Oleh: Nama : Yustino Armend W Nim : 0910913041 Kelompok : VI Tanggal Praktikum : 23 Mei 2011
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI 1URUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWI1AYA MALANG 2011
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar mikroorganisme memindahkan berbagai macam molekul kecil melewati sel-sel atau membran plasma dan memetabolismenya. Substansi ini termasuk glukosa, asam amino, peptida kecil, nukleotida dan phosphat serta ion organik lainnya. Sebagai tambahan, untuk endoenzim yang diproduksi untuk digunakan sel, banyak bakteri (dan Iungi) memproduksi eksoenzim dan melepaskannya melalui sel atau membran plasma. Enzim (eksoenzim) yang berperan dalam merubah karbohidrat komplek adalah karbohidrase, amilase, selulase. Pati merupakan substansi yang terlebih dahulu harus diubah menjadi molekul lebih sederhana agar dapat diserap oleh sel. Mikroorganisme memproduksi enzim untuk memecah substansi di dalam sel, salah satunya adalah amilase (Black, 2005) Amilase juga banyak digunakan pada industri makanan. Amilase dapat digunakan sebagai pengontrol viskositas sirup cokelat dan minuman beralkohol (brewing). Amilase diproduksi oleh banyak jenis mikrobia, akan tetapi mikrobia yang sering digunakan dalam skala industri adalah Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis, Bacillus amyloquaifaciens dan Aspergillus niger (Inchem, 2008). Aktivitas amilase dilakukan oleh enzim bakteri dan terlihat berwarna biru di dalam iodin. Apabila iodin menyebabkan media pati berwarna biru pada koloni bakteri maka tidak ada amilase yang diproduksi. Molekul maltosa yang kecil dapat masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi. Interaksi iodin dengan pati membuat media berwarna biru gelap (Goshen, 2008). Menurut Ekunsaumi (2004), produksi enzim amilase oleh koloni bakteri pada media ditunjukkan adanya zona bening dengan penambahan larutan iodin di sekitar koloni bakteri. Bakteri maupun Iungi dapat menghasilkan enzim amilase yang spesiIik. Oleh karena itu, praktikum topik aktivitas enzim amilase ini perlu dilaksanakan untu pengetahuan lebih lanjut mengenai enzim amilase pada mikroba.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dikaji pada praktikum kali ini adalah bagaimana proses isolasi mikrobia penghasil enzim dari tanah dan bagaimana proses produksi amilase pada Iungi dan bakteri?
1.3 Tujuan Tujuan diadakannya praktikum ini adalah mempelajari proses isolasi mikrobia penghasil enzim dari tanah dan mempelajari proses produksi amilase.
1.4 Manfaat Diharapkan setelah melakukan praktikum ini, praktikan mampu bekerja dalam kelompok, mampu menjelaskan mekanisme bakteri dan Iungi dalam memproduksi enzim amilase, mampu membedakan karakteristik bakteri dan Iungi penghasil enzim amilase dengan bakteri dan Iungi yang lainnya, dan mampu mengaplikasikan enzim amilase yang diproduksi oleh bakteri untuk kehidupan sehari hari
BAB II TIN1AUAN PUSTAKA
Enzim merupakan protein khusus yang dapat bergabung dengan suatu substrat spesiIik untuk mengkatalisasi reaksi biokimia dari substrat tersebut. Dalam reaksi tersebut enzim mengubah senyawa yang disebut substrat menjadi bentuk suatu senyawa baru yang disebut produk. Enzim memiliki substrat spesiIik dan reaksi kimia yang spesiIik untuk dikatalisnya. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu, pH dari lingkungan tempat enzim bekerja, konsentrasi substrat, aktivator dan inhibitor enzim (Palmer, 1985). Suhu bepengaruh besar terhadap aktivitas enzim. Semua enzim bekerja dalam rentang suhu tertentu pada tiap jenis organisme. Peningkatan suhu eksternal secara umum akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia enzim, tetapi kenaikan suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya denaturasi enzim yaitu kerusakan struktur protein enzim, terutama kerusakan pada ikatan ion dan ikatan hidrogennya. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan reaksi yang dikatalis oleh enzim tersebut. Denaturasi enzim di atas suhu optimum akan menyebabkan terjadinya kematian pada sel organisme, tetapi beberapa organisma mampu bertahan hidup dan tetap aktiI pada suhu yang sangat tinggi, dimana organisma lain sudah tidak mampu lagi hidup seperti bakteri dan alga yang ditemukan pada sumber-sumber air panas di taman Nasional Yellow Stone Amerika, suhu optimum untuk hidupnya sebesar 70oC (Brock & Brock, 1978). Selain suhu aktivitas enzim dipengaruhi oleh pH lingkungan tempat enzim tersebut bekerja. Banyak enzim yang sensitiI terhadap perubahan pH dan setiap enzim memiliki pH optimum untuk aktivitasnya. Perubahan pH dapat menyebabkan berhentinya aktivitas enzim akibat proses denaturasi pada struktur tiga dimensi enzim. Umumnya enzim bekerja optimum pada rentang pH 6-8, tetapi beberapa jenis organisme dapat hidup pada pH yang lebih rendah yang dikenal dengan istilah asidoIil ataupun pada pH yang lebih tinggi yang dikenal dengan istilah alkaliIil (Palmer, 1985). Amilum adalah polimer karbohidrat dengan rumus molekul (C6H10O5)n. Karbohidrat golongan polisakarida ini banyak terdapat di alam, terutama pada sebagian besar tumbuhan. Amilum dalam bahasa sehari-hari disebut juga pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Amilum merupakan kelompok terbesar karbohidrat cadangan yang dimiliki oleh tumbuhan sesudah selulosa (Liu, 2005). Amilum disusun oleh dua kelompok polisakarida yaitu amilase, kira kira 2028 dan amilopektin sebagai sisanya (Poedjiadi, 1994). Baik amilase maupun amilopektin memiliki monomer yang sama yaitu molekul glukopiranosa. Amilase terdiri dari 100-10.000 unit u-D-glukopiranosa per molekulnya, yang tiap unitnya berikatan lewat ikatan u-1,4 glikosida (Liu, 2005). Tiap rantai polimer molekulnya memiliki satu ujung gula tereduksi dan satu ujungnya lagi gula non reduksi sehingga molekul amilase merupakan rantai terbuka (Poedjiadi, 1994). Amilase merupakan bagian terdepan dari rantai amilum, bersiIat larut dalam air yang dipanaskan dan dapat membentuk endapan dalam air, yang siIatnya tidak dapat balik (Aiyer, 2005). Molekul amilase merupakan molekul yang larut dalam air dan memberikan warna biru apabila tercampur dengan larutan iodin, sedang amilopektin merupakan molekul yang tidak larut dalam air dan akan kelihatan berwarna merah bila terkena iodin (Sale, 1961). Enzim amilase digunakan dalam menghidrolisis berbagai jenis sumber amilum menjadi senyawa-senyawa sederhana seperti maltosa, glukosa dan produksi bioetanol yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Enzim amilase merupakan salah satu dari enzim hidrolitik yang dapat memecah ikatan-ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa (Poedjiadi, 1994). Amilase dihasilkan oleh berbagai jenis organisma hidup, mulai dari tumbuhan, hewan, manusia bahkan pada mikroorganisma seperti bakteri dan Iungi. Kelompok enzim ini memiliki banyak variasi dalam aktivitasnya, sangat spesiIik, tergantung pada sumber organismanya dan tempatnya bekerja. Enzim amilase memiliki nama asli diastase dan pertama kali ditemukan dan diisolasi oleh Anselme Payen pada tahun 1833. Seiring dengan penemuan-penemuan baru di bidang penelitian kelompok enzim amilase yang dapat mendegradasi amilum dan senyawa polisakarida lainnya juga semakin bertambah jumlahnya. Menurut Aiyer (2005), Hagihara et al. (2001) beberapa kelompok enzim amilase tersebut adalah a. Alpha amilase (u amilase), EC.3.2.1.1 Disebut juga dengan 1,4u-D-glukan glukanohidrolase atau glukogenase. Enzim ini bekerja memutus ikatan u-1,4 glikosida pada amilum secara acak terutama pada rantai yang panjang sehingga menghasilkan maltotriosa dan maltosa dari polimer amilosa pada amilum, dan menghasilkan glukosa dan sedikit dekstrin dari polimer amilopektin penyusun amilum. Karena siIatnya yang dapat memutus ikatan glikosida secara acak, enzim ini bekerja lebih cepat dibanding amilase lainnya terutama -amilase. Pada kelompok hewan u amilase merupakan enzim pencerna amilum yang utama. Enzim uamilase merupakan kelompok metaloenzim yang tidak dapat bekerja sama sekali bila ion calsium tidak ada. uAmilase merupakan jenis enzim yang bersiIat calcium metalloen:yme dependent. b. Beta amilase (-amilase) , EC.3.2.1.2 Disebut juga 1,4u-D-glukan maltohidrolase ataupun sakarogen amilase. Enzim ini dijumpai pada kelompok tumbuhan, bakteri dan Iungi. Enzim ini bekerja menghidrolisis amilum dari bagian ujung non reduksi dan menghidrolisis ikatan u- 1,4 glikosida pada tahap kedua hidrolisis amilum sehingga terbentuk molekul maltosa yang disusun oleh dua unit glukosa pada saat yang sama setelah u-amilase bekerja. Selama proses pematangan buah -amilase bekerja memecah amilum menjadi gula sehingga buah yang matang terasa manis. Jaringan hewan tidak menghasilkan enzim -amilase, kecuali bila ada mikroorganisma yang bersimbiosis di saluran pencernaannya.
c. Gamma amilase ( amilase), EC.3.2.1.3 Disebut juga glucan 1,4-uglukosidase, amiloglukosidase, ekso-1,4-u glukosidase, lisosomal u-glukosidase, glukoamilase, 1,4-u-D-glukan glukohidrolase. Merupakan pemutus terakhir ikatan glikosida pada bagi ujung non reduksi dari amilosa dan amilopektin untuk menghasilkan unit glukosa. e. u-Glukosidase,EC.3.2.1.20 Memutus ikatan u-1,4 glikosida dari molekul amilosa ataupun amilopektin menjadi rantai- rantai pendek oligosakarida. Enzim amilase secara konstitusi merupakan kelompok enzim yang sangat dibutuhkan dalam bidang industri, dengan pangsa pasar mencapai hampir 25 dari pasaran enzim di dunia (Hamdanl, 2008). Penggunaan enzim amilase dalam industri sangat luas mulai dari industri pembuatan roti, sirup, pemanis, campuran oligosakarida, dekstrin, industri textil, pembuatan ethanol, pengujian limbah cair yang mengandung amilum, industri detergen, industri obat dan suplemen enzim (Palmer, 1985). Karena enzim ini sangat bernilai komersil maka perlu ditemukan banyak sumber - sumber penghasil enzim amilase dengan karakteristik yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Enzim amilase yang digunakan untuk keperluan industri sebagian besar diisolasi dari mikroba. Pemilihan mikroba sebagai sumber enzim mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan enzim yang diisolasi dari tumbuhan maupun hewan. Keuntungan itu antara lain sel mikroba lebih mudah untuk ditumbuhkan dan kecepatan pertumbuhannya relatiI lebih cepat, skala produksi sel lebih mudah ditingkatkan apabila dikehendaki produksi yang lebih besar, biaya produksinya relatiI lebih murah, kondisi selama produksi tidak tergantung oleh adanya perubahan musim dan waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi lebih singkat (Indobiogen. 2008). Enzim amilase yang dihasilkan oleh mikroba terutama dari bakteri, merupakan jenis enzim ekstraseluler (Palmer, 1985). Bakteri menghasilkan enzim ini di dalam sel dan menggunakannya di luar sel, yaitu untuk menghidrolisis sumber makanan yang mengandung amilum yang terdapat di lingkungannya. Molekul amilum tidak dapat masuk ke dalam sel bakteri karena ukurannya sangat besar, karena itu molekul amilum dihidrolisis terlebih dahulu oleh enzim amilase ekstraselular menjadi molekul karbohidrat yang lebih sederhana dan kecil ukuran molekulnya. Molekul hasil hidrolisis amilum oleh enzim amilase tersebut selanjutnya akan ditransport masuk ke dalam sel bakteri dan digunakan sebagai sumber karbon bagi aktivitas pertumbuhan dan kehidupannya (Benson, 1994). Faktor-Iaktor yang dapat mempengaruhi Iungsi enzim diantaranya adalah (Poedjadi, 2006): 1. Suhu Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktig enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang. 2. pH Umumnya enzim eIektiIitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktiI secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein. 3. Konsentrasi enzim. Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksibertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim. 4. Konsentrasi substrat Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepat reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar. 5. Zat-zat penghambat Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap penggabungan substrat pada bagian aktiI yang mengalami hambatan.
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum dengan topik Analisis Aktivitas Enzim Amilase ini dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2011, pukul 13.00 16.00 WIB, bertempat dilaboratorium Mikrobiologi, jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang. 3.2 Cara Kerja 3.2.1 Isolasi mikroba penghasil amylase Langkah pertama yang dilakukan adalah 100 g sampel tanah dimasukkan dalm kantung plastik, lalu 10 gr sampel dilarutkan ke dalam 90 ml akuades steril (sebagai pengenceran 10 -1 ). Kemudian diambil 10 ml dan dimasukkan ke dalam 90 ml akuades steril, dilakukan streaking. Selanjutnya digoreskan 0,1 ml di PDA, diinkubasi pada suhu kamar selama 3 hari (untuk jamur) dan digoreskan 0,1 ml di media NA, diinkubasi pada suhu 30 0 C selama 24 jam (untuk bakteri). Setelah itu ditambah iodine, diamati zona bening dipindahkan ke media PDA ( jamur) dan dipindahkan ke media NA (bakteri). Hasil langkah-langkah daiatas diperoleh bakteri dan jamur penghasil enzim. 3.2.2 Produksi amylase Langkah pertama biakan Iungi ditambah, disiapkan dan 10 ml akuades steril kedalam biakan miring Iungi. Jarum oose steril digoreskan pada permukaan biakan Iungi agar sporanya terlepas, kemudian 0,5 suspensi Iungi diinokulsikan pada medium dengan komposisi seperti yang ada di buku petunjuk praktikum hal 63. Biakan diikubasi menggunakan shaker selama 72 jam, kecepatan 200 rpm/min. 3.2.3 Produksi dan ekstraksi enzim amylase dari bakteri Langkah pertama yaitu biakan bakteri diambil satu oose, dimasukkan dalam medium produksi amilase lalu diinkubasi menggunakan shaker selama 48 jam dengan kecepatan 150 rpm. Kemudian enzin amilase yang didapat diambil 10 ml dan disentriIugasi 5000 rpm selama 20 menit untuk mendapatkan crude en:im (supernatan). 3.2.4 Uji aktivitas enzim Langkah pertama diambil 1 ml supernatant , dimasukkan dalam tabung reaksi Ditambahkan 1 ml 1 soluble starch yang telah dilarutkan dalam sitrat phosphate buIIer (pH 6,5), kemudian diinkubasi pada suhu 40 0 C selama 30 menit. Ditambahkan 15 ml DNS dan 0,5 ml Na.K.tartrat kemudian dididihkan selama 5 menit. Setelah itu didinginkan dengan memgaliri air. Langkah yang terakhir diukur absorbansi pada panjang gelombang 540 nm dan diperoleh nilai absorbansinya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa Prosedur Praktikum mengenai analisis aktivitas enzim amilase ini menggunakan empat isolat (BTB 6, BTR 7, BTB 5.2, dan BTR 3.3) yang masing-masing dengan dua pengulangan perlakuan. Pengguanaan empat macam isolat tersebut berIungsi untuk membandingkan aktivitas enzim amilase pada keempat isolat dan karena keempa macam isolat tersebut mampu menghasilkan enzim amilase. Penganalisaan aktivitas enzim amilase ini terdapat dua uji yaitu produksi dan ekstraksi enzim amilase dan uji aktivitas enzim amilase. Pada produksi enzim amilase, digunakan medium standar untuk produksi amilase, yaitu medium yang mengandung bakteriological peptone, MgSO4.7H2O, KCl dan pati. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan amilase yang optrimal. Uji produksi dan ekstraksi enzim amilase ini menggunakan satu oose isolat bakteri yang di masukkan kedalam media NA yang mengandung starch broth. Kandungan starch broth ini merupakan medium untuk pertumbuhan bakteri sebagai sumber pati yang nantinya akan digunakan untuk produksi amilase. Larutan iodin digunakan untuk deteksi adanya amilase dalam medium atau bahan (Inchem, 2008). Selanjutnya digojog dengan shaker dengan kecepatan 150 rpm selama 48 jam. Fungsi shaker adalah mempermudah diIusi oksigen ke dalam medium sehingga kontak antara dan inokulum makin banyak dan homogen (Endah dkk., 2009).Kemudian ditambahkan enzim amilase sebanyak 10 ml, selanjutnya disentriIugasi selama 5000 rpm selama 20 menit. Hasil sentriIugasi tersebut akan memperoleh pellet dan supernatan (crude en:im). Crude en:im merupakan Iiltrat yang mengandung ekstrak kasar suatu enzim. Uii aktivitas enzim amilase menggunakan 1 ml crude en:im dari uji sebelumnya. Kemudian ditambahkan 1 ml substrat enzim sratch hal ini dilakukan karena untuk mengetahui apakah enzim tersebut mampu memcah pati yang ada dalam medium. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 40 0 C yaang merupakan suhu optimal enzim dalam waktu selama 30 menit untuk mengoptimalkan kerja enzim. Selanjutnya ditambahkan 1,5 ml DNS dan 0,5 ml NaK tartrat dan didihkan selama 5 menit. Penambahan DNS dan NaK tartrat berIungsi untuk menghentikan kerja enzim shingga enzim tidak memecah pati lagi, sedangkan pendidihan mengoptimalkan kerja DNS dan mempercepat reaksi dari DNS untuk menghentikan kerja amilase. Setelah itu didinginkan atau dialirkan dibawah air untuk menghilangkan DNS yang telah digunakan untuk menghentikan reaksi amilase. Setelah dingin di OD (Optical Density) dengan spektroIotometer pada panjang gelombang 540 nm. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kandungan enzim pada media. Menurut Nelson (2005), spektroIotometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang dapat diserap oleh larutan contoh. Alat ini y = 0.0035x - 0.2097 R 2 = 0.9774 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0 50 100 150 200 250 konsentrasi (ug/mI) a b s o r b a n s i
bekerja dengan melewatkan cahaya melalui larutan contoh dan mengukur intensitas cahaya yang mencapai detector. 4.2. Analisa Hasil Menurut Benson (1994), enzim amilase adalah enzim pendegradasi pati. Pati merupakan polisakarida tanaman yang terdiri atas banyak monosakarida yang terikat menjadi satu oleh ikatan kovalen glikosida. Pati dapat dipecah oleh enzim amilase menjadi komponen dengan berat molekul rendah dan lebih larut. Amilase yang paling umum digunakan adalah u -amilase, -amilase dan, glukoamilase. Namun sebagian besar proses hidrolisis pati dilakukan oleh u - amilase. Enzim u - amilase atau -D-(1,4)-glukana-glukano-hidrolase adalah enzim endoamilase yang bekerja memutus ikatan u -1,4 glikosida secara acak di bagian dalam molekul baik pada amilosa maupun pada amilopektin. Aktivitasnya menyebabkan pati terputus-putus menjadi maltodekstrin linear pendek yang dapat berupa glukosa, maltosa, maltotriosa, maltotetraosa, maltopentosa, dan maltoheksosa, yang dapat digunakan oleh bakteri sebagai bahan dasar katabolisme untuk kemudian menghasilkan energi dan sebagai intermediet untuk jalur anabolik (Fardiaz, 1993). Aktivitas enzim amilase dapat ditentukan dengan mengetahui nilai absorbansi dari kurva baku sebagai berikut:
Gambar 1 . Kurva baku glukosa Kurva baku pada gambar 1, menunjukkan hubungan antara kosentrasi glukosa dengan nilai absorbansi. Pada kurva tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kosentrasi glukosa semakin tinggi pula nilai absorbansinya yang nilai adsorbansinya secara berkala tetap stabil dan sebanding antara konsentrasi dan nilai absorbansi sampel dengan konsentrasi glukosa. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi kosentrasi glukosa menyebabkan larutan semakin keruh sehingga cahaya dalam spekroIotometri mengukur tingkat turbidiasnya yang mengakibakan nilai absorbansinya juga semakin tinggi. Kurva baku tersebu diperoleh persamaannya y 0.0035x-0.2097 dengan nilai R 2
0.9774. Nilai R 2 adalah nilai regresi, apabila nilainya mendekati nilai 1 maka menunjukkan bahwa data mendekati keakuratan sehingga dapat dijadikan acuan pembuatan kurva pertumbuhan. Menurut Jonathan (2011), analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan(the explained variabel) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory). Hasil od (optical density) dari tiap isolat dengan 2 kali pengulangan adalah sebagai berikut:
Gambar 2 : tabel hasil OD pada masing masing isolat Pada gambar 2 atau tabel diatas dapat diketahui hasil pengkuran nilai absorbansi pada masing masing isolat yang telah digunakan dalam pengujian. Hasil nilai absorbansi paling rendah didapatkan pada BTR 3.3 yaitu 0,034. Hasil pengukuran absorbansi paling tinggi didapatkan pada BTB 5.2 yaitu 0,067. Selain itu, untuk nilai absorbansi isolat yang lainnya memilki nilai yang tidak jauh diantara nilai yang dikatagorikan paling tinggi dan paling rendah. Pengukuran nilai absorbansi pada masing masing isolat tersebut dilakukan perlakuan sebanyak dua kali. Nilai od diperoleh dari penghitungan alat yang disebut spektroIotometer. SpektroIotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesiIik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi diIraksi dengan detektor fototube. SpektroIotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai Iungsi panjang gelombang. SpektroIotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari energi absorbsi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda. Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer (Saputra, 2009). Nilai absorbansi yang didapatkan tersebut kemudian dirata rata, dan didapatkan nilai rata ratanya. Nilai tersebut kemudian dimasukkan kedalam rumus yang telah ditentukan, yaitu y 0.0035x-0.2097. Nilai yang didapatkan kemudian bisa disajikan dalam bentuk graIik seperti yang ada dibawah ini.
Gambar 3 : GraIik Aktivitas Enzim Amilase Dari gambar 3 atau graIik aktivitas enzim amilase dapat diketahui sejumlah enzim amilase yang dihasilkan oleh masing masing isolat. BTB 6 menghasilkan enzim amilase sekitar 0,052, BTR 7 menghasilkan amilase sebanyak 0,042, BTB 5.2 menghasilkan enzim amilase sebanyak 0,059 dan BTB 3.3 menghasilkan enzim amilase sebanyak 0,048. Dari keempat tersebut bahwa BTB 5.2 merupakan bakteri penghasil enzim amilase tertinggi, sedangkan BTR 7 merupakan penghasil enzim amilase terendah. Dari keseluruhan nilai yang didapatkan diatas, maka dapat dilihat bahwa enzim amilase yang dihasilkan sedikit, sehingga tidak bisa mendegradasi pati cukup banyak. Karena enzim amilase yang didapatkan sedikit, maka nilai kandungan pati dalam isolat sample tanah masih tinggi. Metode lain yang bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan enzim amilase, yaitu metode Fuwa (1954), dimana metode ini menggunakan 50 ml a-amylase yang dilarutkan pada 2 mM imidazole HCl buIIer (pH7.0) yang dicampur dengan 100 l 1.1 soluble-starch dan diinkubasi pada 60C selama 1 jam. Reaksi dihentikan dnegan penambahan 250 l stop solution (0.5 N asam asetat : 0.5 N HCl 5:1). 100 l aliquote dari reaksi dicampur dengan 1 ml reagen iodin (0.01 iodin dan 0.1 KI). Absorbansi diukur pada panjang gelombang 660 nm setelah inkubasi selama 20 menit. AktiIitas amilase ditentukan dengan mengetahui berkurangnya sejumlah enzim pada poanjang gelombang 660 nm dari 1.0 sampai 10 menit (Shaw, 2008). Kelompok bakteri haloIilik juga menghasilkan enzim ekstraseluler yang potensial untuk digunakan dalam industri. Secara unik, enzim ekstraseluler dari bakteri haloIilik dapat beradaptasi pada potensial air yang rendah karena harus aktiI pada kadar garam yang tinggi dan hampir semuanya adalah termotoleran karena tetap stabil pada suhu ruang pada jangka waktu yang lama (Shaw, 2008). Enzim ekstraseluler yang telah diisolasi dan dikarakterisasi dari beberapa bakteri haloIilik adalah amilase, protease, nuklease, dan 5`-nukleotidase. Enzim yang telah digunakan secara komersial adalah nuklease H yang diproduksi oleh icrococcus varians subsp. halophilus, yang digunakan dalam produksi bahan pemberi rasa (flavoring agent) 5`-asam guanilat dan 5`-asam inosinat (Shaw, 2008). Pada bakteri haloIilik enzim amilase telah dilaporkan diproduksi oleh Acitenobacter sp., Nesterenkonia halobia, icrococcus varians subsp. Halophilus dan beberapa isolat icrococcus lain. Enzim amilase ini aktiI pada pH antara 6-7 dengan suhu sekitar 50-60oC dan kadar garam antara 0,2-2M NaCl. Enzim amilase telah digunakan secara luas dalam dunia industri, terutama industri makanan dan deterjen. Industri lain yang juga menggunakan enzim ini antara lain adalah industri tekstil dan kertas (Hagihara et al, 2001). Bakteri haloIilik ada juga yang berpotensi sebagai pereduksi senyawa toksik dan logam berat dari limbah berkadar garam tinggi seperti limbah hasil pengolahan pestisida, herbisida dan obat- obatan juga selama proses penambangan gas dan minyak Bakteri ini juga digunakan untuk mereduksi 99 senyawa Ienol dari limbah berkadar garam 15. Ada juga yang menghasilkan enzim organophosphorus acid anhydrase, yaitu strain Alteromonas, yang digunakan untuk mendegradasi senyawa toksik organophosphorus (Hagihara et al, 2001).
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa amilase banyak digunakan pada industri makanan, dimana enzim ini diproduksi mikroorganisme dengan memanIaatkan pati sebagai sumber karbon. Nilai analisis aktivitas enzim amilase pada praktikum ini dapat diketahui setelah dilakukan spektroIotometri. Nilai aktivitas enzim tertinggi didapatkan pada isolat bakteri BTB 5.2 dan nilai aktivitas enzim terendah didapatkan pada isolat bakteri BTR 7. Melihat nilai absorbansi yang didapatkan maka dapat dijelaskan bahwa enzim amilase yang dihasilkan oleh bakteri penghasil enzim amilase masih sedikit, Hal ini menunjukkan bahwa pada media masih banyak mengandung pati.
5.2 Saran Demi kesuksesan praktikum mikrobiologi umum pada topik ini yang akan datang, sebaiknya digunakan isolat lain juga selain bakteri, seperti jamur supaya dapat untuk dibandingkan enzim amilase yang dihasilkan oleh bakteri dan jamur. Selain itu, diharapkan praktikan tidak terlalu banyak bicara pada saat mengisolasikan bakteri penghasil amilasenya kedalam medium,untuk meminimalisir terjadinya kontaminan.
DAFTAR PUSTAKA
Aiyer PV. 2005. Amylases and their applications. AIrican Journal oI Biotechnology. Vol : 4: 125 1529. Benson HJ. 1994. Microbiological applications. Win C. Brown Publication Black, J. G. 2005. Microbiology Principles And Explorations. John Wiley and Sons, Inc. United States America Brock TD & Brock KM. 1978. Basic microbiology with application. 2nd edition. Prentice Hall, Inc, New Jersey. p.583. Ekunsaumi, T. 2004. Laboratory Production And Assay OI Amylase By Fungi And Bacteria. bio- link.org/sharingday/Iungalamylase.pdI. Tanggal akses 18 Mei 2011. Endah R. D., Enny K. A. dan Adrian N. 2009. Bioetanol Fuel Grade Dari Talas (Colocasia esculenta). Ekuilibrium. Vol. 8 (1) : 16 Fardiaz dan Srikandi. 1993. Polusi Air dan Udara. Jakarta: Kanisius Goshen. 2008. Amylase Activity. http://www.goshen.edu/bio/Bio 1206/Bio1206Labs/Lab5. Tanggal akses 18 Mei 2011. Hagihara H, Igarashi K & Hayashi Y. 2001. Novel --amylase that is highly Resistant to chelating reagents and chemical oxidants Irom the Alkaliphilic Bacillus Isolate KSM-K38. Applied and Environmental Microbiology. Vol 67: 17441750. Hamdani M. J. 2008. Deteksi dan Produksi Amilase. http://june- s.blogspot.com/20080518archive.html. Tanggal akses 28 Mei 2011. Inchem. 2008. Alpha-Amylase From Bacillus Subtilis. http://www.inchem.org/ documents/jecIa/jecmono/.htm. Tanggal akses 18 Mei 2011. Indobiogen. 2008. Prospek dan Produksi Enzim AlIa-amilase dari Mikroorganisme. http://indobiogen.or.id/. Tanggal akses 28 Mei 2011. Jonathan. 2011. Teori Analisis Regresi Linier. http://www.jonathansarwono.inIo/regresi/regresi.htm. Tanggal akses 28 Mei 2011 Nelson, D.L., Michael M.C. 2005. Principles oI Biochemistry. W.H. Freeman and Company. England Palmer T. 1985. Understanding Enzyme. Ellishorwood Publisher. Poedjiadi A. 1994. Dasar dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia PRESS. Jakarta Liu Q. 2005. Understanding Starch and Their Role in Foods. Taylor & Francis Group, LLC. Sale BS. 1961. Fundamental Principles oI Bacteriology. Mc. Graw Hill Book Company, Inc. Saputra, Y.E. 2009. SpektroIotometri. http:// www. Chemistry.org.html. Tanggal akses 28 Mei 2011. Shaw, 2008. PuriIication and properties oI an extracellular a-amylase Irom Thermus sp.http://ejournal.sinica.edu.tw/bbas/content/1995/3/bot363-08.html. Tanggal akses 28 Mei 2011.