You are on page 1of 15

BAB II

TIN1AUAN PUSTAKA

2.1Balok Komposit
Salah satu tipe konstruksi komposit adalah balok komposit baja beton
dimana penggabungan antara baja dan beton bertujuan untuk memanIaatkan
keunggulan masing-masing material pembentuknya dan saling berinteraksi
sehingga terjadi aksi komposit. Keunggulan material penyusun balok komposit
tersebut secara umum adalah beton yang kuat terhadap tekan, dan baja (proIil
dengan dinding tipis) kuat terhadap tarik. Balok komposit memposisikan kedua
bahan tersebut sehingga masing-masing material menerima tegangan sesuai
dengan karakteristiknya (Dowling et al., 1992, p. 422).
Baja adalah salah satu material struktur yang paling penting. SiIat
terpenting dalam struktur adalah kekuatannya yang tinggi (kuat tarik maupun
tekan) dibandingkan bahan-bahan lainnya dan memiliki daktilitas yang tinggi
(Bowles, 1980, p. 4). Baja, dengan proIil dinding tipis, memiliki perbandingan
kuat per-volume yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan lainnya (Widiarsa
& Deskarta, 2007, p. 76). Sehingga untuk perencanaan bentang yang lebih
panjang dapat memberikan kelebihan ruang. SiIat daktilitas tinggi yang dimiliki
oleh baja mengakibatkan struktur baja mampu mencegah runtuhnya bangunan
secara tiba-tiba. Hal ini menguntungkan dari segi keamanan karena dapat
memberikan peringatan dini kepada para pemakai bangunan tersebut. Selain hal-
hal tersebut, baja memiliki keunggulan lain yaitu kemudahan pembuatan,
keseragaman bahan, dan cepatnya proses pemasangan. Sedangkan, kelemahanya
adalah kekuatan baja yang dapat berkurang akibat tingginya temperatur, dapat
mengalami korosi, dan gagal tekuk oleh tekanan akibat langsingnya proIil
(Setiawan, 2008, p. 2-3).
Beton merupakan campuran dari semen, agregat halus (pasir), agregat
kasar (batu pecah/kerikil), air, udara dan terkadang satu atau lebih bahan
tambahan campuran dimasukan untuk merubah beberapa karakteristik seperti
waktu pengerasan, lama layan, dan kemampuan kerja (Nawy, 2003, p. 2).
6
Keunggulan dari beton antara lain, memiliki kuat tekan yang cukup besar
dibandingkan dengan bahan lainnya, beton memiliki ketahanan dari api dan air,
beton membutuhkan pemeliharaan yang rendah, struktur yang sangat kaku, dan
waktu layan yang sangat panjang (Mc Cormac, 1998, p. 1-2).
Struktur komposit lebih kuat dan kaku dibandingkan dengan struktur non
komposit yang terdiri dari balok dan pelat yang sama, hal ini menyebabkan balok
komposit dikenal sebagai elemen yang ekonomis. Desain komposit
memungkinkan untuk menghemat baja, dan mengurangi ketebalan beton
(Dowling et al., 1992, p. 422).
Hubungan interaksi antara balok baja dengan pelat beton dapat
dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu:
1. %idak ada interaksi (no interaction)
Pada kondisi interaksi ini, derajat penyambungan yang diberikan bisa dianggap
tidak ada sama sekali (no interaction), sehingga dapat disebut non komposit.
Pada gambar 2.2 terlihat balok non komposit, jika diberikan beban maka pelat
beton dan balok baja tidak bekerja sebagai satu kesatuan, karena tidak
terpasang sambungan geser. Apabila balok non komposit mengalami deIleksi
ketika diberikan suatu beban, maka pelat beton dan balok baja akan
memberikan respon yang berbeda (tidak tergantung satu dan lainnya) terhadap
beban yang diberikan. Permukaan bawah pelat beton akan tertarik dan
mengalami perpanjangan, sedangkan permukaan atas balok baja akan tertekan
dan mengalami perpendekan. Akibat tidak terdapatnya penghubung geser pada
bidang kontak antara pelat beton dengan balok baja, maka pada bidang kontak
tersebut tidak terdapat gaya yang dapat menahan perpanjangan serat bawah
pelat dan perpendekan serat atas balok baja. Hal ini dikarenakan pada bidang
kontak tersebut bekerja gaya geser horisontal. Regangan yang terjadi pada
permukaan bawah pelat beton berlawanan arah dengan permukaan atas balok
baja, yang dapat dilihat pada gambar 2.2.
7

ambar 2.1 Struktur balok non komposit
($:2-er: Handbook oI Composite Construction Enginering, 1979)


ambar 2.2 Diagram regangan pada struktur balok non komposit
($:2-er: Perencanaan Lantai Jembatan Rangka Baja dengan Menggunakan CSP, 2005)

2. Derajat penyambungan sempurna (1: interaction)
Interaksi sempurna diasumsikan sebagai penyambungan yang sempurna (1:
interaction). Pada suatu kondisi respon pembebanan, pelat beton dan balok
baja bekerja sebagai satu kesatuan seperti yang terlihat pada gambar 2.4. Pada
saat terjadi proses lentur, penyambungan sepurna (1: interaction) tidak dapat
terjadi regangan pada bidang kontak.
8

ambar 2.3 Struktur balok komposit dengan derajat penyambungan sempurna
($:2-er: Handbook oI Composite Construction Enginering, 1979)


ambar 2.4 Diagram regangan pada struktur balok komposit dengan derajat penyambungan
sempurna
($:2-er: Handbook oI Composite Construction Enginering, 1979)

Pada gambar 2.5 yang memperlihatkan diagram regangan balok komposit
dengan derajat penyambungan sempurna terlihat bahwa di antara pelat beton
dan balok baja terdapat garis netral gabungan. %erdapat tiga kasus dalam
derajat penyambungan sempurna, kasus I terjadi disebabkan oleh nilai
kekuatan pelat beton sama dengan balok baja hal ini menyebabkan garis netral
jatuh diantara pelat beton degan balok baja. Kasus II terjadi disebabkan oleh
nilai kekuatan balok baja lebih kecil dari pada pelat beton, hal ini
menyebabkan garis netral jatuh pada badan pelat beton. Kasus III terjadi
disebabkan oleh nilai kekuatan pelat beton lebih kecil dari pada balok baja, hal
ini menyebabkan garis netral jatuh pada badan balok baja. Derajat
penyambungan ini memerlukan kekakuan lentur dan kekakuan aksial yang
9
memadai, hal ini dapat diterapkan dengan penggunaan penghubung geser.
Namun karena tidak terdapatnya alat mekanik yang dapat menyediakan tingkat
kekakuan seperti itu, maka sambungan kaku ini dianggap tidak praktis.

3. Interaksi sebagian (5artia interaction)
Interaksi sebagian (5artia interaction) merupakan keadaan penyambungan
dengan kondisi antara derajat penyambungan nol (non interaction) dengan
derajat penyambungan sempurna (1: interaction). Gambar diagram regangan
pada balok dengan derajat penyambungan sebagian dapat dilihat pada gambar
2.6. Garis netral pada pelat beton lebih dekat dengan balok baja dan garis netral
balok baja lebih dekat dengan pelat beton dibandingkan dengan balok non
komposit (non interaction)

ambar 2.5 Diagram regangan pada struktur balok komposit dengan derajat
penyambungan sebagian
($:2-er: Handbook oI Composite Construction Enginering, 1979)
Secara umum balok komposit diasumsikan menerima beban lentur. Dalam
kondisi ini, balok baja akan dominan menerima tarikan dan beton akan menerima
tekanan. Untuk mentransIer gaya geser horisontal pada permukaan sentuh antara
balok baja dan pelat beton dipergunakan bahan yang berIungsi sebagai adhesion,
1riction atau -earing yang disebut penghubung geser (Galambos, 1998, p. 392).
Pada kebanyakan balok komposit, penghubung geser dibuat dari elemen baja yang
di las ke balok baja utama dan ditanamkan pada beton. Elemen baja ini akan
mentransIer gaya antara balok baja dengan beton sebagai -earing.
10
2.2Penghubung eser
Secara mekanik penghubung geser mempunyai dua Iungsi utama yaitu,
mentransIer gaya horisontal dan mencegah terjadinya pemisahan secara vertikal
antara baja dan beton. %anpa penghubung geser, ikatan antara pelat dan balok be-
rangsur-angsur menghilang akibat gerakan dan umur, dan kemudian aksi kompo-
sit akan benar-benar menghilang sepenuhnya (Sabnis, 1979, p. 270).
Penghubung geser pada bidang kontak antara baja dan beton harus diran-
cang untuk menahan gaya geser horisontal yang terjadi pada bidang kontak antara
balok baja dan pelat beton. Disamping itu, penghubung geser ini juga harus mam-
pu menahan lentur dan menahan kecenderungan terpisahnya pelat dan balok ke
arah vertikal (:5 i1t) (Dowling et al., 1992, 423-424).
Ada tiga jenis penghubung geser yaitu:
a. Penghubung geser kaku (rigid connector)
Penghubung geser ini secara alami bersiIat kaku atau tidak Ileksibel. Penghu-
bung tersebut dapat mencegah terjadinya slip antara baja dan beton yang me-
nyebabkan beton hancur akibat kegagalan dalam proses pengelasan. Penghu-
bung geser tipe ini dapat memikul gaya geser yang ditimbulkan antara beton
dan permukaan penghubung geser. Contoh penghubung geser kaku yaitu peng-
hubung geser % seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.7.

Potongan Melintang Potongan Memanjang 3 Dimensi
ambar 2.6 Penghubung geser tipe %
($:2-er: Widiarsa, 2007)
b. Penghubung geser lentur (1exi-e connector)
Penghubung geser tipe ini menerima gaya geser secara lentur atau Ileksibel dan
dapat mencegah terjadinya slip antara baja dan beton. Penghubung geser lentur
berbeda secara Iisik dengan penyambung geser kaku. Contoh penghubung ges-
11
er lentur yaitu penghubung geser yang terbuat dari potongan kanal dan eded
headed st:d (paku berkepala). Penghubung geser tipe kanal dapat dilihat pada
gambar 2.8.

Potongan Melintang Potongan Memanjang 3 Dimensi
($:2-er: Pashan, 2006)


Potongan Melintang Potongan Memanjang 3 Dimensi
ambar 2.7 Penghubung geser tipe kanal dan eded headed st:d
($:2-er: SNI 03-1729-2000)

c. Penghubung geser lekatan (-ond connector)
Penghubung ini terbuat dari potongan baja yang biasanya digunakan sebagai
tulangan pada beton bertulang. Gaya horisontal yang terjadi antara balok baja
dan pelat beton ditransIer oleh tulangan dengan tarikan pada penghubung.
Penghubung jenis ini dapat dikombinasikan dengan penghubung geser kaku
agar lebih kuat menahan gaya geser yang terjadi antara beton dan baja. Contoh
penghubung geser ini adalah penghubung geser tulangan spiral yang dapat dili-
hat pada Gambar 2.9, penghubung geser tipe V` yang dapat dilihat pada Gam-
bar 2.10, penghubung geser tipe I` yang dapat dilihat pada Gambar 2.11,
penghubung geser tipe L` yang dapat dilihat pada Gambar 2.12, dan penghu-
bung geser tipe U terbalik` yang dapat dilihat pada Gambar 2.13.
12

ambar 2.8 Penghubung geser tipe spiral

Penghubung geser tipe V`

Penghubung geser tipe I`


ambar 2.9 Penghubung geser tipe L`

13

ambar 2.10 Penghubung geser tipe U terbalik`
pada peneltian ini, penghubung geser tipe spiral dianalisa kemampuan menahan
geser berdasarkan panjang lekat. Panjang lekat penghubung geser jenis spiral
didapatkan berdasarkan pengukuran secara langsung atau seperti pada gambar
2.10.

ambar 2.11 Panjang Penghubung Geser

2.3Cold Forming Steel
Penghubung geser lekat yang terbuat dari baja tulangan dibentuk dalam tempera-
tur atmosIir dan disebut cod 1or2ing stee. Dalam prosesnya dilakukan pembeba-
nan diluar eastic range sehingga menyebabkan perubahan daktilitas. Bila suatu
pelat dibuat bentuk struktur dengan cod 1or2ing pada temperatur atmosIir, maka
akan terjadi ineastic de1or2ation (resid:a strain) pada pembengkokan. Cod
1or2ing pada strain hardening range pada lokasi bengkokan akan menambah
yied strength (Oentoeng, 2004, p. 8).

2.4eat 1reatment
eat treat2ent atau yang disebut dengan perlakuan panas merupakan suatu kom-
binasi proses pemanasan dan pendinginan serta waktu tahan (hoding ti2e) yang
14
diberikan kepada suatu logam atau paduan dalam keadaan padat untuk mening-
katkan kemampuan tanpa merubah bentuk. Perlakuan panas tekadang dilakukan
secara tidak sengaja akibat proses produksi seperti pengelasan atau pembentukan
dengan proses pemanasan. !osted heat treat2ent yang dideIinisikan sebagai
perlakuan panas akibat pengelasan sering digunakan untuk meningkatkan ke-
mampuan layan dari bahan yang mengalami proses pengelasan. !osted treat-
2ent memiliki berbagai macam jenis perbaikan kemampuan layan. Pada produksi
baja terdapat dua prosedur paling umum yang digunakan, yaitu 5ost heating dan
stress reieving (Funderburk, 1998).

O !ost heating
!ost heating biasa digunakan untuk mengurangi retak dalam struktur mi-
kro dengan cara memberikan gas hidrogen sebelum suhu logam menurun,
dan perlakuan ini mengharuskan baja setelah di las tidak diijinkan didin-
ginkan dengan tempratur ruang.

O $tress reieving
$tress reieve heat treat2ent biasa digunakan untuk mengurangi tegangan
yang dihasilkan pada saat proses produksi. Pada saat proses produksi ter-
dapat banyak hal yang menyebabkan tegangan sisa atau yang biasa disebut
resid:a strength, salah satunya adalah proses pembentukan pada suhu
ruangan (cod ork). Pemanasan pada struktur hingga suhu yang cukup
tinggi tetapi masih dibawah kisaran suhu transIormasi dan dilanjutkan
dengan pendinginan pada suhu ruangan dapat menurunkan dan menghi-
langkan tegangan sisa dari hasil produksi.

2.5Kapasitas Penghubung eser Spiral
Dari spesiIikasi jembatan jalan raya AASHO tahun 1944 yang tercantum
dalam buku Viest et al. (1958, p. 45) terdapat rumus kapasitas rencana satu puta-
ran penghubung geser spiral sebagai berikut:

1

u
= 8. u. 'c
4
.. (1)

Dimana:

u
= Koposos rncono so poron pnbn sr spro. (b)

c
= Ko on bon poo r 8 or. (ps)
= or boo onon pbn. (n)

Dari Committee Recommendation o1 ASCE-ACI tahun 1960 yang terdapat
pada penelitian pemerintah India dengan judul %he Behavio:r o1 $tee-Concrete
Co25osite Bea2s With Weded Mid $tee $5ira $hear Connectors (1969) terda-
pat rumus kapasitas rencana satu putaran penghubung geser spiral sebagai berikut:


u
= 9. u. 'c
4
.. (2)

Dimana:

u
= Koposos rncono so poron pnbn sr spro. (b)

c
= Ko on bon poo r 8 or. (ps)
= or boo onon pbn. (n)

Dari penelitian Universitas Lehigh yang dilakukan oleh Slutter & Driscoll
(1963) dan disponsori oleh American Institute oI Steel Construction, terdapat ru-
mus kapasitas satu putaran penghubung geser spiral sebagai berikut:


n
= 8. u. 'c
4
.. (3)

Dimana:

n
= Koposos so poron pnbn sr spro. (b)

c
= Ko on bon poo r 8 or. (ps)
= or boo onon pbn. (n)

16
Dari spesiIikasi standar India Code o1 !ractice 1or Co25osite Constr:ction
(IS 3935, 1966) terdapat rumus kapasitas rencana satu putaran penghubung geser
spiral sebagai berikut:


u
= . u. o
b

4
.. (4)
Dimana:

u
= Koposos rncono so poron pnbn sr spro. (K)
o
bk
= Ko on bon brbn bs poo r 8 or. (
K
c
2
, )
= or boo onon pbn. (c)
Dari rumus-rumus di atas dapat dilihat bahwa sangat variatiI Iaktor yang
mempengaruhi kekuatan penghubung geser dalam mentransIer gaya geser hori-
zontal yang secara umum dijabarkan menjadi: ukuran penampang penghubung
geser dan kekuatan tekan beton. Faktor-Iaktor yang mempengaruhi terjadinya de-
Iormasi pada penghubung geser yaitu bentuk, ukuran, lokasinya pada balok, loka-
si momen maksimum, dan cara pemasangannya pada balok baja.
Pada Pedoman Perencanaan Lantai Jembatan Rangka Baja Dengan Meng-
gunakan CSP (Pd %-12-2005-B), disebutkan bahwa kekuatan sistem penghubung
geser dipengaruhi oleh beberapa hal seperti:
- jumlah penghubung geser;
- tegangan longitudinal rata-rata dalam pelat beton di sekeliling penghu-
bung;
- ukuran, penataan dan kekuatan tulangan pelat di sekitar penghubung
- ketebalan beton di sekeliling penghubung
- derajat kebebasan dari setiap dasar pelat untuk bergerak secara lateral
dan kemungkinan terjadinya gaya tarik ke atas (:5 i1t 1orce) pada peng-
hubung
- daya lekat pada antar muka beton-baja
- kekuatan pelat beton
- tingkat kepadatan pada beton disekeliling pada setiap dasar penghubung.
17
2.6aya eser Horisontal
Suatu penghubung geser dapat bekerja secara maksimum apabila sejumlah
penghubung geser ditempatkan di daerah-daerah yang mengalami gaya geser. Se-
cara teoritis, dibutuhkan lebih banyak penghubung geser di dekat ujung bentang
dimana tegangan geser yang terjadi lebih tinggi bila dibandingkan tegangan geser
yang terjadi di pertengahan bentang (Widiarsa & Deskarta, 2007, p. 78). Akibat
perilaku alat penyambung geser yang sangat rumit maka kapasitasnya tidak hanya
didasari pada analisa teoritis. Untuk mengembangkan pendekatan yang rasional,
sejumlah penelitian telah dilakukan oleh Viest (1974), Lew (1969), dan Sabnis
dan Reddy (1977) dengan tujuan untuk menentukan kekuatan berbagai jenis
penghubung geser. Para peneliti berkesimpulan , bahwa alat penghubung geser
tidak akan gagal jika beban rata-rata pada satu alat penghubung geser lebih rendah
dari gaya yang mengakibatkan sisa slip antara pelat beton dan baja proIil sebesar
0,003 inch (0,076 mm). Besarnya slip juga merupakan Iungsi dari kekuatan beton
yang mengelilingi alat penghubung geser. DeIinisi dari kapasitas ultimit hingga
tahun 1965 didasarkan pada pembatasan selip yang memiliki nilai sebesar 1/3 dari
kekuatan maksimum sebuah alat penghubung geser, hal ini berlaku ketika kegaga-
lan penghubung geser yang sesungguhnya yang dijadikan kriteria (Sabnis, 1979,
p. 53).
Pada balok komposit, seluruh gaya geser horizontal pada bidang kontak ba-
lok baja dan pelat beton harus disalurkan oleh penghubung geser. Apabila ditinjau
berdasarkan bidang geser balok dengan beban merata, maka secara teori dibutuh-
kan lebih banyak penghubung geser di dekat ujung bentang dimana tegangan ges-
er yang terjadi lebih besar dari pada tegangan geser yang terjadi di pertengahan
bentang. Pada penampang yang seluruhnya komposit, dimana beton mengalami
gaya tekan akibat lentur, kekuatan geser nominal (
nh
) yang harus diberikan oleh
penghubung geser adalah nilai terkecil dari Persamaan (5) dan (6).




18

nh
=
muks
= ,8.
c
b
L
.
c
.. (5)

nh
=
muks
=
s
.
y
... (6)
dimana:

nh
: gaya geser horizontal, kN

c
: kuat tekan beton, MPa
b
L
: lebar eIektiI pelat beton, mm

c
: tebal pelat beton, mm

s
: luas penampang baja, mm
2


y
: tegangan leleh baja, MPa.

Apabila kekuatan nominal
n
dari penghubung geser diketahui, maka jum-
lah penghubung geser yang dibutuhkan di antara titik momen maksimum dan
momen nolnya adalah:

=

n

n
(7)
dimana:
: jumlah penghubung geser

nh
: gaya geser horizontal, kN

n
: kekuatan nominal satu penghubung geser, kN.

2.7Teori lekatan
Menurut Wang dan Salmon (1993, p. 197) suatu persyaratan dasar dalam
konstruksi beton bertulang adalah adanya lekatan (-ond) antara penulangan den-
gan beton disekelilingnya. Hal ini berarti tidak terjadi selip antara baja tulangan
relatiI terhadap beton yang dapat mengakibatkan keruntuhan total dari balok. Se-
kalipun terjadi pemisahan yang menyeluruh dari tulangan dan beton pada hampir
keseluruhan panjang, suatu balok dapat saja terus memikul beban selama tulangan
tidak lepas pada ujung-ujungnya. Penjangkaran mekanis dari ujung tulangan dapat
digunakan untuk mendapatkan integritas dari sistem, atau mungkin, tulangan ha-
rus dijangkarkan dengan jalan menanamkannya melewati titik dimana beban me-
19
nimbulkan gaya tarik maksimum, dengan jarak yang cukup untuk mengembang-
kan kapasitas tarik penuh dari batang tulangan.
Nawy (2003, p. 402) menyatakan bahwa percobaan 5:-o:t dapat membe-
rikan perbandingan yang baik antara eIisiensi lekatan berbagai jenis permukaan
tulangan dan panjang penanamannya (e2-ed2ent ength). Akan tetapi, hasilnya
belum memberikan tegangan lekat sesungguhnya pada struktur rangka. Pada per-
cobaan ini beton mengalami tekan dan baja mengalami tarik, dimana beton dan
baja disekelilingnya mengalami tegangan yang sama.
Berdasarkan Vis dan Kusuma (1995, p. 66) agar beton bertulang dapat
berIungsi dengan baik sebagai bahan komposit dimana batang baja tulangan sal-
ing bekerja sama sepenuhnya dengan beton, maka perlu diusahakan supaya terjadi
penyaluran gaya yang baik dari suatu bahan ke bahan yang lain. Untuk menjamin
hal ini diperlukan adanya lekatan yang baik antara beton dengan penulangan. Se-
lain itu dibutuhkan penutup beton yang cukup tebal, agar baja tulangan dapat me-
nyalurkan gaya sepenuhnya melalui ikatan. Baja harus tertanam di dalam beton
hingga suatu kedalaman tertentu yang dinyatakan dengan panjang penyaluran.
Nawy (2003, p. 402) menyatakan bahwa kuat lekat antara baja tulangan
dan beton yang membungkusnya dipengaruhi oleh Iaktor:
1. Adhesi adhesion) antara elemen beton dan bahan penguatnya yaitu tulan-
gan baja.
2. EIek mencengkram gri55ing) sebagai akibat dari susut pengeringan beton
disekeliling tulangan, dan yang saling berhubungan geser antara tulangan
dengan beton di sekelilingnya.
3. %ahanan lekat 1riction) untuk geser dan saling mengikat 1riction) seperti
elemen penguat ditujukan untuk tarik tekan.
4. EIek kualitas beton dan kekuatan tarik dan tekannya.
5. EIek mekanis penjangkaran ujung tulangan.
6. Diameter, bentuk, dan jarak tulangan karena kesemuannya mempengaruhi
pertumbuhan retak.

You might also like