You are on page 1of 4

Sebagai upaya awal, pertanyaan penting yang harus dikembangkan ialah apa sesungguhnya etika

itu, dan apa hubungannya dengan etika pelayanan, serta etos, kode etik dan etiket pelayanan itu.
Pertanyaan tentang etika, etika pelayanan, etos, kode etik dan etiket pelayanan menjadi begitu
penting, karena etika berhubungan dengan inner being, yang merupakan dinamika batin.
Dinamika batin ini mengandung nilai yang mewarnai karakter dan ekpresi lahiriahnya dari setiap
orang. Etika juga dapat disebut sebagai dasar dan tolok ukur dari ketangguhan karakter. Dengan
melihat ekspresi lahiriah berupa sikap, kata dan tindakkan seseorang, orang lain dapat menerka
karakter macam apa yang ada di dalam dirinya. Sehubungan dengan ini, perlu ditegaskan bahwa,
secara mendasar etika berhubungan erat dengan tiga hal penting, yaitu, Pertama: norma-norma
dan Kedua: sikap batin yang dibangun di atas norma-norma dimaksud, serta Ketiga: tindakan
moral yang termotivasi oleh kekuatan nilai etika itu. Nilai-nilai etika ini memotori moral
(ekspresi etika) dan moralitas (siIat dari moral), sikap dan tindakan setiap individu. Etika yang
memotori moralitas ini akan selalu dinampakkan dalam siIat, kebiasaan, pikiran, perasaan,
kehendak, kata-kata, sikap dan perilaku, serta membayang-bayangi ekspresi kepribadian. Pada
tataran ini, kadar etika dan ekspresi moral-lah yang akan menggambarkan nilai integritas
seseorang. Nilai integritas ini adalah dasar bagi seseorang untuk berhasil dalam kepemimpinan.
Orang Muslim melihat dalam dirinya nikmat-nikmat Allah Ta'ala yang tidak bisa dikalkulasikan
sejak ia masih berupa sperma di perut ibunya hingga ia menghadap Allah Ta'ala. Oleh karena itu,
ia bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat tersebut dengan lisannya dengan memuji-Nya dan
menyanjung-Nya, karena Dia berhak mendapatkan sanjungan dan ia bersyukur dengan anggota
badannya dengan menggunakannya dalam ketaatan kepada-Nya. Ini etikanya terhadap Allah
Taala, sebab tidak etis mengingkari nikmat, menentang keutamaan Pemberi nikmat,
memungkiri Nya, memungkiri kebaikan-Nya, dan memungkiri nikmat-nikmat-Nya.
Allah SWT berIirman, "Dan apa safa nikmat yang ada pada kalian, maka dari Allah." (An Nahl:
53).
"Dan fika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak dapat menentukan
fumlahnya." (An-Nahl: 18).
"Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku ingat kepada kalian, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan fanganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku." (Al-Baqarah: 152).
Orang Muslim mengakui pengetahuan Allah Ta'ala kepadanya, dan penglihatan-Nya terhadap
seluruh kondisinya, kemudian hatinya penuh dengan ketakutan kepada-Nya, dan ia
mengagungkan-Nya. Ia malu bermaksiat kepada-Nya, menentang-Nya, dan tidak tidak taat
kepada-Nya. Inilah etikanya terhadap Allah Ta'ala. Sebab, sangat tidak etis seorang hamba
mempertontonkan kemaksiatannya kepada Tuhannya, atau mempersembahkan keburukan
kepada-Nya, padahal Dia melihatnya dan menyaksikannya.
"Mengapa kalian tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah
menciptakn kalian dalam beberapa tingkatan kefadian." (Nuh: 13-14).
"Dan Allah mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian lahirkan." (An-Nahl:
19).
"Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Quran dan
kalian tidak mengerfakan suatu pekerfaan, melainkan Kami menfadi saksi kalian di waktu kalian
melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar :arrah (atom) di bumi
ataupun di langit." (Yunus : 61)
Orang Muslim berpendapat bahwa Allah Mahakuasa atas dirinya dan memegang ubun-ubunnya.
Ia tidak mempunyai tempat melarikan diri, atau tempat menyelamatkan diri, kecuali kepada-Nya.
Kemudian ia lari menghadap kepada-Nya, menjatuhkan diri di depan-Nya, menyerahkan seluruh
persoalannya kepada-Nya dan bertawakal kepada-Nya. Inilah etikanya terhadap Tuhan dan
Penciptanya. Sebab, tidak etis lari kepada pihak yang tidak bisa memberikan perlindungan,
bergantung kepada pihak yang tidak mempunyai kekuasaan, dan menyerahkan diri kepada pihak
yang tidak mempunyai daya dan upaya.
"Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-alah yang memegang ubun-ubunnya."
(Huud: 56).
"Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah, sesungguhnya aku pemberi peringatan yang
nyata dari Allah untuk kalian." (Adz-Dzariyat: 50)
"Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakkal, fika kalian benar-benar orang yang
beriman." (Al-Maidah: 23).
Orang Muslim melihat kebaikan-kebaikan Allah Ta'ala dalam semua urusan-Nya, rahmat-Nya
kepadanya, kepada semua makhluk-Nya, kemudian ia ingin mendapatkan tambahan rahmat-Nya,
tunduk kepada-Nya dengan ketundukan dan doa yang ikhlas, bertawwasul kepada-Nya dengan
perkataan yang baik dan amal perbuatan yang shahih. Inilah etikanya terhadap Allah Ta'ala,
sebab, tidak etis merasa putus asa dari mendapatkan tambahan rahmat yang meliputi segala hak,
putus asa dari kebaikan yang mencakup semua makhluk, dan putus asa dari kebaikan Yang
Mengatur alam raya.
"Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu." (Al-AraaI: 156).
"Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya." (Asy-Syuura: 19)
"Dan fangan kalian berputus asa dari rahmat Allah." (YusuI: 87).
"Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah." (Az-Zumar: 53).
Orang Muslim melihat kedahsyatan kekuatan Tuhannya, kekuatan pembalasan-Nya, dan
kecepatan penghisaban-Nya, kemudian ia bertakwa dengan taat dan tidak bermaksiat kepada-
Nya. Ini etikanya terhadap Allah Taala, sebab, tidak etis bagi orang-orang berakal, kalau hamba
yang lemah dan tidak berdaya melakukan kemaksiatan kepada Tuhannya Yang Maha Perkasa,
Mahakuasa, Mahakuat, dan Maha Menang.
"Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selama Dia." (Ar-Ra'd: 11).
"Sesungguhnya ad:ab Tuhanmu benar-benar keras." (Al-Buruj: 12).
"Dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan." (Ali Imran: 4).
Orang Muslim melihat kepada Allah Taala ketika ia bermaksiat dan tidak taat kepada-Nya. Ia
merasa seolah-olah ancaman Allah Ta'ala telah mengenai dirinya, siksanya telah terjadi padanya,
dan hukumannya telah turun padanya. Ia juga melihat kepada Allah Ta'ala ketika ia taat dan
mengikuti syariat-Nya. Ia merasa seolah-olah Dia telah memberikan janji-Nya kepadanya, dan
pakaian keridhaan telah dikenakan padanya. Kemudian ia berbaik sangka kepada-Nya, sebab,
tidak etis seseorang berlaku buruk terhadap Allah Taala, kemudian ia bermaksiat dan tidak taat
kepada-Nya, serta berpendapat bahwa Allah Taala tidak melihat dirinya, dan tidak
menghukumnya atas pelanggarannya.
"Namun kalian mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian
kerfakan. Dan yang demikian itu adalah prasangka kalian yang telah kalian sangka terhadap
Tuhan kalian, prasangka itu membinasakan kalian, maka fadilah kalian termasuk orang-orang
yang merugi." (Fushshilat: 22-23).
Juga tidak etis terhadap Allah Taala, kalau seseorang bertakwa kepada-Nya dan taat kepada-
Nya, kemudian ia berprasangka bahwa Dia tidak mengganjarnya karena amal perbuatannya yang
baik, tidak menerima ketaatan dan ibadahnya.
"Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa
kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan." (An-Nuur: 52).
"Barangsiapa mengerfakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerfakan." (An-Nahl: 97).
"Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya dan
barangsiapa yang membawa perbuatan yang fahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan
seimbang dengan kefahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)." (Al-
An'am: 160)
Kesimpulannya, bahwa kesyukuran orang Muslim kepada Allah Taala atas nikmat-nikmat-Nya,
rasa malunya kepada-Nya jika ia cenderung bermaksiat kepada-Nya, bertaubat dengan benar,
bertawakkal kepada-Nya, mengharapkan rahmat-Nya, takut akan siksa-Nya, berbaik sangka
bahwa Allah Ta'ala pasti menetapi janji-Nya, dan berbaik sangka bahwa Allah Taala pasti
melaksanakan ancaman-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan hamba-hamba-Nya
adalah etika terhadap Allah Ta'ala. Semakin ia konsisten dengan etika tersebut dan menjaganya,
derajatnya semakin tinggi, kedudukannya melangit, dan kemuliaannya agung hingga kemudian
ia berhak mendapatkan perlindungan Allah Ta'ala, pemeliharaan-Nya, kucuran rahmat-Nya, dan
sasaran nikmat-Nya.
Inilah puncak keinginan orang Muslim dan yang diidam-idamkan sepanjang hidupnya. Ya Allah,
berilah kami perlindungan-Mu. Jangan haramkan kami atas pemeliharaan-Mu. Jadikan kami
orang-orang bertakwa di sisi-Mu, ya Allah, wahai Tuhan alam semesta.

You might also like