Seperti telah diuraikan, beton merupakan campuran antara semen, pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar) dan air. Proporsi dari unsur pembentuk ini harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga terpenuhi syarat-syarat : 1. Kekenyalan tertentu yang memudahkan adukan beton ditempatkan pada cetakan/bekisting (workability) dan kehalusan muka (Iinishability) beton basah, yang ditentukan dari : O 'olume pasta adukan O Keenceran pasta adukan O Perbandingan campuran agregat halus dan kasar. 2. Kekuatan rencana dan ketahanan (durability) pada kondisi beton setelah mengeras. 3. Ekonomis dan optimum dalam pemakaian semen. Untuk tujuan menentukan proporsi bahan-bahan pembentuk beton, dikembangkan berbagai metode secara empiris berdasarkan hasil-hasil percobaan adukan beton yang pernah dibuat. Oleh karena siIat rumusan dan tabel bagi penentuan proporsi unsur-unsur beton adalah empiris, maka didalam pembuatan beton bagi tingkat kekuatan tekan tertentu, selalu harus dibuat adukan rencana yang disebut adukan ujicoba atau tria/ mix. Berdasarkan hasil-hasil trial mix inilah kemudian pembuatan beton dilakukan, setelah dari pemeriksaan benda uji terpenuhinya ketentuan kekenyalan, kekuatan dan siIat ekonomis adukan. Sebelum digunakannya tabel-tabel atau graIik untuk menentukan pembuatan trial mix beton, beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam perancangan campuran beton dengan metode ModiIikasi ACI adalah : 1. Gradasi/distribusi ukuran agregat harus berada di dalam batas-batas yang ditetapkan pada Gambar 3, yaitu : a. Gradasi agregat halus yang digunakan memiliki gradasi butiran yang berada dalam dua kurva pembatas. Jika pada kondisi lapangan ternyata gradasi butirannya tidak memenuhi syarat seperti yang ditetapkan, maka perlu dilakukan koreksi dengan melakukan analisis kombinasi agregat dari beberapa kelompok agregat. Gbr. 3 Kurva pembatasan gradasi agregat halus dan kasar
b. Untuk agregat kasar, berdasarkan besarnya diameter agregat maksimum yang digunakan, terdapat empat kelompok kurva pembatas. Ukuran agregat kasar No. 2 merupakan kelompok agregat dengan ukuran maksimum butir 75,0 mm (3 inchi); ukuran No. 467 dengan butiran maksimum 50,0 mm (2 inchi);ukuran No. 67 dengan butiran maksimum 25,0 mm(l inchi) yang umum digunakan dalam bangunan; dan ukuran No. 8 dengan butiran maksimum 10,0 mm (1/2 inchi) yang sering disebut sebagai beton gradasi jagung bagi pekerjaan perbaikan atau grouting.
2. Untuk menghitung komposisi campuran beton dengan metode ini terlebih dahulu harus diketahui data sebagai berikut: a. Ukuran terbesar kerikil (agregat kasar) yang akan digunakan. b. SpeciIic gravity agregat halus. c. SpeciIic gravity agregat kasar. d. Berat Isi Agregat Kasar /ry-ro//0/ unit w0ight) e. Modulus kehalusan 1in0n0ss mo/ulus) agregat halus. Perencanaan campuran beton yang dilakukan berdasarkan rumusan, tabel atau graIik menurut ketentuan yang ada pada metode ini adalah : a. /C (Iaktor air semen) merupakan perbandingan berat air dengan semen. Penentuannilai /C ratio gunamenentukanjumlah semen yang diperlukan dalam setiap kubikasi beton dapat mengacu pada Tabel 8 berikut ini yang merupakan nilai /C ratio maksimum yang diijinkan untuk berbagai jenis struktur dan siIat lingkungannya.
Tabel 8 W/C Ratio berdasarkan jenis konstruksi dan kondisi lingkungan 1enis konstruksi Kondisi lingkungan Kondisi normal Basah-kering berganti-ganti Mendapat pengaruh sulIat dan air laut Konstruksi langsing atau yang mempunyai penutup tulangan kurang dari 25 mm 0,53 0,49 0,40 Struktur dinding penahan tanah, pelat, balok, abutmen. * 0,53 0,44 Beton yang tertanam dalam air, pilar, balok. - 0,44 0,44 Struktur lantai beton di atas tanah. * - - Beton yang terlindung dari perubahan udara (konstruksi interior bangunan) * - - * /C ratio ditcntukan berdasarkan persyaratan kekuatan tekan rencana beton Tabel 9 atau Gambar 4
Disamping Iaktor air semen berdasarkan Tabel 8, unsur lain penentu Iaktor air semen ditetapkan atas kekuatan rencana tekan beton, yang dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 9 Hubungan Antara W/C dengan kekuatan tekan beton Kekuatan tekan beton umur 28 hari MPa] Nilai rata-rata W/C 41 0,44 33 0,53 26 0,62 19 0,73 15 0,80
Selain menggunakan nilai-nilai yang tercantum pada tabel 9, gambar 4 di bawah ini dapat juga digunakan um'uk menentukan nilai /C untuk kekuatan tekan rencana tertentu. * Kurva pada gambar 4 diatas didasarkan pada benda uji kubus 150 mm x 150 mm x 150 mm
Gambar 4 Hubungan antara kekuatan tekan rata-rata denganW/C
b. Slump sebagai ukuran kekenyalan adukan beton. Slump merupakan perbedaan tinggi dari adukan dalam suatu cetakan berbentuk kerucut terpancung dengan tinggi adukan setelah cetakan diambil. Hubungan satu sama lain antara parameter bahan penentuan komposisi bahan beton basah, dinyatakan dalam tabel-tabel sebagai berikut : Tabel 10 Ukuran slump yang dianjurkan untuk berbagai jenis konstruksi Uraian Slump mm] Maksimum Minimum Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang 80 25 Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan konstruksi di bawah tanah 80 25 Pelat, balok, kolom dan Dinding 100 25 Perkerasan jalan 80 25 Pembetonan missal 50 25 Catatan : Nilai pada tab0l 10 di atas berlaku untuk pemadatan menggunakan alat penggetar. Untuk cara pemadatan yang lain, nilai slump dapat dinaikkan 25 mm lebih besar.
c. Ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan sesuai dengan ketentuan dalam kemudahan pelaksanaan pengecoran dan syarat monolit beton adalah : Tabel 11 Ukuran maksimum agregat Ukuran agregat maksimun yang digunakan harus memenuhi ketentuan 1/5 lebih kecil atau.sama dari dimensi terkecil struktur 1/3 lebih kecil atau sama dari tebal pelat lantai. / lebih kecil atau sama dari jarak bersih tulangan, berkas tulangan / kabel pratekan. Untuk hal-hal khusus sesuai dengan jenis konstruksi beton tertentu, rincian ketentuan ukuran maksimum agregat dapat diperoleh dari ketentuan yang berlaku. Pemilihan jarak tulangan dari beberapa kemungkinan yang ditetapkan dalam peraturan, umumnya didasarkan pada tinjauan kemudahan saat dilaksanakan pengecoran dan integritas beton dengan tulangan.
d. Dalam perencanaan adukan, berat air rencana dan persentase udara yang terperangkap, ditetapkan berdasarkan besarnya slump rencana dan ukuran maksimum agregat kasar yang digunakan menurut Tabel 12. Tabel 12 1umlah air perlu untuk setiap m 3 beton dan udara terperangkap
untuk berbagai slump dan ukuran maksimum agregat
Slump mm] Berat air Kg/m 3 ] beton untuk ukuran agregat berbeda 10 mm 12,5 mm 20 mm 25 mm 38 mm 50 mm 75 mm 150 mm 25 - 50 208 199 187 179 163 154 142 125 75-100 228 217 202 193 179 169 157 136 150- 170 243 228 214 202 187 178 169 - Persentase udara ] yang ada dalam unit beton 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,3 0,2
e. Untuk mendapatkan volume rencana agregal kasar untuk setiap unit volume beton, digunakan nilai-nilai-yang tercantum pada Tabel 13 dengan menetapkan terlebih dahulu ukuran agregat kasar dan nilai modulus kehalusan 1in0n0ss mo/ulus} agregat halus.
Catatan : 'olume pada tabel di atas berdasarkan kondisi agregat kering atau /ry-ro//0/. Nilai dalam tabel tersebut dipilih dari hubungan empiris untuk memperoleh beton dengan tingkat kekenyalan umum. Untuk beton yang kurang kenyal bagi pekerjaan jalan, nilai di dalam tabel dapat ditingkatkan hingga 10. Untuk beton yang lebih kenyal, seperti beton yang ditempatkan melalui sistem pompa, nilai pada tabel dikurangi sampai 10.
Prosedur Perencanaan Prosedur perencanaan adukan dengan metode ini terdiri atas beberapa tahap pekerjaan : 1. Menetapkan konsistensi beton dengan slump rencana berdasarkan Tabel 10. 2. Menetapkan ukuran maksimum agregat kasar yang digunakan sesuai dengan jenis konstruksi dari Tabel 11. 3. Berdasarkan nilai slump dan ukuran agregat rencana, penentuan jumlah air yang diperlukan untuk setiap m 3 beton dan persentase udara yang terperangkap mengacu pada Tabel 12. 4. Dari dua penentuan nilai /C ratio; yang masing-masing diperoleh atas batasan siIat ketahanan beton terhadap lingkungan (Tabel 8) dan atas kekuatan rencana beton (Tabel 9), gunakan nilai /C ralio yang bernilai lebih kecil bagi perencanaan. 5. Jumlah semen dihitung dengan membagi besaran jumlah air yang diperoleh pada langkah 3 dengan nilai /C ratio : 1umlah semen 1umlah Air/ (W/C) ratio 6. Dengan besaran diameter maksimum agregat kasar dan nilai modulus kehalusan agregat halus rencana, berdasarkan Tabel 13 ditetapkan persentase volume agregat kasar/m 3 beton. Berat total agregat kasar yang digunakan diperoleh dari perkalian persentase volume dengan satuan berat agregat. 7. 'olume agregat halus dihitung dari selisih volume total beton dengan (volume semen volume agregat kasar volume air volume udara yang terperangkap). Dengan diketahuinya nilai speciIic gravity agregat halus , berat agregat halus dapat dihilung. 8. Jumlah unsur adukan untuk jumlah kubikasi beton tertentu dihitung atas dasar jumlah yang diperlukan pada saat pengecoran. 9. Untuk kondisi lapangan, modiIikasi bagi konsistensi /C ratio disesuaikan dengan siIat bahan. Jika G merupakan berat bahan rencana yang diperoleh dari tabel-tabel, m adalah persentase kadar kelembaban bahan di lapangan dan a adalah persen-tase kemampuan absorpsi di lapangan, maka : a. Tambahan air yang diperlukan G (a-m) / (l-m) b. Tambahan agregat yang diperlukan G (m-a) / (l-m)
Contoh Perhitungan Sebagai contoh perencanaan proporsi unsur beton (semen, pasir, agregat kasar dan jumlah air adukan) bagi elemen struktur balok/kolom yang terlindung, ditetapkan kekuatan tekan rencana pada umur 28 hari, I' cr 20 MPa. Untuk perencanaan, ditetapkan : 1. Berdasarkan kondisi lingkungan pengecoran, ditetapkan besarnya slump rencana antara 75 mm -100 mm. 2. Jarak tulangan dan ukuran penampang balok hanya memungkinkan penggunaan ukuran agregat maksimum 40 mm; dan dari hasil pemeriksaan di laboratorium, pada kondisi kering muka (Saturated SurIace Dry, SSD) diperoleh : SiIat agregat kasar : - speciIic gravity 2,68 - berat volume padat 1600 kg/m SiIat agregat halus (pasir): - speciIic gravity 2,64 - modulus kehalusan 2,80 3. Dari %ab0l 12 dengan ketentuan di atas diperoleh berat air campuran beton dan persentase udara yang terperangkap sebagai berikut: Jumlah air 179 kg/m 3 , Persentase udara yang terperangkap 1,0 4. Mengingat konstruksi beton terlindung, tidak diperlukan %ab0l 8 sehingga /C ratio rencana diperoleh berdasarkan pada kekuatan tekan rencana. Kurva pada gambar 4 didasarkan pada benda uji kubus bersisi 150 mm, maka I' cr (kubus) 1,20 (20 MPa) 24 MPa, sehingga dari gambar 4 didapat /C 0,65. 5. Dari hasil langkah 3 dan 4, dihitung berat semen perlu untuk 1 m 3 beton : Berat semen 179/0,65 275 kg/m 3 beton. 6. Dari tabel 13 dengan ketentuan : ukuran maksimum agregat kasar 40 mm. angka modulus kehalusan agregat halus (pasir) 2,80 diperoleh nilai volume agregat kasar sebesar 0,72. Dengan demikian, berat agregat kasar perlu yang memiliki berat volume 1600 kg/m 3 adalah: 0,72 x 1600 1152 kg/m 3 beton. 7. Penentuan proporsi unsur beton bagi adukan beton untuk setiap m 3 beton dari tahapan perhitungan yang telah dilakukan (speciIic gravity semen 3,15): volume semen 2757(3,15 x 1000) 0,087 m 3 volume air 179/1000 0,179 m 3 volume agregat kasar 11527(2,68 x 1000) 0,430 m 3 vol. udara terperangkap 1,0 0,010 m 3 total volume di luar unsur agregat halus 0,706 m 3
Dari perhitungan di atas, volume agregat halus dalam setiap m beton : volume agregat halus (1,0 - 0,706) m 3 0,294 m 3
Dengan nilai speciIic gravity 2,64 kondisi SSD, berat rencana agregat halus adalah: ( 0,294 x 2,64 x 1000 ) kg 776 kg. 8. Perhitungan berat bagi setiap m 3 beton adalah : Semen 275 kg 6,88 zak semen 40 kg Air 179 kg Agregat halus 776 kg (kondisi SSD) Agregat kasar 1152 kg (kondisi SSD) Dalam istilah umum, campuran ini dikatakan memiliki Iaktor semen 6,88 zak semen/m 3 beton 9. Proporsi unsur beton pada kondisi lapangan dapat ditentukan dengan memperhitungkan kadar kelembaban dan penyerapaa (absorpsi) agregat. Bila kadar kelembaban agregat dan kemampuan absorpsi agregat kasar masing-masing adalah 0,60 dan 1,50 serta kadar kelembaban dan absorpsi agregat halus adalah 5,50 dan 3,75 , maka perlu penambahan air sebanyak : (1152)(0,015-0,006)/(1-0,006) 10,43 kg/ m 3 , dan (776)(0,0375-0,055)/(1-0,055) -14,37 kg/m 3 sehingga jumlah air yang diperlukan pada kondisi lapangan 179 10,43 - 14.37 175,06 kg/m 3 dan penggunaan agregat kasar dan halus masing-masing menjadi : G G(m-a)/(l-m) 1152 1152(0,006-0,015)/(1-0,006) 1141,57 kg/m 3 , G G(m-a)/(l-m) 776 776(0,055-0,0375)/(1-0,055) 790,37 kg/m 3 .
P0rlu /icatat, bahwa nilai m m0l0bihi nilai a, hasil p0nambahan air b0rnilai n0gativ0 /0ngan p0ng0rtian bahwa a/anya p0nggunaan air yang kurang /iban/ingkan /0ngan kon/isi k0ring muka /an a/anya p0nambahan b0rat agr0gat.
10. Dalam pembuatan dilapangan atau trial mix, kubikasi adukan bergantung pada kapasitas pengaduk atau molen. Umumnya kapasitas molen ukuran sedang 0,03m 3 sehingga berat unsure adukan beton adalah: Semen 825 kg Air 5,25 kg Agregat halus 23,71 kg Agregat kasar 34,25 kg Bagi setiap 0,03 m 3 beton