You are on page 1of 6

UMMU HANIFAH KIMIA 3B

Percobaan X EKSTRAKSI UNSUR DENGAN CARA REDUKSI


I. TUJUAN Mengetahui cara ekstraksi unsure logam dari oksida menggunakan karbon atau senyawa karbon sebagai pereduksi. II. TEORI Secara termodinamika reaksi berlangsung spontan bila nilai perubahan energy bebas Gibs ( G ) negative. Nilai Gibs dihitung dengan menggunakan rumus :

G = [ G(C, Oksida C)] [ G(logam,oksida logam)]

Harga G dipengaruhi oleh suhu sesuai dengan rumus : G = RT ln K

Sehingga agar G negative maka harga G(logam,oksida logam) harus selalu lebih besar dari G(C, oksida C). Teori ini sudah disederhanakan dalam bentuk diagram yang disebut diagram Ellingham. Suhu minimal agar reaksi redoks berlangsung spontan adalah dimana terjadi perpotongan grafik antara C, oksida C dengan logam, oksida logam : (C, COx) dengan ( M, MOy). 1). M(s) + O2 (g) 2). C (s) + O2 (g) 3). C(s) + O2 4). CO(g) + O2 CO (g) CO2 (g) MO(s) CO2 (g)

Sifat Kemagnetan Sifat Kemagnetan dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Sifat Paramagnetik Zat mempunyai sifat paramagnetik bila unsur atau senyawa unsur tersebut tertarik oleh medan magnet.

UMMU HANIFAH KIMIA 3B


Sifat paramagnet terjadi bila didalam atom unsur tersebut terdapat elektron yang belum berpasangan. Semakin banyak elektron yang belum berpasangan, maka semakin kuat sifat paramagnetik 2. Sifat Diamagnetik Unsur dikatakan mempunyai sifat Diamagnetik bila unsur atau senyawa unsur tersebut ditolak oleh medan magnet. Sifat ini terjadi bila didalam atom unsur tersebut elektronya berpasngan semua. Contohnya adalah unsur Zn.

III.

ALAT DAN BAHAN 1. Alat : i. Magnet ii. Cawan porselin iii. Furnace 2. Bahan : i. CuO ii. C (arang)

IV.

CARA KERJA

magnet ke serbuk C

amati apakah dapat ditarik magnet?

UMMU HANIFAH KIMIA 3B

V.

HASIL PENGAMATAN Sebelum di tanur serbuk CuO menempel pada magnet dan serbuk karbon hanya sedikit saja yang menempel pada magnet. Setelah di furnace pada suhu 250 0 CuO = 5 g C=5g Cawan kosong = 22,65 g Cawan + CuO + C = 32,67 g Setelah di furnace serbuk CuO maupun C tidak menempel pada magnet.

VI.

PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini adalah ekstrasi unsur logam dengan cara reduksi menggunakan CuO dan C. Percobaan ini mengetahui sifat magnetik dari CuO dengan C. CuO bersumber dari sulfida yang telah mengalami proses pemijaran yang menghasilkan CuO. Cu hanya sedikit berada dalam keadaan oksida yang terdapat di alam. Cu yang berada dalam keadaan sulfida akan di ekstrasi agar berubah menjadi oksida, kemudian direduksi dengan C dan CO dan hidrogen atau sulfat untuk proses elektrolitik.

UMMU HANIFAH KIMIA 3B


Proses reduksi terbagi menjadi 2 jenis reduksi senyawa logam, yaitu reduksi kimia dan reduksi elektrolitik. Kita ketahui bahwa kereaktifan logam menentukan sekali di dalam memilih metode yang akan digunakan. Senyawa-senyawa dari logam dengan kereaktifan rendah kebanyakan mudah direduksi. Sebaliknya senyawa-senyawa dari logam sangat reaktif sukar direduksi. Ektraksi logam pada zaman dahulu dimulai dengan menggunakan bara arang sebagai reduktornya. Karbon dan karbon monoksida (CO), mempunyai kemampuan mereduksi beberapa oksida logam menjadi logam. Misalnya : 2 CuO(s) + C(s) CuO(s) + CO(g) 4 CuO(s) + CH4(g) 2 Cu(l) + CO2(g) 2 Cu(l) + CO2(g) 4 Cu(l) + 2 H2O(g) + CO2(g)

Namun perlu diingat tidak semua senyawa logam dapat direduksi oleh C atau CH4. Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali Cu2O yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+ berwarna biru. Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam). Tembaga oksida CuO merupakan kristal hitam yang diperolehmelalui pirolisis dari garam nitrat atau garam-garam okso yang lain. CuO terdekomposisi p a d a s u h u d i a t a s 8 0 0 0 C m e n j a d i C u 2O . Campuran antara CuO dengan C dan kemudian dipijarkan dengan suhu 250 0 C akan membuat CuO atau ( tembaga oksida ) menjadi logam Cu. Karena ada senyawa pereduksi yaitu C dan CO. Dan logam Cu memiliki tidak memiliki sifat maganetik.

Sifat paramagnetik adalah sifat yang apabila ditarik oleh magnet hanya sedikit yang tertarik. Atau sifat magnetiknya lemah. Sedangkan sifat diamagnetik adalah sifat yang apabila ditarik oleh magnet maka akan terjadi tolak menolak satu sama lain. Dan

UMMU HANIFAH KIMIA 3B


sifat bukan magnetik adalah apabila ditarik oleh magnet maka tidak akan terjadi apapun seperti logam Cu. Campuran CuO dan C yang telah dipijarkan akan mengubah CuO menjadi Cu. Yang mengubah sifat magnetik dari sifat Paramagnetik menjadi sifat non magnetik.

VII.

PERTANYAAN 1. Jelaskan apakah C dan CuO bersifat paramagnetic, berikan alas an anda. 2. Logam apa yang tertarik pada magnet pada percobaan ini 3. Berdasarkan diagram Ellingham jelaskan mengapa campuran dipanaskan di atas suhu 250 0 ? 4. Tuliskan reaksi reduksi CuO dengan C Jawab :

1. CuO bersifat paramagnetik karena mengandung tembaga (II). Dan memiliki warna yaitu hitam. Sedangkan karbon ( C ) tidak bersifat paramagnetik tetapi bersifat diamagnetik. 2. Logam Cu ( Tembaga ) 3. Kerena apabila CuO dipanaskan kembali bila dengan suhu yang tinggi maka CuO akan berubah menjadi Cu2O. 4. 2 CuO(s) + C(s) CuO(s) + CO(g) C (s) + O2 (g) > CO2 (g) 2 Cu(l) + CO2(g) 2 Cu(l) + CO2(g)

2C (s) + O2 (g) > 2CO (g)

VIII.

KESIMPULAN 1. Cu 2+ bersifat paramagnetic dan berwarna 2. CuO bersifat paramagnetic karena mengandung Cu Sedangkan C bersifat diamagnetic 3. Campuran C dan CuO tidak menempel dengan magnet karena terbentuk Cu yang mengubah sifat magnetic dari paramagnetic menjadi non magnetic
2+

dan mengandung warna hitam.

UMMU HANIFAH KIMIA 3B


IX. DAFTAR PUSTAKA

Oxtoby, D.W., et.al. 1999. Kimia Modern. Jakarta : Erlangga http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/kimia-tembaga/

You might also like