You are on page 1of 26

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

( Studi Observasi Manajemen SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan ) Tugas Kelompok: Mata Kuliah : Manajemen Sekolah Dosen Pengampu : Drs. Amin Yusuf, M.Si.

Disusun Oleh : 1. Yemima Retifaratri 2. Eli Oktaviana 3. Syaibiyah Suryatiningsih 4. Andi Maulana 5. Sustyo Wandi 4401407070 4401407073 4401407109

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2008

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Observasi berjudul , IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

( Studi Observasi Manajemen SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan )


Yang disususn sebagai tindak lanjut observasi yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan , Pekalongan , pada tanggal 21-22 November 2008, oleh : 1. Yemima Retifaratri 2. Eli Oktaviana 3. Syaibiyah Suryatiningsih 4. Andi Maulana 5. Sustyo Wandi telah diteliti dan disahkan pada : hari :

tanggal :

Mengetahui, Dosen Pengampu Mata kuliah Manajemen Sekolah Koordinator Pelaksana

Drs. Amin Yusuf, M.Si. NIP.

Yemima Retifaratri NIM. 4401407070

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung kemampuan manajerial para kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang maju dari tahun ke tahun. Karena itu hubungan baik antara guru, interaksi lingkungan dan faktor-faktor lain perlu diciptakan agar terjalin iklim dan suasana kerja yang kondusif. Djaman Satori ( 1980 ) memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien Kompleksitas aktivitas di sekolah menuntut implementasi manajemen berbasis sekolah , yang gerakannya mulai Nampak sejak dicetuskan desentralisasi pendidikan , yang berujung pada kebijakan otonomi sekolah. Manajemen berbasis sekolah diketengahkan sebagai paradigma baru dalam meningkatkan kualitas produk pendidikan. Untuk mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah secara efektif dan efisien , diperlukan dukungan berbagai pihak , meliputi kepala sekolah dibantu guru sebagai pengelola sekolah , pemerintah sebagai pemegang kebijakan pendidikan , masyarakat sebagai penerima pengeluaran sekolah , pun sivitas akademika perguruan tinggi sebagai pemasok tenaga pendidikan. Terkait hal terakhir , diperlukan komunikasi yang proporsional antara sekolah yang menggerakkan lulusan LPTK dan pemasok tenaga pendidikan. Mahasiswa perlu mengetahui kondisi riil pengelolaan sekolah, termasuk perkembangan kebijakan pendidikan dan implementasinya serta kendala yang dihadapi pengelola sekolah. Dengan demikian , mahasiswa bias lebih memahami dinamika manajemen sekolah , lebih dari sekedar teori yang dipelajari dari diktat kuliah. Oleh karena itu, kegiatan obsernasi menjadi hal yang lazim dilaksanakan bagi mahasiswa LPTK sebagai sarana belajar tentang pengelolaan sekolah dan mengkritisi proses manajemen sekolah yang berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia . Dalam hal ini , penulis melaksanakan studi observasi di SMA

Muhammadiyah 1 Pekajangan, Pekalongan.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas , maka beberapa masalah yang penulis rumuskan , di antaranya , 1. Bagaimana dinamika proses manajemen SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan ? 2. Bagaimana manajemen komponen-komponen SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan ?

C. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilaksanakan bertujuan , 1. mengetahui dan memahami dinamika proses manajemen SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan yang meliputi perencanaan , pengorganisasian , penggerakkan dan pengawasan ; 2. mempelajari manajemen komponen-komponen SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan ; 3. mmengetahui realisasi implementasi manajemen berbasis sekolah di SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Manajemen Sekolah


Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen . Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen , sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah administrasi pendidikan. Dalam studi ini penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan istilah yang sama. Mengenai definisi manajemen , Kathryn M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan rumusan bahwa : Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan. Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djaman Satori (1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) menggunakan bahwa administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggaraka di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidkan formal.

B. Fungsi Manajemen

Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan tersebut dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajemen.

Fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi: (1) perencanaan (planning), (2) pengorganisasian (organizing), (3) penggerakkan (actuating), dan (4) pengawasan (controlling). 1. Perencanaan (planning) Perencanaan tidak lain merupakankegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. T.Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa : Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, system, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini." Arti penting perencanan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan manajemen seefisien untuk dan seefektif diri mungkin. dengan T. Hani Handoko mengemukakan 9 manfaat perencanaan, bahwa perencanaan: (a) membantu menyesuaikan perubahan-perubahan lingkungan ; (b) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalahmasalah utama ; (c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran ; (d) membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat ; (e) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi ; (f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi ; (g) membuat tujuan lebih khhusus, terperinci dan lebih mudah dipahami ; (h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti ; (i) menghemat waktu, usaha dan dana. Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan

langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu : a.Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) menggunakan kata-kata yang sederhana, (2) mempunyai sifat fleksibel, (3) mempunyai sifat stabilitas, (4) ada dalam perimbangan sumber daya, dan (5) meliputi semua tindakan yang diperlukan b.Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsure sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal. c.Merumuskan kegiatan yang dilaksanakan secara jelas dan tegas Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, (2) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatankegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis. Bernard Taylor sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1996) memerinci perbedaan antara perencanaan operasional dan perencanaan strategic, sebagaimana disajikan dalam table berikut ini : Tabel 1. Perbedaan Perencanaan Strategik dan Perencanaan Operasional No 1 Bahasan Pusat bahasan Perencanaan Strategik Kelangsungan dan pengembangan jangka 2 3 4 Sasaran Batasan Hasil yang panjang Laba diwaktu yang akan datang Lingkungan sumber daya waktu yang akan datang Pengembangn potensi Perencanaan Operasional Masalah-masalah pengoperasian Laba sekarang Lingkungan sumber

daya sekarang Efisiensi dan stabilitas

5 6 7 8

diperoleh Informasi Organisasi Kepemimpinan Pemecahan masalah

mendatang Kesempatan di waktu

Dunia bisnis sekarang

yang akan datang Kewiraswastaan/fleksibel Birokrasi/stabil Mengilhami perubahan Konservatif radikal Antisipasi, menemukan pendekatan-pendekatan baru Berdasarkan pengalaman masa lalu Resiko rendah

Resiko tinggi Sumber : T. Hani Handoko.1995.Manajemen (Edisi 2). Yogyakarta:BPFE.h.93 Pada bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut : a. Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah social dan etika, atau masalah-masalah umum seperti macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian perusahaan. b. Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa yang akan datang. c. Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud

mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-

perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu, perusahaan perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja dan lembaga-lembaga keuangan, dimana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara langsung operasi perusahaan. Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategic dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan strategic ini dapat diterapkan pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkatpersekolahan, karena memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin sustainabilitas pendidikan itu sendiri. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, model perencanaan pendidikan yang digunakan adalah mengadopsi model PPBS (planning, programming, budgeting system) yang disebut SP4 (Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran). Esensi dari program perencanaan dengan model ini adalah sebagai berikut : a. memerinci secara cermat dan menganalisis secara sistematik terhadap tujuan yang hendak dicapai ; b. mencari alternative yang relevan, cara yang mencapai tujuan ; c. menggambarkan biaya total dari setiap alternative, baik biaya langsung ataupun tidak langsung , biaya telah lewat atau biaya yang akan datang, baik biaya yang berupa uang maupun biaya yang tidak berupa uang ; d. memberikan gambaran tentang efektivitas setiap alternative dan bagaimana alternative itu mencapai tujuan ; e. membandingkan dan menganalisis alternative tersebut, yaitu mencari kombinasi yang memberikan efektivitas yang paling besar dari sumber berbeda-beda untuk

yang ada dalam pencapaian tujuan. (Suriasumantri, 1980:28) 2. Pengorganisasian (organizing) Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Dalam kajian manajemen, istuilah pengorganisasian digunakan untuk menunjukkan hal-hal sebagai berikut : a. cara manager merancang struktur formal untuk pengguanaan sumber daya sumber daya keuangan ,phisik, bahan baku, dan tenaga kerja organisasi yang paling efektif; b. bagaiman organisasi mengelompokkan kegiatan-kegiatannya, dimana setiap pengelompokkan diikuti dengan penugasan seorang manager yang diberi wewenang untuk mengawasi anggota-anggota kelompok; c. hubungan-hubungan antara fungsi, jabatan, dan tugas para karyawan d. cara manager membagi tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam organisasinya dan mendelegasikan wewenang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas Pada dasarnya pengorganisasian merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya. Berkenaan dengan pengorganisasian ini , Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah : (a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan ; (b) pengelompokkan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja ; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan

wewenangdan tanggung jawab ; (d) organisasi harus mencerminkan rentangan control ; (e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah ; dan (f) organisasi harus fleksibel dan seimbang. Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakn untuk mencapai tujuan organisasi ; (b) pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logic dapat dilaksanakan oleh satu orang ; (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Pandangan lain mengenai isu pengorganisasian dikemukakan oleh Stoner (1986:2) yang menyatakan bahwa pengorganisasian merupakan proses yang berlangkah jamak, yang terdiri dari lima langkah. Langkah pertama, memerinci pekerjaan , yaitu menentukan tugas tugas apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Kedua, membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh perorangan atau perkelompok.Dalam tahap ini perlu diperhatikan bahwa orang-orang yang akan diserahi tugas harus didasarkan pada kualifikasi, tidak dibebankan terlalu berat atau terlalu ringan. Ketiga, menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara yang rasional dan efisien. Keempat, menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam suatu kesatuan yang harmonis. Kelima, melakukan monitoring dan mengambil langkah langkah penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan efektivitas. 3. Penggerakkan(actuating) Penggerakkan (actuating) merupakan fungsi fundamental dalam manajemen. Diakui bahwa usaha-usaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak aka nada output konkrit yang dihasilkan tanpa ditindaklanjuti kegiatan untuk menggerakkan anggota organisasi untuk melakukan tindakan. Dalam hal ini George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok

sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut. Isu yang selalu mengemuka dalam pembahasan fungsi penggerakkan adalah berkenaandengan pentingnya fungsi ini dalam keseluruhan kegiatan manajemen, karena secara langsung ia berkaitan dengan manusia beserta segala jenis kepentingan dan kebutuhannya. Sekaitan dengan perkembangan teori manajemen yang dikenal dengan Gerakan Human Relations, diajukan konsep yang dikenal dengan istilah the ten commandments of human relations, yang dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan fungsi penggerakkan. Isi dari prinsip tersebut adalah sebagai berikut : a. sinkronisasi antara tujuan organisasi dengan tujuan anggota organisasi; b. suasana kerja yang menyenangkan; c. hubungan kerja yang serasi; d. tidak memperlakukan bawahan sebagai mesin; e. pengembangan kemampuan bawahan sampai tingkat maksimal; f. pekerjaan yang menarik dan penuh tantangan; g. pengakuan dan penghargaan atas prestasi kerja yang tinggi; h. terseduanya sarana dan prasarana yang memadai; i. penempatan personil secara tepat; j. imbalan yang sesuai dengan jasa yang diberikan. Dalam penyajian yang lebih spesifik Siagian (1992:137),

mengemukakan sepuluh prinsip pokok menggerakkan anggota organisasi yang berbingkai human relations yaitu sebagai berikut : a. para anggota organisasi akan bersedia mengerahkan segala kemampuan, tenaga, keahlian, keterampilan dan waktunya bagi kepentingan pencapaian tujuan organisasi apabila kepada mereka diberikan penjelasan

yang lengkap tentang hakikat, bentuk dan sifat tujuan yang hendak dicapai orang itu; b. karena itu amatlah penting mengusahakan agar setiap orang dalam organisasi menyadari , memahami secara tepat, dan meneriam tujuan tersebut bukan saja sebagai sesuatu yang layak untuk dicapai, akan tetapi juga sebagai wahana terbaik untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan. Karena itu perlu diusahakan turut sertanya para anggota organisasi dalam menentukan tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai itu; c. usaha meyakinkan para anggota organisasi untuk memahami dan menerima tujuan dan berbagai sasaran tersebut diperkirakan akan lebih mudah apabila para manager berhasil pula meyakinkan para bawahannya bahwa dalam mengemudikan organisasi, para manager tersebut akan menggunakan gaya managerial yang mencerminkan pengakuan atas harkat dan martabat para bawahannya sebagai insane politik, insane ekonomi, makhluk social dan sebagai individu dengan jati diri yang bersifat khas; d. pimpinan organisasi perlu menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang akan ditempuh organisasi dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasional yang sekalihus berusaha memuaskan berbagai kebutuhan para bawahan tersebut; e. para manger perlu menjelaskan bentuk pewadahan kegiatan yang dianggap paling tepat untuk digunakan, dengan penekanan diberikan pada interaksi positif antara orang-orang dalam satu-satuan kerja dan antar satuan kerja dalam organisasi yang telah disepakayi bersama; f. perlu dijelaskan pada para anggota organisasi, tingkat kedewasaan dan kematangan teknik dab intelektual apa yang diharapkan dari para anggota organisasi sehingga manajemen dapat mencari keseimbangan antara orientasi tuigas dan orientasi manusia dalam menjalankan roda organisasi; g. diperlukan penekanan yang tepet mengenai pentingnya kerjasama dalam melaksanakan tugas meskipun dalam organisasi terdapat pembagian

tugas, pengelompokkan dalam berbagai satuan kerja dan pengetahuan atau keterampilan yang bersifat spesialistik. Artinya perlu penekanan pada pentingnya organisasi bergerak secara terkoordinasi dan sebagai satu kesatuan yang bulat; h. para manager perlu memahami berbagaijenis kategorisasi kebutuhan manusia berdasarkan teori ilmiah dan menguasai situasi dan kondisi yang berpengaruh sehingga teknik pemuasan yang paling tepat dapat dipilih dan diterapkan; i. dalam mengemudikan organisasi para manager harus bias menunjukkan bahwa dengan penggunaan gaya managerial tertentu, mereka bertindak secara rasional dan obyektif berdasarkan criteria dan takaran-takaran tertentu yang telah disepakati bersama; j. dalam menggerakkan para bawahan, para manager harus selalu mempertimbangkan turut berpengaruh. 4. Pengawasan (controlling) Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai: .the process by which manager determine wether actual operation are consistent with plans Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan pengawasan yang di dalamnya memuat unsure esensial proses pengawasan, bahwa : Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang system informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpanganpenyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk manjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara pandangan para bawahan tentang organisasi, kemampuan yang dimiliki oleh organisasi dan situasi lingkungan yang

Penetapan Penentuan pengukuran pelaksanann kegiatan kegiatan standar pelaksanaanPengukuran pelaksanaan Pembandingan dengan standar evaluasi paling tujuan efektif dan efisiendalam perusahaan pencapaian tujuan-

Dengan demikian, pengawasan merupakansuatu kegiatan yang Pengambilan tindakan koreksi bila perlu berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan diman letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya. Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu : (a) penetapan standar pelaksanaan (b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan; (c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata; (d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standard an penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan (e) pengambilan tindakan koreksi, bila perlu. Kelima tahapan dapat diragakan sebagai berikut :

Sumber : T. Hani Handoko. 1995. Manajemen (Edisi:2). Yogyakarta:BPFE.h.360 Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan yang lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.

Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peran yang sangat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu system yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya. Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realistis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjamya, dan pengawasan secara berkelanjutan.

C. Bidang Kegiatan Pendidikan


Berbicara tentang kegiatan pendidikan, Thomas J. Sergiovanni sebagaimana dikutip oleh Uhar Suharsaputra (2002) mengemukakan delapan bidang administrasi pendidikan, mencakup : (1) instruction and curriculum development; (2) pupil personnel; (3) community school leadership; (4) staff personnel; (5) school plant; (6) school transportation; (7) organization and structure dan (8) School finance and business management. Di lain pihak, Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas (1999) telah menerbitkan buku Panduan Manajemen Sekolah, yang didalamnya mengetengahkan bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan, meliputi : (1) manajemen kurikulum; (2) manajemenpersonalia; (3) manajemen kesiswaan; (4) manajemen keuangan; (5) manajemen perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah. Membandingkan kedua model tersebut dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, Thomas J. Sergiovanni kiranya belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, terutama dalam bidang school transportation dan business management. Dengan alas an tertentu, kebijakan umum pendidikan nasional belum dapat menjangkau kea rah sana. Kendati demikian, dalam kerangka

Perencanaan

Pengembangan depannya pemikiran

peningkatan mutu pendidikan, ke pendidikan di Indonesia.

ini sangat menarik untuk diterapkan menjadi kebijakan

Penilaian Implementasi Merujuk pada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas dalam buku Panduan Manajemen Sekolah, berikut ini akan diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah, yang mencakup : 1) Manajemen kurikulum Manajemen kurikulum merupakan substansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolak ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap : (a) perencanaan; (b) pengorganisasian; (c) peleksanaan; dan (d) pengendalian Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum sebagaiman tampak dalam gambar berikut ini :

Siklus Manajemen Kurikulum # Tahap perencanaan meliputi langkah-langkah sebagai berikut : (1) analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3) menentukan desain kurikulum; dan (4) membuat rencana induk (master plan) : pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian. # Tahap pengembangan meliputi langkah-

langkah : (1) perumusan rasional atau dasar pemikiran; (2) perunusan visi, misi dan tujuan; (3) penentuan struktur dan isi program; (4) pemilihan dan pengorganisasian materi; (5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; (6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara penilaian hasil belajar. # Tahap implementasi atau pelaksanaan maliputi langkah-langkah: (1) penyusunan perencanaan dan program pembelajaran (silabus, RPP:Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) Penjabaran materi (kedalaman dan keluasan); (3) penentuan strategi dan metode pembelajaran; (4) penyediaan sumber, alat dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan (6) setting lingkungan pembelajaran. # Tahap penilaian terutama dilakukan untk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilaian kurikulum dapat mencakup konteks ,

input, proses,produk (CIPP): Penilaian Konteks : memfokuskan pada pendekatan system dan tujuan, kondisi actual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian input: memfokuskan pada kemampuan system, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki focus yaitu pada penyediaan keputusan informasi untuk pembuatan dalam pelaksanaan

program. Penilaian produk berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif) 2) Manajemen kesiswaan Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu : (1) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (2) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, social ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; (3) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan (4) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan ranah psikomotor. 3) Manajemen personalia Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu : (a) dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen yang paling berharga; (b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d) manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan salin mendukung untuk mencapai tujuan

sekolah. Disamping factor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajemen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan. 4) Manajemen keuangan Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaankeuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan factor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber dari pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya. 5) Manajemen perawatan intensif sarana dan prasarana sekolah Manajemen perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodic dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah. Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan pelaksana, membuat daftar sarana dan pra sarana, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja

peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah. Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.

BAB III METODE PENELITIAN

A. METODE PENDEKATAN Dalam mempelajari proses manajemen sekolah yang kompleks, dinamis, dan sarat makna, penulis mwnggunakan metode kualitatif deskriptif. Hal tersebut dikarenakan obyek pengamatan merupakan gejala yang holistik, yang akan dianalisis mengguanakan standar teori-teori yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. B. FOKUS PENELITIAN Dalam penelitian kualitatif, gejala bersifat holistik (menyeluruh), sehingga penelitian kualitatif tidak menetapkan penelitiannya berdasarkan variable penelitian, tetapi keseluruhan situasi social yang diteliti, meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2005:32) C. TEMPAT PENELITIAN

Situasi social yang dijadikan tempat penelitian dalam program ini adalah proses manajemen sekolah di SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan, Pekalongan. D. INSTRUMEN PENELITIAN Pada hakekatnya yang menjadi instrument dari penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2005:145). Namun, setelah penelitian dilaksanakan, akan dikembangkan instrument pendamping yang akan membantu menjaring data pada sumber yang lebih luas. E. SUMBER DATA Penelitian ini menggunakan pengambilan data dengan purposive dan snowball. Purposive adalah pengambilan data dengan pertimbangan tertentu, yakni yang dianggap paling mengetahui apa yang paling kita inginkan. Snowball adalah teknik pengambilan data yang asal mulanya kecil lama kelamaan bertambah besar jumlahnya dengan argumentasi bahwa data yang telah di dapat kurang memuaskan sehingga harus mencari data lebih banyak. Dalam hal ini, sumber data belum dapat diketahui secara pasti sebelum penelitian selesai dilakukan. Namun, sebagai ancangan, sumber data tersebut adalah (1) Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan Pekalongan, (2) seluruh jajaran Wakasek : Kurikulum, Kesiswaan, Personalia, Humas, Keuangan/ Sarana pra sarana, dan (3) Elemen sekolah yang dimungkinkan memberikan keterangan informasi. F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Diperlukan data dan informasi yang lengkap. objektif, dan dapat

dipertanggungjawabkan, agar dapat diperoleh dan disajikan menjadi pandangan dan gambaran yang benar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, partisipan, wawancara mendalam, studi dokumentasi serta gabungan dari ketiganya. Secara singkat, langkah penelitian yang akan ditempuh adalah, pertama, mencari data yang diperlukan pada sumber data serta menelusuri data dengan dokumentasi, observasi dan wawancara, kedua, pengujian dan analisis data, ketiga, membuat simpulan sementara dan diskusi, keempat, menarik simpulan, dan kelima, menyusun laporan akhir.

G. TEKNIK Dalam

ANALISIS DATA penelitian kualitatif ini, analisis

data telah dimulai sejak sebelum peneliti memasuki lapangan, dan setelah selesai dari lapangan. Nasution (1988) menguatkan bahwa analisis diawali sejak merumuskan masalah dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai akhir penulisan hasil penelitian. Rangkaian analisis data dalam penelitian ini merujuk pada konsepnya. Miles Mathew B dan Huberman Michael A (1988) yaitu data reduction, data display, dan conclusion/verification.

Data collection

Data display

Data Reduction

Conclusions : Drawing / Verifying

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Observasi dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan yang ada kabupaten Pekalongan. Dengan mempertimbangkan waktu yang dipunyai penulis dan ijin yang telah diberikan ke sekolah, maka observasi dilangsungkan pada tanggal 21-22 november 2008.

B. Tahapan Penelitian
Observasi yang dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai berikut . # Penelitian dimulai dengan pengurusan surat ijin observasi ke pihak sekolah dan menunggu persetujuan dari pihak sekolah. Pada tahapan ini, penulis memanfaatkan waktu dengan mengadakan pengamatan terhadap kondisi fisik sekolah dan aktivitas siswa dan guru di sekolah tersebut dan mencari tambahan referensi bagi kajian teoritis

# Tahap kedua, setekah mendapat ijin dari sekolah, penulis mengadakan wawancara mendalam dengan beberapa personel sekolah yang direkomendasikan kepala sekolah. Pada tahap ini juga dilaksanakan dokumentasi dan pengumpulan data tertulis terkait administrasi sekolah. # Tahapan pemunculan seluruh data untuk kemudian direduksi dan dianalisis serta disajikan dalam pembahasan.

C. Instrumen Penelitian
Pada hakikatnya yang menjadi instrument pada penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti memasuki tempat penelitian untuk melakukan observasi dan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas manajemen SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan, kemudian dilanjutkan wawancara mendalam kepada para informan kunci. Sebagai alat bantu wawancara, penulis mengembangkan kisi-kisi wawamcara antara lain : 1. Bagaimana profil mencakup visi, misi, dan tujuan SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan? 2. Bagaimana perencanaan strategis dan operasional sekolah ? 3. Tugas apa saja yang diemban kepala sekolah dan seluruh jajarannya ? 4. Bagaimana implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan di SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan ? 5. Bagaiman ketersediaan sarana prasarana ? 6. Bagaimana hubungan sekolah dan masyarakat? 7. Bagaimana pembinaan peserta didik ? 8. Bagaimana manajemen personalia sekolah ? 9. Bagaimana pengorganisasian personel sekolah ? 10. Bagaimana model kepemimpinan kepala sekolah ?

11. Langkah strategis apa saja yang diambil sekolah untuk meningkatkan kualitas lulusan ? 12. Bagaimana kondisi peserta didik saat ini? dll

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

You might also like