You are on page 1of 13

Baiiu zaman FK0II 88 Page

BAB I. PENDAHULUAN



Penulisan reIerat ini bertujuan memberikan suatu gambaran dan inIormasi baru mengenai
penyakit meningitis kepada semua pembacanya. Penulisan reIerat ini berdasarkan data dan
inIormasi dari berbagai sumber baik yang berasal dari text book maupun jurnal terbaru. Hal yang
diharapkan setelah membaca reIerat ini setiap pembaca dapat memahami, mengerti dan
memperbaruhi inIormasi mengenai penyakit meningitis bakteri serta bagaimana cara penangan
yang harus dilakukan pada pasien anak yang menderita penyakit ini.

Negara-negara berkembang seperti di Indonesia, penyakit inIeksi masih merupakan
masalah kesehatan yang utama. Salah satunya adalah meningitis. Menigitis atau leptomenigitis
mengacu pada peradangan leptomeningen dan ruang subaraknoid (Robins,2007). Meningitis
hasil dari peradangan meninges pia-arakhnoid serta cairan serebrospinal (Sadoun dan Singh,
2009). Meningitis inIeksiosa dapat dibagi menjadi tiga yaitu meningitis purulen akut yang
biasanya dibebabkan oleh bakteri, meningitis limIosit akut yang bisanya dibebabkan oleh virus
dan meningitis kronis yang mungkin desebabkan oleh sejumlah agen inIeksius yang berbeda-
beda (Robins,2007).

Meningitis bakteri merupakan meningitis yang paling serius dan terjadi pada sekitar
3,000-5,000 orang di Amerika Serikat setiap tahun (Kacprowicz, 2010). Kejadian meningitis
bakteri pada neonatal adalah 0,25-1 kasus per 1000 kelahiran hidup. Selain itu, insiden ini 0,15
kasus per 1000 pada bayi cukup bulan dan 2,5 kasus per 1000 pada kelahiran prematur. Sekitar
30 dari bayi yang baru lahir dengan sepsis terkait dengan meningitis bakteri (Razonable,2011).
Meningitis yang disebabkan oleh virus terhitung ada sekitar 26.000 hingga 42.000 rawat inap
setiap tahun di Amerika Serikat, Terutama pada bayi yang kurang dari satu tahun dan anak-anak
dengan usia 5-10 tahun (Pentima,2011). Namun jika dilihat dari prognosisnya inIeksi virus lebih
baik dibandingkan oleh inIeksi bakteri karena jika berlangsung cepat dalam jangka waktu 24 jam
atau kurang maka dapat menyebakan kematian (Kacprowicz, 2010).

Baiiu zaman FK0II 88 Page

BAB II. PATOFISIOLOGI


Banyak bakteri yang menyebabkan terjadinya meningitis bakteri akut (piogenik) yang
dibagi berdasarkan umur menurut Mandal et.al (2004) yaitu :
O Neonatus
Esceria coli, Streptokokus group B, Proteus mirabilis, Pseudomonas (bila inIeksi
didapat di rumah sakit), Listeria monocytogenes.
O Anak-anak 5 tahun
eisseria meningitides, Streptokokus pneumonia, H.influen:ae tipe b (Penyebab paling
di negara tanpa program vaksinasi Hib).
O Anak yang lebih besar dan dewasa 50 tahun : eisseria meningitides, Streptokukos
pneumonia.
O rang dewasa ~ 50 tahun : Streptokukos pneumonia, basil enteric Gram-negatiI, L.
monocytogenes.
Namun berebeda menurut Bell (1995), penyabab meningitis bakteri berdasarkan umur adalah :
O ahir hingga 3 minggu
Streptokokus group B dan Escheria coli
O 4 sampai 11 minggu
Streptokokus group B, Streptokokus pneumonia, Spesies Salmonella dan Listeria
pneumonia.
O 3 bulan sampai 3 tahun
Haemphilus influen:a, Streptokokus pneumonia dan iesseria meningitides.
O ~ 3 tahun
Streptokokus pneumonia dan iesseria meningitides.




Baiiu zaman FK0II 88 Page

Meningitis juga bisa disebabkan oleh penyebaran langsung dari inIeksi organ seketar
seperti inIeksi telinga (otitis media) atau inIeksi sinus (sinusitis). InIeksi juga dapat terjadi karena
trauma langsung di kepala atau setelah operasi kepala dan mikroorganisme yang paling umum
adalah S pneumoniae (jika kebocoran CSS hadir), Staphylococcus aureus, koli, dan P aeruginosa
(Keim,2005 ; Razonable,2011).


Perjalanan penyakitnya seperti gambar 1 dimulai dari terjadinya kolonisasi dalam bentuk
kolonisasi atau inIeksi kulit, nasoIaring, saluran pernaIasan, saluran pencernaan, atau saluran
genitourinary kemudian masuk kedalam aliran darah. Di dalam darah bakteri dapat bertahan
hidup dan bermultiplikasi hingga menyebabkan terjadinya bakterinemia. Terdapat beberapa
organisme penyebab yang paling umum (misalnya, N meningitidis, S pneumoniae, H inIluenzae)
mengandung sebuah kapsul polisakarida yang memungkinkan mereka untuk berkolonisasi di
nasoIarings anak-anak yang sehat tanpa reaksi sistemik atau lokal. InIeksi virus juga dapat
memIasilitasi penetrasi epitel nasoIaring oleh bakteri. Setelah dalam aliran darah, kapsul
polisakarida memungkinkan bakteri untuk menolak opsonization oleh jalur klasik komplemen
dan, dengan demikian, menghambat Iagositosis (Razonable,2011) Akibatnya bakteri dapat
menembus barier otak dan menginvasiI meninges dan system saraI pusat. Hal ini akan

Baiiu zaman FK0II 88 Page

mengakibatkan peningkatan permebilitas barier otak dan pleositosis menyebabkan edem dan
peningkatan tekanan intracranial. Peningkatan tekanan intracranial diakibatkan oleh peningkatan
permeabilitias vaskular. Pelepasan senyawa proinIlamasi salah satunya adalah enzim lisosom
dan radikal bebas yang dilepaskan oleh granulosit dan monosit yang menyebabkan terjadinya
cedera otak (Sik Kim,2003 ; Agamanolis,2009 ; Razonable,2011).
















Baiiu zaman FK0II 88 Page


BAB III. TANDA DAN GE1ALA PENYAKIT

Terdapat tanda klasik pada kasus meningitis yaitu demam, sakit kepala dan kaku kuduk.
Namun pada anak-anak yang memiliki umur lebih muda gejala ini sangat jarang terjadi. Pada
kasus umur kurang dari 3 bulan tidak menunjukan gejala yang spesiIik seperti : hipertermia atau
hipotermia, perubahan kebiasaan tidur atau makan, lekas marah atau letargi, muntah, menangis
bernada tinggi, atau kejang. Meningismus dan ubun-ubun menonjol dapat diamati tetapi tidak
diperlukan untuk diagnosis. Setelah usia 2-3 tahun, anak-anak mungkin mengeluh sakit kepala,
leher kaku, dan IotoIobia (Hom,2011).
Pada anak-anak, tanda-tanda dan gejala meningitis tergantung pada usia anak dan tidak
spesiIik karena anak tidak bisa berkomunikasi mengenai gejala yang mereka rasakan. Gejala
klasik pada bayi umur kurang dari 3 bulan adalah : menurunnya asupan cair, muntah, mudah
lesu, demam, ubun-ubun yang menonjol dan kejang. Sedangkan gejala klasik pada anak yang
lebih dari 1 tahun adalah : mual dan muntah, sakit kepala, peningkatan kepekaan terhadap
cahaya, demam, perubahan status mental (tampak bingung), letargi, kejang, kaku kudu,
brudzinki dan kernig positiI (Keim,2005).











Baiiu zaman FK0II 88 Page



BAB IV. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Berdasarkan Depkes 2005 seorang anak dikatakan suspek meningitis jika terdapat tanda-
tanda inIekasi berat atau salah satu dari tanda berikut :
O 1anda-tanda umum
4 Terus mengantuk, letargi atau tidak sadar
4 Minum berkurang
4 Rewel
4 Tangisan melengking
4 pisode apnu.
O 1anda-tanda yang lebih spesifik
4 Kejang
4 &bun-ubun membonjol
Selain tanda-tanda yang telah disebutkan terdapat pula tanda-tanda peingkatan tekanan
intrakranial yaitu :
4 Pupil anisokor
4 Spastisitas
4 Paralisis ekstremitas
4 Napas tidak teratur
akukan pungsi lumbal jika dicurigai meningitis, kecuali jika bayi sedang mengalami apnu atau
tidak terdapat respon motorik terhadap rangsang.
Pada anak yang lebih tua ( ~ 1 tahun ) pemeriksaan Iisik dapat diandalkan seperti adanya
tanda-tanda klasik seperti sakit kepala, kaku kuduk dan pemeriksaan Iisik berupa brudzinski dan
kernig positiI. Namun untuk diagnose deIinitiInya memerlukan pemeriksaan cairan serebrospinal
(CSS) (Hom,2011).


Baiiu zaman FK0II 88 Page



Menurut Chandrasoma dan Taylor (2005) perbubahan yang terjadi pada cairan
serebrospinal dapat mengarahkan pada penyebab meningitis seperti terlihat pada tabel di bawah
ini :
Meningitis Bakteri Meningitis Virus Meningitis
Tuberkulosis
Tekanan Meningkat Meningkat Meningkat
Gambaran
mikroskopis
Keruh Jernih Jernih; dapat terdapat
bekuan
Protein Tinggi Agak meningkat Sangat tinggi
Glukosa Sangat rendah Normal Rendah
Klorida Rendah Normal Sangat rendah
Pewarnaan gram PositiI pada 90 NegatiI NegatiI
Pewarnaan tahan
asam
NegatiI NegatiI Jarang positiI
Kultur bakteri PositiI pada 90 NegatiI NegatiI
Kultur mikobakteri NegatiI NegatiI PositiI
Kultur virus NegatiI PositiI pada 70 NegatiI

Padas sumber lain Artigao et.al (2008) memiliki beberapa perbedaan mengenai hasil
pemeriksaan cairan serebrospinal yaitu :
Sel/m Sitologi Protein (mg/dl) Glukosa (mg/dl)
Normal 10 MN 45 35-100
Menigitis bakteri ~ 1000 PMN
Menigitis virus 300 PMN/MN Normal/ Normal
Menigitis TB 1000 MN


Baiiu zaman FK0II 88 Page 8



BAB V. PENATALAKSANAAN

Penanganan awal pada kasus meningitis adalah jika terdapat indikasi distress penaIasan
maka dapat diberikan oksigen serta dapat diberikan terapi cairan untuk memperbaiki kondisi
dehidrasi, menjaga tekanan darah dan sirkulasi yang baik (Keim,2005).
Menurut Hom (2011) tujuan dari Iarmakoterapi adalah untuk memberantas inIeksi,
mengurangi morbiditas, dan mencegah komplikasi. Pemberian antibiotic IV pada meningitis
bakteri sangat diperlukan. Jika organism penyebabnya tidak diketahui maka dapat menggunakan
rejimen antibiotic berdasarkan usia anak yaitu.
4 Bayi lebih muda dari 30 hari yaitu ampisilin dan aminoglikosida atau seIalosporin
yang disarankan seIotaksim
4 Anak-anak berumur 30-60 hari, ampisilin dan seIalosporin (seItriakson atau
seIotaksim) dapat digunakan. Sejak S.pneumoniae sering terjadi dalam rentang
usia ini, vankomisin harus dipertimbangkan bukan ampisilin.
4 Pada anak yang lebih tua, seIalosporin (misalnya, ceIotaxime, ceItriaxone) atau
dapat digunakan ampisilin ditambah dengan kloramIenikol.
Obat Dosis
Ampisilin 100-200 mg / kg / hari IV / IM Terbagi q6j
50-100 mg / kg / hari P terbagi q6j
InIeksi berat: 200-400 mg / kg / hari IV / IM Terbagi q6j
Sefotakasim 12 tahun atau 50 kg: 200 mg / kg / hari IV / IM Terbagi q6j
~ 12 tahun atau~ 50 kg: Seperti pada orang dewasa
Seftriakson 12 tahun: 100 mg / kg (tidak lebih dari 4 g) IV / IM; dapat
diberikan qhari atau dibagi q12hr selama 7-14 hari
~ 12 tahun: Seperti pada orang dewasa
Vankomisin 10-15 mg/kg q6j IV

Baiiu zaman FK0II 88 Page 9

Berdasarkan Depkes (2005) pemberian pengobatan antibiotik lini pertama sesegera


mungkin yaitu :
4 seItriakson: 100 mg/kgBB IV-drip/kali, selama 30-60 menit setiap12 jam; atau
4 seIotaksim: 50 mg/kgBB/kali IV, setiap 6 jam.

Sedangkan untuk pengobatan antibiotik lini kedua dapat berikan:
4 KloramIenikol: 25 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam
4 ditambah ampisilin: 50 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam
Jika diagnosis sudah pasti, berikan pengobatan secara parenteral selama sedikitnya 5 hari,
dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila tidak ada gangguan absorpsi. Apabila ada
gangguan absorpsi maka seluruh pengobatan harus diberikan secara parenteral. ama
pengobatan seluruhnya 10 hari. Jika diagnosis belum jelas, pengobatan empiris untuk meningitis
TB dapat ditambahkan AT minimal 4 rejimen:
4 INH: 10 mg/kgBB /hari (maksimum 300 mg) - selama 69 bulan
4 RiIampisin: 15-20 mg/kgBB/hari (maksimum 600 mg) selama 6-9 bulan
4 Pirazinamid: 35 mg/kgBB/hari (maksimum 2000 mg) - selama 2 bulan pertama
4 tambutol: 15-25 mg/kgBB/hari (maksimum 2500 mg) atau Streptomisin: 30-50
mg/kgBB/hari (maksimum 1 g) selama 2 bulan
Dapat diberikan Prednison 12 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan selama 24 minggu,
dilanjutkan tapering oII. Bila pemberian oral tidak memungkinkan dapat diberikan deksametason
dengan dosis 0.6 mg/kgBB/hari IV selama 23 minggu. Namun Tidak ada bukti yang cukup
untuk merekomendasikan penggunaan rutin deksametason pada semua pasien dengan meningitis
bakteri.
&ntuk ketersediaan obat di pasaran, yang terdapat dalam daItar obat esensial (DN)
oleh Depkes RI (2008), untuk ampisilin sediaan yang sesuai untuk pengobatan meningitis adalah
serbuk injeksi i.m / i.v 250 mg/ vial (sebagai garam natrium). Serta dalam dosis yang berbeda
juga, serbuk injeksi i.m / i.v 500 mg/ vial (sebagai garam natrium). Adapun untuk sedian oral,
ampisilin kaplet 250 mg dan 500 mg. &ntuk seItriakson sediaanya adalah serbuk injeksi 1 g/ vial.
&ntuk bentuk sedian kloramIenikol adalah kapsul 250 mg, Suspensi 125 mg/5 ml dan serbuk
injeksi i.v 100mg/ml. &ntuk seIotaksim, sediannya adalah injeksi 0,5 g dan 1 g.

Baiiu zaman FK0II 88 Page





BAB VI. ILUSTRASI KASUS DAN PENANGANAN

Seorang anak laki-laki berumur 3 tahun datang ke poliklinik di rumah sakit karena
demam. Demam sudah dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Namun tadi pagi anak mengeluhkan
sakit di sekitar lehernya. Sakit lehernya munculnya mendadak. Anak semenjak demam terlihat
tidak seceria sebelumnya. Anak terlihat suka mengantuk dan lemah. Selain itu naIsu makan anak
juga menurun semenjak demam. Ibunya sudah memberikan obat penurun panas yang dibeli di
apotek namun panas tak turun juga. Anak sebelumnya pernah demam dan mengeluh sakit
didaerah pipinya. Dokter mngatakan anaknya menderita sinusitis dan diberikan obat yang harus
diminum. Namun ibunya tidak memberikan obat hingga habis.
Setelah itu dokter melakukan beberapa pemeriksaan Iisik dan diadapatkan hasil yaitu :
Berat badan anak adalah 15 kg, keadaan umum anak tampak lemah, pemeriksaan vital sign
didapatkan dalam batas normal kecuali suhu 38
o
C, pemeriksaan Iisik yang lain dalam batas
normal kecuali pemeriksaan neurologis didapatkan tanda berupa brudzinki dan kernig positiI.
Dokter menyarankan kepada ibunya untuk dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan cairan serebrospinal dengan pungsi lumbal. Dari hasil pemeriksaan dokter memiliki
kecurigaan bahwa anak ini menderita meningitis. Sembari menunggu hasil pemeriksaan maka
dokter meminta kepada ibunya agar anaknya dapat dirawat dirumah sakit.
karena pemeriksaan penunjang yang diminta oleh dokter membutuhkan waktu yang
cukup lama maka dapat diberikan terapi antibiotik empirik kepada anak. Terapi yang sesuai
untuk anak umur 3 tahun dengan berat badan 15 kg adalah seIotaksim (100 mg/kg/hr terbagi q6j)
atau seItriakson (100 mg/kg/hr terbagi q12j). Jadi untuk seItriakson kebutuhan harian anak
adalah 3000 mg, dibagi 2 kali sehari. sedangkan untuk seIotaksim, kebutuhan hariannya adalah
1500 gram, dibagi 4 kali sehari. Selain antibiotik anak juga diberikan antipiretik berupa
asetaminoIen (10-15mg/kg/x) maka dosis yang diberikan adalah 150-300mg/x.
Setelah beberapa waktu hasil yang didapatkan adalah menunjukkan gambaran
mikroskopis yang keruh, penurunan kadar glukosa, kemudian protein meninggi, dan menunjukan

Baiiu zaman FK0II 88 Page

kultur bakteri yang positiI. Berdasarkan hasil pemeriksaan cairan serebrospinal dapat
disimpulkan bahwa anak menderita meningitis bakteri.
Jika diagnosis sudah pasti, berikan pengobatan secara parenteral selama sedikitnya 5 hari,
dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila tidak ada gangguan absorpsi. Apabila ada
gangguan absorpsi maka seluruh pengobatan harus diberikan secara parenteral. ama
pengobatan seluruhnya 10 hari. (Depkes, 2005).
























Baiiu zaman FK0II 88 Page





DAFTAR PUSTAKA

Agamanolis D.P.2009.InIection oI nervous system. http://neuropathology.neo
ucom.edu/chapter5/chapter5aSuppurative.html. diakses pada tanggal 8 Mei 2011.
Burns, D,K., Kumar, V., 2003. #obbins Basic Pathology, (7
th
ed.). Pendit, &. B., dkk. 2007(Alih
Bahasa), Penerbit Buku Kedokteran GC, Jakarta, 921 923.

Chandrasoma, P., Taylor, C.R., 1994. Consise Pathology, (2
nd
ed.). Soedoko, R., dkk. 2005 (Alih
Bahasa), Penerbit Buku Kedokteran GC, 829 832.

Mandala B.K.,Wilkuns .G.., Dunbar .M., Mayon-White R.T.,2004.ecture Note on
InIectious Diseases (6th ed.).Surapasari 2008 (Ahli Bahasa), Penerbit rlangga.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pelayanan Kesehatan Anak di #umah Sakit,
World Health rganization Indonesia bekerjasama dengan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Daftar Obat Esensial asional, Direktorat
Jenderal Bina KeIarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.

Hom J.2011. Pediatric meningitis and enseIalitis. http://emedicine.medscape.com/article/802760-
overview#a0104.diakses pada tanggal 8 Mei 2011.
Kacprowicz R.F.,2010.Meningitis in adult. http://www.emedicinehealth.com/meningitisinadul
ts/articleem.htm. diakses pada tanggal 8 Mei 2011.

Keim S.M., 2005. Meningitis in children. http://www.emedicinehealth.com/meningitis in
children/article em.htm#Meningitis20in20Children20verview. diakses pada
tanggal 8 Mei 2011.
Kim S.K., 2003. Pathogenesis oI bacterial meningitis: Irom bacteraemia to neuronal injury.
Nature Reviews Neuroscience 4, 376-385
Pentima C.D.,2011. Viral meningitis: pidemiology, pathogenesis, and etiology in children.
http://www.uptodate.com/contents/viral-meningitis-epidemiology-pathogenesis-and-tiology-
in-children. diakses pada tanggal 8 Mei 2011.

Baiiu zaman FK0II 88 Page

Razonable R.R.,2011. Meningitis. http://emedicine.medscape.com/article/232915-


overview#a0104. diakses pada tanggal 8 Mei 2011.
Bell W..1995. #udolph Pediatrics, (20 ed.). Wahab, A. S., dkk. 2006 (Alih Bahasa), Penerbit
Buku Kedokteran GC, Jakarta, 2186 2188.

You might also like