A. Latar belakang Babi merupakan ternak monogastrik yang mempunyai kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara eIisien. Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan proliIik yakni banyak anak perkelahiran berkisar 8-12 ekor dengan rata-rata 2 kali kelahiran per tahunnya. Selain itu ternak babi eIisien dalam mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran menjadi daging oleh sebab itu memerlukan pakan yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sosroamidjojo (1977), babi asli Indonesia berasal dari babi hutan yang sampai sekarang masih terdapat hidup liar dihutan, dan babi ini terkenal dengan nama Celeng (Sus verrucosus), beberapa babi Indonesia yang terkenal di pasaran antara lain misalnya babi Nias, babi Tangerang, babi Karawang, babi Bali dan babi Sumba (Wahju dan Supanji, 1969). Anak babi yang telah lepas sapih biasanya disapih pada umur 8 minggu dan mencapai bobot rata-rata 20 kg disebut babi priode starter (Sihombing, 1997). Selanjutnya dikatakan anak babi dengan bobot 20 kg sudah ada harapan sekitar 98 dapat hidup sampai mencapai bobot potong (90-100 kg) maksudnya bahwa babi priode starter telah melewati masa-masa kritis dimana sebelum masa ini , babi lebih mudah terserang penyakit dan kematian sangat tinggi yaitu 30 . Babi priode starter merupakan awal dari proses pengemukan seperti dikatakan oleh Cunha,(1977), bahwa ternak pada priode starter mulai makan lebih banyak karena pada priode ini ternak babi sedang mengalami pertumbuhan yang terus meningkat(pertumbuhan eksponential). Ransum yang seimbang ialah ransum yang mengandung zat nutrisi yang berkualitas untuk kesehatan, pertumbuhan dan produksi ternak. Sutardi (1980) mengatakan ternak akan mencapai tingkat penampilan produksi tertinggi sesuai dengan potensi genetik bila memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkannya. Zat makanan itu akan diperoleh ternak dengan jalan mengkonsumsi sejumlah makanan.
2
B. Maksud dan tujuan Maksud dan tujuan dalam pembuatan laporan ini ialah untuk mengetahui bahan ransum yang diberikan pada saat masa starter dari pertanyaan yang diajukan ke peternak babi yang ada di Desa Belatungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.
C. Tempat, waktu dan metode Tempat melakukan survey adalah di Desa Belatungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan pada tanggal 22 Oktober 2011 dengan nama peternak babi I Dewa Gede Agung Wijaya. Metode yang digunakan ialah metode wawancara.
E. Pembahasan Dari hasil yang didapat dari tabel yang diatas terlihat sekali banyak kekurangan pemberian ransum ini mulai dari DE, CP, phospor dan SK. Ransum ini tidak baik diberikan pada babi masa starter karena bila diberikan akan berdampak terkenanya berbagai penyakit, penurunan berat badan dan juga kerugian bagi peternak. Menurut NRC (1979) kebutuhan protein kasar pada babi starter adalah 16, energi metabolisme sebesar 3175 Kkal, serta penambahan bobot badan yang diharapkan 0,6 kg. Diharapkan pula setiap harinya mengkonsumsi ransum sebanyak 1,7 kg sehingga konsumsi protein kasar 272 gram dan energi dapat dicerna 5610 Kkal. Walaupun demikian tingkat protein ransum ditentukan pula oleh kemampuan bahan makanan itu untuk menyediakan asam- asam amino essensial. Untuk mengurangi zat anti nutrisi Ubi jalar tidak hanya memiliki zat gizi yang tedapat didalam umbinya seperti tripsin inhibitor pada ubi jalar dan Asam Sianida/HCN) pada singkung dapat dihilangkan/ dikurangi dengan cara pencincangan, pengukusan, merebusan dan pemanasan sebelum digunakan untuk pakan ternak.
F. Simpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ransum yang digunakan pada tabel diatas memiliki banyak kekurangan dari DE, CP, phospor dan SK. Ransum ini tidak baik diberikan pada babi masa starter karena bila diberikan akan berdampak terkenanya berbagai penyakit, penurunan berat badan, kerugian dll bagi peternak itu sendiri. Apalagi untuk mengurangi zat anti nutrisi Ubi jalar tidak hanya memiliki zat gizi yang tedapat didalam umbinya seperti tripsin inhibitor pada ubi jalar dan Asam Sianida/HCN) pada singkung dapat dihilangkan/ dikurangi dengan cara pencincangan, pengukusan, merebusan dan pemanasan sebelum digunakan untuk pakan ternak.