You are on page 1of 19

ADAT ISTIADAT PERKAWINAN Melayu Kepulauan Riau

0 . Persiapan Memasuki Alam Rumah Tangga Syahdan sudahlah menjadi suatu kebiasaan dan pandangan hidup terhadap perkawinan yang begitu suci, religius, dan sakral. Pandangan hidup di dalam perkawinan berikhtibar pada hakikat keberagaman keperluan hidup manusia. Beberapa di antaranya bersumber dari lawan jenis kelamin. Kelengkapan itu antara lain : di bidang seksual (hubungan suami isteri), memperoleh keturunan, jiwa dan perasaan (psikis), perlindungan, kemasyarakatan (sosial), dan lain sebagainya. Sudahlah pula tersirat sebagaimana lazimnya, bahwa orang Melayu Kepulauan Riau, bahwa untuk mendirikan rumah tangga dikehendaki daripadanya beberapa persyaratan, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sesama beragama Islam Sudah cukup dewasa Sehat badan dan juga jiwanya Untuk seorang lelaki (bujang) telah mampu mencari nafkah Kematangan pemikiran dan bertanggung jawab Memandang perkawinan sebagai sesuatu yang suci, religius, sakral.

Rangkaian kehidupan anak manusia tersangatlah panjangnya. Dimulai dari kandungan, lahir, masa bayi, masa kanak, masa remaja, masa dewasa, berumah tangga (berkeluarga) dan bermasyarakat, kemudian tua, dan akhirnya kembali kepada Sang Pencipta. Begitu pun agaknya dalam senarai perjalanan perkawinan orang Melayu sebagaimana yang sudah tersusun turun temurun dari dahulunya, yaitu dimulai dari pada : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Mencari jodoh Merisik Meminang Mengantar tanda Mengantar belanja Mengajak dan menjemput Menggantung-gantung Berandam Berinai Berkhatam Quran

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

Aqad nikah Tepuk tepung tawar Bersanding Bersuap-suap Makan berhadap Menyembah Mandi-mandi Berambih

Ohoiii... sungguh panjangnya rangkaian perjalanan yang hendak dilewati dan ianya serasa-rasa begitu hikmat. Oleh karenanya perihal seperkara ini tiadalah boleh dipersenda-sendakan, atau diselambe-rayekan saja. Yang boleh mengakibatkan kepada perihal mengecikkan lembaga perkawinan yang begitu suci, sebagai yang banyak kejadiannya di masa kini. Maka sekarang kita mulai dengan mencari jodoh ... 1. Mencari Jodoh Seperkara dalam kehidupan orang Melayu yang dianggap sangatlah penting adalah peristiwa pernikahan. Orang tua yang mempunyai anak bujang mulailah melakukan pekerjaan untuk mencarikan jodoh untuk anaknya. Orang Melayu akan merasa malu, jika anaknya lambat mendapatkan jodoh, sama ada bujang atau pun dara. Si bujang yang terlambat mendapatkan jodoh, akan disebut sebagai bujang terlajak atau bujang lapok/lapuk. Begitu pun prihalnya kepada anak dara yang terlambat menikah akan diperkata orang sebagai anak dara tua. Itulah sebabnya orang tua selalu berusaha untuk mendapatkan jodoh anak-anaknya. Sememangnyalah tak dapat hendak dipungkiri bahwasanya bagi orang tua yang mempunyai seorang anak lelaki lebih leluasa dalam mencarikan jodoh, dari pada orang tua yang mempunyai anak dara. Konon, jika ada anak dara atau pihak orang tua yang mempunyai anak dara yang berlebih-lebih melakukan kepada pekerjaan mencari jodoh ini, kelak akan pula diperkatakan orang sebagai perigi mencari timbe. Inilah suatu perkataan yang memalukan atau tabu bagi pihak perempuan. Pada awal pelaksanaan adat istiadat perkawinan adalah mencari jodoh. Dahulunya di dalam perkara mencari jodoh masih dilakukan oleh pihak orang tua. Perihal yang sedemikian itu mungkin dikarenakan pihak orang tua lebih mempunyai pengalaman, dan kira-kira dapat untuk membahagiakan anaknya. Anggapan ini telah menjadi suatu keyakinan, sehinggalah sang anak menuruti akan ketentuan dari orang tuanya. Mencari jodoh biasanya ditujukan kepada anak lelaki. Tetapi sebelum sembarang kerja dilakukan, orang tuanya selalu menanyakan kepada si anak apakah sudah

bersedia untuk dicarikan seorang dara untuk menjadi pasangan hidupnya. Orang tua yang sangat berperan di dalam seperkara ini biasanya adalah orang tua perempuan yakni ibu atau sang emak. Jika telah mendapat kesepakatan antara orang tua dan anak lelakinya, maka kemudiannya kedua orang tua akan mengundang sanak saudara terdekat untuk mengadakan perundingan perihal untuk mencarikan jodoh kepada anak lelakinya.

2. Merisik Pekerjaan seperkara merisik ini sememangnyalah amat berguna, apatah lagi jika dijalankan mengikut kepada yang patut. Yaitu kedua orang tua atau pun mungkin sang tali barut dapat mencari, memperhatikan kemudiannya memilih anak dara dengan jalan diperiksa atau diselidiki dengan sehabis cermat. Bukan saja kepada anak dara yang bersangkutan itu saja yang diselidiki, tetapi juga keadaan ibu-bapaknya, kepada adik-beradik ataupun keluarga lainnya termasuklah sahabat-handai yang karib-karib. Sehinggalah semuanya mendapatkan pilihan yang memuaskan hati karena akan mendapatkan anak dara dari pada orang-orang yang elok perangai kelakuannya. Karena orang Melayu dahulu selalu memegang kepada bidal Melayu yaitu : Jika hendak meminang anak, pinang ibu bapaknya dahulu. Terlebih akan sangatlah senang hatinya kedua orang tua, jika anak dara yang menjadi pilihan itu sudah khatam Al-Quran dan bagus pula bacaan dan lagunya membaca ayat-ayat suci itu dan mengerti pula sedikit sebanyak ajaran dan hukum Islam. Begitu juga dengan kepandaian dan pengetahuan lainnya, yaitu seni-budaya, menjahit-menekat dan cekap pula memasak, serta elok pula parasnya. Maka semuanya yang tersebut itu adalah amat menarik hati orang-orang tua. Di dalam adat merisik ini biasanya termasuk melihat tubuh atau badan si anak dara itu sendiri, menerusi sahabat-sahabat yang karib, dan kepada ibu-bapak anak dara yang hendak dipinang. Ada kalanya ketika hendak datang melihat itu diberitahu terlebih dahulu kepada pihak si anak dara, tetapi ada juga yang datang menengok itu dengan tiba-tiba. Pada faham sebagian orang dahulunya, kedatangan dengan tidak memberitahu terlebih dahulu atau dengan tiba-tiba, dan waktu mereka itu tiba di rumah itu, sedangkan si anak dara itu sedang mandi atau membasuh, maka adalah yang sedemikian membawa kepada perkara yang baik, yaitu menunjukkan jodoh pertemuan itu sejuk, konon. Maksudnya kalau jadi ikatan jodoh itu, kehidupan suami isteri itu kelak akan senang-lenang dan senantiasa bersepahaman di dalam rumah tangga. Akan tetapi jika orang yang datang merisik itu didapatinya si anak dara sedang memasak, maka kuranglah baik padah-nya karena, konon, rumah tangga akan

senantiasa panas dan kurang akan sepemahaman sehingga seringlah terjadi pertengkaran. Begitu juga dipercayai jika sedang dalam perjalanan untuk datang ke rumah seorang anak dara untuk meneliti atau menyelidiki, di tengah jalan berlalu suatu bencana, apakah kaki yang terkait ranting atau akar kayu yang menyebabkan jatuh atau sesuatu yang menghalangi dalam perjalanan, maka yang demikian itu tiadalah baik akan padah-nya, konon.

3. Meminang Daripada kerja-kerja merisik diperolehlah sesuatu yang menggembirakan tidak hanya kepada pihak perempuan, tetapi yang terlebih gembira adalah pihak si anak bujang. Maka keluarga si anak bujang itu mengadakan musyawarah dengan kerabat terdekatnya. Di dalam musyawarah dibicarakan berkenaan dengan maksud keluarga untuk menyunting si anak dara. Setelah didapat kata mufakat, maka ditunjuklah seorang orang tua yang sudah berpengalaman dalam hal pinang meminang. Biasanya orang tua itu tidak sendiri, melainkan juga dengan beberapa orang apakah orang-orang tua baik laki-laki mau pun perempuan. Dan biasanya orang-orang itu masih juga terdapat hubungan keluarga atau jiran terdekat. Kemudian setelah semuanya dipersiapkan maka berangkatlah utusan dari pihak lelaki atau si bujang menuju ke rumah si anak dara untuk meminang. Mereka pergi ke rumah pihak perempuan setelah shalat Isya dikarenakan waktunya agak panjang. Kedua orang tua dari pihak laki-laki biasanya atau lazimnya tidak menyertai utusan itu. Ini dikarenakan, kepercayaan telah diberikan sepenuhnya kepada pihak yang mewakili keluarga. Hal lain yang menyebabkan kedua orang tua sang bujang (laki-laki) tidak ikut meminang adalah menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya pinangan ditolak, konon. Itulah sebabnya kedua orang tua dari pihak laki-laki tidak ikut menyertai. Menanti kehadiran pihak laki-laki, pihak perempuan pula mempersiapkan segala sesuatunya. Rumah ditata rapi supaya kelihatan molek dan pandangan berseri. Kemudian rumah pihak perempuan pintunya dibuka, ini pertanda kehadiran dari pihak laki-laki dinantikan dengan senang hati oleh pihak perempuan. Sementara itu dari pihak perempuan pun telah mewakilkan kepada orang tua yang dipercayai menjadi wakil tuan punya rumah. Dalam acara peminangan ini, kedua orang tua pihak perempuan biasanya tidak tampil dihadapan wakil pihak laki-laki.

Hatta, sampailah utusan dari pihak laki-laki yang membawa seperangkat perlengkapan meminang, yaitu : 1. Tepak sirih lengkap dengan isinya, 2. Buah-buahan. 3. Kue-mueh. Kedatangan dari pihak laki-laki disambut dengan baik. Maka tiada berapa lama setelah semuanya hadir, maka upacara peminangan itu pun dimulai dengan ucapan atau alu-aluan dari pihak keluarga laki-laki sambil menyerahkan tepak sirih lengkap dengan isinya yaitu sesusun daun sirih yang diatur telungkup, kapur, gambir, dan pinang sebagai tanda permulaan pertemuan. Sirih yang dibawa untuk disuguhkan pada tetua dan pihak yang mewakili pihak perempuan. Sedangkan bawaan berupa buah-buahan dan kue-mueh dipersembahkan kepada pihak perempuan. Pemberian dilakukan adalah sebagai tanda terjalinnya hubungan persaudaraandi kedua belah pihak.

4. Mengantar Tanda Adapun mengantar tanda setelah batas waktu yang telah ditentukan berdasarkan kepada kesepakatan bersama. Perihal mengantar tanda ini adalah sebagai pernyataan kesungguhan dari pihak keluarga laki-laki untuk mempersunting si anak dara dari keluarga pihak perempuan. Selain itu mengantar tanda berarti bujang dan dara sudahlah terikat menjadi calon suami isteri. Dengan demikian si anak dara tersebut tiada boleh diganggu oleh bujang yang lain. Dalam pengertian yang lain, mengantar tanda juga disebut sebagai acara pertunangan karena dalam acara mengantar tanda ini biasanya yang dibawa adalah sebentuk cincin yang diberikan kepada si anak dara sebagai tanda bahwa ia telah ada yang punya. Lazimnya mengantar tanda ini sudahlah bersefahaman antara kedua belah pihak, apakah itu kepada kelengkapannya, jumlah dan kepada masa yang tepat untuk pengantarannya. Pekerjaan mengantar tanda ini biasanya dilakukan malam hari, sebaik-baiknya adalah setelah shalat Isya. Dan dilakukan oleh wakil yang telah dipercayai oleh pihak keluarga laki-laki. Sebaiknya adalah orang yang menjadi wakil ketika saat meminang tempo hari, tetapi jumlah orangnya lebih banyak jika dibanding pada masa meminang. Galibnya kedua orang tua calon pengantin laki-laki tetaplah tiada diperkenankan mengikut dalam acara ini. Kelengkapan dari mengantar tanda ini bolehlah kita bagi menjadi tiga bagian :

1. Antaran Pokok, yaitu terdiri dari : o Tepak Sirih Lengkap ( Sirih, Kapur, Gambir dan Pinang) o Sebilah Keris o Bunga Rampai o Cincin Belah Rotan yang terbuat dari emas. 2. Antaran Pengiring o Sepersalinan Pakaian Lengkap o Alat-alat Rias o Handuk 3. Antaran Pelengkap o Kue-mueh o Halua (manisan buah-buahan) o Buah-buahan

Ada pun kesemua antaran itu hendaklah pula menjadi kebiasaan adalah disusunkan pada suatu tempat yang disebut pahar atau talam berkaki, adapula yang menyebutnya dengan semberit yang ditutup dengan tudung saji. Pahar ini dikemas atau pun disusun kepada urutan yang sudah ditentukan. Kira-kira bolehlah hendak disusunkan, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Pahar Pahar Pahar Pahar Pahar Pahar Pahar Pahar Pahar Pahar Pahar Pahar Pahar Pahar Pahar Pahar Pahar Pertama, berisikan tepak sirih lengkap dengan isinya. Kedua, berisi keris yang disampul. Ketiga, berisi cincin belah rotan. Keempat, berisi bunga rampai Kelima, berisi kain tenun. Keenam, berisi bahan baju. Ketujuh, berisi selendang atau kerudung. Kedelapan, berisi kasut (sendal). Kesembilan, berisi alat rias. Kesepuluh, berisi handuk. Kesebelas, berisi kue hasidah. Keduabelas, berisi halua (manisan buah-buahan). Ketigabelas, berisi pisang raja. Keempatbelas, berisi limau manis. Kelimabelas, berisi limau bali. Keenambelas, berisi buah kurma. Ketujuhbelas, berisi kismis.

Kemudiannya dari pihak perempuan pun dikehendaki untuk menyiapkan kelengkapannya. Lazimnya kelengkapan itu adalah seperti berikut :

1. 2. 3. 4. 5.

Tepak Sirih lengkap dengan isinya. Sebentuk Cincin Emas. Kue-mueh. Buah-buahan. Hidangan untuk santapan.

Syahdan pada hari yang telah ditentukan, setelah Isya maka rombongan dari pihak laki-laki pun telah sampailah di rumah pihak perempuan. Rombongan itu pun disambutlah dengan baiknya oleh pihak yang menanti atau wakil dari pihak perempuan. Pekerjaan yang sedemikian itu hendak pula diberikan gambaran dengan cara yang sudah-sudah, yaitu : Setelah kesemua orang yang terlibat sudah pun berkumpul, maka kedua wakil itu pun saling duduk berhadapan. Dimulai dengan salam pembuka Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh oleh pihak laki-laki yang kemudiannya juga disambut dengan ucapan Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh oleh wakil pihak perempuan. Maka acara pun dimulai dengan berpantun-pantun. 5. Mengantar Belanja Mengikut adat resam dahulunya ketika mengantar belanja itu biasanya dijalankan terlebih dahulu dan berasingan dengan acara berakad nikah. Tetapi kemudiannya antar belanja itu diperbuat bersamaan dengan acara akad nikah itu. Tetapi dalam seperkara ini tiadalah menjadi sesuatu yang bersalah-salahan. Menurut kepada orang-orang tua semuanya menilik kepada kemampuan seseorang. Ada pun pekerjaan mengantar belanja ini pihak laki-laki hendaklah mengantar belanja akan kelengkapan pada majelis pernikahan yang akan dilaksanakan. Uang belanja itu diperkatakan juga sebagai uang hangus karena uang tersebut sudahlah sepenuhnya menjadi hak kepada pihak perempuan. Tiadalah diperkenankan atau menjadi pantangan kepada pihak laki-laki untuk mengungkit pekerjaan itu di kemudian hari. Memulai acara antar belanja ini, pihak laki-laki mengucapkan assalamualaikum sebagai salam pembuka, yang dijawab kemudian oleh wakil dari pada tuan rumah waalaikum salam, disertai pula dengan pantun. 01. Pihak Perempuan : Merekah kuntum bunge setaman,

Baunye lembut menyegarkan diri, Waalaikum salam Encik dan Tuan, Kami menyambut berputih hati. Baunye lembut menyegarkan diri, Bunge bertindih sele-menyele, Kami menyambut berputih hati, Santaplah sirih sebagai bersaudare. 02. Pihak Laki-laki : Kuntum disulam kain tenunan, Diberi kembang warne cemerlang, Assalamualaikum Tuan dan Puan, Kami datang berhati lapang. Diberi kembang warne cemerlang, Putih berseri rupe gemerlap, Kami datang berhati lapang, Sirih kami pule sile disantap. Pekerjaan kepada berpantun-pantun itu juga memperkatakan jika seandainya ada di antara kedua belah pihak membatalkan kepada pekerjaan yang sudah diperbuat itu. Maka, jika dari pihak laki-laki yang ingkar, semua antarannya dianggap hangus atau hilang. Sedangkan jika dari pihak perempuan pula yang ingkar, maka harus dikehendaki untuk membayar kepada dua kali lipat banyaknya

6. Menjemput Acara mengajak atau menjemput adalah bahagian dari persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan dalam majelis nikah-kawin. Pelaksanaan dalam pekerjaan ini di dalamnya penuh mengandung nilai-nilai kebersamaan antara sesama. Sebelum diadakan acara mengajak atau menjemput terlebih dahulu diadakan musyawarah di rumah calon pengantin perempuan untuk menentukan siapa yang akan diajak dan dijemput. Pekerjaan menjemput ini hendaklah dilakukan secara seksama supaya orang-orang yang pantas diajak tidak tersalah. Disebabkan seperkara ini juga menyangkut kepada penghargaan dan kedudukan seseorang di dalam masyarakat. Sehingga tampaklah pada pekerjaan mengajak dan menjemput ini mempunyai nilai etika dan moral yang tinggi. Untuk mengajak dan menjemput ini dilakukan oleh beberapa pasang suami isteri yang

sudah mempunyai pengalaman. Dan selalunya pula membawa tepak sirih yang lengkap dengan isinya. Keterangan : Di zaman sekarang, pekerjaan mengajak dan menjemput tetap dengan melakukan musyawarah terlebih dahulu antara kedua belah pihak biasanya di rumah calon pengantin perempuan. Tepak sirih yang digunakan telah digantikan dengan secarik undangan.

7. Menggantung Sebelum majelis pernikahan diperbuat, maka dilaksanakan terlebih dahulu kepada pekerjaan menggantung-gantung. Pekerjaan menggantung ini biasanya dilakukan empat atau lima hari sebelum hari pernikahan. Pekerjaan yang dilakukan di rumah calon pengantin perempuan ini adalah berupa persiapan-persiapan. Yaitu membersihkan dan menghias rumah dengan menggunakan bermacam-macam tabir yang digantung dan membuat langit-langit dari kain, mengganti dan memasang lansi tingkap, memasang dan menghias tempat tidur baru yang lengkap untuk pengantin baru, dan hal-hal lainnya yang diperlukan untuk menghadapi majelis pernikahan tersebut, termasuklah membuat dapur dan bangsal, membuat peterakne atau peti ratna / peti rakna yaitu tempat pengantin duduk bersanding, dan membuat pelaminan tempat tidur pengantin. Acara menggantung biasanya didahului dengan tepung tawar dan kenduri kecil atau doa selamat supaya semua kerja yang dilakukan akan mendapat berkah dari Allah SWT. Yang ditepung-tawari ialah tempat disekitar pelaminan. Peterakne adalah sebuah bangku atau terap tempat duduk pengantin. Kelengkapan dari peterakne yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. bantal gaduk, bantal sesuari, bantal seraga, tabir, bertekad (yang terdiri atas kelingkan/geng-geng, benang emas dan perak, paku-paku, mutu, dan perade.

Pelaminan adalah tempat tidur pengantin yang bertingkat-tingkat, ada yang bertingkat tiga, tingkat lima, dan tingkat tujuh sesuai dengan status sosial orang tua pengantin. Tingkat teratas digunakan untuk tempat tidur, sedangkan tingkat lainnya

berupa anak tangga yang dihiasi oleh tabir-tabir, seperti tabir gulung, tabir gantung, dan tabir pukang ayam. Latar belakang pelaminan disusun dengan tabir yang berwarna-warni, diatasnya disusun tilam atau kasur yang dilengkapi dengan sebuah bantal gaduk, dua buah bantal perade, dua buah bantal sesuari, dua buah bantal telur buaya (bantal kepala), dan dua buah bantal peluk (bantal guling). Setiap bantal ditutupi dengan kain beludru yang dihiasi dengan benang-benang emas dan perak yang disebut tampuk bantal. Pada waktu acara menggantung-gantung inipun dipersiapkan perlengkapan alat nikah seperti : 1. Tabir gantung yang berwarna-warni dengan warna khas Melayu yaitu kuning, merah, hijau dan biru. 2. Peralatan untuk acara bertepung tawar. 3. Tikar nikah. 4. Kaki dian tempat lilin. 5. Nasi besar. 6. Bunga rampai. 7. Sirih lelat. 8. Pakaian pengantin. 9. Peralatan perjamuan atau hidangan.

Tugas menghias rumah dan seluruh peralatan pernikahan dilakukan oleh Mak Andam dan Mak Inang serta pembantu-pembantunya. Selama dalam menggantung para kerabat dan tetangga dekat datang membantu dengan membawa lauk pauk seperti ikan, ayam, sayur, kayu api, gula, teh, kopi, nyiur, beras dan lain sebagainya. Tentulah berdasarkan kepada kemampuannya yang dimiliki oleh masing-masing. Biasanya pada acara ini dilakukan kegiatan menggiling rempah-rempah seperti lada, kunit/kunyit, halia, ketumbar, dan lain-lainnya. Adapun yang bertugas di dapur disebut sebagai penanggah. Untuk kaum lelaki bertugas membelah kayu, mengupas niur, dan memasak nasi. Sedangkan kaum perempuan membuat kueh-mueh sebagai pembasuh mulut. Suasana kerja di dapur semakin semarak dengan dimeriahkan oleh permainan musik, tari dan nyanyian. Kesenian tersebut dimainkan sebagai hiburan untuk para penanggah. Kesenian yang ditampilkan pada saat menjelang pesta pernikahan itu adalah kesenian yang bernafaskan Islam seperti kompang, hadrah, berzanji dan tari zapin. Sedangkan untuk tari zapin ini biasanya hanya ditarikan oleh kaum lelaki saja.

10

Selama pertunjukan tari zapin ini, para pemusik dan penari disuguhkan makanan berupa air kopi atau teh dan kueh-mueh. Biasanya kueh-mueh dihidangkan sekitar pukul 9 malam, sedangkan pada pukul 11 malam pula dihidangkan bubur manis seperti bubur kacang hijau, kolak pisang, kolak ubi jalar, kolak labu atau yang lain-lainnya. Kononnya pula pada sekitar pukul 3 pagi, pemusik dan penari itu disuguhkan bubur nasi dengan lauknya, lobak asin. Makanan ini disebut dengan bubur pedas atau bubur berlauk. Sedangkan kesenian lainnya seperti hadrah atau kompang ditampilkan sehari atau dua hari menjelang acara berkhatam Quran dan berinai. Semua pekerjaan ini dilakukan oleh kaum lelaki.

8. Berandam Berandam (ber-andam) adalah suatu kegiatan yang dilakukan kepada kedua calon pengantin sehari sebelum menikah. Kegiatan berandam ini dapat pula dikatakan bergunting rambut kecil, yaitu mencukur atau merapikan bulu roma pada bagian dahi, pelipis, alis, tengkuk, bulu tangan dan bagian kaki. Berdasarkan kepada pandangan yang dimiliki masyarakat Melayu, bahwa keindahan pada diri seseorang tidak saja terletak pada yang ternampak di luarnya saja, melainkan keindahan itu terdapat di dalam tubuh dan jiwa seseorang itu. Pandangan dan pendapat yang sedemikian itulah agaknya yang melatar-belakangi kepada pekerjaan berandam ini dalam adat istiadat perkawinan Melayu di Kepulauan Riau. Pekerjaan tersebut dilaksanakan dalam bentuk upacara yang khas. Dan orang yang paling bertanggung jawab dalam pekerjaan ini adalah Mak Andam yang dibantu oleh beberapa orang. Mak Andam adalah tukang rias sekaligus pelindung kedua calon pengantin dari berbagai gangguan penyakit dan gangguan yang datang secara gaib. Pekerjaan mengandam ini selain bertujuan untuk mempercantik calon pengantin perempuan dan membuat kacaknya calon pengantin lelaki, juga mempunyai keterkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kepada kedua calon pengantin sebelum dan pada saat bersanding nantinya. Sebagaimana telah digambarkan, bahwa Mak Andam mempunyai peranan yang penting berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan berandam. Melalui pekerjaan ini dipercayai bahwa Mak Andam dapat membuat wajah kedua calon pengantin jauh lebih berseri bila dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Upacara berandam lebih ditekankan pada kehikmatan dan memerlukan ketenangan. Oleh sebab itu, bagi yang tiada berkepentingan, tiada diperkenankan berada di

11

kamar calon pengantin perempuan yang akan berandam, selain Mak Andam dan pembantunya. Selain itu biasanya yang diperkenankan berada di bilik itu adalah Emak dan saudara-saudaranya yang ikut membantu pada pekerjaan upacara berandam itu. Setelah masuk ke dalam bilik calon pengantin perempuan, Mak Andam menengok ke kiri dan ke kanan, lalu menyuruh kepada pembantunya untuk mengambil bara api. Kemudian calon pengantin perempuan disuruh duduk di hadapannya. Mak Andam memberi setanggi atau kemenyan di tempat bara api, lalu menyalakan lilin dan memeriksa beberapa kelengkapan seperti : 1. Alas tempat duduk calon pengantin; biasanya berupa lipatan kain songket atau kain pelikat; 2. Kain putih untuk selimut tubuh calon pengantin; 3. Pisau cukur; 4. Sepasang lilin sebagai simbol penerang hati; 5. Selingkar benang putih (benang tukal) yang digantungkan di leher calon pengantin sebagai lambang kesucian; 6. Kelapa separuh tua yang dibuang kulit luar dan dibentuk seperti kerucut sebagai lambang kesuburan.

Apabila semua perlengkapan sudah cukup, kemudian Mak Andam membentangkan kain putih di pundak dan paha calon pengantin perempuan. Selanjutnya Mak Andam memanjatkan doa ke hadhirat Allah SWT semoga merestui semua yang dihajatkan. Mak Andam menepuk tepung tawar pada calon pengantin dengan peralatan yang telah tersedia. Sesudah selesai menepuk tepung tawar, Mak Andam mengambil cukur, tangan kanan dan tangan kirinya memegang kepala calon pengantin, kemudian mulutnya komat-kamit membaca mantra. Usai pembacaan mantra, Mak Andam mengambil pisau cukur. Rambut di dahi, bulu roma tangan dan kaki dan pipi pengantin dicukur. Begitu juga alis matanya dibentuk sekaligus dirapikan. Setelah ke semua itu selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan kegiatan berdoa bersama di kamar calon pengantin perempuan. Pemimpin doa Mak Andam dan diikuti oleh kedua orang yang diperkenankan berada di kamar tersebut. Kegiatan ini merupakan tahap akhir pelaksanaan upacara berandam. Mak Anda dan pembantunya keluar dari kamar upacara, diajak oleh Emak atau ibu calon pengantin untuk menyantap kue yang telah disediakan. 9. Berinai Sesudah upacara berandam, kegiatan berikutnya dilakukan oleh kedua calon pengantin adalah berinai. Pada masyarakat Melayu, tanda-tanda orang menjadi pengantin baru, jari tangan dan kaki, telapak tangan dan kakinya diberi inai sehingga

12

kelihatan kuning kemarah-merahan. Jadi pada masyarakat Melayu, tidak boleh sembarangan menggunakan inai. Sebab berinai memberi isyarat dan pelambangan bercorak tertentu. Pemasangan inai pada calon pengantin juga dilakukan oleh Mak Andam. Kegiatan ini berbeda suasananya dengan kegiatan berandam. Menginai calon pengantin dalam suasana santai dan diwarnai kemeriahan. Khalayak ramai terutama sahabat calon pengantin diperkenankan menyaksikannya. Lain halnya dengan kegiatan berandam, orang yang menyaksikan terbatas jumlahnya. Berinai dilakukan pada malam hari, di rumah kediaman calon pengantin laki-laki maupun perempuan. Dilaksanakan malam hari menurut kepercayaan masyarakat Melayu adalah lebih baik, karena warna inai akan lebih merah, sebaliknya apabila dilakukan pada siang hari warnanya akan memudar. Selain itu mengenakan inai tidak boleh mendengar ayam berkokok. Oleh sebab itulah, kegiatan dilakukan pada malam sebelum jadwal ayam berkokok menunjukkan waktu. Telah disampaikan di atas, bahwa malam berinai adalah malam suka cita. Suasana pada malam itu lebih meriah, karena rumah calon pengantin perempuan banyak yang datang untuk melihat persiapan terakhir, sebab tinggal 1 hari lagi akan diadakan hari pernikahan. Biasanya sahabat-sahabat yang datang berkumpul di bilik pengantin untuk melihat keindahan bilik pengantin sekaligus menggoda calon pengantin perempuan. Persiapan untuk berinai antara lain tilam yang sudah dihias, daun inai yang sudah dihaluskan, dan kain tambal atau sobekan kain untuk membungkus inai di jari. Keadaan calon pengantin perempuan pada saat akan diberi inai berbaring telentang dengan tangan diangkat agar daun inai yang sudah dihaluskan tidak mengotori tempat yang lainnya. Pada saat melakukan kegiatan ini, Mak Andam menuturkan beberapa buah pantun.

Sayang cik Dollah meracik punai, Punai diracik di pohon belimbing, Dengan bismillah ku lepekkan inai, Inai di lepek di jari kelingking. Sayang cik Dollah meracik punai, Punai diracik di pohon senduduk, Dengan bismillah ku lepekkan inai, Inai dilepek di jari telunjuk.

13

Sayang cik Dollah meracik punai, Punai diracik si limau manis, Dengan bismillah ku lepekkan inai, Inai dilepek di jari manis. Sayang cik Dollah meracik punai, Punai diracik oleh Pak Ngah, Dengan bismillah ku lepekkan inai, Inai dilepek di jari tengah. Sayang cik Dollah meracik punai, Punai diracik limau kesturi, Dengan bismillah ku lepekkan inai, Inai dilepek di ibu jari. Sayang cik Dollah meracik punai, Punai diracik di tengah halaman, Dengan bismillah ku lepekkan inai, Inai dilepek di jari telapak tangan.
Setelah pemasangan inai, Mak Andam membiarkan calon pengantin perempuan bersama teman-temannya di bilik pengantin malam itu. Inai yang sudah dipasang sebaiknya dibuka pagi hari, agar warnyanya bagus. Hal ini dilakukan oleh pembantu Mak Andam atau pengasuh pengantin perempuan. Selesai pemasangan inai pada calon pengantin perempuan, Mak Andam dan pembantunya pergi ke rumah pengantin laki-laki. Pengantin ini berinai, berbeda suasananya bila dibandingkan dengan rumah calon istrinya. Di rumah calon pengantin laki-laki, tidak semeriah di rumah calon istrinya. Ini terjadi, karena keramaian lebih terkonsentrasi di rumah calon pengantin perempuan.

11. Akad Nikah Acara akad nikah merupakan puncak dari segala rangkaian upacara perkawinan. Sah atau tidaknya perkawinan ditentukan oleh akad nikah, sedangkan acara lainnya hanya sebagai pelengkap yang diatur oleh adat istiadat. Acara akad nikah adalah untuk mengesahkan perkawinan baik menurut agama maupun adat. Sedangkan acara akad nikah lazimnya dilaksanakan di rumah calon pengantin perempuan pada malam hari. Tetapi pada masa sekarang, acara akad nikah sering dilaksanakan pagi hari sejalan dengan hari persandingan atau hari pesta perkawinan. Oleh masyarakat Melayu Riau, acara akad nikah lazim juga disebut dengan acara turun nikah. Disebut demikian,

14

karena calon pengantin laki-laki turun dari rumahnya untuk menikah ke rumah calon pengantin perempuan. Sebelum berangkat ke rumah calon pengantin perempuan, di rumah calon pengantin laki-laki diadakan acara kenduri yang dihadiri oleh keluarga dan tetangga terdekat saja. Kenduri ini sebagai doa selamat supaya Allah SWT memberikan keselamatan atas calon pengantin dan keluarganya. Disamping itu juga sebagai doa restu orang tua beserta seluruh keluarga, handai taulan terhadap calon pengantin laki-laki supaya acara akad nikah berjalan dengan lancar. Setelah pembacaan doa selesai, dilanjutkan dengan makan bersama berupa makanan ringan yang dalam bahasa Melayu Riau disebut pengalas perut atau pengganjal perut. Sajian ini berupa : roti jala, roti perata atau roti canai yang kesemuanya ini dinamakan dengan lauk masak kari ayam, daging kambing, udang atau ikan. Selain itu sebagai pencuci mulut yaitu sejenis makanan yang dimakan setelah makan makanan yang pedas seperti : buah-buahan, kue-mue manis. Buah-buahan yang menjadi pencuci mulut antara lain pisang dan semangka, pencuci mulut berupa kue-mue manis seperti anta-kesuma (hantu kesuma), dodol, kole-kole, dan wajik. Apabila para utusan atau penyongsong menyatakan siap, maka calon pengantin lakilaki melakukan sembah kepada kedua orang ibu bapaknya untuk minta ampun atas segala dosanya serta minta doa restu kepada seluruh kerabatnya. Selanjutnya orang tua calon pengantin laki-laki menyerahkan anaknya kepada orang kepercayaannya sebagai wakilnya yang akan memimpin serta mengantarkan ke rumah calon pengantin perempuan untuk dinikahkan. Keberangkatan calon pengantin laki-laki menuju rumah menuju rumah calon pengantin perempuan ditandai dengan shalawat nabi dengan membawa sirih nikah, bunga rampai, mas kawin (mahar) dan barang-barang serba satu serta lengkap dengan kapur sirih, gambir, pinang dan tembakau. Posisi sirih disusun telungkup. Sedangkan serba satu adalah berupa seperangkat pakaian seperti baju, kain (sarung), dan sandal. Di rumah calon pengantin perempuan, calon pengantin laki-laki disambut dengan bunyi-bunyian kompang dan ditabur dengan beras kunyit sebelum masuk rumah, tepatnya di muka pintu rumah. Bunyi-bunyian kompang ini berfungsi sebagai penghibur kedua calon pengantin serta para undangan. Sedangkan tabur beras kunyit fungsinya sebagai doa restu. Selanjutnya calon pengantin laki-laki didudukkan di atas tikar nikah dengan gadinggading pengiringnya yang duduk di sebelah kiri dan kanan. Tikar nikah terbuat dari lapisan kain plekat dan dibungkus dengan kain songket atau kain-kain yang bercorak

15

gemerlap. Setelah calon pengantin laki-laki duduk dengan tenang, acara pernikahan dimulai dengan dengan penyerahan calon pengantin laki-laki kepada keluarga calon pengantin perempuan untuk dinikahkan. Sementara itu, calon pengantin perempuan berada dalam bilik pengantin. Serah terima ini dimulai dengan ucapan salam dari ketua rombongan kedua belah pihak dengan berpantun-pantun. selesai pengucapan ijab-kabul atau akad nikah, maka wali hakim menanyakan keabsahan akad nikah kepada kedua orang saksi. Pengucapan tersebut biasanya sampai berulang kali dan paling sedikitnya dua kali walaupun pengucapan yang pertama sudah benar. Jika kedua saksi menyatakan bahwa akad nikah adalah sy Acara akad nikah diakhiri dengan makan bersama dalam bentuk makan berhidang atau makan sebekas. Yang dimaksud dengan sebekas adalah hidangan makan untuk lima orang dengan ketentuan bahwa setiap piring lauk berisikan potong ah, maka syah-lah kedua calon pengantin menjadi pengantin, dan maka akad nikah selesai dan dilanjutkan dengan pembacaan doa serta penyampaian khutbah nikah yang berisi nasehat-nasehat perkawinan. lauk, seperti enam potong daging, enam potong ikan dan lain-lainnya, kecuali sayurmayur. Cara menghidang makan berhidang ini, dimulai dengan pemasangan kain panjang berwarna putih di atas tikar. Kemudian diletakkan 5 buah piring nasi yang di atasnya ada sebuah mangkok untuk tempat mencuci tangan berisi air putih dan ditutup dengan piring nasi yang disebut pinggan. Sedangkan mangkok pencuci tangan diletakkan di atas piring beralaskan kain (handuk kecil) sebagai lap tangan. Setelah itu diletakkan pula di antara setiap lima orang itu, lima buah gelas berisi air minum tawar, dan lima buah gelas berisikan air minum manis (teh atau kopi). Terakhir barulah dihidangkan lauk-pauk yang biasanya tersiri atas lima macam atau paling sedikit tiga macam di atas sebuah talam (baki atau nampan). Apabila lauk-pauknya hanya empat piring, maka dilengkapi dengan satu piring kue di dalam talam. Konon, isi talam haruslah ganjil. Sedangkan mangkok nasi yang berisikan nasi putih dihidangkan bersamaan dengan menghidangkan piring nasi. Setelah acara selesai, maka selesailah pula serangkaian acara akad-nikah tersebut, kemudian akan memasuki acara berikutnya yang disebut dengan Tepuk Tepung Tawar.

12. Tepuk Tepung Tawar

16

Dalam rangkaian upacara perkawinan adat Melayu Kepulauan Riau, sesudah acara akad nikah dilanjutkan pula dengan Tepuk Tepung Tawar. Acara ini adalah menepuk dengan beras kunyit dan bertih (padi yang disangrai), yang dilanjutkan dengan mencecah inai di telapak tangan pengantin. Dalam acara ini juga senantiasa diiringi dengan pantun-pantun oleh si pembawa acara . Kepada orang-orang yang telah memberikan tepuk tepung tawar biasanya diberikan sebuah bunga telur oleh Mak Andam sebagai ucapan terima kasih. Bunga telur adalah bunga yang dibuat dari kertas, diikat pada lidi atau bambu kecil dan ditancapkan pada pulut kuning yang dibungkus dengan daun pisang. Bagian ujung dari lidi atau bambu kecil yang diraut itu, diikat dengan telur merah yang sudah dirajut dengan benang. Tetapi kepada masa sekarang pekerjaan seperti itu telah diubah suai dengan bentuk yang beraneka ragam, sesuai dengan kemajuan zaman. Orang-orang yang memberikan tepuk tepung tawar adalah undangan ataupun jemputan dari kalangan orang yang terpandang, seperti tokoh adat, tokoh pemerintahan, orang-orang tua kerabat yang datang dari jauh kemudian diakhiri dengan pembacaan doa oleh seorang ulama. Tepuk tepung tawar berguna sebagai doa supaya kedua pengantin meruah rezekinya, ikhlas dalam berbuat, memperoleh kedamaian, ketentraman hati dalam hidup berumah tangga dan bermasyarakat. Adapun makna dari tepung tawar adalah : 1. Beras kunyit atau beras kuning. Warna kuning melambangkan raja, kebesaran, keagungan dan kebesaran Melayu Riau. 2. Beras putih atau beras basuh. Warna putih lambang kesucian, kebersihan, dengan bermakna bahwa melaksanakan segala sesuatunya haruslah mendapatkan tuah. 3. Bertih adalah beras yang digoreng tanpa minyak. Warna putih kecoklatan melambangkan pengembangan, kemekaran dengan kesuburan yang membawa kemakmuran. 4. Daun Setawar melambangkan penawar yaitu obat segala yang berbisa. 5. Daun Sedingin melambangkan kedamaian dan ketentraman hati. 6. Air harum-haruman (air mawar) melambangkan kebahagiaan (harmonis) di dalam keluarga dan nama baik. 7. Daun-daunan yang diikat menjadi satu sebagai perenjis melambangkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan, kerukunan dan kedamaian rumah tangga dan bermasyarakat.

17

Adapun perlengkapan dan bahan-bahan tepuk tepung tawar terdiri atas : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pahar atau talam berkaki yang kecil. Sangku yaitu mangkuk tembaga yang kecil tempat beras kunyit. Beras basuh. Tepung beras dan beras bertih. Tempat inai giling. Air yang telah dicampur dengan tepung beras dan dibubuhi dengan harumharuman (bunga mawar). 7. Alat perenjis untuk menepuk yang terdiri dari daun setawar, daun sedingin, daun ganda rasa, daun hati-hati, daun sipulih, daun samban, daun juang, dan akar ribu-ribu. Semua daun-daun tersebut disusun dengan rapi dan diikat dengan salah satu daun.

Apabila selesai acara Tepuk Tepung Tawar, pengantin laki-laki bersama rombongannya meminta izin kepada tuan rumah untuk kembali ke rumahnya, dan menyatakan akan datang lagi membawanya untuk disatukan pada acara bersatu atau bersanding. Kepulangan pengantin lelaki dibekali oleh keluarga pengantin perempuan dengan tepak sirih, bunga rampai dan kue-mue yang merupakan bukti bahwa pengantin lelaki telah sampai ke rumah pengantin perempuan. Selama waktu sebelum acara persandingan dilakukan, segala persiapan makanan dan minuman untuk pengantin lelaki diantarkan oleh keluarga pengantin perempuan. Makanan tersebut diantar dengan perlengkapan berupa piring makan, piring lauk, mangkok nasi, piring kue, kesemuanya diletakkan di atas sebuah pahar dan ditutupi dengan tudung hidang. Tudung hidang adalah tudung saji yang terbuat dari daun pandan dan di atasnya terdapat jahitan kain-kain perca.

_ SELESAYY_

18

D I S U S U N OLEH :

19

You might also like