You are on page 1of 5

Kumpulan Artikel - Tips

Artikel - Informasi - Jurnal - Pengetahuan - Tulisan

25 November 2008
Membuat Kompos Dari Sampah Rumah Tangga
Sampah Rumah Tangga terdiri dari sampah organik dan anorganik. Sampah organik dibagi dua yaitu : 1. Sampah Organik Hijau (sisa sayur mayur dari dapur) Contohnya : tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh siam, ubi, singkong, kulit buahbuahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka, ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dan sampah dari kebum (rumput, daun-daun kering/basah) . 2. Sampah Organik Hewan yang dimakan seperti ikan, udang, ayam, daging, telur dan sejenisnya. Sampah anorganik yaitu berupa bahan-bahan seperti kertas, karton, besek, kaleng, bermacam-macam jenis plastik, styrofoam, dll. Sampah organik hijau dipisahkan dari sampah organik hewan agar kedua bahan ini bisa diproses tersendiri untuk dijadikan kompos. Sedangkan sampah anorganik berupa plastik dikurangi pemakaiannya, memakai ulang barang-barang yang diperlukan, didaur ulang, yang masih bersih dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung. Sampah anorganik yang dapat didaur ulang misalnya : - kemasan-kemasan plastik untuk dijadikan tas. - Botol plastik bekas dapat dibuat menjadi tutup gelas. - Gelas plastik bekas dapat dibuat pot-pot tanaman Sampah yang bersih dapat dijual/diberikan pada pemulung. Misalnya karton, kardus, styrofoam, besek, botol, plastik-plastik kemasan makanan, kantong-kantong plastik, koran, majalah, kertas-kertas, dan sebagainya. Jenis-jenis yang bersih ini pisahkan dalam satu kantong, langsung saja diberikan pada pemulung tanpa dibuang ke bak sampah terlebih dahulu.

Sampah yang benar-benar kotor dan kita tidak bisa mendaur ulang, tidak layak diberikan pada pemulung. Inilah yang dibuang dalam bak sampah. Dengan demikian kita dapat membantu mengurangi volume sampah yang dibuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Mendaur Ulang Sampah Dapur Rumah Tangga Alternatif 1 : Siapkan : 1. Kardus 2. Bantalan yang dibuat dari sabut kelapa yang dibungkus dengan kasa nyamuk plastik 3. 5-6 kg kompos yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan 4. Sampah yang telah dipotong-potong ukuran 2 - -4 cm 5. Alat pengaduk 6. Karung plastik yang berpori-pori (untuk membungkus kardus) atau keranjang tempat cucian baju kotor (takakura). Cara membuat : 1. Letakkan bantalan sabut kelapa diatas adukan kompos + sampah 2. Lakukan lapis demi lapis sampai kardus penuh. Kardus disimpan di dalam keranjang (takakura) atau bungkus dengan karung plastik yang berpori. Letakkan ditempat yang tidak terkena hujan dan terik matahari. Setiap 3-4 hari dibuka dan diaduk-aduk, lakukan terus sampai seluruh sampah menjadi hitam, hancur. 3. Sampah telah berubah menjadi kompos siap pakai/dijual. (untuk dijual, diayak terlebih dahulu). Jika kardus pertama penuh, buatlah kardus kedua, dst. Alternatif 2 : 1. 2. 3. 4. Wadah drum, ember plastik atau gentong Wadah diberi lubang didasarnya untuk pertukaran udara Bahan sampah yang dipotong 2 4 cm Mikroorganisma pengurai sebagai aktivator. Contohnya EM-4, Starbio, Temban. Bahan-bahan ini bisa diganti dengan kompos dari tumbuh-tumbuhan. 5. Air 6. Alat pengaduk. Cara membuat :

1. Bahan sampah dimasukkan didalam wadah selapis, kemudian ditambahkan kompos atau mikroorganisma pengurai 2. Lakukan terus menerus selapis demi selapis sampai wadah penuh 3. Disiram dengan air secara merata 4. Pada hari ke 5 -7, media dapat diaduk-aduk. Pengadukan diulang setiap lima hari dan dihentikan sampai sampah menjadi hitam dan hancur. 5. Sampah telah berubah menjadi kompos. Catatan : Pengaturan suhu merupakan faktor penting dalam pengomposan. Salah satu faktor yang sangat menentukan suhu adalah tingginya tumpukan. Tumpukan lahan yang terlalu rendah akan berakibat cepatnya kehilangan panas. Ini disebabkan tidak adanya cukup material untuk menahan panas yang dilepaskan sehingga mikroorganisma tidak akan berkembang secara wajar. Sebaliknya bila timbunan terlalu tinggi, akan terjadi kepadatan bahan organic yang diakibatkan oleh berat bahan sehingga suhu menjadi sangat tinggi dan tidak ada udara di dalam timbunan. Tinggi timbunan yang memenuhi syarat adalah 1,2 2,0 meter dan suhu ideal selama proses pengomposan adalah 40 derajat-50 derajat C. Untuk mempercepat terjadinya proses pengomposan, maka pH timbunan harus diusahakan tidak terlalu rendah. Namun, pH timbunan yang rendah dapat dicegah dengan pemberian kapur, abu dapur atau abu kayu. Bahan mentah yang baik untuk penguraian atau perombakan berkadar air 50 70 %. Bahan dari hijauan biasanya tidak memerlukan tambahan air, sedangkan cabang tanaman yang kering atau rumputrumputan harus diberi air saat dilakukan penimbunan. Kelembaban timbunan secara menyeluruh diusahakan sekitar 40 60 %. Pada saat pengomposan akan timbul asap dari panas yang dikeluarkan. Hal ini akan mengakibatkan timbunan bahan menjadi kering. Agar hal ini dapat diketahui sedini mungkin, ke dalam timbunan perlu ditancapkan bambu panjang.

PUPUK ORGANIK Memasak merupakan kebiasaan sehari-hari yang sering dilakukan oleh para ibu rumah tangga dalam membuat hidangan lezat yang disajikan bagi penghuni rumah. Sampah yang dihasil dari kemasan-kemasan bumbu yang diracik instant ataupun potonganpotongan sayuran yang tidak ikut dimasak sebenarnya masih bisa dimanfaatkan menjadi pupuk non-organik (merupakan pupuk yang terbuat dari campuran bahan-bahan kimia, apabila tanaman diberi pupuk non organik tanaman akan lebih tahan terhadap serangan hama dan dapat mempercepat dalam pertumbuhan tanaman tersebut, sayangnya tanaman yang diberi pupuk non-organik tidak bisa dikonsumsi untuk manusia, karena zat kimia yang telah dikonsumsi akan terkumpul dan mengendap didalam tubuh manusia dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dalam jangka waktu lama. Zat kimia tersebut juga secara tidak langsung akan merusak zat hara dalam tanah serta dapat mengakibatkan kerusakan pada ekosistem alam) dan organik (terbuat dari bahan-bahan alami seperti limbah sayuran dan buah-buahan, selain terbuat dari bahan alami pupuk organik juga akan memberikan keuntungan tersendiri, seperti berkurangnya sampah-sampah rumah tangga, dan menghindari munculnya bau tak sedap yang dihasilkan oleh sampah-sampah organik yang dibuang begitu saja). Dibawah ini adalah cara membuat pupuk kompos dari bahan-bahan organik, untuk membuatnya sebenarnya cukup sederhana, mari kita ikut langkah-langkahnya. 1. Sediakan wadah yang sudah tidak terpakai lagi, berdiameter 10 cm, lubangi bagian bawahnya untuk saluran cairan coklat (lindi) hasil dari pengomposan. 2. Dasar wadah itu diberi pasir. 3. Letakkan sisa-sisa sayuran atau buah-buahan diatas pasir. 4. Tunggu dua atau tiga hari sampai tercium bau masam dari wadah sisa-sisa sayuran atau buah-buahan tersebut, lalu ditaburi kapur (dolomide) untuk menambah unsur hara dari hasil pengomposan. 5. Berikan air secukupnya, kemudian tambahkan tanah gembur untuk menutupi bau yang timbul. 6. Untuk lapisan berikutnya dapat kita tambahkan dengan air lagi secukupnya, ditambahkan pasir, sisa-sisa sayuran atau buah-buahan, dan tanah gembur (pembuatan pupuk kompos dilakukan secara berlapis-lapis). 7. Untuk wadah yang berdiameter 10 cm, bahan-bahan yang telah tercampur dan dimasukan kedalam wadah tersebut tidak perlu diaduk, tetapi untuk wadah yang berukuran besar sebaiknya diaduk sampai merata. 8. Waktu yang diperlukan untuk menjadi pupuk kompos kurang lebih membutuhkan waktu satu setengah bulan. Tanda-tanda pengomposan sudah selesai dilakukan bisa kita lihat dari campuran dari bahan-bahan tersebut menjadi hitam dan tidak tercium bau.

9. Selain sisa-sisa sayuran dan buah-buahan, daun tanaman yang kering bisa dikomposkan juga. Caranya, daun kering diremas-remas sampai hancur, kemudian masukkan ke dalam wadah plastik, berikan air secukupnya. Dalam jangka waktu satu setengah bulan, daun kering tersebut sudah selesai dijadikan pupuk kompos.

You might also like