You are on page 1of 40

KASUS Gigi 36 terdapat karies media, pasien mengeluh linu jika digunakan untuk minum minuman dingin, karies

melibatkan bagian pit dan fisur. Sisa jaringan masih cukup untuk dilakukan restorasi plastis.

Pertanyaan dan permasalahan : 1. a. Apa diagnosis gigi pada kasus diatas ? b. Klasifikasi karies kelas berapa pada kasus diatas ? c. Bahan restorasi apa yang tepat untuk kasus diatas ? (GIC / komposit ) d. Pertimbangan apa saja gigi yang bisa dilakukan restorasi plastis ( indikasi dan kontraindikasi) ? e. Bagaimana tahap pembuatan restorasi dan finishing ? 2. Bahan restorasi Sandwich. a. Apa saja Indikasi dan kontra indikasi bahan restorasi sandwich ? b. Bagaimana desain preparasi bahan restorasi sandwich ? c. bagaimana cara finishing dan polishing bahan restorasi sandwich ? 3. Bahan restorasi Amalgam. a. Apa saja Indikasi dan kontra indikasi bahan restorasi amalgam ? b. Bagaimana desain preparasi bahan restorasi amalgam ? c. Bagaimana cara finishing dan polishing bahan restorasi amalgam ?

PEMBAHASAN

1.

a. Diagnosis gigi pada kasus diatas. Dapat didiagnosa pulpitis reversibel, karena belum ada keluhan spontan, pada kasus pasien mengeluh linu jika digunakan munum dingin (linu karena ada rangsangan dingin)

b. Klasifikasi karies pada kasus diatas. Karies pada kasus disebutkan berdasarkan kedalamannya karies media, yaitu karies sudah mengenai dentin akan tetapi belum melebihi setengah dentin oleh karena itu karies media ini termasuk klasifikasi karies kelas 2.

c. Bahan restorasi apa yang tepat untuk kasus diatas. Pada kasus tersebut gigi 36 merupakan gigi M1 kanan bawah dimana pada gigi tersebut mempunyai beban oklusi yang besar, karies hanya mengenai bagian pit dan fisur, maka kondisi gigi tersebut masih mempunyai email dan dentin yang masih tebal pada bagian dindingnya. Dari pertimbangan tersebut maka bahan restorasi yang cocok untuk kasus diatas memakai bahan restorasi komposit, dimana bahan tersebut dapat menerima beban kunyah yang tinggi dibandingkan dengan GIC, selain itu masih ada sisa email yang mendukung sehingga potensi untuk terjadinya kebocoran tepi dapat diminimalkan. bahan komposit ini juga mempunyai nilai estetik yang bagus karena mempunyai sifat translusensinya yang tinggi disbanding dengan GIC.
2

d. Pertimbangan gigi yang bisa dilakukan restorasi plastis ( indikasi dan kontra indikasi).

Indikasi dan kontra indikasi bahan restorasi plastis komposit. Secara umum, resin komposit digunakan untuk: 1.
2. 3.

Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI Fondasi atau core buildups Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif) Prosedur estetis tambahan Partial veneers Full veneers modifikasi kontur gigi penutupan/perapatan diastema

4.

5. 6. 7.

Semen (untuk restorasi tidak langsung) Restorasi sementara Periodontal splinting

Restorasi kavitas klas I komposit The American Dental Association (ADA) mengindikasikan

kelayakan resin komposit untuk digunakan sebagai pit and fissura sealant, resin preventif, lesi awal kelas I dan II yang menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif, restorasi kelas I dan II yang berukuran sedang, restorasi kelas V, restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika, dan restorasi pada pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam. ADA tidak mendukung penggunaan komposit ( kontra indikasi ) pada gigi dengan tekanan oklusal yang besar, tempat atau area yang tidak dapat diisolasi, atau pasien yang alergi atau sensitif terhadap material komposit. Jika komposit digunakan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ADA menyatakan bahwa "ketika digunakan dengan benar pada gigi-geligi desidui dan permanen, resin berbahan dasar komposit dapat bertahan seumur hidup sama seperti restorasi amalgam kelas I, II, dan V. Indikasi dan kontra indikasi bahan restorasi plastis GIC. Indikasi : Dapat digunakan sebagai restorasi tunggal atau dapat dipakai sebagai basis dan diatasnya dilapisi oleh resin komposit (restorasi sandwich). Dapat digunakan secara luas pada abrasi serviks tanpa harus melakukan preparasi kavitas. Mempunyai ketahanan terhadap abrasi dan keradiopakannya, sehingga dapat digunakan pada gigi posterior. Semen ini juga dapat meningkatkan perlekatan resin komposit, yaitu sebagai perantara untuk menambah retensi tumpatan komposit. Dengan cara memberikan etsa asam pada semen glass ionomer, akan terjadi erosi dan permukaan semen menjadi kasar. Kekasaran permukaan ini dapat memberi retensi mekanis terhadap resin komposit. Sifatnya yang dapat melepas fluor yang sangat berperan terhadap antikaries sehingga resiko kemungkinan untuk terjadinya karies sekunder
4

dibawah tumpatan jauh lebih kecil dibanding bila menggunakan bahan tambal lain.

Kontraindikasi: Dalam hal estetik, warna bahan ini masih kurang baik bila dibandingkan dengan resin komposit. Kurang kuat bila digunakan pada gigi posterior bila dibandingkan dengan amalgam. Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara tambalan dan permukaan gigi asli yang akan memberikan estetik yang kurang baik, terutama digunakan tambalan pada kelas 3 dan kelas 4.

e. Tahap pembuatan restorasi dan finishing. Prinsip preparasi gigi sulung dan gigi permanen Prinsip preparasi kavitas pada gigi sulung dan gigi permanen umumnya sama karena bentuk kavitas banyak ditentukan oleh banyaknya pembuangan karies di email dan dentin, sehingga pembahasan mengenai kavitas-kavitas akan dikumpulkan dalam satu bagian. Adapun langkah - langkah preparasi kavitas dari Black adalah sebagai berikut : 1. Outline Form (Garis tepi/Batas)

Langkah awal dalam pembuatan preparasi kavitas adalah Outline Form yaitu garis terluar dari hasil preparasi kavitas yang terdapat di permukaan gigi. Menurut Gillmore (1967) outline form adalah bentuk daerah permukaan gigi yang mencakup marginal cavo surface dari preparasi kavitas. Black menyatakan bahwa outline form dari preparasi kavitas dilakukan meliputi permukaan gigi yang mengalami karies atau mudah terserang karies. Merupakan bentuk daerah tepi marginal dari preparasi. Daerah tepi marginal ini diletakkan pada struktur yang sehat (halus) serta harus mudah
5

pembersihannya. Daerah cavosurface margin dari preparasi merupakan daerah yang harus benar-benar diperhatikan. Untuk pemakaian bahan tumpatan tuang, cavofurvace margin dibuat bevel dengan maksud supaya batas tepi tumpatan dengan gigi dapat halus (tidak ada step). Sedangkan tepi preparasi untuk tumpatan amalgam dibuat sudut 900. Yang termasuk didlm outline form ini ialah extension for prevention atau cutting for immunity, yang berarti dilakukan perluasan preparasi guna mencegah terjadinya sekunder karies. Daerah yang mudah terkena karies ialah pit dan fisura yang dalam, oleh karena itu pit dan fisura yang dalam sebaiknya dimasukkan ke dalam extention for prevention.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan outline form adalah : Seluruh permukaan enamel yang mudah terkena karies dimasukkan dalam outline form Pit serta fisure yang mudah terkena karies dimasukkan ke dalam outline form Tepi kavitas diperluas sampai di dapat stuktur gigi yang keras dan bebas terhadap karies Memperluas tepi preparasi pada permukaan gigi sehingga terletak pada daerah yang self cleansable untuk memudahkan pembersihan. Prinsip ini disebut extention for prevention atau cutting for immunity Bagi kebanyakan preparasi intrakoronal, kavitas diperluas ke arah pulpa dan axial untuk mencakup dentino enamel junction Harus dicegah terjadinya enamel yang menggantung yang tidak didukung oleh dentin yang sehat Tepi servikal dibuat di bawah daerah kontak untuk memudahkan daerah pembersihan.

2.

Resistance Form (Bentuk resistensi)

Prinsip kedua dalam preparasi kavitas adalah resistance form (bentuk resistensi) yatitu bentuk yang dibuat sedemikian rupa pada kavitas untuk mencegah pecahnya tumpatan atau sisa jaringan gigi. Ini meliputi pembuatan dasar gingiva dan pulpa yang horizontal terhadap aksis panjang gigi. Resistensi form adalah bentuk reparasi kavitas dimana sisa jaringan gigi yang ada tetap kuat menerima daya kunyah / tidak pecah oleh daya kunyah. Jadi pada waktu melakukan perluasan preparasi harus diperhatikan sisa jaringan gigi yang ada cukup tebal. Apabila sisa jaringan gigi telah tipis dan diperkirakan akan pecah pada saat pengunyahan, maka sebaiknya dimasukkan kedalam desain reparasi. Perlu diperhatikan bahwa enamel harus didukung oleh dentin yang sehat.

Khusus preparasi kavitas klas II bentuk restorasi sebaiknya diperoleh dengan cara : Davies dan king (1961)mengungkapkan bahwa kekuatan tumpatan di isthmus kavitas klas II adalah tiga kali lipat jika badan tumpatan lebih dalam daripada dibuat lebih besar Kedalaman minimal kavitas sebesar 0,5 mm ke dalam dentin akan diperoleh badan tumpatan yangcukup kuat Dinding kavitas dibuat sejajar untuk menambah bentuk resistensi Axio-pulpa line angle dibulatkan untuk mengurangi akumulasi tekanan pada permukaan gigi.

3.

Retention Form (Bentuk retensi)

Retention form (bentuk retensi) dibuat pada kavitas dengan tujuan agar tumpatan mempunyai pegangan yang kuat dan tidak bergeser dari tempatnya apabila gigi digunakan mengunyah. Pembuatan retensi pada preparasi adalah mencegah terlepasnya tumpatan dari kavitas pada saat mengunyah Macam bentuk retensi : Frictional wall retention Undercut mekanis Groove Posthole Dovetail Retensi frictional wall disebabkan karena adanya interlocking dari bahan tumpatan. Dari pemikiran ini dinding kavitas yang kasar akan mempunyai retensi yang lebih baik. Perhatikan untuk pemilihan bahan restorasinya. Undercut mekanis umumnya dibuat pada sudut preparasi Klas V. Restorasi amalgam pada kavitas yang luas dapat di tambahkan pin untuk meningkatkan retensinya.

4.

Convenience Form

Convenience Form adalah membentuk kavitas sedemikian rupa untuk mempermudah pengerjaan kavitas dan memasukkan bahan tumpatan ke dalam kavitas. Convenience Form diperoleh dengan cara : Memperluas preparasi kavitas Pemilihan alat yang dapat memudahkan peerjaan Pemasangan separator mekanis untuk retraksi gingiva

5.

Removal of Caries (Penyingkiran Jaringan karies)

Yang dimaksud Removal of Caries (Penyingkiran Jaringan karies) adalah pembuangan jaringan karies dentin dan debris-debris pada dinding kavitas. Karies tidak boleh ditinggalkan di dalam kavitas. Sebab jika terjadi kebocoran, bakteri yang tinggal di dalam kavitas akan terjadi aktif dan dapat menimbulkan gejala sakit dan masalah endodontik.

6.

Finishing The Enamel Margin (Menghaluskan dinding enamel margin)

Finishing The Enamel Margin adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membentuk dinding enamel margin yang halus dan rata untuk mendapatkan kontak marginal serta adaptasi tumpatan yang baik. Dinding kavitas dibuat lurus dan rata. Tepi cavosurface dibuat bevel atau sudut 900 . Untuk meratakan dinding kavitas dapat digunakan bur putaran rendah atau dikombinasi dengan hand cutting instrumen yang tajam contoh ; chisel. Pada tumpatan amalgam, dinding kavitas yang agak kasar dapat menambah retensi. Pada tumpatan tuang sebaiknya dinding kavitas dibuat halus 7. Toilet of The Cavity (Membersihkan Kavitas)

Toilet of The Cavity (Membersihkan Kavitas) merupakan tindakan terakhir dari prinsip preparasi kavitas, yang bertujuan untuk membersihkan kavitas dari debris. Kavitas dibersihkan dengan air hangat. Untuk pembersihan yang lebih efektif dianjurkan penggunaan bahan-bahan kimia seperti H2O2 3%.

Pada dasarnya prinsip preparasi kavitas di atas dapat digunakan pada gigi sulung maupun gigi permanen. Akan tetapi karena adanya perbedaan anatomi dan morfologi antara gigi sulung dan gigi permanen, diperlukan beberapa modifikasi untuk menyesuaikannya dengan morfologi gigi sulung terutama dengan ukuran gigi, ukuran pulpa serta ketebalan dentin dan enamel.

Prosedur finishing dan polishing resin komposit:


1.

Sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di area proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari resin komposit.

2.

12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit pada aspek distal

3.

Alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk polishing permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.

4.

Finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk menghaluskan permukaan oklusal restorasi

5.

6.

Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing permukaan proksimal untuk proksimal. membuat kontak

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :


1.

Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk restorasi sesuai dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.

10

2.

Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti tactil, kontak dengan gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.

Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti warna permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit. Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal. Alat-alat yang biasa digunakan antara lain : 1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12 atau12b atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau nikel titanium. 2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan pasta polishing. Diamond dan carbide burs Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin komposit dan dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan restorasi. Discs Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive dari disk dapat mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari yang kasar sampai yang halus yang bisa

11

digunakan secara berurutan saat melakukan finishing dan polishing. Impregnated rubber points dan cups Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini adalah dapat membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk bentuk permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada lingual gigi anterior Finishing stips Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin gingival untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik. Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus berhatihati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin. Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan.

2. Bahan restorasi Sandwich. Wilson dan McLean (1988) memperkenalkan suatu teknik restorasi dengan menggabungkan dua macam bahan, yaitu glass-ionomer cement (GIC) dengan resin komposit. Teknik ini dikenal dengan istilah restorasi
12

laminasi, dan sebagian penulis menyebutnya dengan istilah sandwichrestoration. Penggabungan kedua bahan dalam satu restorasi ini bertujuan untuk mendapatkan suatu restorasi yang monolitik antara resin komposit, glassionomer dan jaringan keras gigi. Kelebihan sifat fisis glass-ionomer digunakan untuk mengatasi kekurangan sifat fisis resin komposit, demikian pula sebaliknya. Dikenal dua macam restorasi laminasi, yaitu restorasi laminasi terbuka dan restorasi laminasi tertutup, atau sering disebut sebagai restorasi opensandwich dan close-sandwich.

Gambar 1 A. Restorasi open sandwich B. Restorasi close sandwich

(Modern Concepts in Operative Dentistry,1988) Restorasi laminasi terbuka merupakan indikasi pada kavitas kelas II dan kelas V dengan batas dinding gingiva melewati cemento-enamel junction (CEJ). Glassionomer diaplikasikan pada dasar restorasi bagian proksimal dan resin komposit dilapiskan di atasnya, membentuk restorasi kelas II. Pada restorasi ini, glass-ionomer pada bagian proksimal tidak terlindungi oleh resin komposit dan berhubungan langsung dengan lingkungan rongga mulut (Gambar 1A). Sedangkan pada restorasi laminasi tertutup, glass-ionomer dibuat sebagai basis pengganti dentin pada kavitas yang cukup dalam. Glass-

13

ionomer terlindung oleh resin komposit diatasnya dan oleh dinding-dinding kavitas (Gambar 1B).

a. Indikasi dan kontra indikasi Indikasi Restorasi Sandwich Keadaan klinis yang kompromis untuk dibuatkan restorasi direk dengan bahan resin komposit merupakan indikasi pembuatan restorasi sandwich. Contohnya pada kavitas kelas II dan kelas V yang dinding gingivanya terletak di bawah dentinoenamel junction (DEJ). Pertimbangan ekonomis juga menjadi alasan pemilihan teknik restorasi laminasi. Kendala ekonomis untuk pembuatan restorasi indirek menjadi pertimbangan untuk pembuatan restorasi laminasi. Teknik ini juga memungkinkan pengurangan pemakaian resin komposit, sehingga biaya dapat ditekan. Pada saat ini, dengan pendekatan preparasi minimal, teknik laminasi juga dipakai untuk teknik restorasi kelas II tunnel (terowongan). Nyaman juga mudah dalam pemakaiannya

Kontraindikasi : Sifat iritasinya terhadap jaringan pulpa. Sifat iritasi resin komposit erat hubungannya dengan sifat kimia bahan tersebut. Sayegh manyatakan bahwa resin komposit merupakan bahan tumpat yang bersifat toksik terhadap jaringan pulp. Ini berarti resin komposit dapat mengiritasi serta mengakibatkan radang pulpa. Adaptasi yang tidak baik terhadap dinding kavitas.

14

Brannstrom mengemukakan bahwa iritasi pulpa ini terutama di sebabkan oleh kebocoran yang terjadi melalui tepi tumpatan serta diikuti oleh invasi mikroorganisme dan cairan mulut melalui tubuli dentin. Kebocoran tersebut terutama disebabkan oleh pengeerutan yang terjadi selama polimerisasi resin komposit. Keadaan demikian dapat mengakibatkan kegagalan adaptasi bahan tersebut terhadap dinding kavitas.

b. Desain preparasi
Kavitas Klas II

kavitas pada permukaan proksimal gigi-gigi posterior

Preparasi Kavitas Klas II

15

1.

Proksimal Box Anatomi servikal gigi sulung yang menyempit meningkatkan resiko rusaknya gingiva di bagian interproksimal. Juga bila gingival wall terlalu dalam dapat membahayakan pulpa

16

2.

Gingival wall Lebar gingival wall sekitar 1 mm. Pastikan dinding enamel didukung oleh dentin yang sehat

3.

Axial wall Pada restorasi kecil, axial wall harus flat. Tetapi untuk restorasi yang luas axial wall dibentuk pararel dengan kontur gigi aslinya. Kegagalan preparasi axial wall menyebabkan pulpa terbuka

4.

Konvergen Dinding dan proximal box line angles dibentuk konvergen ke arah oklusal, mengikuti permukaan bukal dan lingual gigi. Sudut cavosurface angle tetap dipertahankan 90

17

5.

Line angle Bucco-gingival dan linguo-gingival line angle dibuat sedikit membulat

Internal angles Semua internal angles harus membulat untuk mengurangi tekanan dan supaya amalgam dapat di-pack dengan mudah pada regio ini

6.

Cavosurface

18

Bukal dan lingual cavosurface angle jangan terlalu melebar. Preparasi cukup untuk akses hand instrumen, tidak terlalu divergen untuk menghindari daerah yang rapuh

7.

Cervical enamel rod Tidak perlu membentuk bevel pada tiap dinding kavitas untuk menghindari terbentuknya enamel rod yang unsupported. Inklinasi cervical enamel rod sedikit mengarah ke oklusal

8.

Retensi Grove tambahan diletakkan pada bucco-axial dan lingual-axial line angle, tanpa mengurangi enamel wall

9.

Lebar isthmus Lebar isthmus sekitar sepertiga lebar cusp bukal dan lingual. Fraktur isthmus sering terjadi karena kontak prematur amalgam di daerah marginal ridge dengan gigi antagonis. Cek kontak marginal ridge dengan articulating paper sebelum restorasi untuk menghindari fraktur

10.

Axio-pulpal line angle Dibulatkan dengan bur atau ekskavator yang tajam

19

11.

Pulpal wall Sebaiknya flat atau sedikit membulat, 0.5mm dibawah dentin. Hindari perluasan berlebihan di daerah mesial

12.

Occlusal wall Preparasi dibuat sedikit konvergen ke arah oklusal

13.

Dovetail Diperluas hingga daerah yang terkena karies atau fissure yang dalam. Bentuknya membulat, halus dengan retensi yang baik pada oklusal

Kavitas Klas V Restorasi pada sepertiga servikal semua gigi, termasuk permukaan proximal marginal ridge tidak termasuk

20

Teknik Restorasi Sandwich pada Kavitas Kelas II Pada pembuatan restorasi kelas II, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: Kavitas klas II yang dipreparasi konvensional dengan bevel dan retensi tambahan berbentuk dovetail. Matriks dipasang pada bagian proksimal.

Pemberian kondisioner (asam polialkenoat 10%)pada dentin selama 10-15 detik, bilas dengan air, keringkan sebatas lembab.

Aplikasikan bentuk sbg basis dengan P/L ratio = 3:1. Pada gambar yang GIC tipe III Maka selanjutnya perlu dilakukandigunakan adalah GIC jenis self-cure etsa asam.

21

Lakukan etsa pada permukaan GIC yang akan berkontak dengan resin komposit dan dinding-dinding kavitas selama 15-20 detik atau sesuai dengan petunjuk pabrik.

- Kavitas dibilas dengan air, tanpa tekanan, selama 1-2 menit. Keringkan kavitas dengan sponge-pellet, atau disemprot udara perlahan / dengan chip-blower

Aplikasikan bonding agent secara tipis diamkan sekitar 10 detik agar zat pelarutnya menguap, semprot perlahan dengan pengering udara/ chip-blower, sinari 20 detik

Aplikasikan bahan resin komposit (sesuai dengan jenis resin komposit yang dipakai. Misal: pada gambar digunakan komposit self- cure)

22

Lakukan finishing dan polishing

Teknik Restorasi Sandwich pada Kavitas Kelas V


Pada pembuatan restorasi laminasi kelas V ini diperlukan ketelitian yang lebih karena kecilnya daerah operasi. Penatalaksanaannya adalah, sebagai berikut:

Lakukan pemilihan warna GIC dan resin komposit yang sesuai dengan warna gigi yang direstorasi. Lakukan tissue magement sebelum dilakukan aplikasi GIC. GIC ditempatkan ke dalam kavitas dengan bentuk permukaan yang oblique (miring) ke arah insisal terhadap permukaan kavitas. Bagian kavitas yang terletak di bawah gusi terisi penuh dengan GIC dan ketebalannya makin menipis ke arah dinding insisal. Tujuannya adalah agar bagian supragingiva dapat direstorasi dengan resin komposit dengan ketebalan yang cukup.

c. Finishing dan polishing Finishing dan polishing tidak jauh berbeda dengan finishing bahan GI maupun bahan komposit, karena bahan sandwich ini merupakan suatu gabungan dari kedua bahan tersebut, jika bahan GI digunakan bahan

23

basis / pelapis dasar kavitas yang sisa dentinya menyisakan selapis tipis dentin ( pada kasus karies yang dalam), dan bahan komposit ditempatkan diatas bahan GI, maka finishing dan polishingnya cukup pada bahan kompositnya saja, karena bahan GI sudah tertutup dengan bahan komposit.

3. Bahan restorasi Amalgam. Merupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi, khususnya untuk tumpatan gigi posterior. Sejak pergantian abad ini, formulasinya tidak banyak berubah, yang mencerminkan bahwa bahan tambalan lain tidak ada yang seideal amalgam. Komponen utama amalgam terdiri dari liquid yaitu logam merkuri dan bubuk/powder yaitu logam paduan yang kandungan utamanya terdiri dari perak, timah, dan tembaga. Selain itu juga terkandung logam-logam lain dengan persentase yang lebih kecil. Kedua komponen tersebut direaksikan membentuk tambalan amalgam yang akan mengeras, dengan warna logam yang kontras dengan warna gigi.

Kelemahan utama amalgam memang terletak pada warnanya dan tidak adanya adhesi terhadap jaringan gigi. Walaupun sifat fisik dan kimia bahan tumpatan amalgam sebagian besar telah memenuhi persyaratan ADA specification no. l, perlekatannya dengan jaringan dentin gigi secara makromekanik seperti retention and resistence form, dan undercut tidak dapat melekat secara kimia.
24

Prinsip retention and resistance form (dove tail, box form dan retention groove) pada lesi karies daerah interproksimal, selain mengangkat jaringan karies juga mengangkat jaringan yang sehat untuk memperoleh retensi pada kavitas. Pada kavitas kelas II dengan isthmus dan garis sudut bagian dalam yang lebar, akan melemahkan kekuatan terhadap beban kunyah. Akibatnya, pasien banyak yang mengeluh karena seringkali adanya fraktur pada tumpatan kelas II, baik pada tumpatan MO (Mesial Oklusal), DO (Distal -, Oklusal), maupun MOD (Mesial - Oklusal - Distal). Kelebihan Amalgam :

Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.

Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktorfaktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu technique sensitive bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit.

Biayanya relatif lebih rendah

Kekurangan Amalgam :

Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan.
25

Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman

Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.

Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negaranegara tertentu ada yang sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.

Gmbr. Tambalan amalgam yang kurang baik, di mana tepi-tepi tambalannya terlihat sudah tidak intak dan membayang kehitaman.

Indikasi dan kontraindikasi, serta aplikasi dari bahan restorasi amalgam , desain kavitas beserta cara pemolesan.

26

a. Indikasi dan kontraindikasi Indikasi : 1. Kavitas klas I, II, dan V 2. Pada daerah yang memiliki beban kunyah yang besar 3. Tidak mempertimbangkan estetis Kontraindikasi: 1. 2. 3. 4. Jumlah karies dalam rongga mulut yang kompleks Karies yang luas dan melibatkan cusp Adanya kebutuhan estetik Gigi antagonis direstorasi dengan menggunakan logam yang tidak sejenis, karena akan menyebabkan terjadinya arus galvanish yang bisa menimbulkan rasa ngilu dan nyeri pada gigi. Karena pada kasus ini saliva berperan sebagai mediator.

b. Desain cavitas kelas I,II dan V


Design Outline Kavitas Kavitas Klas I

27

kavitas meliputi pit dan fissure permukaan oklusal gigi posterior, permukaan palatal / lingual gigi insisivus, groove bukal & lingual/palatal gigi molar.

Preparasi Kavitas Klas I

Outline Outline mengikuti pola fissure untuk mencegah karies sekunder pada tepi restorasi. Outline yang smooth dan mengikuti alur fissure menurunkan tekanan dan packing amalgam dapat lebih baik.

28

Outline kavitas klas I pada molar sulung pertama RB. Bila perlu melintasi central ridge

29

Kavitas Klas II

kavitas pada permukaan proksimal gigi-gigi posterior

Preparasi Kavitas Klas II

30

1.

Proksimal Box Anatomi servikal gigi sulung yang menyempit meningkatkan resiko rusaknya gingiva di bagian interproksimal. Juga bila gingival wall terlalu dalam dapat membahayakan pulpa

2.

Gingival wall Lebar gingival wall sekitar 1 mm. Pastikan dinding enamel didukung oleh dentin yang sehat

3.

Axial wall

31

Pada restorasi kecil, axial wall harus flat. Tetapi untuk restorasi yang luas axial wall dibentuk pararel dengan kontur gigi aslinya. Kegagalan preparasi axial wall menyebabkan pulpa terbuka

4.

Konvergen Dinding dan proximal box line angles dibentuk konvergen ke arah oklusal, mengikuti permukaan bukal dan lingual gigi. Sudut cavosurface angle tetap dipertahankan 90

5.

Line angle Bucco-gingival dan linguo-gingival line angle dibuat sedikit membulat

32

Internal angles Semua internal angles harus membulat untuk mengurangi tekanan dan supaya amalgam dapat di-pack dengan mudah pada regio ini

6.

Cavosurface Bukal dan lingual cavosurface angle jangan terlalu melebar. Preparasi cukup untuk akses hand instrumen, tidak terlalu divergen untuk menghindari daerah yang rapuh

33

7.

Cervical enamel rod Tidak perlu membentuk bevel pada tiap dinding kavitas untuk menghindari terbentuknya enamel rod yang unsupported. Inklinasi cervical enamel rod sedikit mengarah ke oklusal

8.

Retensi Grove tambahan diletakkan pada bucco-axial dan lingual-axial line angle, tanpa mengurangi enamel wall

9.

Lebar isthmus Lebar isthmus sekitar sepertiga lebar cusp bukal dan lingual. Fraktur isthmus sering terjadi karena kontak prematur amalgam di daerah marginal ridge dengan gigi antagonis. Cek kontak marginal ridge dengan articulating paper sebelum restorasi untuk menghindari fraktur

10.

Axio-pulpal line angle Dibulatkan dengan bur atau ekskavator yang tajam

11.

Pulpal wall Sebaiknya flat atau sedikit membulat, 0.5mm dibawah dentin. Hindari perluasan berlebihan di daerah mesial

34

12.

Occlusal wall Preparasi dibuat sedikit konvergen ke arah oklusal

13.

Dovetail Diperluas hingga daerah yang terkena karies atau fissure yang dalam. Bentuknya membulat, halus dengan retensi yang baik pada oklusal

Kavitas Klas V Restorasi pada sepertiga servikal semua gigi, termasuk permukaan proximal marginal ridge tidak termasuk

Aplikasi: Tahap preparasi kavitas. 1. 2. Isolasi daerah kerja Pembersihan permukaan gigi

35

3.

Preparasi kavitas pada permukaan kavitas

Tahap basis. 4. 5. 6. 7. Kavitas diirigasi dengan akuades steril kemudian dibersihkan dengan gulungan kapas kecil (cotton pellet) dan dipegang dengan pinset gigi Kavitas dikeringkan dengan hembusan udara dari chip blower Ambil bubuk semen satu sendok yang ditempatkan pada lempeng kaca dan teteskan cairan satu/dua tetes Arahkan bubuk semen ke cairan dengan spatula semen sedikit demi sedikit, kemudian aduk bubuk dan cairan ini dengan gerakan memutar sampai didapatkan konsistensi dempul yang cukup kental (Putty like consistency) dan tampak mengkilat Semen dimasukkan ke dalam kavitas dengan sonde, kemudian ditekan dan diratakan pada dinding pulpa dengan stopper cement yang ujungnya telah dibasahi dengan alkohol 70% atau diolesi bubuk semen. Semen juga diletakkan pada dinding aksial dan diratakan dengan plastic filling instrument Kelebihan semen bila belum mengeras diambil dengan excavator dan bila sudah mengeras diambil dengan bur inverted yang juga sekaligus untuk meratakan dasar kavitas. Untuk meratakan semen di dinding aksial digunakan bur fisur Bagian tepi enamel harus bersih dari semen, bagian undercut (retensi) jangan tertutup semen. Tahap penumpatan. 10. Pemasangan matriks (retainer) 11. Matriks band disesuaikan bentuknya pada daerah oklusal agar tidak mengganggu oklusi dan supaya bentuk tumpatan baik, pada bagian proksimal dipasang wedge (dapat dibuat dari kayu korek api atau buatan pabrik yang dipasang pada tepi gingival) 12. Pencampuran bubuk dan Hg dapat dilakukan dengan dua alat: a. Pencampuran dengan amalgamator

8.

9.

36

Bubuk dan cairan yang telah ditimbang dengan perbandingan yang sesuai dengan anjuran pabrik, dimasukkan ke dalam kapsul, kemudian dicampur dengan alat amalgamator selama 5 detik b. Pencampuran dengan mortal dan pastle Bubuk dan Hg ditimbang sesuai dengan anjuran pabrik, kemudian dimasukkan ke dalam mortal, kemudian diaduk dengan pastle 60x putaran 13. Campuran yang telah homogen kelihatan mengkilat, diambil dengan spatula semen, kemudian kelebihan Hg-nya diperas, dibuang pada tempat yang telah disediakan dengan kain putih ukuran 10 x 10 cm 14. Campuran amalgam kemudian dimasukkan ke dalam pistol amalgam dan dimasukkan pada dasar kavitas dengan tekanan. Lapisan amalgam yang pertama sangat penting dan membutuhkan perhatian yang lebih dari lapisan berikutnya. Kemudian dilakukan kondensasi (pemampatan) dengan amalgam plugger/amalgam stopper 15. Penumpatan dilakukan dan bagian proksimal, diisi amalgam sedikit demi sedikit, dikondensasi, kemudian baru pada bagian oklusal sampai padat. Kavitas diisi amalgam sampai sedikit berlebih, kemudian dioklusikan untuk mendapatkan oklusi yang baik. Kelebihan bahan dibersihkan dengan kapas kecil dan permukaan oklusal dibentuk anatominya dengan carver dilakukan sejajar pada permukaan gigi (luar email) untuk mencegah alat terperosok ke dalam bahan 16. Kemudian dihaluskan dengan menggunakan burnisher pada keadaan amalgam sudah mengalami proses setting awal 17. Setelah selesai, matriks dibuka dan dilepas secara hati-hati sebelum bahan mengeras 18. Kelebihan amalgam dapat dibuang dengan amalgam carver atau dengan plastic filling instrument

c. Finishing dan polishing 19. 24 jam setelah penumpatan dapat dilakukan pemolesan 20. Permukaan yang kasar diasah dan dibentuk anatomi dengan finishing stone
37

21. Bagian proksimal dihaluskan dengan polishing strip (jika perlu) 22. Dengan rubber cups merah dengan pasta poles (seng oksida + alkohol) permukaan amalgam dipoles sampai tampak mengkilap dan halus kemudian dibersihkan dengan brush (dalam keadaan basah) 23. Untuk mengkilapkan dapat digunakan rubber cups (hijau) dan pasta poles (seng oksida + alkohol) kemudian dibersihkan dengan brush (dalam keadaan basah) Pemolesan harus dalam keadaan basah, dengan tekanan ringan dan tidak boleh pada suatu tempat

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :


38

1. Diagnosa dari kasus diatas adalah pulpitis reversibel, serta pemilihan bahan yang tepat untuk tumpatan plastisnya yaitu dengan bahan komposit.
2. Indikasi dan Kontraindikasi dari penggunaan bahan restorasi plastis

berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannyaDesign outline pada setiap kavitas pun berbeda-beda sesuai dengan klasifikasi kavitasnya. 3. Tahap preparasi, penumpatan, dan pemolesan berbeda-beda tergantung pada klasifikasi kavitas dan bahan tumpat yang digunakan 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari restorasi plastis adalah 1. Teknik isolasi yang baik 2. Pemilihan bahan tumpatan yang tepat. 3. Design cavitas yang sesuai. 4. Teknik manipulasi bahan restorasi plastis. 5. Proses polishing.
6. Teknik finishing.

39

DAFTAR PUSTAKA

Baum Lloyd, Phillips RW, Melvin RL. 1996. Buku Ajar Ilmu KOnservasi Gigi. EGC Buku Petunjuk Praktikum Tumpatan FKG UNEJ, 2009 Buku Petunjuk Praktikum Tumpatan FKG UNEJ, 2009 Ford, T.R. Pitt. 1993. Restorasi Gigi. Alih bahasa, Narlan Sumawinata; editor, Narlan Sumawinata dan LIlian Yuwono. Ed.2. Jakarta: EGC

Pickard, H.M., Kidd, E.A.M., Smith, B.G.N 2002. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6. Alih bahasa: Narlan

Sumawinata. Jakarta : Widya Medika.

40

You might also like