You are on page 1of 63

Cermin

No.25, 1982 Dunia Kedokteran


International Standard Serial Number : 0125—913X

Majalah triwulan
diterbitkan oleh :
Pusat Penelitian dan Pengembangan P.T. Kalbe Farma dan
dipersembahkan secara cuma-cuma.

2 EDITORIAL

ARTIKEL
3 PRINSIP DASAR UJI KLINIK
8 FASE - FASE DALAM UJI KLINIK
10 PENGGUNAAN DAN PENGGUNASALAHAN STATISTIK
DALAM PERCOBAAN KLINIK
22 TITIK LEMAH DALAM PERCOBAAN KLINIK
27 UJI KLINIK MULTI - CENTER
31 MASALAH UJI KLINIK OBAT-OBATAN PADA ANAK
34 UJI KLINIK DALAM NEFROLOGI-HIPERTENSI : Praktek dan
kesulitannya.
36 KESULITAN PERCOBAAN KLINIK DALAM ILMU PSIKIATRI
39 PERCOBAAN PADA MANUSIA DAN ETIKA KEDOKTERAN

42 SURVEI EPIDEMIOLOGIK
45 PHARMACO-CHEMISTRY : A new dicipline
49 AIHA : ASPEK SEROLOGI DAN TERAPI

SEJARAH KEDOKTERAN
55 KISAH RAUWOLFIA

57 RESENSI BUKU : Sari Ilmu Penyakit Mata; Kedaruratan dan


Kegawatan Medik; Obesitas; Penatalaksanaan Kegawatan Pediatrik.
58 CATATAN SINGKAT
59 HUMOR ILMU KEDOKTERAN
60 ABSTRAK-ABSTRAK
Sekitar separuh dari penelitian-penelitian yang dimuat dalam majalah-majalah terkenal di dunia
menggunasalahkan statistik, demikian dikutip Dr. Arini Setiawati dalam tulisannya pada nomor
ini. Mungkin sedikit mengagetkan kita, tetapi sekaligus ini juga membuka mata kita mengenai
sulitnya melakukan penelitian kedokteran secara benar. Itu pun baru satu aspek dari penelitian,
segi statistiknya, belum aspek lainnya. Dengan harapan mengembangkan kualitas serta kuantitas
penelitian kedokteran di Indonesia, nomor CDK kali ini menyorot uji klinik secara khusus.
dr. Armen Muchtar mengawali nomor ini dengan membahas Prinsip Dasar Uji Klinik. Prinsip-
prinsip dasar ini harus dipahami benar-benar. Melakukan uji klinik secara sembarangan berarti
membuang biaya besar, memboroskan waktu, membahayakan subyek manusia dalam uji klinik
itu, serta hasilnya menyesatkan dokter-dokter lain yang mempercayai hasil uji tsb, sehingga akhir-
nya dapat membahayakan banyak orang.
Artikel berikutnya diajukan oleh Dr. Arini Setiawati, membahas Penggunaan dan Pengguna-
salahan Statistik dalam Percobaan klinik. Statistik memegang peranan yang sangat penting dalam
uji klinik, dalam stadium perencanaan maupun penyelesaian. Maka agar suatu uji klinik efisien dan
efektif, metoda statistik perlu dimengerti sebaik-baiknya.Dalam pendidikan pada fakultas kedok-
teran, mata pelajaran statistik terutama diberikan pada tingkat awal sekali dalam pendidikannya.
Maka tidak sedikit dokter yang telah lupa sama sekali mengenai cara-cara menggunakan metoda
statistik dalam mempraktekkan uji klinik. Artikel ini dimaksudkan untuk menyegarkan, sekali-
gus memperdalam pengetahuan kita akan penggunaan statistik dalam uji klinik.
Kemudian dr. Bambang Suharto dari R & D Kalbe Farma membahas titik lemah-titik lemah
dalam percobaan klinik. Kelemahan-kelemahan itu dapat ditelusuri dari (1) latar helakang dan
permasalahan yang mendorong dilakukannya percobaan klinik itu, (2) tujuannya, (3) perencana-
annya , (4) pengorganisasiannya, (5) koordinasi pelaksanaan percohaan tsb, (6) pengendalian
pelaksanaan, serta (7) penilaian (evaluasi) hasil percobaan klinik itu. Kelemahan-kelemahan itu
perlu diketahui sejak awal perencanaan suatu uji klinik, karena sekali uji klinik telah dimulai,
kelemahan tsb. sering tak dapat diperbaiki.
Uji klinik sering memerlukan banyak penderita scbagai subyek percobaannya. Maka untuk
menyingkat waktu, kadang kala dilakukan uji klinik multi-center. Ini dihahas oleh dr. Iwan
Darmansjah. Karena pelaksanaannya melihatkan banyak orang, maka masalah organisasi sangat
menonjol. Dikatakan sebenarnya suatu uji klinik multi-center lebih sedikit menggunakan pengeta-
huan klinik daripada organisasi.
Kemudian dr. Su tan Assin membahas masalah uji klinik obat-obatan pada anak, dr. RP Sidabu-
tar membahas uji klinik dalam nefrologi & hipertensi. Dan Prof. Dr. Kusumanto Setyonegoro & dr.
Yul Iskandar membicarakan kesulitan percobaan klinik dalam ilmu psikiatri. Pembicaraan dalam
nomor ini diakhiri dengan masalah etika dalam percobaan pada manusia, yang terutama bertujuan
melindungi subyek-subyek penelitian yang perlu dilindungi, seperti anak-anak, wanita hamil,
penderita gangguan jiwa, serta masyarakat yang terbelakang.
Di samping pembahasan uji klinik, diturunkan juga artikel-artikel menarik tentang Survei Epide-
mikologik, Farmako-kimia, AIHA, serta kisah mengenai rauwolfia, obat kuno yang masih kita
pergunakan itu. Semoga bermanfaat.

2 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


artikel

Prinsip Dasar Uji Klinik


dr. Armen Muchtar
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.

PENGANTAR they lay together in one place...................and had one diet


Uji klinik yang direncanakan dengan cermat pada sejumlah common to them all.
penderita guna menentukan nilai terapeutik obat atau cara To two of them was given a quart of cider a day, to two an
pengobatan lainnya merupakan salah satu ciri dan langkah elixir of vitriol, to two vinegar, to two oranges and lemons,
maju dalam perkembangan Ilmu Kedokteran Modern dewa- and the remaining two "an electuary recommended by an
sa ini. Pengujian ini berusaha menjembatani hasil penelitian hospital surgeon". The most sudden and Visible good effects
yang diperoleh dalam laboratorium dengan penggunaan were perceived from the use of the oranges and lemons, one
obat dalam praktek. of those who had taken them being at the end six days fit
Uji klinik tidak mudah dikerjakan karena memerlukan for duty " (1)
keahlian dan ketrampilan, menelan banyak biaya, menyita
banyak waktu dan mengandung bahaya bagi penderita. Baha- • Dari kedua laporan "uji klinik " yang sudah tua ini, sesung-
ya ini dapat timbul sewaktu penderita terikut dalam pene- guhnya dapat ditarik kesimpulan uji klinik mempunyai ciri-
litian atau terjadi dalam praktek karena pengobatan penderita ciri sebagai berikut :
didasarkan atas kesimpulan hasil-hasil uji klinik yang tidak • merupakan penelitian yang bersifat prospektif dan ex-
benar. Dengan demikian berarti mutu ilmiah dan efisiensi perimental
uji klinik merupakan hal yang pokok. • bertujuan menyembuhkan penderita
• merupakan penelitian komparatif/harus ada pembanding.
YANG DIMAKSUD DENGAN UJI KLINIK
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengobatan ada dua Perkembangan baru dalam ilmu kedokteran modern menam-
buah tulisan yang dianggap merupakan laporan uji klinik bahkan perlunya syarat-syarat berikut yang harus dipenuhi,
pertama kali. yaitu :
Ambroise Pare (1510 — 1590), seorang dokter ahli bedah • uji klinik harus bebas dari segala bias
militer, dalam suatu pertempuran melaporkan sebagai berikut: • analisa data harus dikerjakan menurut metode statistik.
".................... at lenght may oil lacked and I was constrained Berikut ini akan diuraikan secara singkat dasar-dasar pemi-
to apply in its place a digestive made .of yolks of eggs, oil kiran bagi perlunya ciri dan persyaratan diatas dalam uji
roses, and turpentine. That night I could not sleep at my ease, klinik.
fearing that by lack of cauterization I would find the wounded
upon which I had not used the said oil dead from the poison.
I raised myself early to visit them, when beyond my hope MERUPAKAN PENELITIAN PROSPEKTIF DAN EXPE -
I found those to whom I had applied the digestive medicament RIMENTAL
feeling but little pain, their wound neither swollen nor in- Penelitian prospektif—experimental harus dibedakan
flamed, and having slept through the night. The others to dari penelitian retrospektif dan survey. Prospektif berarti
whom I had applied the boiling oil were feverish with much setiap subjek/penderita yang terikut dalam penelitian diikuti
pain and swelling about their wounds. Then I determined kedepan sesuai dengan perjalanan waktu, mulai dari diberi-
never again to burn this so cruelly the poor wounded by kannya pengobatan sampai timbulnya respons. Sebaliknya
arquebuses "(1 ). penelitian dinyatakan bersifat retrospektif bila perjalanan
James Lind (1716 — 1794), karena merasa ngeri atas klinik penyakit penderita ditelusuri kebelakang, mulai dari
kematian tiga perempat awak kapal Anson yang pulang menge- respons sampai pada saat mulai diberikan pengobatan atau
lilingi dunia, merencanakan suatu uji klinik komparatif pengo- stimulus lainnya.
batan scorbut. Pada tanggal 20 Mei 1747, dia melaporkan :
"
I took twelve patients in the scurvy on board the Salisbury
at sea. The cases were as similar as I could have them .........

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 3


Suatu penelitian dinyatakan bersifat experimental bila yang sepadan dengan kelompok experimentasi, kecuali dalam
obat/stimulus yang diterima penderita sengaja direncanakan hal obat yang hendak diteliti manfaatnya. Sudah dimaklumi
dan ditentukan sendiri oleh peneliti. Sebaliknya dalam suatu bahwa respons penderita terhadap pengobatan bukan saja
survey jenis pengobatan/stimulus yang diterima penderita berasal dari obat yang hendak diberikan, tetapi dapat pula
adalah bersifat "rutin" berdasarkan ketrampilan dan penge- berasal dari tindakan lain yang diberikan bersama obat.
tahuan yang dimiliki dokter pada saat itu. Disamping itu respons penderita ditentukan pula oleh kepa-
Fungsi peneliti pada survey adalah pasif, yaitu hanya menga- rahan penyakit serta kondisi lainnya yang menyertai penya-
mati respons yang timbul (2). kit penderita. Istirahat ditempat tidur, diet, nasihat dokter
Karena uji klinik bersifat prospektif-experimental, maka dan perawat, fisioterapi dan kepatuhan ikut pula menentukan
persiapan yang cermat dapat dilakukan, dan biasanya ditu- respons penderita terhadap pengobatan. Untuk menentukan
angkan dalam bentuk protokol yang lengkap. Kemudian berapa besar sesungguhnya peranan obat dalam usaha pe-
protokol uji klinik itu perlu diuji dan disempurnakan melalui nyembuhan penderita, maka dalam suatu uji klinik harus
penelitian pendahuluan (pilot study). Dalam penelitian penda- ada kelompok kelola yang dalam segala hal menyamai kelom-
huluan dapat ditentukan ketepatan pemilihan penderita, pok experimentasi, kecuali dalam hal obat yang diteliti.
kelancaran wawancara, ketepatan pengukuran respons pende- Sehingga bila dalam analisa data ditemui adanya perbedaan
rita dan kerja sama antar peneliti. Disamping itu dari pene- respons yang nyata antara kedua kelompok, dengan yakin
litian pendahuluan dapat diramalkan jumlah penderita yang dapat dinyatakan bahwa perbedaan respons yang timbul
dapat diikutkan dalam penelitian. Hukum Lasagna menya- adalah karena perbedaan obat yang diberikan.
takan bahwa jumlah subjek yang dapat diikutkan adalah
sepersepuluh dari jumlah penderita yang sehari-hari keli-
hatan di klinik untuk penyakit yang hendak diteliti (3).
Seandainya jumlah penderita yang diharapkan tidak mencu- Pengobatan
kupi, maka penelitian multiklinik perlu dipertimbangkan. — istirahat, diet
— psikoterapi, fisioterapi
— kepatuhan
BERTUJUAN MENYEMBUHKAN PENDERITA. — obat obatan
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengobatan tercatat
bahwa experimentasi pada manusia tidak selalu bertujuan Jenis pengobatan mana yang berperanan
untuk penyembuhan. Pada zaman Romawi kuno misalnya, menyembuhkan penyakit penderita ?
penguasa dan dokter mencobakan zat racun dan sekaligus
meneliti khasiat antidot pada narapidana atau tawanan perang. Sebagai pembanding terhadap obat yang diteliti biasanya
Dalam era Kedokteran Modern , kengerian akan experimentasi kelompok kelola menerima obat lain (obat standard) atau
yang dilakukan oleh Nazi terhadap orang Yahudi telah men- placebo. Kegunaan placebo dalam uji klinik terutama adalah
dorong lahirnya Kode Nuremberg, yang kemudian disempur- untuk memisahkan "placebo effect" dari efek obat yang
nakan menjadi Deklarasi Helsinki (4). Dalam deklarasi itu sesungguhnya (5).
antara lain dinyatakan : Dalam uji klinik dibedakan dua macam bentuk kelola
— experimentasi klinis harus memenuhi prinsip-prinsip moral yaitu kelola yang bersamaan waktunya ( concurrent ) dan
dan ilmu pengetahuan, dan hanya boleh dikerjakan atau kelola historik, tetapi yang dianggap memenuhi standar ilmiah
diawasi oleh orang-orang yang mempunyai keahlian. adalah kelola "concurrent". Kelola historik hanya dapat
— manfaat yang hendak diperoleh penderita harus jauh dibenarkan pada uji klinik terhadap penyakit-penyakit yang
melebihi risiko yang terkandung. selama ini belum ada obat yang efektif, kasus-kasus penyakit
— penderita harus diberitahu tentang seluk beluk peneli- yang jarang dijumpai, atau pada pengukuran efek farmakologik
tian yang hendak dijalani, dan ia harus babas untuk meno- pada uji klinik fase I dan II. Berdasarkan perjalanan klinis
lak atau menerima keikutsertaannya dalam penelitian itu. dan tujuan pengobatan maka pengikutsertaan kelompok
— setiap saat penderita boleh menarik diri atau peneliti kelola ke dalam uji klinik dapat dilakukan secara paralel,
harus segera menghentikan penelitian bila timbul gejala menyilang dan sekuensial.
gejala yang mengancam kesehatan dan jiwa penderita. Dengan adanya kelompok pembanding dalam uji klinik, maka
Bertitik tolak dari Deklarasi Helsinki, seorang peneliti dapat diketahui pengobatan mana yang lebih efektif dan
yang menerima atau ikut menyelenggarakan uji klinik dapat lebih aman, sehingga kemajuan dalam pengobatan yang rasi-
dianggap tidak etis bila ia tidak mampu memenuhi persya- onal dapat terjamin perkembangannya.
ratan-persyaratan moral dan ilmiah. Peneliti yang mendahu-
lukan kepentingan pribadi dari kepentingan penderita atau
HARUS BEBAS DARI BIAS
tidak menjaga mutu ilmiah penelitian adalah peneliti yang
kurang etis. Bias adalah tiap proses pada setiap tahap penentuan sikap
dan pendapat yang cendrung memberikan hasil dan kesim-
pulan yang secara sistematik berbeda dari yang sebenarnya.
HARUS ADA PEMBANDING Dalam setiap studi analitik ada beberapa tahap kegiatan
Pembanding atau kelola adalah kelompok subjek/penderita yang harus dilalui, dimana pada setiap tahap ada berbagai
yang mempunyai kondisi kesehatan/penyakit dan perlakuan prosedur yang dapat menjadi sumber bias (6).

4 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


Uji klinik adalah salah satu bentuk studi analitik yang diang- ANALISA DATA SECARA STATISTIK
gap paling sempurna rancangannya, tetapi dapat memberikan Penggunaan metoda statistik dalam pengumpulan dan
dua bentuk bias yang tidak dimiliki oleh jenis studi analitik pengolahan data uji klinik bertujuan untuk menentukan
lainnya, yaitu kemungkinan timbulnya bias sewaktu alokasi apakah perbedaan atau persamaan hasil pengobatan pada ke-
penderita kedalam kelompok-kelompok experimental dan lompok experimental dan kelompok kelola terjadi karena
kelola, dan sewaktu mengukur dan membandingkan efek obat. peranan faktor-faktor kebetulan ( " chance factor "), obat
Kemungkinan timbulnya bias sewaktu alokasi penderita atau prognosis.
dapat diatasi dengan cara melakukan alokasi secara acak (ran- Peranan faktor kebetulan dalam menimbulkan persamaan
domized allocation).Alokasi teracak merupakan prosedur yang atau perbedaan hasil pengobatan antara kelompok expert
menjamin setiap subjek mempunyai peluang ( "chance" ) yang mental dan kelola tidak dapat disingkirkan sama sekali, tetapi
sama besarnya untuk dapat masuk kedalam setiap kelompok kemungkinan peranannya dapat diperkecil dengan menyerta
pengobatan yang ada dalam uji klinik. Jaminan ini hanya dapat kan jumlah sampel yang cukup untuk setiap kelompok. Me
diberikan bila untuk prosedur alokasi penderita ini digunakan tode statistik yang digunakan untuk menentukan jumlah
"random tabel". Sedangkan prosedur lain misalnya alokasi sampel yang mencukupi adalah dengan terlebih dahulu mene-
penderita secara sistemik atau bergantian, kocokan angka, tapkan taraf kemaknaan statistik dan klinis dari perbedaan
atau lambungan uang logam dianggap tidak bebas dari bias, hasil pengobatan antara kelompok experimental dengan
memakan waktu, atau hanya bermanfaat untuk alokasi tera- kelompok kelola.
cak yang sederhana. Karena alokasi secara acak membebaskan Taraf kemaknaan statistik dalam analisa data dihubungkan
peneliti dari bias, maka biasanya akan didapat kelompok dengan simbul alfa dan beta, dimana alfa menyatakan besarnya
experimental dan kelola yang mempunyai data dasar ( " base- kemungkinan (probability) dari hasil uji klinik tersebut ber-
line data") yang seimbang. Data dasar dalam kelompok ex- sifat positif semu ( " false positive"), sedangkan beta menya-
perimental dan kelola dinyatakan seimbang bila analisa sta- takan besarnya kemungkinan hasil uji klinik ini bersifat
tistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna negatif semu ("false negative"). Bila alfa dinyatakan sama
antara data dari kedua kelompok. dengan 0,05 , berarti selalu ada kemungkinan 1 dalam 20
Bila dalam suatu uji klinik disimpulkan bahwa satu obat uji klinik yang serupa yang perbedaan hasil pengobatan antara
lebih baik dari yang lainnya, maka hal ini mungkin timbul kelompok experimental dan kelola timbul secara kebetulan
karena, a) kelompok experimental dan kelola tidak mempu- dan bukannya karena obat. Bila beta dinyatakan sama dengan
0,1 berarti selalu ada kemungkinan I dalam 10 uji klinik
nyai data dasar yang sama (tidak seimbang), b) obat yang
yang serupa yang kebetulan tidak memperlihatkan perbe-
diselidiki lebih superior dari obat standar atau placebo, c) ada-
nya perbedaan yang kecil dari efek obat yang berubah menja-
di nyata karena efek obat yang satu diperkuat oleh faktor- Tabel I : Analogi antara konklusi diagnostik dengan
pemikiran statistik
faktor dalam kelompok yang menguntungkan. Faktor a dan c
ini adalah merupakan bias yang hanya dapat disingkirkan
dengan alokasi teracak. JALAN PIKIRAN DIAGNOSTIK

Kemungkinan timbulnya bias sewaktu mengukur efek Hasil Penyakit yang sesungguhnya
obat atau respons penderita dapat dihindari dengan cara mela- tes diagnostik ADA TIDAK ADA
kukan observasi atau pengukuran dalam keadaan tersamar
Positif diagnosis benar diagnosis salah
ganda (double—blind). Pada keadaan ini penderita dan pene- (positif semu = alfa)
(sensitivitas =
liti yang memberi obat sama-sama tidak dapat membedakan 1 — beta)
obat manakah yang mereka minum, apakah obat yang hendak
Negatif diagnosis salah diagnosis benar
diteliti ataukah obat standar/placebo. Supaya kedua jenis (spesifisitas =
(negatif semu =
obat tersebut betul-betul tidak dapat dibedakan oleh pen- beta) 1 — alfa)
derita dan peneliti, maka bentuk, ukuran, rasa dan bau,
cara dan frekuensi pemberian obat harus dibuat sama, mi-
salnya dengan jalan memasukkan obat yang bersangkutan JALAN PIKIRAN STATISTIK
kedalam "wafer capsules".
Hasil Perbedaan yang sesungguhnya
Disamping itu jenis tindakan lain yang diterima kedua kelom- analisa data ADA TIDAK ADA
pok penderita harus sama kualitas dan kuantitasnya. Dengan
cara ini bias yang berasal dari perasaan entusiasme terhadap kekeliruan jenis I/
Ada perbedaan yang Tidak keliru
obat baru, atau skeptis karena efek samping salah satu obat, bermakna , tolak H. (probability = positif semu
dapat ditiadakan pengaruhnya terhadap penilaian efek obat 1 — beta) (probability = alfa)
atau respons penderita. Suasana tersamar selama penelitian
Tidak ada perbeda- kekeliruan jenis tidak keliru
dapat terungkap bila timbul efek samping atau efek lain
an yang bermakna, II/negatif semu (probability = 1 — alfa)
yang khas untuk satu macam obat. Bila diduga keadaan ini terima Ho (probability= beta)
dapat terjadi selama penelitian, maka disamping peneliti
yang menangani penderita harus ada peneliti lain yang khu-
Ho = hipotesa nol.
sus menilai respons penderita saja.

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 5


daan hasil pengobatan yang bermakna antara kelompok ex- Biasanya jumlah sampel yang diperlukan untuk suatu uji
perimental dan kelola, padahal dalam 9 uji klinik lain yang klinik sudah tersedia dalam bentuk tabel (8).
serupa perbedaan yang bermakna itu selalu dijumpai. Ada atau tidaknya peranan faktor prognostik dalam mem-
Pengertian positif semu dan negatif semu dari uji klinik akan pengaruhi hasil pengobatan dapat ditentukan bila si peneliti
lebih mudah difahami bila uji klinik dianggap analog de- tidak lupa mengelompokkan penderita atas beberapa sub-
ngan tes diagnostik (7). Suatu test diagnostik dinyatakan kelompok berdasarkan tingkat prognosis penyakit yang sama,
positif semu bila tes menunjukkan hasil yang positif, tetapi dan kemudian melakukan analisa statistik atas data yang
penyakit yang sesungguhnya tidak ada. Misalnya hasil peme- berasal dari subkelompok yang sama, masing-masing dari
riksaan sputum menunjukkan adanya sel-sel ganas, tetapi kelompok experimental dan kelola. Suatu hasil uji klinik
pemeriksaan lebih lanjut (dengan foto- dan biopsi) tidak me- mungkin saja memberikan perbedaan yang bermakna antara
nunjukkan adanya kanker paru. Bila dalam tes diagnostik kelompok eksperimental dengan kelompok kelola, tetapi
ini besarnya hasil positif semu adalah alfa = 0,05 , maka perbedaan yang bermakna itu tidak terlihat bila hasil pengo-
nilai 1—alfa (= 0,95) mencerminkan spesifisitas dari test batan dibandingkan dalam subkelompok yang sama tingkat
diagnostik yang bersangkutan. prognostiknya. Misalnya, adalah hasil uji klinik dibawah ini.
Dengan menganggap beta sama dengan nilai negatif semu (Lihat Tabel II).
dalam tes diagnostik, maka dengan jalan pikiran yang sama
dengan diatas, nilai 1 — beta mencerminkan sensitivitas dari Dalam contoh uji klinik ini sekaligus juga terlihat bahwa
tes diagnostik.(Lihat Tabel I). Dengan demikian, sesungguh- penderita dalam kelompok obat A dan B tidak sebanding
nya uji klinik adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk dimana dalam kelompok A tercakup lebih banyak penderita
menilai manfaat pengobatan, yang sensitivitas dan spesifi- yang penyakitnya berat, sedangkan pada kelompok B terca-
sitasnya ditentukan oleh besar sampel. Makin besar jumlah kup lebih banyak penderita yang lebih ringan penyakitnya.
sampel makin spesifik dan makin sensitif hasil yang diperli- Hasil pengobatan total memberi kesan obat B lebih baik
hatkan oleh uji klinik yang bersangkutan, dan berarti pula daripada obat A. Sebaliknya suatu uji klinik yang memberikan
makin kecil peranan faktor kebetulan dalam mempengaruhi hasil pengobatan yang sama pada kelompok experimental
hasil uji klinik. Besar sampel yang memadai untuk suatu uji dan kelola, dapat mengungkapkan perbedaan hasil yang ber-
klinik adalah : makna bila dibandingkan dalam tingkat prognostik yang sama.
Lihat hasil analisa uji klinik dibawah ini. (Lihat Tabel III).

Dalam contoh uji klinik ini terlihat bahwa ada perbedaan


n = besar sampel perkelompok; . perbedaan hasil pengobatan yang hasil kesembuhan antara placebo, obat A dan obat B, pada
diduga secara klinis bermakna. tingkat prognosa yang sama.
Zα,β = nilai yang didapatkan pada tabel distribusi normal sesuai de- Dari uraian diatas dapat diringkaskan bahwa dalam uji
ngan α dan β klinik, analisa statistik diperlukan untuk :
p1 = proporsi kesembuhan dengan obat I; p 2 = proporsi kesembuhan • menilai kesebandingan ("comparability ") antara kelompok
dengan obat II, p = 1/2 (p1 + p 2 ). experimental dangan kelompok kelola.

TABEL II : Perbedaan hasil kesembuhan karena penderita kelompok A & B tidak sebanding
OBAT A OBAT B
jumlah pasien sembuh jumlah pasien sembuh

Penyakit ringan 30 24(80%) 70 56(80%)


(prognosa baik)
Penyakit berat 70 14(20%) 30 6(20%)
(prognosa buruk)

Total 100 38(38%) 100 62(62%)

TABEL III : Hasil total pengobatan sama, namun ada perbedaan hasil pada tingkat
prognostik yang sama

PLACEBO OBAT A OBAT B


jumlah pasien sembuh jumlah pasien sembuh jumlah pasien sembuh

Prognosa baik 50 35(70%) 50 45(90%) 50 25(50%)


Prognosa jelek 50 15(30%) 50 5(10%) 50 25(50%)

Total 100 50(50%) 100 50(50%) 100 50(50%)

6 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


• menilai apakah ada perbedaan hasil pengobatan yang ber- Melihat begitu banyaknya jebakan-jebakan yang dapat men-
makna antara kelompok experimental dengan kelompok jadi sumber kekeliruan, dan mengingat masih rendahnya mutu
kelola uji klinik di Indonesia, maka seorang peneliti harus berusaha
• menilai peranan faktor prognostik terhadap hasil pengo- memperbaiki sikap, meningkatkan ilmu serta ketrampilan
batan. dalam penyelenggaraan uji klinik.
Uji klinik adalah sesuatu yang mudah diucapkan tetapi
memerlukan pengorganisasian yang rumit dan harus ditangani
PENUTUP secara cermat oleh peneliti ahli.
Uji klinik yang telah selesai dikerjakan biasanya diberi-
takan atau dibacakan dalam majalah atau pertemuan ilmiah.
KEPUSTAKAAN
Seorang peneliti harus bersifat jujur dan cermat, dimana ia
harus meninjau kembali secara kritis pekerjaan yang telah 1. Bull JP. The historical development of clinical therapeutic trials.
dilakukannya, dan berusaha menghindari interpretasi yang J Chronic Dis. 1959; 10: 218 -248.
berlebihan dari hasil uji klinik yang telah dikerjakannya. 2. Feinstein AR. Statistics versus science in the design of experiments.
Hanya dia yang sesungguhnya mengetahui kualitas dan keter- Clin Pharmacol Ther. 1970; 11: 282 — 292.
3. Gore SM. Assessing Clinical Trials, First step. Brit Med J. 1981;
batasan data yang diperoleh. Seringkali seorang peneliti tidak 282: 1605 — 1607.
mengindahkan masalah "drop outs", tidak mencatat dan 4. Goldstein A, Aronow L, Kalman JM. Principles of Drug Action
tidak menganalisa data efek samping, keliru dalam memilih The Basis of Pharmacology. Dalam chapter 14. Drug Evaluation
parameter (variable) yang sesuai, salah menggunakan tes in Man, 779—832. Wiley Int. Ed. , 1974.
statistik yang sesuai, dan lain sebagainya. 5. Goodman LS, Gilman A. The Pharmacological Basis of Therapeutics,
5 th edition, Mc. Milian, New York, 1975.
Di Indonesia pemberitaan tentang hasil uji klinik ini cukup 6. Sackett DL. Bias in analytic research. J Chronic Dis 1979; 32 :
51—63.
banyak, dan telah dilakukan pengamatan terhadap persya-
7. Feinstein AR. Clinical biostatistics XXXIV. The other side of
ratan yang harus dipenuhi dalam mengerjakan uji klinik. statistical significance : alpha, beta, delta, and the calculation of
Ternyata sedikit sekali dari uji klinik tersebut yang memenuhi sample side. Clin Pharmacol Ther. 1975; 18: 491 — 504.
persyaratan (9). Kekurangan utama yang terlihat adalah uji 8. Rumke CL. Uncertainty as to the acceptance or rejection of the
klinik tersebut tidak mempunyai kelola, alokasi random prsence of an effect in relation to the number of observations in
an experiment. Triangle 1968; 8: 284 — 289.
tidak dikerjakan, jumlah sampel tidak memadai, dan tidak
9. Muchtar A, Syamsudin U, Sardjono SO, Setiawan B. Assessment
ada analisa statistik. Hasil-hasil uji klinik seperti ini tentu of Clinical Trial Reports. Report Cases from University of Indonesia
saja mudah memberikan kesimpulan yang menyesatkan. School of Medicine. The 2 nd Asian/Western Pasific Regional Meet-
Agaknya kebanyakan dari uji klinik yang ada di Indonesia ing of Pharmacologists, Yogyakarta, Indonesia June 1979.
digolongkan sebagai " promotional trial" atau merupakan
"testimonial report" yang disponsori perusahaan farmasi,
sehingga seringkali mengabaikan persyaratan ilmiah yang
harus dipenuhi. Seharusnya seorang peneliti sanggup membuat
rancangan percobaan sendiri, dan berani menolak rancangan
percobaan yang disodorkan sponsor bila dianggap kurang
bermutu.

Dr. D. L. Sackket (6) telah menghitung bahwa dalam me-


laksanakan penelitian klinik yang bersifat analitik ada 56 je-
bakan yang dapat menjadi sumber bias.Sumber kesalahan ke-
banyakan terjadi pada fase-fase perencanaan dan pelaksanaan,
dimana kesalahan ini tidak dapat diperbaiki lagi setelah uji
klinik selesai dilaksanakan.

Banyaknya kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi pada studi


analitik.

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 7


Fase-fase dalam Uji Klinik

Suatu uji klinik sebenarnya bertujuan meng-kuantifikasikan Karena selalu ada bahaya pada percobaan pertama, sebaik-
tingkat manfaat dan risiko suatu obat baru. Setiap zat yang nya percobaan dilakukan di rumah sakit, yang siap menanggu-
aktif untuk terapi pasti mengandung sejumlah risiko akibat langi bahaya efek samping yang mungkin timbul.
aktivitasnya dalam mempengaruhi fungsi-fungsi tubuh. Dalam Sukarelawan biasanya diambil dari karyawan industri
perkembangan penelitian klinik, mula-mula kita praktis farmasi yang ingin mengembangkan obat itu (biasanya dengan
tidak mengetahui sama sekali seluk beluk suatu obat. Maka imbalan uang). Sulitnya sumber subyek ini biasanya terbatas
tujuan penelitian adalah memperoleh pengetahuan lengkap jumlahnya. Bagaimana bila dipakai mahasiswa kedokteran?
tentang obat itu, kalau mungkin. Dan ini memakan waktu Banyak fakultas kedokteran di luar negeri yang melarang
yang lama sekali. Ini dapat digambarkan sbb. (Lihat Gambar 1) mahasiswanya menjadi sukarelawan di fakultasnya sendiri,
Dalam percobaan pre-klinik belum dipakai subyek manu- karena mahasiswa tidak berada dalam posisi yang enak untuk
sia. Pengaruh-pengaruh suatu obat-baru diselidiki pada hewan menolak permintaan dosennya. Menjadi sukarelawan di fakul-
percobaan. Begitu obat mulai dicoba pada manusia, dimulailah tas lain diperbolehkan.
suatu uji klinik, uji klinik fase I.
Penelitian fase II
Penelitian Fase I
Pada hewan, dalam penelitian pra-klinik, telah diteliti Tujuan utama dari percobaan-percobaan di sini ialah meneliti
sifat-sifat farmakologik suatu obat baru. Namun sulitnya tidak apakah suatu obat baru berguna untuk satu (atau lebih) indika-
semua sifat farmakologik yang terlihat pada hewan juga terli- si klinik. Fase ini dimulai ketika orang sakit (pasien) pertama
hat pada manusia. Misalnya Litchfield (1962) menunjukkan kali digunakan sebagai subyek dan bukan sukarelawan sehat.
bahwa dari 89 pengaruh obat yang berbeda-beda, 33 hanya Penelitian-penelitian awal mungkin bersifat tanpa - kontrol
terlihat pada manusia. (uncontrolled). Dulu penelitian begini sering dikecam, namun
Jadi tujuan penelitian fase ini ialah meneliti sifat-sifat sebenarnya bila dilakukan dengan benar, banyak informasi
farmakologik obat tsb. sehingga tercapai efek terapetik maksi- berharga yang dapat diperoleh. Penelitian di sini harus cukup
mum. Dalam prakteknya, pertama-tama harus diperoleh data memadai agar perkiraan perbandingan keuntungan : kerugian
farmakokinetik yang sederhana, misalnya waktu paruh dan dapat diketahui seawal mungkin. Dapat diperoleh pula infor-
"volume of distribution," disamping efek-efek farmakodina- masi tentang efek samping serta perkiraan manfaat klinik
mik lainnya. Penelitian yang lebih rumit boleh ditinggalkan dalam hubungannya dengan konsentrasi obat dalam cairan
untuk fase berikutnya. tubuh dan jaringan-jaringan (farmakokinetik). Eliminasi
Fase ini menggunakan subyek manusia sukarelawan yang obat dari tubuh (yang juga dilakukan pada penelitian fase I)
sehat. Namun demikian, hubungan antara fase I dan pra-klinik harus dicheck juga pada pasien karena pada orang sakit
erat. Hasil-hasil penelitian di sini dapat merangsang penelitian mungkin eliminasi obat berbeda akibat perubahan fungsi
baru pada hewan tubuh (farmakodinamika)

Pengetahuan leng-
kap tentang penga-
ruh obat pada ma-
nusia

Tak ada pengetahu-


an tentang pengaruh
obat pada manusia

8 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


Penelitian yang cermat pada tahap awal ini kadang kala Penelitian pra-pemasaran masih meninggalkan beberapa
dapat menunjukkan adanya indikasi baru. Penemuan ini dapat pertanyaan penting yang belum terjawab. Sebagai contoh,
terjadi pada setiap tahap penelitian (termasuk fase IV akhir) toksisitas suatu zat tak mungkin dinilai secara tepat dalam
dan kemungkinan ini harus selalu diingat. fase-fase sebelumnya bila insidensi agranulositosis adalah 1 :
Penelitian awal ini biasanya cukup arnan karena dimulai 20.000. Namun demikian penting diketahui apakah efek
dengan obat yang meskipun baru, tapi dengan dosis yang kecil tersebut memang ada. Ada beberapa kekurangan dalam fase II
dan dosis tunggal, pada beberapa orang pasien yang dimonitor dan III, yaitu terutama :
dengan ketat. Penambahan dosis, penambahan frekuensi * Jumlah pasien terbatas
pemberian, dan penambahan populasi pasien hanya dilakukan
* Lama pemberian obat terbatas
bila penelitian awal ini memberi hasil yang baik.
* Populasi pasien terbatas
Penelitian fase III
Oleh sebab itu penelitian fase IV harus di-disain untuk me-
Keputusan untuk memasuki fase III diambil bila para ngungkapkan :
peneliti yakin bahwa rasio manfaat : risiko obat baru itu dapat - Efek samping akibat penggunaan kronik
diterima. Karena itu pemberian secara lebih meluas obat baru - Manfaat obat dalam penggunaan jangka panjang.
itu dapat dibenarkan, dengan jumlah pasien yang lebih banyak - Data-data komparatif lainnya dalam penggunaan jangka
dan supervisi yang kurang ketat. Perubahan dari fase II ke fase panjang.
III ini berlangsung berangsur-angsur: supervisi pasien pada awal - Non-responder
fase III sama ketatnya dengan fase II. Sementara keyakinan - Penggunaan-penggunaan baru dan indikasi baru.
meningkat dan lebih banyak pasien yang terlibat, supervisi - Penilaian kemungkinan penyalahgunaan obat
dengan sendirinya makin berkurang. Tapi harus dijaga juga - Penilaian kemungkinan penggunaan obat secara berlebihan
agar pasien tidak dalam bahaya. Ketatnya supervisi ini tidak atau kesalahan dalam penggunaannya.
hanya tergantung pada perkembangan tahap penelitian, tapi Interaksi obat dan kompatibilitasnya dengan zat-zat lain
juga pada sifat obat yang diuji. Sementara fase III berlangsung, karena :
berbagai jenis disain penelitian dapat diujikan.
1. Metabolisme mungkin meningkat atau menurun
Pada akhir uji klinik seharusnya seorang dokter telah dapat
2. Perubahan pH urin mungkin mengubah ekskresi obat
menggunakan suatu obat baru dengan cukup kompeten sampai
3. Mungkin ada sekresi tubuler aktif
manfaat maksimumnya. Untuk ini dia harus dapat menimbang
4. Mungkin ada hambatan pada absorpsi dalam usus.
secara tepat perbandingan keuntungan dan kerugian/risiko
5. Perubahan motilitas usus mungkin terjadi
penggunaan obat itu pada berbagai kasus. Pada akhir fase III
6. Interferensi farmakologik, misalnya pada ujung saraf,
harus telah ada bukti-bukti tentang indikasi-indikasi dan dosis
dapat terjadi.
obat, juga tentang keamanannya untuk penggunaan jangka
panjang bila ada indikasi untuk itu. Untuk menjawab perta- Jadi, ada sejumlah alasan untuk membenarkan dilakukannya
nyaan-pertanyaan : Apakah obat berakumulasi dalam tubuh? penelitian fase IV; alasan yang tak ada hubungannya dengan
Apakah toksisitas meningkat dengan penggunaan jangka motivasi komersial, meskipun tak dapat dipungkiri bahwa
panjang? insidensi dan tingkat beratnya efek samping harus hasil-hasil penelitian itu sering dipakai untuk menunjang
dimonitor dengan cermat. pemasaran. EN.

Penelitian fase IV
KEPUSTAKAAN
Dapat dikatakan bahwa fase IV mencakup semua penelitian Good CS. Principles and Practice of clinical trials, Edinburgh : Chur-
yang dilakukan setelah obat baru mendapat izin untuk pema- chill Livingstone, 1976.
sarannya.

Menurut pendapat saya, dokter membunuh orang


sebanyak kita jenderal jenderal.
Napoleon Bonaparte

Biasanya dokter itu seperti anggur, terbaik bila telah tua.


Thomas Fuller

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 9


Penggunaan dan Penggunasalahan Statistik
dalam Percobaan Klinik
Dr. Arini Setiawati
Bagian Farmakologi, Fakultas kedokteran,
Universitas Indonesia, Jakarta.

PENDAHULUAN Table 1). Hal ini disebabkan karena tidak banyak peneliti
Statistik memegang peranan yang sangat penting dalam perco- di bidang kedokteran yang telah memperoleh pendidikan
baan klinik, yakni dalam stadium perencanaan maupun dalam formal dalam biostatistik, kebanyakan mungkin hanya mem-
stadium penyelesaian. Dalam stadium perencanaan, kontribusi peroleh penataran statistik yang minimal. Disamping itu peme-
statistik adalah dalam menentukan jumlah sample, cara rando- riksaan statistik oleh staf editor pada kebanyakan jurnal bu-
misasi, cara pengumpulan data agar dapat dianalisa dan dalam kan merupakan prosedur yang formal ( 2,6 ). Mungkin di anta-
pemilihan tes statistik yang akan digunakan. Kontribusi sta- ra staf editor tidak ada yang menguasai statistik, dan naskah
tistik dalam stadium penyelesaian adalah dalam analisa data yang dikirimkan secara rutin kepada ahli biostatistik untuk
serta presentasi dan interpretasi hasilnya (1). diperiksa hanyalah naskah-naskah yang penuh dengan penje-
Penggunasalahan statistik merupakan hal yang sering ter- lasan-penjelasan statistik karena salah seorang penulisnya
jadi. Para kritikus makalah kedokteran telah menemukannya ahli statistik, sehingga seringkali tidak memerlukan pemerik-
pada kira-kira separuh dari artikel-artikel yang menggunakan saan statistik. Naskah-naskah yang hanya menyebutkan bebe-
metode statistik dan dimuat dalam majalah-majalah kedok- rapa nilai p (probabilitas) dan tidak memberikan penjelasan-
teran yang terkemuka di dunia seperti British Medical Journal penjelasan statistik yang diperlukan adalah naskah-naskah
(BMJ), Circulation, Circulation Research, Annuals of Medi- yang paling memerlukan pemeriksaan statistik. Tetapi justru
cine, New England Journal of Medicine (NEJM), American naskah-naskah ini tidak dikirimkan kepada ahli biostatistik
Journal of Medicine, Archives of Internal Medicine dll (Lihat sehingga luput dari pemeriksaan statistik (4).

Tabel 1. Contoh penggunasalahan statistik dalam majalah-majalah kedokteran yang terkemuka

Majalah kedokteran yang disurvei


Jumlah makalah tanpa statistik dan
Jumlah makalah yang disurvei Keputusan
dengan penggunasalahan statistik
Jenis Periode

Circulation Juli - Desember 142 39% - tanpa statistik Glantz,


1977 (total) 27% - t - tes yang tidak benar 1980 (2)
Circul - Res. Januari - Juni 79 25% - tanpa statistik Glantz,
1977 (total) 46% - t - tes yang tidak benar 1980 (2)
BMJ Januari - Maret 77 19% - tanpa statistik Gore,
1976 (total) 42% - statistik dengan sedikitnya 1977 (3)
satu kesalahan
10 jenis : Januari - Maret 295 47% - metode statistik Schor & Karten,
1964 (sampel tidak benar 1966 (4)
—Ann Med acak)
—NEJM
—Amer J Med
— Arch Int Med
—J Clin Invest
— dll
5 jenis : Januari - Juni 1165 65% - tanpa statistik Feinstein
—BMJ 1973 (total) 35%-757 prosedur statistik, 1974 (5)
—JAMA 20% diantaranya tidak
—NEJM dikenal
—Lancet
—Canad Med
Assoc J

10 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


Tabel 2.. Besar sampel acak yang diperlukan untuk masing-masing dari
2 kelompok pengobatan dalam suatu percobaan klinik (aa = 0,05 dan ß=0,05)

Persentase kesembuhan dengan obat II ** Persentase


kesembuhan
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 dengan obat I

53 26 17 12 9 7 – – – – 0
270 83 42 26 18 13 9 7 – 10
402 111 53 31 20 14 9 – 20
494 128 58 32 20 13 – 30
539 134 58 31 18 7 40
539 128 53 26 9 50
494 111 42 12 60
402 83 17 70
270 26 80
53 90

* Dikutip dari Rumke CL (11). Uncertainty as to the acceptance


or rejection of the presence of an effect in relation to the number
of observations in an experiment. Triangle 1968 ; 8 ( 7) : 288.
** Bila α = 0,01 dan β = 0,01, angka-angka dalam tabel harus dikalikan 2.
Bila α = 0,01 dan β = 0,05, angka-angka dalam tabel harus dikalikan 1,5.
Bila α = 0,05 dan β = 0,10, angka-angka dalam tabel harus dikalikan 0,8.

A B C

Gambar 1.Besar sampel yang diperlukan dalam suatu percobaan klinik yang membandingkan
2 pengobatan, dimana Cl dan C2 adalah persentase kesembuhan dengan obat I dan obat II, C2
– Cl = perbedaan persentase kesembuhan dengan obat II dan obat I, N = besar sampel yang di-
perlukan untuk masing - masing kelompok pengobatan I dan II.

A. α = 0,05 dan β = 0,50


B. α = 0,05 dan β = 0,25
C. α = 0,05 dan β = 0,10
(Dikutip dari Boag JW, Haybittle JL, Fowler JF, Emery EW. The number of patients required in
a clinical trial. Brit J Radiol. 1971; 44 : 123).

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 11


Akhir-akhir ini beberapa jurnal telah menyadari perlunya
memperbaiki kualitas statistik dalam makalah-makalah yang
dimuat dalam jurnalnya. Untuk melaksanakan hal ini, ahli
biostatistik akan memeriksa aspek statistik dari semua naskah
yang akan dimuat dalam jurnalnya (7 -9).
BESAR SAMPLE
Besar sample yang diperlukan untuk suatu percobaan klinik
dapat dihitung dengan rumus (10) yang dicantumkan dalam
makalah dr. Armen ( lihat halaman 3 ), atau dapat dilihat
dari tabel (Tabel 2), grafik (Gambar 1) atau monogram
(Gambar 2).
Arti α dan β telah dijelaskan dalam makalah dr Armen.
Hanya kepentingan dan interpretasinya mungkin masih perlu
sedikit penjelasan. Nilai α = 0,05 berasal dari kebiasaan RA
Fisher yang kemudian diikuti oleh seluruh dunia statistik
sebagai nilai α yang biasanya dipilih (14). Tetapi peneliti atau
editor boleh saja memilih nilai α yang lain, seperti 0,01 atau
0,001. Bila dari perhitungan diperoleh nilai P> α, maka kita
mengambil kesimpulan bahwa keadaan yang teramati antara
hasil pengobatan I dan hasil pengobatan II secara statistik
tidak bermakna ("not significant"). Kesimpulan tersebut be-
nar. Kesimpulan yang salah adalah bahwa perbedaan tadi ti-
dak berarti ("insignificant")sehingga kita menerima hipotesis
nol. Dengan menyimpulkan bahwa perbedaan tadi tidak ber-
makna, berarti kita gagal untuk menolak hipotesis nol, tetapi
bukan berarti bahwa kita menerima hipotesis nol! Untuk me- Gambar 2. Monogram untuk menentukan besar sampel yang diperlukan
nerima hipotesis nol, masih diperlukan perhitungan β , yakni dalam suatu percobaan klinik yang membandingkan 2 pengobatan,
kemungkinan membuat kesalahan negatif semu, yaitu kesa- dimana parameter yang diukur merupakan skala interval, d = perbedaan
lahan menyimpulkan tidak ada perbedaan bila sesungguhnya hasil pengobatan I dan II, SD = standar deviasi dari hasil pengobatan I
(biasanya sudah diketahui dari penelitian-penelitian sebelumnya atau
perbedaan itu ada. Inilah yang disebut kesalahan tipe II, dari penelitian pendahulu), N = besar sampel yang diperlukan untuk
dan kemungkinannya dinyatakan dengan besarnya nilai β , kedua kelompok pengobatan (merupakan titik potong antara yang
yakni kemungkinan kegagalan untuk menemukan perbedaan menghubungkan s/SD dan 1 — β dengan garis α).
yang ada. Besarnya nilai β yang diterima untuk percobaan (Dikutip dari Altman DG [ 13 ]. Statistics and ethics in clinical research.
klinik biasanya berkisar antara 0,05 — 0,20 (13,15). III. How large a sample. Brit Med J 1980; 281 : 1337.)
Dengan memperhitungkan β untuk menentukan jumlah
sampel, misalnya diambil nilai β = 0,10, maka terdapat 90% ada/tidaknya perbedaan hasil pengobatan antara 2 obat
(1 —β ) kemungkinan untuk menemukan perbedaan hasil yang dibandingkan, tetapi makin besar jumlah sampel yang
pengobatan bila memang ada, pada tingkat kemaknaan =α . dibutuhkan. Karena itu dalam praktek, nilai-nilai α dan β
Bila ternyata diperoleh nilai P > α , kita dapat menerima hipo- disesuaikan dengan (i) jumlah pasien yang sesungguhnya
tesis nol (bahwa tidak ada perbedaan hasil pengobatan atau dapat diperolah untuk percobaan klinik tersebut, dan (ii) be-
bahwa perbedaannya tidak berarti) dengan kepercayaan sarnya dana yang tersedia untuk percobaan klinik tersebut (10).
yang cukup besar karena kemungkinan kesalahannya sudah Dari uraian diatas jelaslah bahwa besar sampel yang diper-
diperhitungkan = 10% ( β ). lukan harus diperhitungkan terlebih dahulu sewaktu menren-
Dalam rumus untuk perhitungan besar sample, terlihat fak- canakan suatu percobaan klinik. Faktor-faktor yang diper-
tor Zαdan Zβ. Bila β tidak ikut diperhitungkan, Zβ = 0, maka lukan untuk perhitungan besar sampel tersebut, seperti nilai-
jumlah sample yang dibutuhkan menjadi jauh lebih kecil. nilai α dan β yang dipilih, perkiraan nilai-nilai pr, A atau
Dalam hal ini β = 0,50, berarti bahwa kemungkinan untuk d/SD, harus dilaporkan sewaktu hasilnya dipublikasi. Tetapi
menemukan perbedaan yang sesungguhnya ada, hanya 50%. rupanya perhitungan besar sampel ini jarang sekali dilakukan.
Bila nilai β > 0,50%, maka Zβ negatif sehingga jumlah sample Di antara 172 "randomized control trials" yang dimuat
yang dibutuhkan lebih kecil lagi. Jadi jelaslah bahwa makin dalam New England Journal of Medicine dan Lancet dari
kecil jumlah sampel makin besar risiko untuk tidak menemu- tahun 1973 s/d 1976, tidak ada satupun yang menyebutkan
kan perbedaan yang ada, atau dengan perkataan lain makin perkiraan besar sampel yang dibutuhkan sebelum trial dimulai,
kecil kemungkinan untuk dapat menemukan perbedaan yang dan juga tidak ada satupun yang menetapkan besarnya perbe-
sesungguhnya ada. Kesimpulan yang sama juga dapat ditarik daan yang akan diterimanya sebagai perbedaan yang berarti
dari tabel (Table 2), grafik (Gambar 1) maupun monogram dalam klinik (16). Jelaslah bahwa dalam kebanyakan trial
(Gambar 2) yang digunakan untuk perhitungan jumlah sample. tersebut perhitungan-perhitungan demikian tidak dilakukan.
Makin kecil nilai-nilai α dan β , makin tinggi specificitas Tidak dilakukannya perhitungan jumlah sampel yang dibu-
(1 —α) dan sensitivitas (1 — β ) percobaan klinik dalam mencari tuhkan sering kali mengakibatkan sampel yang diambil terlalu

12 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


sedikit jumlahnya. Telah disebutkan bahwa sampel yang ter- RANDOMISASI
lalu kecil meningkatkan risiko untuk tidak menemukan Proses randomisasi dalam uji klinik digunakan untuk alokasi
perbedaan-perbedaan yang sesungguhnya ada. Hal ini jelas penderita kedalam kelompok-kelompok yang sebanding
terlihat dari hasil suatu survei mengenai 71 "randomized con- (1,20). Penggunaan lain dari proses randomisasi adalah untuk
trol trials" yang memberikan hasil "negatif" dan berasal dari memilih sampel dari populasi, dengan maksud untuk memper-
20 jenis jurnal tetapi terutama dari Lancet, NEJM dan JAMA oleh sampel yang representatif (21). Dalam uji klinik, sampel
selama periode tahun 1960 — 1977 (kebanyakan dari tahun penderita tidak pernah dipilih secara random dari populasi
1970 — 1977). Bila 25% dianggap sebagai perbedaan (antara penderita yang memenuhi persyaratan trial dan bersedia ikut
pengobatan dan kontrol) yang bermakna secara klinik dan serta dalam trial tersebut, melainkan diambil semuanya sampai
dipilih nilai α = 0,05, maka dari besar sampel yang digunakan, tercapai jumlah yang dikehendaki. Dengan demikian sampel
nilai β dapat dihitung. Ternyata daai 71 trial tersebut, hanya uji klinik sebenarnya tidak mewakili populasi penderita de-
4 yang mempunyai nilai β ≤ 0,10. Ini berarti bahwa diantara ngan penyakit yang sama, melainkan mewakili diri mereka
71 trial dengan hasil "negatif" tersebut, hanya 4 yang mem- sendiri (20). Dasar penggunaan tes statistik adalah untuk
punyai jumlah sampel yang cukup sehingga hasil negatif untuk dapat mengekstrapolasikan hasil yang diperolah pada sampel
menemukan perbedaan 25% tadi cukup dapat dipercaya kepada populasinya. Itulah sebabnya untuk menggunakan tes
(kemungkinan kesalahannya ≤ 10%). Bila perbedaan diambil statistik disyaratkan pemilihan sampel yang dapat mewakili
50% dan nilai α = 0,05, maka dari 71 trial tersebut ada 21 de- populasinya, yakni sampel yang dipilih secara random dari
ngan nilai β ≤ 0,10. Bial untuk setiap trial dihitung 90% populasinya. Akibatnya, hasil suatu uji klinik hanya dapat
"confidence interval" dari perbedaan antara pengobatan dan digunakan/diekstrapolasikan pada penderita-penderita yang
kontrol, ternyata pada 57 trial (80%) interval tersebut men- kondisinya persis sama dengan kondisi penderita-penderita
cakup perbedaan 25%, dan pada 34 trial (49%) mencakup yang diobati dalam trial tersebut (20).Dengan demikian kon-
perbedaan 50%; semua ini termasuk yang mempunyai nilai disi masing-masing penderita dalam trial harus dijelaskan beser-
β > 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di ta hasil pengobatan masing-masing. Hal ini dapat dilaksanakan
antara 67 trial dengan nilai β (risiko untuk tidak menemukan dengan membagi penderita dalam strata (subkelompok-
perbedaan 25%) > 10%, 57 trial (85%) mempunyai potensi subkelompok) prognostik, seperti misalnya prognosis baik,
untuk menemukan perbedaan 25% tersebut tetapi gagal akibat prognosis sedang ("fair") dan prognosis buruk. Bila strati-
jumlah sample terlalu kecil. Demikian juga dengan 50 trial fikasi ini dapat ditetapkan sebelum trial dimulai, randomisasi
dengan nilai β (risiko untuk tidak menemukan perbedaan dilakukan dalam setiap stratum, sehingga akan diperoleh
50%) > 10%, 34 trial (68%) mempunyai potensi untuk mene- kelompok-kelompok pengobatan yang komposisi prognostik-
mukan perbedaan 50% tersebut tetapi gagal akibat jumlah nyabenar-benar sebanding. Bila prestratifikasi tersebut tidak
sampelnya terlalu kecil. Sebagaimana telah disebutkan, jum- dapat dijalankan, randomisasi dilakukan secara keseluruhan,
lah sampel yang terlalu kecil umumnya disebabkan karena dan stratifikasi dilakukan belakangan. Meskipun komposisi
tidak dilakukan perkiraan jumlah sampel yang dibutuhkan prognostik dari kelompok-kelompok pengobatan benar-benar
sebelum trial dimulai. Ternyata memang hanya satu diantara sebanding, hasil pengobatan harus dianalisa dalam masing-
71 makalah tersebut diatas yang menyebutkan bahwa α masing stratum (22). Hasil pengobatan dari masing-masing stra-
dan β dipertimbangkan sebelum trial dimulai, dan hanya pada tum inilah yang dapat diekstrapolasikan pada penderita-
14 makalah disebutkan perlunya jumlah sampel yang lebih penderita prognosis yang sama.
besar.
Dalam kebanyakan uji klinik, sampel tidak digunakan
Dari survei tersebut diatas jelaslah bahwa untuk semua untuk memperkirakan parameter populasi (dengan meng-
trial dengan hasil negatif, dalam laporannya perlu dicantum- ekstrapolasikan hasil yang diperoleh pada sampel), melainkan
kan "confidence interval" dari perbedaan yang diamatinya. untuk membandingkan 2 atau lebih jenis pengobatan (21).
(17,18). Letak dan lebarnya confidence interval ini dapat Si peneliti jarang peduli akan parameter populasinya yang
memberikan gambaran tentang kemungkinan adanya perbe- hipotetik dan biasanya hanya memperhatikan hasil pada sam-
daan dan jumlah sampel yang dibutuhkan untuk dapat mene- pelnya. Karena itu dalam pemilihan sampel harus diperoleh
mukan perbedaan tersebut (15). Dengan demikian trial-trial kelompok-kelompok pengobatan yang sebanding, sehingga
dengan hasil negatif tidak dibuang begitu saja, tetapi masih bila diperoleh hasil yang berbeda, perbedaan tersebut bukan
dapat dilihat kemungkinannya bahwa hasil negatif tersebut disebabkan oleh perbedaan dalam komposisi kelompok melain-
semu. Sayangnya para editor majalah-majalah kedokteran kan disebabkan oleh perbedaan dalam pengobatan atau oleh
tidak mengharuskan para penulis makalah untuk melaporkan faktor kebetulan. Besarnya kemungkinan (probabilitas) bahwa
"confidence interval" dalam trial-trial dengan hasil negatif perbedaan tersebut akibat faktor kebetulan dapat diperhi-
(Rose, 1980). Tampaknya hanya satu jurnal, yakni British tungkan dengan tes statistik yang sesuai. Besarnya risiko yang
Journal of Surgery, yang mengharuskan "confidence interval" kita bersedia tanggung untuk membuat kekeliruan dengan
dicantumkan dalam makalah-makalah hasil trial yang akan menerima faktor kebetulan sebagai perbedaan yang sebenar-
dimuatnya (17). Disamping itu masih ada masalah etik. Mela- nya, kita tetapkan sebagai nilai α(biasanya0,05). Bilakemung-
kukan suatu trial yang kecil kemungkinannya untuk menda- kinan perbedaan tadi akibat faktor kebetulan (dari perhi-
patkan hasil negatif, misalnya untuk dapat menemukan suatu tungan statistik) lebih kecil dari risiko yang kita bersedia
efek pengobatan, jelas tidak etis, apalagi bila prosedur trial tanggung, dikatakan bahwa perbedaan tersebut bermakna seca-
menimbulkan risiko dan rasa tidak enak pada pasien (13,19). ra statistik. Jadi kebanyakan tes statistik hanya boleh digu-

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 13


nakan untuk membendingkan hasil dari 2 . atau lebih jenis Jadi untuk dapat membandingkan secara statistik, harus diper-
pengobatan, bila kelompok-kelompok pengobatannya se- hitungkan data dari semua penderita, termasuk penderita-
banding, terutama dalam komposisi prognostiknya. Sebagai penderita yang menyimpang dari protokol trial, yang dalam
kekecualian adalah berbagai tes permutasi, atau disebut juga perhitungan statistik tetap dimasukkan dalam kelompok
tes randomisasi, yang tidak memerlukan persyaratan terse- dimana mereka dialokasikan secara random pada awal trial.
but (22). Untuk memperoleh kelompok-kelompok pengobatan Trial demikian membandingkan "policy" pengobatan yang
yang sebanding, maka alokasi penderita harus dilakukan berbeda (23).
secara tidak "bias", yakni dilakukan secara random (20). Pelanggaran terhadap prinsip tersebut di atas, seperti yang
Hal ini berlaku terutama untuk disain perbandingan kelompok terjadi pada studi Anturane untuk mencegah "sudden death"
(group comparison), yakni disain yang paling sering digunakan setelah infark miokard (24), dimana penderita-penderita yang
dalam uji klinik. Untuk disain menyilang ("cross-over"), tidak memakan obatnya selama 7 hari dikeluarkan dari analisa
alokasi random juga diperlukan karena urutan atau waktu statistik, menjadi salah satu alasan yang menyebabkan studi
pemberian obat mungkin juga mempengaruhi hasilnya. Untuk tersebut diragukan validitasnya sehingga ditolak oleh FDA (25).
disain pasangan serasi ("matched—pair"), alokasi random ini Paul Meier, ahli statistik pada University of Chicago menga-
tentu saja tidak diperlukan, tetapi disain ini jarang sekali takan bahwa : "Kebanyakan trial lainnya, dan semua trial
dilakukan karena kesulitan dalam pelaksanaannya. yang dilakukan oleh NHLBI (National Heart, Lung, and
Kesalahan yang sering kali dilakukan sehubungan dengan Blood Institute di Amerika) tetap memperhitungkan pen-
randomisasi ini ialah bahwa peneliti hanya menyatakan "alo- derita-penderita yang tidak mematuhi aturan pengobatannya"
kasi penderita dalam kelompok-kelompok pengobatan dila- (25). Salah satu contoh adalah trial yang membandingkan
kukan secara random", tanpa memberikan penjelasan tentang pengobatan antara 2 jenis beta-blocker untuk infark miokard
cara yang dipilih dan bagaimana melaksanakannya (3). Selain yang "suspected" (26), dimana penderita-penderita yang
itu masih banyak percobaan klinik yang dilaksanakan tanpa dihentikan pengobatannya karena alasan efek samping, tetap
dilakukan randomisasi. Jarang dibenarkan untuk tidak mela- diperhitungkan dalam analisa statistiknya.
kukan randomisasi, dalam hal ini perlu diberikan penjelasan Kesalahan lain yang sering dilakukan peneliti dalam proses
tentang alasan-alasan mengapa dilakukan alokasi non-random, pengumpulan data adalah membuang hasil observasi yang tam-
untuk menunjukkan pada para pembacanya bahwa alokasi paknya jauh berbeda dari data lainnya. Dalam hal ini hasil
yang bias tidak terjadi (3). observasi tersebut harus diperiksa kembali untuk melihat
apakah ada kesalahan pencatatan. Bila ternyata tidak ada
bukti salah catat, dan nilai tersebut memang mungkin maka
PENGUMPULAN DATA
tidak boleh dikeluarkan dari analisa statistik. Janganlah
Setelah randomisasi, penderita telah resmi diikutsertakan da- sekali-kali membuang nilai-nilai demikian hanya atas dasar
lam trial. Sekali diikutsertakan dalam trial, penderita harus bahwa nilai tersebut merupakan angka terbesar atau ter-
di "follow up" dengan ketat, baik penderita yang mendapat kecil (27).
pengobatan baru maupun penderita yang mendapat plasebo/ Kesalahan lain lagi dalam pengumpulan data adalah keal-
kontrol. Bila setelah randomisasi ternyata diagnosis penderita paan mencatat data, kesalahan pencatatan dB yang biasanya
salah, penderita tersebut di "drop" dan tidak diperhitungkan tidak banyak sehingga tidak banyak mempengaruhi hasilnya.
dalam analisa statistik karena memang tidak memenuhi kri- Disamping itu masih ada data yang tidak dapat dicatat karena
teria pemilihan penderita. Penderita yang tidak kembali nilainya berada dibawah sensitivitas alat ukur yang digunakan
untuk "follow up" harus dihubungi (via telpon, surat menyu- (misalnya kadar obat dalam plasma), atau karena penelitian
rat, atau bila perlu dengan kunjungan rumah) untuk menge- telah dihentikan sebelum peristiwa yang harus dicatat terjadi
tahui nasibnya. Hal ini juga berlaku bagi penderita yang pindah (misalnya kematian). Dalam hal ini mungkin datanya perlu
ke luar negeri yang di "drop" dan diperhitungan statistik dianalisa secara non-parametrik (27).
berlaku sampai saat penderita tersebut berangkat (23).
Penderita-penderita yang menyimpang dari protokol trial, Kesalahan-kesalahan dalam pengumpulan data sering kali
seperti penderita-penderita yang menolak untuk meneruskan akibat kegagalan pada stadium pencernaan dalam memperki-
partisipasinya dalam trial, yang tidak mematuhi keterituan- rakan masalah-masalah yang akan timbul dalam pelaksana-
ketentuan trial, yang pengobatannya dihentikan atau dialihkan annya. Karena itu untuk trial-trial yang besar perlu dilakukan
dari pengobatan yang satu ke pengobatan yang lain dalam trial suatu percobaan pendahuluan untuk dapat menemukan keku-
tersebut atau ke pengobatan yang lain sama sekali (diluar rangan-kekurangan yang utama. Karena kita tidak dapat me-
trial), atau yang melakukan penyimpangan apapun juga, ramalkan gejala-gejalanya yang mungkin relevan, maka penting
harus tetap dimasukkan dalam perhitungan statistik sampai sekali untuk melakukan randomisasi dan berpegang teguh
akhir trial (tidak boleh hanya sampai saat penyimpangan padanya (27).
terjadi) (23). Menyajikan hasil antara penderita-penderita yang
mematuhi protokol saja yang dapat dilakukan, tetapi tidak ANALISA DATA
dapat dilakukan perbandingan dengan menggunakan tes sta- Ada 3 jenis data berdasarkan skala pengukurannya, yakni
tistik, karena materi penderitanya tidak lagi merupakan sampel skala nominal atau klasifikasi (misalnya mati/tidak - mati,
acak yang menjadi syarat digunakannyai tes statistik. Disam- sembuh/tidak sembuh, berhasil/gagal, jenis-jenis golongan
ping itu dalam mengeluarkan penderita-penderita yang me- darah dll), skala ordinal atau ''ranked" (misalnya sakit sekali-
nyimpang dari protokol trial, mungkin masuk faktor bias. sakit—sakit sedikit—tidak sakit, yang dapat diberi skor 3+, 2+,

14 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


1+, dan 0) dan skala interval atau numerik (misalnya nilai Hb, dan tidak boleh untuk data skor kecuali bila nilai skornya
nilai tekanan darah,-nilai kadar kolesterol dll). Jenis data ini merupakan fungsi linier. Untuk data ordinal, nilai sentral
" "
menentukan prosedur statistik yang akan digunakan. dapat dinyatakan sebagai median atau mode , sedangkan un-
tuk data nominal hanya dapat digunakan "mode" (32).
1. Nilai Sentral dan Dispersi Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam penggunaan
Dispersi atau variasi data dalam penelitian kedokteran paling maupun presentasi nilai sentral atau dispersi adalah :
sering dinyatakan sebagai SD ("standard deviation") atau a) Nilai rata-rata digunakan untuk menghitung nilai sentral
SEM ("standard error of the mean") (5,28), tetapi rupanya dari data berupa skor yang bukan merupakan fungsi linier.
pengertian akan SD dan SEM ini masih belum difahami sepe- b) SD digunakan untuk menyatakan variabilitas data yang dis-
nuhnya (2,28,29,30). tribusinya menyimpang jauh dari normal.
SD dan SEM hanya dapat digunakan untuk data numerik c) SEM dinyatakan sebagai indeks dispersi data.
dan tidak boleh digunakan untuk data yang berupa skor d) Data dituliskan misalnya : "tekanan darah distolik 150
(kecuali bila nilai skor merupakan fungsi linier sehingga me- ± 20 mmHg" tanpa menyebutkan apa yang dimaksudkan.
nyerupai nilai interval). SD menunjukkan variabilitas dari Nilai 150 dapat diperkirakan nilai rata-rata, tetapi nilai
data yang diperoleh, sedangkan SEM menunjukkan presisi 20 dapat berarti SD, atau SEM, atau 2 SD, atau 2 SEM dll.
dari nilai rata-rata sampel terhadap nilai rata-rata yang sesung- Untuk rnenghindarkan kesalahpahaman mengenai penger-
guhnya (nilai rata-rata dari populasi). Pada umumnya peneliti tian SD dan SEM, Bunce dkk (28) mengusulkan agar selalu
harus memberikan gambaran tentang data yang diperolehnya. melaporkan SD (bersama nilai rata-rata dan jumlah sampel )
Untuk maksud ini peneliti harus melaporkan nilai rata-rata dan untuk menggambarkan variabilitas data pasien, dan bila
SD. Nilai rata-rata ± 2 SD menunjukkan "range" yang meli- SEM dilaporkan agar dinyatakan bahwa SEM ini tidak meng-
puti 95% dari data, dengan batas-batas yang sama jauh dari gambarkan variabilitas data pasien.
nilai rata-rata. Gambaran data demikian tentu saja hanya
berlaku bila datanya mempunyai distribusi yang kurang lebih 2. Tes Statistik
normal. Bila distribusi data menyimpang jauh dari normal Pemilihan tes statistik dalam uji klinik didasarkan atas:
(dapat diperkirakan misalnya dari nilai median yang jauh (a) jenis skala pengukuran : nominal, ordinal atau numerik.
berbeda dari nilai rata-rata, atau dari nilai 2 SD yang jauh (b) jumlah kelompok/jenis pengobatan : 2 atau lebih.
lebih besar dari nilai rata-rata sehingga batas bawah dari range (c) kelompok berkaitan ("related") atau tidak ("inde-
data bernilai negatif suatu hal yang tidak mungkin), SD tidak pendent").
dapat menggambarkan penyebaran data. Dalam hal ini untuk (b) dan (c) tergantung pada disain uji klinik :
— perbandingan kelompok ("group comparison")
memberikan gambaran tentang datanya, peneliti harus mela-
porkan nilai median dan nilai persentil (10% dan 90% atau — disain menyilang ("cross-over design")
— pasangan serasi ("matched pairs")
5% dan 95% untuk sampel yang lebih besar). Nilai persentil
ini sekarang banyak dianjurkan untuk menggambarkan penye- — "randomized block design"
— "Latin square design"
baran data karena dianggap lebih realistik, tidak tergantung
(d) besar sampel
pada asumsi tentang distribusi data, dan dapat digunakan juga
untuk data ordinal. Penyebaran data dapat juga dinyatakan Jenis-jenis tes statistik yang digunakan dalam uji klinik serta
dalam "range" tetapi nilai-nilainya sangat tergantung pada syarat-syarat penggunaannya dapat dilihat pada Table 3.
nilai-nilai ekstrim atau nilai-nilai yang menyimpang sehingga Kesalahan yang terjadi umumnya adalah kesalahan dalam
kurang renresentatif. pemilihan tes statistik yang tepat karena kebanyakan peneliti
Meskipun SEM dihitung dari SD (SEM = dimana
tidak mengetahui/memperhatikan syarat-syarat penggunaan-
n = jumlah sampel), tetapi SEM sama sekali tidak menggam- nya, serta tidak menyadari akibat-akibatnya. Kebanyakan
barkan penyebaran data melainkan menunjukkan besarnya pe- peneliti (termasuk para editor! )juga tidak menyadari bahwa
nyimpangan nilai rata-rata sampel dari nilai rata-rata yang se- tes statistik tidak selalu diperlukan. Analisa statistik dimak
sungguhnya. Dengan demikian SEM ini diperlukan dalam per- sudkan untuk membantu presentasi dan interpretasi data.
hitungan-perhitungan tes-tes statistik dan perhitungan "con- informasi terletak didalam datanya sendiri. Bila percobaan
fidence interval". Nilai rata-rata ± 2 SEM menunjukkan direncanakan dengan baik, biasanya interpretasi datanya
"range" dimana kita pe-rcaya 95% terletak nilai-nilai rata-rata jelas. Bila demikian halnya, analisa statistik (meskipun tes
yang sesungguhnya, "range" ini disebut juga "95% confi- statistiknya tepat) tidak diperlukan karena tidak menambah
dence interval". Berbeda dengan "range" nilai rata-rata ± 2 SD, sesuatu yang berarti pada presentasinya. Manfaat statistik
yang hanya berlaku untuk menggambarkan data bila distri- yang sesungguhnya terletak bukan pada analisanya tetapi
busi datanya kurang lebih normal, "range" nilai rata-rata pada perencanaannya (38).
± 2 SEM tetap berlaku untuk memperkirakan letak sesung- Selain itu sering terjadi pada penulis makalah hanya menulis
guhnya meskipun distribusi datanya tidak normal (30,31). nilai p (probabilitas), tanpa menyebutkan tes statist ik apa
Sejalan dengan paling seringnya SD dan SEM digunakan yang digunakannya. Feinstein (5) menunjukkan bahwa dari
untuk menyatakan dispersi, dapat diperkirakan (meskipun 389 makalah kedokteran yang menggunakan tes statistik.
tidak disebutkan) bahwa nilai sentral paling sering dinyatakan 128 (33%) diantaranya tidak menyebutkan tes statistik apa
sebagai nilai rata-rata ("mean"). Analog dengan SD dan SEM, yang digunakannya, sehingga pembaca harus memperkirakan
nilai rata-rata hanya boleh digunakan untuk data numerik sendiri dari presentasi datanya.

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 15


Tabel 3. Berbagai tes statistik yang digunakan dalam uji klinik serta syarat-syarat penggunaannya,disamping syarat bahwa alokasi
penderita ke dalam kelompok-kelompok pengobatan harus dilakukan secara random (31 - 37).

JUMLAH KELOMPOK/JENIS PENGOBATAN

Jenis Skala 2 Kelompok/Jenis Pengobatan > 2 (m) Kelompok/Jenis Pengobatan

Tidak Berkaitan Berkaitan Tidak Berkaitan Berkaitan


Pengukuran ("Independent " ) ("Related") ("Independent") ("Related " )

NOMINAL Tes X 2 (tabel 2 x 2) Tes McNemar (Tabel 2 x 2) Tes X2 (tabel m x k) Tes Cochran
N = total jumlah sampel. - data : frekuensi dalam ka- = tes X 2 yang berkaitan - data : frekuensi dalam - data : nilai nominal
tagori nominal ("Paired x2 test") kategori nominal - n jumlah sampel per
E = "Expected value" - N > 40 = "Paired alternatives" - semua E ≥ 1 dan E <5 kelompok) tidak terlalu ke-
n1 dan n2 = jumlah - gunakan koreksi Yates - data : frekuensi dalam hanya pada ≤ 20 % kotak cil (Cochran tidak menye-
sampel masing - bila N ≥ 100 dan semua katagorei nominal - tanpa koreksi Yates but beberapa minimal).
E ≥ 10 boleh tanpa korek-
masing kelompok.
si Yates. -E≥5
n = jumlah sampel per
kelompok Tes X2 (tabel 2 x k) - gunakan koreksi Yates
p = proporsi/persentase - data : idem
SD = deviasi standar -semua E ≥ 1 dan E < 5
hanya pada <20 % kotak
tanpa koreksi Yates
Tes eksak Fisher (tabel 2 x 2)
- data : idem
-N<20
- N 20-40 dan E <5
Perbedaan proporsi
- data : proporsi/persentase
- n l dan n 2 masing-masing
> 30.
- dengan/tanpa koreksi Yates
- p gabungan/masing-masing

ORDINAL Tes Kolmogorov-Smirnov Tes " Sign " Tes Kruskal - Wallis Tes Friedman
( tabel 2 x k ) - data : nilai skor - data : nilai skor - data : nilai skor
- data : frekuensi dalam ka- - N kecil maupun besar - N kecil maupun besar - N kecil maupun besar
tegori ordinal
- N kecil maupun besar
Tes Mann - Whitney Tes Wilocxon
- data : nilai skor - data : nilal skor
- N kecil maupun besar -- N kecil maupun besar

INTERVAL - Tes t Tes t yang berkaitan Analisa Varians Analisa Varians


NUMERIK - data : nilai numerik yang ("Paired t test ") - data : nilai numerik yang - data : nilai numerik yang
distribusinya kurang - data : nilai numerik yang distribusinya kurang lebih distribusinya kurang lebih
lebih normal distribusinya kurang lebih normal. normal.
- n l dan n 2 masing-masing normal - varians per kelompok tidak - varians per kelompok tidak
≤ 30 - n kecil maupun besar berbeda bermakna. berbeda bermakna
Varians l dan varians2 ti-
dak berbeda bermakna
- SD gabungan
Tes Z
- data : idem
- n l dan n 2 masing-masing
>30
- SD masing-masing

Disain Uji Klinik * Perbandingan kelompok * Pasangan serasi * Perbandingan kelompok * " Randomized block design"
* Disain menyilang * "Latin Square design"

16 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


Dalam makalah ini hanya akan dibahas kesalahan-kesalahan yang berbeda atau beberapa kelompok respons pada waktu
2
yang sering kali menyertai penggunaan tes t dan tes x , yakni yang berbeda. Dalam hal ini harus digunakan analisa vari-
2 tes statistik yang paling banyak digunakan dalam penelitian- ans, karena bila tes t digunakan untuk membandingkan
penelitian kedokteran (5). kelompok-kelompok tersebut sepasang-sepasang, maka
nilai p (probabilitas) yang besarnya kira-kira = penjum-
lahan nilai p dari tiap pasangan kelompok. Misalnya bila
2.1 Tes t (dari Student). Ini adalah tes statistik yang paling tes t digunakan untuk membandingkan 3 kelompok pengo-
populer dalam penelitian kedokteran (5). Syarat-syarat peng- batan (misalnya A,B, dan C), maka ada 3 tes t yang dapat
gunaannya dapat dilihat dalam Tabel 3. Kesalahan-kesalahan dilakukan (antara A dengan B, B dengan C, dan A dengan
yang biasanya dibuat serta akibat-akibatnya ialah : C). Bila dalam hal ini dilaporkan bahwa ada perbedaan
• (a) Alokasi penderita tidak dilakukan secara random. Bila dengan nilai p < 0,05, maka nilai p yang sebenarnya kira-
alokasi random benar-benar diperlukan (seperti pada per- kira = 3 x 0,05 = 0,15 (tepatnya 0,13) (2).
bandingan kelompok) tetapi tidak dilakukan, maka akan Dalam trial suatu pengobatan baru, etik merupakan salah
masuk faktor "bias" dan diperoleh kelompok-kelompok satu pertimbangan utama; dimana harus diusahakan agar pen-
pengobatan yang tidak sebanding, sehingga bila diperoleh derita yang mendapat pengobatan yang inferior seminimal
hasil yang berbeda , perbedaan tersebut mungkin disebab- mungkin jumlahnya maupun lamanya pengobatan. Hal ini
kan oleh kelompoknya yang berbeda dan bukan oleh seringkali menyebabkan peneliti tergoda untuk menganalisa
pengobatannya. datanya berulang-ulang sebelum jumlah sampel yang telah
• (b) Distribusi data tidak normal. Dalam praktek tidak ada diperhitungkan tercapai, dan menghentikan trialnya pada
data yang benar-benar normal, dan meskipun beberapa saat hasilnya memberikan perbedaan dengan p < 0,05. Tin-
jauh data menyimpang dari distribusi normal dapat diuji, dakan ini tidak benar karena dari trial dengan jumlah sampel
misalnya dengan menggunakan kertas probabilitas normal yang telah ditentukan lebih dahulu, hasil trial direncanakan
(31),atau lebih sederhana dengan melihat perbedaan antara hanya untuk dianalisa satu kali, yakni setelah jumlah sampel
nilai rata-rata dan median, atau dengan melihat "scatter tercapai. Bila dianalisa lebih dari satu kali, maka probabilitas
diagram" dari datanya (3) tetapi dalam praktek peneliti untuk mencapai nilai α (batas kemaknaan) tidak lagi = 0,05,
lebih sering hanya menggunakan pertimbangannya saja (39). tapi makin meningkat dengan makin seringnya tes statistik
Bila distribusi data menyimpang jauh dari normal, harus dilakukan (Lihat Table 4) (40).
dilakukan transformasi ke bentuk logaritmanya, yang se- Dari Table 4 dapat dilihat bahwa nilai α yang 5% bila tes
ring kali menghasilkan distribusi yang mendekati normal statistik dilakukan satu kali setelah jumlah sampel tercapai,
(3). akan meningkat menjadi 19,3% bila tes tersebut diulang un-
• (c) Tes digunakan untuk nilai skor yang bukan merupakan tuk ke-10 kalinya.
fungsi linier. Sebaliknya, peneliti yang ingin menganalisa datanya lebih
Untuk ini tes t tidak boleh digunakan sama sekali. dari satu kali sehingga dapat menghentikan trialnya lebih
• (d) Varians kedua kelompok berbeda bermakna (diuji awal, dapat menggunakan Table 5 dimana tercantum analogi
dengan tes F). Bila diperoleh hasil yang berbeda, perbe- α (batas kemaknaan) untuk lebih dari satu kali analisa diban-
daan tersebut mungkin akibat variansnya yang berbeda dan dingkan dengan nilai a untuk satu kali analisa (40). Jadi, Ta-
bukan karena nilai rata-ratanya (yakni pengobatannya) bel 5 menunjukkan bahwa peneliti yang sebelum trial dimulai
yang berbeda. Dalam hal ini tidak boleh digunakan SD telah memutuskan untuk menganalisa datanya secara statistik
gabungan, tetapi harus SD masing-masing, dan df-nya ha- sebanyak 5 kali, harus mencapai nilai p <= 0,0159 pada salah
rus dikurangi (3,31). satu dari ke-5 tes yang dilakukan agar hasilnya benar-benar
• (e) Tes digunakan untuk data yang berpasangan (berka- bermakna pada p < 0,05. Yang penting di sini adalah berapa
itan). Dalam hal ini harus digunakan tes t yang berkaitan kali data akan dianalisa dan berapa nilai α nya telah ditetap-
("paired t test") karena tes t yang biasa (tes t untuk 2 kan sebelum trial dimulai. Bila kedua hal tersebut belum dipu-
sampel) kurang sensitif untuk menemukan perbedaan tuskan, peneliti kadang-kadang tergoda untuk setiap saat
pada data yang berpasangan. melakukan analisa statistik, sedangkan makin sering dia mela-
• (f) Tes t digunakan untuk membandingkan lebih dari kukan analisa statistik makin kecil nilai p yang harus diperoleh
2 kelompok, misalnya beberapa kelompok pengobatan untuk mencapai kemaknaan.

Tabel 4 .Probabilitas untuk mencapai nilaiα (batas kemaknaan) setelah suatu tes statistik diulang n ka-
li, bila tidak ada perbedaan efek antara kedua pengobatan (dinyatakan dalam %) * (40%).

Nilai Jumlah Pengulangan Tes Statistik (n)


(Batas Kemaknaan)
(%) 1 2 3 4 5 10 25 50 200

1 1 1,8 2,4 2,9 3,3 4,7 7,0 8,8 12,6


5 5 8,3 10,7 12,6 14,2 19,3 26,6 32,0 42,4
10 10 16,0 20,2 23,4 26,0 34,2 44,9 52,4 65,2

* Dikutip dari McPherson K. Statistics : the problem of examining accumulating data more than once. N Engl J Med. 1974; 290:502.

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 17


α
Tabel 5. Nilai (batas kemaknaan) yang diperlukan untuk mencapai nilai yang sebenamya, bila tes statistik diulang n kali (dinyatakan dalam %) *
(40).

Jumlah Pengulangan Tes Statistik (n)


Nilai
Sebenamya
(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 20 100

0,25 0,23 0,21 0,20 0,19 0,15 0,13 0,06


1 1 0,56 0,41 0,33 0,28
1,59 1,42 1,30 1,20 1,13 1,07 0,86. 0,75 0,32
5 5 2,96 2,21 1,83
3,37 3,04 2,80 2,60 2,45 2,32 1,88 1,66 0,72
10 10 6,01 4,62 3,85

* Dikutip dari McPherson K. Statistics : the problem of examining accumulating data more than once. N Engl J Med. 1974 ; 290 : 502.

Koefisien korelasi(r), menunjukkan derajat hubungan linier


2.2. Tes X . Tes ini menempati urutan kedua dalam popula-
2

antara 2 variabel numerik. Syarat penggunaannya adalah bah-


ritasnya di kalangan para peneliti kedokteran (5). Syarat-
wa variabel tersebut mempunyai distribusi kurang lebih nor-
syarat penggunaannya tercantum dalam Tabel 3. Kesalahan-
mal, sehingga "scatter diagram"nya kira-kira berbentuk elips.
kesalahan yang sering kali dilakukan pada penggunaan twe
Bila tidak demikian halnya, tes kemaknaan dari r tidak valid.
ini adalah :
Regresi menunjukkan ketergantungan dari satu vanabel
• (a) Alokasi penderita ke dalam kelompok-kelompok pengo-
batan tidak dilakukan secara random. Bila diperoleh hasil pada satu/lebih variabel lain. Pada regresi linier kita hitung per-
pengobatan yang berbeda, mungkin akibat perbedaan dalam samaan garis lurus yang menghubungkan variabel yang "de-
kelompoknya dan bukan akibat pengobatannya (Lihat pendent" (y) terhadap variabel yang "independent " (x).
keterangan pada 2.1a). Syarat penggunaannya adalah bahwa variabel y mempunyai
distribusi yang kurang lebih normal dengan varians yang sama
• (b) Tes digunakan pada penelitian dengan jumlah sampel untuk tiap harga x. Penyimpangan dari kondisi ini biasanya
(N) dan/atau "Ekspected value" (E) yang terlalu kecil. dapat dilihat dari "scatter plot" nya. Persamaan garis regresi
Dalam hal ini, untuk tabel 2 x 2 harus digunakan tes eksak dapat digunakan untuk memperkirakan nilai variabel y dari
Fisher (Lihat Tabel 3 untuk batas-batas N dan E). Untuk nilai variabel x.
tabel 2 x k, nilai E dapat diperbesar dengan menggabungkan Kesalahan-kesalahan pada penggunaan korelasi adalah (41) :
kategori-kategori yang berdampingan, asalkan penggabung- • (a) Koefisien korelasi r dihitung untuk variabel yang distri-
an tersebut tidak menyebabkan data menjadi tidak berguna. businya meyimpang jauh dari normal. Dalam hal ini harus dila-
Hal ini dapat dihindarkan dengan perencanaan jumlah sam- kukan transformasi data , misalnya salah satu variabel dijadi-
pel yang cukup untuk masing-masing kategori (35). Dalam kan bentuk logaritmanya, yang biasanya akan meyebabkan
perhitungan X2, nilai E menjadi penyebut, sehingga nilai E distribusi menjadi kurang lebih normal. Bila tidak, dihitung rs
yang terlalu kecil akan memperbesar nilai X2 dan dengan (koefisien korelasi "rank" dari Spearman) yang tidak memerlu-
demikian akan memperbesar kemungkinan membuat kesa- kan distribusi yang mormal.
lahan positif semu (menyatakan ada perbedaan, bila sebe- • (b) Tanpa "melihat scatter diagram" datanya, koefisien
narnya tidak ada). korelasi tidak berarti apa-apa karena r dapat rendah semu bila
• (c) Koreksi Yates tidak digunakan bila seharusnya diguna- hubungan antara kedua variabel berupa garis lengkung, atau r
kan. Koreksi Yates harus digunakan pada tes x2 tabel 2 x 2 dapat tinggi semu bila ada beberapa olservasi yang sangat me-
yang tidak berkaitan maupun yang berkaitan, kecuali bila nyimpang dari kebanyakan dara lainnya.
N >= 100 dan semua E >= 10 boleh tanpa koreksi Yates2 • (c) Korelasi digunakan untuk menghubungkan berbagai
(lihat Tabel 3). Koreksi Yates memperkecil nilai-nilai x kelompok subyek yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda,
sehingga memperkecil kemungkinan membuat kesalahan maka akan diperoleh r yang tinggi semu karena misalnya ke-
positif semu pada sampel-sampel yang relatif kecil. lompok 1 mempunyai nilai-nilai yang rata-tara tinggi untuk
• (d) Tes x 2 yang tidak berkaitan digunakan untuk data yang kedua variabel, sedangkan kelompok 2 mempunyai nilai-
2
berpasangan. Dalam hal ini harus digunakan tes x yang nilai yang rata-rata rendah untuk kedua variabel.
2
berkaitan karena tes x yang tidak berkaitan kurang sensi- • (d) Korelasi sering kali digunakan secara berlebihan, mung-
tif untuk menemukan perbedaan pada kata yang berpa- kin karena mudahnya menghitung koefisien korelasi. Seha-
sangan. rusnya korelasi digunakan terutama untuk merintis peneli-
• Tes x 2 digunakan untuk data ordinal (frekuensi dalam kate- tian selanjutnya.
gori ordinal). Untuk ini lebih baik digunakan tes Kolmo- • (e) Korelasi digunakan untuk membandingkan 2 metode
gorov - Smirnov. pengukuran atau 2 jenis alat ukur. Dalam hal ini seharusnya
3. Korelasi dan regresi digunakan tes t yang berkaitan.
Meskipun korelasi dan regresi cukup sering digunakan un- Penggunasalahan persamaan regresi adalah (41) :
tuk menyatakan asosiasi dalam penelitian kedokteran (5), te- (a) Persamaan regresi digunakan untuk memperkirakan nilai
tapi rupanya perbedaan keduanya masih belum jelas bagi y dari nilai-nilai x diluar batas-batas dari aslinya (mela-
banyak peneliti (41). kukan ekstrapolasi).

18 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


(b) Menghitung persamaan regresi linier untuk data yang Garis regresi tidak boleh digambarkan melewati "range" data-
berupa garis lengkung. nya, karena diluar "range" datanya belum tentu garis regresi
(c) Menggunakan regresi sederhana untuk berbagai sub- tersebut berlaku (30).
kelompok yang heterogen.
Dalam hal ini seharusnya digunakan analisa kovarians. 4. Garis SEM ("error bar")
(d) Persamaan regresi y terhadap x digunakan untuk mem- Garis SEM merupakan cara yang populer untuk menggam-
perkirakan nilai x dari nilai y (kecuali dalam keadaan- barkan nilai rata-rata ± SEM secara visual. Garis SEM ini, seper-
keadaan tertentu). ti halnya dengan SEM sendiri, tidak dapat digunakan untuk
Kebanyakan penggunasalahan tersebut diatas mungkin tidak menunjukkan kemaknaan perbedaan nilai rata-ratanya karena :
terlihat dalam makalah bila " scatter plot " datanya tidak (a) Garis SEM, seperti halnya dengan SEM dari masing-ma-
diberikan. masing-masing nilai rata-rata, hanya berguna untuk menun-
Data yang dianalisa pada prinsipnya adalah data yang dapat jukkan presisi nilai rata-rata, dari kelompok-kelompok yang
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebelum trial tidak berkaitan, tetapi tidak berguna untuk kelompok-
dimulai. Trial didisain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kelompok yang berpasangan, yang kemaknaan perbedaan-
tersebut, maka analisa data harus dilakukan sesuai dengan hi- nya tidak dihitung dari masing-masing SEM tersebut.
potesis dan disain trial aslinya. Data tambahan yang ditemukan (b) Garis SEM yang tidak "overlap" belum tentu menunjuk-
secara kebetulan tidak menjawab pertanyaan tetapi justru me- kan bahwa perbedaan nilai rata-ratanya bermakna. Hanya
nimbulkan pertanyaan baru, sehingga menjadi petunjuk un- garis SEM yang "overlap" yang pasti menunjukkan bahwa
tuk penelitian lebih lanjut (38,41). perbedaan niali rata-ratanya tidak bermakna. Karena itu
kemaknaan perbedaan nilai rata-rata harus dilaporkan
tersendiri, atau bila hendak digambarkan secara visual, garis
PRESENTASI HASIL SEM tersebut diganti dengan garis "confidence interval"
1. Grafik (30).
Grafik dimaksudkan untuk memberikan efek visual, karena
itu skalanya tidak boleh ditransformasikan karena akan mem- 5. Angka-angka
beri efek visual yang berbeda sehingga menimbulkan interpre- Angka-angka untuk nilai rata-rata, SD, SEM dll biasanya cu-
tasi yang berlainan. Kecuali bila hendak dilakukan analisa kup diberikan dalam 3 digit, terutama untuk tabel, agar
terhadap data yang telah ditransformasi misalnya menjadi terlihat lebih jelas.
bentuk logaritmanya, maka data lebih baik digambarkan da- Pada prinsipnya, dalam presentasi hasil harus jelas dise-
lam bentuk "scatter diagram" dengan skala logaritma untuk butkan :
menunjukkan bahwa data yang telah ditransformasi tersebut — apa satuannya (mmHg, SEM, mg, ug/ml dll)
memenuhi syarat distribusi normal (30). — apa yang dimaksud (SD, SEM, 2 SD, 2 SEM dll)
2. "Scatter Diagram" — tes statistik yang digunakan
— informasi minimal yang diperlukan agar pembaca dapat
Untuk data yang sederhana, gambaran data dalam bentuk
"scatter diagram" sangat membantu pembaca dalam mengeva- melakukan perhitungan statistik yang digunakan, misalnya ni-
luasi analisa yang dilakukan. Titik-titik yang berimpit harus lai rata-rata, SD, jumlah observasi dll (38).
diperhatikan. Bila terdapat berbagai sub-kelompok, maka INTERPRETASI DATA
harus ditunjukkan dengan simbol yang berbeda-beda, agar
Berbagai jenis kesalahan yang telah disebutkan sebelumnya
dapat dievaluasi tepat tidaknya melakukan analisa data secara
dapat menimbulkan hasil yang salah dan akibatnya interpre-
keseluruhan atau untuk masing-masing sub-kelompok secara
tasi/konklusi yang salah. Disini akan dibicarakan kesalahan-
terpisah (30).
kesalahan yang khusus terdapat pada interpretasi datanya
Menggambarkan "scatter diagram" bukan berarti harus sendiri.
menghitung koefisien korelasi dan menggambarkan garis regre-
si, karena belum tentu salah satu atau keduanya relevan 1. Bermakna dan tidak bermakna
atau dapat dilakukan (memenuhi syarat-syarat pengguna- Arti interpretasi ini telah dijelaskan dalam pembicaraan
annya) (30). "Besar Sampel", dan juga telah disinggung dalam "Randomi-
sasi". Dari keterangan-keterangan tersebut jelaslah bahwa
3. Garis Regresi interpretasi tersebut berdasarkan probabilitas atau kemung-
Persamaan garis regresi barulah ada gunanya dihitung dan kinan, bukannya kepastian. Makin kecil nilai p, makin kecil ke-
regresinya digambarkan bila hubungan antara kedua varia- mungkinan bahwa hipotesis nol (Ho), yang menyatakan tidak
belnya cukup kuat, yakni bila koefisien korelasinya bermakna ada perbedaan antara kedua pengobatan, adalah benar. Tetapi
(30,32). berapapun kecilnya nilai p, kemungkinan bahwa Ho benar sela-
Bila persamaan garis regresi (y = a + bx) diberikan, maka ha- lu ada. Sebab itu tidak semua hasil yang dinyatakan bermakna
rus diberikan juga " standard error" dari "slope" (SEb), jumlah adalah benar. Karena batas kemaknaan 0,05 berarti 1 diantara
observasi, dan SD "residual" ("residual mean square"). SEb 20 kali trial yang sama akan memberikan hasil yang bermakna
memberikan gambaran tentang kemaknaan "slope". SD "re- meskipun sebenarnya tidak ada perbedaan antara kedua pe-
sidual" menunjukkan variabilitas dari perbedaan antara nilai ngobatan yang dibandingkan. Demikian juga tidak semua hasil
observasi dan nilai yang diperkirakan dari garis regresi, dengan yang dinyatakan tidak bermakna berarti hasilnya tidak ada
demikian menunjukkan berapa dekat garis regresi dari datanya. atau tidak penting. Karena hasil yang tidak bermakna hanya .

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 19


berarti bahwa hasilnya tidak cukup kuat untuk menolak hipo- lukan untuk dapat mencapai kemaknaan klinik tersebut secara
tesis nol. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah sampel yang statistik, yakni dengan memperhitungkan juga batas-batas
terlalu kecil (lihat pembahasan pada "Besar Sampel"). Dalam kemaknaan statistik yakni nilai-nilaiα dan β . Cara perhitungan
hal-hal demikian, hasil yang tidak bermakna tersebut seba- besar sampel ini telah dibahas dalam bab "Besar Sampel " .
iknya dianggap sebagai tidak konklusif, dan diperlukan pe- Dengan demikian bila kemudian diperoleh hasil yang perbe-
ngumpulan data lebih lanjut. daannya bermakna secara statistik, perbedaan tersebut juga
Karena anggapan yang salah bahwa hasil yang tidak ber- bermakna secara klinik.
makna berarti hasilnya tidak ada atau tidak penting, maka
banyak peneliti tidak suka melaporkan trial dengan hasil 5. Kesimpulan yang tidak didukung oleh Data
yang tidak bermakna, dan cenderung untuk hanya melapor- Gore (3) menemukan pada 5 (85) diantara 62 makalah
kan hasil-hasil yang bermakna. Hal ini dapat menyebabkan penelitian kedokteran yang dimuat dalam British Medical
suatu obat yang sebenarnya tidak berguna dianggap berguna, Journal selama 3 bulan (Januari s/d Maret 1976), kesimpulan/
berdasarkan adanya beberapa publikasi yang menunjukkan pernyataan yang tidak didukung oleh datanya, kesimpulan
hasil yang bermakna, serta karena tidak adanya/jarangnya demikian tentunya tidak valid.
publikasi yang menunjukkan hasil yang tidak bermakna, mes-
kipun sebenarnya banyak trial mengenai obat tersebut telah PENUTUP
dilakukan dengan hasil negatif tetapi trial-trial tersebut tidak/ Penggunasalahan statistik dapat menimbulkan kesimpulan
sedikit sekali yang dipublikasi. Telah disebutkan bahwa mes- dan jawaban yang salah atas permasalahan yang diteliti.
kipun suatu obat tidak berguna, ada kemungkinan 1 kali Dengan demikian penelitian tersebut tidak berguna sehingga
dalam 20 kali trial akan memberikan hasil yang bermakna. tidak etis untuk dilakukan karena (18,42) :
Karena itu sangat dianjurkan untuk mempublikasi trial-trial (a) menggunasalahkan penderita dengan menimbulkan risiko
dengan hasil negatif ( p > 0,05 ) dan untuk mengulang trial- dan rasa tidak enak tanpa ada gunanya.
trial yang sama serta melaporkan hasilnya (38). (b) menghamburkan berbagai sumber, termasuk waktu peneli-
tian, secara sia-sia.
2. Korelasi dan Hubungan Kausal (c) publikasi dari hasil/kesimpulan yang salah dapat menye-
Adanya korelasi tidak otomatis menunjukkan adanya satkan praktek kedokteran dan penelitian selanjutnya.
hubungan kausal. Banyak contoh menunjukkan adanya kore-
lasi antara 2 variabel tanpa adanya hubungan kausal, misalnya
KEPUSTAKAAN
bila kedua variabel tersebut mempunyai penyebab yang sama,
sebagai contoh adalah berkurangnya nafsu makan dan sukar- 1. Breslow N. Perspectives on the statistician's role in cooperative
clinical research. Cancer 1978; 41 : 326—332.
nya tidur pada perokok. Seringkali dilupakan bahwa tidak ada 2. Glantz SA. Biostatistics : How to detect , correct and prevent errors
tes statistik yang dapat menguji adanya hubungan kausal ; in the medical literatur. Circulation 1980; 61 : 1—7.
tes statistik yang ada hanya dapat menguji adanya korelasi. 3. Gore SM, Jones 16, Rytter EC. Misuse of statical methods : cri-
Tapi kenyataannya, Schoolman (38) menemukan pada 72 tical assessment of articals in BMJ from January to March 1976.
(36%) diantara 202 makalah penelitian kedokteran yang dimu- Brit Med J 1977; i : 85—87.
4. Schor S, Karten J. Statistical evaluation of medical journal manu-
at dalam Journal of Laboratory and Clinical Medicine selama scripts. JAMA 1966; 45 : 1123—1128.
1 tahun, penggunaan beberapa tes statistik yang menyimpul- 5. Feinstein AR. Clinical biostatistics : XXV A survey of the statis-
kan kemungkinan adanya hubungan kausal. tical prosedures in general medical journals. Clin Pharmacol Ther
1974; 15 : 97—107.
3. Prediksi 6. Altman DG. Statistics and etics in medical research : VIII Improv-
Dalam pembahasan tentang " Randomisasi" telah disebut- ing the quality of statistics in medical journal. Brit Med J 1981;
282 : 44—47.
kan bahwa sampel dalam uji klinik mewakili diri mereka sen-
7. Shuster JJ, Brnion J, Moxley, J et al. Stastical review process : Re-
diri dan bahwa hasil pengobatan dalam trial hanya dapat commended procedures for Biomedical research articles. JAMA
digunakan untuk melakukan prediksi pada penderita-pende- 1976; 235 : 334—5.
rita dengan kondisi yang persis sama dengan penderita-pende- 8. Rosen MR, Hoffman. BF. Statisticals, biomedical Scientist, and
rita dalam trial. Demikian juga dengan persamaan regresi circulation Research. Ciro Res 1978; 42 : 739.
:
9. Rennie D. Vive la diffence ( P< 0,05). N. Engl J Med 1978:299
hanya dapat digunakan untuk prediksi pada penderita-pende-
828-9.
rita dengan kondisi yang persis sama dengan penderita-pende- 10. Feinstein AR. Clinical biostatistics : XXXIV The other side of sta-
rita yang digunakan untuk membuat persamaan regresi ter- tistical significance : alpha, beta. delta and the calculation of sample
sebut (18). size. Clin Pharmacol Ther 1975; 18 (4),491—505.
11.Rumke CL. Uncertainty as to the accoptance or rejection of the
presence of an affect in relation to the number of observations in an
4. Kemaknaan Statistik vs Kemaknaan Klinik experiment. Triangle 1968; 8 (7) : 284—9.
Kemaknaan statistik tidak identik dengan kemaknaan 12.Boag JW, Haybittle JL, Fowler JF, Emery EW. The number of
klinik. Kemaknaan statistik barulah ada artinya bila disertai patients required in clinical trial. Brit J Radiol-1971; 44 122—125.
dengan kemaknaan klinik. Karena itulah dalam perencanaan 13. Altman DG. Statistics and ethics in medical research : III How
large a sample ? Brit Med J 1980; 28J : 1336—1338.
suatu uji klinik harus ditentukan lebih dulu berapa besar per- 14.Feinstein AR. Clinical biostatistics : XXXII Biologic dependency,
bedaan yang dianggap berarti secara klinik antara obat lama 'hypothesis testing' , unilateral probabilities, and other assues in
dengan obat baru yang akan diuji. Setelah batas kemaknaan scientific direetion vs statistical duplexity. Clin Pharmacol Ther
klinik ditetapkan, barulah dihitung besar sampel yang diper- 1975; 17 : 449—513.

20 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


15.Freiman JA, Chalmers TC, Smith H Jr, Kuebles RR. The importance 28.Bunce H, Hokanson JA, Weiss GB. Avoiding ambiguity when
of beta, the type II error and sample size in the design and inter- reporting variability in biomedical data (editorials). Amer J Med
pretation of the randomized control trial. N Engl J Med 1978; 1980; 69 : 8-9.
299: 690-694. 29.Gardner JM. Understanding and presenting variation. Lancet 1975;
16.Ambros A, Chalmers TC, Smith H, Schroeder B, Freiman JA, i : 230-231.
Shareck EP. Deficiencies of randomized control trials. Clin Res 30.Altman DG. Statistics and ethics in medical research : VI Presen-
1978; 26 : 280 A. Dalam : Kepust no 14. tation of results. Brit Med J 1980; 281 : 1542—1544.
17.Anonim. Interprating clinical trials. Brit Med J 1978; ii : 1318. 31.Dixon WJ, Massey FJ Jr. Introduction to statistical Analysis. New
18.Altman DG. Statistics and ethics in medical research : VII Inter- York McGrawhill, 1969.
preting result. Brit Med J 1980; 281 : 1612—4. 32.Meddis R. Statistical Handbook for Non-statisticians. London :
19.Newell DJ. Type II errors and ethics. Brit Med J 1978; IV : 1789. McGraw-Hill, 1975.
20.Feinstein AR. Clinical biostatistics : XXIII The role of randomi- 33.Colguhoun D. Lectures on.Biostatistics. London : Oxford University
zation in sampling, testing, allocation, and credulous idolatry Press, 1971.
(Part 3). Clin Pharmacol Ther 1973; 14 (6) : 1035—1051. 34.Swinscow TDV. Statistics at Square One- British Medical Asso-
21.Feinstein AR. Clinical biostatistics : XXII The role of randomiza- ciation, London, 1976.
tion in sampling, testing, allocation, and credulous idolatry (Part 1). 35. Siegel S. Nonparametric Statistics : For the Behavioral Sciences.
Clin Pharmacol Ther 1973; 14 (4) : 601-615. Tokyo : McGraw-Hill Kogakusha, 1956.
22.Feinstein AR. Clinical biostatistics : XXIII The role of randomiza- 36.Talogo RW. Statistik nonparametrik. Dalam : Naskah Lengkap
tion in sampling, testing, allocation, and credual idolatry (Part 2). Penataran Farmakologi Klinik, Suherman SK & Syamsudin HU
Clin Pharmacol Ther 1973;14 (5) : 898—915. (editor), Jakarta : Bagian Farmakologi FKUI, 1980; hal. 134—146.
23.Peto R, Rike MC, Armitoge P, Breslow NE, Cox DR, Howard SV, 37.Basuki B. Membandingkan proporsi dan "mean". Dalam : Metodo-
Mantel N, McPherson K, Peto J, Smith PG. Design and analysis of logi Penelitian Bidang Kedokteran, Tjokronegoro A & Purwanto SL
randomized clinical trials requiring prlonged observation of each (editor), Jakarta : Komisi Pengembangan Riset dan Perpustakaan
patient: 1. Introduction and design. Brit J Cancer 1976; 34 :585-612. FKUI, 1979; hal 178—183.
24.The Anturane Reinfarction Trial Research Group. Sulfinpyrasone 38.Schoolman HM, Becktel JM, Best WR, Johnson AF. Statistics in
in the prevention of sudden death after myocardial infarction. medical research : Principles versus praetices. J Lap Clin Med 1968;
N Engl J Med 1980; 302: 250—256. 71 (3) : 357—367.
25. Kolata GB. FDA says no to Anturane. Scince 1980;208:1130—1132. 39.Anonim. Statistical errors. Brit Med J 1977; i : 66.
26.Wilcox RG, Roland JM, Banks DC, Hampton JR, Mitchell JRA. 40.McPherson K. Statistics and ethics in medical research : collecting
Randomized trial comparing propranolol with a enolol in immediate data more than once. N Engl J Med 1974; 290 (9) : 501—502.
treatment of suspected myocardial infarction. Brit Med J 1980; 41.Altman DG. Statistics and ethics in medical research : V Analysing
280 : 885-888. data. Brit Med J 1980; 281 : 1473—1475.
27.Altman DG. Statistics and ethics in medieal research : collecting 42.Altman DG. Statistics and ethics in medical research : I Misuse of
and screening data. Brit Med J 1980; 281 : 1399-1401. statistics in unethical. Brit Med J 1980; 281 : 1182—1184.

MELATIH KERA SEBAGAI PEMBANTU PARA CACAT JASMANI

Sejenis kera kecil, yang sering terlihat sebagai pemungut uang dari pemain-pema-
in organ putar di pinggir-pinggir jalan di luar negeri, dalam waktu yang tak lama lagi
akan memainkan peranan yang lebih penting sebagai pembantu beribu-ribu orang lum-
puh yang terdapat di dunia ini.
Jenis kera ini, capuchin (Cebus capucinus), yang berasal dari Amerika Tengah
dan Selatan, terbukti memiliki ketrampilan, kecerdasan dan loyalitas seperti anjing-an-
jing penuntun para tunanetra, bahkan melebihinya.
Kera-kera ini dapat membuka lemari es, membuka atau menutup pintu dengan
kunci, bahkan dapat dilatih sampai dapat mengambil piringan hitam dari album dan
memasangnya di atas alat pemutarnya.
Keuntungan dibanding dengan anjing penuntun ialah biaya yang harus dikeluar-
kan untuk melatih kera ini kurang lebih sama besar, tetapi kera ini dapat hidup lebih
kurang 30 tahun dalam pemeliharaan (lebih kurang 3 X umur anjing).
Sesungguhnya beberapa jenis kera di Indonesia juga sudah dapat dilatih untuk
maksud-maksud tertentu, seperti beruk pemetik kelapa dan sebagai penari dalam rong-
geng monyet.
Apakah kera-kera Indonesia tidak dapat juga dimanfaatkan untuk tugas yang le-
bih mulia?

International Exchange News Winter 1980 — 1981.

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 21


Titik Lemah dalam Percobaan Klinik
dr Bambang Suharto
Manager R & D, PT Kalbe Farma, Jakarta.

Percobaan klinik adalah percobaan yang melibatkan manusia Percobaan Klinik dalam Pengembangan Obat Baru
(sehat - sakit) sebagai objek, dalam usaha mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tentang kegunaan atau bahaya suatu Dalam pengembangan obat baru, tahap percobaan klinik baru
obat, alat ataupun cara untuk pencegahan, diagnosa, terapi dikerjakan bila percobaan pra-klinik pada hewan telah selesai
ataupun rehabilitasi suatu penyakit ataupun gangguan kesehat- dengan kesimpulan : obat yang sedang diteliti memiliki perim-
an lainnya. bangan positif perihal khasiat dan keamanannya sehingga patut
Tujuan penyajian makalah ini adalah menginventarisasi dilanjutkan penelitiannya pada manusia.
kelemahan yang sering terjadi dalam percobaan klinik yang Percobaan klinik fase I, II dan III tujuannya harus jelas
dapat menyebabkan kegagalan percobaan klinik tsb. Suatu agar data yang terkumpul benar-benar mantap dan dapat
percobaan klinik dapat dianggap gagal bila : menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang farmako-dinamika,
toxikologi (khasiat & keamanan) dan farmako - kinetika
• Tidak berhasil mencapai tujuan percobaan klinik yang telah (absorpsi, distribusi, biotransformati, dan exkresi) pada orang
tercantum dalam protokol yang baik. sehat dan penderita. Data tersebut mutlak dibutuhkan sebelum
• Tak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok tentang suatu obat diizinkan untuk dipasarkan. Setelah obat dipasar-
permasalahan percobaan klinik tsb. kan sebenarnya masih perlu percobaan klinik fase IV, pasca -
• Penyakit penderita yang diikutsertakan dalam percobaan pemasaran, karena justru setelah digunakan secara luas, fre-
klinik itu umumnya jadi lebih parah. Ini seharusnya sudah kuensi atau persentasi tentang efektivitas dan keamanan obat
dapat diramalkan dari percobaan pra-klinik. itu dapat diketahui secara lebih tepat. Mungkin muncul khasiat
• Penderita mati karena intoxikasi obat yang sedang diuji baru ataupun efek samping baru yang belum diketahui dalam
sekalipun segalanya telah menuruti protokol. fase percobaan klinik sebelumnya.
Secara garis besar kelemahan-kelemahan suatu percobaan
Di Indonesia, percobaan klinik pra-pemasaran belum pernah klinik dapat ditelusuri dari :
dilakukan (Percobaan klinik fase I, II dan III). Mungkin baru
beberapa tahun lagi percobaan klinik pra-pemasaran akan dila- 1. Latar belakang dan pemasalahan yang mendorong
kukan di sini, tergantung pada sarana dan kemampuan personil dilakukannya percobaan klinik tsb.
yang ada. Yang lebih mudah dilaksanakan dahulu adalah fase 2. Tujuan percobaan klinik
IlI untuk obat-obat yang telah melewati fase I dan II di luar 3. Perencanaan percobaaan klinik
negeri. 4. Pengorganisasian percobaan klinik -
5. Koordinasi pelaksanaan percobaan klinik
Percobaan klinik yang telah dilakukan di negara kita, semua
6. Pengendalian (kontrol) pelaksanaan percobaan klinik
termasuk pasca - pemasaran, dalam arti di luar negeri obat tsb.
7. Penilaian (evaluasi) hasil percobaan klinik
telah dinilai dan boleh dipasarkan di negara yang bersangkut-
an. Jadi percobaan klinik yang dilakukan di negara kita umum-
nya pada saat ini bukanlah untuk memperoleh nomor registra-
si, tetapi sekedar menyakinkan dan memberikan pengalaman 1. LATAR BELAKANG PERCOBAAN KLINIK
pada dokter dalam menggunakan obat tsb. bagi pasien-pasien-
nya. Percobaan klinik semacam ini biasanya banyak kelemah- Latar belakang percobaan klinik perlu dikemukakan berdasar-
an-kelemahannya, sering tidak memakai pembanding, proto- kan atas data ilmiah untuk memberikan sandaran yang kuat
kolnya kurang baik, pelaksanaan sering menyimpang dari bagi percobaan klinik itu sendiri. Hal-hal yang patut diajukan
protokol, dsb. adalah :

22 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


— Frekuensi kejadian atau penyakit tsb. yang akan ditanggu- 8. .Pengembalian obat dan sebab-sebabnya
langi dalam masyarakat. 9. Drop - out
— Akibat lanjut yang dapat terjadi bila tidak ditanggulangi 10. Evaluasi hasil (tabel-tabel, kurva dan cara statistik yang
— Hasil studi praklinik dan klinik berikut kepustakaan ilmiah
akan digunakan)
yang menunjang. 11. Persetujuan subjek (voluntir sehat atau penderita)
12. Formulir laporan kasus
— Permasalahannya sekarang apa.

Tanpa adanya latar belakang yang kuat dan permasalahan


yang jelas sukar dipahami mengapa percobaan klinik itu Hal lain penunjang Percobaan Klinik :
perlu dilakukan dengan mengorbankan biaya yang cukup
• Daftar alat dan jumlahnya yang tersedia di laboratorium
besar dan mempertaruhkan keselamatan sekian banyak
dan akan digunakan dalam percobaan klinik tsb.
manusia, apalagi bila misalnya dari hasil studi pra-klinik
telah dapat diramalkan bahwa obat yang akan ditest itu tidak • Daftar personil :
lebih superior daripada obat yang telah ada dipasar. — tugas/peranan tiap personil
— kualifikasi personil
2. TUJUAN PERCOBAAN KLINIK — pengalaman dan publikasi personil

Tujuan percobaan klinik yang akan dilakukan harus jelas dan Protokol yang sama sekali tidak lengkap ternyata masih
spesifik, sebaiknya secara tepat dikemukakan dalam satu atau terjadi, sekalipun di USA, seperti contoh di bawah ini yang
dua kalimat saja, tak perlu panjang lebar dan berbelit-belit. pernah disampaikan pada FDA :
Berikut ini adalah beberapa contoh tujuan, percobaan klinik Study Design :
yang kurang jelas dan tidak spesifik : Open evaluation of Drug X in the treatment of myoclonic and
akinetic seizure disorders in children that are refractory to recently
• Menentukan efektivitas terapi hipertensi dengan obat X available agents.
• Mengetahui mekanisme kerja efek samping obat X terhadap Patient Selection :
susunan saraf pusat. An indefinite number of patients will be treated with the drug.
• Menetapkan keamanan penggunaan obat X pada orang Clinical Record :
dewasa. Comprehensive clinical and laboratory reports will be furnished
by the company.
Peneliti harus mengetahui bidang cakup permasalahan dan
hendaknya menyadari bahwa tak mungkin menjawab terlalu
banyak pertanyaan sekaligus, apalagi dengan pelbagai sarana
Populasi Percobaan Kilnik
yang terbatas.
Seperti halnya dengan penelitian-penelitian lain, batasan
3. PERENCANAAN PERCOBAAN KLINIK populasi percobaan klinik harus jelas, menyangkut jenis
penyakit, umur, sex, berat badan, lokasi, ras, jumlah, dsb.
Kunci keberhasilan percobaan klinik sebagian besar terletak Ini penting karena hasil suatu percobaan klinik, hanya akan
pada perencanaannya, dan seluruh perincian seluk-beluk dapat menjawab pertanyaan dalam ruang lingkup populasi
rencana percobaan klinik tercantum dalam protokol. Protokol itu saja, dan tidak dengan sendirinya dapat berlaku untuk
yang tidak lengkap hanya akan menghasilkan data yang tak segala macam populasi. Tambahan lagi yang dapat dijawab
lengkap dan meragukan, sehingga dapat menjurus pada kesim- adalah hanya yang sebelumnya sudah direncanakan (yang
pulan yang salah dan membahayakan penderita. tercantum dalam protokol percobaan klinik itu). Bila perlu,
Beda pendapat perihal efektivitas anti-koagulan dalam stratifikasi populasi harus dilakukan untuk meningkatkan
terapi infark miokard akut amat mungkin disebabkan oleh kecermatan penelitian.
ketidaksempurnaan protokol dalam hal seleksi penderita yang Dalam suatu percobaan klinik adanya pembanding mutlak
diikutsertakan dalam percobaan klinik itu. Berikut ini adalah diperlukan untuk memperoleh kebenaran. Pembanding seha-
contoh hal-hal pokok yang harus tercantum dalam suatu rusnya menjalani perlakuan yang persis sama dan serentak
protokol percobaan klinik : bersama kelompok yang diuji. Pembanding ini seringkali
dilupakan atau tidak mengalami perlakuan yang sama dan
1. Judul penelitian
serentak dengan kelompok yang diuji; sehingga hasil percobaan
2. Latar belakang dan permasalahan
klinik itu sendiri jadi tidak bernilai ilmiah, karena kita tetap
3. Tujuan Percobaan Klinik (umum dan khusus)
dihadapkan pada keraguan. Untuk meningkatkan kecermatan
4. Populasi Percobaan Klinik :
percobaan klinik selain ada kelompok pembanding, percobaan
* Seleksi penderita klinik tsb. sebaiknya dilakukan secara acak tersamar ganda
* Kelompok pembanding (Random and double blind).
5. Pengecualian penderita Memang dalam setiap percobaan ataupun penelitian,
6. Disain Percobaan Klinik (cara penyamaran, cara "
Controlled trial " selalu lebih baik daripada "uncontrolled
pengelompokan, dsb.) trial " . Yang penting dalam hal ini ialah secara cermat harus
6. Rencana dosis dan pemberian obat dapat dibandingkan antara dua tindakan : diberi obat dan
7..Parameter untuk menilai respons dan efek samping obat tidak diberi obat; atau diberi obat A dan diberi obat B. Bahwa

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 23


"
controlled group" diambilkan dari suatu "prospective trial" — sumber-sumber yang ada (kualitas &kuantitas)
ataukah "retrospective trial" tidak masalah selama semua — masukan dan keluaran/buangan yang diperhatikan sesuai
variable yang dapat mempengaruhi hasil percobaan dapat dengan ciri & sifat masing-masing bahan.
dikendalikan. Hal-hal esensial yang harus terpenuhi bila bangunan itu selesai
Kegagalan dalam menetapkan faktor yang harus dikendali- juga harus dijelaskan, misalnya :
kan tentu dapat mengakibatkan penyimpangan hasil kompara-
si. Dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya banyak sekali • harus memenuhi syarat kesehatan bagi yang tinggal atau
bekerja dalam bungunan itu ataupun bagi lingkungannya.
usaha mengkomparasi percobaan prospektif dengan hasil
• harus dapat berfungsi dengan baik sesuai tujuan semula,
retrospektif, baik yang hanya berupa pengalaman biasa yang
untuk masa kini dan masa mendatang untuk kurun waktu
tidak disusun secara sistimatik terencana, maupun suatu studi
retrospektif yang terencana dan amat sistematik. Contoh yang telah ditentukan sebelumnya.
bahan-bahan retrospektif yang amat berguna untuk studi • memiliki nilai arsitektur/seni/model yang telah ditentukan
komparatif adalah medical record penderita di Rumah Sakit. sebelumnya.
Untuk meningkatkan kecermatan dan sistematika agar tercapai Ini semua tentu saja harus direncanakan meliputi tempat, alat,
manfaat studi retrospektif yang maksimal dapat saja digunakan manusia dan dananya. Tentu saja ada variasi dalam kualitas
komputer misalnya. dan kuantitas dari satu kelain bangunan. Nah, demikian pula
halnya dengan percobaan klinik.
Formulir Laporan Kasus Klinik.
Jumlah dan jenis variable dapat ditentukan sekehendak
— Merupakan laporan pelaksanaan protokol hati, asalkan direncanakan sebelumnya — sama halnya dengan
— Isinya tentu saja harus sesuai protokol jumlah dan macam fasilitas yang diinginkan untuk suatu
— Hal yang diamati, skala pengukuran, tes laboratorium, bangunan. Semakin banyak pertanyaan yang ingin dijawab
waktu dan jadwal pengukuran dsb. semua harus sesuai dalam suatu percobaan klinik, semakin banyak pula variabel
protokol . yang harus diamati dan semakin banyak sarana dan dana yang
— Tambahan pengamatan baru sebenarnya tidak perlu lagi dibutuhkan.
apalagi bila "sekedar ingin tahu" dan tak ada dasar ilmiah Dimanakah peranan ahli biostatistik dalam suatu percobaan
atau administratif yang kuat. klinik? Ahli biostatistik harus terlibat dari sejak awal sampai
Dari satu ke lain kasus, laporan ini harus seragam. Penyimpang- tahap terakhir percobaan klinik, dari tahap perencanaan,
an dari protokol dapat berakibat kesulitan besar keseluruhan pembuatan protokol sampai evaluasi hasil; analog dengan
percobaan kilnik. peranan "quality & quantity surveyor & controler" dalam
proyek bangunan.
Persyaratan dari segi Hukum. Dalam percobaan klinik beberapa hal memang analog, seperti
Penelitian klinik untuk obat baru diatur oleh DepKes yang misalnya :
pasti dasarnya tak akan berbeda dengan peraturan FDA di • Alat-alat percobaan untuk studi farmakodinamika (khasiat
USA, karena tujuannya sama yaitu melindungi keselamatan & keamanan) jelas berbeda dengan alat studi farmakokine-
penderita dan masyarakat. Hal-hal yang menyangkut segi tika, demikian pula halnya dengan alat untuk studi toxiko-
hukum tentu juga harus tercantum dalam formulir laporan logi.
kasus tsb. Ini mencakup semua kelompok termasuk kelompok • Kualitas alat yang tersedia juga bermacam-macam, bervaria-
pembanding, meliputi umur, kelamin, penyakit dengan tingkat si dari yang murah sampai yang mahal, dari yang tidak
keparahannya, obat lain yang sedang atau pernah diperoleh cermat sampai yang amat cermat, dari yang mudah rusak
sebelumnya, efek samping yang pernah dialami dsb. sampai yang awet dsb. Demikian pula halnya mengenai
variasi kualitas bahan-bahan lain.
Disain dan Biostatistik. • Urutan kegiatan dalam percobaan klinik harus disusun
Ini adalah jantungnya percobaan klinik. Membuat disain dan sedemikian rupa sehingga melancarkan pengerjaan misal-
memilih perhitungan statistik suatu percobaan klinik adalah nya : kriteria seleksi penderita harus dijelaskan dahulu
seperti membuat disain suatu bangunan, perlu jelas dahulu : sebelum kita melakukan pemberian obat yang akan ditest.
— tujuan penggunaan bangunan tsb. (untuk pabrik : pabrik Pembahasan terperinci tentang titik lemah dalam disain dan
apa? untuk RS : RS apa? untuk sekolah : sekolah apa? biostatistik percobaan klinik dicakup dalam makalah Dr. Arini
untuk laboratorium kimia : lab kimia apa? dsb.) Setiawati.
— bagian esensial & non esensial apa yang harus ada?
— daya tampung optimal
Kualifikasi pelaksana Percobaan Klinik.
— kwalitas bahan yang ingin dipakai & alat-alat apa yang
direncanakan ada di sana. Kualitas dan kuantitas pengetahuan dan pengalaman pelaksana
— daya tahan yang diharapkan percobaan klinik amat menentukan kualitas percobaan klinik -
— perlengkapan yang diinginkan dan hasilnya.
— bahan apa yang akan disimpan dalam bangunan itu Untuk percobaan klinik fase I yang ingin ditentukan adalah
— urutan proses kegiatan dalam bangunan itu aktivitas biologik dan kinetika obat yang sedang diuji pada
— keadaan lingkungannya manusia sehat.

24 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


Fase II awal bertujuan menentukan potensi kegunaan dan yang pada akhirnya dapat menggagalkan percobaan klinik
batasan dosis obat tsb. pada penderita. Dalam fase ini juga dila- itu sendiri.
kukan review perihal kemungkinan toksisitas lain obat itu pada Sebaiknya ketua team dipilih berdasarkan :
hewan dan melakukan percobaan khusus misalnya efeknya
terhadap sistim reproduksi, sebelum melangkah lebih lanjut (a) Fase Percobaan Klinik yang akan digarap. Ini erat berhu-
ke fase percobaan klinik selanjutnya. Fase II akhir bertujuan bungan dengan titik berat permasalahan yang dihadapi.
menentukan bentuk dan besarnya dosis yang tepat untuk Misalnya pada fase I titik berat masalahnya terletak pada
tiap indikasi beserta penelitian yang lebih mendalam perihal farmakologi dan ini masa peralihan dari fase percobaan
biotransformasi obat itu atau pengaruhnya terhadap metabo- pada hewan ke percobaan pada manusia, manusia sehat
lisme tubuh. belum pada manusia sakit. Jadi sebaiknya fase ini dike-
Pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk me- tuai oleh seorang ahli farmakologi klinik.
mimpin dan melakukan Fase I,11 awal dan II akhir adalah : Fase III, titik berat masalah lebih pada klinik, mengetahui
derajat efektivitas dan keamanan obat yang dites pada
— Fisiologi dan Farmakologi komparatif pada hewan percoba-
populasi penderita yang lebih besar. Jadi fase ini sebaik-
an.
nya dipimpin oleh seorang dokter spesialis tertentu dalam
— Fisiologi dan Farmakologi pada manusia
bidang klinik yang relevan dengan indikasi penggunaan
— Patologi, patofisiologi dan farmakologi klinik
obat tsb.
— Melakukan penelitian yang baik pada manusia
(b) Kemampuan manajemen percobaan klinik yang baik, amat
Tugas itu biasanya dipikul oleh seorang ahli farmakologi
dibutuhkan, mencakup seluruh aspek manajemen mulai
klinik
dari Planning, Organizing, Coordinating, Control dan
Fase III bertujuan mempelajari khasiat dan keamanan obat
Evaluation.
itu pada jumlah populasi penderita yang lebih besar. Dalam
fase ini dicoba diketahui perkiraan kejadian efek samping (c) Memiliki ciri kepemimpinan yang baik, misalnya :
yang sering terjadi serta berapa tinggi efektifitas obat itu • Tidak selalu merasa bahwa dirinyalah yang paling
terhadap indikasi-indikasi yang telah ditetapkan. Percobaan benar
klinik Fase III ini sebaiknya dilakukan oleh dokter spesialis • Tidak meremehkan peranan anggota team,bagaimanapun
di klinik yang berpengalaman dalam merencanakan, melaku- sederhananya pekerjaan dia, dsb.
kan dan menilai percobaan klinik yang baik. (d) Berpandangan luas meliputi bidang ldinik dan praklinik.
Berikut ini adalah daftar bidang keahlian yang perlu diikut
sertakan dalam team percobaan klinik : 5. PENGENDALIAN PERCOBAAN KLINIK.
1. Ahli Farmakologi Klinik Dalam pengendalian selalu perlu diperiksa/dilihat lagi apakah
2. Ahli Biostatistik pelaksanaan percobaan klinik arahnya menyimpang dari tujuan
3. Ahli Patofisiologi atau tidak. Apakah tiap anggota team benar-benar melaksana-
4. Ahli Patologi Klinik atau Kimia Klinik kan tugasnya sesuai jadwal waktu yang tercantum dalam
5. Ahli Biokimia protokol; bila tidak, mengapa dan bagaimana mengatasi masa-
6. Ahli Bidang-bidang Klinik yang sesuai dengan arah itu.
indikasi penggunaan obat yang akan dites (Kardiolog, Peranan umpan balik amat penting dalam keseluruhan
Neurolog, Psikiater, Opthahnolog, dsb.) manajemen percobaan klinik. Ini mencakup banyak aspek
Mereka ini perlu duduk bersama merundingkan dan merenca- yang menuntut kecepatan dan ketepatan informasi, baik aspek
nakan segala sesuatunya yang relevan dengan percobaan klinik manusia, manajemen, material, machine (alat) metode,
yang ingin dilakukan. Tentu saja kemampuan dan kesediaan ataupun money (dana).
menyisihkan waktu yang tepat, sesuai jadwal yang disepakati Sistem informasi timbal balik vertikal dan horizontal harus
bersama merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi demi ditata dan direncanakan dengan baik agar percobaan klinik
suksesnya percobaan klinik itu. tidak gagal.

4. ORGANISASI DAN KOORDINASI PERCOBAAN KLINIK 6. PENILAIAN (EVALUASI) HASIL PERCOBAAN KLINIK
Seperti halnya dengan organisasi lain, team percobaan Sebaiknya semua variabel yang ingin diukur dalam suatu
klinik hanyalah merupakan sarana untuk mencapai tujuan. percobaan disusun dan dicantumkan dalam suatu daftar
Agar hasilnya dapat diperoleh secara optimal, cepat, dan bersama dengan metoda pengamatan, alat yang akan diguna-
bermutu tinggi maka anggota organisasi itu terdiri dari spesi- kan, jadwal waktu pengamatan variabel-variabel tsb.
alis-spesialis yang memang ahli dan berpengalaman dalam Parameter hendaknya dipilih yang spesifik dan selektif
bidangnya masing-masing. Dalam organisasi percobaan klinik mengukur apa yang ingin diukur, merupakan akibat atau hasil
kedudukan seseorang ahli, tidak lebih rendah ataupun leibh langsung dari proses, keadaan atau penyakit yang sedang diuji.
tinggi dari ahli . yang lain. Jadi janganlah beranggapan bahwa Umumnya semakin jauh hubungan antara gejala dan kausa,
ketua team percobaan klinik itu dianggap lebih pandai dan semakin tidak spesifik gejala itu dan semakin tidak teliti
lebih penting dengan ahli yang lain. Anggapan semacam itu percobaan klinik tsb. Sedapat mungkin harus diusahakan agar
dapat mengganggu kelancaran kerja team percobaan klinik, parameter itu objektif, tidak subjektif. Bila perlu dilakukan

Cermin Dunia Kedokteran No. 2 5, 1982 25


penilaian bertingkat tetapi kriterianya harus jelas dan semua- an pengisian kartu laporan yang benar. Kesalahan pengetikan
nya harus tercantum dalam protokol. Usahakanlah pula agar kata dan angka potential dapat mengacaukan evaluasi hasil.
pengamatan dan penilaian hasil dilakukan oleh satu orang Pengetikan laporan hendaknya dilakukan oleh orang yang
untuk mengurangi variasi penilaian antara satu kelain penilai- tepat, yang tidak hanya mementingkan kecepatan, tetapi
an. juga kecermatan diutamakan. Demikian pula halnya dengan
Janganlah menggunakan metoda pengukuran yang belum pengetikan laporan akhir bila percobaan klinik telah selesai,
terbukti kebenarannya, atau belum memberikan hasil yang kejelasan ketelitian dan kecermatan tetap dibutuhkan; karena
konsisten untuk suatu hal yang tidak berubah. memang percobaan klinik sendiri bertujuan menjelaskan hal
Selalu harus diuji apakah hasil akhir percobaan klinik yang tidak jelas dan bukan mengaburkan hal yang sudah tidak
benar-benar sudah menjawab secara memuaskan pertanyaan- jelas itu.
pertanyaan yang sebelumnya telah disiapkan dalam penyusun-
an protokol. Bila belum, dimana kekurangannya. PENUTUP
Peninjauan menyeluruh oleh semua anggota team perlu Sekalipun Indonesia pada saat ini belum mampu menciptakan
diadakan untuk menyempurnakan hasil, kadang-kadang senyawa kimia baru yang dapat digunakan untuk pencegahan,
diperlukan orang dari luar team itu untuk memberikan kritik diagnosa, terapi ataupun rehabilitasi penyakit tetapi saatnya
tentang percobaan klinik tsb. telah tiba untuk kita mempelajari cara-cara melakukan perco-
baan klinik yang baik dan benar. Untuk itu maka pengalaman
7. PENGERTIAN ISTILAH DAN PENYELESAIAN LAPOR- negara-negara maju baik yang positif maupun yang ,negatif
AN. patut dikaji agar kita dapat menghemat waktu dan biaya dalam
Dari sejak awal sebelum percobaan klinik dimulai, pengertian mencapai keadaan yang lebih baik.
setiap istilah penting yang menyangkut percobaan klinik itu
harus disamakan dahulu. Sulit dibayangkan betapa kacaunya KEPUSTAKAAN
1. Martin EW (Ed.) Hazards of Medication. Philadelphia — Toronto :
pembicaraan percobaan klinik itu bila masing-masing anggota
JB Lippincott Co.
team mempunyai pengertian yang berbeda-beda tentang 2. Mc Mahon FG (Ed.). Principles and Technique of Human Research
istilah-istilah pokok dalam percobaan klinik itu sendiri. and Therapeutics. A series of Monographs — Vol. IV. New York :
Seandainya telah mulai berjalan dan informasi vertikal Futura Pub. Inc, 1974.
ataupun horizontal antara bagian dalam organisasi percobaan 3. Cranberg L. Do retrospective controls make clinical trials inhe-
rently fallacious ? Brit Med J. 1979; 2 : 1265 — 1266.
klinik itu telah mulai sibuk, maka akan terasa sekali kebutuh-

SEBAB — SEBAB KEMATIAN PARA AHLI ANESTESI

Dengan makin sering dan makin banyak dipergunakanya gas-gas pembius yang
berunsur fluor, maka timbul dugaan bahwa gas-gas ini merupakan faktor pengganggu
kesehatan khususnya bagi para ahli anestesi.
Oleh Dr. Linde dkk. dari Northwestern University USA telah dibandingkan
sebab-sebab dan angka-angka kematian para ahli anestesi diantara tahun 1930 s/d 1946
dengan sebab-sebab dan angka-angka yang sama setelah tahun-tahun itu.
Angka kematian diantara tahun 1930 — 1946 kurang lebih sama dengan angka
kematian diantara tahun 1947 — 1956, akan tetapi lebih besar dari angka kematian
dari tahun 1957 — 4971.
Sebab kematian utama para ahli anestesi ialah penyakit kardio-vaskuler dan
tumor ganas.
Dari jenis tumor ganas, tumor yang berasal dari traktus digestivus merupakan
yang paling sering ditemukan sedangkan tumor-tumor dari traktus respiratorius justru
paling sedikit !!.
Hasil-hasil penelitian ini memberi kesan bahwa gas-gas pembius berunsur fluor
yang mulai dipergunakan sejak tahun 1950—an mungkin tidak membahayakan kese-
hatan.
OLH
NTIS, Medicine & Biology, Aug. 11, 1981

26 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


Uji Klinik Multi-Center
dr.Iwan Darmansjah
Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

PENDAHULUAN diatas perlu mengadakan hubungan dengan center-center


klinik dan karena itu perlu memiliki pengetahuan cukup
Uji klinik adalah suatu cara menguji secara experimen, untuk dapat memberikan bimbingan dan kepemimpinan.
mengenai keampuhan suatu pengobatan pada kohort penderita Dalam melakukan uji klinik sering sesuatu yang sudah dipu-
dengan maksud mendapatkan hasil bukti ilmiah tentang man- tuskan perlu diubah karena kondisi lapangan lain sekali de-
faat dan kerugian dari pada metode pengobatan yang diguna- ngan apa yang telah direncanakan. Hal ini terutama terjadi
kan. Dalam melakukan percobaan ini selalu dikerjakan per- pada UKM dan ini memerlukan kebijakan yang menyeluruh,
bandingan antara dua atau lebih cara pengobatan. Sehingga diikuti oleh center-center yang lain.
pada akhir uji klinik kita dapat mengetahui status pengobatan Anggota coordinating center dalam bentuk yang sederhana
tertentu untuk dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam dapat terdiri dari 1 — 2 orang namun dalam uji klinik yang
mengambil kebijakan pengobatan penderita selanjutnya. Cara besar dan lama perlu diikutsertakan 4 — 8 orang. Siapa
pendekatan mengobati penderita seperti ini adalah yang ter- saja yang mengerti mengenai seluk beluk uji klinik dapat
baik, dan cara ini perlu menggantikan cara-cara yang lama duduk dalam coordinating center ini, tetapi biasanya menyang-
yang didasarkan semata-mata atas pengalaman dan empiri kut keahlian seperti drug—epidemiologi, farmakologi (klinik),
tanpa diuji kebenarannya (1). klinik dan statistik (tidak disebut dalam urutan pentingnya
Percobaan seperti diatas biasanya dikerjakan oleh satu atau disiplin). Harus dijaga supaya coordinating center ini tidak
lebih penyelidik dalam satu center, rumah sakit atau klinik terlalu banyak orang sehingga kehilangan efisiensi dan kese-
atau tempat praktek dokter. Lokasi yang tunggal ini dapat ragaman dalam berfikir.
lebih menjamin uniformitas dalam menerapkan kriteria untuk
seleksi dan evaluasi penderita, yang merupakan syarat penting Mereka yang bertanggung jawab dalam pelayanan pasien
dalam menegakkan mutu uji klinik yang baik. didalam center (klinik) juga diikutsertakan sebagai tenaga
Namun bila diperlukan jumlah penderita yang banyak eksekutif dan membentuk semacam sub—panitya dari co-
untuk memenuhi syarat uji klinik dan lagi untuk memper- ordinating center.
singkat waktu penyelidikan, maka dapat digunakan lebih Suatu advisory committee bisa melengkapi struktur organi-
dari satu center. Uji klinik jenis ini disebut Uji Klinik Multi— sasi ini dan berguna untuk menanggapi jalannya trial dari
Center (UKM). Jumlah penderita yang diperlukan untuk segi-segi lain yang belum terpikirkan, namun tidak mempunyai
suatu uji klinik sehingga memenuhi syarat telah dikemukakan hak untuk mengubah jalannya trial. Gambar 1 memperli-
oleh Clark & Downie (2). hatkan suatu contoh struktur organisasi suatu UKM yang
sederhana.
ORGANISASI
Karena dalam UKM diikutsertakan banyak penyelidik
maka perlu dibentuk suatu organisasi kecil untuk mengatur
jalannya penyelidikan. Tujuan terpenting dari organisasi
ini ialah untuk menjaga supaya semua kriteria penilaian
dilakukan se-uniform mungkin. Suatu UKM dipimpin oleh
suatu coordinating center yang biasanya terpisah dari center
klinik, dan mempunyai tugas merencanakan, mengkoordinasi
dan mengontrol seluruh UKM.Selain itu ia harus menerima,
memproses, dan menganalisa data yang masuk dari center-
center yang berpartisipasi, serta bertanggung jawab dalam
publikasi makalah yang dihasilkan. Coordinating center ini
harus diketuai oleh satu orang yang menentukan mengenai
segala kebijakan, yang tentunya dapat dibantu oleh orang-
orang lain dalam pekerjaannya. Selain itu pembantu-pembantu Gambar 1 : Contoh struktur organisasi suatu UKM

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 27


Bila sponsor yang membiayai UKM ini mempunyai ahlinya UKM yang dikerjakan di Indonesia menurut perkiraan, berasal
maka sebaiknya tidak dimasukkan dalam Coordinating Center, dari inisiatif produsen guna menunjang pemasaran produk-
namun dalam Advisory Committee. Hal ini untuk mencegah sinya. Tidak ada pelanggaran etik dalam mengerjakan uji
tanggapan terhadap credibility dari hasil UKM tersebut. klinik semacam ini, namun hasil yang diperoleh harus mengan-
Didalam UKM yang telah diadakan untuk menguji keam- dung kebenaran. Banyak uji klinik, single - dan multi - cen-
puhan obat-obat antidiare (3,4) telah ditempuh organisasi tered, telah menyalahi prinsip ini sehingga menjerumuskan
yang sederhana dengan hanya 2 orang di dalam Coordinating sejawat yang tidak kritis menilai hasilnya. (5)
Center. Sedangkan Sub—Panitya tidak ada. Koordinator Banyak alasan bisa diambil untuk memulai suatu UKM.
mempunyai hubungan langsung dengan para penyelidik Seorang bisa saja berpendapat bahwa suatu pengobatan ter-
dalam 16 — 120 center klinik. Semakin sederhana hubungan tentu perlu dibuktikan apakah efektif dan superior terhadap
organisasi memang semakin praktis dalam pelaksanaannya. suatu pengobatan lain. Dibawah ini terdapat alasan-alasan yang
Namun pengalaman menunjukkan bahwa koordinator benar- berguna dalam pertimbangan kita mengadakan suatu UKM.
benar harus berfungsi sebagai pembimbing dan penghubung. a) Penyakit menyangkut masyarakat luas. (Antihypertensive
Tidak hanya pada permulaan uji klinik, tetapi sewaktu-waktu study)
perlu diadakan pertemuan bersama dengan penanggung jawab b) Kondisi penyakit atau reaksi obat berbeda-beda dalam
di center klinik untuk menilai dan mendiskusikan seluruh masyarakat. (asetilasi INH)
kegiatan. Suatu organisasi yang baik akan menjamin keberha- c) Penyakit berat, terutama yang belum established pengobat-
silan UKM dan tanpa adanya kerja sama seperti diatas tidak annya perlu dicari pengobatan yang terbaik, bila ada.
mungkin UKM dapat dipercayai hasilnya. (karsinoma)
Kerja sama seperti ini menjadi lebih sulit bila berbagai d) Penyakit yang mempunyai dampak besar terhadap masalah
center klinik letaknya berjauhan dan sering malahan di negara- kesehatan masyarakat. (diare)
negara lain. Dua jalan dapat ditempuh untuk mengatasi ini, e) Adanya keraguan efektivitas suatu pengobatan tertentu,
yaitu dengan mengadakan pertemuan berkala dan/atau pembu- karena efek penyembuhan tidak dramatis dan sulit terlihat.
atan protokol tertulis yang ketat. (hepatitis akut & kronik)
Organisasi seperti digambarkan diatas tidak selalu harus f) Pembuktian efektivitas jamu -
diikuti secara mutlak, karena jenis uji klinik tentu berbeda- g) Memastikan efektivitas suatu obat untuk suatu indikasi
beda dan karena itu bisa ditempuh modifikasi lain. lain (Beta—Blockers untuk hipertensi)
LAIN PERBEDAAN h) Kecurigaan bahwa efek obat mempunyai hasil lain pada
kohort-kohort penduduk tertentu. (acceptability Depo —
Prosedur, protokol dan pelaksanaan suatu UKM sebenarnya provera)
pada prinsip sama dengan suatu uji klinik biasa. Namun selain i) Efektivitas obat tidak jauh berbeda dengan plasebo.(diare
perbedaan dalam organisasi yang telah dikemukakan, ada non—spesifik)
beberapa hal yang perlu kita perhatikan.
Dengan mengambil alasan yang baik untuk mengadakan
1. Objektif UKM, maka penyelidik menjamin kemanfaatan dari uji klinik
Berhubung dengan banyaknya center klinik yang ikut dan tidak semata-mata untuk kepentingan produsen obat.
serta, objektif dari penelitian perlu lebih jelas dirumuskan
hitam atas putih. Walaupun tujuan suatu uji klinik biasanya 3. Perencanaan UKM
jelas dan tidak sulit —misalnya membandingkan efektivitas
Merencanakan suatu UKM lebih sulit dari pada uji klinik
suatu pengobatan dengan yang lain— namun selain ini selalu
yang dilakukan dalam satu center. Hambatan dalam pelaksa-
masih ada tujuan-tujuan sekunder. Misalnya, efek samping
naan sangat besar dan terjadi dalam bidang apa saja. Dalam
merupakan sesuatu yang perlu sekali dinilai, karena walaupun
suatu trial yang kami lakukan untuk mengetahui kadar kotri-
efektivitas pengobatan<sangat berhasil, pertimbangan benefit-
moksasol pada penderita typhoid, terjadi hal yang aneh
risk ratio selalu adalah penilaian terakhir.
dimana kadar kotrimoksasol tidak menentu, kadang-kadang
Bila suatu skedule pengobatan sangat ruwet, harus dinilai
tinggi sebelum obat diberi dan rendah setelah obat diberikan.
apakah ketidakpatuhan penderita tidak merupakan sesuatu
Setelah diusut, ternyata perawat tidak mematuhi jam jam
yang akan memberi hasil berlainan jika nanti akan dipakai
pemberian obat dan pengambilan darah, walaupun semua telah
dalam pengobatan rutin (dalam suatu uji klinik akan tercipta
diinstruksikan (dan diberi insentif ). Ini menandakan bahwa
suasana penyelenggaraan yang lebih baik).
pegawai paramedis perlu sekali dikhususkan bila akan diikut-
Penilaian dari hal-hal seperti diatas perlu sekali diadakan
sertakan claim suatu uji klinik, dilatih dan diberi pengertian
dan karena itu sebelum uji klinik dimulai sudah harus diru-
mengenai pentingnya kepatuhan.
muskan dan kemudian diperhitungkan dalam membuat kartu
Prosedur dan formulir isian harus dibuat sebaik mungkin,
status penderita. Hal-hal ini mempakan sebab mengapa tujuan
tetapi keruwetan harus dihindarkan dan kelebihan informasi
suatu UKM harus jelas dijabarkan.
yang tidak akan dipakai harus dibuang. Banyak penyelidik
2. Alasan untukmembuat UKM tidak merencanakan protokol dengan baik, dan sering mema-
Suatu UKM yang dikerjakan dengan baik memerlukan sukkan data yang tidak relevan dengan objektif, tetapi dengan
biaya yang besar. Karena itu seorang penyelidik harus mem- alasan " siapa tahu akan dipakai nanti", dimasukkan dalam
pertimbangkan dengan masak sekali, alasan-alasan apa yang formulir isian. Hal ini menambah beban penyelidik dengan
menyebabkan ia melakukan suatu UKM. Sebagian besar dari akibat kurang cermatnya pelaksanaan.

28 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


4. Pemilihan penderita dan kriteria penyembuhan sama banyaknya dalam segala kemungkinan.
Suatu uji klinik memerlukan penderita-penderita tertentu Contoh
untuk dinilai keberhasilan pengobatan tertentu. Namun Misalkan terdapat 2 jenis pengobatan A dan B untuk 24
bila penderita yang diobati tidak seragam sakitnya, bisa ter- penderita. Dengan menggunakan block randomization kita
dapat kesalahan dalam mengambil konklusi. Spesifikasi yang dapat membagi 24 penderita ini dalam 6 block dari 4 pen-
cermat dari penyakit yang akan diselidiki perlu sekali diru- derita. Enam kelompok penderita ini diberi pengobatan se-
muskan dan disetujui bersama. Hal-hal seperti umur, kelamin, bagai berikut:
lama penyakit, berat penyakit, penyakit yang menyertai,
pengobatan yang telah diterima (pada penyakit kronis), harus 1 2 3 4 5 6
ditentukan dalam seleksi penderita dan kriteria ini tidak boleh A B A B A B
sampai disalahartikan (ambiguous) oleh para sejawat dalam A B B A B A
center-center klinik. B A A B B A
Juga kriteria penyembuhan harus jelas sehingga semua B A B A A B
center mempunyai satu tolok ukur, karena apa yang dianggap
sembuh oleh seorang penyelidik mungkin tidak dianggapnya Kemudian 6 kelompok ini diacak untuk menemukan urutan
demikian oleh sejawat lain. pengobatan menurut datangnya penderita di klinik. Rando-
misasi ini misalnya memberikan hasil sebagai berikut : 2, 6,
5. Pemilihan center
4, 3, 1, 5.
Center harus dipilih sedemikian rupa supaya tidak saja
Maka penderita 1 — 24 mendapat pengobatan sebagai berikut :
peneliti ada ditempat, tetapi jumlah penderita yang akan
diselidiki mencukupi. Bila jenis penderita yang diingini tidak Penderita No. 1 2 3 4 5 6 7 8
tersedia cukup, maka waktu penyelenggaraan akan diperpan-
jang dengan segala konsekuensinya. Pengobatan B B A A B A A B
Kadang-kadang suatu center tidak perlu terletak dalam Block 2 6
suatu rumah sakit yang besar, bila kita hendak menyelidiki
tentang hipertensi, diare, influenza dan lain-lain penyakit Penderita No. 9 10 11 12 13 14 15 16
yang memang pertama-tama akan dilayani oleh puskesmas Pengobatan B A B A A B A B
atau dokter umum. Seorang penderita hipertensi yang sudah
lama menderita dan diobati di rumah sakit, mungkin mempu- Block 4 3
nyai ciri-ciri lain dari pada penderita yang datang berobat Penderita No. 17 18 19 20 21 22 23 24
ke puskesmas. lnilah alasan mengapa puskesmas atau praktek
dokter umum adalah tempat yang baik sekali untuk UKM Pengobatan A A B B A B B A
seperti diatas (6, 3). Selain itu penyakit yang diselidiki adalah Block 1 5
yang mencerminkan keadaan sebenarnya.
Selain center klinik, suatu UKM memerlukan juga fasilitas Dengan demikian setiap penderita yang datang sudah dapat
untuk membuat foto rontgen, pemeriksaan laboratorium, diberi jenis pengobatan A atau B dengan menjamin randomi-
pemeriksaan kardiogram, pembuatan sediaan patologi, dan sasi yang baik . Sedangkan tidak akan dikhawatirkan bahwa
sebagainya. Bila mungkin semua pemeriksaan seperti ini dila- pengobatan A akan jauh lebih banyak dari pada pengobatan B,
kukan di satu tempat. Maksudnya tentu untuk menjaga karena setelah setiap 4 penderita, perlakuan A atau B adalah
uniformitas prosedur dan penilaiannya. Penilaian kardiogram sama. Dalam UKM block—randomization ini dapat dikerjakan
sebaiknya tidak dikerjakan oleh dokter yang juga memeriksa untuk tiap center.
klinis penderitanya, tetapi oleh seorang lain guna mengurangi Tiap penderita sudah harus disediakan obat yang akan diuji,
bias. dengan disertai nomor kode, sebanyak jumlah penderita.
Kunci dari nomor kode ini disimpan oleh penanggung jawab
6. Kode obat
dalam coordinating center dalam suatu amplop tertutup,
Karena double—blind, controlled, randomized clinical trial
dan hanya boleh dibuka sesudah pendataan penderita selesai
adalah yang paling baik untuk menjamin hasil penelitian, maka
atau dalam kasus darurat.
obat yang dipakai termasuk plasebo, harus dibuat dalam ben-
tuk dan warna yang sama. Ini dapat dikerjakan di pabrik obat, PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
tetapi jika tidak ada persoalan dalam bioavailability, semua Bila jumlah penderita masih dalam batas-batas 100—300,
obat dapat dimasukkan dalam kapsul oleh hospital pharmacy. maka pengumpulan data belum merupakan beban yang berat.
Untuk menjaga supaya jumlah penderita dalam tiap kelom- Sebaiknya semua data dikumpulkan sedikit demi sedikit
pok perlakuan tidak terlalu banyak berbeda, maka sebaiknya dan diolah sekalian, dan jangan menunggu sampai seluruh
dilakukan block-randomization (7). Hal ini dikerjakan trial selesai. Bila digunakan komputer—dewasa ini di Indonesia
sebagai berikut : bisa diperoleh "Microprocessors " untuk kira-kira Rp. 5 juta —
• Bagilah penderita dalam beberapa block atau kelompok Rp. 11 juta — maka data dapat langsung dimasukkan dan
yang sama besarnya. disortir olehnya. Walaupun demikian anggota Coordinating
• Tetapkanlah perlakuan pengobatan sedemikian supaya Center perlu melihat status satu per satu untuk memperoleh
dalam tiap block penderita terdapat jenis pengobatan yang impresi tentang variasi data yang ada.

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 29


Untuk pengolahan data selanjutnya pembaca dipersilahkan qualities of an economist, a politician and a slave master.
melihat makalah Dr. Arini Setiawati. A finely developed sense of optimism is essential, and the
Draft akhir yang akan dipublikasi sebaiknya diperlihatkan ability to work miracles (even minor ones) helps."
sedikitnya pada para penanggung jawab di tiap center untuk
diperoleh komentar dan kemudian diolah kembali dalam
makalah final. KEPUSTAKAAN
1. Darmansjah I. Evaluasi Ilmiah hasil pengobatan. Med Hosp. 1981 ;
PENUTUP 54: 2 – 4.
2.Clark C J, Downie CC. A Method for the rapid determination of the
Dalam karangan pendek ini belum dijelaskan segala detail number of patients to include in a controlled Clinical Trial. Lancet
mengenai UKM. Sebagai tambahan dapat dipelajari tulisan- 1966; ii: 1357 – 1358.
tulisan lain dalam nomor ini, serta rujukan, oleh karena 3.Muchtar, A. Darmansjah I . Treatment of Non specific Diarrhea
dalam prinsip suatu UKM tidak banyak berbeda dengan uji with Enteridex ®. A comparative study amongst General Practi-
tioners. MKI. 1981; 31, 3 – 8.
klinik satu center. Namun birokrasi suatu UKM lebih banyak, 4.Wilmana F, Suyatna D, Darmansjah I. A double-blind, placebo
sehingga dapat dikatakan bahwa suatu UKM lebih sedikit controlled trial on acute non–specific diarrhea. Asian J of Clin
menggunakan pengetahuan klinik dari pada organisasi. Menu- Sc (in press).
rut Johnson (6) : "It is probably not an exageration to say 5.Muchtar A dkk.An assessment of Drug Trial Reports.(unpublished).
that a trial is one-tenth medicine and nine-tenths bureaucracy"; 6.Murphy J E. Clinical Trials in General Practice. Dalam : Clinical
Trials, editors : Johnson & Johnson. Blackwell Scientific Public
apalagi suatu UKM. 1977.
Akhirul kata biarlah Johnson meneruskan pendapatnya : 7.Zelen M. The Randomization and Stratification of Patients to
"Clinical trials are not for the faint—hearted. They demand Clinical Trials. J Chron Dis 1974; 27: 365 – 375.
of the persons organising them a rare combination of qualities.
Enthusiasm, energy, a sense of purpose, clinical acumen, RUJUKAN
perspicacity,* organisational skills, the ability to get on with 8.Friedman LM, Furberg CD, DeMetz DL. Fundamentals of clinical
people, and familiarity with statistical techniques, are merely trials. John Wright, 1981.
9.Controlled Clinical Trials, Design and Methods. Official Journal
basic requirements. It is also useful to have some of the of the Society for Clinical Trials. 1981, Vol. 1, Number 4.
l0.Importance of Experimental Design and Biostatistics. Ed: F. Gil-
* "Wisdom and understanding in dealing with people or with facts" bert McMahon, Futura publishing Company, 1974.

TAHUKAH ANDA ?

Beginilah peta angka kematian bayi


di Asia Tenggara.

30 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


Masalah Uji Klinik Obat- Obatan Pada Anak
dr. M. Sutan Assin
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta.

"The adult may be safely treated as a child; Memang uji klinik obat-obatan pada anak dan janin enggan
The converse can lead to disaster" dilakukan. Shirkey menyebutnya "the therapeutic orphans",
Sir Lancelot Barrington — Ward.
suatu golongan manusia yang dalam segi obat-obatan tidak
cukup mendapat perhatian. Masih terlalu banyak obat-obatan
Setiap dokter sewaktu memberikan obat atau resep pada dipasarkan oleh pabrik-pabrik obat yang produsennya tidak
penderita, akan bertanya pada diri sendiri : atau kurang tahu penggunaannya pada anak-anak dan wanita
1. Tepatkah obat ini ? hamil, sehingga untuk menghindarkannya mereka memakai
2. Akan efektifkah obat ini ?
filsafah burung onta dengan melarangnya untuk golongan
3. Tepatkah dosisnya ? penderita ini. Tidak jarang kita menemukan pada pamflet
4. Berapa lama perlu diberikan ? obat-obatan tulisan-tulisan seperti : " ...............tidak dianjurkan
5. Apakah akan ada efek samping ? untuk anak-anak " atau "............tidak dianjurkan untuk anak-
6. Bagaimana pengaruh obat ini terhadap pertumbuhan anak di bawah umur 2 tahun " atau ".................penggunaan
dan perkembangan si penderita kelak ?
untuk bayi baru lahir tidak dianjurkan " atau " ........... hanya
7. Apakah ada pilihan lain ?
untuk orang dewasa " dsb, dsb, tetapi hampir semuanya
8. Apakah akan mempengaruhi kekebalan alaminya (na- tanpa data yang jelas.
tural immunity) ?
Rupanya produsen obat lebih cenderung untuk melarang
Seorang dokter, baik dokter umum maupun dokter spesialis, atau membatasi penggunaan suatu obat pada anak dan ibu
senantiasa akan berhadapan dengan masalah-masalah ini. hamil daripada menghadapi suatu risiko yang tak terduga,
Apalagi kalau mengobati seorang anak, tidak jarang seorang karena tiadanya data uji klinik. Tetapi mengapa ada keeng-
dokter menjadi ragu-ragu, karena tidak selalu dapat menjawab ganan untuk melakukan uji klinik pada anak-anak ? Ternyata
pertanyaan-pertanyaan di atas dengan tepat. banyak faktor-faktor yang menyulitkan suatu uji klinik pada
Di mana sebenarnya letak kesulitan-kesulitan dalam terapi anak. Marilah kita membahas beberapa faktor penyulit ini :
seorang anak ? Faktor-faktornya banyak, tetapi pada da- A. Faktor orang tua.
sarnya perlu disadari bahwa anak itu selalu dalam proses per- Pada umumnya orang tua menentang kalau anaknya diikut-
tumbuhan dan perkembangan dan dalam proses ini selalu sertakan dalam suatu uji klinik. Dan, kalaupun bersedia, mere-
akan terjadi perubahan-perubahan dari waktu ke waktu. Te- ka mengharapkan suatu imbalan yang menarik, karena mera-
tapi juga akan ada hambatan-hambatan yang dapat meng- sa dirugikan. Lebih-lebih kalau anaknya masih kecil. Ber-
ganggu keseimbangan kesehatan si anak, baik karena faktor- beda dengan orang dewasa, sukarelawan hampir tidak ada.
faktor lingkungan ataupun penyakit-penyakit. Dengan mem-
berikan obat kita bertujuan dan berusaha mengembalikan B. Faktor anak.
keseimbangan itu, supaya proses tumbuh kembang akan da- Selain adanya perbedaan antara orang dewasa dan anak ("A
pat berlangsung secara optimal, agar kelak si anak itu menjadi child is not an adult in pocket size"), juga terdapat perbe-
seorang dewasa yang optimal pula. Tetapi sebaliknya kita daan antara kelompok umur. Biasanya kita membaginya sbb. :
mengetahui, bahwa obat itu sendiri, kalau penggunaannya ti- 1. Janin. Bayi masih dalam kandungan dan 100 % masih ter-
gantung pada ibunya.
dak tepat, akan dapat mengganggu fungsi-fungsi dalam badan.
Jadi obat itu di satu pihak kita perlukan untuk terapi, te- 2. Bayi baru lahir (Neonatus) : sejak lahir sampai umur 28 hari
tapi di lain pihak kita takuti karena sifat racunnya. Oleh ka- 3. Masa bayi (Infant) : 1 bulan sampai 12 bulan.
4. Balita (Toddler) : 1 — 5 tahun.
rena itu tiap obat perlu mengalami uji klinik yang teliti sebe-
5. Anak sekolah : 6 — 13 tahun.
lum digunakan pada manusia, lebih-lebih pada anak dan ibu
6. Remaja (Puber) : 11 — 18 tahun.
hamil. Masih segar diingatan kita bagaimana akibat kelalaian
dalam hal ini, yaitu lahirnya bayi-bayi cacat karena obat thali- Tiap kelompok umur mempunyai kekhususan tersendiri.
domide. Atau bagaimana tetrasiklin merobah warna gigi pada Di sini hanya akan disebut beberapa contoh :
anak-anak yang baru diketahui bertahun-tahun kemudian. • Perbedaan cairan badan total : prematur 86 %; bayi 70 %;

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 31


remaja 55 %. Cairan ekstra-selular : prematur 50 %; bayi tungan dipakai Nomogram West.
30 %; dewasa 20 %. • Dosis menurut formula Pincus Catzell, yaitu : Persentase
• Kadar lemak : prematur 1 %; neonatus normal 15 %. dari dosis dewasa,umpama : bayi baru lahir 12½ %; 1 -12
• Blood-brain barrier ; makin muda makin peka, umpa- bulan 15 — 25 %; 1 — 5 tahun 25 — 40 %; 5 — 12 tahun
manya untuk barbiturat, morphine dll. 50 — 75 % dsb. Cara ini sangat praktis, tetapi kelemah-
• Metabolisme hepar : fungsi pada neonatus masih rendah, annya sama seperti pada yang berdasarkan umur.
contoh : khloramfenikol bisa menyebabkan "gray babies". • Dosis berdasarkan formula formula lain seperti formula
• Ekskresi ginjal : pada neonatus masih rendah, suatu hal Clark x dosis dewasa ); Formula Young :
yang sangat penting pada ekskresi obat-obatan.
• Pengaruh hormon kelamin (sex hormones) : pada remaja x dosis dewasa ( n = umur ); metode Gaubius dll.
normal, pada bayi dan anak abnormal.
• Prevalensi suatu kelompok umur untuk suatu penyakit um- Karena proses tumbuh kembang ini, maka senantiasa terjadi
pamanya : Rubeola, yang sangat berbahaya untuk janin perubahan-perubahan dalam metabolisme dan bentuk badan.
muda. Bagaimana pengaruhnya terhadap biotransformasi obat-obat
Di samping perbedaan antara kelompok umur, juga ada per- karenanya belumlah jelas. Maka dalam penentuan dosis, ma-
bedaan lain yang penting seperti : sih perlu diperhitungkan faktor-faktor lain seperti :
• Keadaan gizi : kurus, normal, sangat gemuk. • Anak gemuk, karena lemak tidak berperan pada meta-
• Tinggi badan : pendek, normal, tinggi. bolisme.
• Kecerdasan dan ketrampilan. • Dehidrasi atau hypovolemic shock; konsentrasi obat dalam
• Perilaku (attitude). darah lebih tinggi.
• Lingkungan. • Oedema; konsentrasi obat lebih rendah.
• Ada atau tidak adanya cacat bawaan, a.l. inborn errors • Fungsi hati dan ginjal.
of metabolism, coeliac disease, malabsorpsi, defisiensi • Adanya kelainan genetik : G—6—PD, porphyria dll.
G—6PD dsb. • Pengaruh preparat hormon, seperti anabolik dan hormon
kelamin yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.
C. Faktor Obat. 5. Cara pemberian obat. Pilihan cara pemberian obat
1. Indikasi pemberian obat. Hanya diagnosis yang tepat — parenteral, enteral, anal, atau topikal — sangat tergantung
merupakan indikasi untuk pemberian suatu obat. pada keadaan penderita, ketrampilan orang tua yang mem-
2. Pilihan jenis obat. Penentuan dalam memilih jenis obat berikannya, rasa obat, selera atau daya terima anak dan selera
tergantung pada : dokter yang mengobatinya.
• Diagnosis.
• Ringan beratnya penyakit. D. Faktor lingkungan
• Daya racun dan efek samping dari obat. 1. Keadaan sosio - ekonomi penderita. Anak dalam keadaan
• Penerimaan oleh si anak. sakit gawat tidak mempunyai alternatif dalam terapi. Obat
• Daya guna obat itu dalam jangka waktu tertentu. yang terbaik, terkuat dan sering termahal perlu digunakan.
• Pengaruh obat terhadap tumbuh kembang dan imuni- Tetapi kalau penyakitnya ringan atau sedang, pengobatan
tas anak. dapat disesuaikan dengan daya belinya.
3. Saat dan lamanya pemberian obat. 2. Agama, adat istiadat, kebiasaan hidup dapat mempe-
4 .Dosis obat. Selama manusia minum obat, penentuan ngaruhi pemberian obat. Orang yang hidup di desa atau di
dosis pada anak-anak merupakan masalah yang tiada akhirnya, kota mempunyai ciri-ciri yang berbeda.
karena adanya keadaan-keadaan yang berbeda seperti umur, 3. Rawat jalan atau rawat menginap di klinik atau rumah
berat badan, tinggi badan, keadaan gizi, berat ringannya pe- sakit. Kalau rawat jalan ketepatan pemberian obat tidak se-
nyakit dsb. Berbagai macam formula dicari dan diciptakan, lalu dapat diandalkan, lebih-lebih pada yang berpendidikan
tetapi ternyata tidak ada satupun yang sempurna. Disini rendah.
akan diberikan beberapa contoh : 4. Etik kedokteran merupakan suatu unsur yang penting
• Dosis berdasarkan berat badan. Cara ini paling populer dalam pengobatan. Pemerintah dan masyarakat menghendaki
di Indonesia, tetapi ketepatannya mulai diragukan, lebih- adanya norma-norma, juga untuk uji klinik.
lebih untuk bayi-bayi. Perhitungan menurut berat badan
menghasilkan suatu ketimpangan antara dosis anak dan E. Efek plasebo
dosis dewasa, sehingga kurang jelas yang mana menjadi Disamping efek farmakologik, obat juga mempunyai efek
kriteria. plasebo yang berlatar belakang kepercayaan pada dokter dan
• Dosis berdasarkan umur. Karena proses tumbuh kembang obat tertentu. Efek plasebo ini dapat berguna pada pengo-
anak itu tidak sama pada anak-anak dalam kelompok batan, tetapi juga dapat disalahgunakan. Obat tradisional
umur yang sama, maka ketepatan dosis atas dasar umur mempunyai efek plasebo yang kuat.
juga diragukan.
• Dosis berdasarkan luas badan (body — surface). Pada saat
ini dianggap yang paling tepat karena ketimpangan antara Jadi kalau dilihat berapa banyak faktor-faktor yang ber-
dosis anak dan dosis dewasa lebih kecil. Untuk perhi - peran dalam pengobatan anak, maka tidaklah heran, kalau

32 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


melakukan suatu uji klinik obat-obatan pada anak tidaklah Bahwa uji klinik obat-obatan pada anak itu sangat panting,
mudah. Memang pengalaman kami di RSCM demikianlah. kita sadari semua untuk menghilangkan "Therapeutic orphans"
Lebih mudah melakukan uji klinik pada penderita yang dira- itu. Bagaimanapun juga, janganlah anak itu menjadi korban
wat daripada yang berobat jalan, karena yang dirawat lebih dari obat yang digunakan secara "trial—and-error":
mudah dikontrol secara teliti dan dapat dilakukan tanpa
banyak kesulitan penolakan dari penderita atau orang tuanya. KEPUSTAKAAN
Tetapi kondisi penderita yang dirawat tentu tidak sama,
1. Catzell P. The Paediatric Prescriber. Oxford : Blackwell Scientific
maka hasil penelitian tetap masih bisa dipersoalkan. Suatu Publications, 1974.
penelitian pada anak yang berobat jalan mengalami kesu- 2. Nelson W E. Texbook of Pediatrics. Philadelphia : WB Saunders Co,
karan, karena enggan kembali secara teratur, kecuali kalau 1975.
motivasinya kuat. 3. Shirkey HC. Pediatric Therapy. Saint Louis : CV Mosby Co, 1972.

pelayanan kesehatan primer : Pelajaran dari masa lalu

Salah satu tugas pertama dari setiap departemen kesehatan ran yang agresif, dokter-dokter itu senang memberi resep obat
yang ingin menerapkan strategi nasional untuk "Kesehatan spesiality.

bagi Semua" ialah meninjau kembali bagaimana cara me- Kebetulan, laporan itu selanjutnya menyatakan bahwa dari
reorganisasi sistem kesehatan agar ini didasarkan pada pelayan- 126 obat yang direncanakan sampai pada unit-unit lapangan,
an kesehatan primer. Bertahun-tahun yll. daerah ini adalah hanya 70 yang benar-benar sampai, dan setelah ditinjau
tempat lahirnya pola yang jelas bagi puskesmas, yang waktu benar-benar, ternyata hanya 30 yang diperlukan.
itu merupakan sumber harapan. Apa yang terjadi dengan ide Bagaimana anda mengharapkan masyarakat mempercayai
tsb ? Mengapa kini terjadi krisis kepercayaan padanya ? Dan sistem kesehatan dalam suasana demikian ? — dan saya perlu
pelajaran apa dapat kita timba dari apa yang telah terjadi ? menambahkan bahwa laporan itu sengaja menyajikan gambar-
Puskesmas-puskesmas ini, meskipun namanya puskesmas, an yang "menggembirakan" dari puskesmas rata-rata di negara
memusatkan perhatian pada pemberian pelayanan medik tsb. Bagaimana anda mengharapkan mereka memperhatikan
setempat selain usaha KB. Hanya terbatas saja mereka me- petunjuk-petunjuk tentang kesehatan mereka, betapapun
nangani kesehatan masyarakat.Dan bag a- imanabentuk pelayan- baik maksud anda, yang tidak mengenai sasaran dari pers-
an medik yang mereka berikan ? Dengarkan beberapa abstrak pektif mereka, karena tidak cukup memperhatikan diare
dari Laporan Institut Manajemen dalam salah satu negara bayi-bayi mereka, air yang mereka minum, makanan yang me-
besar di kawasan ini : reka makan, rumah tempat mereka tinggal atau tiadanya
rumah, dan lingkungan tak sehat yang sudah nasibnya menyer-
......puskesmas-puskesmas itu, yang tidak mempunyai fasilitas diag-
nostik, diharapkan memberikan pengobatan untuk penyakit-pe- tai mereka. Dan obat yang mereka perlukan bila mereka
nyakit yang biasa. Kasus-kasus yang memerlukan diagnosis seharus- sakitpun tak ada.
nya dirujuk ke rumah sakit terdekat. Budget untuk obat-obatan Maka mereka mem "by-pass" puskesmas-puskesmas tsb,
dan supply lain untuk setiap unit lapangan adalah demikian kecil.
Pemberian obat-obatan itu dilakukan oleh dokter yang cukup pergi ke rumah sakit sebagai pasien berobat jalan ...................
"qualified". Demikian lingkaran setan ini berputar tanpa menangani masa-
" lah kesehatan utama mereka.
Ya, itulah yang dikatakannya : dokter yang cukup qua-
lified" ! Saya lanjutkan :
Half dan Mahler. Sambutan pada WHO Regional Committee for South-
Karena kebanyakan perusahan farmasi melakukan strategi pemasa- East Asia. WHO chronicle 1981 ; 35 (6) : 208 - 212.

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 33


Uji Klinik dalam Nefrologi-Hipertensi:
Praktek dan Kesulitannya
R. P. Sidabutar
Sub Bagian Ginjal/Hipertensi, Bagian Ilmu
Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta.

PENDAHULUAN efektif dari diuretik merkuri dalam menghilangkan udema


Dari seorang dokter si sakit mengharapkan suatu obat atau tak perlu dibuktikan melalui uji klinik.
tindakan yang dapat membebaskannya dari keluhan penya- Sesuatu uji klinik terkontrol dibutuhkan bila :
kitnya. Bila si sakit tidak memperolehnya dia akan kecewa. 1. Tanpa uji klinik yang baik sukar dinilai sesuatu faktor
Demikian pula sang dokter akan menjadi kecewa bila menya- kebetulan atau khasiat obat.
dari tidak ada obat atau tindakan yang dapat ia lakukan 2. Besar kegunaan obat perlu dinilai kuantitatif.
menghilangkan penyakit atau mengurangi keluhan si sakit. 3. Terjadinya efek samping dan komplikasi perlu diukur.
Dalam keadaan demikian beberapa hal dapat terjadi. Perta- Kesulitan yang dapat menghalangi suatu uji klinik yang baik,
ma sang dokter akan pasrah saja; kedua, dia akan memberi timbul karena jumlah orang sakit yang sedikit. Walaupun
sesuatu yang sebenarnya ia tidak yakin akan manfaatnya; demikian uji klinik terkontrol dan random harus diusaha-
dan ketiga, timbul itikad untuk mencoba sesuatu yang nan- kan untuk perbandingan yang tepat.
tinya dapat memberi hasil yang diharapkan.
Untuk memperoleh keyakinan tentang manfaat obat TUJUAN UJI KLINIK
yang telah dipergunakan untuk sesuatu penyakit di tempat Niat untuk melakukan sesuatu uji klinik pada umumnya
lain, dengan kondisi yang berbeda ia ingin pula "mencoba" didasari dua alasan,
nya dahulu sebelum mendapat keyakinan dan bila perlu (i) Uji klinik memungkinkan menguji sesuatu hipotesa me-
dengan penyesuaian seperlunya. ngenai etiologi,
Penyakit ginjal umumnya potensial berbahaya, ditambah (ii) Memberikan jawaban yang bermanfaat untuk operasional
lagi dengan kenyataan bahwa banyak yang resisten terhadap misalnya apakah sesuatu penyakit harus diobati dengan
pengobatan. Banyak penyakit ginjal yang untuk masa yang obat tertentu dan cara tertentu.
sangat lama hanya diobati simtomatik. Untunglah pada masa Bila azatioprin ternyata memperlambat progresi glomerulo-
sekarang ini kemajuan dalam pengetahuan patofisiologi dan nefritis proliferatif, ini menyokong kemungkinan faktor
bidang pembuatan obat mengurangi hal ini. Dari semua obat- "alergi" dalam patogenesisnya. Dalam hal kedua, permasa-
obat yang muncul tidak seluruhnya aman dan tidak semu- lahan bukanlah apakah suatu cara atau obat berkhasiat, te-
anya pula mempunyai efek terapetik yang nyata. Orang tapi berapa besarkah keuntungan yang diperoleh, dibanding-
klinik harus mengetahui mana yang efektif, mana yang tidak kan dengan kerugian yang timbul. Keuntungan dan kerugian
dan mana yang relatif aman, mana yang tidak. Kesimpulan ini harus dinyatakan kuantitatif. Dalam uji klinik penyakit
seperti itu tak dapat ditarik berdasarkan teori saja maupun ginjal, yang pada umumnya menahun dan progresinya ber-
dari eksperimen farmakologik. Banyak penyakit ginjal dan beda dan bahkan tidak mempunyai akselerasi yang berpola
tentunya hipertensi esensial, memberikan perburukan sesu- tertentu, maka dengan sendirinya penilaian keuntungan
dah periode yang panjang, sehingga sesuatu obat yang memang dan kerugian ini menjadi sulit dan membutuhkan suatu masa
berkhasiat, misalnya menurunkan tekanan darah, belum uji yang lama. Tidak jarang dalam nefrologi hasil yang baik
tentu mempunyai akibat yang nyata menguntungkan dalam atau menguntungkan dalam jangka pendek, tidak mengun-
jangka panjang. tungkan bahkan merugikan dalam jangka panjang. Sebagai
contoh dapat dikemukakan suatu uji klinik pengobatan
KEBUTUHAN
sindrom nefrotik dengan prednison oleh Black, Rose
Permasalahan seperti diuraikan diatas tidak selalu membu-
& Brewer (1).
tuhkan uji klinik formal, barangkali observasi klinik yang
cermat akan memberikan petunjuk yang memadai. Misalnya
tidak perlu membuktikan lagi melalui uji klinik bahwa dia- RANCANGAN
lisis akan berakibat baik dan menghindarkan maut pada Berbagai rancangan uji klinik dapat dipilih. Yang paling
gagal ginjal akut. Demikian pula bahwa furosemid lebih efisien secara statistik adalah uji bersilang (cross-over trial).

34 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


Uji seperti ini walaupun ideal sudah jelas sukar diterapkan perimen dilakukan menurut rencana dan mengarah ke suatu
pada banyak penyakit nefrologik. Uji bersilang yang mem- kesimpulan yang logik, sedangkan diluar uji klinik hampir
pergunakan penderita sendiri sebagai kontrol, dapat diper- sebaliknya. Keamanan penderita terletak terutama pada
gunakan dalam uji klinik obat anti—hipertensi. Yang diana- hati nurani pelaksana uji klinik yaitu menjaga keselamatan
lisa adalah perbedaan antara dua periode pada penderita penderita yang telah memberikan kepercayaan dan harapan
yang sama, periode pengobatan dan periode tanpa pengobatan. padanya (3).
Rancangan ini mempunyai keterbatasan yaitu (2) : Pada dasarnya dua keadaan dapat menjadi dasar apakah
• Keadaan penyakit harus stabil selama periode uji dan sesuatu uji klinik dapat dilaksanakan mengingat hal tersebut
respons terhadap pengobatan tidak lambat (segera). diatas. Pertama apabila dua cara pengobatan yang akan diuji,
• Efek pengobatan harus reversibel dan dihindarkan kelan- dinyatakan secara tersendiri memberikan hasil yang hampir
jutan efek pengobatan pada periode tanpa obat. sama. Kedua, suatu cara pengobatan baru akan diuji apabila
Pembatasan ini khususnya dalam penyakit ginjal, mengaki- diharapkan hasil yang lebih baik daripada cara pengobatan
batkan lebih sering dipilih uji dengan kelompok kontrol yang telah ada sebelumnya. Didalam protokol selalu harus
terpisah. Biasanya satu saja kelompok diobati, tetapi bila dicantumkan suatu pokok yang menyatakan bahwa pelak-
jumlah penderita memungkinkan beberapa kelompok diobati, sana uji klinik akan mengubah pengobatan yang direncanakan
dapat dibandingkan dengan satu kelompok kontrol. Kelompok bila hal-hal tertentu timbul yang dapat merugikan penderita.
diobati ini dapat menerima pengobatan yang sama atau tidak Pengobatan yang memberi harapan seharusnya dapat diterus-
sama dengan kelompok diobati pertama. Dalam hal sama kan setelah masa uji klinik berakhir. Khusus dalam penyakit
maka dosis obat misalnya dapat diubah demikian juga lama ginjal dan hipertensi, yang sering membutuhkan pengobatan
periode diobati dapat dirubah. yang lama dan bahkan seumur hidup pokok ini tak boleh
Rancangan lain yang efisien misalnya adalah rancangan dilupakan.
faktoral. Penderita dibagi empat kelompok ( O, A, B, AB ) Sudah jelas tidak bertanggungjawab bila cara pengobatan
yang disimpulkan baik atau lebih unggul, setelah masa uji
kelompok O merupakan kontrol, A mendapat pengobatan
klinik tidak dilanjutkan pada penderita yang bersangkutan.
pertama, B mendapat pengobatan kedua dan AB mendapat
Uji klinik di bidang nefrologi dan hipertensi di Indonesia
pengobatan pertama dan kedua. Analisis pengobatan pertama
cukup berkembang secara kuantitatif, tetapi harus dinilai
diperoleh dengan membandingkan kelompok O + B terhadap
lebih hati-hati apakah uji klinik yang bertambah banyak
kelompok A +AB dan efek B membandingkan O + A terha-
itu dapat dipertanggungjawabkan secara kualitatif. Keba-
dap B + AB. Disamping itu masih dapat diperoleh analisis
nyakan uji klinik dalam bidang ini sebenarnya merupakan
dari perbandingan terhadap AB. Tentu saja ada pembatasan
pengalaman klinik dan mungkin sekali memang itulah yang
rancangan ini yaitu :
dibutuhkan serta yang mungkin dilaksanakan, akan tetapi
(i) Semua penderita harus sesuai dengan kedua pengobatan, kadang-kadang tanpa disadari diberi penamaan uji klinik.
(ii) Harus memungkinkan memberi kedua pengobatan seka-
Uji klinik mengenai obat tradisional perlu mendapat perha-
ligus. tian, untuk memberi keyakinan yang berdasar kepada pro-
Rancangan seperti ini dapat dilakukan pada pengobatan fesi kedokteran untuk mengatakan secara lebih tegas "ya"
hipertensi tetapi sukar pada penyakit ginjal menahun seperi atau "tidak" pada cara pengobatan yang bersangkutan. Terlalu
glomemlonefritis. sering kita melihat penggunaan pengobatan ini dilakukan
Berapa jumlah orang sakit yang dibutuhkan ? Pertanyaan tanpa dasar dan keyakinan yang sebenarnya dibutuhkan se-
ini sering diabaikan sehingga dapat terjadi uji klinik menjadi belum menggunakannya.
tak ada hasilnya karena jumlah yang terlalu sedikit atau
terlalu banyak penderita yang disertakan padahal sebenar- KEPUSTAKAAN
nya tidak perlu. 1. Black DAK, Rose G, Brewder DB. Controlled trial of prednisone
in adult patients with nephrotic syndrome. Brit Med J. 1970; 3:421
PERMASALAHAN ETIK. 2. Rose GA. Therapeutic trials and renal disease, in: Renal Disease,
3rd ed. Black D. Oxford London Edinburgh Melbourne : Blackwell
Suatu uji klinik yang terancang baik, harus dapat di pertang-
Scientific Publications, 1972, 841.
gungjawabkan secara etik. Hampir semua keputusan mengo- 3. Smith R N. Ethical aspects of drug evaluation, in : Clinical trials,
bati si sakit merupakan eksperimen. Beda pengobatan dalam first Ed. Johnson NF & Johnson S. Oxford, London Edinburgh
uji klinik dan diluar uji klinik adalah : pada uji klinik eks - Melbourne : Blackwell Scientific Publications, 1977, 162.

"Tiadakah harapan," si sakit bertanya,


Dokter itu diam menggelengkan kepala,
Dan mohon diri dengan sedih hati,
Entah bagaimana rekeningnya esok hari
John Gay

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 35


Kesulitan Percobaan Klinik dalam Ilmu Psikiatri
(PENGALAMAN PERCOBAAN KLINIK SELAMA 1961 — 1981 )

Prof. Dr. Kusumanto Setyonegoro dan dr. YuI Iskandar


Direktorat Kesehatan Jiwa
Dit. Jan. Pelayanan Kesehatan Dep. Kes. RI.

PENDAHULUAN PROBLEMA DESIGN (DESIGN OF PROBLEM)


Pemakaian obat di bidang psikiatri sebenarnya belum cukup Dalam menentukan design dari clinical trial maka ada bebe-
lama. Chlorpromazine dan imipramine baru dikenal sebagai rapa hal yang perlu diperhatikan.
obat anti-psikotik dan anti—depresan pada awal tahun—50—an. a). Seleksi dari pasien
Percobaan klinik di Indonesia dengan obat-obat yang di-
pakai di bidang psikiatri sebenarnya telah dimulai awal tahun Pada penelitian yang telah dilakukan, untuk obat anti-psikotik
1960 di bagian psikiatri FKUI (waktu itu penulis senior (KS) dipilih kasus . skizofrenia, untuk anti-anxietas dipilih kasus
menjabat kepala bagian psikiatri), walaupun hal tersebut neurosa dan untuk anti-depresan dipilih kasus depresi. Dalam
sebenarnya masih merupakan barang baru. Percobaan klinik penelitian-penelitian tersebut ada beberapa kategori yang
dengan kontrol yang baik baru pertama kali dilakukan oleh biasanya berlaku umum yaitu :
Kenning, Richardson dan Tucher pada tahun 1961. Begitu — Pasien yang diperiksa laki-laki dan wanita
pula Friedman, Nowbray dan Hamilton baru pada tahun 1961 — Umur 20 — 65 th
melakukan penelitian dengan Instrument Hamilton Rating — Tidak terdapat gejala penyakit fisik
Scale (1960) yang dapat diterima secara universal. Penelitian — Tidak terdapat riwayat kejang
klinis yang sistematik di Indonesia dan dipublikasikan secara — Tidak hamil
luas baru dilakukan tahun 1968. — Tidak sedang menyusui
— Tidak retardasi mental
Tabel 1 : Obat-obat yang telah dilakukan percobaan Klinik.
Tahun Pada umumnya penelitian obat-obat di bidang psikiatri adalah
Obat Tahun Obat
1). Fluphenazine 1968 9). Sulfiride 1974 untuk orang dewasa. Tidak diindikasikan untuk anak-anak
2). Thioridazine 1969 10). Clozapine 1974 dan untuk orang tua. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa
3). Trifluperazine 1969 11). Oxazepam 1976 pada pengobatan penderita gangguan jiwa perbedaan antara
4). Levomepromazine 1970 12). Perazine 1976 wanita dan laki-laki tidak ada; disamping itu harus dihindari
5). Haloperidol 1971 13). Prazepam 1977
penderita gangguan jiwa yang disebabkan sebab-sebab organik
6). Thiopropazate 1972 14). Clobazam 1978
7). Ro :5 — 3350 1972 15). Nomifensine 1979 (ketuaan, epilepsi, atau retardasi mental) dan dihindari pula
8). Temazeman 1974 16). Propizepine 1981 kemungkinan terjadinya efek teratogenik atau terjadinya gang-
guan pada anak melalui air susu ibu. Di bidang psikiatri tidak
ada kriteria diagnostik yang secara universal dapat diterima.
Penelitian-penelitian tersebut pada umumnya dilakukan Penelitian yang telah dilakukan biasanya mengambil ICD.
penulis senior dengan bantuan beberapa kolega lain. Pada (PPDGJ ) * sebagai kriteria diagnostik. Untuk penderita
umumnya mereka tidak pernah mengalami formal training depresi diambil beberapa patokan tambahan selain dari
untuk clinical trial ataupun clinical (psycho) pharmacology. PPDGJ, yaitu bahwa yang dimaksud depresi ialah suatu
Oleh sebab itu penulis senior pada th 1976 memerintahkan gangguan yang terus menerus dari mood yang ditunjukkan
pada penulis junior (Y I) untuk belajar dalam bidang clinical dengan adanya kesedihan yang jelas terlihat oleh pemeriksa
(psycho) pharmacology di Universitas New South Wales di dan merupakan gambaran yang umum dari penyakitnya.
bawah pimpinan Prof. Wade di Australia selama 1 tahun Selain gangguan afektif tersebut harus ada gejala tambahan
(1976 — 1977). lagi dari salah satu atau lebih dari gejala dibawah ini : penye-
Dalam hal ini pengalaman-pengalaman yang telah dibuat, salan diri, hypochondriasis, retardasi atau agitasi. Dari kese-
baik yang baik maupun yang buruk, dengan kondisi yang ada luruhan gangguan jiwa maka hanya pada penderita depresi
pada saat yang lampau maupun pada saat ini dapatlah dipakai
sebagai pelajaran dalam menyusun metodologi penelitian * I.C.D. = International Clasiffication of Disease Ed. VIII (WHO, 1965)
klinik khususnya untuk obat-obat yang dipakai di bidang PPDGJ = Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa di Indone-
psikiatri. sia ed. ke I, 1973.

36 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


yang dapat dibuat kriteria yang universal, sedangkan untuk dilakukan randomization dari pasien tidak mungkin diker-
skizofrenia dan neurosa agak sulit. Selain itu pada penderita jakan, karena kuantifikasi (misalnya seriously ill, moderately
depresi dapat dibuat skala intensitas penyakit, dari yang berat ill, dan mild) dari pasien sulit dikerjakan dan pasien yang
sampai yang ringan (secara kuantitatif) akan tetapi bagi pen- datang untuk berobat yang memenuhi kriteria pun sangat
derita skizofrenia dan neurosa hal itu belum mungkin hingga sedikit. Untuk mendapat populasi dari satu macam penelitian
penilaian biasanya semi-kuantitatif. diperlukan waktu 6 — 12 bulan. Disamping itu karena hanya
ada satu macam cara pengobatan, maka dengan sendirinya
b). Kontrol dalam Trial
randomization tidak dilakukan.
Penelitian klinis dapat dibagi atas beberapa phase seperti
yang pernah disarankan oleh FDA.
d). Blind design
Phase I, adalah suatu penelitian permulaan, dimana obat
pada pertama kali diajukan pada manusia, terutama pada Untuk penelitian obat-obatan maka adanya blind design meru-
normal voluntir, dengan tujuan utama adalah menentukan pakan hal yang ideal. Dalam hal ini, dapat pasiennya yang
toxisitas, dosis kira-kira, dan faktor-faktor lainnya yang teru- tidak mengetahui obatnya (single blind) atau dokter (evalua-
tama untuk menentukan keamanan dari obat tersebut. Jum- tor) dan pasien yang tak mengetahui obat yang diberikan
lah pasien pada penelitian ini berkisar antara 20 — 80 orang. (double blind). Blind design ini sebenarnya penting untuk
Phase II, merupakan phase yang paling penting karena pa- mencegah bias dari pemeriksa maupun pasien dalam menge-
da phase ini diuji baik efektivitasnya maupun keamanan rela- valuasi obat. Karena faktor subjektif pemeriksa akan mempe-
tif dari obat tersebut. Pada phase ini penelitian harus dilaku- ngaruhi sekali hasil dari tiap-tiap penelitian terutama pene-
kan dengan kontrol yang ketat. Kontrol tersebut dapat berupa litian di bidang psikiatri.
obat standar yang telah ada, atau dapat pula dipakai plasebo. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan pada umumnya
tidak memakai blind design, akan tetapi walaupun demikian
Pada Phase III, dapat dilakukan penelitian baik dengan
clinical trial yang terkontrol, maupun tidak. Phase III ini bias yang terjadi karena faktor subjektif pemeriksa dikurangi
dikerjakan setelah efikasi dari obat telah ditemukan dan diten- dengan memakai evaluator yang lebih dari 2 orang, dengan
tukan pada phase II. Penelitian terutama bertujuan untuk demikian diperkirakan bahwa bias yang bersifat menggan-
mendapatkan data-data tambahan baik mengenai efektivitas, tungkan hasil obat akan dikompensasi oleh bias yang ber-
maupun efek samping pada jumlah pasien yang lebih besar, sifat merugikan.
serta dosis obat pada populasi yang berbeda.
Phase IV, yang dinamakan post-marketing clinical, trial, EVALUASI HASIL
terutama bertujuan melanjutkan penelitian pada phase III, Pada penelitian klinik dengan obat-obat di bidang kedokteran
menunjukkan insidensi dari efek samping, serta mungkin pada umumnya evaluasi hasil tidak terlalu sulit. Pengobatan
pula dilakukan penelitian mencari efek farmakologik yang malaria misalnya dapat dinilai berdasarkan hilangnya gejala
khusus. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh pe- klinik ( panas turun ), atau hilangnya/tidak terdapat lagi pa-
nulis pada umumnya berkisar pada phase III, dan phase IV. rasit. Pengobatan dengan anti-hipertensi dapat dilihat dari
Penelitian pada phase I dan II, akan dikembangkan oleh menurunnya tekanan darah. Sedangkan pengobatan dengan
Direktorat Kesehatan Jiwa, dengan membangun suatu bangsal obat anti diabetes, dapat diperlihatkan dengan menjadi nor-
khusus untuk penelitian, dengan tenaga-tenaga yang telah malnya kadar gula darah. Evaluasi hasil pengobatan pada
terlatih dan terdidik. penderita gangguan jiwa lebih sulit.
Pada penelitian sebelum ini penelitian yang bersifat terkon- Biasanya evaluasi hasil dibicarakan dengan para peneliti
trol belum dapat dilakukan oleh sebab : dan dibuat suatu kriteria yang dapat diterima oleh semua
1. Tenaga peneliti pada umumnya disibukkan oleh tugas- pihak. Pada umumnya hasil evaluasi merupakan suatu skala
tugas lain, seperti mengajar, public service dll. semikuantitatif yang dinilai berdasarkan pola-pola tertentu.
2. Instrument penelitian yang standar, dimana sensitivitas, Walaupun penilaian agak subjektif akan tetapi telah dibuat
reliabilitas dan validitasnya yang telah diselidiki belum ada. pegangan pokok. Skala ini misalnya untuk evaluasi global :
Suatu clinical trial yang terkontrol baik, akan tetapi dengan
instrument yang buruk tidak akan menghasilkan peneli- +++ (+3) : Excellent improvement
tian yang baik. ++ (+2) : Good improvement
3. Tujuan penelitian bukanlah menentukan efektivitas obat, + (+1) : Fair improvement
karena hal tersebut telah dibuktikan di negara lain. Dupli- 0 ( 0) : No improvement
kasi penelitian yang demikian hanya membuang waktu
dan tenaga. Tujuan penelitian pada waktu itu hanyalah Kriteria improvement, berubah-ubah dari waktu ke waktu,
menentukan dosis yang tepat pada penderita di Indonesia, dapat merupakan suatu parameter dipulangkannya pasien
atau apakah dia dapat bekerja kembali sebagaimana biasa.
dan pula melihat kemungkinan adanya toxisitas dan efek
sniping. Misalnya :
+++ (+3) : Kebanyakan target symptom Mang baik
c). Randomization subjektif maupun objektif
Untuk mengurangi bias pada penelitian klinik, dimana kontrol ++ (+2) : Kebanyakan target symptom berkurang
dipergunakan maka perlu pemilihan pasien secara random. + (+1) : Beberapa target symptom mengurang
Seperti telah dikemukakan penelitian-penelitian yang telah 0 (+0) : Tidak ada perubahan

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 37


Antara tahun 1966 — 1976, evaluasi hasil terutama ,secara PENUTUP
global, hal ini disebabkan karena sibuknya para peneliti, ka-
Penelitian klinik di bidang psikiatri merupakan bidang yang
rena haru s mengerjakan tugas-tugas lain, seperti public service paling banyak tantangannya dan kesulitannya. Kriteria seleksi
dan pendidikan. Pada penelitian setelah 1976, telah ada kema- dari pasien untuk orang Indonesia masih harus dilakukan.
juan yaitu hasil-hasil penelitian tidak hanya secara global. Instrument-instrument penelitian, seperti rating scale, tidak
akan tetapi juga telah secara mendetail dikemukakan. dengan mudah diadaptasikan di Indonesia. Tenaga-tenaga
Penelitian dengan anti-psikotik selain memakai evaluasi khusus yang terlatih baik dari paramedis dan tenaga medis
yang global juga hasil-hasil dengan memakai BPRS *) dinilai. masih kurang. Dengan kesulitan-kesulitan yang demikian
Untuk anti-anxietas dipakai HRS **) for anxiety dan untuk maka penelitian yang baik dengan kontrol dan design yang
anti-depresan dipakai HRS for depression. baik serta analisa statistik masih merupakan suatu langkah
Penelitian yang memakai instrument yang lebih sensitif yang harus dikerjakan. Dalam hubungan ini Direktorat Kese-
dan lebih objektif ini serta defmisi dari pasien yang lebih hatan Jiwa berusaha keras, untuk mewujudkan suatu fasilitas
ketat, menyebabkan jumlah pasien pada penelitian menjadi dimana penelitian klinik dapat dilakukan dengan lege-artis,
lebih sedikit. dengan harapan agar dimasa mendatang apresiasi ilmiah dan
finansil terhadap usaha penelitian dan percobaan klinik dalam
EFEK SAMPING bidang ilmu psikiatri akan makin meningkat.
Walaupun efek samping merupakan bidang perhatian yang
KEPUSTAKAAN
paling panting pada penelitian klinik di Indonesia, akan tetapi
sebenarnya bidang ini yang paling sulit diselidiki. Penderita 1. Hamilton M.J Neurol Neurodrug Psychiat 1960; 23 p 56—62.
skizofrenia tidak akan banyak mengeluh walupun terdapat 2. Kenning et al . Canad Psychiat Ass J 1960; 5 p 60 — 64.
3. Kusumanto Setyonegoro et al. Jiwa, 1969; 2/II,
banyak gangguan efek samping, seperti tremor, rigiditas dll.
4. Kusumanto Setyonegoro et al. Jiwa, 1969; 3/II.
Sebaliknya penderita neurosa, terutama yang menderita 5. Kusumanto Setyonegoro et al. Jiwa, 1972; 4/V.
hipochondria sangat sensitif sekali terhadap perubahan. Aliran 6. Kusumanto Setyonegoro et al. Jiwa, 1972; I/V.
darah yang sedikit cepat akan menyebabkan dia merasa ber- 7. Kusumanto Setyonegbro et al. Jiwa, 1972; 3/V.
debar-debar dengan hebat. Sering mengeluh sakit kepala, enek 8. Kusumanto Setyonegoro et al. Jiwa, 1972; 2/V.
9. Kusumanto Setyonegoro et al. Jiwa, 1975; 1/VIII.
dan muntah, yang barangkali bukan oleh pengaruh obat. Pen-
10. Kusumanto Setyonegoro et al, Jiwa, 1975; 2/VIII.
derita depresi lebih sulit lagi, karena banyak gejala depresi 11. Kusumanto Setyonegoro et al. Jiwa, 1975; 4/VIII.
seperti mulut kering, sakit kepala dB. yang mirip dengan pe- 12. Kusumanto Setyonegoro et al. Jiwa, 1977; 3/IX.
ngaruh obat. Secara ideal memang kita bisa membuat daftar 13. Kusumanto Setyonegoro et al. Jiwa, 1977; 3/X.
efek samping yang panjang dan menjelimet, akan tetapi 14. Kusumanto Setyonegoro et al. Jiwa, 1978; I/XI.
15. Kusumanto Setyonegoro et al. Jiwa, 1978; 2/XI.
pada prakteknya sukar sekali dilakukan dan akan banyak
16. Kusumanto Setyonegoro et al. Jiwa, 1981; 1 /XN.
sekali membuang waktu. Dengan demikian efek samping yang 17. Salan R, Gardjito. Jiwa. 1971; 2/N.
diperiksa pada clinical trial adalah toxisitas obat tersebut,
apakah fatal atau tidak.
Pada umumnya obat-obat yang telah dilakukan trial oleh
penulis, toleransinya baik. Kemudian dilihat apakah ada gejala-
gejala yang hebat tapi tak berbahaya seperti gejala extrapira-
midal dB. Baru kemudian dicatat keluhan-keluhan subjektif
dari pasien setelah menerima obat. Dengan demikian gejala
efek samping yang dilaporkan adalah semua gejala yang dike-
luhkan setelah meminum obat, baik disebabkan oleh obat
maupun oleh sebab lain.

ANALISA STATISTIK
Dalam setiap penelitian maka design dan analisa statistik
merupakan 2 pokok penelitian yang menunjukkan baik atau
buruknya percobaan. Akan tetapi seperti dikemukakan dalam
tulisan-tulisan diatas pada beberapa penelitian tidak dapat
dibuat analisa statistiknya. Baru pada penelitian-penelitian
yang terakhir dibuat analisa statistik secara sederhana, yaitu
melihat perubahan gejala sebelum dan sesudah pengobatan.
Hal ini baru dapat dilakukan setelah instrument-instrument
penelitian lebih teliti dilakukan.

•) BPRS : Brief Psychiatric Rating Scale


••) HRS : Hamilton Rating Scale

38 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


Percobaan pada Manusia
dan Etika Kedokteran

Prinsip-prinsip utama dalam riset biomedik yang menyangkut Disamping itu dianjurkan bahwa dalam hal inkompetensi
manusia tercantum dalam Deklarasi Helsinki-nya World Me- hukum, informed consent harus diperoleh dari wali yang
dical Association, yang kemudian direvisi oleh Sidang Kedok- berwenang sesuai denan perundang-undangan nasional. Bila ke-
teran Dunia (World Medical Assembly) di Tokyo pada tahun tidakmampuan fisik atau mental tidak memungkinkan pembe-
1975. Akan tetapi, penerapannya tidaklah sederhana. Perkem- rian informed consent, atau bila subyek seorang anak kecil,
bangan riset kedokteran, terutama ke negara-negara berkem- izin diminta dari keluarga yang bertanggungjawab, sesuai
bang, menimbulkan kebutuhan suatu penelitian mengenai dengan undang-undang nasional.
bagaimana cara menerapkan prinsip Helsinki dengan memper- Yang menjadi masalah ialah beberapa kelompok masya-
timbangkan provisi hukum dan pengaturan administratif untuk rakat belum terbiasa dengan konsep dan teknik kedokteran
meyakinkan bahwa hak azasi manusia dan kesejahteraan sub- eksperimental. Individu-individu anggota masyarakat tsb
yek penelitian cukup terlindungi. mungkin belum memiliki kesadaran sepenuhnya akan impli-
Penelitian semacam itu mula-mula dilakukan tahun 1976 kasi keikutsertaannya dalam suatu riset, sehingga tak dapat
oleh the Council for International Organizations of Medical memberi informed consent yang memadai. Maka bila ada
Sciences (CIOMS), diikuti oleh proyek gabungan WHO/CIOMS kebutuhan untuk melakukan riset terhadap penyakit-penyakit
awal tahun 1978. Hasil-hasilnya dikukuhkan pada Konpe- yang menyebabkan banyak mortalitas, morbiditas, atau
rensi Meja Bundar CIOMS ke XV di Manila (13—16 Septem- inkapasitas dalam masyarakat itu, dianjurkan agar keputusan
ber 1981) dan pada pertemuan WHO Global Advisory Com- dari individu untuk ikut atau tidak ikut diminta melalui peran-
mittee on Medical Research di Geneva pada tanggal 12—15 taraan pemimpin masyarakat yang dipercaya. Harus dijelaskan
Oktober 1981. bahwa keikutsertaan itu benar-benar sukarela dan bahwa
Di negara-negara berkembang terdapat masalah-masalah setiap subyek bebas menarik diri dari percobaan setiap saat.
khusus. Dari kuestioner yang dikirimkan kepada 45 jawatan Cara memperoleh informed consent dari anak-anak dan
kesehatan nasional dan 91 fakultas kedokteran di negara- orang berpenyakit jiwa atau terbelakang juga menimbulkan
negara berkembang, didapatkan kesan adanya kerbedaan yang masalah. Belum ada kesepakatan mengenai umur yang me-
besar dalam pendekatan nasional terhadap peninjauan etika nurut hukum masih dianggap anak-anak, tetapi dianggap cu-
(ethical review) dalam riset yang menyangkut manusia. Mes- kup mampu menentukan bagi dirinya sendiri untuk ikut
kipun sampai taraf tententu perbedaan itu mencerminkan serta dalam riset. Tapi orang yang telah mencapai usia wajib
perbedaan struktur konstitusi dan administrasi pada masing- militer atau telah diperbolehkan ikut pemilu harus dianggap
masing negara, namun kebanyakan peninjauan diserahkan pada mampu memberi informed consent, Bagaimanapun juga seba-
masing-masing peneliti dan bukan pada "komite yang inde- iknya diusahakan kerjasama sukarela dari si anak, dan lebih
penden yang ditunjuk secara khusus" seperti dianjurkan oleh baik lagi kalau ada juga izin dari orang tua atau walinya.
deklarasi Helsinki.
Penelitian tadi mengungkapkan 4 pertanyaan utama yang Riset pada Masyarakat
sejauh ini belum terjawab sepenuhnya, yaitu.: Suatu riset mungkin dilakukan terhadap seluruh masyarakat,
■ konsep dan validitas informed consent misalnya pengolahan air minum, riset tentang pelayanan kese-
■ masalah etika dalam riset pada masyarakat (community hatan, pengujian insektisida, pengujian obat profilaktik atau
based) vaksin baru dsb. Selain. itu, meskipun tidak secara khusus
■ prosedur pengawasan etika untuk riset biomedik yang me- ditujukan untuk meningkatkan kesehatan, usaha-usaha lain
nyangkut subyek manusia seperti manipulasi lingkungan dapat secara tak langsung mem-
■ perlindungan subyek yang diteliti. pengaruhi kesehatan manusia.
Terhadap empat pertanyaan ini, dianjurkan respons demikian. Dalam banyak hal tidaklah praktis untuk memperoleh
informed consent dari semua individu yang terlibat. Maka
Informed Consent peneliti baru boleh memulai risetnya setelah mengadakan pe-
Deldarasi Helsinki menegaskan kembali doktrin informed nilaian secermat-cermatnya, setelah memperoleh nasihat
consent (izin pasien setelah menerima informasi secukupnya). teknik dari pihak-pihak yang kompeten, dan mendapat izin

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 39


dari badan wakil masyarakat yang independen yang ditugas- atau keadaan-keadaan yang mudah mengenai anak. Sejalan
kan melindungi kepentingan bersama. dengan itu, orang yang tak waras ingatannya atau terbela-
kang tidak boleh menjadi subyek riset yang sama baiknya dija-
Prosedur Peninjauan Etika (ethical review) lankan pada orang dewasa yang waras. Tapi jelaslah mere-
Sekitar 20 tahun terakhir ini dalam banyak negara cara utama kalah satu-satunya subyek untuk penelitian mengenai sebab-
untuk menjalankan peninjauan etika pada usulan riset bio- sebab dan pengobatan gangguan kejiwaan.
medik ialah melalui komite peninjau etika atau majelis penin- Wanita hamil dan menyusui tak boleh menjadi subyek riset
jau institutional, yang didirikan pada tingkat lokal, institusional non-terapetik, kecuali bila dimaksudkan untuk membikin
atau regional. Keanggotaannya terdiri dari peneliti-peneliti jelas masalah-masalah kehamilan dan menyusui. Riset tera-
yang independen dengan tambahan anggota awam. Badan- petik hanya boleh dilakukan bila bertujuan meningkatkan
badan itu dikuasakan untuk meneliti semua usulan riset kesehatan ibu, meningkatkan viabilitas (kemampuan hidup)
biomedik, baik terapetik maupun non-terapetik, yang berman- fetus, membantu perkembangan kesehatan bayi, atau mem-
faat bagi subyek pasien maupun yang tak ada manfaatnya bantu kemampuan ibu memberi makan bayinya.
bagi subyek sukarelawan yang sehat. Yang ditinjau termasuk Dalam konperensi Manila ditunjukkan bahwa anggota-
juga usulan riset mengenai obat profilaktik atau vaksin baru. anggota dari masyarakat yang terbelakang mungkin percaya
Peninjauan secara prospektif yang independen dan adil itu bahwa setiap riset yang dilakukan terhadap mereka pasti
harus disesuaikan dengan masing-masing negara agar cocok membawa manfaat bagi mereka. Harapan-harapan itu mungkin
dengan sistem eksekutif atau administrasi nasional,dengan akhirnya tidak terkabul. Maka dalam peninjauan etik dalam
memperhatikan tingkat sentralisasi atau desentralisasi riset. usulan demikian harus dipertimbangkan benar-benar manfaat
Tapi komite di daerah/perifer (pada tingkat lembaga atau apa yang akan diperoleh masyarakat tsb. Ini untuk mencegah
regional) biasanya lebih banyak mengetahui dan memahami kekecewaan mereka sehingga menimbulkan sikap yang tak
faktor-faktor lokal, maka lebih baik daripada badan di pusat menguntungkan bagi penelitian.
untuk menilai aspek dari penelitian dan memonitor perkem- Mengenai masyarakat yang terbelakang, riset tak boleh
bangannya. dibatalkan hanya karena alasan keterbelakangan masyarakat
Apapun prosedur yang diambil, peninjauan etika tadi tsb. Sebaliknya, tidaklah etis menggunakan masyarakat yang
harus didasarkan pada protokol yang cermat, yang mencan- terbelakang itu untuk riset yang tidak akan membawa manfaat
tumkan pernyataan yang jelas mengenai tujuan penelitian, bagi mereka, yang dapat dilakukan pada subyek sehat dalam
deskripsi yang saksama dari semua intervensi yang diusulkan, masyarakat lain.
rencana statistik, dan kriteria untuk menentukan pemasukan
Dalam hal percobaan obat profilaktik dan vaksin baru ter-
atau penarikan diri subyek secara individual.
hadap manusia, sebelum dimulai harus ada penilaian ilmiah
Masalah yang berulang kali timbul ialah sejauh mana ko- yang cermat mengenai keamanannya. Hal ini sering ditekan-
mite peninjau etika tadi harus mempertimbangkan aspek kan dalam konperensi Manila. Juga ditekankan perlunya
ilmiah dan etika dari suatu usulan. Tidaklah mungkin mem- negara-negara mengembangkan kebijakan (policy) riset nasio-
beri suatu garis batas yang jelas antara peninjauan ilmiah dan nal, perundang-undangan dan pedoman pelaksanaan untuk
peninjauan etika. Sebagai prinsip umum, komite seharusnya tujuan itu.
tidak mempersoalkan metoda ilmiah yang diusulkan, tapi Bila riset disponsori dari luar, artinya dilakukan di suatu
meninjau disain ilmiah/statistik dari usulan yang diserahkan negara, tapi direncanakan, dibiayai, dan kadang-kadang dilak-
padanya. sanakan sebagian atau seluruhnya, oleh badan intemasional
Adanya anggota awam dalam komite dapat berguna ka- atau lembaga dari negara lain, ada dua syarat yang harus dipe-
rena kadang-kadang ada aspek etika dari penelitian yang tidak nuhi. Usulan riset harus dimintakan peninjauan etiknya
segera disadari oleh klinikus. Anggota awam tadi boleh jadi oleh lembaga yang merencanakan sendiri, dan disamping itu,
seorang pengacara, kaum alim ulama, pemimpin masyarakat, penguasa negara tempat riset dilakukan harus meneliti apakah
atau anggota profesi kesehatan lainnya. Sebaiknya anggota- riset itu memenuhi persyaratan etika negara itu sendiri.
komite terdiri dari pria dan wanita. Karena tanggung jawab
etik akhirnya harus dipikul oleh si peneliti, para mahasiswa WHO Chronicle 1981; 35 : 212—215
kedokteran harus diberi pengertian dan kesadaran mengenai
masalah ini selama masa pendidikan dan latihannya.

Perlindungan terhadap Subyek dalam Riset


Persyaratan untuk peninjauan harus ketat untuk usulan-
usulan riset yang melibatkan anak-anak, wanita hamil/menyu- Untuk surat menyurat, gunakan alamat :
sui, orang yang tak waras ingatan atau terbelakang, anggota
anggota masyarakat yang tidak biasa dengan konsep klinik Redaksi Cermin Dunia Kedokteran
modern (masyarakat yang terbelakang), serta setiap riset P.O. Box 3105 — Jakarta
invasif yang non-terapetik.
Mengenai anak-anak, ada suatu aksioma, yaitu anak-anak
tak boleh menjadi subyek riset yang dapat sama baiknya dija-
lankan pada orang dewasa. Namun jelaslah keikutsertaan mere-
ka tidak dapat dielakkan dalam riset tentang penyakit anak

40 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


Declaration of Helsinki
Recommendations guiding medical doctors in biomedical research involving human subjects
Adopted by the Eighteenth World Medical Assem-
bly, Helsinki, Finland, 1964, and revised by the
Twenty-ninth World Medical Assembly; Tokyo,
Japan, 1975

Introduction independent committee for consideration, comment ' in accordance with national legislation.Wherephysi-
It is the mission of the medical doctor to safe- and guidance. cal or mental incapacity makes it impossible to
guard the health of the people. His or her knowled- 3. Biomedical research involving human subjects obtain informed consent, or when the subject is
ge and conscience are dedicated to the fulfilment should be conducted only by scientifically qualified a minor, permission from the responsible relative
of this mission. persons and under the supervision of a clinically replaces that of the subject in accordance with
The Declaration of Geneva of the World Medical competent medical person. The responsibility national legislation.
Association binds the doctor with the words, for the human subject must always rest with a me- 12. The research protocol should always contain
"The health of my patient will be my first conside- dically qualified person and never rest on the sub- a statement of the ethical considerations involved
ration", and the International Code of Medical ject of the research, even though the subject has and should indicate that the principles enunciated
Ethics declares that, "Any act or advice which given his or her consent. in the present Declaration are complied with.
could weaken physical or mental resistance of a 4. Biomedical research involving human subjects
human being may be used only in his interest." cannot legitimately be carried out unless the impor- 11. Medical research combined with professional care
The purpose of biopredical research involving tance of the objective is in proportion to the inhe- (clinical research)
human subjects must be to improve diagnostic, rent risk to the subject. I. In the treatment of the sick person, the doctor
therapeutic and prophylactic procedures and the 5. Every biomedical research project involving must be free to use a new diagnostic and thera-
understanding of the etiology and pathogenesis human subjects should be preceded by careful peutic measure, if in his or her judgement it offers
of disease. assessment of predictable risks in comparison hope of saving life, reestablishing health or allevi-
In current medical practice most diagnostic, with foreseeable benefits to the subject or to ating suffering.
therapeutic or prophylactic procedures involve others. Concern for the interest of the subject 2. The potential benefits, hazards and discomfort
hazards. This applies a fortiori to biomedical re- must always prevail over the interests of science of a new method should be weighed against the
search. and society. advantages of the best current diagnostic and thera-
Medical progress is based on research which 6. The right of the research subject to safeguard peutic methods.
ultimately must rest in part on experimentation his or her integrity must always be respected. Every 3. In any medical study, every patient—including
involving human subjects. precaution should be taken to respect the privacy those of a control group, if any—should be assured
In the field of biomedical research a fundamental of the subject and to minimize the impact of of the best proven diagnostic and therapeutic
distinction must be recognized between medical the study on the subject's physical and mental method.
research in which the aim is essentially diagnostic integrity and on the personality of the subject.
or therapeutic for a patient, and medical research, 4. The refusal of the patient to participate in a
the essential object of which is purely scientific 7. Doctors should abstain from engaging in research study must never interfere with the doctor-patient
and without direct diagnostic or therapeutic value projects involving human subjects unless they are relationship.
to the person subjected to the research. satisfied that the hazards involved are believed 5. If the doctor considers it essential not to obtain
to be predictable. Doctors should cease any
Special caution must be exercised in the conduct informed consent, the specific reasons for this
investigation if the hazards are found to outweigh
of research which may affect the environment, proposal should be stated in the experimental
and the welfare of animals used for research must the potential benefits. protocol for transmission to the independent
be respected. 8. In publication of the results of his or her re- committee (1, 2).
Because it is essential that the results of labora- search, the doctor is obliged to preserve the accura- 6. The doctor can combine medical research with
tory experiments be applied to human beings to cy of the results. Reports on experimentation not professional care, the objective being the acquisi-
further scientific knowledge and to help suffering in accordance with the principles laid down in this tion of new medical knowledge, only to the extent
humanity, the World Medical Association has Declaration should not be accepted for publication. that medical research is justified by its potential
prepared the following recomendations as a guide to 9. In any research on human beings, each potential diagnostic or therapeutic value for the patient.
every doctor in biomedical research involving subject must be adequately informed of the aims,
human subjects. They should be kept under review methods, anticipated benefits and potential hazards Ill. Non-therapeutic biomedical research involving
in the future. It must be stressed that the standards of the study and the discomfort it may entail. human subjects (non-clinical biomedical research)
as drafted are only a guide to physicians all over He or she should be informed that he or she is at
1.1n the purely scientific application of medical
the world. Doctors are not relieved from criminal, liberty to abstain from participation in the study
research carried out on a human being, it is the duty
civil and ethical responsibilities under the laws of and that he or she is free to withdraw his or her
of the doctor to remain the protector of the life
their own countries. consent to participation at any time. The doctor
should then obtain the subject's freely-given in- and health of that person on whom biomedical
research is being carried out.
I. Basic principles formed consent, preferably in writing.
2. The subjects should be volunteers—either heal-
1. Biomedical research involving human subjects 10. When obtaining informed consent for the re-
thy persons or patients for whom the experimental
must conform to generally accepted scientific search project the doctor should be particularly
design is not related to the patient's illness.
principles and should be based on adequately per- cautious if the subject is in a dependent re-
lationship to him or her or may consent 3. The investigator or the investigating tear
formed laboratory and animal experimentation
under duress. In that case the informed consent discontinue the research if in his/her or their judge-
and on a thorough knowledge of the scientific
should be obtained by a doctor who is not engaged ment it may, if continued, be harmful to the indivi-
literature.
in the investigation and who is completely indepen- dual.
2. The design and performance of eachexperimen-
tal procedure involving human subjects should dent of this official relationship. 4. In research on man, the interest of science and
be dearly formulated in an experimental protocol 11. In the case of legal incompetence informed society should never take precedence over conside-
which should be transmitted to a specially appointed consent should be obtained from the legal guardian rations related to the well-being of the subject.

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 41


Survei Epidemiologik
dr. H. R. Widodo Talogo, MPH
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran
Pencegahan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.

PENDAHULUAN (c) Penderita dipelajari atas dasar : who, where, when (siapa,
dimana dan kapan). Variabel yang ditanyakan : Umur,
Menurut " International Epidemiological Association" (1)
epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari faktor-faktor yang jenis kelamin, pekerjaan, golongan etnik (ras).
(d) Penerangan tentang penyakit diberikan kepada masya-
berpengaruh kepada frekuensi dan penyebaran penyakit pada
penduduk. Sedangkan survei menurut Abramson (2) dinyata- rakat dan pihak yang berkepentingan.
kan sebagai suatu penelitian yang mengumpulkan informasi (e) Kartu survei epidemiologik yang standard dipakai dalam
secara sistematik. Oleh karena itu survei epidemiologik jang- survei ini yang bertujuan menetapkan sumber sebab tim-
bulnya wabah dan mencari orang lain yang sudah terjang-
kauannya mungkin satu penderita, beberapa penderita, le-
kit penyakit tersebut (kontak).
tusan suatu jenis penyakit (= wabah), satu daerah tertentu
beserta penduduknya yang diselidiki selama jangka waktu (f) Hasil analisa survei itu akan menghasilkan tindakan pen-
cegahan di masa depan.
tertentu (3). Hal tersebut di atas dibahas lebih lanjut pada
uraian berikut.
4. SURVEI PENDUDUK DALAM DAERAH TERTENTU
1. SURVEI EPIDEMIOLOGIK SATU PENDERITA (KASUS) Baik pada survei dengan dan tanpa kelola, penyelidik
Hal ini lazim dilakukan pada penderita penyakit yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu kepada penduduk
sangat menular, misalnya penderita penyakit karantina atau atau masyarakat. Pertanyaan itu mungkin dapat berupa
penyakit yang tercakup dalam suatu sistem pengamatan (i) Wawancara, (ii) Kuesioner, (iii) Pemeriksaan medik atau
(= "survellance system"). laboratorium, dan (iv) Peninjauan kartu sakit atau kartu
Contoh. Di rumah Sakit dirawat seorang anak yang menderita kesehatan (=" records " ).
demam berdarah, maka oleh Dinas P3M diusut tempat tinggal Contoh :
anak tersebut. Kemudian diselidiki kemungkinan penularan Wawancara
demam berdarah di rumah anak tersebut. Bila ternyata vektor "Bagaimana pendapat bapak tentang pendidikan seksual untuk
demam berdarah ditemukan sangat banyak di rumah anak itu, anak remaja?"
dapat dilakukan penyemprotan serta pembasmian tempat ( CATAT JAWABAN ITU KATA DEMI KATA).
perindukan vektor tersebut. Penduduk di sekitarnya diamati
terhadap timbulnya penderita baru. Kuesioner
2. SURVEI EPIDEMIOLOGIK BEBERAPA PENDERITA "Apakah bapak memiliki barang kesejahteraan sebagai berikut?"
– Radio – Sepeda – Mesin Jahit
Hal ini sering dilakukan bila beberapa penderita penyakit – Stereo-system – Sepeda motor/Scooter – Rice-cooker
yang tidak lazim timbul di suatu daerah. – Televisi – Mobil – Lemari es
Contoh. Di sebuah rumah sakit di Jakarta timbul beberapa – AC.
penderita penyakit malaria, sedangkan orang tersebut tidak Pemeriksaan Laboratorium dan klinik
pernah keluar kota Jakarta, sesudah diusut lebih lanjut, ter- Kolesterol darah :...................................................................
nyata orang itu memperoleh transfusi darah yang mengan- Tekanan darah : . . . / . . . . mmHg (sistolik/diastolik).
dung parasit malaria. Kartu Kesehatan
3. SURVEI LETUSAN SUATU JENIS PENYAKIT (WABAH) Jenis Kelamin : .......................................Berat Badan : ................
Definisi wabah atau epidemi memang beraneka ragam dan Tinggi Badan :.........................................
tidak mudah diberikan. Mungkin epidemi dapat dinyatakan Sebelum survei dilaksanakan, perlu diperhatikan langkah
sebagai "keadaan darurat kesehatan masyarakat " , dan survei berikut:
epidemiologik yang dilakukan pada wabah itu ialah sebagai (1) Tujuan survei
berikut : (2) Kapan survei dilaksanakan
(a) Konfirmasi diagnosa penyakit itu (klinik dan lab.). (3) Cara survei yang dipakai
(b) Menetapkan prevalensi dan insidensi penyakit yang berke- (4) Susunan pertanyaan untuk survei
lebihan (dibandingkan dengan keadaan normal atau sebe- (5) Penduduk dan sampel yang diperiksa
lumnya). (6) Kelola (=" kontrol")

42 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


Contoh : Survei bertujuan menetapkan jumlah penderita virus hepatitis.
Diabetes mellitus pada orang dewasa berumur 30 tahun ke atas Pada survei penduduk ada beberapa masalah pokok yaitu
dalam hubungannyan dengan berat badan lahir. Survei dilak- (i) masalah medik, (ii) masalah etik, (iii) masalah ekonomi
sanakan pada musim panas, bulan Ap ril—Juli. Cara survei : atau biaya.
pemeriksaan laboratorium dan wawancara. Jumlah pertanyaan MASALAH MEDIK
yang diajukan 20 buah. Penduduk Jakarta yang diperiksa (A) Kapan seseorang menderita suatu penyakit. Empat
dan sampel ialah sebesar 3000 orang. Tidak ada kelola pada pendekatan dapat dicoba:
survei ini. (1) Pendekatan statistik, bila data itu numerik atau interval
Kemudian dikenal berbagai jenis survei penduduk : maka data di atas nilai rata-rata + 2 deviasi standard dianggap
(1) Survei tanpa kelola abnormal.
(a) survei deskriptif sederhana (2) Pendekatan klinik, bila pada seseorang tampak gejala
(b) survei prevalensi (cross-sectional survey). tertentu.
(c) survei longitudinal (incidence survey). (3) Pendekatan prognostik, bila pada seseorang ditemukan
(2) Survei dengan kelola gejala yang memberikan prognosis buruk, walaupun orang
(a) survei deskriptif kompleks itu sekarang tampak sehat.
(b) studi kohort = Studi Etiologi (4) Pendekatan operasional, bila seseorang masih dapat dio-
(c) studi kasus-kelola bati dengan hasil baik.
• Survei deskriptif sederhana ialah survei penderita penya- (B) Kualitas peneriksaan pada survei sangat penting dan
kit sejenis yang dibandingkan dengan ciri-ciri asal penduduk. dikenal pertama-tama kualitas cara pemeriksaan ( = validity=
Contoh : Survei keputihan pada peserta KB berbagai golongan sensitivity dan specificity). Kemudian dikenal variabilitas
masyarakat dan cara KB yang dipakai. Survei diare pada anak pada subyek dan dokter. Pada dokter selalu ada kemungkinan
Balita berbagai golongan sosial-ekonomi masyarakat. kesalahan secara "random" dan ada kesalahan antar dokter.
• Survei prevalensi ialah survei penduduk yang singkat, Masalah pokok ialah kesalahan antar dokter seperti pada
misalnya 1 — 3 minggu. contoh pemeriksaan tekanan darah ini :
Contoh : Survei penduduk dengan keluhan TBC paru dan dokter A dokter B
sputum BTA positif. Survei pemakaian antibiotika pada
penduduk berdasarkan resep dokter. penderita 1 160 / 90 140 / 80
penderita 2 170 / 100 140 / 90
• Survei longitudinal ialah survei penduduk dalam waktu
yang lama : 5 — 15 tahun dan sebenarnya terdiri atas survei
prevalensi yang diulang-ulang; MASALAH ETIK
Contoh : Survei kematian bayi dan sebab kematian. Survei Pada tiap-tiap studi bila penduduk mengalami sesuatu tindakan
prevalensi dilakukan berulang yaitu tiap awal tahun dan yang dapat merugikannya, maka timbul masalah etik. Dalam
pertengahan tahun. hal ini perlu diperhatikan :
Ketiga survei tersebut di atas tidak sama tujuannya. Survei (1) subyek harus tahu, bila ikut suatu studi mengenai akibat
deskriptif sederhana bertujuan, untuk mempersiapkan studi studi tersebut dan memberikan persetujuannya;
deskriptif yang lebih kompleks atau studi etiologi. Studi (2) Studi harus ditinjau komisi etik dan ditetapkan peri-
prevalensi bertujuan menetapkan beban penduduk akibat zinannya;
penyakit serta distribusi penyakit; mempelajari sebab penya- (3) Studi yang validity rendah dibatalkan (tidak berguna).
kit, mencari penderita yang belum didiagnosis, membanding- Contoh : Pada studi perilaku seksual dijamin kerahasiaan
kan beberapa penyakit bersama-sama. Survei longitudinal subyek. Pada survei filariasis, ditinjau aktbat sampingan tes
bertujuan menetapkan insidensi penyakit, dan menetapkan provokasi.
perkembangan alamiah penyakit.
• Survei deskriptif kompleks ialah survei penduduk dengan MASALAH EKONOMI
instrumen yang kompleks. Oleh karena berbagai golongan Besar sampel menjadi masalah survei, apalagi bila prevalensi
masyarakat tercakup di dalamnya, maka salah satu golongan penyakit sangat rendah. Sering penyelidik kecewa, karena
dapat dijadikan kelola. sesudah melakukan suatu survei epidemiologik. hanya dite-
Contoh : Survei deskriptif kompleks tentang filariasis di mukan 2 — 3 penderita. Dibedakan 2 cara untuk menetapkan
P. Buru. sampel :
• Studi kohort ialah survei penduduk yang terpapar dan (1) berdasarkan data ordinal pada penduduk atau prevalensi.
yang tidak terpapar. (2) berdasarkan data numerik/interval pada penduduk atau
Contoh : Studi kohort golongan masyarakat yang makan nilai rata-rata.
tempe dan oncom dengan golongan masyarakat yang tidak Pada survei penduduk masalah lain pula ialah cara pengambilan
makan tempe dan oncom terhadap karsinoma hati dan atau sampel. Cara yang lazim dipakai ialah : (1) Random sampling
sirosis hepatis. atau simple random sampling, (2) Stratified random sampling,
• Studi kasus-kelola ialah survei penduduk yang menderita (3) Systematic sampling, (4) Cluster sampling, (5) Multistage
penyakit tertentu dan yang tidak menderita penyakit itu. sampling.
Contoh : Studi .kasus-kelola orang yang sakit karsinoma hepatis Hal lain yang perlu diperhatikan pula pada survei penduduk
dan orang tanpa karsinoma hepatis terhadap kontak dengan ialah variabel (= ciri yang diperiksa atau diukur). Biasanya dibe-

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 43


dakan variabel universil yang selalu diikutsertakan pada semua s = deviasi standard
survei yaitu : N = besar sampel
Jenis kelamin Etnik Misalnya deviasi standard hemoglobin diduga 3 gram% dan pa-
Umur Agama
da survei diinginkan SE sebesar 0.1%, maka menurut rumus :
Jumlah kelahiran Status kawin
Sosial ekonomi/pekerjaan/pendidikan
Index kepadatan keluarga
Tempat tinggal/kota/pedesaan
Penduduk asli/pendatang
KESIMPULAN
Kemudian dapat ditambah variable yang diperlukan secara Dalam uraian tersebut di atas telah dibahas berbagai bentuk
khusus untuk tujuan survei tersebut Misalnya pada survei
survei epidemiologik serta kegunaannya. Salah satu hal yang
diabetes mellitus : kadar glukosa darah, kadar glukosa urin, perlu diperhatikan ialah cara interpretasi yang perlu diberikan
jumlah kalori yang dimakan sehari dan seterusnya. Kadang- kepada data yang dihasilkan. Sebab biasanya hal itu tidak
kadang bariabel itu kompleks dan perlu diuraikan menjadi mudah atau seperti kata Voltaire dalam Dictionnaire Phi-
beberapa komponen, misalnya gambaran EKG menjadi pola losophique : "Common sense is not so common". Sering
Q dan QS, pola S—T dan seterusnya.Tiap-tiap variabel kemu- penyelidik tertarik oleh pendapat sendiri, sehingga menga-
dian diberi definisi dan skala pengukurannya. baikan keanehan pada data yang diperolehnya atau lebih
Contoh : Kepuasan seksual. Jawaban ibu terhadap pertanyaan tepat penyelidik terjerumus dalam sindroma "The Self-ful-
khusus di klinik K.B. filling Prophecy". Oleh karena itu sikap obyektif terhadap
Skala : 1. sangat puas data hasil penyelidikan sangat penting dan perlu diingatkan
2. puas
kata-kata Einstein. "Dalam dunia modern dewasa ini mene-
3. agak puas
4. kurang puas mukan sesuatu yang baru sama sekali tidaklah mudah".
5. tidak puas
6. sama sekali tidak puas KEPUSTAKAAN
1. Lowe CR, Kostrzenski (ed). Epidemiology. A guide to teaching
methods. Geneva : The International Epidemiological Association &
Pada ad. 1 dapat dipakai rumus SE = the World Health Organization, 1971.
2. Abramson JH. Survey methods in Community Medicine. Edinburgh:
p = prevalence Churchill Livingstone, 1979.
N = besar sampel 3. Zhdanov V. Epidemiology. Moscow : Foreign Languges Publishing
Misalnya penyakit X prevalence rate diduga 30% dan pada sur- House.
4. Aryatmo Tjokronegoro, Purwanto SL. (ed). Metodologi Penelitian
vei diinginkan SE sebesar 2.5% saja, maka menurut rumus : Bidang Kedokteran. Jakarta : Komisi pengembangan Riset dan
Perpustakaan, Fak Kedokt Univ Indonesia, 1979.
5. Barker DJP, Rose G. Epidemiology in Medical Practice. Edinburgh :
Chruchill Livingstone, 1979.
6. Hanlon JJ. Public Health. Administration and Practice. Sixth ed.,
Pada ad. 2. dapat dipakai rumus SE m =, Saint Louis : C.V. Mosby company, 1974.

Kamillosan ® baik untuk ibu, aman bagi bayi


Mencegah fisure dan rhagaden dari niple, sehingga ibu-ibu
terhindar dari Mastitis pada masa Iaktasi.
Komposisi : Setiap 100 g salep mengandung :
Camomile dry extract 400 mg
Essential oil 20 mg
Chamazulene 0,4 mg
Bisabolol 7 mg

Indikasi : Keadaan iritasi kulit seperti pada : luka-luka


parut, Iuka lecet, luka sayat, luka bakar, ter-
kena sinar matahari yang terlalu terik, iradiasi
sinar X, ultra violet, eksema, dermatitis, pruri-
tus (terutama pada kulit yang kering), abses,
bisul, rhinitis, herpes labialis, perawatan dan
perlindungan kulit bayi, perawatan puting
buah dada semasa kehamilan dan Iaktasi.

Kemasan : Tube 10 g , botol 10 cc dan 30 cc

44 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


PHARMACO-CHEMISTRY: a New Dicipline
Prof. H. Timmerman
Vrije Universiteit, Dept. Pharmacochemistry, AMSTERDAM.

Ever since there are people in the world there have been or Mg 2+ should be due to an interaction with one and the
diseases and medicaments. The first medicaments were pri- same active site, which of course is not true.
marely used for combat of pain, later more precise products
come along.
The eldest medicinal products are of natural origin, mainly
from plants (e. g. rhubarb); isolation (originally of mixtures)
was done by pharmacists. In the nineteenth century the 2 Cl Mg ++
synthesis of analogues of isolated natural products started
to come in use. Gradually parts of the task of the pharmacist
(synthesis) was taken over by chemists, making a cooperation
between the disciplines.necessary. At that time pharmaceutical
industries started to become (partly) research based. tubocurarine
At the same time (± 1900) the idea that biological res-
ponses due to chemical agents are caused by an interaction It is conceivable that in the time that the state of deve-
between these agents and an active site (receptor) became lopment had reached this level only, new medicaments could
more and more accepted (Ehrlich). It is very important that be found solely by synthesizing large numbers of analogous
parallel to this new development, pharmacology matured molecules (generic series), which had to be screened afterwards
into a science. by the pharmacologists. When leads (a certain activity in
In our century the development of new drugs reached a certain class of compounds) were detected, an optimal
its peak after the second world war, with the introduction activity was aimed at by further synthesis. Another way
of many drugs which are still in use now. In this essay I would was to investigate large numbers of bacterial brothes in search
like to describe briefly the "classical' way of doing pharma- for new antibiotics.
ceutical research as it was done in its golden age (1945—1970) In the already mentioned golden age period new, very
and to depict modern research programmes, in which biologi- active agents were developed in this way. A group of spe-
cal and chemical disciplines are strongly integrated. cialized chemists (mainly organic chemists) from that time on
called " medicinal chemists", produced large numbers of
Pharmaceutical research in the recent past. compounds. The pharmacologists screened the compounds
Already in the 19th century some scientists (e.g. Brown and established the desired possibly beneficial properties
and Fraser) advocated the relation between chemical structure (or other !). In a rather short period of time it proved to
and biological activity. They made little progress for two be possible to find medicaments for most, if not all, of the
reasons. The chemical structures at that time were ill defined diseases of which a fair understanding of the underlying
(mainly two dimensional structures), as were the biological cause was known. The amount of luck in finding new mole-
effects (reached by different mechanisms, interactions with cules remained high however; a lot of products came in use
different active sites). Activity was attributed to certain parts because of biological properties completely different from
of the molecules (therapogenic groups), but in 1937 Clark those actually expected (e. g. diphenylhydantoin, the pheno-
wrote still : "Relations between chemical constitution of tiazines, several sedatives, the antidiabetic sulphonamides).
drugs and pharmacological actions have been examined so For several reasons (e. g. the severe unexpected problems
extensively that we have a fairly clear idea of the extend of with thalidomide) gradually more and more research became
our ignorance". The Dutch pharmacologist De Jong however necessary before a product could be given to men : toxicology
denied such a relation absolutely as he could not understand (later on including e. g. teratology, research after carcinogenic
the same grow activity caused by either Mg 2+ or d-tubocura- or mutagenic effects), metabolism of the compounds and
rine; his misbelief was of course caused by the misunder- its pharmacokinetic properties had to be established etc.
standing that the muscle relaxation seen after d-tubocurarine This happened in the late sixties.

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 45


Modern pharmaceutical research — The new benzodiazepines have not been synthesized
The increased requirements (= costs for the developer) caused for obtaining a molecule with higher activity but on basis
a sharp drop in the introduction of new molecules in medical of studies into the relationship between the structure and the
practice. Other reasons for this drop are the higher thresholds pharmacokinetic profile e. g. in order to get drugs with a
used by the authorities (safety, is there a need?) and the, short biological half life.
related to the above, saturation of the market (for most — Understanding of the S. A. R. of the carcinogenic pro-
diseases a product was available). perties of the naphthalene derivatives made it possible to use
In the seventies we can indicate three developments which a safe way for the synthesis of 2—aminonaphthalene—6,
are meant to make successful research in this field possible. 8—disulfonic acid (di Na—salt) used in the dye industry.
• More fundamental research into the cause of diseases and This is depictured in the next scheme.
physiological mechanism and the mechanism of action of (N.B. Pharmacochemistry does concern the investigation
pharmaca. in general of molecules with a certain biological property,
• Advanced studies into the Structure Activity Relationships, not restricting itself to pharmaceuticals !)
done in a quantitative way with the aid of modern techniques
(computer), the development of QSAR.
• The integration of the several disciplines involved : chemi-
cal (analytical, synthetic, physical and theoretical) and biolo-
gical (pharmacology including toxicology, immunology,
microbiology etc.). For the biological disciplines the mole-
cular approach is used. For the new field the term pharmaco-
chemistry comes in use.

In the next paragraphs I will expatiate on the three deve-


lopments in a reversed order.

Modern pharmacochemistry
The complexity of pharmaceutical research makes an inte-
grated approach a must. In the following scheme I have
indicated how this should be arranged for. A : dangerous route
B : safe route

— For topical use of drug (e. g. skin, lungs) molecules


can be designed and have been synthesized that are active
locally, but become inactivated e. g. by hydrolysis as soon
as they reach the general circulation; steroids for use in derma-
tology or for treatment of asthma by aerosols are successful
due to their biological instability.
— Understanding of the metabolic pathway can make it
meaningful to prepare compounds that cannot follow that
pathway if the metabolite is inactive or toxic; in case the me-
tabolite is active the metabolite might be the wanted molecule.
The wellknown anthelmintic levamisole is an example of a
product being originally an active metabolite only.

It should be clear that in such a set up only the selection New QSAR techniques
of a new molecule can be reached, but it does not involve As already mentioned one has tried to find Structure
the more or less routine investigations needed for the deve- Activity Relationships (SAR) since long; the main reasons not
lopment of a marketable product. to find them but in qualitative way have also been explained.
The important difference with the old fashioned way is Conditions to find SAR are :
the integration between the disciplines as well as the possi- a) the biological parameter should be the true reflection of
bility offered to start a project on basis of for instance toxi- the pharmacon—receptor interaction;
cological findings. The scientists working in the field should b) the compounds investigated should therefore belong to
have a training which allows for working in integrated research a pharmacologically congeneric series.
teams. The pharmacologist should be able to speak with and It should be not too difficult to obey both conditions, especial-
listen to the synthetic chemist a. s. o. ly when for the biological experiments isolated systems (e. q.
It is beyond the scope of this essay to mention many isolated organs, even better cells or cultures of microorganisms)
examples of recent successes on the basis of an integrated are used. Experiments have never been very productive how-
research program. I just give a few. ever, which has, in my opinion, been caused by the fact

46 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


that interactions between pharmacon—receptor are ruled ampicillin-like product with slightly more than ampicillin
by several, molecular properties of the pharmacon : one can with a little lower dosage :
differentiate between ionic interactions, Vander Waals forces, For new medicaments we should obtain more information
hydrophobic interaction hydrogen bonds and electron-transfer on causes of diseases. (It is not surprising that for diseases
complexes. Keeping this in mind it is obvious that the relation we know the cause very precisely, the infections, we have
between structure and activity but for some exemptions, almost perfect agents). Another possibility might be a better
always is determined by several parameters; the human mind understanding of phusiological systems.
however is limited in its possibilities to detect on its own One can say that as soon as more of the cause of a certain
relationships between more than 2 — 3 properties. disease becomes know, new therapeutic agents will be deve-
When the computer was introduced in the modern labo- loped. An example is the use of 1—dopa for supplying dopa-
ratories new possibilities were offered. In the late sixties mine to parkinson patients soon after the role of dopamine
it was Hansch who reached successes with so—called multiple as neurotransmitter became understood. Another example
regression analysis with the aid of a computer. In its simpliest of making use of new information is to be found in β —lac-
form the end result of such an analysis as a statistical re- tamase inhibitors. The penicillin resistent infections due to
lation as bacteria originally sensitive to the agents can be treated
log BR =aX+bY+cZ ................. +d successfully by the use of a penicillin combined with an
in which BR is a biological response in for instance the form enzyme inhibitor. The loss of sensitivity has —most often—
of a minimal active concentration. been caused by the development of strain containing a β —lac-
a, b, c, ..................and d are constants and tamase, which opens the β —lactam ring of the penicillin
X, Y, Z are parameters for the individual members of a
series.
Parameters for the description of a series of molecules might
be molecular properties such as lipophilicity or constants for
substituents such as the Hammet constant. Generally spoken
we can use parameters for structural (size, orientation), for
electronic, or for lipophilic properties of the molecule or
the subtituent.
The quality of the relation is expressed by the so—called molecule, inactivating it as a bactericidal compound. Peni-
regression coefficient which denotes the percentage of va- cillin—like molecules of a suitable structure inactivate the
riance explained by the regression equation; the missing part enzyme by a chemical reaction after the enzyme has been
(from 100) giving a good indication of the inaccuracy caused reacting with the enzyme e. g. due to alkylation (see scheme).
by the experiment. Product C inactivates the enzyme by means of a chemical
reaction.
— The multiple regression analysis technique can be used
therefore to find the optimal activity in a series. But as the
usefulness of a compound is not determined by the wanted
activity per se, but also by e. g. toxic potentials, more ad-
vanced approaches, using not one biological property, but
e. g. the difference between two properties, are need and
used therefore.
Next to the multiple regression analysis other techniques
become important. These are e. g. pattern recognition, cluster
analysis, receptor mapping and computer graphics (making This type of products, is known as "suicidal enzyme inhi-
the structure of a compound —from calculations— visible bitors" of which principle more and more use is made. The
on a screen and allowing to view the influence of subtituents recent combination of amoxycillin and the lactamase inhi-
immediately). bitor clavulonic acid seems to be a very active bactericidal
In industrial laboratories —in universities the cooperation principle.
between ' different institutes is not always easily achieved— Examples of new products following better understanding
the use of these modern techniques are more or less common of physiological processes are the so—called Histamine—2
nowadays. (H—2) blockers (after the existence of a second type of
histamine receptor became known), the selective 13—blockers
Fundamental research in pathophysiology. (after the differentiation of this class of receptors was esta-
Even for laboratories which have established integrated blished) and the antihypertensive angiotensine coverting-
research teams with access to the sophisticated techniques enzyme inhibitors (after more become known about the role
of the renin—angiotensin system for the control of blood
it is difficult to find better (not "more active" only !) mole-
cules, when starting from existing possibilities. It does not pressure).
make much sense to try to produce better anti—ulcer medi- Sometimes the developments take a reverse way. Not
caments on the basis of atropine-like properties or a new long ago a so—called benzodiazepine receptor has been esta-,

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 47


blished, being a receptor for which no natural agonist was Teaching in pharmacochemistry
(is) known. Very recently some natural occuring compounds, Most of the scientists working in pharmaceutical research
e. g. β —carboline derivatives, proved to have a high affinity institutes obtained their training either in a chemical or in
for these receptors. It is conceivable that on basis of these a biological oriented discipline. Indeed, despite of its name,
findings principally new medicaments are to be obtained. the university is not known for having established a good
Another examples, a bit less recent, is that on the opioid recep- deal of integration in the teaching programme in the chemico-
tors, found many years after the introduction of the mor- biological field. For the future such integrated programmes
phines, for which neuropeptides are established as being have to be established, just because the society is asking for it.
natural substrate now. The Vrije Universiteit of Amsterdam has already a depart-
ment for the training of pharmacochemists. In the curri-
culum which leads to the degree "doctorandus " in pharmaco-
Other approaches in pharmaceutical research chemistry courses are given in synthetic and physical chemis-
Next to the above mentioned approaches there is another try and structure elucidation, (molecular) pharmacology
way that might lead to really new drugs. In many societies and toxicology, pharmacokinetics and metabolism of phar-
or cultures there is well spread use of products of traditional maca, S. A. R. techniques. The students entering the courses,
medicine; sometimes these products are used against affec- which last 2—2—5 years and include ± 15 months laboratory
tions for which no rational therapy is available. Moreover exam- training must have obtained the "candidaats" degree in che-
ples are available of traditional products that proved to contain mistry or pharmacy (2—5—3 years). It is my personal opinion
very useful compounds; the best known one is formed by that this type of an integrated curriculum should be stimulated.
the heart glycosides from digitalis. As tradition seldom comes
into being without sense, it is almost necessary to start a Conclusion
rational program for the investigations of such traditional Pharmacochemistry is the new branch of science aimed at
products. getting a better understanding of mechanism of action of
When setting up such a program however one should never pharmaca (not only pharmaceutical products) and to obtain
do so in carrying out the investigations in not the most better products (by which in no way more active products
rational way, thinking this not being necessary for this type only are meant). This new discipline is characterized by an
of mixtures. No, these products should be handled with integrated approach from the site of biology and chemistry.
techniques as advanced as possible. One has to isolate the Training programmes in this sense have been set up or should
active principle, to establish the activity on a molecular have been set up.
level after having elucidated the chemical structure; the Better products might be obtained from a more precise
results of such programs, if activity is found and the active understanding of (patho) physiological processes and making
principle has been isolated can be used as lead for a project use of the possibilities offered by modern techniques for
to be carried out in a way as described above. studying the relationships between structure and activity.
The richness of the traditional products as source for new Next to this, tradional products should be used as a source
pharmaceutical products might be underestimated. for finding new principles.

48 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


AIHA: Aspek Serologi dan Terapi

dr. Putrasatia Irawan


Lembaga Pusat Transfusi Darah— Palang Merah Indonesia, Jakarta

Pada tahun 1946, Boorman, Dodd dan Loutit, jugs Loutit & AIHA dapat dibagi menjadi 2 kelompok :
Mollison melaporkan bahwa eritrosit para penderita acquired A. AIHA type hangat (warm AIHA)
hemolytic anemia dapat bereaksi dengan antiglobulin serum. 1. Primer (idiopatik)
Kemudian Dacie menemukan bahwa eritrosit para penderita 2. Sekunder (Lymphoma, SLE, infections, carcinoma, dll)
AIHA (Auto—Immune—Hemolytic—Anemia) reaksinya tidak B. AIHA type dingin (cold agglutinin syndrome)
sama kuat dengan antiglobulin serum. Bila ditambah sedikit 1. Primer (idiopatik)
gamma globulin ke dalam antiglobulin serum, maka dapat 2. Sekunder (syphilis)
menekan reaksi terhadap eritrosit dari AIHA type hangat Dalam pemeriksaan serologi untuk mendapatkan diagnosa
(Warm AIHA), tetapi tidak mempengaruhi reaksi terhadap yang tidak keliru, beberapa pertanyaan dibawah ini harus
eritrosit dari AIHA type dingin (cold agglutinin syndrome). jelas terjawab.
Oleh karena itu dapat diketahui, auto-antibody yang me- I. Apakah sel darah merah pasien telah dilekat oleh protein?
lekat (sensitized) pada sel "AIHA type dingin" bukan gamma Hal ini dapat dijawab dengan dilakukannya DAT dengan poly-
globulin, kemudian ditemukan bahwa sebetulnya hanya specific atau broad-spectrum antiglobulin.
komplemen yang melekat pada sel AIHA type dingin tsb. Auto-antibody juga seperti allo-antibody, sama-sama termasuk
Komplemen yang paling sering ditemukan ialah C3d, satu golongan Gamma-globullin. Coombs serum tsb dibuat dari
bagian dari C3, maka bila Direct Antiglobulin Test (DAT) po- kelinci yang telah disuntik human gamma-globulin. Sifat
sitif dengan polyspecific antiglobulin serum harus diteruskan dari anti-human-gamma globulin ini dapat dikelompokkan
reaksinya dengan anti-IgG dan anti-C3 (yang mengandung poly-specific yang Broad spectrum dan mono-specific, misal-
C3d) untuk mendapatkan kesan pertama apakah itu zat anti nya anti-IgG, anti-IgM, anti-IgA dan anti-C3.
dari AIHA type yang hangat atau yang dingin. IgM antibody dapat langsung agglutinasi sel dalam saline,
Diagnosa untuk AIHA selain dari serologi, juga didasarkan : malah ada juga yang lysis. IgG antibody tidak -bisa langsung
1. Harus dicocokkan dengan keadaan klinik, karena Direct agglutinasi sel dalam saline tetapi sempat melekat sel
Antiglobulin Test yang positif belum tentu pasti hemo- atau bisa juga langsung agglutinasi dengan sel yang telah diku-
lytic anemia. pas dengan enzyme (enzyme treated cell).
2. Pemeriksaan DAT dimulai dengan poly—specific anti- Sel yang telah dilekat, bila ditambah anti-globulin serum,
globulin serum dan diteruskan dengan mono-specific anti- baru terjadi agglutinasi.
IgG dan anti-C3 . Sebanyak 50% auto antibody type hangat Anti-IgG (anti-gamma-globulin serum) reaksi dengan heavy
positif dengan anti-IgG dan anti-C3, sedangkan 30% hanya chain (bagian FC fragment)-nya IgG molekulgamma globulin
positif dengan anti-IgG dan 20% hanya positif dengan yang melekat pada sel, dengan demikian terjadilah agglutinasi.
anti-C3. Sementara itu antibody type dingin hanya positif Polypeptide chains adalah unit struktur IgG dari immuno-
dengan anti-C3. globulin. Struktur yang terdiri dari 2 heavy chains dan 2 light
Paroxysmal cold haemoglobulinuria yang disebabkan zat chains bentuknya seperti letter T waktu bebas (Gambar I)
anti-IgG yang melekat dengan komplemen, hanya positif dan bisa berubah jadi letter Y waktu mengikat dengan antigen
dengan anti-C3, negatif dengan anti-IgG. dan pada waktu itu terbukalah tempat untuk mengaktifkan
3. Titer agglutinasi dari type yang dingin bisa sangat tinggi, komplemen (Gambar 2).
pada 4° C (1000) bahkan bisa bereaksi pada 30° C, dapat Bila IgG melekul ini dikupas dengan enzyme papain, dapat
digolongkan AIHA type dingin atau cold agglutinin syn- dipecah jadi 2 potong Fab fragment yang terdiri dari 1 light
drome. chain dan 1/2 H chain dan 1 potong Fc fragment yang terdiri
4. Melalui screening zat anti dalam serum pasien pada suhu dari 2 buah "1/2H chain" (Gambar 3). Ujungnya Fab yang
20° C dan 37° C terhadap eritrosit normal dan eritrosit terdiri dari 1/4H chain dan 1/2 light chain, mempunyai sifat
yang telah dikupas oleh enzyme kemudian dilihat reaksi/ specificity antibody untuk mengikat antigen, dinamakan
lysis, agglutinasi atau non reaktif, dapat membedakan Variable region, sisanya disebut constant region yang menen-
auto antibody type hangat atau type dingin. tukan macam-macam immunoglobulin IgG, IgA, IgE dan

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 49


III. Apakah ada zat anti yang bebas (free antibody) dalam
serum penderita ?
Bila ada, tergolong agglutinine "complete" atau "incomplete"
subclassnya IgG1, IgG2, IgG3, 1gG4, dan IgA1 serta IgA2.
dan apakah sifatnya hemolytic ? Pada suhu berapa zat anti
Fc fragment dari sebagian constant region itu mempunyai
tsb beraksi paling baik ? Dan apa pula specificitynya ?
tempat respon untuk komplemen dan tempat hubungan
Pertanyaan ini akan dapat jawabannya dengan teknis yang
dengan macrophage dalam limpa (Gambar I).
biasa dipakai oleh Bank Darah. Serum penderita yang asli dan
Di situlah komplemen mengikat antibody dan sel yang telah
yang telah diasamkan dengan 0,2 N HC1 , sehingga pH nya
dilekat oleh zat anti akan dirusak oleh macrophage dalam
diantara 6,5 — 6,8 dan serum yang diasamkan itu lalu ditam-
li mpa di tempat hubungannya tersebut.
bah komplemen yang diasamkan pula. Ketiga macam serum
Zat anti type hangat biasanya dari IgG1 dan IgG3. Semua
penderita tsb ditest dengan sel panel yang normal dan sel
IgG3 me-lysis sel. Bila hasil DAT tsb positif, berarti mungkin
panel yang telah dikupas dengan enzyme masing-masing dalam
menderita AIHA. Tetapi bukan setiap DAT yang positif
suhu 20° C dan 37° C. Dari hasil lysis, agglutinasi atau tiada
dikarenakan AIHA, bisa juga morbus haemolyticus neona-
reaksi, akan dapat disimpulkan zat anti type hangat atau
torum (HDN), reaksi transfusi yang lambat atau hemolytic
type dingin (Lihat Tabel 1 & 2).
anemia yang disebabkan obat-obatan (drugs induced immune
hemolytic anemia). Bila antibody type hangat yang ditemukan, specificity
Sebaliknya biarpun DAT negatif bila syndrome dari klinik test harus dilakukan dari eluate dan serum. Biasanya karena
jelas mendukung AIHA, tetap tidak lepas dari AIHA. sel darah merah telah dilekat oleh auto-antibody dalam serum:

II. Protein jenis apa yang melekat pada sel darah merah ? TABEL 1. HASIL SCREENING SERUM PENDERITA
Setelah DAT positif dengan poly-specific antiglobulin serum, ZAT ANTI DARI TYPE HANGAT YANG TYPIKAL
anti-IgG dan anti-C3 dapat membedakan protein tsb, termasuk
gamma globulin atau non gamma globulin (komplemen).
S AS AS+AC
Dalam kasus-kasus tertentu bila perlu juga dipakai anti-IgA
dan anti-IgM. 20 °C sel normal
lysis 0 0 0
agglutinasi 0 0 0
20° C sel yang dikupas dengan enzyme
IgG FOLLOWING BINDING TO ANTIGEN lysis 0 0 0
agglutinasi 1+ 1+ 1+
37 ° C sel normal
lysis 0 0 0
agglutinasi 0 0 0
ind irect A.T. 2+ 2+ 2+
37 °C sel yang dikupas dengan enzyme
lysis 1/2 + 1+ 2+
agglutinasi 3+ 3+ 3+
Complement activation site
S = Serum Pasien
AS = Serum pasien yang diasamkan dengan 1/10 vol 0—2 N HCl
menjadi pH 6,5—6,8
AS + AC = Serum pasien tambah serum segar yang diasamkan.

50 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


TABEL 2. HASIL SCREENING SERUM PENDERITA—ZAT ANTI CARA PENGAMBILAN SAMPLE DARAH UNTUK PENE-
DARI AIHA TYPE DINGIN (COLD AGGLUTININE LITIAN AIHA
SYNDROME) YANG TYPIKAL
Biasanya serum diambil dari darah beku dalam suhu 37° C
dan sel darah merah diambil dalam EDTA untuk keperluan
S AS AS+AC golongan darah. DAT dan eluate, dari pengambilan dalant
spuit sampai pemutaran disentrifugasi dan pemisahan sel
200 C sel normal darah merah, harus dilakukan dalam suhu 37° C pula.
lysis 1+ 1+ 3+
agglutinasi 4+ 4+ 4+
20 °C sel yang telah dikupas dengan enzyme
3+ 4+ PENETAPAN GOLONGAN DARAH ABO DAN RH FACTOR
lysis 2+
agglutinasi 4+ 4+ X Tidak jarang dialami kesukaran untuk menetapkan golo-
37 °C sel normal ngan darah dari penderita AIHA. Pemanasan dan pencucian
lysis 0 0 0 sel dalam 37°C tidak selalu dapat melepaskan zat anti yang
agglutinasi 0 0 0 melekat pada sel, ada yang perlu dipanaskan 45°C selama
Indirect AT 0 0 0 5 — 30 menit ada juga yang sampai 50°C selama 3 — 10 menit,
37 0C sel yang telah dikupas dengan enzyme baru berhasil menetapkan golongan darahnya setelah zat
lysis 0 0 0 anti dilepas dari sel. Tetapi pemanasan 56°C dapat melemah-
agglutinasi 0 0 0
kan antigen dalam Rh system. Bila tidak dengan prosedur tsb
X = tidak dapat dicatat karena semua sel telah lysis. banyak golongan darah dari penderita AIHA diperkirakan AB.
Baik pada AIHA type hangat maupun AIHA type dingin,
tidak ada darah donor yang kompatible, dengan kata lain tidak
Sebaliknya bila masih terdapat banyak free antibody dalam ada darah yang cocok untuk penderita AIHA ini.
serum, ini menunjukkan antibodynya banyak dan titernya TERAPI
tinggi sekali, prognosisnya tentu turut gawat. Eluate dan serum Terapi dengan steroid dapat menekan zat anti sehingga sel
sama-sama ditest dengan sel panel maka dapat diketahui darah merah penderita tidak lagi banyak dilekat oleh zat anti.
apakah ada juga alloantibody disamping auto antibody. Bila Dalam satu minggu Hb sudah mulai perlahan-lahan bertambah.
serum dan eluate dititer dengan sel cde/cde, cDE/cDE dan Dosis permulaan sebaiknya 60 — 80 mg tiap hari pada orang
cDe/cDe, dapat diketahui pula specificitynya. dewasa dan dengan demikian 80% penderita akan mengalami
Bila cold antibody yang ditemukan, serum penderita diti-
perbaikan. Rusaknya sel darah merah mengurang dengan
ter dengan sel orang dewasa, sel talipusat dari bayi pada suhu
cepat. Kemajuan dalam data-data hematologi cukup jelas,
4° C, 25° C, 30° C dan 37° C, maka dapat diketahui specifi-
hanya dalam satu minggu. Bila respons terapi ini tetap kecil
city IgM antibody dalam Ii system. Titer dari cold agglutinin
sesudah 3 minggu dapat dikatakan gagal. Pengalaman klinisi
syndrome pada 4° C umumnya lebih dari 1000, ada yang men-
menunjukkan dosis yang lebih besar ( ± 1,5 mg /kg/hari)
capai 500.000 dan bisa reaksi pada suhu 32° C. Bila ditambah
tidak membawa efek yang lebih baik.
30% albumin malah bisa bereaksi pada suhu 37°C.
Biasanya perbaikan dan kemajuan simptom lebih cepat
Kalau sel darah merah penderita dikupas dengan enzyme,
daripada respons hematologi, tetapi bila kortikosteroid dengan
hampir semua kasus hemolyse pada 20° C. Anti pr juga salah
dosis yang lebih tinggi akan terjadi efek samping. Untuk itu
satu specificity dalam cold antibody yang jarang ditemukan;
perlu menurunkan dosis sedikit demi sedikit secara bertahap.
pr antigen mudah dirusak oleh enzyme dan tidak akan terjadi
Menurut pengalaman para klinisi, dosis pertama sebaiknya
reaksi dengan anti pr. Sedangkan anti I malah bereaksi lebih
diteruskan sampai 3 minggu. Kemudian dosis tsb diturunkan
keras dengan sel yang telah dikupas dengan enzyme. Paroxys-
10 atau 15 mg dalam satu hari setiap minggu, sampai dosisnya
mal cold hemoglobulin uria yang juga dikelompokkan dalam
mencapai 30 mg per hari. Lalu dikurangi lagi 5 mg dalam satu
AIHA type dingin amat jarang. Specificitynya IgG anti P
hari setiap satu atau dua minggu sampai dosis itu tinggal
dapat dibuktikan dengan biphasic Donath Landsteiner test.
15 mg per hari. Dan diteruskan lagi pengurangan 2,5 mg tiap
dua minggu.Maka satu periode terapi paling sedikit 3 sampai
IV. Apa keistimewaan daripada eluate antibody ini ? 4 bulan. Bila dosis maintenance korticosteroid lebih dari
Bila DAT hanya positif dengan anti-C3 berarti komplemen-lah
15 mg per hari untuk mempertahankan hematokrit di atas
yang ada pada sel dan tak ditemukan antibody. Bila DAT
30, perlu dipertimbangkan splenectomy atau obat-obat
positif dengan anti-IgG berarti ada IgG molecule yang lekat i mmunosuppressive.
pada sel. Maka eluate dari sel tsb akan bereaksi dengan nor-
mal cells.
Specificity dari antibody tsb bisa juga ditetapkan bila ditest KEPUSTAKAAN
dengan sel panel. Bila DAT positif dengan anti-IgG tetapi 1. Lawrence Petg, George Garratty. Acquired Immune Hemolytic
tidak terlihat reaksi dengan sel normal dalam eluate, dapat Anemia.
diduga keras karena Drugs Induce Immunohemolytic Anemia. 2. Peter D Issit, Charla H Issitt. Applied Blood Group Serology.

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 51


PER KEMBANGAN
Sumbangan kedua dari peneliti Seattle itu ialah pembuktian
Sindroma Disuria-Piuria /penemuan bahwa Chlamydia trachomatis adalah salah satu
kuman penyebab pada, pasien-pasien itu, seperti pada non-
Biasanya dokter segera mencurigai diagnosis "cystitis gonococcal urethritis (NGU) pada pria. Seperti infeksi bakteri,
bakterial" pada wanita yang menderita disuria dan sering infeksi Chlamydia biasanya disertai piuria. Sebelas dari 59
kencing, tapi tak ada tanda-tanda infeksi traktus urinarius pasien dengan biakan "negatif" (19%) mempunyai infeksi
bagian atas. Namun demikian penelitian menunjukkan bahwa chlamydia, 10 dari 11 ini menderita piuria. C. trachomatis
30 - 50% wanita yang berobat dengan keluhan tsb. biakan dapat ditularkan secara seksual dan kepekaannya terhadap
urinnya tidak positif berdasarkan kriteria tradisional : isolasi obat antimikroba agak berbeda dengan bakteri coliform.
patogen yang dicurigai, dalam biakan murni, dengan konsen- Jadi mungkin ada gunanya membedakan infeksi chlamydia
trasi > 10 5 bakteri per ml urin pada spesimen yang diambil dari infeksi bakterial.
secara bersih. Ada peneliti yang menerangkan bahwa disuria Pada penelitian itu ada 21 pasien (36%) tanpa piuria di
mungkin akibat infeksi vagina, bukan infeksi traktus urina- mana tak ditemukan penyebab infeksi walaupun telah diselidi-
rius. Tapi meskipun vaginitis telah disingkirkan, masih banyak ki dengan cermat. N. gonorrhoeae, kendati tak ditemukan
wanita simtomatik yang biakan urinnya negatif. Pasien-pasien dalam penelitian ini, mungkin punya peran penting pada
tsb. biasanya diberi nasihat, "tak ada yang berbahaya, tak kelompok populasi lain. Pada pasien dengan disuria yang
apa-apa." Lalu para peneliti mencurigai ada sesuatu yang tak membandel, dengan biakan steril, harus dipikirkan kemungkin-
benar — mungkin infeksi yang terbatas pada uretra — dan an diagnosis "cystitis interstitial"; penyakit yang tak dike-
diperkenalkanlah istilah "sindroma uretra" bagi pasien-pasien tahui penyebabnya ini dapat didiagnosis dengan cystoscopy.
tsb. Apa penyebab sindroma ini ? Dapatkah diagnosis di- Peranan bakteri lain serta virus pada penelitian Seattle ini
tegakkan berdasarkan penemuan positif dan bukan cuma masih bersifat spekulatif, tapi cukup menarik bahwa 2 pasien
secara "per exclusionem" ? Apa implikasinya bagi terapi ? pada kelompok "tanpa infeksi " itu menderita herpes simplex
Stamm dkk. dari Seattle, Amerika Serikat, memberikan genitalis.
beberapa jawaban menarik terhadap pertanyaan-pertanyaan Jadi, para peneliti Seattle menemukan bahwa wanita
itu. Sumbangan berharga pertama yang ditemukan mereka dengan disuria dan sering kencing tapi tanpa gejala klinik
ialah : banyak pasien (46%) menderita infeksi bakterial meski- pyelonephritis dapat dibagi menjadi 4 kelompok : 3 kelompok
pun biakan urin mereka negatif. Dengan mengambil urin lewat dengan infeksi yang secara potensial dapat diobati (dengan
aspirasi suprapublik, ditemukan bahwa wanita-wanita dengan > 10 5 bakteri [ " cystitis" ] , mereka yang dengan < 105
sindroma uretra sering menderita bakteriuria, namun kurang bakteri, dan mereka yang menderita infeksi chlamydia) dan
dari 10 5 . Pasien-pasien ini menunjukkan gejala-gejala klinik satu kelompok lain yaitu yang penyebabnya tidak diketahui.
yang sama seperti pasien dengan > 10 5 bakteri, dan organis- Masih perlu diselidiki apakah pasien dengan < 10 5 bakteri
menya sama : terbanyak E. coli, kadang kala coliform lainnya atau dengan infeksi chlamydia perlu diobati dengan anti-
dan Staphylococcus saprophyticus. Tampaknya tak masuk mikroba, dan apakah pasien yang penyebabnya tak diketahui
akal bahwa radang hanya terbatas pada uretra, karena sering- tak perlu diobati dengan antimikroba. Sementara menunggu
nya hematuria dan nyeri suprapublik menunjukkan peradang- penyelidikan-penyelidikan itu, lebih baik diambil sikap di atas.
an kandung kencing. Bagaimana dokter dapat menggunakan penemuan-penemu-
Penemuan adanya infeksi bakteri dengan konsentrasi- an itu dalam diagnosis dan terapi ? Riwayat penyakit lebih
rendah ini memaksa kita meninjau kembali definisi tradisional panting daripada pemeriksaan fisik. Semua pasien disuria
mengenai biakan urin "positif' pada wanita simtomatik. harus ditanyai dengan jelas ada tidaknya gejala "keputihan"
Tidak banyak yang ingat bahwa batas konsentrasi > 10 5 atau iritasi vagina. Menurut penelitian Komaroff, "disuria
bakteri per ml urin didasarkan pada penyelidikan pada wanita eksternal" (nyeri terasa pada labia 'vagina yang meradang bila
asimtomatik. Sejak awal mula para peneliti yang merintis arus kencing melewatinya) menunjukkan infeksi vagina, dan
perhitungan kuantitatif bakteri itu telah mengetahui bahwa "disuria internal" (nyeri dirasakan di dalam) menunjukkan
wanita simtomatik kadang-kadang konsentrasi bakterinya infeksi traktus urinarius. Dokter harus bertanya apakah
rendah. Jadi, penemuan Stamm dkk. itu bukan bertentangan partner seksual menderita urethral discharge atau disuria; bila
dengan pendapat para peneliti perintis itu dan bahkan mem- demikian biakan untuk GO baik dilakukan dan infeksi chlamy-
buktikan bahwa biakan < 10 5 bakteri tak boleh diabaikan dia perlu dipikirkan. Menurut penelitian Seattle, partner
pada wanita simtomatik. seksual yang baru dan gejala yang lebih lama tampaknya me-

52 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


nunjukkan infeksi chlamydia, sedang riwayat hematuria dan an-dan-depresi banyak tersedia, dapat berupa senyawa ter-
gejala yang datang tiba-tiba menunjukkan infeksi bakteri sendiri atau obat kombinasi, dan menjadi obat-obat yang
konsentrasi-rendah. paling banyak ditulis dalam resep. Pada hakekatnya obat
Penemuan Stamm dkk. ini juga menunjukkan bahwa kombinasi tersebut menunjukkan bahwa industri obat-obatan
urinalisis penting sekali. Infeksi yang dapat diobati ditemukan menganggap kecemasan dan depresi merupakan fenomena
pada 95 pasien disuria & piuria, tapi jarang ditemukan pada campuran, bukan sendiri-sendiri. Obat campuran itu kebanyak-
mereka yang tidak menderita piuria. Maka pasien dengan an terdiri dari obat anti-depresi dan anti-kecemasan dan,
sindroma disuria & piuria mungkin perlu segera mendapat walaupun sering dicela oleh ahli farmakologi, penggunaan
pengobatan antimikroba. Peneliti Seattle ini melakukan obat-obat itu kian meluas. Pemisahan kecemasan dari depresi
urinalisis dengan menaruh urin yang belum di-centrifuge pada dapat dibenarkan bila ada bukti nyata bahwa terapi obat akan
kamar hitung hemositometer. Metoda ini dapat menghindar- berbeda-beda hasilnya tergantung diagnosisnya. Hasil dari
kan kelambatan akibat proses pemusingan (centrifugation) dan beberapa penyelidikan mendukung pendapat bahwa keadaan
memberi ukuran piuria yang lebih dapat dipercaya daripada cemas cocok diobati dengan obat anti-kecemasan dan keadaan
pemeriksaan biasa pada sedimen urin yang telah di-centrifuge. depresi cocok dengan obat anti-depresi; tetapi juga menjadi
Ruginya : kesempatan mencari silinder dan bakteri pada nyata obat anti depresi juga mengurangi kecemasan, terlepas
sedimen hilang. dari sifat anti depresinya. Penelitian ini sekarang dibahas
Apa peranan biakan urin pada pasien itu ? Kini pembedaan lebih lanjut dengan cara membandingkan obat anti-depresi
"cystitis" dan "sindroma uretra", yang didasarkan pada biakan (amitriptyline) dan obat anti-kecemasan (diazepam) pada
urin, kurang penting. Tapi hasil tes kepekaan pada biakan itu pasien-pasien yang mengalami gejala-gejala afektif campuran
penting sekali bagi beberapa pasien yang tak mempan terhadap tersebut. Dr. Eve Johnstone dkk. secara random membagi
antimikroba. Yang diberikan segera setelah diagnosis klinik pasien-pasien neurotik yang menunjukkan gejala kecemasan
ditegakkan. dan depresi dalam kelompok-kelompok yang diobati dengan
Sebelum hasil biakan diketahui,dianjurkan pemberian terapi amitriptyline, diazepam, gabungan kedua obat tersebut dan
tetrasiklin dan sulfonamida. Obat-obat ini biasanya manjur plasebo selama 4 minggu. Amitriptyline (dengan dosis 100 —
untuk patogen bakteri pada umumnya dan juga untuk chlamy- 150 mg sehari) menghasilkan perbaikan yang jelas lebih bagus
dia. Manfaat ampisilin terhadap chlamydia masih belum pasti. daripada obat-obat lainnya, dan apakah kecemasan atau depre-
si yang merupakan gejala utama nampaknya tidak mempenga-
Dengan hasil-hasil penelitian itu kini dokter-dokter dapat
ruhi respons obat itu. Johnstone dkk. juga mencatat bahwa
memberi pelayanan yang lebih rasional pada berjuta-juta
semua kelompok dengan cepat membaik dan secara umum
wanita yang menderita penyakit ini setiap tahun.
pengaruh obat sedikit sekali; ini merupakan senjata bagi
N Eng J Med 1980 ; 303 : 452 - 453. mereka yang berpendapat bahwa obat-obatan sedikit gunanya
pada pengelolaan pasien-pasien tersebut. Dokter Johnstone
dkk. menyatakan "tidak perlu memisahkan pasien-pasien yang
mengalami kecemasan dari pasien depresi neurotik karena
pembedaan diagnosis ini tidak mempunyai implikasi pada cara
pengobatan maupun hasilnya". Jadi apakah dokter yang meng-
Depresi & Kecemasan : hadapi pasien-pasien demikian tidak perlu lagi membuat diag-
nosis dan tinggal memberi amitriptyline ? Ada beberapa alasan
Perlukah dibedakan ? yang menunjukkan bahwa kesimpulan itu sudah terlalu jauh.
Peneliti-peneliti lain telah menemukan hasil yang berbeda
antara keadaan cemas dan keadaan depresi, dan respons ter-
Pada hakekatnya, sifat gangguan afektif kronik yang ringan
hadap amitriptyline pada pasien-pasien depresi dapat berbeda
belum berubah selama 200 tahun belakangan ini tapi penge-
bila kecemasan dan gejala-gejala lain diperhitungkan. Pasien-
lolaannya sudah berubah. Gejala-gejala demikian dianggap pasien Johnstone tidak didiagnosis dengan cara resmi sebelum
merupakan tanggung jawab psikiater, meskipun sebagian besar diobati, meskipun mereka dinilai gejala-gejala cemas dan
ditemui dan diobati oleh dokter umum. Tak banyak yang
depresinya.
berani mengatakan bahwa psikiatri telah berhasil mengambil
Bila penyelidikan-penyelidikan lain juga menunjukkan
alih tugas ini. Kategorisasi resmi kini penuh dengan kontro-
hasil yang sama, banyak sekali implikasinya bagi pengelolaan
versi. Kecemasan, depresi dan keluhan-keluhan psikosomatik
kelainan-kelainan neurotik. Perlu kita ketahui apakah mem-
merupakan kelompok utama tetapi klasifikasi yang seragam
baiknya penderita anxietas dengan amitriptyline semata-mata
belum ada; salah satu yang paling banyak digunakan, me-
karena akibat sifat sedatif, dan apakah diagnosis yang lebih
nyerahkan pada penginterview untuk memutuskan apakah
sistematik yang melibatkan kepribadian seseorang sebelumnya
dalam keadaan campuran yang terpenting kecemasan ataukah
akan mempengaruhi hasilnya. Dalam keadaan yang tidak
depresi. Pengobatannya bahkan lebih kontroversil dan meliputi
menentu ini kita hanya dapat menyimpulkan bahwa pembeda-
segala hal dari "encounter group" sampai kepada pengobatan
an kecemasan dan depresi masih belum dapat dipastikan ber-
fisik. Karena keadaan ini banyak dijumpai, timbul desakan
guna atau tidaknya.
komersil untuk mengadakan pasar-pasar baru untuk obat-obat
psikotropik, dan bila kita menengok farmakope terbukti hal
ini benar-benar tercapai. Obat-obat untuk mengobati kecemas- Lancet 1980; 2:897

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 53


Hepatitis Kronik Aktif terapinya dan karena tersedia terapi yang efektif dan spesifik.
Pasien dengan penyakit Wilson mungkin tidak menunjukkan
gejala khas seperti cincing Kayser-Fleischer dan perubahan-
Hepatitis kronik aktif didefinisikan sebagai peradangan perubahan neurologik
pada hati yang berlangsung tanpa perbaikan selama sekurang- Obat-obat dapat juga menyebabkan kerusakan hati kronik
nya 6 bulan, dengan gambaran histologi infiltrasi sel bulat pada maupun aktif. Hepatitis kronik aktif pernah dilaporkan terjadi
traktus portal dan bercak-bercak nekrosis sedang atau berat setelah pemberian laksatif oksifenisatin, metildopa dan INH.
dari sel-sel hati menjangkau keluar sampai parenkhim. Meski Beberapa laporan menyalahkan ekpose berulang terhadap
telah dikenal pada awal tahun 1950-an, pengertian mengenai halotan dan pengobatan dengan dantrolen. Belakangan ini
patogenesis dan perjalanan alamiahnya masih memakan waktu beberapa kasus hepatitis kronik aktif dihubungkan dengan
lama. Dikenal subgroup-subgroup dengan mekanisme peng- pemakaian nitrofurantoin jangka panjang. Pengenalan obat
rusakan yang berlainan, dan ini mempunyai implikasi penting penyebab itu sangatlah penting, karena penarikan obat biasa-
untuk pengobatan. nya menghentikan perkembangan penyakit. Obat mungkin
Ada dua penyebab utama hepatitis kronik aktif, yaitu bukan penyebab yang penting dari hepatitis kronik di Inggris
infeksi kronik dengan virus hepatitis-B dan penyakit autoimun. (di mana oksifenisatin tidak beredar), namun para dokter
Keduanya berbeda distribusi geografiknya, rasio seks, petun- harus waspada terhadap kemungkinan ini.
juk serum, prognosis dan pengobatannya. Infeksi virus hepa- Alkoholisme dapat juga disertai dengan penyakit hati
titis -B adalah penyebab tersering hepatitis kronik aktif di dengan gambaran histologi hepatitis kronik aktif. Perubahan
Timur Tengah dan Asia, di mana karier kronik lebih banyak histologik khas penyakit hati alkoholik kadang kala hanya
daripada di Eropa, lelaki lebih banyak dari wanita. Virus sedikit atau sama sekali tak terlihat. Mungkin alkohol merusak
hepatitis-B biasanya dideteksi dengan menemukan HBsAg hati pada kasus-kasus itu dengan mencetuskan respons imun
dalam serum, namun pada beberapa kasus kadar antigen virus abnormal.
tadi mungkin terlalu kecil sehingga tidak terdeteksi dengan Beberapa pasien dengan penyakit hati yang berhubungan
metoda yang ada dewasa ini. Dalam keadaan ini antigen virus dengan defisiensi alfa-l- antitripsin menunjukkan gambaran
dapat diidentifikasi dalam sel-sel hati dengan cara-cara imuno- hepatitis kronik aktif yang nyata pada biopsi hati. Tanda
logik, dan biasanya didapatkan titer serum yang tinggi dari penyakit ini ialah adanya globul alfa -l-antitripsin dalam sel
antibodi terhadap core antigen (Anti—HBc). hati, namun ini bisa meleset kecuali kalau dipergunakan
Sebaliknya, hepatitis aktif jenis autoimun lebih sering pewarnaan yang tepat. Sirosis bilier primer adalah . keadaan lain
didapatkan pada wanita dan kerap kali mempengaruhi sistem yang kadang kala sulit dibedakan dari hepatitis kronik aktif
lain, dan dikaitkan dengan sindroma sicca, artralgia, penyakit karena gambaran klinik, biokimia, serologik, dan morfologik
tiroid, anemia hemolitik, penyakit usus inflamatorik, dan antara kedua penyakit ini ada persamaannya. Tapi pasien
asidosis renal tubular. Antibodi otot polos dan antinuklir dengan hepatitis kronik aktif biasanya dapat dikenal karena
secara karateristik ditemukan dalam serum, dan biasanya respons mereka yang baik terhadap kortikosteroid.
tingkat hipergamaglobulinemia lebih besar daripada pada Kini tinggal pasien -pasien dengan hepatitis kronik aktif
pasien-pasien dengan infeksi virus kronik. yang penyebabnya sampai kini belum diketahui. Tidak ada
Prognosis pasien hepatitis kronik aktif yang membawa bukti untuk menyalahkan virus hepatitis-A, tapi penyelidikan-
HBsAg tidak pasti : ada yang menyatakan lebih baik, ada yang penyelidikan menunjukkan kemungkinan adanya virus non-A
menyatakan dalam jangka panjang lebih jelek . dibandingkan non-B. Hepatitis akibat virus ini ditemukan secara sporadik
dengan jenis autoimun. Yang nyata ialah bahwa penyakit ini dan dewasa ini merupakan penyebab terbanyak kasus-kasus
sering berkembang perlahan-lahan menjadi sirosis. Pengobatan hepatitis post transfusi. Tanda yang khas ialah penyakit ini
jenis autoimun telah dipastikan dalam 3 percobaan terkontrol enteng atau asimtomatik dan karena kebanyakan pasien tidak
prospektif. Semuanya menunjukkan bahwa pengobatan ikterik keadaan ini sering lewat tanpa diketahui. Namun demi-
dengan kortikosteroid (dengan atau tanpa azathioprin) banyak kian follow-up jangka panjang menunjukkan bahwa 25 sampai
mengurangi kematian dalam fase aktif awal dari penyakit ini. 50% pasien- pasien itu tes faal hatinya masih abnormal sesudah
Keuntungan pengobatan ini baru-baru ini telah dikonfirmasi satu tahun; biopsi hati pada banyak pasien ini menunjukkan
dengan follow-up jangka panjang pasien - pasien pada Royal hepatitis kronik aktif, beberapa dengan sirosis. Tes untuk
Free Hospital. Sebaliknya, pada pasien dengan penyakit virus autoantibodi negatif. Kelainan biokimiawi cenderung untuk
penggunaan kortikosteroid mungkin tidak mempengaruhi hilang sendiri tanpa pengobatan, tapi apakah akan terjadi
keberhasilan; bahkan imunosupresi mungkin mempermudah kerusakan hati menetap atau progresif masih belum pasti:
replikasi virus dan meningkatkan infektivitas pasien. Namun penyelidikan follow-up dengan biopsi hati masih ditunggu.
demikian, hasil-hasil percobaan terkontrol yang formal masih Belum ada percobaan pengobatan yang telah selesai, sehingga
harus ditunggu. Pendekatan yang lebih logis mungkin dengan peranan kortikosteroid belum diketahui. Tes yang sensitif
mencoba membasmi virus dengan meningkatkan mekanisme untuk virus hepatitis non-A non-B serta antibodinya masih
imun tubuh atau dengan menggunakan obat anti-virus yang sedang dikembangkan. Ini nanti akan mencegah hepatitis
efektif; pada masa ini interferon memberi harapan terbesar. post transfusi dan menunjukkan sampai di mana virus ini ber-
Laporan -laporan baru-baru ini menyorot kesulitan mem- tanggung jawab atas hepatitis kronik aktif dan sirosis.
bedakan hepatitis aktif kronik dari penyakit Wilson — pem-
bedaan yang amat vital karena kedua penyakit itu berbeda Br Med J 1980 ; 281 : 258—9

54 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


SeJarah Kedokteran

Kisah Rauwolfia

Alkaloid rauwolfia punya riwayat yang menarik. Sejarah pe- Ini mengakibatkan kemerosotan kedokteran Hindu. Selama
ngembangannya di India akan memperkenalkan kita dengan masa itu penyimpanan catatan-catatan kedokteran tidak
keajaiban serta potensi-potensi bahan obat yang kuno ini. diperhatikan dan kitab-kitab Ayurveda yang ada banyak
Catatan-catatan kuno di India menggambarkan sejumlah be- yang rusak atau hilang. Sekolah-sekolah kedokteran India yang
sar tanaman obat yang dipergunakan untuk meringankan pernah jaya itu mulai ditinggalkan orang dan hanya ada se-
penderitaan manusia, di samping untuk praktek okultisme. dikit dokter India yang qualified yang bekerja sebagai dokter
Survei secara cepat dalam Ayurveda (sistem kedokteran India) menjadi dongeng rakyat dan tabib palsu bermunculan. Sangat-
menunjukkan bahwa sebagian besar preparat tanaman tsb. lah mungkin bahwa karena identifikasi yang tidak cermat,
digunakan dalam kombinasi (kadang-kadang suatu resep banyak tumbuhan lain yang disangka sebagai rauwolfia dan
mengandung 25 — 50 obat atau lebih) dan obat biasanya dipakai untuk mengobati berbagai jenis penyakit, dari keke-
harus mengalami berbagai proses — pengeringan, penggi- ruhan kornea sampai eksema. Namun demikian beberapa pu-
lingan, dididihkan, disaring dsb. Oleh karena itu sulit dike- blikasi asli mengenai ilmu kedokteran India masih juga diha-
tahui tanaman mana yang berguna untuk penyakit tertentu silkan, mungkin melalui contoh yang diberikan oleh beberapa
dan interaksi apa yang terjadi (menguntungkan atau meru- penguasa Hindu yang tertinggal (misalnya, Bhoja-Prabandha,
gikan) antara berbagai tanaman obat tsb. dalam proses-proses tahun 980). Untunglah pada bagian akhir dari masa tsb. ba-
itu. Inilah salah satu sebab (mungkin) mengapa dari farmakope nyak orang asing, ahli botani, dan dokter-dokter mengunjungi
India yang mengandung sekitar 2000 macam obat, hanya rau- India. Maka rauwolfia tetap hidup dalam memoir dan tulisan-
wolfia yang diakui statusnya dalam percaturan internasional. tulisan mereka yang dipublikasikan dari abad 15 dan seterus-
Menurut dongeng, 8000 tahun yll orang-orang bijaksana di nya. Aktivitas ini meningkat dengan mendadak pada abad
negara itu, setelah berkonsultasi di kaki gunung Himalaya, ke 18 dan 19, dimana rauwolfia banyak disebut-sebut dalam
mengirimkan wakil mereka Bharadwaja untuk pergi ke Dewa berbagai farmakope, farmakografi, dan atlas-atlas yang diter-
Indra guna mempelajari ilmu pengobatan. Bharadwaja berhasil bitkan pada masa itu, terutama oleh penulis Barat.
mempelajarinya dan menurunkan ilmunya pada Atreya, yang Karena menyadari pentingnya tumbuhan obat India dan
kemudian sebagai "bapak ilmu kedokteran India". Atreya sadar akan kenyataan bahwa kehidupan sistem kedokteran
mendirikan sekolah kedokteran di Taxila dan menulis banyak Barat di India tergantung banyak pada kerjasamanya dengan
tulisan mengenai subyek tsb. Dalam perkembangan selanjut- sistem kedokteran setempat, pemerintah Inggris di India
nya, Charaka mengumpulkan dan merevisi tulisan-tulisan itu.
Bukunya sendiri, Charaka Samhita (600 sebelum Masehi),
adalah karya yang komprehensif dan monumental, meliputi
berbagai bidang ilmu kedokteran, dan telah diterjemahkan
ke dalam berbagai bahasa, termasuk Inggris, Arab dan Cina.
Pada masa itu juga hiduplah Sushruta, ahli bedah yang ter-
kenal itu. Dia menulis buku Sushruta Samhita. Kedua buku
kuno itu melukiskan penggunaan rauwolfia (dikenal dengan
nama Sarpagandha atau dengan nama lain) untuk berbagai
penyakit seperti gigitan ular, sengatan serangga dan kalajeng-
king, epilepsi, demam, malaria, dan juga untuk penyakit
gila. Jadi, tampaknya rauwolfia telah dikenal selama beribu-
ribu tahun dalam ilmu kedokteran India.
Pada abad-abad pertengahan (masa post Budhis) rauwolfia
hilang tak diketahui jejaknya. Dalam masa itu India diserbu
oleh bangsa Yunani, Mogul, Portugis, Perancis, dan Inggris,
yang masing-masing membawa sistem kedokterannya sendiri. Charaka, dokter India yang termasyhur.

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 55


mengorganisasi sejumlah komite, badan peneliti, dan pameran dokter dan ahli botani Jerman yang mengunjungi India dan
untuk mendiskusikan masalah kedokteran pada akhir abad menulis tentang tumbuhan itu pada tahun 1582. Namun
19 dan awal abad 20. Nadkarni, Kirtikar, Basu dan Chopra tumbuhan itu dikenal dengan 15 nama botani yang berbeda-
di sini patut dicatat karena sumbangan mereka dalam menyu- beda (dalam bahasa Inggris) sampai tahun 1890-an. Diskusi
sun kompendium yang lengkap mengenai tumbuhan obat mengenai ejaan yang benar dari rauwolfia (pakai w atau v
India, dalam kerja sama dengan penulis Inggris. Naskah ilmiah setelah u) terus berlangsung sampai tahun 1950. Pada masa itu
khusus mengenai rauwolfia mulai muncul dalam majalah- tumbuhan tsb. disebut dengan sekitar 75 nama dalam bahasa
majalah India pada tahun 1931. Masih merupakan teka-teki Sanskrit, Hindi dan bahasa-bahasa India lainnya. Tumbuhan
mengapa dari begitu banyak tumbuhan yang dicatat, hanya itu dipakai untuk mengobati tak kurang dari 30 macam
rauwoltia yang dipilih peneliti India untuk dianalisa secara penyakit di berbagai daerah di India. Belakangan diketahui
cermat. Mungkin mereka terkesan oleh Gracia ab Horto bahwa kadar alkaloid dalam tumbuhan tsb. berbeda-beda
yang pada tahun 1563 menggambarkan rauwolfia sebagai dari musim ke musim, dari tempat satu ke tempat lain.
"obat India yang paling terkemuka dan patut dipuji" Pada tahun 1931 Sen dan Bose di Calcutta menulis tentang
ekstraksi dua alkaloid dari akar tumbuhan itu dan manfaatnya
bagi pasien yang gila dan hipertensi. Juga pada tahun 1931,
Siddiqui dan Siddiqui dari Delhi menerbitkan hasil peneli-
tian analitiknya yang komprehensif mengenai akar rauwolfia.
Mereka melaporkan keberhasilannya mengisolasi 5 alkaloid
(ajmaline, ajmalinine, ajmalicine, serpentine, dan serpenti-
nine). Antara tahun 1931 dan 1939 mereka menganalisa
akar-akar yang diperoleh dari berbagai tempat yang berbeda,
dan meneliti lebih jauh tentang struktur kimia, komposisi
dan reaktivitas berbagai alkaloid tsb., dan menemukan bebe-
rapa alkaloid lagi.
Farmakologi rauwolfia digambarkan oleh Chopra dkk.
di Calcutta. Antara tahun 1933—34 mereka menunjukkan bah-
wa beberapa alkaloid dalam tumbuhan itu punya sifat anti-
hipertensif yang kuat (bekerja melalui pembuluh darah perifer
Cuplikan dari Charaka Samhita menggambarkan penggunaan rauwolfia dan pusat vasomotor) dan bahwa ada sesuatu dalam ekstrak
untuk berbagai penyakit seperti demam, malaria, epilepsi dsb). kasar tsb yang punya daya sedatif yang kuat (sesuatu yang lain
daripada alkaloid-alkaloid yang telah ditemukan pada masa
Pengaruh besar lainnya berasal dari tabib Hakim Azmal
itu). Vakil, ahli kardiologi dari Bombay, menulis tentang pe-
Khan, yang mempraktekkan sistem kedokteran Yunani—Ayur- ngaruh rauwolfia serpentina dalam British Heart Journal
veda. Dia sering menggunakan rauwolfia untuk pasiennya dan
tahun 1949. Dari seri 50 pasien yang ditelitinya disimpulkan
kemudian mendirikan Institut Penelitian untuk Kedokteran
bahwa peranan rauwolfia dalam penanggulangan hipertensi
Yunani—Ayurveda di Delhi. Dia mendapat penghargaan yang
tak perlu diragukan lagi.
selayaknya pada tahun 1931 ketika alkaloid pertama yang
Alangkah baiknya bila nanti pada suatu saat 1999 tumbuh-
diperoleh dari rauwolfia oleh peneliti - peneliti di institut itu
an obat India lainnya mendapat perhatian yang sama besar
dinamakan ajmaline, menurut namanya.
seperti rauwolfia.
Ahli botani Perancis, Plumier memberi nama rauwolfia
pada abad 17, sebagai penghargaan terhadap Leonard Rauwolf, TIPS, 1980; Dec. viii — x

Berhati-hatilah terhadap dokter yang muda dan tukang cukur tua.


Benjamin Franklin

Corpus valet sed aegrotat crumena (Badan sehat namun kocek sakit)
GD Erasmus

56 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


bagi para dokter, baik dalam praktek umum maupun di ru-
mah sakit, di daerah terpencil maupun dikota besar. Beberapa
contoh tindakan yang sangat perlu segera dilakukan (yang
mungkin belum diketahui oleh beberapa teman sejawat di
daerah) ialah :
■ Berikan 50 — 100 ml larutan glukosa 20 — 40 % pada
setiap penderita koma, bila penyebabnya belum diketahui.
Ini mengingat hipoglikemia merupakan salah satu penyebab
koma yang dapat diobati.
■ Keampuhan diazepam untuk status konvulsif kini tak perlu
dipersoalkan lagi. Tapi pemberian pada bayi yang kejang
pemberian sering sulit. Cara pemberian yang sederhana,
mudah dan efektif ialah per rektum. Dosisnya 5 mg untuk
berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk yang
SARI ILMU PENYAKIT MATA lebih dari 10 kg.
Oleh : Sidarta Ryas dkk. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI, ■ Pada status asmatikus sering diperlukan ekspektoran.
1981. 238 halaman. Yang termurah dan terbaik ialah air. Maka perlu dipasang
Sesuai dengan judulnya, buku ini merupakan sari atau ring- infus pada pasien.
kasan dari ilmu penyakit mata. Namun pembahasan yang sing- Satu hal yang dapat mengiritasi sebagian dokter ialah disisip-
kat itu diimbangi dengan luasnya bahan yang dibicarakan. kannya banyak iklan obat-obatan dalam buku ini, suatu hal
Penulis telah berusaha memasukkan sebanyak mungkin judul yang tidak begitu lazim dalam dunia perbukuan. Tapi secara
penyakit mata (182 buah), dari yang banyak ditemukan sam- uraum dapat dikatakan bahwa buku ini pantas dimiliki oleh
pai yang jarang terlihat seperti sindroma Marfan, sindroma setiap dokter.
Marchesani dsb.
Penyusunan buku ini berdasarkan organ jaringan mata yang OBESITAS
terkena, dan dibagi dalam 12 bab : (i) refraksi, (ii) palpebra- Editor : Dr. Arjatmo Tjokronegoro. Jakarta : Fakultas Kedok-
adneksa, (iii) konjungtiva-sklera, (iv) kornea. (v) uvea-pupil, teran UI, 1981. 73 halaman.
(vi) lensa, (vii) retina-badan kaca, (viii) saraf optik, (ix) glau-
Buku ini merupakan kumpulan naskah lengkap dari Simpo-
koma, (x) orbita, (xi) strabismus, (xii) kelainan sistemik.
sium Obesitas tanggal 6 Juhi 1981. Tujuh aspek dibahas dalam
Walaupun buku ini dimaksudkan untuk konsumsi segala
simposium tsb: (1) mekanisme dan patofisiologi obesitas,
golongan dari mahasiswa sampai ahli penyakit mata, tampak-
(2) ketidakseimbangan energi dan obesitas, (3) pengaturan
nya yang akan banyak mengambil manfaat darinya ialah maha-
diet, (4) obesitas pada anak, (5) obesitas pada orang dewasa,
siswa dan dokter umum. Oleh sebab itu ada baiknya bila
(6) obat anti-obesitas, dan (7) aspek psikosomatik obesitas.
kelainan-kelainan yang banyak dijumpai mereka dibahas
Dr. DB Lubis, salah seorang pembicara, menyatakan,
secara lebih mendalam, misalnya masalah refraksi, pembedaan
"Yang mengherankan pula ialah bahwa 'pengobatan' terhadap
berbagai konjungtivitis dsb. Defisiensi vitamin A banyak di-
obesitas sebetulnya nampak mudah dan sederhana : mengu-
jumpai di daerah-daerah, maka foto-foto kelainan ini ada
rangi makanan atau menambah gerakan fisik .............Tetapi
baiknya dicantumkan dalam edisi mendatang.
kenyataannya ialah bahwa banyak orang yang gemuk tidak
Dicetak diatas kerta HVS tebal, dengan mutu cetakan yang
mempunyai ketahanan untuk melaksanakan itu secara disi-
bagus, buku ini juga dihiasi dengan 30 foto berwarna yang
plin dan konsekuen".
sangat ilustratif.
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa simposium ini sebe-
narnya membahas masalah yang sederhana tapi sulit. Seder-
KEDARURATAN DAN KEGAWATAN MEDIK hana, karena terbukti orang yang kekurangan makanan (ta-
Editor : Dr. Arjatmo Tjokronegoro, Dr. AH Markum. Jakarta, hanan kamp konsentrasi Nazi misalnya) tak mungkin gemuk.
Fakultas Kedokteran UI, 1981. 170 halaman. Namun sulit, karena terbukti tidak banyak orang yang berhasil
Buku ini merupakan kumpulan naskah simposium yang dise- mengatasi obesitasnya. Maka dokter-dokter yang tertarik
lenggarakan pada tanggal 28 Nopember 1981. dengan masalah ini ada baiknya membaca buku ini, untuk
13 masalaah dibahas dalam buku ini, yaitu (i) resusitasi memahami persoalannya secara lebih mendalam. Itu saja.
kardiopulmonal dan serebral pada orang dewasa, (ii) resusitasi
kardiopulmonal dan serebral pada anak, (iii) koma, (iv) edema PENATALAKSANAAN KEGAWATAN PEDIATRIK
otak, (v) pengobatan trauma kapitis, (vi) hiperpireksia, (vii) Editor : Rusepno Hassan dkk. Jakarta : Fakultas Kedokteran
status konvulsif, (viii) kedaruratan kardiosirkulasi, (ix) dengue UI, 1981, 160 halaman.
shock syndrome, (x) gambaran klinis payah jantung pada Buku ini diterbitkan dalam rangka memperingati 5 tahun
bayi dan anak serta penatalaksanaannya, (xi) status asmatik, berdirinya ICU Bagian Anak RS Cipto Mangunkusumo.
(xii) kegawatan pernapasan pada anak, (xiii) gawat darurat Sesuai dengan misinya, terutama buku ini ditujukan bagi
perut non-bedah. dokter yang berminat atau bekerja di ICU. Namun ada juga
Dapat dikatakan bahwa masalah yang dibahas dalam buku bab yang berguna untuk dokter umum atau pun mahasiswa,
ini umumnya dibahas secara mendalam dan sangat berguna seperti cara penanggulangan shock dan hiperpireksia.

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 57


Catatan singkat

Telah lama diketahui bahwa gejala-gejala premens- Penelitian pada tikus-tikus menunjukkan bahwa
truasi dapat tetap ada setelah histerektomi. Adanya tikus yang dibutakan matanya akan berusia lebih
uterus dan berlangsungnya menstruasi tidak diper- panjang . Mungkin ini adalah akibat pengaruh kelenjar
lukan untuk timbulnya gejala -gejala itu. Peneliti- pineal. Pada manusia kebutaan umumnya dianggap
peneliti dari Inggris berpendapat bahwa gejala itu memperpendek umur, tapi ini mungkin akibat penya-
lebih banyak disebabkan oleh faktor hormonal dari- kit yang menyebabkan kebutaan itu seperti diabetes
pada faktor psikologik dsb. Bila faktor - faktor itu diperhitungkan, tampaknya
Brit J Obstet Gynaecol 1981; 88: 530—6 data untuk tikus dan untuk manusia sama saja.
(Rupanya menutup mata —untuk berdoa, berkonsen-
trasi, atau tidur— menyehatkan badan)
Ada yang menganjurkan agar penderita akne men- J Chronic Dis 1981; 34: 427—9
jalani diet rendah—lemak rendah—gula. Meskipun
secara individual penderita-penderita itu tidak banyak
menunjukkan perbaikan dengan diet itu, penelitian Kini diketahui ada indikasi baru untuk histerektomi :
bila seorang wanita ingin menjadi penjinak singa!
epidemiologik memberi petunjuk bahwa anjuran
Ternyata singa cenderung menyerang wanita yang
diet itu benar.
Arch Dermatol 1981; 117: 193—5 sedang menstruasi.
Med J Austr 1981; 2 : 209

Pasien - pasien hiperlipidemia yang memakan 1 kg.


kacang setiap bulan kadar kholesterol serumnya
turun dengan 16%, demikian hasil penyelidikan di Kecurangan ada di mana-mana, juga di Jepang. Untuk
Sichuan Medical College. (Apakah tidak lebih baik tahun 1978 diperkirakan dokter dan dokter-gigi di
pasien - pasien kita anjurkan banyak makan kacang Jepang menipu pihak asuransi kesehatan sejumlah
I milyar Yen ( US $ 4,38 juta ). Caranya a. l . meng-
daripada obat-obat penurun kholesterol ?)
klaim mengobati pasien yang telah meninggal, mengu-
Chinese Med .J 1981; 94(7) : 455 bah rekening obat dari miligram menjadi gram, dsb.
Modern Asia, Oct 1982, 31
Umumnya diakui bahwa penggunaan ikat - pinggang
pengaman akan menurunkan mortalitas dan morbi- Almarhum Franz Ingelfinger, bekas editor New Eng-
ditas akibat kecelakaan lalu-lintas. Namun Menteri land Journal of Medicine, pernah membuat perhitung-
Perhubungan Inggris, Norman Fowler, membuat an ini : setiap tahun masyarakat Amerika memakan
kejutan : ia menentang rancangan peraturan yang lebih dari 20.000 juta tablet aspirin, yang menyebab-
mengharuskan penggunaan ikat - pinggang pengaman kan 10 juta liter darah masuk ke lubang WC.
Brit Med J 1981; 283: 443
Gut 1980; 21 : 602—6

Untuk mencegah dengkur sewaktu tidur, gunakan Untuk screening biasanya visus 6/6 atau 20/20 diambil
resep lama : buat kantong pada punggung piyama, sebagai patokan visus normal, meskipun ada (terma-
isilah dengan kelereng, dan jahitlah kantong itu. suk WHO) yang mengambil angka 20/70. Sebenarnya
Si pemakai piyama akan sulit tidur telentang dan
untuk visus 20/20 diperlukan tidak lebih dari 44 %
dengkurnya akan menghilang.
saluran saraf foveokortikal sedang untuk 20/70 per-
JAMA 1981; 245: 1729—30 lu tak lebih dari 5 %. lndividu yang benar-benar nor-
mal punya tajam penglihatan yang jauh lebih baik da-
Tahukah anda berapa jumlah majalah biomedik di ri 20/20.
dunia ini ? Ternyata tak kurang dari 84.000 jenis Brain 1980; 103:639

58 Cermin Dunia Kedokteran No. 25. 1982


ADIL TIDAK ?

Tugas medical representative —atau lebih dikenal dengan istilah detailer— memang
lumayan berat, apalagi kalau harus menghadapi "ulah" sementara dokter yang kadang-
kadang memang memusingkan.
Ketika memperkenalkan obat "kanamycin injection" seorang detailer pernah
"kena batunya";
+ Untuk GO, dokter, kita berikan 2 gram. 1 gram di kiri dan 1 gram lagi di kanan.
—Wah, kok aneh. Ini tidak adil.
+ Kenapa aneh dokter.
— Kalau GO (gonorhoe) kan yang bersalah yang "tengah", kenapa yang kiri dan
kanan yang disuntik. Harusnya yang tengah dong !
dr. Tjandra Yoga Aditama
Puskesmas Kecamatan Bukit Batu Kab. Bengkalis — Riau.

PASIEN ORTODONTIK
Seorang anak diantarkan ayahnya ke tempat praktek saya. "Dok. anak saya ini se-
jak SD sampai SMP tidak pernah dipanggil namanya, tetapi teman-temannya me-
manggilnya Tuju. Maka kami minta tolong untuk mengundurkan gigi-gigi anak saya
yang mrongos (tonggos) ini."
Berhubung saya tidak begitu mengerti apa yang dimaksudkan si ayah tadi, saya
menanyakan apa hubungan antara nama anak itu dengan keadaan giginya. Sambil
menundukkan kepala dengan agak malu-malu si anak menjawab, "Teman-teman
memanggil saya si Tuju karena untu saya maju." (untu = gigi).
Saya jadi kasihan, tetapi tidak dapat menahan ketawa. Akhirnya seluruh ruangan
tertawa semua.
drg. Haryono X DKT, Salatiga

PENOLONG
Pengalaman ini saya alami pada suatu pagi ketika sedang berjalan di suatu jalan-
terbuka di tingkat empat gedung sebuah rumah sakit. Dengan tenang saya berjalan,
tapi tiba-tiba seorang gadis yang juga berjalan searah menyekap erat-erat tangan saya.
Saya menjadi makin tak mengerti karena pegangannya makin erat dan langkahnya
ditegap-tegapkan, tapi jelas kelihatan gontai. Sampai di ujung lift baru tanganku dile-
paskan.
" Mas maaf, saya tadi pusing dan gemetaran melihat kebawah ". Saya baru tahu
gara-gara vertigo saya jadi " penolong darurat ". Lumayan !
SRI

Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982 59


ABSTRAK - ABSTRAK
TETRASIKLIN DALAM TULANG-TULANG ANTIK
Antibiotika tetrasiklin mulai dipergunakan di dalam ilmu kedokteran modern sejak
tahun 1950. Mengherankan sekali, bahwa antibiotika ini dapat ditemukan di dalam
tulang-tulang suku Nubia (Sudan) yang hidup antara tahun 350 s/d 550 sebelum
Masehi di dataran sungai Nil.
Oleh peneliti-peneliti dari Universitas Massachusetts dan Henry Ford Hospital,
USA antibiotika ini ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan tulang-tulang kuno
melalui mikroskop fluorescensi di bawah penyinaran cahaya ultraviolet.
Menurut para peneliti tadi, antibiotika ini berasal dari suatu jenis bakteri, Strepto-
myces, yang tumbuh pada gandum, barley dan millet yang disimpan didalam tempat-
tempat penimbunan yang terbuat dari lumpur. Dan Streptomyces yang merupakan
60 — 70% dari bakteri-bakteri yang terdapat dalam tanah di Nubia (Sudan) ini memang
penghasil alamiah tetrasiklin.
Penemuan ini dapat menerangkan angka infeksi yang rendah dan resistensi terhadap
antibiotik tertentu pada beberapa golongan penduduk yang hidup dijaman dahulu.
OLH
International Exchange News, Spring 81

ANTIBIOTIKA YANG MURAH : MADU

Untuk mempercepat penyembuhan luka dengan cara yang sederhana, efektif, dan
murah, gunakan madu — kata PJ Armon. Dia pertama kali mendengar khasiat madu
ini dari seorang desa di Inggris tahun 1966. Setelah itu telah dicobanya berulang
kali dengan hasil yang memuaskan. Cavanagh dkk (1970) pernah juga mencoba meng-
gunakan madu untuk pengobatan luka setelah pembedahan radikal pada karsinoma
vulva. Luka-luka itu ternyata secara bakteriologik menjadi steril dalam 3 — 6 hari
dan sembuh dengan cepat. Komplikasinya coma dehidrasi jaringan sekitarnya, yang
dengan mudah dapat diatasi dengan kompres cairan garam faali. Pengobatan dengan
cara ini dikatakan lebih efektif daripada penggunaan antibiotika yang mahal-mahal.
Dalam percobaan in-vitro madu memang berkhasiat bakterisidal terhadap banyak
macam bakteri, termasuk Streptococcus beta-hemolytious, Staphylococcus coagulase
positif, Proteus mirabilis, E coli. dan Candida albicans.
Madu juga telah digunakan untuk pengobatan luka-luka yang terinfeksi pada
kasus-kasus obstetri-ginekologi 4 tahun ini dengan hasil yang memuaskan.
Tapi diingatkan, prinsip-prinsip ilmu bedah tak boleh dilupakan. Toilet luka perlu
dilakukan dan semua kantong-kantong nanah mesti dibuka. Setelah semua itu dila-
kukan, pengolesan madu akan mempercepat proses penyembuhan.

PJ Armon. Tropical Doctor 1980; 10:91

60 Cermin Dunia Kedokteran No. 25, 1982


RALAT : Penggunaan dan Penggunasalahan Statistik dalam Percobaan Klinik.
Oleh : Dr Arini Setiawati

Karena kesalahan teknis, hasil setting (proof) naskah ini "lolos" dari bagian koreksi sehingga banyak
salah cetak yang sangat mengganggu, untuk itu Redaksi mohon maaf.

Halaman Kolom Baris ke (dari Tercetak Seharusnya


atas/bawah)
10 3 (bawah) Annuals Annals
10 Tabel 1, kolom 5 1 (atas) Keputusan Kepustakaan
11 Ket. Gambar 1 2 (atas) dna dan
11 - „- 2 (atas) obat II, C2 Obat II,
- „- 3 (atas) — C1 = perbedaan C2 — C1 = perbedaan
11
12 Kiri 10 (atas) monogram nomogram
12 Kiri 19 (atas) keadaan perbedaan
12 Kiri 10 (bawah) 13 `I 0,50% Q ~ 0,50
12 Kiri 4 (bawah) monogram nomogram
12 Ket. Gambar 2 1 (atas) Monogram Nomogram
12 - „- 6 (atas) pendahulu), pendahuluan),
- „- antara garis yang
12 4 (bawah) antara yang
- „- d/SD
12 3 (bawah) s/SD
13 Kiri 18 (atas) Bial Bila
13 Kiri 3 (bawah) negatif positif
13 Kanan 3 (atas) kelompok-kelompok kelompok-kelompok pengobat-
yang sebanding an/kontrol, dengan maksud
untuk memperoleh kelompok-
kelompok yang seban ding
13 Kanan 22 (bawah) penderita prognosis penderita dengan prognosis
14 Kiri 1 (atas) membendingkan membandingkan
14 Kiri 18 (bawah) ke luar negeri yang di ke luar kota. Hanya penderita
"drop" dan diperhitung- yang pindah ke luar negeri yang
kan statistik di "drop" dan perhitungan sta-
tistik
14 Kiri 6 (bawah) saja yang dapat dilakukan saja dapat dilakukan,
14 Kanan 9 (bawah) gejala-gejalanya segala-galanya
15 Kid 27 (atas) bernilai negatif suatu hal bernilai negatif — suatu hal
15 Kiri 7 (bawah) letak sesung- letak nilai rata-rata yang sesung-
15 Kanan 12 (atas) distolik sistolik
15 Kanan 7 (bawah) terjadi pada penulis terjadi penulis
16 Tabel 3, kolom 1 3 (bawah) Interval - Interval =
16 Tabel 3, kolom 2 5 (atas) tagori nominal tegori nominal
16 - „- antara 6 dan 7 — N 20—40 dan semua E / 5
(atas)
16 - „- 14 (atas) pada < 20% kotak pada <= 20% kotak
16 - „- 19 (atas) dan E < 5 dan ada E < 5
16 Tabel 3, kolom 3 8 (atas) katagori kategori
16 Tabel 3, kolom 5 8 (atas) beberapa minimal) berapa minimalnya)
17 Kiri 18 (atas) meskipun beberapa meskipun berapa
17 Kanan 5 (atas) yang besarnya yang sebenarnya
17 Kanan 13 (bawah) a (bates kemaknaan) nilai IX (batas kemaknaan)
Sambungan

Halaman Kolom Baris ke (dari Tercetak Seharusnya


atas/bawah)
17 Ket. Tabel 4 2 (atas) dalam %)*(40%) dalam %)*
17 Tabel 4, kolom 1 1 (atas) Nilai Nilai IX
18 Ket. Tabel 5 1 (atas) nilai yang sebenarnya nilai a yang sebenarnya
18 Tabel 5, kolom 1 1 (atas) Nilai Nilai Ct
-„- 2 (atas) Sebenarnya sebenarnya
18
18 Kiri 4 (atas) twe tea
18 Kiri 10 (bawah) pada kata yang pada kata yang
18 Kanan 3 (atas) wa variabel wa kedua variabel
18 Kanan 6 (atas) vanabel variabel
18 Kanan 19 (atas) saru satu
18 Kanan 21 (atas) rs rs
18 Kanan 24 (atas) "melihat scatter diagram" melihat "scatter diagram"
18 Kanan 27 (atas) olservasi observasi
18 Kanan 28 (atas) dara data
18 Kanan 30 (atas) mempuiurai mempunyai
18 Kanan 2 (bawah) dart aslinya data aslinya
19 Kiri 22 (bawah) diperhatikan diperlihatkan
19 Kiri 10 (bawah) regresinya digambarkan garis regresinya digambarkan
19 Kanan 18 (atas) perbedaan niali perbedaan nffai
19 Kanan antara 26 dan 27 satu spasi dua spasi
(atas)
19 Kanan 29 (atas) (mmHg,SEM,mg,ug/ml dll) (mmHg,mg,ug/ml dB)
20 Kanan 9 (atas) 5(85) 5(8%)
20 Kanan 13 (atas) tentunya tentu saja
20 Kanan 22 (atas) tian, secara ti, secara
20 Kepust. No 3 Jones 16 Jones IG
20 — „ — No 4 JAMA 1966;45: JAMA 1966;195:
20 — „ — No 7 Stastical Statistical
JAMA 197235:334-5. JAMA 1976;235:534-5.
20 —„— No 8 Ciro Res 1978; Circ Res 1978;
20 —„— No 9 Vive la diffence Vive la difference
21 —„— No 19 1978; IV:1789. 1978; iv:1789.
21 —„— No 20 XXIII The role XXIV , The role
21 —„— No 25 Scince 1980 ; Science 1980;
21 —„— No 33 Colguhoun D. Colquhoun D.
21 —„— No 38 J Lap Clin Med J Lab Clin Med
21 —„— No 40 Statistics and ethics Statistics : the problem
in medical research: collec- of examining accumulating
ting data more than once. data more than once.
21 —„— No 42 statistics in unethical statistics is unethical

You might also like