You are on page 1of 18

10jI l0l\l00

FlNblN0llN Vlk108 N\hIk


N00Flll Nlbl88lhI


0ll0:

ANDI ADNAN
70200108003

)I8IN kll01N h\8k1
lkIl1 llhI kll01N
INlVl8l1 llh Nlbl8l lI00lN hk8
20II

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb
Puji syukur kami haturkan kepada Allah swt. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tak lupa pula kami kirimkan salam dan shalawat
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW berkat beliau sehingga kita dapat berada pada
tempat yang terang dan berperadaban. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada dosen
kami karena telah menbimbing kami dalam penyelesaian tugas ini. Terima kasih pula pada
pihak-pihak daerah yang mendukung dan bersedia menjadikan daerahnya sebagai tempat
observasi ini.
Kami sadar bahwa apa yang kami lakukan dari makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk kebaikan
makalah kami selanjutnya.
Demikianlah makalh yang kami buat ini semoga dapat bermanIaat bagi semua orang.
Wassalamu alaikum wr.wb
Makassar, 04 april 2011

(ANDI ADNAN)




I.PENDAHULUAN

DAUR HIDUP NYAMUK
Nyamuk merupakan binatang yang sangat dibenci manusia. Berbagai cara pun ditempuh
untuk mengusir nyamuk bahkan dibunuh dengan berbagai cara. Meski demikian nyamuk tak
pernah putus asa untuk mengganggu manusia seperti juga syetan yang tak pernah puas dan terus
menerus mengganggu manusia. Tetapi yang lebih menyebalkan, nyamuk menjadi perantara
berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan kematian bagi manusia. Kita harus sadar
bahwa banyaknya nyamuk di sekitar kita sangat tergantung dari perilaku kita menjaga kesehatan
sehari-hari.oleh karena itu kita akan membahas dahulu daur hidup nyamuk.
Semua serangga termasuk nyamuk dalam daur hidupnya memiliki tingkatan-tingkatan
tertentu yang kadang-kadang tingkatan itu satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Semua
nyamuk mengalami metamorIosa sempurna (44209,-4,) mulai dari telur menjadi jentik
kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi dewasa. Jentik dan pupa hidup di air
sedangkan dewasa hidup di darat. Dengan demikian nyamuk dikenal memiliki 2 macam alam
kehidupan, yaitu kehidupan di dalam air dan kehidupan di luar air (darat/udara).

Nyamuk termasuk serangga yang melangsungkan siklus kehidupan di air. Kelangsungan
hidup nyamuk akan terputus apabila tidak ada air. Nyamuk dewasa akan meletakkan telurnya
dipermukaan air. Nyamuk mengeluarkan telur sebanyak 100-300 butir sekali bertelur dan
besarnya telur sekitar 5 mm. Setelah 1-2 hari telur itu menetas menjadi jentik yang sangat halus
seperti jarum. Selama periode jentik dalam pertumbuhannya akan berganti kulit selama 4 kali.
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik menjadi kepompong sekitar 8-10 hari
tergantung suhu, makanan dan spesies nyamuk. Setelah 8-10 hari maka jentik itu akan berubah
menjadi kepompong (pupa).

Kepompong merupakan tingkatan (stadium) istirahat dan tidak makan. Pada stadium ini terjadi
proses pembentukan alat-alat tubuh nyamuk dewasa seperti alat kelamin, sayap, dan kaki.
Tingkatan ini memerlukan waktu 1-2 hari. Setelah cukup waktu, kepompong akan berubah
menjadi nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan antara jantan dan betina dari alat
kelaminnya.
Nyamuk yang baru keluar akan terbang dan mencari darah untuk makanannya. Umur
nyamuk relatiI pendek dimana nyamuk jantan umummnya berumur kurang dari seminggu,
sedangkan nyamuk betina umurnya lebih panjang sekitar rata-rata 1-2 bulan. Nyamuk jantan
akan terbang di sekitar tempat perindukannya dan makan cairan tumbuhan yang ada
disekitarnya. Nyamuk betina hanya kawin satu kali untuk seumur hidupnya. Perkawinan
biasanya terjadi 24-48 jam setelah keluar dari kepompong. Makanan nyamuk betina yaitu darah,
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan telurnya.
B. JENIS JENIS NYAMUK
Secara umum klasiIikasi nyamuk dapat di golongkan ke dalam 4 golongan yaitu,Aedes
Anopheles Culex dan Mansonia.Masing masing memiliki berbagai spesies dan spesies tapi
dalam makalah ini kami akan membahas Anopheles dan terutama pada spesies Anopheles
Nigerrimus.








II. PEMBAHASAN
A. NYAMUK ANOPHELES NIGERRIMUS

Nyamuk anopheles nigerrimus merupakan atau termasuk dalam kelompok nyamuk
Anopheles Hyrcanus. Berikut adalah gambar Anopheles Nigerrimus :

Penamaan spesies ini pertarna kali dilakukan oleh Giles pada tahun 1900 (Rao 1981). Di
Indonesia spesies ini pertama kali ditemukan di Pulau Timor dan Buru olehBonne-
wepster clan Swellengrebel tahun 1953 (Harrison dan Scanlon 1975).Karakteristik
nyamuk dewasa An. nigemmus, dapat dibedakan dengan kelompok An hyrcanus lainnya
dengan terdapatnya gelang-gelang pucat pada tarsi kaki belakang yang berukuran sedang
dan gelang-gelang tersebut pada ruas tiga dan empat sama panjang atau kurang daripacia
ruas kelima. Pada sudut tergit ke VIII terdapat sedikit sisik sempit di antara rambut-
rambut serta pada bagian bawah dan atas koksa-tengah terdapat sisik pucat (0' Connor
dan Soepanto 1979).
Menurut HorsIall (1955) spesies ini terdapat di India,Thailan, Malaysia,Indonesia,
Cina timur dan Polinesia. Umumnya Iarva nyamuk ini tersebar luas dikolam air yang
dangkal, persawahan, rawa berpohon mata air, dan di genangan air yang terdapat
tumbuhan yang muncul ke permukaan air. Di wilayah Cina ditemukan di kolarn
pemandian, kolarn ikan, dan saluran irigasi yang berumput dan terendam air. Di Punjab
larva ditemukan di antara tumbuhan alam kolam yang ada bayangannya.
Di wilayah Cina nyamuk ini jarang memasuki penunahan dan kandang hewan. Di
India nyamuk betina jarang memasuki perurnahan tetapi terdapat banyak di kandang sapi.
Nyamuk betina menggigit manusia dan hewan lainnya yang memasuki wilayah
sarangnya pada siang yang berbayang atau sore hari. Manusia diyakini bukan merupakan
inang di India sebab dari 453 ekor yang tertangkap hanya ada 17 ekor ini yang
mengandung darah manusia. Hasil uji bedah perut pada 57 ekor nyamuk ini,menunjukkan
bahwa 75 nyamuk menyukai beristirahat di dalam rumah atau di kandang sapi. Dalam
laboratorium nyamuk yang diberi makanan lama hidup bervariasi antara 6 sampai 45
hari.

Di Thailand nyamuk ini senang beristirahat di kandang hewan dan di dalam
rumah serta menggigit binatang dan manusia,tetapi di Malaysia nyamuk inisenang
menggigit manusia (Harrison dan Scanlon 1975).Nyamuk ini hidup pada dataran rendah
dengan ketinggian di atas 300 meter dari pemukaan laut dan umumnya pradewasanya
hidup pada perairan yang setengah terbuka dengan tumbuhan serta tumbuhan yang
mengapung serta terdapat bayangan yang sedang (Harrison dan Scanlon 1975).

Nyamuk ini pemah ditemukan pada ketinggian 1800 meter di atas permukan laut
yaitu di daerah India bagian timur (Rao 1981).Nyamuk betina yang kenyang darah dan
bunting meletakkan telurnya pada permukaan air yang sesuai dengan kualitas perairan
yang dibutuhkan dan biasanya bertelur pada malam hari. Telur diletakkan secara tunggal
dan mengapung di permukaan air karena mempunyai alat pengapung pada kedua sisinya.
Ukuran telur berkisar antara 0,4 -0,6 mm sedangkan panjangnya bervariasi tergantung
kepada jenis nyamuknya (Sandosham 1965). Telur yang baru keluar berwarna putih
karena endokhorion bersiIat transparan, tetapi dalam kondisi normal wama ini dengan
cepat berubah menja& hitam (Bates 1970).Selama ini Anhopeles nigerrimus merupakan
vektor utarna malaria di SumateraSelatan dan Sulawesi Selatan. Sedangkan di
wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, 1ambi, Bengkulu, Lampung,
Kalimantan dan Sulawesi Tenggara, sebagai vektor malaraia dan Iilariasis.

B. HABITAT LARVA ANOPHELES NIGERRIMUS dan HAL HAL
YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN LARVA

Habitat larva nyamuk dipengaruhi oleh Iaktor suhu air, konsentrasi ionhidrogen,
kekeruhan, kedalaman, Ilora dan Iauna air.
1 Suhu Air
SaIah satu karakteristik tempat perindukan yang mempengaruhi metabolisme,
perkembangan perturnbuhan, adaptasi dan sebaran geograIis larva nyamuk adalah suhu
air.Menurut Ward (1992) suhu air mempengaruhi metabolisme,suhu perkembangan dan
pertumbuhan kehidupan serangga air. Peningkatan 1OC cukup untuk meningkatkan
kecepatan angka metabolisme, rata-rata konsumsi oksigen dan pengeluaran karbon
monoksida sebesar 10 . Pengaruh peningkatan suhu juga terhadap perkembangan dan
proses biologi seperti adanya peningkatkan gerakan bernaIas, darah, kegiatan
enzim.Menurut WHO (1982) larva nyamuk mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
sebarannya dibatasi oleh suhu. Larva An. maculipennis spesies detak jantung dan ritme
sirkulasi yang berasal dari daerah tropis akan mati di atas permukaan air yang
dingin,sedangkan larva An claviger dan An. plumbeus yang berasal dari daerah subtropis
masih bergerak secara aktiI pada suhu 0 OC dan bertahan di dalam kantong air yang
mengandung es.Menurut Bates (1970) suhu air berpengaruh juga terhadap perkembangan
larva nyamuk. suhu air tempat perindukan memegang salah satu peranan penting dalam
survival, distribusi dan pertumbuhan larva An.. Seperti A n subpictus hidup di air pada
suhu diatas 30 O C, An claviger pada suhu 22 - 30 O C dan An. cruzii pada suhu di
bawah 22 OC. Macan (1963) mengatakan bahwa setiap spesies nyamuk memiliki sebaran
geograIis yang dibatasi oleh ketinggian permukaan tanah seperti larva A n stephensi dan
An. Pulcherimus yang melimpah di daratan endapan yang berlurnpur di Irak, sebaliknya
ada sedikit sebaran koloni An. pulcherimus di pegunungan dan An. superpictus di
wilayah endapan delta sungai.Rao (1981) menjelaskan beberapa hal tentang pengaruh
suhu terhadap kehidupan larva Anopheles. Yaitu
a). Larva Anopheles seperti An.Nigerrimus dan beberapa jenis lainnya tidak dapat hidup
bertahan pada suhu ekstrim tinggi,
b) kecepatan perturnbuhan larva akan lebih cepat pada suhu air yang lebih panas dan
akan lebih lambat pada suhu rendah. An. minimus pada suhu 30 - 35 OC telurrnenetas
&dam waktu dua hari, pada suhu 25' C 2,5 hari, pada suhu 20' C 3,5 hari dan pada suhu
16 'C 7 hari.Macan ( 1963) menemukan suhu 1 8OC merupakan suhu yang paling rendah
yang dibutuhkan oleh larva nyamuk di daerah tropis, sedangkan suhu 36 OCselarna dua
bulan berturut-turut dapat mematikan semua larva nyamuk tropis. Macan juga
menyatakan bahwa suhu air di danau-danau Indonesia berkisar antara 21.4 - 3 1.4 O .
Pada umumnya suhu air kolam di daerah tropis di Tanganyika berkisar antara 23.3 OC-
29,5 OC. Menurut Bates (1970) pada umumnya larva &an mati terbunuh di bawah suhu
air yang beku, d m melahkan proses hibernasi seperti An. claviger yang ditemukan di
danau yang berlapiskan es. Selain nyamuk Wyeomia smihtii yang berhibemasi didalam
balok-balok es, larva nyamuk Aedes aegypti dapat bertahan hidup pada suhu air di bawah
minus 2 terpapar lebih dari I 1jam.Menurut Bates (1970) titik suhu air yang mematikan
bagi insuloeIorum adalah 40 C , An. minimus 41 AnO OC selama 2 - 10 jam, tetapi &an
mati jika ' C, An. hyrunus 40 43 C, An. barbirostris 43.5 O C, An. culiciIacies 44 O C,
dan An. vagus 44.5- 45 O C.
2. Konsentrasi ion hydrogen
Karakteristik tempat perindukan yang mempengaruhi sebaran,perkembangan,
perturnbuhan, adaptasi dan sebaran geogrIis larva nyarnuk adalah konsentrasi ion
hidrogen air. Larva nyamuk terbagi menjadi asidoIilik dan alkalinoIilik, hanya sedikit
spesies larva nyamuk berada pada daerah netral. Menurut Bates (1970) di wilayah
Amerika serikat ada tiga spesies Anopheles memperlihatkan beberapa perbedaan jarak
konsentrasi pH.
Umurnnya An. cruscian rnenyukai tempat perindukan yang berpH rendah,sementara An.
punctpennis urnurnnya ditemukan dalam air y h g berpH tinggi dan spesies yang ketiga
An. quadrimaculatus berada di daerah netral.Russel et al. (1963) menyatakan bahwa pH
diyakini merupakan Iactor yang berpengaruh &lam menentukan sebaran populasi larva
nyamuk.
Namun beberapa hasil pengamatan konsentrasi pH di tempat
perindukan,menunjukan adanya beberapa spesies larva nyamuk yang memiliki variasi pH
dengan toleransi yang cukup lebar.Menurut Bates (1973) beberapa penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui eIek konsentrasi ion-Hidrogen pada tempat perindukan
nyarnuk. Sebagian besar kolam, rawa-rawa dan sungai adalah tempat perindukan spesies
larva Anopheles yang asidoIilik. Meskipun begitu, kadang-kadang spesies yang asidoIilik
ditemukan pada air beralkali, begitu juga sebaliknya.
3. Kekeruhan air
Kekeruhan disebabkan oleh pertumbuhan plankton atau masuknya zat-zat yang
tidak tersuspensi, yang sangat bervariasi dengan adanya sirkulasi musim. Menurut Ward
(1992) air yang memiliki kekeruhan memiliki konsentrasi zat-zat padat.Tingkat
kekeruhan yang berlebihan akan mengakibatkan perubahan tubuh serangga air yaitu,
terjadinya abrasi epitel saluran pernapasan, menurunnya Irekuensi makan, tersurnbatnya
Alat pernapasan, terpaparnya keracunan, berkurangnya penglihatan, sedangkan di
lingkungan air terjadi hambatan dalam hal, berkurangnya penetrasi penglihatan,
berkurangnya produkasi primer, berubahnya strukhr tropik, berubahnya kondisi panas,
menurunnya kandungan oksigen, berubahnya interaksi predator dan prey dan berubahnya
kompetensi antara spesies.
4. Flora air
Fungsi Ilora air untuk larva di kolam maupun rawa-rawa adalah sebagai tempat
perlindungan, makanan, dan penghambat pertumbuhan larva.Fungsi utama Ilora air &ah
Quadrimaculatus sebagai tempat perlindungan. An.Nigerimus dan bebarapa jenis lainnya
lebih menyukai jenis tanaman yang mengapung seperti terdapat di antara cabang Azolla
dan Lemna,. sedangkan An. Darling tumbuhan Eichhornia azerea yang tumbuh
mengapung di antara rimbunan tumbuhan sungai dan tumbuhan Pistia stratiopes (Russel
et al. 1963). Rao (1981) menjelaskan bermacam-macam jenis organism uniseluler di
perairan, terutama genus Diatomae sebagai plankton yang merupakan makanan bagi larva
dalam perkembangannya. Bates (1970 ) mengatakan mikroorganisme diantara komunitas
larva nyamuk merupakan sumber makanan.
Pembedahan perut larva nyamuk An. ternyata penuh dengan genus Diatomae dan
alga uniseluler. An. superpictus berasosiasi dengan tumbuhan dan alga hijau dan alga
hijau bim, sedangkan larva An. Nigerrimus (Hyrcanus)berkumpul di antara tumbuhan air
yang muncul dipermukaan air. Larva An.pulcherimus bertempat perindukan dengan
tumbuhan yang muncul ke permukaan air dan adanya Alga hijau birn Adanya tumbuhan
Ceratophylum damnosum merupakan ciri ekologi dari larva An. pharaoensis, An.
squamosus, An. Iwnetus dan An. symesi di AIrika. Menurut Bates (1970) Ilora air dapat
juga berIungsi sebagai penghalang dalam kehidupan larva. Ada tiga kelompok tumbuhan
air yang dapat mencegah terjadinya tempat perindukan.
a. Tumbuhan air yang rapat clan tertutup menyebabkan tidak adanyatempat terbuka bagi
larva nyamuk untuk bernapas, seperti Azzola,WolIa, Anacharis, dan Trapa.
b. Tumbuhan yang bekerja sebagai perangkap yang menyebabkan baik nyamuk dewasa
dan stadium lmanya tidak dapat berkembang biak seperti Urticularia.
c. Tumbuhan yang mengeluarkan racun seperti Chara.
. Plankton.
Selain beiIugsi sebagai sumber makanan larva, plankton bermanIaat juga sebagai
Iaktor pembatas kepadatan larva, karena keberadaan plankton mempengaruhi juga
karakteristik Iisik dan kimia air kolam. Tetapi Larva nyamuk ini dipengaruhi juga oleh
mikrorganisme yang tidak berbentuk plankton seperti alga yang berperan juga sebagai
makanan plankton. Menurut Russel et al. (1963) larva Anopheles dapat mencerna apa
saja jika ukurannya cukup kecil sesuai dengan dengan mulutnya. Makanan larva antara
lain alga uniseluler, Flagelllata, Czliata, Rhizophora, baik Zooplankton maupun
Phytoplankton dan tumbuhan lain yang hidup di atas permukaan air. Pada kondisi di
kolam larva nyamuk sangat tergantung kepada keberadaan plankton yang berperan
sebagai makanannya. Alga yang berkloroIil seperti Diatomae dan Desmidae merupakan
kebutuhan yang paling mendasar. Materi organik yang dihasilkan oleh hancuran sel
hewan dan tumbuhan merupakan makanan larva nyarnuk, juga berbagai produk sekresi
organisme hidup, bakteri saproIit berguna juga sebagai makanan larva nyamuk.Kehadiran
desmid bertanggung jawab adanya larva A n cruczans dan ketidak adaan An.
quadrrmaculutus dan An punctipennis.

. Predator larva nyamuk
Keberadaan larva nyamuk dipengaruhi oleh adanya Iauna air terutama yang berIhgsi
sebagai predator.Menunrt WHO (1975)dari catatan yang ada, musuh alarni nyamuk
meliputi predator avertebrata dm vertebrata, vim, bakteri, protozoa, cacing dan jarnur.
Musuh alami bersarna-sama dengan Iaktor pembatas merniliki peranan yang penting
dalarn menyeimbangkan kepadatan larva nyarnuk untuk rnencegah terjadinya ledakan
populasi. WHO (1975)menyatakan jenis - jenis ikan yang dikenal sebagai predator adalah
Gambusia aIinis, Poecilia reticulata, Oreochromis mossambica, 0. maciochei, 0. zilli, 0.
melanopleura, Cyprinus carplo, Xiphophorus maculatus, Carrassius juratus,
Nothobranchius guentheri, Cynolebies helloti, C. longatus, Anabas scandens, Aplochelius
panchax, Aplochelius sp., Aphanius, Valencia sp., Orizies sp.. Chela, Rasbora, Barbus,
Puntius, Brachydanio, Osteobrama, Hemirhampus, Dermogenys, dun Macropodus. AriIin
( 1989 ) melaporkan bahwa ikan gapi ( Poecilia reticulata ) memililu kemampuan
menjadi predator larva An. aconitus dalam waktu 24 jam rata - rata rnampu memangsa
87,s ekor larva/hari, kemarnpuan akan menurun jika ditambahkan makanan lain. Adapun
Winarno ( 1989 ) melaporkan bahwa ikan kepala hitam ( A . panchax ) memangsa larva
An aconitus rata rata 119,4 ekorhari dan ikan ini mampu menembus sela - sela rumpun
padi yang merupakan mikrohabitat yang disenangi larva ini.Menurut Ward (1992)
predator insekta antara lain kumbang air Gyrinus spp. yang menyelam di bawah
permukaan air. Pada wilayah kolam terdapat serangga air yang bergerak dengan berenang
(nekton) dan dapat bersiIat memangsa !ma nyamuk antara lain Notonectidae, Corixidae,
dan Belostomatidae.Menurut WHO (1975) laba-laba dapat membunuh nyamuk,
murnnya berada dl wilayah yang ada tumbuh-turnbuhan tempat laba-laba membuat
sarang di samping atau di dekat kandang. Di wilayah tropis toke (Gecko gecko), burung
walet dan kelelawar membunuh sejumlah besar nyamuk dewasa. Reptilia dan Arnphibia
dapat memangsa larva nyamuk. Menurut Russel et al. (1963) katak kecil Pelomedusa
galeata memangsa larva Aedes aegypti secara rakus di tempat penampungan air di Sudan.
Xenopis elivii dengan berat badan hanya 5 gram dapat menghabiskan 100 ekor larva
dalam waktu 24 jam. Katak Scaphious hammondii memangsa sejumlah besar larva An.
pseudopunctipennis dan Ae. aegypti.

.Bagian-Bagian tubuh Anopheles Nigerrimus
Di bawah ini kita dapat melihat gambar bagian- bagian tubuh dari nyamuk anopheles
nigerrimus..


Ket : Bag. Thorax lateral


Ket : dorsal Kepala - punggung


Ket: Bag.kepala - lateral


Ket :Thorax punggung








Ket :Wing ( sayap ),di punggung
O Abdomen - punggung


Ket : O Abdomen - punggung




Ket : Abdomen - lateral



Ket : Foreleg Kaki depan


Ket : Midleg ( kaki tengah )



Ket : Hindleg ( kaki belakang )


Ket :Hindtarsi
















III. KESIMPULAN
1. Nyamuk Anopheles Nigerrimus merupakan termasuk dalam kelompok nyamuk
anopheles Hyrcanus
2. Di Indonesia spesies ini pertama kali ditemukan di Pulau Timor dan Buru olehBonne-
wepster clan Swellengrebel tahun 1953 (Harrison dan Scanlon 1975).
3. Menurut HorsIall (1955) spesies ini terdapat di India, Malaysia,Indonesia, Cina timur dan
Polinesia.
4. Umumnya Iarva nyamuk ini tersebar luas dikolam air yang dangkal, persawahan, rawa
berpohon mata air, dan di genangan air yang terdapat tumbuhan yang muncul ke
permukaan air.
. Di Indonesia Selama ini Anhopeles nigerrimus merupakan vektor utarna malaria di
SumateraSelatan dan Sulawesi Selatan. Sedangkan di wilayah Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Riau, 1ambi, Bengkulu, Lampung, Kalimantan dan
Sulawesi Tenggara,











IV. DAFTAR PUSTAKA

Bates, M. 1970. The Natural History oI Mosquitoes Gloucester. Moss Pete Smith. New York.

Fakultas Perilcanan IPB. 1998. Pedoman pemeriksaan Plankton. Bogor.
Garcia, C. 1964. Distribution por estados de 10s anoIelinos de Venezuela. Bul InIorm. Direcc.
Malarial. Seneam. Amb. 4:80-83.
GundelIinger, B.F., C.H. Wheeling, J.C. Lien, S Atrnosoedjono, dan C.H.
Simanjuntak. 1975. Observations on malaria in Indonesian Timor. Am.
J. Trop. Med. Hyg. 24:395396.
Hamon, c J., J.P. ndam, M. Holstein, A. Rickenbach, J. Brengues, R. Subra, S.
Sales, dan M.Eryaud. 1966. Contribution a l'etude de la repartition des
Anopheles en AIn'que occidentale. Cashier ORSTOM, Ser. Entomol.
Med. 4: 13-70.
Harison, B. A. dan J. E. Scanlon. 1975. Contributions oI the American
Entomological Institute. Med. Ent. Stud.
HorsIall, W.R. 1955. Mosquitoes their bionomic and relation to disease. The
Ronald Press Company. New York.
Jung, R.K. 1979. Malaria control programme in Sulawesi, Maluku and Nusa
Tenggara Indonesia Doc.WHO/SEA/MaY121.

You might also like