You are on page 1of 38

1

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Salah satu masalah pembangunan yang mendesak untuk dipecahkan oleh
pemerintah negaranegara yang sedang berkembang adalah bagaimana mencipta
kan kesempatan kerja bagi rakyat mereka, khususnya yang hidup di daerah
pedesaan yang merupakan mayoritas dari penduduk negaranegara tersebut.
Jumlah penduduk pedesaan yang terus meningkat, pemilik tanah yang tidak
merata, dan pembangunan nasional negaranegara tersebut yang mempunyai bias
kota tinggi, menimbulkan masalah pengangguran yang kentara maupun terselu
bung yang besar dalam masyarakat pedesaan negaranegara sedang berkembang.

rah pembangunan Indonesia jangka panjang memprioritaskan pada
peningkatan pembangunan sektor industri. gar industri tumbuh dengan cepat dan
dinamis sekarang dan yang akan datang, maka industrialisasi harus mengutama
kan 'peningkatan eIisiensi dan 'nilai tambah yang berdaya saing pasar tinggi,
serta dapat membuka peluang sebesarbesarnya bagi partisipasi rakyat dalam
kegiatan industri sampai ke daerahdaerah pedesaan.



Salah satu wujud dari pengembangan industrialisasi yang dimaksud adalah
dengan mengembangkan perusahaan yang sudah ada terutama perusahaan yang
berskala kecil menengah (UKM), termasuk berskala mikro, karena sektor inilah
yang bisa lebih banyak memberikan kesempatan kerja bagi rakyat kelompok
menengah kebawah sebagai kelompok yang jumlahnya terbesar, di mana sebagian
besar dari mereka ini hidup dan mencari penghidupan di daerahdaerah pedesaan.

Industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan ekonomi yang
dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.
Industrialisasi merupakan proses perubahan struktur ekonomi dari struktur
ekonomi pertanian atau agraris ke struktur ekonomi industri. Tidak dapat
dipungkiri bahwa industrialisasi memberikan dampak yang positiI bagi
perekonomian di Indonesia, dengan kata lain sektor industri manuIaktur muncul
menjadi penyumbang nilai tambah yang dominan dan telah tumbuh pesat
mengimbangi laju pertumbuhan sektor pertanian.

Thee (1993) mengemukakan bahwa pengembangan industri kecil adalah
cara yang dinilai besar peranannya dalam pengembangan industri manuIaktur.
Pengembangan industri berskala kecil akan membantu mengatasi masalah
pengangguran mengingat teknologi yang digunakan adalah teknologi padat karya,
sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang pada
gilirannya mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan.


Pentingnya industri, khususnya di negaranegara sedang berkembang sering
dikaitkan dengan masalahmasalah ekonomi dan sosial di negara tersebut seperti
tingkat kemiskinan yang tinggi, jumlah pengangguran yang besar terutama dari
golongan masyarakat berpendidikan rendah, ketimpangan distribusi pendapatan,
dan proses pembangunan yang tidak merata antara kota dan desa. Untuk itu, kebe
radaan atau pertumbuhan industri kecil diharapkan dapat memberi suatu kontri
busi positiI yang signiIikan terhadap upayaupaya penanggulangan masalah
masalah tersebut.

Dalam usaha percepatan pembangunan ekonomi industrialisasi merupakan
salah satu strategi yang dilakukan oleh Pemerintah. Proses industrialisasi yang
dilakukan di Indonesia sejak Pelita I telah menimbulkan terjadinya transIormasi
struktural. Perkembangan dan pertumbuhan secara sektoral mengalami perge
seran. walnya sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai kontribusi
besar. Seiring dengan berkembang pesatnya industrialisasi serta didukung kebija
kan dari pemerintah dalam mempermudah masuknya modal asing ke Indonesia
maka sektor manuIaktur ini mengalami peningkatan sehingga mulai menggeser
sektor pertanian.

Strategi industrialisasi yang banyak mengandalkan akumulasi modal dan
teknologi tinggi telah menimbulkan polarisasi dan dualisme dalam proses
pembangunan. Fakta menunjukkan bahwa sektor manuIaktur yang modern hidup
berdampingan dengan sektor pertanian yang tradisionil dan kurang produktiI.


Dualisme dalam sektor manuIaktur juga terjadi antara industri kecil dan kerajinan
rumah tangga yang berdampingan dengan industri menengah dan besar.

Industrialisasi memiliki peran strategis untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan meningkatkan produksi Iisik
menghemat devisa, mendorong pembangunan daerah, meningkatkan dan merata
kan pendapatan masyarakat serta mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.

Menurut Mudrajat Kuncoro (2007 : 364), Pengembangan industri kecil
adalah cara yang dinilai besar peranannya dalam pengembangan industri
manuIaktur. Pengembangan industri kecil akan membantu mengatasi masalah
pengangguran mengingat teknologi yang digunakan adalah teknologi padat karya
sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang pada
gilirannya mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan.

Keadaan tersebut dapat dilihat di Provinsi Riau dimana sektor industri
semakin penting. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor industri terhadap
PDRB seperti dalam tabel 1.



%abel 1
Struktur PDRB Riau Menurut Lapangan Usaha (%anpa Migas)
%riwulan IV 2009 2010 dan 1anuari - Desember 2009 2010
(Persen)
Lapangan usaha 1rw lv 1rw lv 1 !anues !anues 1
1 erLanlan erkebunan eLernakan
kehuLanan dan erlkanan
7 16 66 17
erLambangan dan enggallan 1 6
lndusLrl engolahan 7
LlsLrlkCas dan Alr 8erslh 6 7
8angunan 6 7
6 erdagangan PoLel dan 8esLoran 1 11 1 1
7 engangkuLan dan komunlkasl 1 1
keuangan ersewaan dan !asa
erusahaan
1 71
!asa !asa 6 77 6
Dk8 10000 10000 10000 10000
N||a| Dk8 (kp M||yar) 4912764 S824800 17903732 214SS269
umber 8erlLa 8esml LaLlsLlk rovlnsl 8lau no $$1$1hxll 7 lebruarl 11

Dari tabel 1, sektor industri memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi
PDRB Provinsi Riau sehingga sektor ini tidak bisa diacuhkan begitu saja. Jumlah
sumbangan sektor Industri ini cukup besar, hanya beberapa persen dibawah
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan terhadap PDRB
Provinsi Riau daripada sektor lainnya. Jadi, peranan industri sangat besar terhadap
pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau.

6

Dari segi ketenagakerjaan, sektor industri di Provinsi Riau memberikan
kontribusi yang tidak terlalu besar dalam hal penyerapan tenaga kerja, dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut ini :

Tu|! ?
Persentase Penduduk Berumur 15 %ahun Ke Atas yang Bekerja
Selama Seminggu yang lalu menurut Lapangan Usaha Utama
Lapangan usaha
enduduk 8erumur 1 1ahun ke ALas
lebruarl

AgusLus

lebruarl

AgusLus

lebruarl
1
1 erLanlan erkebunan eLernakan
kehuLanan dan erlkanan
67
erLambangan dan enggallan 1 6
lndusLrl engolahan S4 S3 49 S8 S4
LlsLrlk Cas dan Alr 8erslh
8angunan dan konsLruksl 6
6 erdagangan PoLel dan 8esLoran 17 176 1 1 1
7 engangkuLan dan komunlkasl 6 7
keuangan dan Asuransl 1 1 1 17
!asa !asa 1 1 1 1 171
Ium|ah 1 1 1 1 1
umber$source akernas 1$ 1he naLlonal Labor lorce urvey 1

Dari Tabel 2 di atas, maka dapat diketahui bahwa penyerapan tenaga kerja
disektor industri di Provinsi Riau bisa dibilang tidak mengalami peningkatan yang
berarti, apabila semakin berkembangnya sektor industri maka diharapkan juga
akan mempunyai dampak terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja.
7

Umumnya investasi pada industri kecil relatiI lebih kecil jika dibandingkan
dengan industri besar. Namun dengan investasi yang kecil itu, industri kecil
mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak daripada industri besar, sehingga
industri kecil mempunyai prospek yang lebih baik untuk dikembangkan sebagai
salah satu alternatiI industri yang diharapkan mampu menanggulangi masalah
ketenagakerjaan yakni sempitnya lapangan kerja yang ada.

Segi pengangguran di Provinsi Riau dapat dilihat tabel 3 :

%abel 3
Penduduk yang %ermasuk Angkatan Kerja, Bekerja, dan
%ingkat Pengangguran menurut Kabupaten/Kota,
Agustus 2009Agustus 2010
umber 8er|ta kesm| Stat|st|k rov|ns| k|au No 49]12]14]1h kI 1 Desember 2010


Dari Tabel 3 di atas, diketahui jumlah pengangguran mengalami kenaikan,
yaitu dari tahun 2009 jumlah pengangguran sebesar 193.505 naik menjadi
207.247, hal ini menandakan pengangguran di Provinsi Riau mengalami
peningkatan dari 8,56 menjadi 8,72 persen.

Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting
dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia.
Sementara itu belakangan ini banyak diungkapkan bahwa UKM memiliki peran
penting bagi masyarakat di tengah krisis ekonomi. Dengan memupuk UKM
diyakini pula akan dapat dicapai pemulihan ekonomi. Hal serupa juga berlaku
bagi sektor inIormal. Usaha kecil sendiri pada dasarnya sebagian besar bersiIat
inIormal dan karena itu relatiI mudah untuk dimasuki oleh pelakupelaku usaha
yang baru.

Pendapat mengenai peran UKM atau sektor inIormal tersebut ada benarnya
setidaknya bila dikaitkan dengan perannya dalam meminimalkan dampak sosial
dari krisis ekonomi khususnya persoalan pengangguran dan hilangnya pengha
silan masyarakat. Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara
berkembang belakangan ini memandang penting keberadaan. lasan pertama
adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga
kerja yang produktiI. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering
mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan


teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UKM memiliki
keunggulan dalam hal Ileksibilitas ketimbang usaha besar. (Kuncoro; 2000) juga
menyebutkan bahwa usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah
memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah
unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga.

Usaha kecil menengah (UKM) sebagaimana dimaksud dalam UU No.9
tahun 1995 dan Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha produktiI yang berskala
kecil dengan kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000, tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha. Dalam hal ini lembagalembaga keuangan
Iormal dan nonIormal sangat dibutuhkan perananya untuk mendorong pelaku
UKM untuk maju, pemerintah. Dorongan yang dibutuhkan tidak hanya dalam
aspek permodalan, tetapi juga dalam aspek pengembangan manajemen
pengelolaan usaha serta inIormasi pasar baik domestik maupun manca negara.
Untuk itu pelaku UKM memerlukan sokongan dari pemerintah agar dapat
bersaing dipasar global.

Dalam situasi dan kondisi ekonomi yang belum kondusiI ini, pengembangan
kegiatan usaha kecil dan menengah dianggap sebagai satu alternatiI penting yang
mampu mengurangi beban berat yang dihadapi perekonomian nasional dan
daerah. rgumentasi ekonomi belakangan ini yakni karena UKM merupakan
kegiatan usaha dominan yang dimiliki bangsa ini. Selain itu pengembangan
1

kegiatan UKM relatiI tidak memerlukan kapital yang besar dan dalam periode
krisis selama ini UKM relatiI tahan banting.

Seiring dengan berlakunya perdagangan bebas SEN 2003, sektor industri
memegang peranan penting dalam menstabilkan kondisi perekonomian domestik.
Perhatian secara khusus perlu diberikan kepada industri kecil menengah dengan
cara menciptakan ikilm usaha yang kondusiI agar dapat terus tumbuh dan
berkembang seiring dengan majunya industri besar. Hal ini sesuai dengan tujuan
pembagunan industri berdasarkan tujuan perekonomian dan kebijakan ekonomi
yaitu peningkatan pendapatan nasional, perluasan kesempatan kerja, pembagian
pendapatan secara merata, pengembangan industri serta penambahan jumlah
tenaga kerja. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang berpengaruh
penting. Kontribusi dari sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi
Riau rata-rata setiap tahunnya juga mengalami peningkatan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melihat adanya pengaruh industri
UKM tersebut terhadap pertumbuhan sektor industri di Provinsi Riau. Untuk itu
penulis meneliti dan mempelajarinya dalam bentuk skripsi yang berjudul
Pengaruh Perkembangan Industri UKM %erhadap Penyerapan %enaga
Kerja Provinsi Riau.

11

B. Perumusan Masalah
Industri kecil mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis bagi
perekonomian suatu daerah, karena keberadaannya banyak memberikan manIaat
dalam penyerapan tenaga kerja dan pengembangan ekonomi daerah. Berdasarkan
Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3 maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
seberapa besar pengaruh penyerapan tenaga kerja di sub sektor industri kecil di
Provinsi Riau.

. Ruang Lingkup Penelitian
Sesuai judul proposal ini, maka proposal ini membatasi permasalahan yang
akan dibahas, yaitu hanya mengenai industri kecil dan industri menengah yang
ada di Provinsi Riau. Ruang lingkup penelitian ini dibuat supaya pembahasan
penelitian tidak melenceng dari sebagaimana yang telah direncanakan.

D. %ujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Menganalisis besarnya pengaruh tingkat upah terhadap penyerapan
tenaga kerja pada industri kecil Provinsi Riau.
2. Menganalisis besarnya pengaruh tingkat biaya bahan baku terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industri kecil Provinsi Riau.
3. Menganalisis besarnya pengaruh tingkat nilai produksi terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industri kecil Provinsi Riau.
1

E. Manfaat Penelitian
ManIaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi para
pengambil kebijakan terutama Pemerintah Daerah Provinsi Riau, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau, dan Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi Riau dalam memecahkan masalah
perencanaan ketenagakerjaan dan pelaksanaan pembangunan daerah.
?. Sebagai bahan inIormasi dan reIerensi bagi pihak lain yang berkepen
tingan dengan penelitian ini.

1

BAB II
ANGGAPAN DASAR DAN HIPO%ESA

A. Anggapan Dasar

1. Industri Kecil
Industri kecil merupakan semua perusahaan yang melakukan kegiatan
mengolah barang dasar atau setengah jadi atau barang yang kurang nilainya
menjadi barang yang tinggi nilainya.

Menurut BPS, industri kecil adalah industri yang menggunakan tenaga
kerja antara 5 19 orang. Disperindag mendeIinisikan industri kecil sebagai
suatu kegiatan usaha industri yang memiliki nilai investasi sampai dengan
200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha (Kep
Memperindag No. 254/MPP/Kep/97, tanggal 28 Juli 1997).

Kamar Dagang dan Industri (KDIN) mendeIinisikan industri kecil
sebagai sektor usaha yang memiliki aset maksimal 280 juta, tenaga paling
banyak 300 orang dan nilai penjualan dibawah 100 juta rupiah. Sedangkan
Koperasi mendeIinisikan berdasarkan kriteria omset usaha tidak lebih dari 2
1

milyard dan kekayaan (tidak termasuk tanah dan bangunan) tidak lebih dari
600 juta rupiah.
Walaupun banyak deIinisi mengenai industri kecil namun industri
kecil mempunyai karakteristik yang hampir seragam. Karakteristik industri
kecil adalah sebagai berikut (Mudrajat Kuncoro, 1997 : 108-109).

1. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi
dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh orang perorang
yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola usaha serta
memanIaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat di kotanya.
2. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit
Iormal sehingga mereka cenderung mengatasi pembiayaan usaha dari
modal sendiri atau sumbersumber lain seperti keluarga, kerabat,
pedagang dan bahkan rentenir.
3. Sebagian industri kecil ditandai dengan belum dipunyainya status
badan hukum.
4. Ditinjau menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga
bagian seluruh industri kecil bergerak pada kelompok industri
makanan, minuman dan tembakau (ISIC 31), indsustri tekstil (ISIC
32), industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk
perabot rumah tangga (ISIC 33) masing-masing berkisar antara 21
sampai 22 perusahaan dari seluruh industri kecil yang ada. dapun
yang bergerak pada kelompok usaha industri kertas (ISIC 34) dan
1

kimia (ISIC 35), diikuti kelompok industri barang galian bukan logam
(ISIC 36)

Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh industri kecil (Tulus
Tambunan, 1997 : 112-113 ) adalah sebagai berikut :

1. Sangat padat karya dan persediaan tenaga kerja di Indonesia masih
sangat banyak, mengikuti laju pertumbuhan penduduk dan angkatan
kerja yang ratarata pertahun sangat tinggi, sehingga upah minimum
tenaga kerja khususnya dari kelompok berpendidikan rendah di
Indonesia masih relatiI murah dibandingkan dengan negaranegara di
kawasan sia dengan jumlah penduduk atau angkatan kerja yang
lebih sedikit.
2. Industri kecil di Indonesia masih lebih banyak membuat produk
produk sederhana yang tidak terlalu membutuhkan pendidikan Iormal
tinggi.
3. Industri kecil di Indonesia masih merupakan industri yang membuat
produkproduk yang bernuansa kultural seperti kerajinan dari kayu
dan rotan atau ukirukiran yang pada dasarnya merupakan keahlian
tersendiri dari masyarakat di masingmasing daerah.
4. Kegiatan industri kecil masih sangat agricultural based karena
mempunyai banyak komoditikomoditi pertanian yang dapat diolah
dalam skala kecil.
16

5. Pengusahapengusaha industri kecil lebih banyak menggantungkan
diri pada kemampuan sendiri atau pinjam dari sumber inIormal untuk
modal kerja dana industri.

Kelemahan industri kecil terutama dalam hal kemampuannya untuk
bersaing masih lemah, tidak hanya di pasar domestik terhadap produk
produk dari industri besar dan menengah atau impor tetapi juga di pasar
ekspor.


2. Fungsi Produksi
Produsen merupakan pihak yang mengkoordinasi berbagai input untuk
menghasilkan output. Seorang produsen dalam kegiatannya untuk
menghasilkan output menginginkan agar tercapai eIisiensi produksi. Dengan
kata lain produsen berusaha untuk menekan ongkos produksi yang
serendahrendahnya dalam jangka waktu tertentu. EIisiensi dalam suatu
proses produksi akan sangat ditentukan oleh proporsi masukan / input yang
digunakan serta produktiIitas masingmasing input untuk setiap tingkat
penggunaannya dan masingmasing rasio antara masukanmasukan Iaktor
produksi tersebut .

Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara Iaktor produksi
(input). Faktor produksi merupakan hal yang mutlak dalam proses produksi
17

karena tanpa Iaktor produksi kegiatan produksi tidak akan menggambarkan
teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan, suatu industri atau suatu
perekonomian secara keseluruhan. Disamping itu, Iungsi produksi juga
menggambarkan tentang metode produksi yang eIisien secara teknis, dalam
arti dalam metode produksi tertentu kuantitas bahan mentah yang digunakan
adalah minimal dan barang modal yang lainpun minimal. Metode produksi
yang eIisien merupakan hal yang sangat diharapkan oleh produsen.

Secara umum Iungsi produksi menunjukan bahwa jumlah barang
produksi tergantung pada jumlah Iaktor produksi yang digunakan. Jadi hasil
produksi merupakan variabel tidak bebas sedangkan Iaktor produksi
merupakan variabel bebas. Fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :

Q I ( X1 , X2 , X3 ..... Xn )

Dimana :
Q Output
X1 , X2 , .Xn Berbagai input yang digunakan

Dalam teori ekonomi, asumsi dasar mengenai siIat dari Iungsi
produksi adalah semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang
disebut : The Law oI Diminishing Returns. Hukum mengatakan bahwa bila
satu macam input ditambah penggunaannya sedang inputinput lain tetap
1

maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input
yang ditambahkan tadi mulamula menaik, tetapi kemudian seterusnya
menurun bila input tersebut terus ditambah.

Tambahan output yang dihasilkan dari penambahan satu unit input
variabel tersebut disebut Marginal Physical Product (MPP ) dari input
tersebut.

NPP =
A Q
A X1


Oleh sebab itu The Law oI Diminishing Returns sering pula disebut
The Law oI Diminishing Marginal Physical Product. Jadi menurut hukum
ini,
A Q
A X1
(inputinput lain tetap) mulai dari tertentu akan terus menurun.
Demikian pula
A Q
A X2
(inputinput lain tetap) akan menurun mulai dari titik
tertentu.
Demikian pula :

A Q
A X3
,
A Q
A X4
.......
A Q
A Xn


Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukan
tingkat produksi total (Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel
(inputinput lain dianggap tetap) TPP I (X) atau Q I (X).
1


Kurva Marginal Physical Product (MPP) adalah kurva yang
menunjukan tambahan (kenaikan) dari TPP yaitu ATPP atau AQ yang
disebabkan oleh penggunaan tambahan satu unit input variabel.
MPP x
ATPP
AX

AQ
AX

dI(X)
dX


Kurva verage Physical Product (PP) adalah kurva yang menun
jukkan hasil ratarata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggu
naan input tersebut.
PP =
TPP
X
=
Q
X
=
f(X)
X

Secara graIik hubungan antara kurvakurva TPP, MPP dan PP
adalah sebagai berikut :

Kurva 1
Hubungan antara, %PP ,
MPP dan APP



9|921u2 antara ketiga kurva tersebut ditandai oleh :
1. Penggunaan input X sampai pada tingkat dimana TPP cekung ke
atas (O sampai ) maka MPP menaik demikian pula PP.
2. Pada tingkat penggunaan X yang menghasilka TPP yang menaik
dan cembung keatas (antara dan C) MPP menurun.
3. Pada tingkat penggunaan X yang menghasilkan TPP yang
menurun, maka MPP negatiI.
4. Pada tingkat penggunaan X dimana garis singgung pada TPP
persis melalui titik origin B, maka MPP PP maksimum.


3. Permintaan %enaga Kerja
Permintaan tenaga kerja berarti hubungan antara tingkat upah dan
kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan,
ini berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang
membeli barang karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada si
pembeli. Sementara pengusaha mempekerjakan seseorang karena mempro
duksikan barang untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Oleh karena
itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari
kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksinya. Permin
taan tenaga kerja seperti itu disebut 'derived demand. Permintaan tenaga
kerja dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan IaktorIaktor
lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi.
1

. Perubahan tingkat upah
Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya
produksi perusahaan. pabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik
maka akan terjadi `

a) Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan,
yang selanjutnya akan meningkat pula harga per unit barang yang
diproduksi. Biasanya konsumen akan memberikan respon yang cepat
apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi
atau bahkan tidak lagi mau membeli barang yang bersangkutan.
kibatnya banyak produksi barang yang tidak terjual, terpaksa
produsen menurunkan jumlah produksinya, mengakibatkan ber
kurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan Penurunan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi
disebut eIek skala produksi atau 'scale eIIect.
b) pabila upah naik maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan
teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan
kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang modal
seperti mesin dan lainlain Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibu
tuhkan karena adanya pergantian atau penambahan penggunaan
mesinmesin disebut eIek subtitusi tenaga kerja atau 'subtitution
eIIect.



Baik eIek skala produksi maupun eIek subtitusi akan menghasilkan
suatu bentuk kurva permintaan tenaga kerja yang mempunyai slope negatiI
seperti tampak pada kurva dibawah ini :

Kurva 2
Kurva Permintaan %enaga Kerja


?. uktoIaktor lain yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja :
a) aik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari
perusahaan yang bersangkutan. pabila permintaan hasil pro
duksi perusahaan meningkat, produsen cenderung untuk
menambah kapasitas produksinya. Untuk itu produsen akan
menambah penggunaan tenaga kerjanya. Keadaan ini mengaki
batkan kurva permintaan tenaga kerja tergeser kekanan. Meng
gesernya kurva permintaan tenaga kerja ke kanan menunjukan
bahwa jumlah tenaga kerja yang diminta adalah bertambah besar
pada semua tingkat upah berlaku .


b) arga Barang barang Modal. pabila harga barangbarang
modal turun, maka biaya produksi turun tentunya mengakibat
kan pula harga jual per unit barang akan turun. Pada keadaan ini
produsen cenderung untuk meningkatkan produksi barangnya
karena permintaan bertambah besar. Disamping itu permintaan
akan tenaga kerja dapat bertambah besar karena peningkatan
kegiatan perusahaan. Keadaan ini menyebabkan bergesernya
kurva permintaan tenaga kerja kekanan.

Kurva 3
Kurva Permintaan %enaga Kerja akan bergeser ke kanan karena
peningkatan jumlah produksi


u kurva permlnLaan Lenaga ker[a pada
LlngkaL harga barang modal yang relaLlf
Llnggl

u1 kurva permlnLaan Lenaga ker[a karena
adanya pengaruh skala produksl



0k kedua yang akan terjadi apabila harga barangbarang
modal naik adalah eIek subtitusi. Keadaan ini dapat terjadi karena
produsen cenderung menambah jumlah barangbarang modalnya
(mesinmesin) sehingga terjadi kapital intensiI dalan proses produksi.
Jadi secara relatiI penggunaan tenaga kerja adalah berkurang. Hal ini
menyebabkan kurva permintaan tenaga kerja akan bergeser kekiri.

Kurva 4
Permintaan %enaga Kerja bergeser ke kiri karena efek subtitusi


. Permintaan Tenaga Kerja Jangka Pendek
Permintaan tenaga kerja diturunkan dari Iungsi produksi jangka
pendek. Fungsi produksi jangka pendek dimana hanya tenaga kerja yang
dianggap sebagai Iaktor produksi variable (jumlah jam kerja berubah) sesuai
dengan tingkat produksi perusahaan, sedangkan Iaktor produksi modal
dianggap tetap.


Setiap input tenaga kerja bertambah maka penerimaan makin
berkurang bagi perusahaan. Hal ini disebut eminishing return dalam
produksi. Jika unit tenaga kerja yang mempunyai marginal productivity
Labor (MPL) sama dengan nol, maka penggunaan tenaga kerja tidak akan
mendatangkan penerimaan bagi perusahaan. Schedule Value Marginal
Product (VMP) yang merupakan kurva permintaan tenaga kerja menunjuk
kan kecenderungan garis menurun.

Perusahaan yang menghendaki keuntungan maksimum akan memiliki
jumlah terbaik bagi tenaga kerja yang digunakan. Jumlah itu dalam
persaingan murni merupakan jumlah yang menjadikan VMP tenaga kerja
sama dengan upah karena upah merupakan biaya marginal bagi suatu unit
tenaga kerja. Perusahaan selanjutnya menyesuaikan jumlah tenaga kerja
yang digunakan dengan perubahan biaya tenaga kerja.

. Permintaan %enaga Kerja 1angka Panjang
Permintaan tenaga kerja dalam jangka panjang dimana Iactor modal
dan tenaga kerja untuk merespon perubahan harga, permintaan modal dan
teknologi. Hal ini penting dalam subtitusi modal dan tenaga kerja adalah
elastisitas permintaan tenaga kerja. Kenaikan biaya sangat besar penga
ruhnya pada berkurangnya permintaan tenaga kerja dalam jangka panjang
dari permintaan tenaga kerja jangka pendek diasumsikan ketika modal tetap.
6

Perubahan teknologi dan produktivitas secara terus menerus dalam
jangka panjang, akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk memproduksi unit produk.

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja
dalam jangka panjang. Kurva permintaan lebih elastis dari pada permintaan
jangka pendek. Permintaan tenaga kerja jangka pendek perusahaan dapat
menyesuaikan penambahan input yang terbatas karena modal tetap. Permin
taan tenaga kerja dalam jangka panjang dapat merubah tidak hanya tingkat
upah tetapi jumlah modal yang ada sehingga Ileksibel, hal ini dapat dilihat
dari tinggi atau rendahnya upah yang mengakibatkan kurva permintaan
dalam jangka panjang lebih sensitiI mengalami perubahan dalam tingkat
upah dari pada dalam permintaan jangka pendek.

5. %enaga Kerja
Tenaga kerja adalah daya manusia untuk melakukan pekerjaan.
Pengertian umum tersebut sesuai dengan pengertian tenaga kerja yang
dimuat dalam UndangUndang Pokok Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003
yaitu 'Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam
maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.

7

Sumber daya manusia mengandung dua pengertian : pertama, bahwa
sumber daya manusia adalah kualitas atau karakteristik yang perlu dimiliki
oleh seseorang untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, bahwa sumber
daya manusia menyangkut kelompok masyarakat yang mampu bekerja dan
memberi kontribusi terhadap perekonomian secara keseluruhan. Dengan
demikian pengertian sumber daya manusia mencakup aspek kuantitas dan
kualitas atau karakteristik manusia itu sendiri untuk melaksanakan proses itu
sendiri.

Tenaga kerja (manpower) adalah penduduk yang berumur 10 tahun
keatas, mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang
mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah atau
mengurus rumah tangga. Di Indonesia batas usia kerja minimum 15 tahun
(Undang Undang No.25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan% hingga
memasuki usia pensiun (50 tahun). Dengan demikian tenaga kerja di
Indonesia yang dimaksud sebagai penduduk usia 15 tahun dan penduduk di
bawah 15 tahun digolongkan sebagai bukan tenaga kerja. Pemilihan usia 15
tahun sebagai batas umur minimal berdasarkan kenyataan bahwa dalam
umur tersebut sudah banyak penduduk yang bekerja atau mencari pekerjaan
terutama di desa dan ataupun diperkotaan karena sulitnya perekonomian.

Tenaga kerja dikelompokkan menjadi angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Menurut BPS, yang dinamakan angkatan kerja adalah


penduduk usia kerja yang selama seminggu yang lalu mempunyai
pekerjaan, baik yang bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu
sebab, seperti pegawai sedang cuti. Disamping itu mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari atau mengharap pekerjaan juga
termasuk dalam angkatan kerja. Sedangkan yang dimaksud bukan angkatan
kerja adalah kelompok penduduk yang selama seminggu yang lalu
mempunyai kegiatan yang tidak termasuk dalam angkatan kerja.


B. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian dan melihat hasil penelitian
sebelumnya serta kerangka pemikiran teoritis tersebut, maka disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1. Diduga meningkatnya upah berpengaruh negatiI terhadap penyerapan
tenaga kerja pada industri.
2. Diduga meningkatnya biaya bahan baku berpengaruh negatiI terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industri.
3. Diduga meningkatnya nilai produksi berpengaruh positiI terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industri.



BAB III
ME%ODE PENELI%IAN


A. Definisi Operasional Variabel
1. Penyerapan Tenaga Kerja adalah sejumlah tenaga kerja yang bekerja
atau dipekerjakan oleh pengusaha konveksi dalam memproduksi
barang pada sektor industri kecil konveksi selama satu bulan dengan
satuan orang.
2. Upah adalah total biaya tenaga kerja yang dibayarkan oleh pengusaha
selama satu bulan diukur dalam satuan rupiah. Upah diproksi dengan
total biaya tenaga kerja yang dibayarkan oleh pengusaha dibagi jum
lah tenaga kerja disebut upah ratarata dalam satu bulan.
3. Biaya Bahan Baku adalah total biaya yang dikeluarkan oleh pengusa
ha untuk membeli bahan baku konveksi selama satu bulan diukur
dalam satuan rupiah.
4. Nilai Produksi adalah hasil akhir proses produksi pada industri. Dalam
penelitian ini nilai produksi dinilai dengan omzet penjualan pengusaha
yaitu jumlah produksi yang terserap di pasar atau produk total terjual
dikalikan dengan harga masing-masing produk dengan satuan rupiah
dalam satu bulan.


B. 1enis dan Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di Kota Pekanbaru yaitu
melakukan analisis IaktorIaktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja
pada industri kecil konveksi.

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
7k92..

Jenis data primer yang diperlukan untuk analisis penelitian ini meliputi :
1. Jumlah tenaga kerja yang terserap
2. Upah tenaga kerja tiap unit usaha
3. Nilai Produksi yang dihasilkan tiap unit usaha
4. Biaya Bahan Baku tiap unit usaha.
5. Data primer lainnya seperti data responden tentang usia, tingkat
pendidikan, pengalaman berusaha yang secara kualitatiI merupakan
data pelengkap dalam penelitian ini.

Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan untuk mendukung dalam
analisis penelitian ini meliputi :
1. Perkembangan industri kecil konveksi, akan digunakan data jumlah
unit usaha, jumlah nilai produksi dalam satu periode.
2. Sedangkan data sekunder penunjang lainnya antara lain didapatkan
dari Badan Pusat Statistik Propinsi Riau, Journal Ekonomi dan
1

Pembangunan, hasil penelitian dan laporanlaporan hasil penelitian
terdahulu dan publikasi ilmiah lainnya yang ada kaitannya dengan
penelitian.


. Metode Pengumpulan Data
Untuk kepentingan penelitian ini diperlukan data yang relevan dengan
permasalahannya. Karena itu data yang dikumpulkan bersiIat kuantitatiI dan
kualitatiI. Data kuantitatiI dikumpulkan berdasarkan teknik wawancara.
Sedangkan data kualitatiI dikumpulkan dengan teknik wawancara bebas diperkuat
dengan observasi.

Dalam penelitian ini dipergunakan metode pengumpulan data, antara lain :
1. Metode Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati
langsung dari berbagai kegiatan industri yang diobservasi.
2. Metode dokementasi, adalah dengan mengumpulkan data yang berkaitan
dengan masalah penelitian baik dari instansi terkait maupun media cetak.
3. Wawancara, adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden.



D. %eknik Analisis Data
lat yang digunakan untuk menganalisis pengaruh tingkat upah, biaya
bahan baku dan nilai produksi pada industri kecil konveksi terhadap jumlah
tenaga kerja yang terserap.
TK I ( W , BB , NP )
TK W1 BB 2 NP 3

Model tersebut dapat ditransIormasikan kedalam persamaan logaritma
Ln TK 0 1 Ln W 2 Ln BB 3 Ln NP

Dimana :
TK Jumlah tenaga kerja yang terserap di industri kecil
W Upah pekerja
BB Biaya Bahan Baku
NP Nilai Produksi
1, 2, 3 KoeIisien regresi
Residu


E. Pengujian Model
Pengujian model terhadap asumsi klasik yang meliputi uji
multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.



1. &i Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas ( independen ). Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi
dapat dilihat dari nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model
regresi empiris sangat tinggi, antar variabel bebas terdapat korelasi
yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), nilai toleransi dan nilai
Varian InIormation Faktor (VIF). Nilai toleransi mengukur variabilitas
variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel
bebas lainnya. Jadi nilai toleransi yang rendah sama dengan nilai VIF
tinggi (VIF 1/toleransi). pabila nilai VIF lebih besar dari 10
menunjukkan bahwa hasil estimasi model regresi terdapat indikasi
adanya multikolinearitas yang serius.
2. &i eteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi terdapat ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskadastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskadastisitas Dalam penelitian ini uji
heteroskadisitas dilihat dengan melihat graIik plot antara nilai prediksi
variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya
heteroskadastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada graIik scatterplot antara prediksi variabel terikat dengan


residualnya, jika ada pola tertentu maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas Pengujian juga dilakukan dengan uji Park yaitu
meregres nilai residual terhadap variabel bebas . Jika koeIisien
variabel bebas ternyata signiIikan secara statistik , maka terdapat
heteroskedastisitas dalam model.
3. Uji utokorelasi
Uji utokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat
dilakukan dengan Uji Durbin Watson ( DW test ) yaitu
membandingkan antara nilai DW statistik dengan nilai :
a. Jika hipotesisi Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi positiI,
maka jika
d dL : menolak Ho
d ~ dU : tidak menolak Ho
dL d dU : pengujian tidak meyakinkan.
b. Jika hipotesis nol Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi
negatiI, maka jika :
d ~ 4 - dL : menolak Ho
d 4 dL : tidak menolak Ho
4 dU d 4 - dU : pengujian tidak meyakinkan.
c. Jika Ho adalah dua ujung, yaitu bahwa tidak ada serial
autokorelasi baik positiI maupun negatiI, maka jika :


d dL : menolak Ho
d ~ 4 - dL : menolak Ho
dU d 4 - dU : tidak menolak Ho
dL d dU : pengujian tidak meyakinkan.
4 dU d 4 dL : pengujian tidak meyakinkan.


F. Uji Hipotesis
1. &i t (Parsial)
Uji t, sebagai berikut :
Pengujian uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan
satu variabel penjelas secara signiIikan individual dalam menerangkan
variabel terikatnya. Nilai t diIormulasikan dengan rumus sebagai berikut :

` hi`aZY =
`
W `


Dimana :
t koeI. Regresi
Se t penyimpangan baku.

lat ini untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis yang digunakan untuk uji t dapat
dirumuskan sebagai berikut :
6

Ho : 1 _ 0 tidak ada pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja
Ha : 1 ~ 0 ada pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja

Bila nilai t hitung t tabel maka Ho diterima dan bila nilai t hitung ~ t
tabel maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel yang bersangkutan ada
pengaruh yang signiIikan.

2. &i F (&i Signifikansi Simultan)
Untuk menguji signiIikansi persamaan regresi adalah untuk
mengetahui hubungan upah, biaya bahan baku, nilai produksi terhadap
penyerapan tenaga kerja dapat dilakukan dengan uji F dengan Iormulasi
sebagai |`k9t `
=
R
(k - )
,
( - R )
( Z - k )
_


Dimana :
R2 KoeIisien determinan
N Jumlah responden
k Jumlah variabel independent termasuk konstanta.
Hipotesis yang digunakan untuk uji F, dirumuskan sebagai berikut:
Ho : 1 2 .. n 0 (tidak ada pengaruh )
Ha : 1 = 2 =.. n # 0 (ada pengaruh dan signiIikan)
7

Bila nilai F hitung F tabel, maka Ho diterima dan bila nilai F hitung
~ F tabel, maka Ho ditolak yang berarti bahwa input-input yang digunakan
ada pengaruh secara bersama-sama.

G. R2 ( Koefisien Determinasi )
Pengujian koeIisien determinasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
jauh hubungan variabel-variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Nilai R2
mempunyai range antara 0 1. Jika nilai R2 mendekati 0 (nol) maka dimaksudkan
antara variabel bebas dan variabel tidak bebas tidak ada keterkaitan tetapi jika
nilai R2 mendekati 1 maka dimaksudkan antara variabel bebas dan variabel tidak
bebas ada keterkaitan atau dengan kata lain hasil estimasi akan semakin
mendekati sebenarnya.



DAF%AR PUS%AKA

Boediono , 2001 . Ekonomi Mikro BPFE UGM Yogyakarta
Sadono Sukirno , 2005 , Mikro Ekonomi , Teori Pengantar Edisi Ketiga, PT,
Raja GraIindo Persada , Jakarta
Tri Wahyu Rejekiningsih, 2004, Mengukur Besarnya Peranan Industri Kecil
Dalam Perekonomian Di Provinsi 1awa %engah, Jurnal Dinamika Pemba -
bangunan , Vol 1 No :2, Hal :125 136

You might also like