You are on page 1of 24

Terumbu Karang (Coral Reef)

Pengertian Terumbu Karang Terumbu karang adalah endapan MASIF yang penting dari KALSIUM KARBONAT yang terutama dihasilkan oleh karang dengan sedikit tambahan dari tumbuhan alga berkapur dan organisme lain yang menghasilkan Kalsium Karbonat. Karang ditemukan di seluruh lautan di dunia, tetapi hanya di daerah tropik terumbu dapat berkembang. Berkaitan dengan terumbu karang dibedakan antara binatang karang/karang (reef coral) sebagai individu organisme atau komponen dari masyarakat dengan terumbu karang (coral reef) sebagai suatu ekosistem termasuk didalamnya organisme-organisme karang. Terumbu karang di bagi menjadi : 1. HERMATIPIK Dapat menghasilkan terumbu, hanya ditemukan di daerah tropik, terdapat sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis ZOOXANTHELLAE 2. AHERMATIPIK Tidak menghasilkan terumbu, tersebar di seluruh dunia. Secara umum terumbu karang di kelompokkan menjadi tiga: 1. Terumbu karang tepi (Fringing reef) Karang yang terdapat di daerah dekat pantai yang mengelilingi pulau. Berbeda dengan terumbu karang penghalang, terumbu karang ini dipisahkan dari daratan pantai oleh goba atau lagun 2. Terumbu karang penghalang (Barrier reef) Karang ini terletak sejajar dengan garis pantai dan berjarak beberapa km dari garis pantai. 3. Terumbu karang cincin (Atoll) Terumbu karang yang melingkari atau berbentuk oval yang mengelilingi goba. Keanekaragaman Karang dan Distribusinya Karang tumbuh subur di perairan laut tropis, walaupun ada yang mampu bertahan di perairan laut subtropis. Ada dua daerah pengelompokan terumbu karang di dunia ini, yaitu: daerah Indo-Pasifik daerah Atlantik - Daerah Indo-Pasifik mempunyai jumlah spesies karang yang lebih banyak (88 genera) dibandingkan dengan di Atlantik (26 genera).

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

Contoh genera yang tidak dijumpai di Atlantik: Stylopora, Pocillopora, Goniostrea, Hydnophora, Leptoria, Pavona, Seriatopora dan Goniopora. Daerah Indo-Pasifik mempunyai jumlah spesies per genus lebih tinggi dibandingkan dengan di Atlantik. Contoh: genus Acropora, ada lebih dari 150 spesies di IndoPasifik, sedangkan di Atlantik hanya tiga spesies. - Daerah di Indo-Pasifik yang mempunyai keanekaragaman spesies karang yang terbesar tercatat di daerah Malanesia, Asia Tenggara (50 genera, 700 spesies). Di daerah ini yang paling tinggi keanekaragamannya adalah di Indonesia, ada 76 genera dengan 362 spesies di perairan Indonesia Timur.
-

Faktor-faktor Pembatas Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan karang dan penyebaran terumbu karang: 1. Faktorfaktor fisik-kimia - cahaya matahari titik kompensasi untuk karang dapat dilihat dari kedalaman di mana intensitas cahaya berkurang sampai 15-20% dari intensitas di permukaan, biasanya terjadi pada kedalaman kurang dari 20 meter. - Suhu Suhu terbaik bagi pertumbuhan karang adalah antara 25-29o C. - Salinitas Salinitas yang optimum untuk pertumbuhan karang adalah 34 360/00 - Sedimen Sedimen dapat mempengaruhi kehidupan terumbu karang baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung sedimen dapat menutupi polyp karang sehingga menyumbat pemberian makanannya, sedangkan secara tidak langsung sedimen dapat mempengaruhi penetrasi cahaya, yaitu mengurangi cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis oleh zooxanthellae dalam jaringan karang. 2. Faktor Biologis Faktor biologis yang mempengaruhi kelangsungan hidup karang adalah adanya predator atau pemangsa. Pada umumnya terumbu karang lebih berkembang pada daerah-daerah yang mengalami gelombang besar, karena gelombang-gelombang itu memberikan sumber air yang segar, memberi oksigen dalam air laut, menghalangi pengendapan pada koloni, dan penyumbang plankton yang baru untuk makanan koloni karang.

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

Pertumbuhan terumbu karang ke arah atas dibatasi oleh udara. Banyak karang yang mati karena terlalu lama berada di udara terbuka, sehingga pertumbuhan mereka ke arah atas terbatas hanya sampai tingkat pasang turun terendah. Hewan-hewan yang biasa berasosiasi dengan terumbu karang adalah berbagai jenis ikan karang, moluska, kepiting, udang, bulu babi, bintang laut, teripang dan lain-lain. Manfaat Terumbu Karang - sebagai tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan mencari makan (feeding ground) berbagai jenis ikan - habitat berbagai jenis udang, kepiting, kima dan ikan - habitat beberapa jenis rumput laut - sebagai pelindung/ penghalang pesisir (barrier), mencegah terjadinya erosi pantai - sumber bahan makanan (ikan, udang, kerang, rumput laut) bagi manusia - tempat rekreasi - sebagai bahan bangunan (kapur)

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

LAMUN (SEAGRASS)
Pengertian Lamun Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat tumbuh dengan baik dalam lingkungan laut dangkal. Semua lamun adalah tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang mempunyai akar, rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah seperti halnya dengan tumbuhan berpembuluh yang tumbuh di darat. Keunikan tumbuhan lamun dari tumbuhan laut lainnya adalah adanya perakaran yang ekstensif dan sistem rhizome, karena tipe perakaran ini menyebabkan daun-daun tumbuhan menjadi lebat, dan ini besar menfaatnya dalam menopang keproduktifan ekosistem padang lamun. Keanekaragaman Lamun dan Distribusinya Ada sekitar 50 jenis lamun yang ditemukan di dunia yang tumbuh pada perairan laut dangkal yang berdasar lumpur atau pasir dan tersebar luas mulai dari utara, benua Artika sampai ke sebelah selatan, Benua Afrika dan New Zealand. Mereka terkonsentrasi di dua daerah utama yaitu Indo-Pasifik dan pantai-pantai Amerika Tengah, di daerah Karibia-Pasifik. Lamun terdiri dari dua famili yaitu: 1. Famili Potamogetonacea (9 marga, 35 jenis) Contoh: Zostera, Posidonia, Halodule 2. Famili Hydrochoraticea (3 marga, 15 jenis) Contoh: Enhalus, Thalassia, Halophila Keanekaragaman lamun yang tertinggi didapatkan di daerah Indo Pasifik, dengan tujuh genera. Dari 25 spesies lamun yang hidup di daerah tropis, 12 diantaranya dijumpai di perairan Indonesia, yaitu: Famili Potamogetonacea - Halodule univernis - Halodule pinifolia - Cymodocera rotundata - Cymodocera serrulata - Syringodium isoelifolium - Thalassodendron ciliatum Famili Hydrochoraticea - Enhalus acoroides - Thalassia hemprichii - Halophila ovalis - Halophila ovata - Halophila decipients - Halophila spinulosa

Hewan-hewan yang berasosiasi/hidup di daerah lamun antara lain ; ikan-ikan (Acanthurus, Sparisoma), bulu babi (Diadema), penyu (Chelonia midas), gastropoda (Strombus), teripang (Holothuria), serta juvenil-juvenil ikan. Faktor Pembatas
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup lamun antara lain adalah : a. Kecerahan/ Kedalaman air Kecerahan yang berhubungan erat dengan penetrasi cahaya matahari penting sekali bagi tumbuhan lamun. Tumbuhan lamun biasanya tumbuh di laut yang sangat dangkal, karena membutuhkan cahaya untuk mempertahankan populasinya. Pada perairan jernih tumbuhan ini bisa tumbuh di tempat yang dalam. Kekeruhan karena suspensi sedimen dapat mengurangi penetrasi cahaya dan akan mempengaruhi kehidupan lamun. Kekeruhan juga dapat disebabkan oleh pertumbuhan epiphytic algae dan fitoplankton yang pesat juga karena limbah domestik atau limbah organik. b. Suhu air Tumbuhan lamun hidup di daerah tropis umumnya tumbuh pada daerah dengan kisaran suhu 20 - 30oC. Sedangkan optimumnya adalah 28 - 30oC. Suhu yang terlampau rendah/ tinggi dapat menyebabkan kematian pada lamun. Berbeda halnya dengan spesies yang hidup di daerah subtropis, seperti Zostera dapat tahan sampai suhu mendekati 0oC. c. Salinitas Selain suhu air, salinitas juga merupakan faktor yang cukup penting bagi kehidupan lamun. Salinitas yang optimum untuk pertumbuhan lamun berkisar antara 25 - 35 . Sedangkan untuk fase pembungaan kisaran salinitas yangbaik adalah antara 28 - 32 . Beberapa genera dapat tumbuh subur di daerah estuaria yang salinitasnya serendah 10 . Kemampuan lamun untuk beradaptasi di salinitas rendah ini sering dimanfaatkan untuk mengetahui adanya limbah air tawar yang masuk ke perairan laut. Beberapa jenis lamun dapat bertahan hidup pada kondisi salinitas yang tinggi 50 - 72 antara lain Syringodium, Halodule, dan Thalassia Manfaat Lamun - mempunyai daya untuk memperangkap (trapped) sedimen, menstabilkan substrat dasar, dan menjernihkan air, - sebagai sumber produktivitas primer , - sumber makanan langsung bagi kebanyakan hewan (herbivora), - habitat bagi beberapa jenis hewan air, - substrat bagi organisme air (phytoplankton) yang menempel, - mempunyai kemampuan yang baik untuk memindahkan unsur hara terlarut di perairan yang ada di permukaan sedimen, - akar-akar dan rhizomes lamun mampu mengikat sedimen sehingga mencegah erosi, - penyaring limbah, - daun tumbuhan lamun dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kertas,

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

rhizome muda dan buah dari beberapa jenis lamun dapat dimanfaatkan sebagai makanan (ex. Zostera), daun-daun kering lamun dimanfaatkan sebagai pakan ternak, dimanfaatkan sebagai pupuk.

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

RUMPUT LAUT (SEAWEED)


Pengertian Rumput Laut Rumput laut yang dalam bahasa Inggris disebut seaweed adalah alga makro yang bersifat bentik dan termasuk tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta), memiliki sistem morfologis dan reproduksi tersendiri yang umumnya berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi (tumbuhan berbunga) yang biasa tumbuh di darat Tumbuhan ini tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Ada + 8000 spesies rumput laut di sepanjang garis pantai di dunia dan mungkin meluas sampai kedalaman 270 m. Rumput laut biasa hidup di daerah subtidal dan inertidal, bahkan sampai pada perairan dalam. Rumput laut biasanya menempel pada substrat yang stabil, sebagian melimpah di pantai-pantai berbatu atau pada substrat buatan manusia seperti pada pemecah gelombang. Keanekaragaman Rumput Laut dan Distribusinya Rumput laut terdiri dari jenis-jenis yang termasuk divisio Chlorophyta (alga hijau), Phaeophyta (alga coklat) dan Rhodophyta (alga merah). Penamaannya adalah menurut warna yang tampak pada alga tersebut yang ditimbulkan oleh adanya dominasi pigmen yang terkandung di dalamnya. 1. Divisio Chlorophyta (alga hijau) Alga hijau terdapat di bagian atas subtidal, khususnya di perairan tropis dan subtropis Beberapa alga hijau tumbuh meluas dari wilayah bersuhu dingin arktik sampai ke daerah tropis. Pigmen yang terkandung didominasi oleh klorofil. contoh: Caulerpa, Ulva, dan Halimeda 2. Divisio Phaeophyta (alga coklat) Dari 1500 jenis alga coklat, hanya 3% sebagai alga air tawar dan selebihnya merupakan alga laut. Fucoxanthin adalah pigmen yang dominan pada alga ini. Contoh: Sargassum, Hormophysa, Turbinaria dan Padina 3. Divisio Rhodophyta (alga merah) Dari 400 jenis alga merah, hampir seluruhnya merupakan alga laut. Variasi terbesar dari alga merah ditemukan di daerah perairan subtropis dan tropis. Pada alga merah ini pigmen yang mendominasi adalah pigmen phycoerethrin dan phycocyanin. Contoh: Eucheuma, Gelidium, Gigartina dan Gracilaria Di perairan Indonesia ditemukan 782 spesies rumput laut, terdiri dari 179 alga hijau, 134 alga cokelat, dan 452 alga merah. Faktor Pembatas
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan alga: 1. Faktor-faktor fisika, seperti; cahaya, temperatur (15 30o C), gelombang (< 30 cm), arus (20-40 cm/detik)dan pasang surut. 2. Faktor-faktor kimia, berupa komposisi dan distribusi nutrien dalam air. 3. Faktor-faktor geologi, seperti; topografi, tipe substrat dasar, tipe garis pantai dan sedimentasi. 4. Faktor-faktor biologi ; pemangsaan (moluska dan ikan), penyakit , epifit dan kompetisi. Hewan-hewan yang biasa berasosiasi dengan rumput laut adalah dari jenis moluska dan ikan. Hewan-hewan ini dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut tersebut, dengan memakan spora dan menghambat pertumbuhan stadia muda rumput laut. Manfaat Rumput Laut -

sebagai makanan dan habitat bagi berbagai jenis ikan, moluska menstabilkan substrat dasar berpasir (Udotea, Halimeda) sebagai bahan makanan (sayuran) (Caulerpa) sebagai bahan pembuatan agar-agar, karragenan (Alga merah; Gelidium, Gracilaria), dan algin (alga coklat) dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau pupuk (Sargassum)

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

RUMPUT LAUT (seaweed)


Pengertian Rumput Laut
Rumput laut yang dalam bahasa Inggris disebut seaweed adalah alga makro yang bersifat bentik dan termasuk tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta), memiliki sistem morfologis dan reproduksi tersendiri yang umumnya berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi (tumbuhan berbunga) yang biasa tumbuh di darat Tumbuhan ini tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Ada + 8000 spesies rumput laut di sepanjang garis pantai di dunia dan mungkin meluas sampai kedalaman 270 m. Rumput laut biasa hidup di daerah subtidal dan inertidal, bahkan sampai pada perairan dalam. Rumput laut biasanya menempel pada substrat yang stabil, sebagian melimpah di pantai-pantai berbatu atau pada substrat buatan manusia seperti pada pemecah gelombang. Keanekaragaman Rumput Laut dan Distribusinya Rumput laut terdiri dari jenis-jenis yang termasuk divisio Chlorophyta (alga hijau), Phaeophyta (alga coklat) dan Rhodophyta (alga merah). Penamaannya adalah menurut warna yang tampak pada alga tersebut yang ditimbulkan oleh adanya dominasi pigmen yang terkandung di dalamnya. 1. Divisio Chlorophyta (alga hijau) Alga hijau terdapat di bagian atas subtidal, khususnya di perairan tropis dan subtropis Beberapa alga hijau tumbuh meluas dari wilayah bersuhu dingin arktik sampai ke daerah tropis. Pigmen yang terkandung didominasi oleh klorofil. contoh: Caulerpa, Ulva, dan Halimeda 2. Divisio Phaeophyta (alga coklat) Dari 1500 jenis alga coklat, hanya 3% sebagai alga air tawar dan selebihnya merupakan alga laut. Fucoxanthin adalah pigmen yang dominan pada alga ini. Contoh: Sargassum, Hormophysa, Turbinaria dan Padina 4. Divisio Rhodophyta (alga merah) Dari 400 jenis alga merah, hampir seluruhnya merupakan alga laut. Variasi terbesar dari alga merah ditemukan di daerah perairan subtropis dan tropis. Pada alga merah ini pigmen yang mendominasi adalah pigmen phycoerethrin dan phycocyanin. Contoh: Eucheuma, Gelidium, Gigartina dan Gracilaria Di perairan Indonesia ditemukan 782 spesies rumput laut, terdiri dari 179 alga hijau, 134 alga cokelat, dan 452 alga merah.

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

Faktor Pembatas
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan alga: 5. Faktor-faktor fisika, seperti; cahaya, temperatur (15 o 30 C), gelombang (< 30 cm), arus (20-40 cm/detik)dan pasang surut. 6. Faktor-faktor kimia, berupa komposisi dan distribusi nutrien dalam air. 7. Faktor-faktor geologi, seperti; topografi, tipe substrat dasar, tipe garis pantai dan sedimentasi. 8. Faktor-faktor biologi ; pemangsaan (moluska dan ikan), penyakit , epifit dan kompetisi. Hewan-hewan yang biasa berasosiasi dengan rumput laut adalah dari jenis moluska dan ikan. Hewan-hewan ini dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut tersebut, dengan memakan spora dan menghambat pertumbuhan stadia muda rumput laut. Manfaat Rumput Laut -

sebagai makanan dan habitat bagi berbagai jenis ikan, moluska menstabilkan substrat dasar berpasir (Udotea, Halimeda) sebagai bahan makanan (sayuran) (Caulerpa) sebagai bahan pembuatan agar-agar, karragenan (Alga merah; Gelidium, Gracilaria), dan algin (alga coklat) dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau pupuk (Sargassum)

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

BUDIDAYA LAUT
Budidaya perairan adalah suatu cara untuk menernakkan spesies-spesies hewan dan tumbuh-tumbuhan air tertentu pada kondisi yang terkendali sebagai usaha untuk meningkatkan jumlah pangan yang tersedia untuk manusia di samping hasil yang diperoleh perikanan tradisional. Budidaya perairan sudah lama dipraktekkan di seluruh dunia, tetapi saat ini hanya terbatas pada teluk-teluk di pesisir dangkal atau tambak-tambak buatan.

Spesies yang Dibudidayakan


Saat ini biota bahari yang dibudidayakan jumlahnya sedikit dan kebanyakan merupakan jenis-jenis yang mahal harganya, yang secara ekonomis membutuhkan biaya tinggi untuk membudidayakannya atau jenis-jenis yang dapat memproduksi biomassa yang tinggi jika dibudidayakan secara intensif. Biota laut yang saat ini telah banyak dibudidayakan adalah dari berbagai jenis ikan, udang, kerang dan beberapa tumbuhan laut. - Ikan-ikan yang secara ekonomis berhasil dibudidayakan adalah salem Pasifik (Oncorhynchus), belanak (Mugil, Canos) ekor kuning Jepang (Seriola), dan ikan sebelah (Pleuronectes, Solesa). - Udang yang dibudidayakan untuk keperluan pasar antara lain dari jenis Penaeus, Metapenaeus, Leander. - Kerang yang telah dibudidayakan terdiri dari jenis Crassostrea, Ostrea, Mytilus, Anadara, Tapes, Mactra, Mercenaria, Meretrix, dan abalone (Haliotis). - Tumbuhan laut yang telah dibudidayakan terutama dari jenis makro alga (rumput laut) antara lain: Gracilaria, Gelidium, Eucheuma, Hypnea. Dibanding dengan jumlah jenis-jenis ikan, udang dan kerang yang diambil untuk pangan dari berbagai macam perikanan jenisjenis yang dibudidayakan tersebut sangat sedikit. Jenis lain yang sedang dicoba dibudidayakan yaitu udang karang, tiram (scallop), dan kepiting-kepitingan. Tetapi sampai sekarang belum ada yang diusahakan sebagai industri. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali peluang untuk perluasan bidang ini di masa depan.

Sistem Budidaya Tambak


1. Sistem Budidaya Udang Sistem Budidaya udang yang dikenal sekarang ada 3 tingkatan, yaitu: Budidaya ekstensif (tradisional), semi-intensif dan intensif.

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

a. Sistem Budidaya Tradisional atau Ekstensif - Bentuk dan ukuran petakan tidak teratur. - Mempunyai saluran keliling (caren) yang lebarnya 5 10 m di sepanjang keliling petakan sebelah dalam. - Terdapat caren di bagian tengah secara diagonal dengan kedalaman 30 -50 cm lebih dalam daripada bagian lain dari dasar petakan yang disebut pelataran. - Bagian pelataran hanya dapat berisi air sedalam 30 40 cm saja. - Bagian pelataran ini akan ditumbuhi kelekap sebagai pakan alami bagi ikan dan udang. 2. Sistem Budidaya Semi-intensif atau Tradisional yang Diperbaiki - merupakan perbaikan/peningkatan dari sistem tradisional/ekstensif, yaitu dengan memperkenalkan bentuk petakan yang teratur dengan maksud agar lebih mudah dalam pengelolaan airnya. - Bentuk petakan umumnya empat persegi panjang. - Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran (outlet) air yang terpisah untuk keperluan penggantian air, penyiapan kolam sebelum ditebari benih, dan pemanenan. - Terdapat caren diagonal dengan lebar 5 10 m menyerong dari pintu pemasukan ke arah pintu pengeluaran dengan kedalamannya selisih 30 -50 cm lebih dalam daripada pelataran. - Kedalaman air di pelataran hanya 40 50 cm saja bila kolam diisi penuh. - Bagian pelataran pada sistem ini akan ditumbuhi kelekap juga yang berperan sebagai pakan alami bagi ikan dan udang. 3. Sistem Budidaya Intensif - Sistem ini menggunakan teknik yang canggih dan memerlukan biaya yang besar dengan hasil produksi yang sangat tinggi. - Petakan umumnya kecil-kecil supaya pengelolaan air dan pengawasannya lebih mudah. - Kolam/ petak pemeliharaan dapat dibuat dari beton seluruhnya atau dari tanah seperti biasa atau dapat juga dindingnya saja dari tembok sedangkan dasar dari tanah .

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

Karakteristik Sistem Budidaya Udang


Tipe Produksi Ekstensif Alami Pasangsurut Alam 1.000 10.000 3 - 20 100 - 500 Semi-Intensif Alami + pakan tambahan Pasang-surut + pompa Alam & Hatchery 10.000 50.000 1-5 500 1000 Intensif Pakan formula lengkap Pompa + aerasi Hatchery 100.000 600.000 0,1 1 2.000 20.000

Karakteristik Pakan Pengelolaan air Sumber benih Padat penebaran (ekor/ha/musim) Ukuran tambak (ha) petak

Produksi (kg/ha/th)

2. Sistem Budidaya Rumput Laut Berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan metode budidaya rumput laut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Metode Dasar (Bottom method) yang terbagi menjadi: 1. metode tebar (Broadcast Method) 2. metode budidaya dasar laut ( Bottom Farm Method) b. Metode Lepas Dasar (Off bottom method) yang terbagi menjadi: 1. tali tunggal lepas dasar (Off bottom monoline) 2. jaring lepas dasar (Off bottom net) 3. jaring lepas dasar bentuk tabung (Off bottom tabular net) c. Metode rakit/ apung (Floating method) yang terbagi menjadi: 1. tali tunggal apung (Floating monoline) 2. jaring apung (Floating net) Pemilihan metode budidaya yang akan digunakan tergantung dari kondisi lingkungan perairan dan ketersediaan bahan-bahan yang diperlukan seperti kayu, bambu, tali, jaring dan sebagainya. a. Metode dasar (Bottom method) Budidaya rumput laut dengan metode dasar dianggap merupakan cara budidaya yang paling mudah dan sederhana dibandingkan metode-metode lainnya. Cara menanam rumput laut

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

dapat dilakukan dengan mengikat benih berdasarkan berat tertentu. Selanjutnya benih yang telah diikat langsung ditebarkan ke dasar perairan atau diikatkan terlebih dahulu pada potongan batu karang. metode tebar (Broadcast Method) Pada metode ini, benih dipotong-potong kemudian diikat, setelah itu ditebarkan di dasar perairan. Metode ini biasanya digunakan pada perairan yang sebagian besar dasarnya terdiri dari batu karang. Benih disebarkan keseluruh permukaan dasar perairan secara merata dan dibiarkan tumbuh selama 3 4 bulan agar cukup memadai untuk dipanen. metode budidaya dasar laut ( Bottom Farm Method) Metode ini tidak jauh berbeda dengan metode tebar, perbedaannya adalah benih rumput laut yang telah diikat dengan tali plastik diikatkan terlebih dahulu pada sebuah batu karang yang akan berfungsi sebagai pemberat. Dengan demikian, benih akan tertambat di dasar perairan dan sulit untuk dihanyutkan oleh arus air. Selanjutnya benih ditanam denagn cara meletakkan batu karang ke dasar perairan dalam jarak tanam tertentu dan dibiarkan tumbuh selama 3 4 bulan.

b. Metode Lepas Dasar (Off bottom method) Pada metode lepas dasar ini, benih rumput laut ditanam dengan cara mengikatkan pada suatu rentangan tali atau jaring yang diikatkan pada sejumlah tiang kayu atau bambu. Tiang kayu atau bambu kemudian ditancapkan ke dasar perairan. Metode tali tunggal lepas dasar (Off bottom monoline) Metode ini menggunakan tali nilon sebagai media untuk mengikatkan benih rumput laut yang akan ditanam. Jarak tanam tidak boleh kurang dari 20 cm, dan diusahakan agar ujung tanaman tidak menyentuh dasar perairan dan tetap terendam air meskipun surut terjadi. Umumnya jarak antara ujung tanaman dengan dasar perairan tidak kurang dari 30 cm. Metode jaring lepas dasar (Off bottom net) Pada metode ini fungsi tali nilon monofilamen diganti dengan jaring nilon yang keempat sudutnya diikat pada tiang-tiang kayu atau bambu. Besarnya jaring nilon umumnya mempunyai ukuran 2,5 x 2,5 atau 2,5 x 5 meter. Ukuran setiap mata jaring tidak boleh kurang dari 20 cm. Sebab bila terlalu kecil akan mengakibatkan jarak tanamnya terlalu dekat sehingga pertumbuhannya menjadi terganggu. Benih rumput laut ditanam dengan cara mengikatnya pada setiap simpul mata jaring menggunakan tali plastik (rafia).

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

Metode jaring lepas dasar bentuk tabung (Off bottom tabular net) Metode ini merupakan gabungan dari metode sebelumnya, dengan menggunakan jaring tabular (jaring yang berbentuk tabung) yang kedua ujungnya diikatkan pada tiang bambu atau kayu dengan mengunakan tali nilon. Benih rumput laut yang akan ditanam dimasukkan ke dalam jaring tabular, oleh karena itu ukuran mata jaring yang digunakan harus disesuaikan dengan ukuran talus dari rumput laut. Biasanya ukuran mata jaring yang digunakan berkisar antara 0,5 2,5 cm, dengan diameter jaring tabung antara 5 10 cm.

c. Metode rakit/ apung (Floating method) Pada prinsipnya metode ini mirip sekali dengan metode dasar hanya posisi rumput laut terletak dekat permukaan air. Pada metode ini fungsi tiang pancang digantikan dengan sebuah rakit. Rakit dibuat dari kayu yang dilengkapi dengan pelampung plastik atau bambu saja. Metode tali tunggal apung (Floating monoline) Metode ini merupakan pengembangan metode off bottom monoline, yaitu benang-benang nilon direntangkan antara dua sisi rakit yang berhadapan. Jarak antara tali yang satu dengan yang lainnya minimal 20 cm. Tali ini akan berfungsi sebagai media untuk mengikatkan benih rumput laut yang akan ditanam. Metode jaring apung (Floating net) Metode ini hampir sama dengan metode floating monoline hanya fungsi tali tunggal diganti dengan sebuah jaring nilon. Seperti pada metode jaring lepas dasar bentuk tabung (off bottom net), jaring direntangkan dengan cara mengikatnya ke setiap sudut maupun sisi rakit. Ukuran mata jaring jangan sampai kurang dari 20 cm, agar jarak tanam rumput laut tidak terlalu rapat sehingga dapat menghambat pertumbuhan. Benih-benih yang telah disiapkan kemudian diikatkan pada setiap simpul jaring.

Keuntungan dan Kerugian pada Berbagai Metoda Budidaya Rumput laut


Metode a. Metode Dasar (Bottom method) Keuntungan Biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan media tidak terlalu besar karena hanya menggunakan tali plastik saja. Penanaman benih rumput laut dapat dilakukan dengan cara Kerugian Tingkat produksinya rendah karena proses fotosintesisnya terganggu. Metode ini kurang baik untuk dilaksanakan pada perairan yang memiliki dasar yang

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

b. Metode Lepas Dasar (Off bottom method)

c. Metode rakit/ apung (Floating method) -

yang mudah dan tidak membutuhkan banyak waktu. Metode ini sangat tepat dilaksanakan pada perairan yang dasarnya terdiri dari karangkarang keras. Dapat diterapkan pada perairan yang mempunyai dasar berpasir, berlumpur, atau lumpur berpasir Mudah untuk melakukan penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan rumput laut. Tanaman relatif terhindar dari serangan bulu babi. Pertumbuhan rumput laut menjadi lebih baik karena proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik. Metode ini dapat dilaksanakan pada semua perairan. Tanaman relatif terhindar dari serangan hama bulu babi.

lunak atau berpasir. Tanaman rumput laut akan lebih mudah terserang oleh hewan predator.

Membutuhkan dan waktu relatif besar.

biaya yang

Pemilihan lokasi dan pemilihan bibit yang baik adalah salah satu faktor keberhasilan dalam usaha budidaya, baik budidaya udang maupun budidaya rumput laut.

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

BUDIDAYA LAUT
| s/ cara untuk menernakkan sp. hewan & tumb. air ttt pd kondisi yg terkendali sbg usaha u/ m jml pangan yg tersedia u/ mns disamping hasil yg diperoleh perik. Tradisional.

Sp. Budidaya - Ikan : Belanak, Salem, Ekor kuning, ikan sebelah. - Udang : Penaeus, Metapenaeus, Leander. - Kerang : Crassostrea, Ostrea, Mytilus, Anadara, Tapes, Mactra, Mercenaria, Meretrix, Haliotis. - Rumput Laut: Gracilaria, Gelidium, Eucheuma, Hypnea. : Ekstensif, Semi-intensif,

| Sistem budidaya tambak

1. Udang Intensif.

2. Rumput Laut : - Metode dasar Benih rumput laut diikat kemudian langsung ditebarkan ke dasar per. (m. tebar) atau diikatkan terlebih dahulu pada potongan batu karang (m. bdaya dasar laut). - Metode Lepas dasar

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

Benih rumput laut ditanam dengan cara mengikatkan pd s/ rentangan tali (m. tali tunggal lepas dasar) atau pada jaring yg diikatkan pada sejumlah tiang kayu atau bambu yang ditancapkan ke dasar perairan (m. jaring lepas dasar) atau gabungan keduanya (m. jaring lepas dasar bentuk tabung).

- Metode apung Mirip dengan metode dasar, hy posisi RL terletak dekat permukaan air, & fungsi tiang pancang digantikan dengan sebuah rakit (terbuat dari kayu yg dilengkapi dg pelampung plastik atau bambu saja). M. tali tunggal apung, menggunakan tali nilon sebagai media u/ mengikatkan benih Rl. Benih Rl diikatkan pada setiap simpul jaring (m. jaring apung). Metode a. M. dasar Keuntungan Kerugian - biaya kecil Tk Prod. penanaman Rendah mudah & - kurang baik waktu sedikit u/ dsr dasar dari lunak/pasir karang keras mudah terserang predator lepas dasar pasir, biaya & lumpur, waktu yg lumpur-pasir relatif besar -mudah u/ tanam,
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

b. M. dasar

c. M. apung -

pelihara, panen terhindar dr serangan b. babi pertumb. Lebih biaya & baik waktu yg dapat di semua relatif besar per. Caren terhindar Pelataran dr serangan b. babi
Tanggul Peneneran

Saluran Pemasok

Pelataran Caren

Tambak PetakTradisional

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

Sistem Budidaya Udang


| Tradisional/ Ekstensif

- Bentuk & ukuran petakan tidak teratur - Lebar caren sebelah dalam 5 10 m - Kedalaman caren tengah 30 50 cm lebih dalam dari pelataran. - Air di pelataran max. sedalam 30 40 cm - Pelataran Ditumb uhi kelekap u/ pakan alami
| Semi-intensif

- bentuk petakan teratur, umumnya empat persegi panjang - Pintu pemasukan & pengeluaran terpisah
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

- Lebar caren diagonal 5 10 m, kedalaman 30 50 cm lebih dalam dari pelataran. - Air di pelataran max. sedalam 40 50 cm - Pelataran Ditumb uhi kelekap u/ pakan alami
| Intensif

- teknik canggih, biaya besar, hasil tinggi - petakan kecil - petak terbuat dari beton seluruhnya atau sebagian saja.

Karakteristik Sistem Budidaya Udang


Tipe Produksi Karakteristik Ekste nsif Alami SemiIntensi f Alami + pakan tamba han Pasang Intensi f Pakan formul a lengka p Pompa

Pakan

Pengelolaan

Pasan

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

air

gsurut Alam

-surut + pompa Alam & Hatche ry 10.000 50.000 1-5 500 1000

+ aerasi Hatche ry 100.00 0 600.00 0 0,1 1 2.000 20.000

Sumber benih

Padat penebaran (ekor/ha/musi m) Ukuran petak tambak (ha) Produksi (kg/ha/th)

1.000 10.00 0 3 - 20 100 500

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK) : Riris Aryawati, S.T

You might also like