerima hadis mursal sebagai sebuah dalil karena
dianggap sudah cacat, sedangkan Abu HaniIah menerima hadis mursal sebagai dalil penetapan
hukum karena menganggap bahwa tidak mungkin seorang tabi`in berbohong dalam
meriwayatkan sebuah hadis. Jadi, terputusnya rantai periwayatan pada kalangan sahabat tidak
menjadikan cacat pada status hadis tersebut.
Implikasinya pada bidang Iuru` Iiqih banyak sekali, di antaranya adalah tentang batalnya wudu
karena bersentuhan dengan yang berlainan jenis. Mazhab HanaIi berpendapat bahwa persentuhan
kulit laki-laki dengan perempuan tidak membatalkan wudu. Dasar yang dipakai adalah hadis
Nabi SAW yang menyatakan bahwa Nabi SAW pernah mencium salah satu isterinya dan
kemudian melakukan salat tanpa berwudu lebih dahulu. Sedangkan Mazhab SyaIi`i berpendapat
bahwa persentuhan kulit laki-laki dengan perempuan itu membatalkan wudu. Dasar yang dipakai
adalah al-Qur`an ayat 6 surat al-Ma`idah. Sedangkan hadis yang dipakai oleh Mazhab HanaIi
sebagai dalil tidak dapat diterima oleh asy-SyaIi`i karena hadis tersebut adalah mursal.
Urgensi Pengetahuan akan Sebab Perbedaan dalam Konteks Kekinian
Pengetahuan akan sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat untuk saat ini sangatlah
dibutuhkan. Terjadinya banyak benturan di masyarakat di antaranya adalah karena inIormasi
yang sampai pada mereka adalah tentang adanya perbedaaan semata, tidak tentang sebab
terjadinya perbedaan. Hal ini pada akhirnya menjadikan sebagian besar dari mereka tidak bisa
memahami perbedaan sebagai sebuah perbedaan metode pemahaman atas teks. Perbedaan
pendapat dalam Iiqih dianggap sebagai perbedaan keyakinan yang menjadikan sebagian mereka
berhak untuk memberikan label 'sesat pada sebagian yang lain.
Pada kasus di Indonesia misalnya, sudah menjadi bukan rahasia lagi bahwa ada sebagian
masyarakatnya yang melaksanakan tarawih di bulan ramadan dengan 8 raka`at, dan ada sebagian
yang melakukannya dengan 20 raka`at. Dalam melaksanakan salat, ada yang mengeraskan
bacaan basmalah dan ada yang tidak mengeraskannya atau bahkan tidak membacanya sama
sekali. Perbedaan seperti ini, di masyarakat akar rumput sering menimbulkan permasalahan,
menjadikan salah satu kelompok tidak bersedia salat berjama`ah atau bekerja sama dengan
kelompok lain yang tidak sependapat. Perbedaan tersebut tidak lagi menjadi perbedaan Iuru`
Iiqhiyyah, akan tetapi dianggap sebagai perbedaan ideologi, akidah dan keyakinan yang
menjadikan sebagiannya berhak 'menyesatkan sebagian yang lain.
Penutup
Sudah menjadi tugas kalangan intelektual di masing-masing organisasi keagamaan sosial di
Indonesia untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang praktek-praktek keagamaan
yang ada, memberikan inIormasi, keilmuan dan pengetahuan yang benar dengan melihat setiap
masalah dari sisi yang berbeda-beda dan beragam sehingga memungkinkan adanya pemahaman
dan sikap yang ariI dalam menghadapi perbedaan pendapat. Masyarakat Indonesia yang
homogen menuntut setiap orang mengetahui dasar pemikiran dan pemahaman orang lain dan
bisa mensikapinya dengan lebih baik, tidak mengklaim bahwa kebenaran hanya ada pada dirinya
dan selalu luput dari orang lain. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk bisa bergaul,
berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain yang berbeda pendapat termasuk dalam
pemahaman keagamaan. Pengetahuan dan pemahaman tentang sebab perbedaan merupakan
sebuah keniscayaan untuk mewujudkan sebuah masyarakat masa kini yang bisa saling
memahami adanya perbedaan, saling menghormati dan bekerjasama.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Albani, Muhammad Nasiruddin, SiIah Salah an-Nabi, (Riyadh: Maktabah al-Ma`ariI, 1996).
Al-Amidi, Al-Ihkam Ii Usul al-Ahkam, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989).
Al-Asyqar, Umar Sulaiman al-Asyqar, Tarikh al-Fiqh al-Islami, (Aljazair: Qasr al-Kitab, t.t.).
Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.).
Ibn al-Qayyim, Zad al-Ma`ad, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.).
Ibn Qudamah, al-Mughni, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, t.t.).
Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.).
Al-Kasani, Badai` as-Sanai`, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t.).
Khin, MustaIa Sa`id al-Khin, Asar al-IkhtilaI Ii al-Qawa`id al-Usuliyah Ii IkhtilaI al-Fuqaha`,
(Beirut: Mu`assasah ar-Risalah, 1996).
Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000).
Al-Qurtubi, TaIsir al-Qurtubi, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.).
Ar-Razi, Fakhruddin, TaIsir al-Fakhr ar-Razi, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t.).
Asy-Syaukani, Irsyad al-Fuhul, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.).
******, Nail al-Autar, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.).
At-Tabari, TaIsir at-Tabari, (Beirut: Mu`assasah ar-Risalah, 2000).
Az-Zaila`i, Nass bi ar-Rayah, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.).
Az-Zamakhsyari, al-KasysyaI, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.).
Az-Zuhaili, Wahbah, Usul al-Fiqh al-Islami, (Beirut: Dar al-Fikr, 1986).




















makalah ushul fiqih
Perbedaan dalam usul Iiqh dan pengaruhnya terhadap perbedaan dalam Iuru` Iiqhiyyah
A. Pendahuluan
Sejarah menunjukkan bahwa Islam pernah mencapai sebuah kejayaan dalam peradaban dan
keilmuan. Ini dibuktikan dengan perkembangan keilmuan yang sangat dahsyat pada masa-masa
tersebut. Salah satu keilmuan yang mencapai puncaknya adalah hukum Islam (Iiqh). Munculnya
berbagai madzhab dalam bidang Iikih menjadi sebuah Ienomena yang menunjukkan begitu
terbukanya keilmuan Islam pada saat itu sehingga setiap pakar hukum Islam (Iuqaha`) memiliki
kemampuan dan hak untuk berbeda dengan pakar yang lain, sekalipun guru mereka sendiri.
Imam asy-SyaIi`i yang merupakan salah satu murid terbaik Imam Malik pun berbeda pendapat
dengan gurunya sendiri, dan pada akhirnya pendapat keduanya mewakili dua madzhab yang
berbeda. Imam Ahmad bin Hanbal adalah salah satu murid terbaik dari Imam SyaIi`i, dan ia
berbeda pendapat dengan gurunya. Pendapat-pendapat Ahmad bin Hanbal pun akhirnya menjadi
sebuah madzhab yang mandiri.
Yang perlu dicermati dari Iakta di atas adalah bahwa tidak ada yang merasa bahwa pendapatnya
adalah yang paling benar, sedangkan pendapat orang lain adalah salah. Bahkan salah satu
ungkapan asy-SyaIi`i yang sangat masyhur adalah;Pendapatku benar dan memungkinkan salah,
sedangkan pendapat orang lain salah dan memungkinkan benar.
Hanya saja perbedaan ini pada masa-masa selanjutnya memunculkan perpecahan di antara umat
Islam yang sebagian di antaranya masih berlanjut sampai saat ini. Perpecahan yang pada
mulanya berawal dari perbedaan dalam bidang Iikih bahkan berkembang menjadi perpecahan
sosial. Salah satu penyebab terjadinya perpecahan yang berawal dari perbedaan pendapat tadi
karena masing-masing pengikut madzhab merasa bahwa pendapat madzhabnya adalah yang
paling benar. Dan ini terjadi karena para pengikut madzhab tidak lagi mengikuti metode para
imamnya yang mengambil pendapat hukum dari sumber aslinya, yakni al-Qur`an dan as-Sunnah,
akan tetapi memilih untuk mengambil pendapat hukum dari kitab-kitab Iikih dalam madzhabnya
sendiri dan menganggapnya sebagai sebuah kebenaran yang tidak dapat berubah lagi. Masa
inilah yang dikenal dengan masa taklid dan jumud (stagnan). Dan ini berlanjut sampai awal abad
dua puluh dengan munculnya para pembaharu pemikiran Islam yang menyerukan ummat Islam
untuk kembali pada al-Qur`an dan as-Sunnah dan meninggalkan sikap bermadzhab.
Akan tetapi, di samping ajakan untuk kembali pada al-Qur`an dan as-Sunnah dan tidak
bermadzhab ini mendapat sambutan dari ummat Islam, sikap bermadzhab yang sudah terbentuk
selama berabad-abad pun masih tetap ada dan berkembang. Pada akhirnya, baik sikap untuk
kembali pada al-Qur`an dan as-Sunnah dengan tidak bermadzhab maupun sikap untuk tetap
bermadzhab membentuk dua kutub yang saling berlawanan.
Fenomena tersebut mengharuskan adanya sikap yang lebih ariI untuk melihat adanya berbagai
perbedaan, baik antar para penganut madzhab yang berbeda maupun antara penganut madzhab
dengan penganut sikap tidak bermadzhab. Dan salah satu upaya untuk bisa mengetahui sebab
adanya perbedaan dalam bidang Iikih yang kemudian diharapkan bisa menimbulkan sikap yang
ariI dalam menghadapi perbedaan tersebut adalah dengan mengetahui metode istimbath hukum
dari masing-masing. Karena salah satu penyebab perbedaan dalam bidang Iuru` Iikih adalah
adanya perbedaan dalam ushulnya.
B. Penyebab Perbedaan Pendapat
Perbedaan dalam bidang Iuru` pada hakekatnya sudah ada sejak masa sahabat. Akan tetapi
perbedaan ini siIatnya sangat terbatas. Oleh karena itu perbedaan tersebut tidak sampai
menimbulkan konIlik. Setelah daerah kekuasaan islam meluas dan para sahabat tidak lagi berada
pada satu tempat dan menyebar ke beberapa daerah kekuasaan Islam yang baru, maka masing-
masing sahabat dengan perbedaan kemampuan dan pengetahuan masing-masing menghasilkan
produk ijtihad yang berbeda-beda pula. Inilah yang menambah kawasan perbedaan dalam bidang
Iuru` semaki meluas. Puncaknya adalah dengan terbentuknya berbagai madzhab dalam bidang
Iikih yang sebagian di antaranya masih bertahan sampai saat ini.
Karena beragamnya penyebab perbedaan dalam bidang Iuru`, diperlukan klasiIikasi yang jelas
untuk mengetahui secara detail penyebab terjadinya perbedaan tadi.
MushtaIa Sa`id al-Khin dalam bukunya Atsar al-IkhtilaI Ii al-Qawai`id al-Ushuliyah Ii IkhtilaI
al-Fuqaha` berusaha meneliti sebab-sebab terjadinya perbedaan ulama dalam bidang Iikih. Dan
ia mengklasiIikasikan penyebab-penyebab tadi dalam beberapa hal:
a. Penyebab perbedaan yang bersiIat umum
b. Penyebab perbedaan karena kaidah-kaidah yang berkaitan dengan al-Qur`an dan Sunnah
c. Penyebab perbedaan karena kaidah-kaidah yang berkaitan dengan Ijma` dan Qiyas
d. Penyebab perbedaan karena kaidah-kaidah yang berkaitan dengan dalil-dalil yang
diperselisihkan.
Dalam hal ini akan dipaparkan secara singkat dua bagian pertama penyebab perbedaan tersebut
sebagai sebuah gambaran tentang adanya pengaruh perbedaan dalam ushul Iiqh dan kaidah
ushuliyah terhadap perbedaan Iuru`.
a. Penyebab Perbedaan yang BersiIat Umum
Menurut al-Khin penyebab terjadinya perbedaan pendapat dalam bidang Iikih secara umum
banyak sekali, akan tetapi yang dianggapnya penting ada beberapa macam. Di antaranya adalah:
1. Perbedaan dalam qira`at.
Perbedaan qira`at dalam pembacaan al-Qur`an merupakan salah satu penyebab terjadinya
perbedaan dalam bidang Iikih. Salah satu contohnya adalah perbedaan ulama` tentang kewajiban
pada kaki ketika berwudhu, apakah dibasuh ataukah diusap. Penyebab perbedaan adalah adanya
ayat al-Qur`an yaitu surat al-Ma`idah ayat 6 yang berisi tentang tata cara berwudhu yang oleh
sebagian ulama` (dalam hal ini diwakili Jumhur ulama`) kata-kata arjul (kaki) pada ayat itu
dibaca nashab sehingga terbaca wa arjulakum, dan oleh sebagian yang lain (diwakili oleh ulama
Syi`ah Imamiyah) dibaca dengan jar, wa arjulikum. Pengaruhnya dalam Iikih adalah apabila ayat
tadi dibaca dengan nashab, maka dalam berwudhu kaki harus dibasuh, sedangkan apabila dibaca
dengan jar, maka dalam berwudhu kaki harus diusap bukan dibasuh.
2. Ketidaktahuan adanya hadis dalam masalah
Pengetahuan para sahabat Nabi SAW dalam masalah hadis tidaklah berada pada satu tingkatan,
akan tetapi berbeda-beda. Sebagian mengetahui banyak hadis, sedangkan sebagian yang lain
bahkan hanya mengetahui satu atau dua buah hadis saja. Hal ini karena ketika seorang sahabat
tidak selamanya mendengar seluruh ucapan Nabi SAW atau menyaksikan seluruh aktiIitasnya.
Adakalanya dia mendengar sebuah hadis yang tidak didengar oleh sahabat lain. Dan sebaliknya
dia juga mungkin tidak mendengar hadis yang diketahui oleh sahabat lain.
Hal inilah yang menjadikan salah satu sebab terjadinya perbedaan pendapat, yakni tidak
sampainya inIormasi tentang adanya hadis dalam sebuah masalah.
Salah satu contoh yang bisa menjelaskan hal ini adalah bahwa Ali bin Abi Thalib dan Ibnu
Abbas pernah berIatwa bahwa wanita hamil yang ditinggal mati suaminya, masa iddah (tunggu)
nya adalah masa yang paling lama antara masa melahirkan dan empat bulan sepuluh hari.
Mereka belum menerima inIormasi tentang Iatwa Nabi SAW bahwa masa tunggu wanita hamil
yang ditinggal mati suaminya adalah sampai dia melahirkan.
3. Perbedaan dalam Memahami dan MenaIsirkan Teks
Salah satu sebab perbedaan yang lain adalah adanya perbedaan dalam memahami dan
menaIsirkan sebuah teks, baik itu berupa al-Qur`an maupun as-Sunnah. Salah satu contohnya
adalah kasus pembagian tanah hasil rampasan perang. Umar ibn al-Khaththab berpendapat
bahwa tanah hasil rampasan perang itu tetap berada di tangan pemiliknya dan dalam
pemeliharaannya. Hanya saja, tanah tadi dikenai pajak yang dapat dipakai untuk kepentingan
ummat Islam di setiap masa dan generasi.
Pandangan Umar yang seperti ini didasarkan pada ayat 41 surat al-AnIal dan ayat 6 10 surat al-
Hasyr. Umar memahami kandungan ayat-ayat tadi bahwa harta rampasan perang yang tidak
bergerak tidak dibagikan pada tentara perang, akan tetapi dikuasai oleh negara dan dipakai untuk
kemaslahatan ummat Islam. Sedangkan para sahabat yang lain berpendapat bahwa tanah
rampasan perang sebagai mana barang bergerak, juga harus dibagikan layaknya harta rampasan
perang yang lain. Pendapat kedua ini juga didasarkan pada ayat 41 surat al-AnIal serta tindakan
Rasulullah yang juga pernah membagi tanah hasil rampasan perang. Ayat yang dipakai oleh
Umar untuk mendukung pendapatnya, menurut para sahabat yang lain, adalah berbicara tentang
dua hal yang berbeda, yaitu harta ghanimah dan Iai`. Dan kedua macam harta ini tetap dibagikan
pada para tentara perang tidak seperti keputusan yang dibuat Umar.
4. Adanya laIadz yang musytarak
Dalam bahasa Arab terdapat berbagai bentuk kata yang menunjukkan pada makna tertentu. Salah
satunya adalah kata atau laIadz musytarak. Musytarak berarti sebuah kata yang memiliki dua
makna atau lebih, dan terkadang saling berlawanan, misalnya kata al-jun yang bisa berarti putih
dan juga hitam. Dan dalam al-Qur`an dan al-Hadis juga terdapat beberapa laIadz yang
musytarak. Dan ini menhjadi salah satu sebab munculnya perbedaan pendapat di antara para
ulama. Misalnya adalah kata al-qur`u yang ada dalam surat al-Baqarah ayat 228. Kata tersebut
memiliki makna haidh dan juga bermakna suci. Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa wanita-
wanita yang dicerai suaminya, maka iddah (masa tunggu)-nya adalah tiga kali quru`. Dan semua
ulama sepakat akan hal ini. Akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang makna quru` yang adal
dalam ayat terssebut. Aisyah, Ibn Umar, Zaid bin Tsabit, Malik. Asy-SyaIi`i, Ahmad bin
Hambal dan beberapa ulama lain mengartikan qur` dalam ayat tersebut bermakna suci. Artinya,
mereka berpendapat bahwa wanita yang dicerai suaminya memiliki masa tunggu (iddah) tiga
kali suci. Sedangkan Abu Bakr, Umar, Utsman dan sebagian Abu HaniIah berpendapat bahwa
qur` dalam ayat tersebut berarti haidh. Artinya, mereka berpendapat bahwa masa tunggu wanita
yang ditalak adalah tiga kali haidh.
5. Adanya pertentangan dalil (ta`arudh al-adillah)
Salah satu sebab lain yang menjadikan terjadinya perbedaan pendapat antar ulama adalah adanya
pertentangan antar dalil (ta`arudh al-adillah) yang menjadikan satu ulama mengunggulkan satu
dalil yang menurut ulama` lain justru merupakan dalil yang lemah. Pertentangan antar dalil yang
sebenarnya hanya ada pada pikiran para ulama` memang berusaha untuk diselesaikan dan
dicarikan jalan keluarnya. Hanya saja, masing-masing ulama memiliki cara yang berbeda dalam
mencari jalan keluarnya. Ini pula yang menjadi salah satu sebab perbedaan pendapat.
Contohnya adalah perbedaan di antara ulama tentang tata cara tayammum. Madzhab Hambali
berpendapat bahwa tayammum cukup dilakukan dengan sekali tepukan untuk wajah dan kedua
telapak tangan. Dasarnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ammar binYasir yang
menyatakan bahwa Rasulullah memberikan contoh kepadanya dalam melakukan tayammum.
Nabi mengusapkan tangannya ke tanah dan memakainya untuk mengusap wajah dan dua telapak
tangan. Sedangkan Madzhab HanaIi, Maliki, dan SyaIi`i mengatakan bahwa tayammum
dilakukan dengan dua kali tepukan. Satu tepukan untuk wajah dan satu tepukan untuk kedua
tangan. Dasar yang dipakai adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Umar bahwa Nabi SAW
bersabda:Tayammum itu dengan dua kali tepukan, satu tepukan untuk wajah dan satu tepukan
untuk kedua tangan sampai ke siku.
Perbedaan tersebut terjadi karena adanya dua dalil yang berbeda dan nampak bertentangan dan
masing-masing ulama menguatkan satu hadis yang menurut ulama lain justru lemah.
b. Penyebab Perbedaan karena Kaidah-kaidah yang Berkaitan dengan al-Qur`an dan as-Sunnah.
Kaidah ushuliyah merupakan salah satu Iaktor penyebab perbedaan di antara para ulama.
Sebagian dari kaidah-kaidah tersebut berkaitan dengan al-Qur`an dan as-Sunnah, sebagian lagi
berkaitan dengan al-Qur`an saja, dan sebagian lain berkaitan dengan as-Sunnah saja. Di antara
kaidah ushuliyah yang berkaitan dengan al-Qur`an saja yang menjadi salah satu Iaktor penyebab
perbedaan adalah perbedaan ulama tentang nama al-Qur`an. Apakah al-Qur`an merupakan nama
untuk kandungan isinya saja ataukah merupakan nama untuk isi dan susunan katanya.
Sebagian ulama dalam satu riwayat disebutkan bahwa ini adalah pendapat Abu HaniIah-
berpendapat bahwa kata al-Qur`an hanya dipakai untuk menyebut isi kandungan maknanya saja.
Sedangkan jumhur ulama berpendapat bahwa al-Qur`an adalah nama untuk susunan kata dan
maknanya sekaligus.
Implikasi perbedaan dalam hal ini pada bidang Iikih adalah adanya perbedaan pendapat tentang
kebolehan shalat dengan bahasa selain Arab. Abu HaniIah -ulama yang diriwayatkan menganut
pendapat pertama- membolehkan shalat dengan membaca al-Fatihah dengan selain bahasa Arab,
karena yang terpenting bukan lah bahasa yang dipakai al-Qur`an akan tetapi makna yang akan
dicapainya. Sedangkan jumhur ulama sebagai penganut pendapat yang kedua- berpendapat
bahwa bacaan al-Fatihah harus dengan bahasa Arab karena yang dinamakan al-Qur`an bukan
hanya maknanya saja, akan tetapi juga susunan kataya yang berupa bahasa Arab. Implikasi yang
lain adalah perbedaan tentang tarjamah al-Qur`an. Bagi penganut pendapat pertama tarjamah al-
Qur`an memiliki status sama dengan al-Qur`an seperti tidak boleh disentuh dan dibaca oleh
orang yang dalam keadaan junub, dsb. Sedangkan penganut pendapat kedua menganggap bahwa
tarjamah al-Qur`an bukanlah al-Qur`an, akan tetapi tarjamah makna al-Qur`an.
Kaidah lain yang berkaitan dengan al-Qur`an adalah tentang qira`ah syadzdzah, yaitu bacaan al-
Qur`an yang tidak diriwayatkan melalui jalur mutawatir. Ulama berbeda pendapat tentang
kebolehan berhujjah dengan qira`ah syadzdzah. Ulama madzhab Hanbali dan HanaIi
berpendapat bahwa qira`ah syadzdzah dapat diapaki sebagai dalil untuk menetapkan hukum.
Sedangkan madzhab SyaIi`i berpendapat tentang ketidakabsahan qira`ah syadzdzah sebagai
salah satu dalil penetapan hukum.
Implikasinya pada Iuru` Iiqhiyyah ada beberapa hal, diantaranya adalah apabila seseorang tidak
berpuasa pada bulan ramadhan secara berturut-turut dikarenakan suatu alasan, maka apakah dia
harus menqadha puasa tadi secara berurutun juga ataukah boleh secara terpisah-pisah.
Ulama madzhab Hanbali dan HanaIi mengatakan bahwa dia harus menqadhanya secara
berurutan pula. Dasarnya adalah adanya qira`ah syadzdzah yang diriwayatkan oleh Ubay bin
Ka`b yang menambahkan kata-kata mutatabi`at dalam ayat 184 surat al-Baqarah yang berbunyi:
'Fa Iddatun Min Ayyam Ukhar. Sedangkan madzhab SyaIi`i membolehkan menqadha puasa
tersebut dengan terpisah-pisah karena menganggap bahwa qira`ah Ubay bin Ka`b tersebut tidak
dapat dijadikan sebagai dalil.
Sedangkan kaidah yang berkaitan dengan as-Sunnah terdapat banyak sekali. Diantaranya adalah
tentang kehujjahan hadis mursal yaitu hadis yang terputus salah satu mata rantai perawinya di
kalangan sahabat. Asy-SyaIi`i tidak dapat menerima hadis mursal sebagai sebuah dalil karena
dianggap sudah cacat, sedangkan Abu HaniIah menerima hadis mursal sebagai dalil penetapan
hukum karena menganggap bahwa tidak mungkin seorang tabi`in berbohong dalam
meriwayatkan sebuah hadis. Jadi, terputusnya rantai periwayatan pada kalangan sahabat tidak
menjadikan cacat pada status hadis tersebut.
Implikasinya pada bidang Iuru` Iikih banyak sekali, diantaranya adalah tentang batalnya wudhu
karena bersentuhan dengan yang berlainan jenis. Madzhab HanaIi berpendapat bahwa
persentuhan kulit laki-laki dengan perempuan tidak membatalkan wudhu. Dasar yang dipakai
adalah hadis Nabi SAW yang menyatakan bahwa Nabi SAW pernah mencium salah satu
isterinya dan kemudian melakukan shalat tanpa berwudhu lebih dahulu. Sedangkan Madzhab
SyaIi`i berpendapat bahwa persentuhan kulit laki-laki dengan perempuan itu membatalkan
wudhu. Dasar yang dipakai adalah al-Qur`an ayat 6 surat al-Ma`idah. Sedangkan hadis yang
dipakai oleh Madzhab HanaIi sebagai dalil tidak dapat diterima oleh asy-SyaIi`i karena hadis
tersebut adalah mursal.
C. Urgensi Pengetahuan akan Sebab Perbedaan dalam Konteks Kekinian
Pengetahuan akan sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat untuk saat ini sangatlah
dibutuhkan. Terjadinya banyak benturan di masyarakat diantaranya adalah karena inIormasi
yang sampai pada mereka adalah tentang adanya perbedaaan semata, tidak tentang sebab
terjadinya perbedaan. Hal ini pada akhirnya menjadikan sebagian besar dari mereka tidak bisa
memahami perbedaan sebagai sebuah perbedaan metode pemahaman atas teks. Perbedaan
pendapat dalam Iikih dianggap sebagai perbedaan keyakinan yang menjadikan sebagian mereka
berhak untuk memberikan label 'sesat pada sebagian yang lain.
Pada kasus di Indonesia misalnya, sudah menjadi bukan rahasia rahasia lagi bahwa ada sebagian
masyarakatnya yang melaksanakan tarawih di bulan ramadhan dengan 8 raka`at, dan ada
sebagian yang melakukannya dengan 20 raka`at. Dalam melaksanakan shalat, ada yang
mengeraskan bacaan basmalah dan ada yang tidak mengeraskannya atau bahkan tidak
membacanya sama sekali. Perbedaan seperti ini, di masyarakat akar rumput sering menimbulkan
permasalahan, menjadikan salah satu kelompok tidak bersedia shalat berjama`ah atau bekerja
sama dengan kelompok lain yang tidak sependapat. Perbedaan tersebut tidak lagi menjadi
perbedaan Iuru` Iiqhiyyah, akan tetapi dianggap sebagai perbedaan ideologi, akidah dan
keyakinan yang menjadikan sebagiannya berhak 'menyesatkan sebagian yang lain.
Oleh karena itu sudah menjadi tugas kalangan intelektual di masing-masing organisasi
keagamaan sosial di Indonesia untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang
praktek-praktek keagamaan yang ada, memberikan inIormasi, keilmuan dan pengetahuan benar
dengan melihat setiap masalah dari sisi yang berbeda-beda dan beragam sehingga
memungkinkan adanya pemahaman dan sikap yang ariI dalam menghadapi perbedaan pendapat.
Masyarakat Indonesia yang homogen menuntut setiap orang mengetahui dasar pemikiran dan
pemahaman orang lain dan bisa mensikapinya dengan lebih baik, tidak mengklaim bahwa
kebenaran hanya ada pada dirinya dan selalu luput dari orang lain. Setiap individu memiliki
tanggung jawab untuk bisa bergaul, berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain yang
berbeda pendapat termasuk dalam pemahaman keagamaan. Dan pengetahuan dan pemahaman
tentang sebab perbedaan merupakan sebuah keniscayaan untuk mewujudkan sebuah masyarakat
masa kini yang bisa saling memahami adanya perbedaan, saling menghormati dan bekerja sama.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Albani, Muhammad Nashiruddini, ShiIah Shalah an-Nabi, (Riyadh: Maktabah al-Ma`ariI,
1996)
Al-Amidi, al-Ihkam Ii Ushul al-Ahkam, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989)
Al-Asyqar, Umar Sulaiman al-Asyqar, Tarikh al-Fiqh al-Islami, (Aljazair: Qashr al-Kitab, t.t)
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t)
Ibn al-Qayyim, Zad al-Ma`ad, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t)
Ibn Qudamah, al-Mughni, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, t.t)
Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t)
Al-Kasani, Badai` ash-Shanai`, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t)
Khin, MushthaIa Sa`id al-Khin, Atsar al-IkhtilaI Ii al-Qawa`id al-Ushuliyah Ii IkhtilaI al-
Fuqaha`, (Beirut: Mu`assasah ar-Risalah, 1996)
Mubaraok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000)
Al-Qurthubi, TaIsir al-Qurthubi, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t)
Ar-Razi, Fakhruddin, TaIsir al-Fakhr ar-Razi, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t)
Asy-Syaukani, Irsyad al-Fuhul, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t)
, Nail al-Authar, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t)
Ath-Thabari, TaIsir ath-Thabari, (Beirut: Mu`assasah ar-Risalah, 2000)
Az-Zaila`I, Nash bar-Rayah. (Beirut: Dar al-Fikr, t.t)
Az-Zamakhsayari, al-KasysyaI, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t)
Az-Zuhaili, Wahbah, Ushul al-Fiqh al-Islami, (Beirut: Dar al-Fikr, 1986)
*) Penulis adalah Dosen Jurusan Syari`ah STAIN Surakarta
Penjelasan lebih lanjut mengenai kondisi ilmiah yang ada pada masa itu dan ciri-ciri
perkembangan hukum Islamnya lihat pada Umar Sulaiman al-Asyqar, Tarikh al-Fiqh al-Islami,
(Aljazair: Qashr al-Kitab, t.t), hlm. 86-108.
Al-Albani mengumpulkan pendapat para imam madzhab tentang kemungkinan kesalahan
pendapat pribadi mereka dan keharusan berpegang pada sumber utama hukum Islam, al-Qur`an
dan as-Sunnah dengan tidak bersikap Ianatis pada madzhab tertentu. Lihat dalam Muhammad
Nashiruddin al-Albani, ShiIah Shalah an-Nabi, (Riyadh: Maktabah al-Ma`ariI, 1996), cet. 2, hlm.
46-55.
Umar Sulaiman al-Asyqar, Tarikh, ibid. hlm. 109 dst.
Lihat juga penjelasannya dalam Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet. 2, hlm. 67 dst.
Lihat MushthaIa Sa`id al-Khin, Atsar al-IkhtilaI Ii al-Qawa`id al-Ushuliyah Ii IkhtilaI al-
Fuqaha`, (Beirut: Mu`assasah ar-Risalah, 1996), cet. 6, hlm. 38 dst
al-Khin menyebutkan ada delapan sebab, yaitu 1. Perbedaan dalam qira`at, 2. Tidak adanya
inIormasi adanya hadis dalam masalah, 3. Ragu terhadap keabsahan hadis, 4. Berbeda dalam
memahami dan menaIsirkan teks, 5. Adanya laIadz yang musytarak (ambivalen), 6. Pertentangan
antar dalil 7. Tidak adanya dalil dalam masalah dan 8. Berbeda dalam kaidah ushuliyah. Lihat
ibid.
lihat ath-Tahabari, TaIsir ath-Thabari, (Beirut: Mu`assasah ar-Risalah, 2000), X/52., al-Qurthubi,
TaIsir al-Qurthubi, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), VI/ 92 dst., az-Zamakhsayari, al-KasysyaI, (Beirut:
Dar al-Fikr, t.t) II/ 326.
Lihat al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), VI, hlm. 182-183., Muhammad
Sa`id al-Khin, Atsar al-IkhtilaI, hlm. 48.
Ibid. hlm. 65.
Lihat Ibn al-Qayyim, Zad al-Ma`ad, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), IV, hlm. 178-198, Fakhruddin ar-
Razi, TaIsir al-Fakhr ar-Razi, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t), II, 256-257, al-Kasani,
Badai` ash-Shanai`, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t), III, hlm. 194-195.
Ibn Qudamah, al-Mughni, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, t.t), VII/244.
H.R. Bukhari dan Muslim no. 368.
Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), I/70
Hadis-hadis tentang hal ini lihat dalam az-Zaila`I, Nash bar-Rayah. (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), 150
dst..
MushthaIa Sa`id al-Khin, Atsar al-IkhtilaI, hlm. 380. Lihat juga dalam Wahbah az-Zuhaili,
Ushul al-Fiqh al-Islami, (Beirut: Dar al-Fikr, 1986), juz I/423.
Wahbah Az-Zuhaili, Ushul al-Fiqh,I/426.
MushthaIa Sa`id al-Khin, Atsar al-IkhtilaI, hlm. 395, Ibn Qudamah, al-Mughni, III/136, asy-
Syaukani, Nail al-Authar, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), IV/198.
Lihat deIinisi hadis mursal dan perbedaan pendapat dalam hal ini dalam al-Amidi, al-Ihkam Ii
Ushul al-Ahkam, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), I/203, asy-Syaukani, Irsyad al-Fuhul, (Beirut: Dar
al-Fikr, t.t), hlm. 64.
MushthaIa Sa`id al-Khin, Atsar al-IkhtilaI, hlm. 398.
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibrahim at-Taimi dari Aisyah r.a dan Ibrahim at-Taimi diketahui
belum pernah mendengar (meriwayatkan) hadis dari Aisyah. Ibid. 408.
Ibid. hlm. 407-408.
















l[ma adalah saLu hu[[ah syar'lyyah yang dl[adlkan pl[akan oleh para ulama Ahll Sunnah darl [aman ke
[aman dalam seLlap masalah llmlyyah dlnlyyah

Allmam asySyafl'l berkaLa Sumber llmu ada empaL yalLu alklLab Sunnah l[ma' aLau Clyas ar
8lsalah hlm 39 'llmulMuwaqlln 4/103

Syalkhullslam lbnu 1almlyyah berkaLa Apablla Lelah LeLap l[ma pada suaLu hukum (dl anLara hukum
hukum syar'l) maka Lldak boleh bagl seseorang unLuk keluar darl l[ma mereka AllaLw 10/20

l[ma adalah pokok yang keLlga yang men[adl pl[akan llmu dan agama ara ulama menlmbang dengan
Llga ushul lnl Lerhadap seluruh apa yang dlLempuh manusla balk ucapan maupun perbuaLannya yang
nampak maupun yang Lersembunyl yang memlllkl hubungan dengan agama AlWashlLlyyah

keempaL sumber dl aLas sallng bersesualan dan Lldak ada perLenLangan karena anLara yang saLu dengan
lalnnya sallng membenarkan dan sallng menguaLkan Cleh sebab lLu klLa boleh mengaLakan bahwa
dasar dallldalll syar'l adalah AlCur`n dengan Lln[auan selalnnya sebagal pen[elas AlCur`n aLau
sebagal cabang dan semua bersandar kepadanya 8oleh [uga klLa kaLakan sumber dalll adalah 8asulullah
n dengan Lln[auan AlCur`n dlsampalkan oleh 8asulullah Shallallahu alalhl wa sallam dan Sunnah lLu
daLang darl Allah l sebagal pen[elas Lerhadap AlCur`n Adapun l[ma dan Clyas peneLapannya
berdasarkan kepada AlCur`n dan Sunnah

Syalkhullslam lbnu 1amlyyah berkaLa AlCur`n Sunnah dan l[ma lslnya saLu karena semua yang ada
dl dalam AlCur`n dlseLu[ul 8asulullah n dan dlsepakaLl oleh umaL Sehlngga Lldak ada darl umaL lnl
kecuall ada yang mewa[lbkan unLuk menglkuLl AlCur`n uemlklan [uga semua yang dlsunnahkan oleh
nabl Shallallahu alalhl wa sallam maka AlCur`n Lelah memerlnLahkan unLuk menglkuLlnya dan umaL
Lelah sepakaL Lerhadap masalah lLu uemlklan pula seluruh masalah yang kaum musllmln Lelah sepakaL
dl aLasnya maka lLu adalah kebenaran yang sesual dengan AlCur`n dan Sunnah AllaLw 7/40

Pu[[ahnya l[ma dlLun[ukkan oleh yang lalnnya (hu[[ahnya l[ma dlLu[ukkan oleh AlCur`n dan Sunnah)

Syalkh Muhammad bln Shllh al'uLsalmln berkaLa lnl merupakan Llga landasan pokok yang
berlandaskan kepadanya llmu dan agama ushul yang perLama adalah AlCuraan uhsul yang kedua
adalah Sunnah dan ushul yang keLlga adalah l[ma AlCur`n dan Sunnah berdlrl dengan sendlrlnya
sedangkan l[ma berdlrl dl aLas yang lalnnya karena Lldak ada l[ma kecuall berdasarkan AlCur`n dan
Sunnah Syarh alWasylLhlyyah 1/324

uemlklan kalau klLa kaLakan bahwa yang dlmaksud hablullah adalah AlCur`n Sunnah dan l[ma
karena keLlganya menun[ukan pada saLu haklkaL Apa yang LerdapaL dalam AlCur`n maka 8asulullah
mayeLu[ulnya dan sebaglan besar umaL bersepakaL aLasnya

Ada Llga masalah penLlng yang berkalLan dengan l[ma

AuAkAP l!MA SL1LLAP A8A SAPA8A1?
!umhur 'ulama meneLapkan adanya l[ma seLelah para sahabaL Sedangkan uwud bln 'All azhZhahlrl
dan lbnu Pazm lbnu Plbban mengaLkan bahwa l[ma hanya l[ma para sahabaL endapaL yang kuaL
adalah pendapaL [umhur ulama bahwa l[ma Lldak hanya l[ma para sahabaL endapaL lnl dlkuaLkan al
khaLlb al8aghdadl alllqhu alMuLafaql (1/327328) asySyanqlLl dalam Mudzaklrah ushulllqlh (133)
Syalkh Muhammad bln Shllh al'uLsalmln dan pen[elasannya sebagal berlkuL

1 l[ma para sahabaL mungkln Ler[adl dan mudah unLuk mengeLahulnya Adapun l[ma orang seLelahnya
blasanya sullL unLuk Ler[adl dan sullL unLuk mengeLahulnya Cleh sebab lLu para ulama sangaL berhaLl
haLl dalam menukll l[ma Allmam asySyfl'l berkaLa kalau boleh bagl seseorang unLuk berkaLa pada
llmu LerLenLu Lelah l[ma kaum musllmln dulu dan sekarang dalam meneLapkan khabar ahad (hadlLs
ahad) (dalam hu[[ah) uan bahwasannya Lldak dldapaLkan seorangpun darl kalangan fuqaha kecuall la
meneLapkan hadlLs ahad maka lLu adalah boleh baglku 1eLapl aku mengaLakan aku Lldak
menghapalnya darl kalangan fuqaha bahwa mereka bersellslh dalam meneLapkan hadlLs ahad (sebagal
hu[[ah) karena aku Lelah slfaLkan bahwa semua lLu dlkaLakan oleh mereka para ulama Ar8lsalah
438 LlhaL [uga ar8lsalah 334

Syalkhullslam dalam Ma[mu'aLullaLw (xl/ 341) berkaLa 'Secara umum l[ma adalah perkara yang
dlsepakaLl oleh kaum musllmln darl kalangan fuqaha kaum sufl ahll hadlLs ahll kalam dan yang
lalnnya walaupun dllngkarl oleh sebaglan ahll bld'ah darl kalangan Mu`Lazllah dan Syl'ah Selan[uLnya
l[ma yang dlakul adanya adalah l[ma para sahabaL Adapun seLelahnya merupakan perkara yang
blasanya sullL dlkeLahul Cleh karena lLu para ulama berbeda pendapaL berkalLan dengan l[ma yang
Ler[adl seLelah para sahabaL !uga berbeda pendapaL LenLang beberapa masalah yang masuk ke dalam
bahasannya seperLl l[ma Lablln Lerhadap salah saLu pendapaL sahabaL !uga l[ma yang Ler[adl sebelum
ahll masanya habls sehlngga sebaglan darl mereka menyellslhlnya uemlklan pula l[ma sukuLl dan yang
lalnnya

2 8lwayaL allmam Ahmad yang mengaLakan 8arang slapa yang mengaku ada l[ma maka la Lelah
berdusLa"
ara ulama Lelah men[elaskan maksud ucapan lmam Ahmad dengan beberapa kemungklnan
dlsebabkan bellau sendlrl dalam banyak masalah Lelah berhu[[ah dengan l[ma dan men[adlkannya
sebagal dalll dl anLaranya

erLama Sebagal benLuk kehaLlhaLlan bellau dalam menukll l[ma agar Lldak mudah mengaLakan l[ma
sebelum mengadakan penellLlan secara seksama Lerhadap seluruh perkaLaan para ulama

kedua 8ahwasanya lmam Ahmad Lldak menladakan l[ma secara muLlak LeLapl hanya menun[ukkan
sullL Ler[adlnya dan sullL mengeLahulnya

Allmam lbnulCayylm berkaLa ucapan lmam Ahmad bukan berarLl menunu[ukan Lldak mungkln
adanya l[ma' (seLelah para sahabaL) LeLapl allmam Ahmad dan ahll hadlLs membanLah kepada orang
yang menolak Sunnah yang shahlh dengan l[ma Cleh karena lLu allmam asySyfl'l dan Ahmad
men[elaskan bahwa lLu pernyaLaan yang dusLa dan Lldak boleh menolak Sunnah dengan semlsalnya
MukhLashar Saw`lq 306

3 !lka l[ma lLu Ler[adl dan dlkeLahul secara pasLl maka LeLap men[adl hu[[ah bagl orang yang
seLelahnya
!lka para ulama (mu[Lahldln) l[ma pada saLu masa seLelah para sahabaL dan dlkeLahul dengan pasLl
maka l[ma lLu LeLap sebagal hu[[ah bagl orang yang seLelahnya sebab dalll menun[ukkan bahwa l[ma
adalah sebagal hu[[ah dan Lldak ada pengkhususan bahwa l[ma yang blsa dl[adlkan hu[[ah hanya l[ma
para sahabaL Sebab Lldak boleh mengkhususkan sebuah dalll sehlngga ada dalll yang
mengkhususkannya uemlklan [uga harus membedakan anLara adanya perbedaan apakah mungkln
l[ma seLelah para sahabaL aLaukah Lldak dengan hu[[ahnya l[ma aLau Lldak Sehlngga bagl orang yang
mengaLakan l[ma adalah hu[[ah apablla la mengeLahul adanya l[ma maka l[ma adalah hu[[ah baglnya

Allmam alChazall berkaLa uallldalll darl AlCur`n Sunnah dan akal yang menun[ukkan bahwa l[ma
adalah hu[[ah yang Lldak membedakan suaLu wakLu dengan wakLu yang lalnya Apablla para Labl'ln
bersepakaL lLu adalah l[ma seluruh umaL dan barang slapa yang menyellslhlnya maka la Lelah
menempuh [alan selaln [alan orangorang berlman

AAkAP l!MA PA8uS AuA uASA8n?A uA8l ALkl1A8 uAn SunnAP?
8erdasarkan dengan polnpoln berlkuL lnl maka l[ma harus berlandaskan dalll syar'l

1 !umhur ulama Lelah sepakaL bahwa umaL Lldak akan bersepakaL kecuall dl aLas dalll syar'l Sebab umaL
lnl Lldak mungkln bersepakaL dl aLas hawa nafsu dan berkaLa kepada Allah dengan Lanpa llmu aLau
berkaLa Lanpa dalll umaL lnl Lelah dl[aga darl kesalahan (bersepakaL dl aLas kebaLllan) uan apablla
berkaLa kepada Allah dengan Lanpa dalll berarLl lnl merupakan suaLu kesalahan

Allmam asySyfl'l berkaLa Apablla nash mengandung dua makna maka wa[lb bagl ahll llmu unLuk
Lldak membawa makna nash kepada khusus Lldak kepada umum kecuall dengan dalll Sunnah dan l[ma'
ulama musllmln yang mereka Lldak mungkln bersepakaL unLuk menyellslhl Sunnah Ar8lsalah 323

8ellau rahlmahullah berkaLa klLa mengeLahul bahwa mereka (umaL) Lldak akan bersepakaL unLuk
menyellslhl Sunnah 8asulullah Ar8lsalah 472

Syalkhullslam lbnu 1almlyyah berkaLa kaum musllmln Lldak akan bersepakaL kecuall dengan (sesuaLu)
yang ada nashnya darl 8asulullah maka yang menyellslhl mereka (l[ma) berarLl menyellslhl 8asulullah
dan menyellslhl 8asulullah berarLl menyellslhl Allah AllaLw 19/193

Allmam lbnulCayylm berkaLa MusLahll umaL bersepakaL unLuk menyellshl nash (dalll) kecuall ada
nash laln yang memansukhnya (menghapusnya) 'llamulMuwaql'ln 1/367

Syalkh Muhammad Shllh al'uLsalmln berkaLa 1ldak mungkln umaL bersepakaL unLuk menyellslhl dalll
yang [elas yang Lldak dlmansukh Maksudnya apablla umaL bersepakaL dl aLas haq maka Lldak mungkln
bersepakaL unLuk menyellslhl dalll yang [elas sebab lLu baLhll Crang yang menyellslhl dalll yang [elas
yang Lldak dlmansukh pasLl la berada dl aLas kebaLhllan dan umaL Lldak mungkln bersepakaL berada dl
aLas kebaLhllan Syarah alushul fi llmu ushul 467

endapaL lnl dldasarkan pada kaldahkaldah berlkuL
erLama karena nabl Shallallahu alalhl wa sallam Lelah men[elaskan seluruh permasalahan agama
1ldak ada perkara yang berkalLan dengan agama lnl kecuall nabl Shallallahu alalhl wa sallam Lelah
men[elaskannya
kedua nash syar'l Lelah mellpuLl pada seLlap perkara yang dlbuLuhkan manusla Sehlngga Lldak ada
masalah kecuall ada dalll yang menun[ukannya balk dalll yang [elas maupun Lersembunyl
keLlga Sebahaglan ulama Lerkadang Lldak mendapaLkan sebuah nash sehlngga la berdalll dengan
l[Llhad aLau Clyas Sedangkan sebahaglan lalnnya mengeLahul nashnya lalu la berdalll dengan nash lLu
hlngga l[Llhad seorang mu[Lahld lLu berLepaLan dengan nash yang dl[adlkan dalll oleh mu[Lahld yang
mengeLahul dalllnya

2 enellLlan membukLlkan bahwa Lldak dldapaLkan l[ma kecuall ada dalllnya

3 kadang ada l[ma Lldak nampak dalllnya bagl klLa LeLapl sesungguhnya dlsana ada dalll yang
Lersembunyl maknanya bagl klLa sedangkan bagl ahllll[ma Lldak

4 ara ulama Lelah bersellslh apakah l[ma boleh bersandar dengan l[Llhad aLau Clyas
!lka ada orang yang mengklalm ada l[ma yang Lanpa dalll maka Lldak lepas darl salah saLu darl Llga
kemungklnan
erLama enukllan l[ma Lldak benar
kedua ulmungklnkan adanya dalll yang memansukhnya kemudlan para ulama bersepakaL pada dalll
yang memansukhnya sebagalmana dl[elaskan oleh allmam lbnulCayylm dl aLas
keLlga ulmungklnkan pada mereka ada dalll umum yang Lersembunyl bagl dlrl klLa sedangkan mereka
mengeLahulnya

!lkA A8A SAPA8A1 8L8SLLlSlP uLnCAn uuA LnuAA1 MAkA 1luAk 8CLLP MLnuA1AnCkAn
LnuAA1 kL1lCAn?A A1Au MLnCkLAlM l!MA SL1LLAPn?A
!lka para sahabaL bersellslh dalam saLu masalah maka hendaklah kaum musllmln unLuk Lldak keluar darl
ucapan mereka dan Lldak boleh mendaLangkan ucapan aLau pendapaL baru yang Lldak pernah dlkaLakan
oleh mereka sebab kebenaran beredar dl anLara mereka ara sahabaL Lldak akan bersepakaL dalam
kesesaLan dan Allah l Lldak akan memblarkan mereka dalam kesesaLan Pal lnl berdasarkan dalll dl
bawah lnl

erLama ualll syar'l
nabl Shallallahu alalhl wa sallam bersabda

= ' ` .' .' . ~ -' n ( ` .' - -' = ~ ~ - -' = _ = =' ` - - - ~ + ~ = _ = - ~ -' - = ~ ) - '
~~

uarl 1sauban la berkaLa 8asulullah Shallallahu alalhl wa sallam bersabda 1erusmenerus ada
kelompok darl ummaLku yang mereka LeLap nampak dl aLas kebenaran Lldak membahayakan mereka
orang yang mencerca mereka sampal daLang keLenLuan Allah (harl klamaL) dan mereka dalam keadaan
seperLl lLu P8 Musllm

= _ - - = . ~ ' n .' ' - - - ~ + ~ `' _ = . -' ~ , - ~ ~ ~ ~ = - ' + ' + -- ~

uarl Abu Puralrah 8asulullah Shallallahu alalhl wa sallam bersabda Sesungguhnya Allah akan
menguLus dalam seslaL seraLus Lahun kepada umaL lnl seseorang (mu[adld) yang membaharul
agamanya P8 Abu uwud

ualll dl aLas menun[ukan bahwa Lldak mungkln umaL lnl bersepakaL dl aLas kebaLllan dan hak dalam saLu
masa slrna Lldak ada yang mengaLakannya aLau seluruh ulama Lldak ada yang Lahu sebab semua lLu
berLengLangan dengan dalll dl aLas

Syalkhullslam lbnu 1almlyyah berkaLa Sesungguhnya mereka (SalafushShallh) leblh uLama darlpada
orangorang seLelahnya MengeLahul l[ma' mereka dan persellslhan mereka dalam llmu dan agama (lLu)
leblh balk dan leblh bermanfaaL darlpada mengeLahul l[ma dan persellslhan seLelah mereka karena
l[ma SalafushShallh Ler[aga darl kesalahan Apablla mereka bersellslh maka kebenaran Lldak keluar darl
mereka kebenaran blsa dlkeLahul darl salah saLu ucapan mereka 1ldak boleh menyalahkan salah saLu
ucapan mereka sehlngga dlkeLahul bahwa AlCur`n dan Sunnah Lelah menyellslhlnya AllaLw
13/24

kedua Amal ara ulama
1 Allmam Abu Panlfah berkaLa Apablla daLang berlLa darl nabl Shallallahu alalhl wa sallam maka
sepenuhnya kaml menerlmanya Apablla daLang berlLa darl para sahabaL nabl maka kaml memlllh salah
saLu ucapan mereka (apablla mereka bersellslh) uan apablla daLang ucapan darl para Labl'ln maka kaml
menglkuLl pendapaL allmam Mallk bln Anas yang berkaLa dalam alMuwaLha` ul dalamnya LerdapaL
PadlLs nabl ucapan para sahabaL para Labl'ln pendapaLpendapaL mereka kadang aku perpendapaL
dengan pendapaLku dalam masalah l[Llhad dan apaapa yang aku dapaLkan darl para ahlu llml yang
berada dl negara kaml dan kaml Lldak keluar darl ucapan mereka

2 Allmam Mallk berkaLa LenLang klLabnya alMuwaLha` ul dalamnya ada hadlLshadlLs nabl
Shallallahu alalhl wa sallam ucapanucapan para sahabaL Labl'ln dan pendapaLpendapaL mereka dan
aku sungguh berblcara dengan pendapaLku aLas l[Llhad dan apaapa yang aku dapaLkan darl perkaLaan
ahlul llml yang ada dl negara kaml Aku Lldak pernah keluar darl pendapaL mereka (berallh) kepada yang
lalnnya 1aLrlb alMadarlk 1/193

3 Allmam asySyafl'l berkaLa llmu ada LlngkaLannya
erLama AlCur`n dan Sunnah yang shahih
kedua l[ma yang Lldak LerdapaL dl dalam AlCur`n dan Sunnah
keLlga erkaLaan salah seorang dl anLara para sahabaL dan Lldak dlkeLahul ada yang menyellslhlnya
keempaL erbedaan dl kalangan para sahabaL
kellma Clyas Lerhadap salah saLu LlngkaLan yang dl aLas 1ldak mengambll selaln AlCur`n dan Sunnah
selama keduanya ada karena llmu dlambll darl yang aLas AlMadkhal lla Sunanllkubra 110

4 Allmam Ahmad berkaLa Apablla dalam suaLu permasalahan ada hadlLs nabl maka kaml Lldak
mengambll ucapan salah seorang darl para sahabaL [uga orangorang seLelah mereka Apablla dalam
suaLu permasalahan ada perbedaan dl anLara para sahabaL maka kaml memlllh salah saLu ucapan
mereka dan kaml Lldak keluar darl ucapan mereka kepada ucapan yang selalnnya SerLa apablla Lldak
dldapaLkan ucapan nabl Shallallahu alalhl wa sallam dan para sahabaLnya maka kaml memlllh ucapan
para Labl'ln AlMusawadah 276

3 Syalkhullslam lbnu 1almlyyah berkaLa 8arang slapa menafslrkan AlCur`n dan PadlLs dengan
penafslran yang Lldak dlkenal darl para sahabaL dan 1abl'ln maka dla Lelah mengadaadakan dusLa
Lerhadap Allah menylmpang darl ayaLayaL Allah memallngkan kalam Allah darl yang semesLlnya dan
Lelah membuka plnLu bagl orangorang zlndlk lagl menylmpang (unLuk menyelewengkan ayaLayaL Allah
darl LempaLnya) uan hal lnl adalah suaLu perkara yang Lelah [elas kebaLllannya darl agama lslam Al
laLw 13/243

6 Allmam lbnulCayylm berkaLa uemlklanlah kondlsl flrqahflrqah yang baru dalam syarl'ah Lerhadap
syarl'ah ul anLara mereka menLa'wll syarl'ah dengan La'wll yang bukan La'wll flrqah lalnnya San seLlap
flrqah menyangka bahwa yang dlLa'wll lLulah yang dlmaksud pemlllk Syarl'ah sehlnga mereka
memporakporandakan syarl'ah dan men[auhkan darl keadaannya yang perLama l'lam Muwaql'ln

Amal para ulama lnl menun[ukan bahwa mereka Lldak pernah keluar darl pendapaL para sahabaL 1eLapl
menglkuLl l[ma mereka aLau memlllh salah saLu pendapaL darl para sahabaL apablla mereka bersellslh









C. Qiyas : Perspektif Ulama Fiqib

1 engert|an |yas
Secara bahasa plyos berarLl ukuran mengeLahul ukuran sesuaLu membandlngkan aLau
menyamakan sesuaLu dengan yang laln mlsalnya yang berarLl soyo meoqokot bojo Jeoqoo
bosto"111
engerLlan plyos secara Lermlnologl LerdapaL beberapa deflnlsl yang dlkemukakan para ulama
ushul flqh sekallpun redakslnya berbeda LeLapl mengandunng pengerLlan yang sama
Sadr alSyarl'ah (w 747 P) Lokoh ushul flqh Panafl menegmukakan bahwa plyos adalah

0mb07lakukan hukum asal k05ada hukum fu7u`
dis0babkan k0satuan illat yang tidak da5at dica5ai m0lalui
50nd0katan bahasa saja.
Maksudnya lllot yang ada pada saLu nash sama dengan lllot yang ada pada kasus yang sedang
dlhadapl seorang mu[Lahld karena kesaLuan lllot lnl maka hukum kasus yang sedang dlhadapl
dlsamakan dengan hukum yang dlLenLukan oleh nash LersebuL
MayorlLas ulama Syafl'lyyah212 mendeflnlslkan plyos dengan


Membowo (bokom) yooq (belom) Jl ketobol kepoJo (bokom) yooq Jlketobol Jolom tooqko
meoetopkoo bokom boql keJoooyo otoo meoloJokoo bokom boql keJoooyo bolk bokom
moopoo slfot
u8 Wahbah alZuhalll mendeflnlslkan plyos dengan 313

1|11| Muhammad Ibn Ali Ibn Muhammad al-Syaukani, hlm. 173
2|12| Abu Hamid al-Ghazali, al-Mustasyfa fi Ilm al-Ushul, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah),
hlm. 54

#Meoyotokoo sesooto yooq tlJok Jlsebotkoo bokomoyo Jolom oosb Jeoqoo sesooto yooq
Jlsebotkoo bokomoyo oleb oosb Jlsebobkoo kesotooo lllot oototo keJoooyo
Sekallpun LerdapaLa perbedaan redaksl dalam beberapa deflnlsl yang dlkemukakan para ulama
ushul flqlh klaslk dan konLemporer dlaLas LenLang plyos LeLapl mereka sepakaL menyaLakan bahwa
proses peneLapan hukum melalul meLode plyos bukanlah meneLapkan hukum darl awal (lstlobotb ol
bokm wo losyoobo) melalnkan hanya menylngkapkan dan men[elaskan hukum (olkosyf wo ollzbbot ll
olnokm) yang apa pada suaLu kasus yang belum [elas hukumnya414 enylngkapan dan pen[elasan lnl
dl lakukan melalul pembahasan mendalam dan LellLl Lerhadap lllot darl suaLu kasus yang sedang
dlhadapl Apablla lllotoyo sama dengan lllot hukum yang dlsebuLkan dalam nash maka hukum Lerhadap
kasus yang dlhadapl lLu adalah hukum yang Lelah dlLenLukan nash LersebuL
Mlsalnya seorang mu[Lahld lngln mengeLahul hukum mlnuman blr aLau wlsky uarl hasll
pembahasan dan penellLlannya secara cermaL kedua mlnuman lLu mengandung zaL yang memabukkan
seperLl zaL yang ada pada kbomt ZaL yang memabukkan lnllah yang men[adl penyebab dl haramkannya
kbomt Pal lnl sesual dengan flrman Allah dalam suraL alMaldah 3 90 91 uengan demlklan mu[Lahld
LersebuL Lelah menemukan hukum unLuk blr dan wlsky yalLu sama dengan hukum kbomt karena lllot
keduanya adalah sama kesamaan lllot anLara kasus yang Lldak ada oosbnya dengan hukum yang ada
oosbnya menyebabkan adanya kesaLuan hukum
Adapun rukun plyos lLu ada 4
O sbl
O oto
O lllot
O Pukum osbl


3|13| Wahbah al-Zuhaili,
4|14| hlm. 601
. Kebu||aban Qiyas
ulama ushul flqlh berbeda pendapaL Lerhadap kehu[[ahan plyos dalam meneLapkan hukum
syara' !umhur ulama ushul flqlh berpendlrlan bahwa plyos blsa dl[adlkan sebagal meLoda aLau sarana
unLuk menglstlobotbkan hukum syara'313
8erbeda dengan [umhur para 'ulama mu'Lazllah berpendapaL bahwa plyos wa[lb dlamalkan
dalam dua hal sa[a yalLu
1 lllotnya moosbosb (dlsebuLkan dalam oosb) balk secara nyaLa maupun melalul lsayraL
2 Pukum foto harus leblh uLama darlpada hukum osbl
Wahbah alZuhalll mengelompokkan pendapaL ulama ushul flqh LenLang kehu[[ahan plyos
men[adl dua kelompok yalLu kelompok yang menerlma plyos sebagal dalll hukum yang dlanuL
mayorlLas ulama ushul flqlh dan kelompok yang menolak plyos sebagal dalll hukum yalLu ulama ulama
syl'ah alnazzam uhahlrlyyah dan ulama mu'Lazllah lrak
Alasan penolakan plyos sebagal dalll dalam meneLapkan hukum syara' menuruL kelompok yang
menolaknya adalah
O llrman Allah dalam suraL alPu[uraL 49 1

#nol otooq otooq betlmoo jooqoolob komo meoJobolol llob Joo kosolNyo
AyaL lnl menuruL mereka melarang seseorang unLuk beramal dengan sesuaLu yang Lldak ada
dalam alCuran dan sunah 8asul Mempedomanl plyos merupakan slkap beramal dengan sesuaLu
dlluar alCuran dan sunnah 8asul dan karenanya dllarang Selan[uLnya dalam suraL allsra' 1736 Allah
berflrman

#oo jooqoolob kom meoqlkotl opo yooq komo tlJok mempooyol peoqetobooo teotooqoyo #
AyaL LersebuL menuruL mereka melarang seseorang unLuk beramal dengan sesuaLu yang Lldak
dlkeLahul secara pasLl Cleh sebab lLu berdasarkan ayaL LersebuL plyos dllarang unLuk dlamalkan

5|15| Tajuddin Abdul Wahab al-Subki, amu al-awani, (Beirut : Dar al-Fikr ,1974), hlm. 177.
Lihat juga Ibn Qudamah, Raudlah al-Nadkir wa annah al-Munadhir, (Beirut :
Mu`assasah al-Risalah, 1978), hlm. 234
Alasan alasan mereka darl sunnah 8asul anLara laln adalah sebuah hadlLs yang dlrlwayaLkan
uaruquLhnl yang arLlnya adalah sebagal berlkuL
'Sesungguhnya Allah Ta`ala menentukan berbagai ketentuan, maka jangan kamu abaikan,
menentukan beberapa batasan, jangan kamu langgar, dia haramkan sesuatu, maka jangan kamu
langgat larangan itu, dia juga mendiamkan hukum sesuatu sebagai rahmat bagi kamu, tanpa
unsur kelupaan, maka janganlah kamu bahas hal itu.
PadlLs LersebuL menuruL mereka menun[ukkan bahwa sesuaLu lLu ada kalanya wa[lb
adakalanya haram dan adakalanya dl dlamkan sa[a yang hukumnya berklsar anLara dl ma'afkan dan
mubah (boleh) Apablla dl plyoskan sesuaLu yang dldlamkan syara' kepada wa[lb mlsalnya maka lnl
berarLl Lelah meneLapkan hukum wa[lb kepada sesuaLu yang dlma'afkan aLau dlbolehkan
Sedangkan [umhur ulama ushul flqlh yang membolehkan qlyas sebagal salah saLu meLode dalam
hukum syara' mengemukakan beberapa alasan dlanLaranya adalah
SuraL alPasyr 39 2

#moko omblllob (kejoJloo lto) ootok meojoJl pelojotoo bol otooq otooq yooq mempooyol
pooJooqoo
AyaL LersebuL menuruL [umhur ushul flqlh berblcara LenLang hukuman Allah Lerhadap kaum kaflr
darl 8anl nadhlr dl sebabkan slkap buruk mereka Lerhadap 8asulullah ul akhlr ayaL Allah
memerlnLahkan agar umaL lslam men[adlkan klsah lnl sebagal ltlbot (pela[aran) Mengambll pela[aran
darl suaLu perlsLlwa menuruL [umhur ulama Lermasuk plyos Cleh sebab lLu peneLapan hukum melalul
plyos yang dlsebuL Allah dengan olltlbot adalah boleh bahkan alCuran memerlnLahkannya
AyaL laln yang dl[adlkan alasan plyos adalah seluruh ayaL yang mengandung lllot sebagal
penyebab munculnya hukum LersebuL mlsalnya
O SuraL al8aqarah 2 222
'Mereka bertanya kepadamu (Muhammad tentang haid. Katakanlah, 'haid itu adalah kotoran,
oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid.
O SuraL alMaldah 3 91
'Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara
kamu, lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah
dan sembahyang, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan perbuatan itu).
O SuraL alMaldah 36
llah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu . '

Alasan [umhur ulama darl hadlLs rasululah adalah rlwayaL darl Muadz lbn !abal yang amaL
populer keLlka lLu 8asulullah menguLusnya ke ?aman unLuk men[adl qadll 8asulullah melakukan dlalog
dengan Mu'adz seraya berkaLa





ualam hadlLs LersebuL menuruL [umhur ulama ushul flqlh 8asulullah mengakul l[Llhad
berdasarkan pendapaL akal dan plyos Lermasuk l[Llhad melalul akal 8eglLu [uga dalam hadlLs laln
8asulullah menggunakan meLode plyos dalam men[awab perLanyaan yang dla[ukan kepadanya SuaLu
harl umar bln khaLLhab mendaLangl 8asulullah seraya berkaLa
'Pada hari ini saya telah melakukan suatu kesalahan besar, saya mencium istri saya, sedangkan
saya dalam keadaan berpuasa. Lalu Rasulullah mengatakan pada Umar :


#boqolmooo peoJopotmo jlko komo betkomot komot Jolom keoJooo betpooso opokob
poosomo botol ? umot meojowob #tlJok lolo kosolollob sow betkoto koloo beqlto keoopo
eoqkoo somopl meoyesol ? (P8 Ahmad lbn Panbal dan Abu uaud darl umar lbn alkhaLLhab)
ualam hadlLs LersebuL 8asulullah mengqlyaskan menclum lsLrl dengan berkumur kumur yang
keduanya sama sama Lldak membaLalkan puasa





6|1| Syari`ah merupakan dimensi eksoterik Islam, sedangkan dimensi esoterisnya diisi oleh
tasawuI. Sayyes Fussein Nasr, Ideals and Realities of Islam, (London : Unwin
Paperbacks, 1979), hlm. 94.
7|2| M. Atha Mudzhar, Sosial History Approach to Islamic Law, l-famiah (no. 61, th. 1998),
hlm. 78. Lihat juga Ahmad Hasan, The Early Development of Islamic urisprudence,
(Islamabad : islamic research Institute, 1988), hlm. 24 25.
8|3| Istilah 'langage games pertama kali digunakan Ludwig Wittggenstein (1889 M 1951 M)
dalam bukunya 'Philosophical Investigation untuk menunjukkan bahwa bahasa
mempunyai beberapa macam Iungsi sesuai konteks (meaning is context). Language
games ini mempunyai aturan sendiri sesuai dengan konteksnya sehingga kata yang sama
bila digunakan dalam language games yang berbeda pasti mempunyai arti yang berbeda.
Budhi Munawar rachman, Ilmu Hudluri . 'Mengelak dari Mistik ? dalam Ulumul
Quran (no. 1, vol. Vi th. 1995), hlm. 62. Lihat juga Rizal Muntasyir, Filsafat nalitik ,
Sefarah, Perkembangan dan Peranan para Tokohnya, (Jakarta : Rajawali, 1987), hlm. 83
86. Teori language games ini juga berlaku bagi aneka bentuk kehidupan (form of life),
termasuk kehidupan umat Islam dalam mempraktekkan Syariah.
9|4| Said Agil Husein al-Munawar, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Serta
Rekayasa Teknik Genetika Dalam Perspektif Hukum Islam, tarjikh, edisi ke I, Desember
1996, hlm. 54 56.
10|5| Lihat Abdul Wahab KhallaI, Ilmu Ushul Fiqih, (Kuwait : An-Nashie, 1977, cet. 2, hlm. 52)
11|6| Subhi mahmasani, Filsafat Hukum Dalam Islam (Bandung : PT. Al-Ma`ariI, 1981), hlm.
127
12|7| Ibn Hazm, l-Muhalla, (Beirut : Maktabah at-Tijadi, t.th.), hlm. 56
13|8| Yaqut al-Hamawy, Mufam al-Ubada, (Cairo : Dar al-Ma`mun, t.th.), hlm. 235 236.








14|9| Hasbi ash-Shiddiqy, Pokok Pokok Pegangan Imam Mad:hab (semarang : PT. Pustaka
Rizki Putra, 1997), hlm. 545.
15|10| Ibn Hazm, al-Thawq al-Hamamat fi al-Ilfat wa al-Ullaf, (Cairo, Dar al-Ma`ariI, 1977),
hlm. 165 166.























",8 adalah
. Melakukan analogi atas sebuah hukum karena ada persamaan sebab, sebab qiyas;
permasalahan yang berkembang dan keterbatasan nash.
. Menurut para ulama` ushul, qiyas berarti menyamakan suatu kejadian yang tidak ada nash-
nya, dengan suatu kejadian yang sudah ada nash/hukumnya, karena disebabkan adanya
kesamaan dua kejadian itu dalam sebab (illat) hukumnya.
Qiyas digunakan sebagai sumber dalil syari karena dalam qiyas yang menjadi dasar
pengambilan hokum adalah nash-nash syari yang memiliki kesamaan illat. Sebagaimana
diketahui bahwa yang menjadi dasar keberadaan hukum adalah illat-nya, dengan demikian
apabila ada kesamaan illat antara suatu masalah baru dengan masalah yang sudah ada
hukumnya, hukum masalah baru tersebut menjadi sama. Maka, bila illat yang sama terkandung
dalam Alquran, berarti dalil qiyas dalam hal tersebut adalah Alquran. Demikian pula, apabila
illat yang sama terkandung dalam sunnah dan ifma sahabat, yang menjadi dalil qiyas adalah
kedua hal tersebut.

















"iyas artinya menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara
yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah sebab,
manIaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.
Dalam Islam, Ijma dan Qiyas siIatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum
ditetapkan pada masa-masa sebelumnya





















. "iyas
DeIinisi Qiyas secara bahasa : Pengukuran ( -~-' ) dan Penyamaan (''~~')
Qiyas mengharuskan adanya dua perkara, yang salah satunya disandarkan kepada yang lain
secara sama.
Sedangkan menurut ulama ushul Fiqh ialah menyamakan suatu perkara yang baru yang belum
ada pada masa sebelumnya terhadap perkara yang lain karena ada kesamaan illat diantara
keduanya. Yang
menyebabkan adanya qiyas adalah adanya kesamaan antara al-maqis (perkara yang
mengqiyaskan) dengan al-maqis alaih (perkara yang diqiyasi) dalam satu perkara, yakni adanya
penyatu antara keduanya. Perkara tersebut adalah illat. Contoh.Pengharaman
(pelaksanaan) ifarah ketika adzan Jumat, yang diqiyaskan pada keharaman jual-beli ketika adzan
Jumat, karena adanya Illat yang digali dari nash, yakni melalaikan shalat jumat. Allah
berIirman:
'; , - ; ^ --' ,- - _ - '; ~' - - =-' ; - , - ' - ~- - -; - ' - '; - - ,- - -' ' | - ' -
,; - - - - , - - ,- = - - - - -'
'Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum`at, Maka bersegeralah
kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui. ("$. Al-1umuah 6.
Dari contoh kasus diatas dapat disimpulkan terdapat 4 rukun
1. asal : jual beli
2. cabang (qiyas) : Ijarah
3. hukum syara` : haramnya jual beli pada saat adzan jum`at
4. illat : melalaikan shalat jum`at
Qiyas merupakan salah satu dasar hukum yang dijadikan sumber hukum dalam islam untuk
menyelesaikan perkara yang baru yang ketentuannya belum ada didalam Al-Qur`an dan hadsit.
Dan Qiyas disepakati oleh kalangan ulama bahwa qiyas bisa dijadikan hujjah terkecuali dari
kalangan ulama` Zhahiriyah, Syiah, Mu`tazilah dan Ibnu Hazm dengan alasan bahwa semua
hukum sudah ada dalam Al-Qur`an dan Hadist.









l lakLorfakLor yang menyebabkan perbedaan dalam berl[Llhad
1 8erkalLan dengan aspek sumber dalll
a erbedaan plllhan ayaL/hadlLs yang dlpergunakan sebagal sumber hukum
b Ada rlwayaL hadlLs yang sampal kepada ulama' LerLenLu dan Lldak sampal kepada ulama
lalnnya
c erbedaan krlLerla pada penllalan hadlLs serLa kwallLasnya
d erbedaan keslmpulan dalam melakukan Lar[lh aLau adanya dua lnformasl dalll yang
berbeda
e erbedaan penggunaan nasah dan mansuh anLara Leks yang kandungannya berLenLangan
f erbedaan menggunakan sumber dalll dl luar nas

ll lakLor yang berhubungan dengan karakLerlsLlk llngulsLlk
a Adanya kaLa yang memlllkl dua aLau leblh arLl denoLaLlf (al ma'na al haqlql )
b erbedaan pendapaL LenLang kebolehan menggunakan makna konoLaLlf (al ma'na
ma[asl)
c erbedaan porsl penggunaan kaldah kebahasaan
d erbedaan persepsl LenLang kekuaLan menglkaL darl benLuk pesan
~`' ~ - . _ = -= ' ~`' ~ - . _ = - ~ '
lll kondlsl llngkungan dan perkembangan soslal dl mana mu[Lahld hldup dan berkarya
fakLor LersebuL sangaL mempengaruhl l[Llhadnya
lv erbedaan karakLerlsLlk prlbadl seorang mu[Lahld dalam wawasan soslal dan alam
plklran Pal lLu men[adl fakLor berpengaruh luas karena membawa lmpllkasl perbebdaan
suduL pandang [angkauan nalar soslal prlorlLas agenda garapan plllhan meLode dan
pendekaLan serLa proporsl penggunaan perLlmbangan raLlo dalam menylmpulkan sebuah
keLenLuan umum
- _ '+=` ' ~ ' - = '
= - ~ ' = '
- = = '
( l[LlhaL 1aLhbllqal Pukml lnl adalah l[LlhaL darl level LeorlLlk ke level prakLek )
~`' - - - - ' Cbyek llmu llqlh
' =' - = ~ ' - ~ '

' ' . - - ~ '

~ ' - ~ `' -

' =~ .' =' - -=~ '

( ' ~ ~ ' - ~ ~ '- ' - ~ ' - = - ' =' '~ ' ' )
.-`' _ - ' ~ _- ' ~ ' ~ - ' + - =~- ' ~- - ' =_ = '~ + ~ -- ' ~ ' ''

rlnslp dasar dalam nelakukan Lransaksl adalah adanya kerelaan kedua plhak dan
keharusan aklbaL hukum (yang Llmbul) darl Lransaksl LersebuL [uga dldasarkan aLas LunLuLan
yang Lelah dlsepakaLl mereka bersama

.-`' _ ~- ' `~' ~ ' =- ' _ = - - .- ~ ' _ = `= ' -= '
.-`' _ -' -~ `' =' `' _ = .~- .- ~ ' _ = - = '






















dakwatuna.com *ul masa 8asulullah saw umaL lslam Lldak memerlukan
kaidah-kaidah tertentu dalam memahami hukum-hukum syari, semua permasalahan
dapat langsung merujuk kepada Rasulullah saw lewat penjelasan beliau
mengenai Al-Quran, atau melalui sunnah beliau saw.

Para sahabat ra menyaksikan dan berinteraksi langsung dengan turunnya
Al-Quran dan mengetahui dengan baik sunnah Rasulullah saw, di samping itu
mereka adalah para ahli bahasa dan pemilik kecerdasan berpikir serta
kebersihan fitrah yang luar biasa, sehingga sepeninggal Rasulullah saw
mereka pun tidak memerlukan perangkat teori (kaidah) untuk dapat berijtihad,
meskipun kaidah-kaidah secara tidak tertulis telah ada dalam dada-dada
mereka yang dapat mereka gunakan di saat memerlukannya.

Setelah meluasnya futuhat islamiyah, umat Islam Arab banyak berinteraksi
dengan bangsa-bangsa lain yang berbeda bahasa dan latar belakang
peradabannya, hal ini menyebabkan melemahnya kemampuan berbahasa Arab di
kalangan sebagian umat, terutama di Irak . Di sisi lain kebutuhan akan
ijtihad begitu mendesak, karena banyaknya masalah-masalah baru yang belum
pernah terjadi dan memerlukan kejelasan hukum fiqhnya.

Dalam situasi ini, muncullah dua madrasah besar yang mencerminkan metode
mereka dalam berijtihad:

- Madrasah ahlir-rayi di Irak dengan pusatnya di Bashrah dan Kufah.
- Madarasah ahlil-hadits di Hijaz dan berpusat di Mekkah dan Madinah.

Perbedaan dua madrasah ini terletak pada banyaknya penggunaan hadits atau
qiyas dalam berijtihad. Madrasah ahlir-rayi lebih banyak menggunakan qiyas
(analogi) dalam berijtihad, hal ini disebabkan oleh:

- Sedikitnya jumlah hadits yang sampai ke ulama Irak dan ketatnya seleksi
hadits yang mereka lakukan, hal ini karena banyaknya hadits-hadits palsu
yang beredar di kalangan mereka sehingga mereka tidak mudah menerima
riwayat
seseorang kecuali melalui proses seleksi yang ketat. Di sisi lain masalah
baru yang mereka hadapi dan memerlukan ijtihad begitu banyak, maka mau
tidak
mau mereka mengandalkan qiyas (analogi) dalam menetapkan hukum.
Masalah-masalah baru ini muncul akibat peradaban dan kehidupan masyarakat
Irak yang sangat kompleks.
- Mereka mencontoh guru mereka Abdullah bin Masud ra yang banyak
menggunakan qiyas dalam berijtihad menghadapi berbagai masalah.

Sedangkan madrasah ahli hadits lebih berhati-hati dalam berfatwa dengan
qiyas, karena situasi yang mereka hadapi berbeda, situasi itu adalah:

- Banyaknya hadits yang berada di tangan mereka dan sedikitnya
kasus-kasus baru yang memerlukan ijtihad.
- Contoh yang mereka dapati dari guru mereka, seperti Abdullah bin Umar
ra, dan Abdullah bin Amr bin Ash, yang sangat berhati-hati menggunakan
logika dalam berfatwa.

Perbedaan kedua madrasah ini melahirkan perdebatan sengit, sehingga membuat
para ulama merasa perlu untuk membuat kaidah-kaidah tertulis yang dibukukan
sebagai undang-undang bersama dalam menyatukan dua madrasah ini. Di antara
ulama yang mempunyai perhatian terhadap hal ini adalah Al-Imam Abdur Rahman
bin Mahdi rahimahullah (135-198 H). Beliau meminta kepada Al Imam
Asy-Syafii rahimahullah (150-204 H) untuk menulis sebuah buku tentang
prinsip-prinsip ijtihad yang dapat digunakan sebagai pedoman. Maka lahirlah
kitab Ar-Risalah karya Imam Syafii sebagai kitab pertama dalam ushul fiqh.

Hal ini tidak berarti bahwa sebelum lahirnya kitab Ar-Risalah prinsip
prinsip ushul fiqh tidak ada sama sekali, tetapi ia sudah ada sejak masa
sahabat ra dan ulama-ulama sebelum Syafii, akan tetapi kaidah-kaidah itu
belum disusun dalam sebuah buku atau disiplin ilmu tersendiri dan masih
berserakan pada kitab-kitab fiqh para ulama. Imam Syafii lah orang pertama
yang menulis buku ushul fiqh, sehingga Ar Risalah menjadi rujukan bagi para
ulama sesudahnya untuk mengembangkan dan menyempurnakan ilmu ini.

Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafii ra memang pantas untuk
memperoleh kemuliaan ini, karena beliau memiliki pengetahuan tentang
madrasah ahlil-hadits dan madrasah ahlir-rayi. Beliau lahir di Ghaza, pada
usia 2 tahun bersama ibunya pergi ke Mekkah untuk belajar dan menghafal
Al-Quran serta ilmu fiqh dari ulama Mekkah. Sejak kecil beliau sudah
mendapat pendidikan bahasa dari perkampungan Huzail, salah satu kabilah yang
terkenal dengan kefasihan berbahasa. Pada usia 15 tahun beliau sudah
diizinkan oleh Muslim bin Khalid Az-Zanjiy salah seorang ulama Mekkah
untuk memberi fatwa.

Kemudian beliau pergi ke Madinah dan berguru kepada Imam penduduk Madinah,
Imam Malik bin Anas ra (95-179 H) dalam selang waktu 9 tahun meskipun
tidak berturut-turut beserta ulama-ulama lainnya, sehingga beliau memiliki
pengetahuan yang cukup dalam ilmu hadits dan fiqh Madinah. Lalu beliau pergi
ke Irak dan belajar metode fiqh Irak kepada Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani
ra (wafat th 187 H), murid Imam Abu Hanifah An-Numan bin Tsabit ra (80-150
H).

Dari latar belakangnya, kita melihat bahwa Imam Syafii memiliki pengetahuan
tentang kedua madrasah yang berbeda pendapat, maka beliau memang orang yang
tepat untuk menjadi orang pertama yang menulis buku dalam ilmu ushul. Selain
Ar-Risalah, Imam Syafii juga memiliki karya lain dalam ilmu ushul, seperti:
kitab Jimaul-ilmi, Ibthalul-istihsan, dan Ikhtilaful-hadits.

Dapat kita simpulkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan munculnya
penulisan ilmu ushul fiqh:

- Adanya perdebatan sengit antara madrasah Irak dan madrasah Hijaz.
- Mulai melemahnya kemampuan bahasa Arab di sebagian umat Islam akibat
interaksi dengan bangsa lain terutama Persia.
- Munculnya banyak persoalan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan
memerlukan kejelasan hukum, sehingga kebutuhan akan ijtihad kian mendesak.

Setelah Ar-Risalah, muncullah berbagai karya para ulama dalam ilmu ushul
fiqh, di antaranya:

1. Khabar Al-Wahid, Itsbat Al-Qiyas, dan Ijtihad Ar-Ray, ketiganya karya
Isa bin Aban bin Shadaqah Al-Hanafi (wafat th 221 H).
2. An-Nasikh Wal-Mansukh karya Imam Ahmad bin Hambal (164-241 H).
3. Al-Ijma, Ibthal At-Taqlid, Ibthal Al-Qiyas, dan buku lain karya Dawud
bin Ali Az-Zhahiri (200-270 H).
4. Al-Mutamad karya Abul-Husain Muhammad bin Ali Al-Bashri Al-mutaziliy
Asy-Syafii (wafat th 436H).
5. Al-Burhan karya Abul Maali Abdul Malik bin Abdullah
Al-Juwaini/Imamul-haramain (410-478 H).
6. Al-Mustashfa karya Imam Al-Ghazali Muhammad bin Muhammad (wafat 505
H).
7. Al-Mahshul karya Fakhruddin Muhammad bin Umar Ar-Razy (wafat 606 H).
8. Al-Ihkam fi Ushulil-Ahkam karya Saifuddin Ali bin Abi Ali Al-Amidi
(wafat 631 H).
9. Ushul Al-Karkhi karya Ubaidullah bin Al-Husain Al-Karkhi (wafat 340
H).
10. Ushul Al-jashash karya Abu Bakar Al-Jashash (wafat 370 H).
11. Ushul as-Sarakhsi karya Muhammad bin Ahmad As-Sarakhsi (wafat 490 H).
12. Kanz Al-Wushul Ila marifat Al-Ushul karya Ali bin Muhammad
Al-Bazdawi (wafat 482 H).
13. Badiun-Nizham karya Muzhaffaruddin Ahmad bin Ali As-Saati Al-hanafi
(wafat 694 H).
14. At-Tahrir karya Kamaluddin Muhammad bin Abdul Wahid yang dikenal
dengan Ibnul Hammam (wafat 861 H).
15. Jamul-jawami karya Abdul Wahab bin Ali As Subki (wafat 771 H).
16. Al-Muwafaqat karya Abu Ishaq Ibrahim bin Musa Al-gharnathi yang
dikenal dengan nama Asy-Syathibi (wafat 790 H).
17. Irsyadul-fuhul Ila Tahqiq Ilm Al-Ushul karya Muhammad bin Ali bin
Muhammad Asy-Syaukani (wafat 1255 H).

http://www.dakwatuna.com/2007/sejarah-singkat-ilmu-ushul-fiqh/


Non-text portions of this message have been removed,



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam











ueflnlsl lkhLllaf Secara 8ahasa /LLlmologl

ulLln[au darl segl asalasul kaLa (eLlmologl) lkhLllaf berasal darl bahasa Arab yang asal kaLanya adalah
( = =- `= ' )khalafa yakhllfu khllafan ArLlnya adalah berbeda pendapaL

Mengenal deflnls lkhLllaf secara bahasa beberapa flrman Allah men[elaskan mengenal hal lLu dl
anLaranya


!lkalau 1uhanmu menghendakl LenLu dla men[adlkan manusla umaL yang saLu LeLapl mereka
senanLlasa bersellslh pendapaL" (CS Puud (11) 118)

Sesungguhnya kamu benarbenar dalam keadaan berbeda pendapaL" (CS AdzuzarlyaL (31) 8)

2ueflnlsl lkhLllaf MenuruL lsLllah

lkhLllaf menuruL lsLllah adalah berlalnan pendapaL anLara dua orang aLau beberapa orang Lerhadap
suaLu obyek (masalah) LerLenLu !adl yang dlmaksud lkhLllaf adalah Lldak samanya aLau
berLenLangannya penllalan hukum Lerhadap saLu obyek hukum

Sedangkan yang dlmaksud lkhLllaf dalam madzhab flqh adalah perbedaan pendapaL dl anLara para
fuqaha dalam meneLapkan sebaglan hukum lslam yang berslfaL furu'lyyah (cabang) bukan pada
masalah hukum lslam yang berslfaL ushullyyah (pokokpokok hukum lslam) dlsebabkan perbedaan
pemahaman aLau perbedaan meLode dalam meneLapkan suaLu problemaLlka hukum

3lakLor endorong 1er[adlnya lkhLllaf luqaha

lkhLllaf para fuqaha dalam meneLapkan hukum lslam dl samplng dlsebabkan oleh fakLor yang berslfaL
manuslawl (fakLor akhlak dan pemlklran) [uga oleh fakLor laln karena adanya seglsegl khusus yang
berLallan dengan agama

Adapun fakLorfakLor yang melaLar belakangl lkhLllaf para fuqaha dalam masalah hukum lslam adalah
sebagal berlkuL

1)erbedaan cara membaca alCur'an (lkhLllaf alClra'aL(
2)8agu LenLang keberadaannya suaLu hadlLs (AsySyak fl subuL alPadlLs)
3)1ldak mengeLahul adanya hadlLs yang LerkalL dengan saLu masalah LerLenLu ('Adam allLhla' ala' al
PadlLs)
4)erLenLangan adanya dallldalll hukum (1a'aradh alAdlllah)
3)Adanya homonlm (saLu kaLa memlllkl banyak arLl) dalam lafadz (AllsyLlrak fl alLafdz)
6)erbedaan dalam memehaml nash dan menafslrkannya (AllkhLllaf fl lahm annash wa 1afslrlhl)
7)1ldak adanya nash dalam suaLu masalah ('Adam annash fl alMasalah)
8)erbedaan dalam kaldah ushullyyah (AllkhLllaf fl alCawaldh alushullyyah)

4Plkmah Adanya lkhLllaf dan laedah Mempela[arlnya

erbedaan pendapaL dan peneLapan hukum oleh para fuqaha dalam llmu flqh dan ka[lan madzhab flqh
dalam berbagal cabang pada haklkaLnya merupakan hasll pemahaman Lerhadap klLabullah dan Sunnah
8asul lbaraLnya pendapaL dan peneLapan hukum para fuqaha merupakan buah yang bermacam
macam darl saLu pohon Adapun hlkmah adanya lkhLllaf para fuqaha adalah sebagal berlkuL

1)erbedaan merupakan suaLu kemesLlan
kemesLlan lnl dlsebabkan oleh Labl'aL agama (lslam) Labl'aL syarl'aL Labl'aL manusla Labl'aL alam dan
kehldupan

2)erbedaan adalah rahmaL
` = ' - ~ ' ~ =
erbedaan ummaLku adalah rahmaL"

3)erbedaan pendapaL adalah kekayaan (Lsarwah)

erbedaan pandangan yang berslfaL l[Llhadlah Lelah memperkaya mengembangkan dan memperluas
flqh karena seLlap pendapaL pasLl dldasarkan kepada dallldalll dan perLlmbangan syar'l yang dlgall oleh
akal para fuqaha dan pemlklr lslam yang cemerlang melalul l[Llhad qlyas lsLlhsan dan laln sebagalnya

Adapun faedah mempela[arl lkhLllaf fuqaha sebagal berlkuL

1)1erhlndar darl Laklld buLa
2)MengeLahul keragaman dallldalll yang mereka pergunakan dalam peneLapan hukum
3)MengeLahul [alan plklran mereka dalam meneLapkan permasalahn hukum furu'lyyah
4)uapaL mengembangkan kemampuan dalam flqh
3)MengeLahul kuaL dan lemahnya hu[[ah (alasan) yang dlgunakan oleh para fuqaha aLau lmam madzhab
6)uapaL memllah hu[[ah yang sesula dengan alCur'an dan alPadlLs dan hu[[ah lLu dapaL dl[adlkan
pedoman dalam mengamalkan lbadah
7)8lsa membedakan anLara perbedaan yang dlperbolehkan dan yang Lldak dlperbolehkan dalam lslam
8)8lsa menemukan khazanah hukum lslam yang beragam
9)8lsa bela[ar menghargal perbedaan
10)1erhlndar darl pemlklran yang semplL dan plclk

You might also like