Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Aumbered Head 1ogether Terhadap
Pencapaian Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Cisarua
Ferry Pietersz dan Horasdia Saragih Laboratorium Teknologi Terapan, Universitas Advent Indonesia Jl.Kol.Masturi No.288 Parongpong, Bandung INDONESIA 40599 e-mail : horasdosen.Iisika.net
bstrak Model pembelafaran merupakan salah satu faktor penunfang pencapaian siswa dalam pemahaman akan materi suatu mata pelafaran. Penggunaan model pembelafaran yang salah akan berakibat tidak maksimalnya pencapaian siswa dalam suatu mata pelafaran. Model pembelafaran kooperatif dianggap sebagai model pembelafaran yang paling efektif. Telah dilakukan penelitian yang bertufuan untuk mencari pengaruh penggunanan model pembelafaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Populasi yang diteliti adalah siswa kelas JIII SMP Negeri 1 Cisarua Tahun Afaran 2009/2010. Sebanyak 76 siswa dipilih secara acak sebagai sampel. Digunakan suatu instrumen sebanyak 10 soal sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas soal instrumen diufi dengan menggunakan KR-20 (Kuder Richardson-20). Diperoleh bahwa nilai reliabilitas 0.68 yang menunfukkan bahwa soal yang digunakan adalah reliabel. Data yang telah dikumpulkan diolah menggunakan ufi-t untuk mengufi hipotesa penelitian pada tingkat signifikansi o 0.05, dan hasilnya adalah t 5.38. Dengan membandingkan nilai t terhadap t tabel pada dk 74 disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelafaran kooperatif tipe numbered head together lebih baik dibandingkan dengan pembelafaran konvensional.
ata kunci : Model Pembelafaran, Pembelafaran Kooperatif, Numbered Head Together. 1. Pendahuluan Pelajaran matematika pada umumnya masih merupakan hal yang ditakuti oleh banyak siswa. Hal ini dapat terlihat langsung dari pencapaian matematika siswa yang relatiI buruk dibandingkan dengan mata pelajaran lain (Tambunan, 2006). Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru sangat mempengaruhi proses belajar mengajar siswa (Zakaria, 2007). Pembelajaran konvensional belum mampu mencapai tujuan pendidikan yang maksimal. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang memiliki prestasi akademik yang rendah bahkan masih sering terjadi siswa lebih memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya (Ashtiani, 2007). Pembelajaran konvensional yang mengedepankan interaksi satu arah dimana guru memiliki peranan utama dalam kegiatan pembelajaran di kelas menyebabkan cara berpikir siswa menjadi pasiI, yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap pencapaian akademik siswa. Untuk mencegah semakin buruknya hal yang dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab seperti yang disebut di atas, maka dibutuhkan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan pencapaian siswa khususnya pada mata pelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran yang dianggap mampu meningkatkan pencapaian tersebut adalah pembelajaran kooperatiI (Johnson et al., 2000). Penggunaan pembelajaran kooperatiI telah banyak dilakukan dan juga telah banyak inovasi yang dibuat dan hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatiI memiliki kemampuan dan pencapaian yang relatiI lebih baik. Hal ini disebabkan oleh karena guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berani berpikir untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan mengemukakannya. Tanner, et al. (Tanner, et al. 1997) menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatiI memiliki eIek yang signiIikan terhadap perkembangan akademik maupun sosial siswa. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran kooperatiI merupakan model belajar kelompok yang terdiri dari berbagi jenis latar belakang, jenis kelamin, tingkat kemampuan yang berbeda dari tiap siswa yang mana mereka belajar bersama-sama dalam satu kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama yang diinginkan (Akinbobola, 2006). Pembelajaran kooperatiI bukan hanya sekedar pembelajaran secara berkelompok seperti pada umumnya, tetapi siswa diharuskan mampu untuk mempresentasikan, menghubungkan dan mengaplikasikan inIormasi ataupun pengetahuan yang diberikan sehingga proses pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna (Cortright et al., 2005). Pada dasarnya tujuan dari pembelajaran kooperatiI adalah melatih siswa agar mampu berpikir dan bekerja secara berkelompok, berdiskusi untuk memecahkan suatu permasalahan dan selanjutnya bertanggung jawab untuk melaporkan jawabannya kepada anggota kelompok yang lain. Tipe pembelajaran kooperatiI yang mencakup keseluruhan hal yang telah disebutkan di atas adalah pembelajaran kooperatiI tipe Numbered Head Together. Empat hal pokok yang terdapat pada tipe pembelajaran Numbered Head Together yaitu 1) Penomoran (Numbering); 2) Pengajuan pertanyaan (Questioning); 3) Berpikir bersama (Head together), dan pemberian jawaban (Answering).
. Eksperimen Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen ini berguna untuk mengetahui perbedaan pencapaian yang ditimbulkan melalui penggunaan tipe Numbered Head Together dengan pembelajaran konvensional. Populasi yang diteliti adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cisarua yang berjumlah 315 siswa. Dari populasi tersebut dipilih sampel secara acak sejumlah 76 siswa, yang dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas eksperimen yang terdiri dari 37 siswa dan kelas kontrol yang terdiri dari 39 siswa. Instrumen yang diberikan berupa Pre-test dan post-test yang reliabel dengan nilai koeIisien r0,68. Instrumen yang digunakan juga telah memenuhi validitas logis. Pre-test diberikan kepada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan setelah diberi perlakuan kepada kelas eksperimen maupun kelas kontrol selama kurang lebih 2 minggu maka diberikan post-test. Dari hasil pre-test dan post-test yang telah diberikan akan diambil nilai penguatan (gain) sebagai gambaran keberhasilan pencapaian siswa. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t untuk sampel yang independent. Sedangkan untuk melihat kualitas peningkatan pencapaian siswa, digunakan indeks gain.
. Hasil dan Diskusi Didasarkan pada data yang diperoleh dari hasil penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas control pada pre-test, maka didapatkan rata-rata skor dan standar deviasinya seperti ditunjukkan pada tabel 1. Rata-rata skor pre-test kelas eksperimen adalah 1 dengan standar deviasi 0.58, sedangkan nilai minimum dan maksimumnya, masing-masing 0 dan 2. Skor pre-test kelas kontrol memiliki rata-rata 1.28 dengan standar deviasi 0.65 dan nilai minimum dan maksimumnya masing- masing 0 dan 5. Tabel 1. Rata-rata dan standar deviasi skor pre-test disertai nilai minimum dan maksimum yang dicapai oleh kelas kontrol dan eksperimen.
Kelas N x SD Minimum Maksimum Eksperimen 37 1 0.58 0 2 Kontrol 39 1.28 0.65 0 5
Setelah mengetahui kemampuan dari masing-masing kelas melalui skor pre-test langkah berikutnya adalah memberi perlakuan terhadap masing-masing kelas dimana kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran tipe NHT sedangkan kelas kontrol, mendapatkan pembelajaran konvensional. Kemudian dilakukan post-test dengan hasil sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2. Rata-rata skor post-test kelas eksperimen adalah 7.97 dengan standar deviasi 0.55 sedangkan nilai minimum dan maksimumnya adalah 7 dan 9, skor post-test kelas kontrol memiliki rata-rata 7.13 dengan standar deviasi 0.77 untuk nilai minimum dan maksimumnya adalah 5 dan 8. Tabel . Rata-rata dan standar deviasi skor post-test disertai nilai minimum dan maksimum yang dicapai oleh kelas kontrol dan eksperimen.
Kelas N x SD Minimum Maksimum Eksperimen 37 7.97 0.55 7 9 Kontrol 39 7.13 0.77 5 8
Dari data yang ditunjukkan pada tabel 1 dan tabel 2 maka terlihat ada peningkatan (gain) yang terjadi. Peningkatan ini selanjutnya dinormalisasi sehingga diperoleh hasil sebagaimana ditunjukkan pada tabel 3. Pada tabel 3 didapat bahwa gain pada kelas eksperimen adalah 0.77 sedangkan gain pada kelas kontrol adalah 0.67. Mengacu pada indeks gain, maka peningkatan 0.77 pada kelas eksperimen masuk pada kategori tinggi, sedang peningkaatan 0.67 pada kelas kontrol masuk pada kategori sedang. Tabel . Nilai dan indeks gain untuk melihat tingkat perubahan terhadap pencapaian siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas N x pre-test x post-test gain Indeks Eksperimen 37 1 7.97 0.77 Tinggi Kontrol 39 1.28 7.13 0.67 Sedang
Ho yang diuji secara statistik pada penelitian ini adalah : tidak ada perbedaan yang signiIikan pada pencapaian siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus yang diajar dengan menggunakan pembelajaran tipe NHT dibandingkan siswa yang diajar secara konvensional. Sedangkan Hipotesa alternatiI (H 1 ) adalah : pencapaian siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus yang diajar dengan menggunakan pembelajaran tipe NHT lebih tinggi secara signiIikan dibandingkan dengan siswa yang diajar secara konvensional. Data gain menurut rata-rata dan standar deviasinya ditunjukkan pada tabel 4. Dari data pada tabel 4 diperoleh bahwa rata-rata gain pada kelas eksperimen lebih tinggi, yaitu 6.97 (SD 0.957) dibandingkan dengan rata-rata gain pada kelas kontrol yaitu 5.87 (SD0.824). Untuk melihat perbedaan ini secara statistik, maka uji-t dilakukan terhadap kedua nilai rata-rata tersebut di atas. Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 4 . Rata-rata dan standar deviasi gain untuk melihat rata-rata pencapaian dari kedua kelas penelitian sebagai tolak ukur uji hipotesa
Kelas N Mean Std. Deviation Eksperimen 37 6.97 .957 Kontrol 39 5.87 .824
Tabel 5 . Uji normalitas distribusi data gain sebagai pra syarat uji t menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov dan Uji Shapiro Wil pada taraI signiIikansi u0.05.
Kelas Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk
Statistic DI Sig. Statistic dI Sig. Skor gain Eksperimen .114 37 .200 * .957 37 .160 Kontrol .136 39 .067 .949 39 .075 a. LillieIors SigniIicance Correction u 0.05 *. This is a lower bound oI the true signiIicance.
Dari hasil analisis statistik sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5, untuk kelas eksperimen diperoleh nilai Sig. 0.200 (Kolmogorov-Smirnov) dan Sig. 0.160 (Shapiro-Wilk). Kedua nilai Sig ini lebih besar dari u 0.05, yang artinya adalah data gain pada kelas eksperimen adalah terdistribusi normal. Hal yang sama terjadi pada kelas kontrol. Selanjutnya homogenitas data gain dari kedua kelas tersebut, dihitung. Hasilnya disajikan pada tabel 6. Diperoleh bahwa signiIikansi dari uji Levenes berdasarkan rata-rata adalah 0.502 sedangkan signiIikansi berdasarkan median adalah 0.463. Jelas bahwa kedua signiIikansi tersebut lebih besar dari u 0.05. Maka kesimpulannya kedua kelas tersebut adalah homogen.
Tabel 6. Uji homogenitas data gain menngunakan uji Levene pada taraI signiIikansi 0.05.
Levene Statistic dI1 dI2 Sig. Score Based on Mean .455 1 74 .502 Based on Median .544 1 74 .463 *u 0.05
Tabel 7. Uji t dua rata-rata sampel independen untuk menguji hipotesis penelitian dengan asumsi kedua nilai rata-rata kelas memiliki varians yang sama (6ual Jariances Assumed) pada taraI signiIikansi 0.05.
Levene's Test Ior Equality oI Variances t-test Ior Equality oI Means
F Sig. t DI Sig. (2- tailed) Mean DiIIeren ce Std. Error DiIIeren ce 95 ConIidence Interval oI the DiIIerence Lower Upper score Equal variances assumed .455 .502 5.381 74 .000 1.10118 .20463 .69345 1.50891 Equal variances not assumed
Hasil yang diperoleh sebagaimana ditunjukkan pada tabel 6 menyatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen, maka kita menggunakan hasil ufi-t dua sampel independen dengan asumsi kedua varians sama (e6ual variances assumed). Tabel 7 menunjukkan hasil uji-t. Nilai t 5.381 dengan derajat kebebasan 74 dan Sig. (2-tailed) 0.000. Karena digunakan uji hipotesis satu sisi (one tailed) H 1 : 1 ~ 2 , maka nilai Sig. (2 tailed) harus dibagi dua, dan hasilnya adalah 0.000. Karena Sig. 0.000 yang adalah lebih kecil dari u 0.05, maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata gain dari siswa yang mendapat pembelajaran kooperatiI tipe Numbered Head Together lebih tinggi secara signiIikan dibandingkan dengan rata- rata gain dari siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensianal.
4. Kesimpulan Sesuai hasil yang diperoleh menggunakan uji Levenes didapatkan nilai 5.38 dengan signiIikasi uji Levene`s (0.000) u 0.05, maka tolak Ho dengan demikian hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatiI tipe Numbered Head Together memiliki pengaruh yang signiIikan terhadap peningkatan pencapaian matematika siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Mengacu dari data yang penelitian yang telah dihasilkan didapatkan juga bahwa rata-rata gain kelas eksperimen (6.97) jauh lebih baik disbanding dengan rata-rata gain pada kelas kontrol (5.87). Indeks gain yang mengalami peningkatan tinggi terdapat di kelas eksperimen. Jelas terlihat bhwa penggunaan tipe NHT mampu meningkatkan pencapaian siswa, hal ini disebabkan karena adanya interaksi multi arah yang terjadi sehingga siswa tidak terkesan pasiI di kelas.
Daftar Pustaka Akinbobola (2006). EIIects oI cooperative and competitive learning strategies on academic perIormance oI students in Physics, J.Research in ducation., 3(1),pp:1-5. Ashtiani,Ali Fathi (2007) . A Comparison of the Cooperative Learning Model and Traditional Learning Model on Academic Achievement. Journal oI Applied Sciences 7 (1), pp :137 140. Cortright, R.N.,H.L. Collins & S.E.Dicarlo, 2005. Peer instruction enhanced meaningIul learning : Ability to solve novel problems. Adv. Physiol. Education, 29 : 107 - 111 Johnson.D.W.,R.T.Johnson & M.E. Stanne, 2000. Cooperative learning methods: Meta-analysis. Minneapolis,MN: University oI Minnesota Press Tambunan,Siti.,(2006). Hubungan Antara Kemampuan Spasial Dengan Prestasi Belajar Matematika, Makara Sosial Humaniora, Vol.10, No.1(Juni 2006),p.27-32 Tanner, K & M.B.Marr, 1997. Cooperative learning:BrieI review. Reading and writing quarterly:overcoming learning diIIiculties, 13 : 7-20 Zakaria,EIIendi(2006). Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education:A Malaysian Perspective. urasia Journal of Mathematics, Science & Technology ducation, 3(1), 35-39.