You are on page 1of 45

Auefenlsl

8lrokrasl berasal darl kaLa bureau" yang berarLl me[a aLau kanLor dan kaLa kraLla" (craLeln) yang
berarLl pemerlnLah ada mulanya lsLllah lnl dlgunakan unLuk menun[uk pada suaLu slsLemaLlka
keglaLan ker[a yang dlaLur aLau dlperlnLah oleh suaLu kanLor melalul keglaLankeglaLan admlnlsLrasl
(Lrnawan 1988) ualam konsep bahasa lnggrls secara umum blrokrasl dlsebuL dengan clvll servlce"
Selaln lLu [uga serlng dlsebuL dengan publlc secLor publlc servlce aLau publlc admlnlsLraLlon
SemenLara lLu dalam kamus 8esar 8ahasa lndonesla blrokrasl dldeflnlslkan sebagal
SlsLem pemerlnLahan yang dl[alankan oleh pegawal pemerlnLah karena Lelah berpegang pada hlrarkl
dan [en[ang [abaLan
Cara beker[a aLau susunan peker[aan yang serba lamban serLa menuruL LaLa aLuran (adaL dan
sebagalnya) yang banyak llkullkunya dan sebagalnya

ueflnlsl blrokrasl lnl mengalaml revlsl dlmana blrokrasl selan[uLnya dldeflnlslkan sebagal
SlsLem pemerlnLahan yang dl[alankan oleh pegawal bayaran yang Lldak dlplllh oleh rakyaL da
Cara pemerlnLahan yang sangaL dlkuasal oleh pegawal

Birokrasi berasal dari kata "bureau yang berarti meja atau kantor; dan kata "kratia (cratein) yang berarti pemerintah.
Pada mulanya, istilah ini digunakan untuk menunjuk pada suatu sistematika kegiatan kerja yang diatur atau
diperintah oleh suatu kantor melalui kegiatan-kegiatan administrasi (Ernawan, 1988). Dalam konsep bahasa nggris
secara umum, birokrasi disebut dengan "civil service. Selain itu juga sering disebut dengan public sector, public
service atau public administration.
Definisi birokrasi telah tercantum dalam kamus awal secara sangat konsisten. Kamus akademi Perancis memasukan
kata tersebut pada tahun 1978 dengan arti kekuasaan, pengaruh, dari kepala dan staf biro pemerintahan. Kamus
bahasa Jerman edisi 1813, mendefinisikan birokrasi sebagai wewenang atau kekuasaan yang berbagai departemen
pemerintah dan cabang-cabangnya memeperebutkan diri untuk mereka sendiri atas sesama warga negara. Kamus
teknik bahasa talia terbit 1823 mengartikan birokrasi sebagai kekuasaan pejabat di dalam administrasi
pemerintahan.

Birokrasi berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah suatu sistem kontrol dalam organisasi
yang dirancang berdasarkan aturan-aturan yang rasional dan sistematis, dan bertujuan untuk mengkoordinasi dan
mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja individu dalam rangka penyelesaian tugas-tugas administrasi berskala besar
(disarikan dari Blau & Meyer, 1971; Coser & Rosenberg, 1976; Mouzelis, dalam Setiwan,1998).

Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa ndonesia, birokrasi didefinisikan sebagai :
1. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hirarki dan
jenjang jabatan
2. Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dan sebagainya)
yang banyak liku-likunya dan sebagainya.
Definisi birokrasi ini mengalami revisi, dimana birokrasi selanjutnya didefinisikan sebagai
1. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai bayaran yang tidak dipilih oleh rakyat, da
2. Cara pemerintahan yang sangat dikuasai oleh pegawai.
Berdasarkan definisi tersebut, pegawai atau karyawan dari birokrasi diperoleh dari penunjukan atau ditunjuk
(appointed) dan bukan dipilih (elected).

Berbicara soal birokrasi, tidak bisa lepas dari konsep yang digagas Max Weber, sosiolog ternama asal Jerman,
dalam karyanya The Theory of Economy and Social Organization, yang dikenal melalui ideal type (tipe ideal)
birokrasi modern. Model ini yang sering diadopsi dalam berbagai rujukan birokrasi berbagai negara, termasuk di
ndonesia, walaupun dalam penerapan tidak sepenuhnya bisa dilakukan.

Weber membangun konsep birokrasi berdasar teori sistem kewarganegaraan yang dikembangkannya. Ada tiga jenis
kewenangan yang berbeda. Kewenangan tradisional (traditional authority) mendasarkan legitimasi kewenangan pada
tradisi yang diwariskan antar generasi. Kewenangan kharismatik (charismatic authority) mempunyai legitimasi
kewenangan dari kualitas pribadi dan yang tinggi dan bersifat supranatural. Dan, kewenangan legal-rasional (legal-
rational authority) mempunyai legitimasi kewenangan yang bersumber pada peraturan perundang-undangan.

Dalam analisis Weber, organisasi "tipe ideal yang dapat menjamin efisiensi yang tinggi harus mendasarkan pada
otoritas legal-rasional., Weber mengemukakan konsepnya tentang the ideal type of bureaucracy dengan
merumuskan ciri-ciri pokok organisasi birokrasi yang lebih sesuai dengan masyarakat modern, yaitu:
1. A hierarchical system of authority (sistem kewenangan yang hierakis)
2. A systematic division of labour (pembagian kerja yang sistematis)
3. A clear specification of duties for anyoneworking in it (spesifikasi tuhas yang jelas)
4. Clear ang systematic diciplinary codes and procedures (kode etik disiplin dan prosedur yang jelas serta
sistematis)
5. The control of operation through a consistent system of abstrac rules (kontrol operasi melalui sistem aturan
yang berlaku secara konsisten)
6. A consistent applications of general rules to specific cases (aplikasi kaidah-kaidah umum kehal-hal pesifik
dengan konsisten)
7. The selection of emfloyees on the basic of objectively determined qualivication (seleksi pegawai yang
didasarkan pada kualifikasi standar yang objektif)
8. A system of promotion on the basis of seniority or merit, or both (sistem promosi berdasarkan senioritas atau
jasa, atau keduanya)
Secara filosofis dalam paradigma Weberian, birokrasi merupakan organisasi yang rasional dengan mengedepankan
mekanisme sosial yang "memaksimumkan efisiensi. Pengertian efisiensi digunakan secara netral untuk mengacu
pada aspek-aspek administrasi dan organisasi. Dalam pandangan ini, birokrasi dimaknai sebagai institusi formal
yang memerankan fungsi pengaturan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat. Jadi, birokrasi
dalam pengertian Weberian adalah fungsi dari biro untuk menjawab secara rasional terhadap serangkaian tujuan
yang ditetapkan pemerintahan.

Dalam pandangan Weber, birokrasi berparadigma netral dan bebas nilai. Tidak ada unsur subyektivitas yang masuk
dalam pelaksanaan birokrasi karena sifatnya impersonalitas: melepaskan baju individu dengan ragam kepentingan
yang ada di dalamnya.
Berbeda dengan konsep birokrasi yang digagas oleh Hegel dan Karl Marx. Keduanya mengartikan birokrasi sebagai
instrumen untuk melakukan pembebasan dan transformasi sosial.

Hegel berpendapat birokrasi adalah medium yang dapat dipergunakan untuk menghubungkan kepentingan partikular
dengan kepentingan general (umum). Sementara itu teman seperjuangannya, Karl Marx, berpendapat bahwa
birokrasi merupakan instrumen yang dipergunakan oleh kelas yang dominan untuk melaksanakan kekuasaan
dominasinya atas kelas-kelas sosial lainnya, dengan kata lain birokrasi memihak kepada kelas partikular yang
mendominasi tersebut.



88lrokrasl aLrlmonlal

1ermlnologl paLrlmonlal adalah konsep anLropologl yang secara nomlnaLlf berasal kaLa darl paLlr dan
secara geneLlf berasal arl kaLa paLrls yang berarLl 8apak konsep yang dlkembangkan darl kaLa LersebuL
kemudlan dlLer[emahkan secara leblh luas yaknl men[adl warlsan darl bapak aLau nenek moyang kaLa
slfaL darl konsep LersebuL adalah paLrlmonlal yang berarLl slsLem pewarlsan menuruL garls bapak
MenuruL 1he ConsolldaLed WebsLer Lncyclopedla ulcLlonary dalam Moed[anLo (1998101) menuralkan
bahwa dalam perkembangan leblh lan[uL konsep LersebuL mengandung pengerLlan yaknl slsLem
pewarlsan nenek moyang yang memenLlngkan lakllakl aLau perempuan dengan perbandlngan yang dua
lawan saLu

ulsamplng blrokrasl raslonal yang dlpeloporl oleh Max Weber Schrool (1980167) yaknl seorang pakar
modernlsasl dunla berkembang membedakan [enls blrokrasl men[adl blrokrasl modern dengan
paLrlmonlal !lka pada blrokrasl raslonal leblh menlLlkberaLkan pada unsur presLasl maka pada blrokrasl
paLrlmonlal [usLru seballknya yaknl menekankan pada lkaLanlkaLan paLrlmonlal (paLrlmonlal Lles) yang
menganggap serLa menggunakan admlnlsLrasl sebagal urusan prlbadl dan kelompok Secara leblh Legas
Weber sebagalmana yang dlkemukakan oleh SanLoso (199722) menegaskan bahwa dalam blrokrasl
paLrlmonlal lndlvldulndlvldu dan golongan penguasa berupaya mengonLrol kekuasaan dan oLorlLas
[abaLan unLuk kepenLlngan kekuasaanya Selaln lLu clrl darlpada blrokrasl paLrlmonlal dlsebuLkan
bahwa

l) e[abaLpe[abaL dlsarlng aLas dasar krlLerla prlbadl dan pollLlk ll) [abaLan dlpandang sebagal sumber
kekayaan aLau keunLungan lll) pe[abaLpe[abaL mengonLrol balk fungsl pollLlk maupun admlnlsLraLlf
karena Lldak ada pemlsahan anLara saranasarana produksl dan admlnlsLrasl lv) seLlap Llndakan
dlarahkan oleh hubungan prlbadl dan pollLlk 1u[uanLu[uan prlbadl penguasa merupakan hal yang
pokok dalam sepak Ler[ang pemerlnLahan kendaLlpun mereka dlbaLasl oleh fungslfungsl sebagal
seorang pemlmplm"(Weber dalam sanLoso 199723)

ualam perkembangannya kemudlan MaqueL (1961) sebagalmana yang dlsebuL 8alandler (197093)
mengemukakan bahwa

"for MaqueL feudallLy ls noL a mode of producLlon (alLhough a way defenlng Lhe role of govermenL and
governed 1he speclflc ls Lhe facL ls Lhe lnLerpersonal llnk feudal lnsLlLuLlon seL up beLween Lwo person
unequal ln power relaLlon of proLecLlon on Lhe one hand and fldeLlLy and servlce on Lhe oLher 1hey llnk
Lhe lord wlLh Lhe vassal (aL Lhe hlger level of soclal saLlsflcaLlon) and Lhe paLron wlLh Lhe cllenL (from a
hlger Lo a lower level of saLlsflcaLlon)"

endapaL MaqueL sebagalmana yang dlkemukakan oleh 8alandler (197093) bahwa feodallLas bukan
merupakan sebuah cara produksl LeLapl sebuah rezlm pollLlk yaknl cara unLuk mendefenlslkan anLara
yang memerlnLah dan dlperlnLah ranaLa feudal lnl dlsusun anLara dua orang yang Lak seLara dalam
hubungan pollLlk pada landasan perllndungan dlsaLu plhak serLa keseLlaan dan pelayanan pada plhak
laln Pubungan LersebuL memperLauLkan hubungan paLron kllen (paLron and cllenL) darl LlngkaL yang
pallng Llnggl hlngga pallng rendah pada sLraLlflkasl LersebuL

Leblh lan[uL dalam anallsa Myrdal seperLl yang dlkuLp oleh !akLl (1980 6) mengemukakan bahwa

keLerbelakangan dlnegara dunla keLlga dapaL dlllhaL darl perspekLlf yang leblh luas yang
menglkuLserLakan berbagal facLor non ekonomls Lermasuk facLor blrokrasl pemerlnLahan ul dunla
keLlga menun[ukkan beLapa hambaLanhambaLan pembangunan dlsana muncul [usLru darl kalangan
aparaL negara la menyebuL mesln pollLlk merupakan baglan darl domlnasl pollLlk oleh suaLu suku
daerah aLau agama yaknl kelompokkelompok prlmordlal (prlmordlal group) aLaupun merupakan baglan
darl parLal yang berkuasa la men[elaskan berlalnan dengan negaranegara lndusLrl dl 8araL bahwa
aparaL negara berslkap neLral ob[ekLlf dan raslonal dalam melaksanakan LugasLugas yang dlpercayakan
kepada mereka AparaL negara berslkap apollLls mengabdl sepenuhnya kepada kepenLlngan umum
1ugas uLama aparaL negara adalah LurLuL memellhara dan memperkuaL keLerLlban umum dan hukum
(law and order) Lanpa pamrlh Lerhadap golongan pollLlk yang manapun"

Selan[uLnya !akLl (19807) memper[elas bahwa pada blrokrasl paLrlmonlal LerllhaL pada hubungan
hubungan yang ada yang secara lnLern dan eksLern adalah hubungan paLron kllen yang berslfaL prlbadl
dan khas ualam hubungan pada blrokrasl paLrlmonlal akan Llmbul masalah perLukaran loyallLas pollLlk
dan sumber ekonoml ada kelompok yang loyal akan dlberlkan sumber ekonoml sedang pada mereka
yang Lldak loyal akan dlbendung dan dlmaLlkan sumbersumber ekonomlnya kepenLlngan negara
bangsa (naLlon sLaLe) bukanlah dlperLlmbangkan dalam hubungan paLron kllen melalnkan hubungan
prlbadlprlbadl balk berbasls kepada kepenLlngan sendlrl golongan aLaupun parLalnya

ualam banyak hal aklbaL darlpada blrokrasl paLrlmonlal lnl merembes kedalam prakLek blrokrasl yang
korup yang lepas darl konsLlLusl perundangundangan aLaupun leglslasl lalnnya Se[alan dengan lLu !akLl
(19806) mengemukakan bahwa paLrlmonlal berLenLangan dengan upaya melembagakan kehldupan
bernegara karena lLu keglaLankeglaLan blrokrasl men[urus pada penyelewengan makln Lak [elasnya
peraLuran aLaupun kelembagaanya yang memudahkan Ler[adlnya korupsl Apablla ge[ala lnl dlblarkan
maka Llmbullah penyelewenganpenyelewengan (abuse of power) serLa kurang mampunya
membedakan anLara yang salah dan benar

ada dunla keLlga LerdapaL dua moLlf yang sallng berganLungan namun berbeda dan sungguhsungguh
berLenLangan MenuruL CeerLz (199278) kedua moLlf LersebuL adalah sebagal berlkuL

l) adanya kelnglnan unLuk dlakul sebagal pelakupelaku yang berLanggung[awab yang memlllkl
kelnglnankelnglnan LlndakanLlndakan harapanharapan dan oplnloplnl yang berharga membangun
sebuah negara modern yang eflslen dan dlnamls dengan sasaran prakLlsnya sebuah LunLuLan akan
kema[uan unLuk menlngkaLkan sLandard hldup LaLanan pollLls yang leblh efekLlf keadllan soslal yang
leblh luas dan melampaul lLu memalnkan baglannya dalam panggung pollLlk dunla yang leblh luas lnl
LerkalL dengan kewarganegaraan dl dalam sebuah negara modern ll) dalam kenyaLaan Ler[adl
keLegangan yang mengambll benLuk khusus dan kronls dl negara baru lLu balk pada Laraf LerLenLu
bangsabangsa lLu merasa dlrl LeLap LerlkaL pada se[umlah besar kenyaLaan darah ras LempaL agama
aLau Lradlsl maupun karena kepenLlngan kedaulaLannya bernegara unLuk mewu[udkan Lu[uan bersama
Malah leblh buruk lagl lewaL domlnasl yang dllakukan oleh komunlLas eLnlk ras aLau llngulsLlk dlLengah
salngan lalnnya yang dapaL menglsl LaLanan bernegara dengan waLak keprlbadlannya sendlrl

uarl uralan LersebuL CeerLz menylmpulkan bahwa se[umlah negara yang baru merdeka yang mulLleLnlk
dlLemukan bahwa negara sebenarnya hanyalah merupakan arena LempaL berLarungnya lkaLanlkaLan
prlmordlallsme CeerLz menyebuLkan bahwa persalnganpersalngan lLu LermanlfesLasl dalam pollLlk
lokal CeerLz (199281) memperLegas

"krlsLallsasl darl sebuah konfllk langsung adalah senLlmensenLlmen prlmordlal dan senLlmensenLlmen
slpll serLa kerlnduan unLuk Lldak masuk kedalam salah saLu kelompok laln lnllah yang membuaL
bermacammacam masalah seperLl sukulsme daerahlsme komunallsme dan seLerusnya sebuah
kuallLas yang mengancam secara Lldak leblh menyenangkan dan mendalam darlpada kebanyakan
masalah laln yang [uga sangaL serlus dan men[engkelkan yang dlhadapl negaranegara baru lLu"

Selaln lLu Lvers dan Schell (199216) mengemukakan bahwa dl Asla 1enggara dlLempuh cara unLuk
mengurangl persalngan anLar manusla dengan menglzlnkan moblllLas soslal dan mempropagandakan
ldlologl kesempaLan yang sama bagl semua orang ulmana dengan memberlkan kesempaLan yang sama
lLu dlharapkan persalngan lndlvldu yang La[am dapaL dlreduksl aLau hamplr Lldak Ler[adl dalam
masyarakaL LoyallLas kekeluargaan dan kesukuan maslh berpengaruh besar Cleh karenanya [alan
keluar yang dlLerapkan oleh masyarakaL Asla adalah benLuk kllk dan slsLem paLron (perllndungan)
embaglan uang darl pemerlnLah dan penghadlahan poslsl ([abaLan) serLa [uga kadangkadang
pembaglan keunLungan hasll korupsl menyebabkan paLron dapaL berLahan unLuk [angka wakLu lama

MenuruL Salrln (2001173) dl lndonesla yang marak dengan penyelewengan kekuasaan (abuse of
power) seperLl korupsl kolusl dan nepoLlsme darl suduL lnLernal pelaku Ler[adl karena rendahnya ga[l
aLau upah keLldakcukupan ga[l unLuk memenuhl kebuLuhan dasar sehlngga mencarl sumber laln unLuk
menopang kehldupan keluarga Sedang darl suduL eksLernal lalah fakLor beban budaya (culLure burden)
yang dllekaLkan pada pundak aparaL pemerlnLah Semakln maraknya budaya konsumLlf dlLengah
kehldupan masyarakaL adanya LunLuLan nllal yang daLang darl masyarakaL aLaupun pemenuhan slmbol
[abaLan blrokrasl menunLuL aparaLur blrokrasl LersebuL melekaLkan dlrlnya pada sLaLus soslal yang dla
pegang ualam arLl laln dlsebuLkan bahwa pada saaL seseorang mengalaml perubahan aLaupun
moblllLas verLlkal maka beban kulLuralnyapun men[adl berLambah ualam pengerLlan 1urner yang
dlkuLlp oleh Salrln (2001177) yaknl adanya llmlnallLy yaknl hanyuLnya seseorang pada saLu kelompok
soslal yang memlllkl slsLem nllal dan slmbol yang berbeda dengan masyarakaL awalnya dlmana dla
sebelumnya mengelompok

8eban kulLural (culLure burden) menuruL ualLon (1968) dan Lklh (1974) sebagalmana yang dlkuLlp Salrln
(2001181) adalah seperLl prakLek menyanLunl keluarga dan kerabaL Pal lnl menuruLnya akan
mendorong la[unya kkn yang berakar pada prlnslp Lukar menukar (reclproclLy) yang umum melekaL
pada kebudayaan masyarakaL negaranegara berkembang lronlsnya menuruL Salrln (2001182) adalah
berkembangnya [arlngan[arlngan peker[aan yang relaLlf LerLuLup dan Lerorganlslr bahwa [abaLan
[abaLan dlLempaL basah selalu men[adl rebuLan Cleh karena lLu dalam berbagal kasus Lldak [arang
orang yang merebuL [abaLan lLu Lldak raguragu menyedlakan dana yang cukup besar sebagal uang balas
[asa kepada pe[abaL yang berwenang memuLuskannya kenyaLaan laln menuruL Muhalmln (198023)
adalah bahwa prlnslp malu segan slndlran Lenggang rasa hormaL bapak huLang budl dan slsLem
bapaklsme (paLron cllenL relaLlonshlp) yang luar blasa mengagumkan halusnya dl lndonesla

roses soslal budaya yang menlmbulkan adanya kelompok dan kllkkllk dalam masyarakaL yang
menenLukan [alanya rekrulLmen kepada [abaLan[abaLan blrokrasl karlr pollLlk seseorang dalam
masyarakaL semacam lnl leblh berganLung pada kecerdlkan orang dalam memellhara dan
memanfaaLkan hubungan prlbadl dan aLau pollLlk sebagalmana halnya dalam memanfaaLkan peker[aan
dan [abaLan !abaLan[abaLan blrokrasl lnl leblh banyak dlLenLukan oleh perseLu[uan dan pen[ukan darl
pemegang [abaLan dlLlngkaL aLas

Selan[uLnya Muhalmln (198023) memperLegas bahwa pada dasarnya deLermlnan pokok kenalkan
[abaLan adalah fakLorfakLor seperLl kawan lama kawan se[ak kecll hubungan darah aLau perkawlnan
[uga kesamaan eLnls aLaupun keanggoLaan pollLlk LeglLlmasl kekuasaan pollLlk Lermasuk wewenang
[abaLan blrokrasl amaL dlLenLukan oleh slsLem hubungan anakbapak lnl berarLl bahwa konsep
bapaklsme merupakan salah saLu sumber leglLlmasl yang kuaL dalam kehldupan masyarakaL lndonesla
yang menganuL blrokrasl aLrlmonlal Cnghokham (19801213) menguralkan bahwa

"pada zaman kera[aan Lradlslonal !awa kera[aan MaLaram para pe[abaL ra[a berslfaL oLonom slsLem
keuangan Lldak dlaLur darl pusaL SeLlap pe[abaL Lldak dlga[l darl pusaL dengan se[umlah uang Lunal
e[abaL harus pandal mencarl blayablaya darl lungguh (se[umlah sensus Lerhadap kepemlllklan Lanah)
SeLlap rakyaL Lermasuk pemegang lungguh harus memberl upeLl kepada ra[a melalul pe[abLpe[abaL
keraLon ada wakLu lLu slsLem lnl dlanggap legal"

1eLapl akan berbeda halnya apablla seLoran kepada ra[a semakln kecll aklbaL poLongan persen yang
dlambll pe[abaL keraLon keuangan ra[a makln kurang memadal dan oleh sebab lLu ra[a memanggll
orang laln darl laplsan bawah darl luar pe[abaL keraLon seperLl orang Clna dan Arab sebagal alaL
eksplolLasl Leblh lan[uL Cnghokham (198013) menyebuLkan bahwa orangorang aslng lnl (Clna dan
Arab) leblh eflslen 8a[a (prlyayl) dapaL leblh Lerbuka kepada mereka sebab Lldak perlu
memperLahankan muka 8eglLu [uga dengan demang aLau bekel yaknl penarlk becak dlLlngkaL desa
adalah orang Clna [auh leblh berhasll unLuk mengumpulkan uang keadaan seperLl lnl adalah conLoh
hubungan kepenLlngan paLron kllen yang serlng Ler[adl pada blrokrasl paLrlmonlal LeruLama yang LerkalL
dengan sumbersumber keuangan pendapaLan prlbadl aLaupun pendapaLan resml seperLl pa[ak dan
lalnlaln

ada slsl yang laln Cnghokham (198219) menyoroLl lnLegrasl agama pada kera[aan MaLaram la
menyebuLkan bahwa lnLegrasl agama dalam kera[aan adalah penLlng walaupun Lldak semuan ra[a
berhasll mencapalnya kalau prlyayl mewaklll saLu golongan dlmasyarakaL maka agama cenderung
mewaklll seluruh laplsan masyarakaL penglkuLnya balk yang berasal darl prlyayl peLanl pedagang
Lukang yang menganuL agama yang sama namun demlklan 8ucharl (198270) menyebuL bahwa pada
Llngkah laku blrokrasl sangaL dlpengaruhl oleh kebudayaan la memberl conLoh seperLl blrokrasl dl
lndonesla SangaL berbedabeda halnya dengan slsLem blrokrasl mlllLer blrokrasl gubernuran aLaupun
blrokrasl dl unlverslLas erbedaan anLara keLlga [enls blrokrasl lLu berakar pada hlrarkl nllalnllal yang
men[adl dasarnya

8ucharl (198276) menglngaLkan slLuasl pembangunan dewasa lnl serlng dlrasakan bahwa berbagal pola
Llngkah laku yang Lelah merupakan keblasaan dalam blrokrasl dl lndonesla kurang dapaL memenuhl
LunLuLan pembangunan Mlsalnya dengan berbagal keglaLan pembangunan menunLuL adanya kordlnasl
anLara berbagal lnsLansl yang dlrasakan sullL unLuk menclpLakan kordlnasl semacam lLu akan LeLapl
aklbaL keblasaankeblasaan LerLenLu yang Lelah ada dalam blrokrasl menghambaL dalam pelaksanaan
LersebuL uarl slsl yang laln vroom (198228) mencoba mengupas ulang blrokrasl paLrlmonlalraslonal
la mengemukakan bahwa sangaL dlpengaruhl nllal Lambah kekuasaan organlsasl ulkemukakan

"uldalam seLlap organlsasl orang Lak akan beker[asama unLuk melakukan sesuaLu yang dapaL mereka
ker[akan sendlrlsendlrl Mereka membenLuk organlsasl agar supaya dapaL beker[sama dengan leblh
eflslen dan apablla mungkln berdaya hasll Manakala orang dalam keadaan relaLlf kekurangan sumber
daya lalu mengambll prakarsa unLuk beker[a sama secara organlsasl maka akan berkembanglah
kemungklnan membesarnya dlfrenslal hlrarkl aLau apa yang dlnamakan garls kepemlmplnan"

8eberapa orang dengan demlklan akan memlmpln peker[aan orang laln !usLru akLlvlLas lnllah yang
membuaL mereka dalam keadaan leblh balk unLuk blsa memperoleh kesempaLan dan penguasaan aLas
nllal Lambah aLau nllal leblh lLu uengan demlklan akan berLambahlah kekuasaan mereka secara
langsung apablla organlsasl dlgunakan Leblh lan[uL vroom (198230) menyebuLkan

"organlsasl dldasarkan aLas represenLasl reallLasreallLas kemasyarakaLan dan keorganlsaslan yang
sekurangkurangnya dlbenLuk karena kepenLlngan prlbadl aLau parLalnya Crganlsasl yang dlLu[ukan
guna memecahkan masalah bersama secara lnLern akan berfungsl leblh balk se[auh apablla maslng
maslng plhak menganggap bahwa hal lLu raslonal eflslen dan efekLlf bagl sLraLegl sendlrl uarl uralan lnl
perbedaan anLara dunla kesaLu dan dunla keLlga Lampak Lelah semakln dlkurangl"

Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik
Posted by admin on 10/26/10 Categorized as Berita
$elasa 26/10/2010 Buruknya birokrasi tetap menjadi salah satu problem terbesar yang dihadapi
Asia. Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang berbasis di Hongkong meneliti
pendapat para eksekutiI bisnis asing (expatriats), hasilnya birokrasi Indonesia dinilai termasuk
terburuk dan belum mengalami perbaikan berarti dibandingkan keadaan di tahun 1999, meskipun
lebih baik dibanding keadaan Cina, Vietnam dan India.
Di tahun 2000, Indonesia memperoleh skor 8,0 atau tak bergerak dari skor 1999, dari kisaran
skor yang dimungkinkan, yakni nol untuk terbaik dan 10 untuk terburuk. Skor 8,0 atau jauh di
bawah rata-rata ini diperoleh berdasarkan pengalaman dan persepsi expatriats yang menjadi
responden bahwa antara lain menurut mereka masih banyak pejabat tinggi pemerintah Indonesia
yang memanIaatkan posisi mereka untuk memperkaya diri sendiri dan orang terdekat.
Para eksekutiI bisnis yang disurvei PERC juga berpendapat, sebagian besar negara di kawasan
Asia masih perlu menekan hambatan birokrasi (red tape barriers). Mereka juga mencatat
beberapa kemajuan, terutama dengan tekanan terhadap birokrasi untuk melakukan reIormasi.
ReIormasi menurut temuan PERC terjadi di beberapa negara Asia seperti Thailand dan Korea
Selatan. Peringkat Thailand dan Korea Selatan tahun 2000 membaik, meskipun di bawah rata-
rata, yakni masing-masing 6,5 dan 7,5 dari tahun lalu yang 8,14 dan 8,7. Tahun lalu (1999), hasil
penelitian PERC menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat korupsi tertinggi dan
sarat kroniisme dengan skor 9,91 untuk korupsi dan 9,09 untuk kroniisme dengan skala penilaian
yang sama antara nol yang terbaik hingga sepuluh yang terburuk.
Konsep Kebijakan
InIormasi mengenai kinerja birokrasi publik terjadi karena kinerja belum dianggap sebagai suatu
hal yang penting oleh penierintah. Tidak tersedianya inIormasi mengenai indikator kinerja
birokrasi publik menjadi bukti dan ketidakseriusan pemerintah untuk menjadikan kinerja
pelayanan publik sebagai agenda kebijakan yang penting. Kinerja pejabat birokrasi tidak pernah
menjadi pertimbangan yang penting dalam mempromosikan pejabat birokrasi. DaItar penilaian
pelaksanaan pekerjaan (DP3) yang selama ini dipergunakan untuk menilai kinerja pejabat
birokrasi sangat jauh relevansinya dengan indikator-indikator kinerja yang sebenarnya.
Akibatnya, para pejabat birokrasi tidak memiliki insentiI untuk menunjukkan kinerja sehingga
kinerja birokrasi cenderung menjadi amat rendah.Pemerintah terhadap birokrasi seringkali tidak
ada hubungannya dengan kinerJa birokasinya. misalnya, dalam menentukan anggaran
birokrasinya, pemerintah sama sekali idak mengaitkan anggaran dengan kinerja birokrasi.
Anggaran birokrasi publik selama ini lebih didasarkan atas input, bukan cutput. Anggaran yang
ditcrima oleh sebuah birokrasi publik lebih ditentukan oleh kebutuhan, bukan oleh hasil
yangakan diberikan oleh birokrasi itu pada masyarakatnya.
Akibatnya, dorongan untuk mewujudkan hasil dan kinerja cenderung rendah dalam kehidupan
birokrasi publik.Karena anggaran sening menjadi driving Iorce dari perilaku birokrasi dan para
pejabatnya, mengaitkan anggaran yang ditnirna oleh sebuah birokrasi publik dengan hasil atau
kinerja bisa menjadi salah satu Iaktor yang mendorong perbaikan kinerja birokrasi publik. Para
pejabat birokrasi yang ingin memperoleh anggaran yang besar menjadi terdorong untuk
menunjukkan kmerja yang balk. Kalau ini dapat dilakukan, data dan inIormasi mengenai kinerja
birokrasi publik niscaya akan tersedia sehingga penilaian kinerja birokrasi publik juga menjadi
lebih mudah dilakukan.
Faktor lain yang menyebabkan terbatasnya inIormasi mengenai kinerja birokrasi publik adalah
kompleksitas indikator kinerja yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi
publik. Berbeda dengan swasta yang indikator kinerjanya relatiI sederhana dan tersedia di pasar,
indikator kinerja birokrasi sering sangat kompleks. Hal ini terjadi karena birokrasi publik
memiliki stakeholders yang sangat banyak dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
Perusahaan bisnis memiliki stakeholders yang jauh lebih sedikit, pemilik dan konsumen, dan
kepentingannya relatiI mudah dintegrasikan. Kepentingan utarna peinilik perusahaan ialah selalu
memperoleh keuntungan, sedangkan kepentingan utama konsuuen biasanya adalait kualitas
produk dan harga yang terjangkau.
Stakeholders dan birokrasi publik, seperti masyarakat pengguna jasa, aktivis sosial dan partai,
wartawan, dan para penggusaha sering berkepentingan berbeda-beda dan berusaha mendesakkan
kepentingannya agar diperhatikan oleh birokrasi publik. Penilaian kinerja birokrasi publik
karenanya cenderung menjadi jauh lebih kompleks dan sulit dilakukan daripada di perusahaan
bisnis.
Penilaian kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan dengan menggunakan indikator-
indikator yang melekat pada birokrasi itu seperti eIisiensi dan eIektivitias, tetapi harus dilihat
juga dan indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa, seperti kepuasan pengguna jasa,
akuntabilitas, dan responsivitas. Penilaian kinerja dan sisi pengguna jasa menjadi sangat penting
karena birokrasi publik seringkali memiliki kewenangan monopolis sehingga para pengguna jasa
tidak memiliki alternatiI sumber pelayanan.
Dalam pelayanan yang diselenggarakan oleh pasar, yang pengguna jasa memiliki pilihan sumber
pelayanan, penggunaan pelayanan bisa mencerminkan kepuasan terhadap memberi layanan.
Dalam pelayanan oleh birokrasi publik, penggunaan pelayanan oleh publik sering tidak ada
hubungannya sama sekali dengan kepuasannya terhadap pelayanan. Kesulitan lain dalam menilai
kinerja birokrasi publik muncul karena tujuan dan misi birokrasi publik seringkali bukan hanya
sangat kabur, tetapi juga bersiIat multidimensional.
Kenyataan bahwa birokrasi publik mernilild stakeholders yang banyak dan meinilild kepentingan
yang sering berbenturan satu dengan lainnya membuat birokrasi publik mengalaini kesulitan
untuk merumuskan inisi yang jelas. Akibatnya, ukuran kinerja organisasi publik di mata para
stakeholders juga berbedabeda. Namun, ada beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk
mengukur kinerja birokrasi publik (Dwiyanto, 1995), yaitu sebagai berikut.
1. Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat eIisiensi, tetapi juga eIektivitas pelayanan.
Produktivitas pada umumnya dipahaini sebagai rasio antara input dengan output. Konsep
produktivitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting OIIice (GAO) mencoba
mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar
pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang
penting.
2. Kualitas Layanan
Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja
organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatiI yang terbentuk mengenai organisasi
publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dan
organisasi publik. Dengan deinikian, kepuasaan masyarakat terh.dap Lyanan dapat dijadikan
indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat
sebagai indikator kinerja adalah inIormasi mengenai kepuasan masyarakat seringkali tersedia
secara mudah dan murah.
InIormasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dan media
massa atau diskusi pubilk. Akibat akses terhadap inIormasi mengenai kepuasan masyarakat
terhadap kualitas layanan relatiI sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja organisasi
publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter
untuk menilai kinerja organisasi publik.
3. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun
agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada
keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kcbutuhan dan azpirasi.
Kumorotorno (1996) menggunakan beberapa kriteria untuk dijddikan pedoman dalam menilai
kirerja organisasi pelayanan publik, antara lam, adalah berikut ini.
1. EIisiensi
EIisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik
mendapatkan laba, memanIaatkan Iaktor-Iaktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari
rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secar objektiI, kriteria. seperti likuiditas, solvabilitas,
dan rentabilitas merupakan kriteria eIisiensi yang sangat relevan.
2. EIektivitas
Apakah tujuan dan didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai? Hal tersebut erat
kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta Iungsi agen
pembangunan.
3. Keadilan
keadilan mempertanyakan distnibusi dan alokasi layanan yang diselenggarakanoieh organisasi
pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan.
Keduanya mempersoalkan apakah tingkat eIektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam
masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang mnyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada
kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.
4. DayaTanggap
Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan awasta, organisasi pelayanan publik
merupakan bagan diri daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat.
Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap.
Salim & Woodward (1992) melihat kinerja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi,
eIisiensi, eIektivitas, dan persamaan pelayanan. Aspek ekonorni alam kinerja diartikan sebagai
strategi untuk menggunakan sumber daya yang senunimal mungkin dalam proses
penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik. EIisiensi kinerja pelayanan publik juga dilihat untuk
menunjuk suatu kondisi tercapainya perbandingan terbaik/proporsional antara input pelayanan
dengan output pelayanan.
Demikian pula, aspek eIektivitas kinerja pelayanan ialah untuk melihat tercapainya pemenuhan
tujuan atau target pelayanan yang telah ditentukan. Prinsip keadilan dalam pemberian pelayanan
publik juga dilihat sebagai ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu ventuk pelayanan telah
memperhatikan aspek-aspek keadilan dan membuat publik memiliki akses yang sama terhadap
sistem pelayanan yang ditawarkan.
Zeithaini, Parasuraman, dan Berry (1990) mengemukakan bahwa kinerja pelayanan publik yang
baik dapat dilihat melalui berbagai indikator yang siIatnya Iisik.
Penyelenggaraan pelayanan publik yang baik dapat dilihat melalui aspek Iisik pelayanan yang
diberikan, seperti tersedianya gedung pelayanan yang representatiI, Iasilitas pelayanan berupa
televisi, ruang tunggu yang nyaman, peralatan pendukung yang memiliki teknologi canggih,
misalnya komputer, penampilan aparat yang menarik di mata pengguna jasa, seperti seragam dan
aksesoris, serta berbagai Iasilitas kantor pelayanan yang memudahkan akses pelayanan bagi
masyarakat.
Berbagai perspektiI dalam melihat kinerja pelayanan publik di atas memperlihatkan bahwa
indikator-indikator yang dipergunakan untuk menyusun kinerja pelayanan publik ternyata sangat
bervariasi. Secara garis besar, berbagai parameter yang dipergunakan untuk melihat kinerja
pelayanan publik dapat dikelompokkan menjadi dua pendekatan. Pendekatan pertama melihat
kinerja pelayanan publik dan perspektiI pemberi layanan, dan pendekatan kedua melihat kinerja
pelayanan publik dan perspektiI pengguna jasa.
Pembagian pendekatan atau perspektiI dalam nielihat kinerja pelayanan publik tersebut
hendaknya tidak dilihat secara diametrik, melainkan tetap dipahami sebagai suatu sudut pandang
yang saling berinteraksi di antara keduanya; Hal tersebut disebabkan dalam melihat persoalan
kinerja pelayanan publik, terdapat berbagai Iaktor yang mempengaruhinya secara timbal balik,
terutama pengaruh interaksi lingkungan yang dapat mempengaruhi cara pandang birokrasi
terhadap publik, demikian pula sebaliknya.
Dalam konteks kinerja birokrasi pelayanan publik di Indonesia, pemerintah melalui Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor 81 lahun 1995 telah memberikan
berbagai rambu-rambu pemberian pelayanan kepada birokrasi publik secara baik. Berbagai
prmsip pelayanan, seperti kesederhanaan, kejelasan, kepastian, keamanan, keterbukaan, eIisien,
ekonoinis, dan keadilan yang merata merupakan prinsip-prinsip pelayanan yang harus
diakomodasi dalam pemberian pelayanan publik di Indonesia.
Prinsip kesederhanaan, misalnya, mempunyai maksud banwa prosedur atau tata cara pemberian
pelayanan publik harus didesain sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan pelayanan kepada
masyarakat menjadi mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah
dilaksanakan.
Perkembangan lingkungan global juga telah memberikan andil yang besar kepada birokrasi
untuk semakin meningkatkan daya saing dalam kerangka pasar bebas dan tuntutan globatisasi.
Birokrasi publik dituntut harus mampu memberikan pelayanan yang sebaik mungkin, baik
kepada publik maupun kepada investor dari negara lain. Salah satu strategi untuk merespons
perkembangan global tersebut adalah dengan meningkatkan kapasitas birokrasi dalam pemberian
pelayanan, publik. Penerapan strategi yang mengintegrasikan pendekatan kultural dan struktural
ke dalam sistem pelayanan birokrasi, yang disebut dengan Total Quality Management (TQM),
dapat dilakukan untuk semakin meningkatkan produktivitas dan perbaikan pelayanan birokrasi.
Perbaikan kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan publik menjadi isu yang semakin
penting untuk segera mendapatkan perhatian dan semua pihak. Birokrasi yang memiliki kinerja
buruk dalam me`nberikan pelaydnan kepada publik akan sangat mempengaruhi kinerja
pemerintah dan masyarakat secara keseluruan dalam rangka meningkatkan daya saing suatu
negara pada era global.
Birokrasi pelayanan publik di Indonesia, berdasarkan laporan dan The World Competitiveness
Yearbook tahun 1999 berada pada kelompok negara-negara yang memiliki indeks
competitiveness paling rendah di antara 100 negara paling kompetitiI di dunia (Cullen &
Cushman, 2000: 15) semakin buruk dan semakin korup karena dengan semakin besarnya skor
yang dimiliki, semakin buruk kualitas birokrasi di suatu negara.
Birokrasi di Indonesia dalam tahun 2001 hanya lebih baik dibandingkan dengan India dan
Vietnam. Dan kacamata iklim bisnis secara keseluruhan, dengan mmperhatikan Iaktor sistemik,
sosio-politik, lingkungan, pasar, dan dinamika perekonomian, Indonesia bahkan berada pada
posisi paling bawah dalam indeks bisnis. Hal tersebut berarti bahwa Indonesi menjadi negara
yang paling tidak menarik untuk tujuan melakukan investasi.
Kinerja birokrasi sebenarnya dapat dilihat melalui berbagai dimensi, seperti dimensi
akuntabilitas, eIisiensi, eIektivitas, responsivitas, maupun responsibiltas. Berbagai literatur yang
membahas kinerja birokrasi pada dasarnya memiliki kesamaan substansial yakni untuk meihat
seberapa jauh tingkat pencapaian hasil yang telah dilakukan oleh birokrasi pelayanan. Kinerja itu
merupakan suatu konsep yang disusun dan berbagai indikator yang sangat bervariasi sesuai
dengan Iokus dan konteks penggunaannya.
PerspektiI yang digunakan oleh birokrasi sebagai pemberi layanan merupakn perspektiI yang
sebenarnya berasal dan pendekatan birokrasi yang cenderung menempatkan diri sebagai
regulator danipada sebagai pelayan. Kineqa birokrasi pada awalrwa banyak dipahanii oleh
kalangan birokrasi hanya dan aspek responsibilitas, yakni sejauh mana pelayanan yang diherikan
telah sesuai dengan aturan Iormal yang diterapkan.
Pemberian pelayanan yang telah menunjuk kepada aturan Iormal dianggap telah memenuhi
sendi-sendi pelayanan yang baik dan aparat pelayanan dianggap telah konsisten dalam
menerapkan aturan hukum pelayanan. Sulit untuk menelusuri lebih jauh, apakah penerapan
prinsip tersebut telah membawa implikasi kepada kultur birokrasi pelayanan di Indonesia yang
tidak dapat melakukan inisiatiI dan inovasi pelayanan.
C.Akuntabilitas
Akuntabilitas dalam penvelenggaraan pelavanan publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan
beberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau
norma eksternal yang ada di masyarakat atau yang diiniliki oleh para stakeholders. Nilai dan
norma pelayanan yang herkembang dalam masyarakat tersebut di antaranya meliputi transparansi
pelayanan, prinsip keadilan, jaminan penegakan hukum, hak asasi manusia, dan orentasi
pelayanan yang dikembangkan terhadap masyarakat pengguna jasa.
Akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan publik dalampenelitian dilihat melalui indikator-
indikator kinerja yang meliputi: (1) acuan pelayanan yang dipergunakan aparat birokrasi dalam
proses penyelenggraan pelayanan publik. Indikator tersebut mencerminkan prinsip orientasi
pelayanan yang dikembangkan oleh birokrasi terhadap masyarakat pengguna jasa; (2) tindakan
yang dilakukan oleh aparat birokrasi apabila terdapat masyarakat pengguna jasa yang tidak
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan; dan (3) dalam menjalankan tugas pelayanan,
seberapa jauh kepentingan pengguna jasa memperoleh prioritas dari aparat birokrasi.
Aparat birokrasi dalam memberikan pelayanan publik seringkali masih menerapkan standar nilai
atau norma pelayanan secara sepihak, seperti pemberian pelayanan yang hanya berdasarkan pada
juklak (petunjuk dan pelaksanaan) sehingga kecenderungan yang terjadi adalah lemahnya
komitmen aparat birokrasi untuk akuntabel terhadap masyarakat yang dilayaninya.
Salah satu Iaktor penyebab yang menjadikan rendahnya tingkat akuntabilitas birokrasi adalah
terlalu amanya proses indoktrinasi kultur birokrasi yang mengarahkan aparat birokrasi untuk
selalu melihat ke atas. Selama ini aparat birokrasi telah terbiasa lebih mementingkan kepentingan
pimpinan daripada kepentingan masyarakat pengguna jasa. Birokrasi tidak pernah merasa
bertanggung jawab kepada publik, melainkan bertanggung jawab kepada pimpinan atau
atasannya.
Pemberian pelayanan yang memakan proses dan prosedur panjang, seperti yang terjadi di Unit
Pelayanan Terpadu, juga menjadi indikasi masih rendahnya akuntabiltas dan birokrasi pelayanan
yang ada. Keberadaan Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA) sebagai unit pelayanan yang
pada awalya dirancang untuk memudahkan pelayanan masyarakat, pada kenyataannya justru
cenderung memperpanjang proses dan prosedur pelayanan.
Meskipun demikian, keberadaannya masih tetap dipertahankan karena merupakan program dari
Pemerintah Pusat. Seorang aparat birokrasi pada kantor Dmas Tata Kota mengakui telah
terjadinya ketidakeIektiIan sistem pelayanan di UPTSA. Rendahnya akuntabilitas pemberian
pelayanan publik oleh birokrasi dapat dilihat juga dan banyaknya kasus yang dialami oleh
masyarakat pengguna jasa. Masalah prosedur pelayanan yang banyak merugikan masyarakat
pengguna jasa, terutama masalah transparansi persyaratan yang diperlukan, merupakan kasus-
kasus pelayanan yang banyak mencuat
Transparansi inIormasi birokrasi dalam pemberian pelayanan publik masih tetap menjadi isu
yang penting bagi upaya ke arah perbaikan kinerja birokrasi pemerintah. Tindakan untuk
melakukan reIormasi birokrasi terutama diarahkan pada upaya untuk peningkatan eIisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas birokrasi (Lubis, 2001).
Transparansi dalam birokrasi dapat memberikan implikasi pada meningkatnya tingkat korupsi di
dalam birokrasi, tetapi reIormasi tetap dilakukan di semua tingkatan birokrasi. Apabila reIormasi
dilakukan pada tingkat birokrasi pusat saja, hal tersebut justru hanya akan memindahkan korupsi
dan birokrasi pusat ke birokrasi yang ada di daerah. Acuan pelayanan yang digunakan oleh
aparat birokrasi juga dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas pemberian pelayanan publik.
Acuan pelayanan yang dianggap paling penting oleh birokrasi dapat mereIleksikan pola
pelayanan yang dipergunakan.
Pola pelayanan yang akuntabel adalah pola pelayanan yang mengacu pada kepuasan publik
sebagai pengguna jasa. Birokrasi pelayanan di ketiga daerah ternyata masih menjadikan aturan
dan petunjuk pimpinan sebagai acuan utama pemberian pelayanan. Birokrasi bahkan terlihat
belum sepenuhnya mengerti dan memahami eksistensi birokrasi yang tetap tergantung pada
publik.
Kesadaran aparat birokrasi tentang eksistensi publik yang dapat dipengaruhi eksistensi birokrasi
juga masih sangat rendah.
Persepsi di kalangan aparat birokrasi yang selalu menempatkan diri (superior) terhadap publik
sehingga menimbulkan siIat arogansi aparat birokrasi masih sangat dominan terlihat. Hasil
temuan lapangan bahwa ini dapat memperlihatkan masih kuatnya kecenderungan orientasi
pemberian pelayanan yang belum bersandar pada uasan masyarakat menunjukkan bahwa budaya
minta petunjuk atasan` masih cenderung dijadikan reIerensi atau lebih dipentingkan pada
melakukan pelayanan yang memuaskan masyarakat pengguna .
Acuan pelayanan birokrasi di ketiga daerah yang masih menempatkan pimpinan dan aturan
sebagai sentral pelayanan membuktikan bahwa kultur atau corak birokrasi patrimonial masih
mewarnai birokrasi dalam memberikan pelayanan publik. Aparat pelayanan yang bertindak atas
dasar prinsip peraturan menjadi bersikap kaku dan tidak mendorong lahirnya kreativitas dalam
pemberian layanan. Pelaksanaan pelayanan publik seharusnya bertitik tolak dari misi dan visi
pelayanan agar dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat.
D.Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk rnengenal kebutuhan masyarakat, menyusun
agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-progrm pelayanan sesuai dcngan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini
mengukur daya tanggap birokasi lerhadap harapan, keinginan dan aspirasi, serta tuntutan
pengguna jasa. Responsivitas sangat diperlukan dalam pelayanan publik karena hal tersebut
merupakan bukti kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun
agenda dan prioritas pebyanan serta mengembangkan program-program pelayan publik sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat (Dilulio, 1991). Organisasi yang memiliki
responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek juga (Osborne & Plastrik,
1997).
Dalam operasionalisasinya, responsivitas pelayanan publik dijabarkan menjadi beberapa
indikator, seperti meliputi (1) terdapat tidaknya keluhan dan pengguna jasa selama satu tahun
terakhir; (2) sikap aparat birokrasi dalam merespons keluhan dan pengguna jasa; (3) penggnaan
keluhan dan pengguna jasa sebagai reIerensi bagi perbaikan penyelenggaraan pelayanan pada
masa mendatang (4) berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan
kepada pengguna jasa; serta (5) penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam sistem
pelayanan yang berlaku.
Keluhan yang disampaikan oleh masyarakat pengguna jasa merupakan indikator pelayanan yang
memperlihatkan bahwa produk pelayanan yang selama ini dihasilkan oleh birokrasi belum dapat
memenuhi harapan pengguna layanan.Responsivitas birokrasi yang rendah juga banyak
disebabkan oleh belum adanya pengembangan komunikasi eksternal secara nyata oleh jajaran
birokrasi pelayanan. Indikasi nyata dari belum dikembangkannya komunikasi eksternal secara
eIektiI oleh birokrasi terlihat pada masih besarnya gap pelayanan yang terjadi. Gap pelayanan
yang terjadi merupakan gambaran pelayanan yang memperlihatkan hahwa belum ditemukan
kesamaan persepsi antara harapan pengguna jasa dan pemberi layanan terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan.
Aparat birokrasi pelayanan di ketiga daerah penelitian terlihat masih membuka jurang
komunikasi yang lebar dengan masyarakat pcngguna jasa. Tidak transparannya aparat birokrasi
pelayanan pertanahan, misalnya, merupakan salah satu indikasi belum adanya pengembangan
komunikasi eksternal di kalangan aparat birokrasi dengan rnasyarakat pengguna jasa. Tidak
transparannya komunikasi dan birokrasi yang menyangkut pemberian pelayanan menyebabkan
pihak masyarakat pengguna jasa selalu berada pada posisi yang dimikan.
Tidak adanya transparansi inIormasi dari birokrasi tersebut membuat banyak masyarakat
pengguna jasa mengalami Irustasi. Kornunikasi yang tidak eIektiI yang selama ini masih
dikembangkan oleh birokrasi menunjukkan bahwa birokrasi belum mempunyai kesadaran untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa.
Responsivitas pemberian pelayanan publik salah satunya diukur melalui keterbukaan inIormasi
dan seberapa jauh interaksi komunikasi yang terjalin antara birokrasi sebagai pemberi layanan
dengan masyarakat pengguna jasa. Kasus di atas memperlihatkan gambaran bahwa masyarakat
pengguna jasa seringkali belum mempunyai akses terhadap inIormasi pelayanan yang
dibutuhkan, demikian pula kecenderungan aparat birokrasi justru terkesan menyembunyikan
inIormasi kepada masyarakat. Dalam iklim komunikasi pelayanan yng tertutup seperti ini, sangat
sulit untuk dapat mewujudkan responsivitas aparat birokrasi dalam penyelenggaraan pelayanan
kepada publik.
E.Orientasi pada Pelayanan
Orientasi pada pelayanan menunjuk pada seberapa banyak energi birokrasi dirmanIaatkan untuk
penyelenggaraan pelayanan publik. Sistem pemberian pelayanan yang baik dapat dilihat dan
besarnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh birokrasi secara eIektiI didayagunakan untuk
melayani kepentingan pelayanan. Idealisnya, segenap kemampuan dan sumber daya yang
dimiliki oleh aparat birokrasi hanya dicurahkan atau dikonsentrasikat untuk melayani kebutuhan
dan kepentingan pengguna jasa.
Kemampuan dan sumber daya aparat birokrasi sangat diperlukan agar orientasi pada pelayanan
dapat dicapai. Contohnya, antara lain, adalah masalah penyediaan waktu kerja aparat yang benar-
benar berorientasi pada pemberian pelayanan kepada masyarakat. Aparat birokrasi yang ideal
adalah aparat birokrasi yang tidak dibebani oleh tugas-tugas kantor lain di luar tugas pelayanan
kepada masyarakat.
Aparat pelayanan yang ideal juga seharusnya tidak memiliki kegiatan atau pekerjaan lain seperti
pekerjaan sambilan di luar pekerjaan kantor yang dapat mengganggu tugas-tugas
penyelenggaraan pelayanan. Kinerja pelayanan aparat birokrasi akan dapat maksimal apabila bila
semua waktu dan konsentrasi aparat benar-benar tercurah untuk melayani masyarakat pengguna
jasa.
Kondisi pelayanan yang ideal di atas dalam realitasnya sangat sulit untuk diwujudkan dalam
birokrasi. Ketidakjelasan pembagian wewenang, inkonsistensi pembagian kerja, serta sikap
pimpinan kantor yang sewenang-wenang memberikan tugas kepada aparat bawahan tanpa
memperhitungkan aspek siIat pekerjaan, urgensi pekerjaan, dan dampak pemberian tugas
terhadap kualitas pemberian pelayanan kepada masyarakat. Hal-hal tersebut merupakan beberapa
Iakta penyebab sulitnya aparat birokrasi berkonsentrasi secara penuh pada tugas-tugas pelayanan
masyarakat. Aparat birokrasi seringkali meninggalkan tugas pelayanan dan lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tugas-tugas lain di luar tugas pelayanan.
Kondisi tersebut membuat pelayanan kepada masyarakat menjadi terganggu. Masih seringnya
aparat birokrasi meninggalkan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat, erat kaitannya dengan
adanya tugas-tugas tambahan yang dibebankan oleh pimpinan kepada aparat pada tingkat bawah
yang menjalankan tugas pelayanan langsung kepada masyarakat. Hal tersebut sangat sering
menimpa aparat birokrasi di tingkat desa, kelurahan, atau kecamatan yang merupakan tingkatan
pemerintahan terendah yang langsung berhadapan dengan masyarakat.
Aparat pelayanan seringkali diperintahkan oleh pimpinan kantor desa atau kecamatan untuk
menghadiri kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, scperti mewakili camat atau lurah melayat warga
yang meninggal dunia, ikut serta dalam kegiatan posyandu, saIari KB, pertemuan RW, atau
pertemuan rapat warga lainnya, yang dilakukan pada saat jam pelayanan.
Penugasan aparat untuk dinas luar oleh pihak pimpinan kantor pada saat jam pelayanan masih
seringkali ditemukan di beberapa kantor pelayanan baik di lingkungan kantor pelayanan desa,
kecamatan, kantor pertanahan maupun kantor pelayanan perizinan. Kegiatan dinas luar yang
seringkali dilakukan oleh aparat birokrasi adalah melakukan kegiatan peninjauan suatu kegiatan
atau membantu pekerjaan dan seksi lainnya. Banyak ditemukan aparat pelayanan yang
membantu tugas-tugas dari seksi atau bagian lainnya sehingga tugas pokoknya menjadi
terbengkalai, seperti seorang kepala seksi pelayanan harus ikut dalam kegiatan penataan arsip,
mengurusi surat menyurat, menjaga dan menerima telepon kantor, atau bahkan penyelenggaraan
pasar murah atau sekaten.
Tugas-tugas tersebut belum termasuk tugas-tugas untuk kepentingan pribadi yang diberikan oleh
pimpinan, seperti mengerjakan tugas-tugas kantor yang seharusnya menjadi bagian tugas
pimpinan, menemani tamu kantor atau tamu pimpinan, menyampaikan suatu surat
pembenitahuan ke kantor-kantor kelurahan, atau mewakili camat keliling kecamatan untuk
memantau dan melakukan pembinaan kepada masyarakat. Pada akhirnya ketidakberadaan
petugas pelayanan menyebabkan pemberian pelayanan terhadap pengguna jasa menjadi lambat
sehingga kinerja pelayanan publik menjadi buruk.
Alasan yang seringkali dikemukakan oleh pimpinan kantor untuk menugaskan aparat pelayanan
mengerjakan tugas lain pada saat-saat jam pelayanan adalah karena terbatasnya jumlah personil
aparat pelayanan. Para pimpinan kantor, sebagaimana yang seringkali diungkapkan oleh para
aparat, seringkali menggunakan alasan 'pokokke endi sing selo, atau pokoknya siapa saja aparat
yang dianggap memiliki waktu luang, maka akan ditugaskan untuk dinas luar.
Manajemen pembagian tugas dan sebagian besar pimpinan birokrasi yang belum mencerminkan
gaya seorang manajer tersebut menjadikan pola pembagian tugas dalam birokrasi antara urusan
adimnistratiI, tugas pimpinan, dan tugas pelayanan menjadi bercampur. Pimpinan birokrasi
seningKali belwn dapat membedakan antara tugas pnibadi pimpinan, tugas pimpinan kantor yang
tidak dapat diwakilkan kepada bawahan, dan tugas pelayanan masyarakat dan aparat pelayanan
sehingga seningkali menyebabkan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat cenderung dapat
dikalahkan oleh kepentingan pribadi pimpinan atau tugas-tuas pimpinan lainnya.
Pada sisi output pelayanan, birokrasi secara ideal harus dapat memberikan produk pelayanan
yang berkualitas, terutama dan aspek biaya dan waktu pelayanan. EIisinsi pada sisi input
dipergunakan untuk melihat seberapa jauh kemudahan akses publik terhadap sistem pelayanan
yang ditawarkan.
Akses publik terhadap pelayanan dipandang eIisien apabila publik memiliki jaininan atau
kepastian menyangkut biaya pelayanan. Kepastian biaya pelayanan yang hams dike1irkan oleh
publik merupakan indikator penting untuk melihat intensitas korupsi dalam sistem layanan
birokrasi. Birokrasi pelayanan publik yang korup akan ditandaj oleh besarnya biaya ekstra yang
harus dikeluarkan oleh pengguna jasa dalam mengakses layanan. Publik, dengan demikian, harus
mengeluarkan baya ekstra untuk dapat memperoleh pelayanan yang terbaik dan birokrasi,
padahal secara prinsip seharusnya pelayanan terbaik harus dapat dinikmati oleh publik secara
keseluruhan.
Demikian pula eIisiensi pelayanan dan sisi output, dipergunakan untuk melihat pemberian
produk pelayanan oleh birokrasi tanpa disertai adanya tindakan pemaksaan kepada publik untuk
mengeluarkan biaya ekstra pelayanan, seperti suap, sumbangan sukarela, dan berbagai pungutan
dalam proses pelayanan yang sedang berlangsung. Dalam kultur pelayanan birokrasj di
Indonesia, telah lama dikenal istilah tahu sania taint`, yang berarti adanya toleransi dan pihak
aparat birokrasi maupun masyarakat pengguna jasa untuk menggunakan mekanisme suap dan
mendapatkan pelayanan yang terbaik.
Kecenderungan aparat birokrasi untuk menerima pemberian uang dan masyarakat pengguna jasa
tersebut disebabkan masih adanva budaya upeti dalam sistem pelayanan publik di Indonesia.
Budaya pelayanan yang dikembangkan semenjak masa birokrasi keraiaan tersebut pada dasarnya
menempatkan aparat birokrasi sebagai pihak yang harus dilayani oleh masyarakat, pelayanan
yang hams dilakukan oleh masyarakat tersebut ialah dalam rangka memperoleh patron di dalam
birokrasi yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk membangun akses ke birokrasi.
Mekanisme pemberian hiaya ekstra dalam praktik pelayanan birokrasi sesungguhnya
memperlihatkan berbagai Iaktor yang sangat kompleks, seperti menyangkut masalah kultur
psikologis, sistem pelayanan, mekanisme pengawasan, serta mentalitas aparat maupun pengguna
jasa sendiri.
Praktik pelayanan dengan membenikan uang ekstra kepada apara birokrasi tersebut telah menjadi
suatu kebiasaan umum di lingkunga birokrasi. Aparat birokrasi xnenjadi terbiasa dalam budaya
pelayana yang mengharapkan adanya pemberian uang dan masyarakat. Apabila dalam
memberikan pelayanan pengguna jasa tidak memberikan imbalan dalam bentuk uang ekstra
tersebut, biasanya aparat dalarn bckcrja terkesan ogah-ogahan atau seenaknya sendiri.
Sebaliknya, semakin besar jmbalan yang diberikan masyarakat pengguna jasa akan semakin
memacu motivasi keqa aparat dalam melayani masyarakat pengguna jasa tersebut.
Selain ditinjau dan segi biaya, eIisensi pelayanan publik juga ditinjau dan scgi waktu pelayanan.
Keluhan yang dialami oleh pengguna jasa menyangkut waktu pelayanan adalah ketidakjelasan
waktu pelayanan. Sebenarnya banyak pengguna jasa yang tidak berkeberatan untuk membayar
mahal kalau jelas perinciannya untuk keperluan apa, dan berapa lama waktu yang diperlukan.
Akan tetapi, waktu yang diperlukan untuk mengurus pelayanan publik sangat tidak jelas.
Urusan yang sama sangat mungkin membutuhkan biaya dan waktu yang jauh berbeda.
Menurut petugas pelayanan, lamanya pemberian pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa
disebabkan adanya kendala internal dan eksternal. Kendala iiLternal meliputi pealatan
pendukung yang tidak memadai, kualitas SDM rendah, dan koordinasi antarunit. Selain itu,
Iaktor kualitas sumber daya manusia yang relatiI rendah semakin menghambat pemberian
pelayanan kepada masyarakat.
Kualitas SDM yang rendah tersebut ditandai dengan ketidakmampuan petugas memberikan
solusi kepada customer atau yang lebih dikenal dengan melakukan tindakan diskresi. Faktor
rendahnya pendidikan para petugas pelayanan mempengaruhi peinikiran mereka bahwa semua
keputusan harus berasal dan atasan dan harus berpegang teguh kepada juklak/juknis sehingga
ketika seorang pengguna jasa memerlukan pelayanan yang cepat, aparat tidak mampu
mcmenuhinya karena harus menunggu instruksi atasan terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan
pelayanan publik menjadi memerlukan waktu pelayanan yang relatiI lebih lama.
Koordinasi antarunit seringkali menghambat pemberian pelayanan karena waktu yang
dibutuhkan menjadi lebih lama. Kendala lain yang dihadapi adalah kendala eksternal yaitu
kendala yang disebabkan oleh pengguna jasa itu sendiri seperti ketidaklengkapan dokumen,
pengguna jasa tidak kooperatiI dan ketiadaan koordinasi antarinstansi seperti dari kelurahan ke
kecamatan. Masalah ketidaklengkapan persyaratan/dokumen yang harus dilengkapi oleh
pengguna jasa seringkali membuat aparat menolak memberikan pelayanan.
Pengguna jasa disarankan untuk melengkapinya terlebih dahulu. Di sini yang menjadi persoalan
adalah ketika lokasi tempat tinggal seorang pengguna jasa jauh dan instansi tersebut dan masalah
kesibukan pengguna jasa membuat penyelesaian urusan menjadi lebih lama. Hal tersebut diakui
oleh aparat sebagai penyebab utama kelambatan, tetapi jarang sekali aparat yang mempunyai
inisiatiI untuk tetap memproses berkas-berkas urusan tersebut dan kekurangan persyaratan
dilengkapi kemudian. Bagi aparat, apabila tetap diproses, akan menyulitkan kerja mereka sendiri.
Pengguna jasa juga seringkali tidak kooperatiI maksudnya yaitu bahwa kadangkala pengguna
jasa menghalalkan segala cara untuk menyelesaikan urusannya meskipun melanggar peraturan.
Kinerja Pelayanan Publik menghasilkan kesimpulan mengenai rndahnya kualitas pelayanan
publik di Indonesia. Pada hakikatnya, pelayanan publik dirancang dan diselenggarakan antuk
memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna jasa. Namun, persepsi antara masyarakat penggun
jasa dan aparat birokrasi mengenai kualitas pelayanan publik yang eIisien, transparan, pasti dan
adil belum berhasil diwujudkan.
Sebagai penyelenggara pelayanan publik, birokrasi pemerintah gagal dalam merespons dinamika
politik dan ekonomi sehingga pelayanan publik cenderung menjadi tidak eIisien dan tidak
responsiI. Bahkan, berbagai bentuk patologi birokrasi telah berkembang dalam penyelenggaraan
pelayanan publik. Akibatnya, muncul banyak praktik KKN dalam penyelenggaraan pelayanan
yang amat merugikan masyarakat pengguna jasa. Kinerja pelayanan publik yang buruk ini adalah
hasil dan kompleksitas permasalahan yang ada di tubuh birokrasi Indonesia
F.Penutup
Perlu dibangun birokrasi berkultur dan struktur rasional-egaliter, bukan irasional-hirarkis.
Caranya dengan pelatihan untuk menghargai penggunaan nalar sehat dan mengunakan hasil-hasil
ilmu pengetahuan. Perlunya memiliki semangat pioner, bukan memelihara budaya minta
petunjuk dari atasan. Perlu dibiasakan mencari cara-cara baru yang praktis untuk pelayanan
publik, inisiatiI, antisipatiI dan proaktiI, cerdas membaca keadaan kebutuhan publik, memandang
semua orang sederajat di muka hukum, menghargai prinsip kesederajatan kemanusian, setiap
orang yang berurusan diperlakukan dengan sama pentingnya.
Birokrasi yang propartisipan-outonomus bukan komando-hirarkis. Birokrasi Indonesia ke depan
perlu mendukung dan melakukan peran pemberdayaan dan memerdekakan masyarakat untuk
berkarya dan berkreatiIitas. Perlu dikurangi kadar pengawasan dan represi terhadap hak ekspresi
masyarakat. Perlu ditinggalkan cara-cara penguasaan masyarakat lewat kooptasi kelembagaan
dan dihindari sikap dominasi.
Birokrasi bertindak proIesional terhadap publik. Berperan menjadi pelayan masyarakat (public
servent). Dalam memberikan pelayanan ada transparansi biaya dan tidak terjadi pungutan liar.
PNS perleu memberikan inIormasi dan transparansi sebagai hak masyarakat dan bisa dimintai
pertanggungjawabannya (public accountibility) lewat dengar pendapat (hearing) dengan legislatiI
atau kelompok kepentingan yang datang. Melakukan pemberdayaan publik dan mendukung
terbangunnya proses demokratisasi.
Birokrasi yang saling bersaing antar bagian dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam
melayani publik secara kompetitiI, bukan minta dilayani atau membebani masyarakat dengan
pungutan liar, salah urus, dan ketidakpedulian.
Birokrasi yang melakukan rekruitmen sumber daya manusianya melalui seleksi Iit and proper
test, bukan mengangkat staI atau pimpinan karena alasan kolusi dan nepotisme. Birokrasi yang
memberikan reward merit system (memberikan penghargaan dan imbalan gaji sesuai pencapaian
prestasi) bukan spoil system (hubungan kerja yang kolutiI, diskriminatiI dan kurang mendidik,
pola reward dan punishment kurang berjalan).
KONSEP BIROKRASI
Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat modern yang kehadirannya tak
mungkin terelakkan. Eksistensi birokrasi ini sebagai konsekuensi logis dari tugas utama negara
(pemerintahan) untuk menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat (social welIare). Negara
dituntut terlibat dalam memproduksi barang dan jasa yang diperlukan oleh rakyatnya (public
goods and services) baik secara langsung maupun tidak. Bahkan dalam keadaan tertentu negara
yang memutuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya.
Untuk itu negara membangun sistem administrasi yang bertujuan untuk melayani kepentingan
rakyatnya yang disebut dengan istilah birokrasi.Birokrasi bagi sebagian orang dimaknai sebagai
prosedur yang berbelit-belit, menyulitkan dan menjengkelkan. Namun bagi sebagian yang lain
birokrasi dipahami dari perspektiI yang positiI yakni sebagai upaya untuk mengatur dan
mengendalikan perilaku masyarakat agar lebih tertib. Ketertiban yang dimaksud adalah
ketertiban dalam hal mengelola berbagai sumber daya yang mendistribusikan sumber daya
tersebut kepada setiap anggota masyarakat secara berkeadilan.
Pendapat yang berbeda di atas dapat dipahami dari perspektiInya masing-masing. Bagi yang
berpandangan posisiI terhadap birokrasi maka baginya birokrasi adalah sebuah keniscayaan.
Akan tetapi bagi mereka yang berpandangan negatiI maka birokrasi justru menjadi salah satu
penghalang tercapainya tujuan sehingga keberadaan birokrasi harus dihilangkan.
Dalam pembahasan ini, akan dikupas tentang makna birokrasi dari berbagai perspektiI dan
kemudian disimpulkan tentang apa birokrasi itu sesungguhnya dan bagaimana seharusnya
birokrasi itu dijalankan oleh aparat birokrasi yang disebut sebagai birokrat.
PENGERTIAN BIROKRASI
Sejauh ini, birokrasi menunjuk pada empat pengertian, yaitu: Pertama, menunjuk pada kelompok
pranata atau lembaga tertentu. Pengertian ini menyamakan birokrasi dengan biro. Kedua,
menunjuk pada metode khusus untuk pengalokasian sumberdaya dalam suatu organisasi besar.
Pengertian ini berpadanan dengan istilah pengambilan keputusan birokratis. Ketiga, menunjuk
pada 'kebiroan atau mutu yang membedakan antara biro-biro dengan jenis-jenis organisasi lain.
Pengertian ini lebih menunjuk pada siIat-siIat statis organisasi (Downs, 1967 dalam Thoha,
2003). Keempat, sebagai kelompok orang, yakni orang-orang yang digaji yang berIungsi dalam
pemerintahan (Castle, Suyatno, dan Nurhadiantomo, 1983).
Dalam kehidupan sehari-hari istilah Birokrasi setidak-tidaknya dimaknai sebagai berikut
(Albrow dalam Zauhar, 1996):
1. Bureaucracy as Rational Organization
Birokasi sebagai Organisasi Rasional. Dalam pengertian ini birokrasi dimaknai sebagai suatu
organisasi yang rasional dalam melaksanakan setiap aktivitasnya. Setiap tindakan birokrasi
hendaknya mengacu pada pertimbangan-pertimbangan rasional.
1. Bureaucracy as Rule by OIIicial
Birokrasi sebagai Aturan yang dijalankan oleh para pejabat. Birokrasi merupakan seperangkat
aturan yang dijalankan oleh para pejabat dalam rangka memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Aturan-aturan itu dibuat guna mempermudah proses pelayanan publik. Namun pada
kenyataannya aturan tersebut sering disalahgunakn demi kepentingan pejabat yang bersangkutan.
Akibatnya masyarakat menjadi antipati dengan berbagai aturan yang dibuat oleh pejabat publik
dan cenderung tidak ditaati.
1. Bureaucracy as Organizational IneIiciency
Birokrasi sebagai Pemborosan yang dilakukan oleh organisasi. Pemborosan (ineIiciency) yang
dimaksudkan adalah pemborosan dalam segi waktu, tenaga, Iinansial maupun sumber daya
lainnya. Seringkali niat baik birokrasi untuk memberikan layanan yang eIisien justru berbalik
menjadi layanan yang tidak eIisien dan mengecewakan masyarakat.
Karena itu masyarakat menjadi apatis terhadap berbagai slogan eIisiensi yang disampaikan oleh
aparat birokrasi. Semangat debirokratisasi menjadi tidak bermakna karena tidak diimbangi
dengan sikap dan perilaku para pejabat yang tidak konsisten dan konsekuen dengan
pernyataannya. Birokrasi justru dianggap sebagai tempat bersarangnya berbagai penyakit
organisasi modern seperti pembengkakan pegawai, biaya tinggi dan sulit beradaptasi dengan
lingkungannya.
1. Bureaucracy as Public Administration
Birokrasi sebagai Administrasi Publik. Birokrasi dalam hal ini disama artikan dengan
administrasi publik. Administrasi Publik adalah proses pengelolaan sumber daya publik untuk
dimanIaatkan bagi kepentingan masyarakat. Birokrasi adalah unsur pelaksana dari administrasi
publik agar tujuan pelayanan kepada masyarakat tercapai secara eIektiI, eIisien dan rasional.
1. Bureaucracy as Administration by OIIicials
Birokrasi sebagai Administrasi yang dilaksanakan oleh para pegawai. Dalam hal ini pemahaman
terhadap makna birokrasi hampir sama dengan bureaucracy as rule by oIIicial dan bureaucracy
as public administration.
1. Bureaucracy as the Organization
Birokrasi sebagai Organisasi. Organisasi yang dimaksudkan adalah organisasi memiliki struktur
dan aturan-aturan yang jelas dan Iormal. Organisasi merupakan suatu sistem kerjasama yang
melibatkan banyak orang, dimana setiap orang mempunyai peran dan Iungsi serta tugas yang
saling mendukung demi tercapainya tujuan organisasi.
Organisasi sebagai sistem kerjasama berarti: (a) sistem mengenai pekerjaan-pekerjaan yang
dirumuskan secara baik, dimana masing-masing mengandung wewenang, tugas dan tanggung
jawab yang memungkinkan setiap orang dapat bekerjasama secara eIektiI; (b) sistem penugasan
pekerjaan kepada orang-orang berdasarkan kekhususan bidang kerja masing-masing; (c) sistem
yang terencana dari suatu bentuk kerjasama yang memberikan peran tertentu untuk dilaksanakan
kepada anggotanya.
1. Bureaucracy as Modern Society
Birokrasi merupakan ciri dari masyarakat modern. Bagi masyarakat modern keberaturan
merupakan sebuah kemestian. Keberaturan itu dapat dicapai jika dilaksanakan oleh suatu
institusi Iormal yang dapat mengendalikan perilaku menyimpang masyarakat. Institusi Iormal itu
adalah birokrasi.
Secara etimologi Birokrasi berasal dari istilah buralist` yang dikembangkan oleh Reiheer von
Stein pada 1821, kemudian menjadi bureaucracy` yang akhir-akhir ini ditandai dengan cara-cara
kerja yang rasional, impersoal dan leglistik (Thoha, 1995 dalam Hariyoso, 2002).
Birokrasi menurut Evers dalam Zauhar (1996) dapat diklasiIikasikan ke dalam tiga kategori
yaitu:
1.Birokrasi dipandang sebagai rasionalisme prosedur pemerintahan dan aparat administrasi
publik. Makna ini adalah sejalan dengan ide Weber tentang birokrasi, dan oleh Evers dinamakan
Birokrasi Weber (BW).
2.Birokrasi dipandang sebagai bentuk organisasi yang membengkak dan jumlah pegawai yang
besar. Konsep inilah yang sering disebut Parkinson Law.
3.Birokrasi dipandang sebagai perluasan kekuasaan pemerintah dengan maksud mengontrol
kegiatan masyarakat. Oleh Evers (dalam Zauhar) disebut Orwelisasi.
Dengan demikian maka Istilah Birokrasi dalam masyarakat dimaknai secara diametral
(bertentangan satu sama lain yang tidak mungkin mencapai titik temu):
1.Secara PositiI: Birokrasi sebagai alat yang eIisien dan eIektiI untuk mencapai tujuan tertentu.
Dengan adanya alat yang eIisien dan eIektiI ini maka tujuan suatu organisasi (privat maupun
publik) lebih mudah tercapai.
2.Secara NegatiI: Birokrasi sebagai alat untuk memperoleh, mempertahankan dan melaksanakan
kekuasaan. Birokrasi adalah sesuatu yang penuh dengan kekakuan (inIlexibility) dan
kemandegan struktural (structural static), tatacara yang berlebihan (ritualism) dan penyimpangan
sasaran (pervesion goals), siIat pengabaian (alienation) serta otomatis (automatism) dan menutup
diri terhadap perbedaan pendapat (constrain oI dissent). Birokrasi seperti ini menurut Marx
bersiIat parasitik dan eksploitatiI.
Dengan demikian maka Birokrasi dapat juga dimaknai sebagai suatu sistem kerja yang berlaku
dalam suatu organisasi (baik publik maupun swasta) yang mengatur secara ke dalam maupun
keluar.
Mengatur ke dalam berarti berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut hubungan atau
interaksi antara manusia dalam organisasi juga antara manusia dengan sumber daya organisasi
lainnya. Sedangkan mengatur keluar berarti berhubungan dengan interaksi antara organisasi
dengan pihak lain baik dengan lembaga lain maupun dengan individu-individu.
Konsep birokrasi sesungguhnya berupaya mengaplikasikan prinsip-prinsip organisasi yang
dimaksudkan untuk memperbaiki eIisiensi administrasi, meskipun birokrasi yang keterlaluan
seringkali justru menimbulkan eIek yang tidak baik. Mouzelis menambahkan bahwa dalam
birokrasi terdapat aturan-aturan yang rasional, struktur organisasi dan proses berdasar
pengetahuan teknis dan dengan eIisiensi yang setinggi-tingginya.
Di samping diberikan makna yang cukup positiI tersebut, birokrasi juga sering dimaknai secara
negatiI. Dalam perspektiI yang negatiI ini birokrasi dimaknai sebagai sebagai suatu proses yang
berbelit-belit, waktu yang lama, biaya yang mahal dan menimbulkan keluh kesah yang pada
akhirnya ada anggapan bahwa birokrasi itu tidak eIisien dan bahkan tidak adil.
Biasanya masalah administrasi yang kompleks dan ruwet terdapat pada organisasi besar, seperti
organisasi pemerintahan. Akan tetapi, sebenarnya birokrasi tidak dibatasi hanya pada institusi
sektor publik saja. Serikat Dagang, Universitas, dan LSM merupakan contoh birokrasi di luar
pemerintah.
Berikut ini adalah beberapa pengertian birokrasi dalam pandangan beberapa pakar:
1. Max Weber
Weber menulis banyak sekali tentang kedudukan pejabat dalam masyarakat modern. Baginya
kedudukan pejabat merupakan tipe penanan sosial yang makin penting. Ciri-ciri yang berbeda
dari peranan ini ialah: pertama, seseorang memiliki tugas-tugas khusus untuk dilakukan. Kedua,
bahwa Iasilitas dan sumber-sumber yang diperlukan untuk memenuhi tugas-tugas itu diberikan
oleh orang orang lain, bukan oleh pemegang peranan itu. Dalam hal ini, pejabat memiki posisi
yang sama dengan pekerja pabrik, sedang Weber secara modern mengartikannya sebagai
individu dari alat-alat produksi.
Tetapi pejabat memiliki ciri yang membedakannya dengan pekerja: ia memiliki otoritas. Karena
pejabat memiliki otoritas dan pada saat yang sama inilah sumbangannya, ia berlaku hampir tanpa
penjelasan bahwa suatu jabatan tercakup dalam administrasi (setiap bentuk otoritas
mengekspresikan dirinya sendiri dan Iungsinya sebagai administrasi). Bagi Weber
membicarakan pejabat-pejabat administrasi adalah bertele-tele.
Meskipun demikian konsep tersebut muncul pertama kalinya. Perwira Tentara, Pendeta, Manajer
Pabrik semuanya adalah pejabat yang menghabiskan waktunya untuk menginterpretasikan dan
memindahkan instruksi tertulis. Ciri pokok pejabat birokrasi adalah orang yang diangkat, bukan
dipilih. Dengan menyatakan hal ini Weber telah hampir sampai pada deIinisi umumnya yang
dikenakan terhadap birokrasi.
Weber memandang Birokrasi sebagai birokrasi rasional atau ideal sebagai unsur pokok dalam
rasionalisasi dunia modern, yang baginya jauh lebih penting dari seluruh proses sosial
(Sarundajang, 2003).
1. Farel Heady (1989):
Birokrasi adalah struktur tertentu yang memiliki karakteristik tertentu: hierarki, diIerensiasi dan
kualiIikasi atau kompetensi. Hierarkhi bekaitan dengan struktur jabatan yang mengakibatkan
perbedaan tugas dan wewenang antar anggota organisasi. DiIerensisasi yang dimaksud adalah
perbedaan tugas dan wewenang antar anggota organisasi birokrasi dalam mencapai tujuan.
Sedangkan kualiIikasi atau kompetensi maksudnya adalah seorang birokrat hendaknya orang
yang memiliki kualiIikasi atau kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan
wewenangnya secara proIesional. Dalam hal ini seorang birokrat bukanlah orang yang tidak tahu
menahu tentang tugas dan wewenangnya, melainkan orang yang sangat proIesional dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya tersebut.
1. Hegel:
Birokrasi adalah institusi yang menduduki posisi organiik yang netral di dalam struktur sosial
dan berIungsi sebagai penghubung antara negara yang memaniIestasikan kepentingan umum,
dan masyarakat sipil yang mewakili kepentingan khusus dalam masyarakat.
Hegel melihat, bahwa birokrasi merupakan jembatan yang dibuat untuk menghubungkan antara
kepentingan masyarakat dan kepentingan negara yang dalam saat-saat tertentu berbeda. Oleh
sebab itu peran birokrasi menjadi sangat strategis dalam rangka menyatukan persepsi dan
perspektiI antara negara (pemerintah) dan masyarakat sehingga tidak terjadi kekacauan.
1. Karl Marx
Birokrasi adalah Organisasi yang bersiIat Parasitik dan EksploitatiI. Birokrasi merupakan
Instrumen bagi kelas yang berkuasa untuk mengekploitasi kelas sosial yang lain (yang dikuasai).
Birokrasi berIungsi untuk mempertahankan privilage dan status quo bagi kepentingan kelas
kapitalis.
Dalam pandangan Marx yang berbeda dengan Hegel, birokrasi merupakan sistem yang
diciptakan oleh kalangan atas (the have) untuk memperdayai kalangan bawah (the have not)
demi mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Dalam hal ini birokrasi
menjadi kambing hitam bagi kesalahan penguasa terhadap rakyatnya. Segenap kesalahan
penguasa akhirnya tertumpu pada birokrasi yang sebenarnya hanya menjadi alat saja.
1. Blau dan Meyer
Birokrasi adalah sesuatu yang penuh dengan kekakuan (inIlexibility) dan kemandegan struktural
(structural static), tata cara yang berlebihan (ritualism) dan penyimpangan sasaran (pervesion
goals), siIat pengabaian (alienation) serta otomatis (automatism) dan menutup diri terhadap
perbedaan pendapat (constrain oI dissent). Dengan demikian Blau dan Meyer melihat bahwa
birokrasi adalah sesuatu yang negatiI yang hanya akan menjadi masalah bagi masyarakat.
1. Yahya Muhaimin
keseluruhan aparat pemerintah, baik sipil maupun militer yang bertugas membantu pemerintah
(untuk memberikan pelayanan publik) dan menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu.
1. Almond and Powell (1966):
The Governmental Bureaucracy is a group oI Iormally organized oIIices and duties, lnked in a
complex grading subordinates to the Iormal roler maker (Birokrasi Pemerintahan adalah
sekumpulan tugas dan jabatan yang terorganisir secara Iormal berkaitan dengan jenjang yang
kompleks dan tunduk pada pembuat peran Iormal)
Dari berbagai pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa Birokrasi sesungguhnya dapat
dipahami dan diberi pengertian sebagai suatu sistem kerja yang berlaku dalam organisasi yang
mengatur interaksi sosial baik ke dalam maupun keluar. Secara spesiIik birokrasi publik
(pemerintahan) dapat dimaknai sebagai institusi atau agen pemerintahan yang dilengkapi dengan
otoritas sistematik dan rasional dengan aturan-aturan yang lugas (a system oI authority relations
deIined by rationally developed rule) (Chandler and Plano, 1982 dalam Hariyoso, 2002).
TIPOLOGI BIROKRASI PUBLIK
Tipologi birokrasi dapat dilihat dari berbagai aspek. Menurut Zauhar (1996) dilihat dari
perspektiI otoritasnya, dikenal adanya birokrasi tradisional, birokrasi karismatik, dan birokrasi
legal rasional.
Sumber legitimasi Birokrasi Tradisional adalah waktu, yang bersumber pada established belieI in
the sanctity oI immerial traditions and the legitimacy oI the status oI those exercising under
them. Sumber legitimasi Birokrasi Kharismatis, adalah kepribadian yang luar biasa yang dimiliki
pemimpin, dan bersumber pada devotion to the spesiIic and exemplary character oI an individual
person and the normative patterns or orde revealed ordainded by him.
Birokrasi Legal Rasional bersumber pada aturan aturan yang dibuat untuk mencapai tujuan
tertentu. Oleh karenanya Birokrasi Legal Rasional bersumber pada the legality oI patterns oI
normative rules and the right oI these elevated to authority under such rules to issue commands.
Jenis yang terakhir ini yang menurut Weber (dalam Zauhar, 1996) merupakan unsur terpenting
bagi pertumbuhan dan perkembangan organisasi.
Dari perspektiI derajat keterbukaan, Lee (1971) dalam Zauhar (1996) mengklasiIikasikan ke
dalam birokrasi terbuka, campuran, dan tertutup. Yang dimaksud birokrasi terbuka, derajat
keterbukaan birokrasi dapat dilihat pada aksesibilitas masyarakat untuk berhubungan dengan
birokrasi, luasnya pelaksanaan recruitment, kebebasan kelompok lain untuk memasuki jajaran
birokrasi tingkat menengah dan tinggi, serta derajat kesediaan birokrasi untuk mendistribusikan
kekuasaannya kepada kelompok lain.
Dalam birokasi tertutup, ditandai dengan adanya ciri yang sangat elitis dikalangan birokrasi dan
mereka menjadi kelas yang memiliki hak privelese tertentu. Untuk bisa masuk ke birokrasi harus
melalui ujian pamong praja dikaitkan dengan lamanya kuliah di perguruan tinggi. Rotasi antar
bagian bisa terjadi, namun tak diikuti dengan pemberian Iasilitas. Kesetiaan para pamong kepada
pekerjaannya. Moral mereka sangat tinggi namun orientasinya menjadi sempit.
Birokrasi campuran, menurut Zauhar (1996) merupakan tipe birokrasi hasil kontak yang terbatas
antara birokrasi dengan masyarakat. Kontak yang agak terbatas tersebut dapat diawali dengan
masuknya individu ke dalam jajaran birokrasi pemerintahan guna mengurangi kelemahan
birokrasi, seperti kekurangmampuan birokrasi lama untuk merencanakan, statistik, industrialisasi
dan lain lain. Keterbatasan itu pula maka terbuka dari masuknya para ekspert (ahli) baik dari
kalangan perguruan tinggi maupun dari luar negeri.
Sementara itu, menurut Hariandja (1999), ada perbedaan yang signiIikan antara pandangan
umum tentang birokrasi dalam suatu keseharian dan sudut pandang ilmiah metodologis. Bagi
awam, birokrasi mengingatkan pada struktur yang lamban, kekusutan prosedural, kaku, tidak
eIisian dan sebagainya.
Dalam banyak hal 'kebenaran umum (public image) ini tidak sepenuhnya salah.
Berbagai kasus menunjukkan, birokrasi lebih melayani dirinya dan kepentingan kliennya
daripada mendahulukan kepentingan umum. Tidak jarang ia juga menjadi alat politik dari suatu
kekuatan politik tertentu. Hal semacam itu tentu seharusnya tidak terjadi. Karena penjelasan
mengenai birokrasi yang dilakukan secara ilmiah harus mencakup usaha untuk menguji
hubungan administratiI dan aparatur manajerial dalam kerangka konteks sosial yang spesiIik,
tempat birokrasi dibentuk.
Dengan demikian maka tipologi birokrasi dapat dibedakan menjadi 3, yakni (Zauhar, 1996);
1.Birokrasi Tradisional (bersumber pada Waktu)
2.Birokrasi Kharismatik (bersumber pada kepribadian)
3.Birokrasi Legal-rasional (bersumber pada aturan-aturan yang legal)
Birokrasi yang dapat meningkatkan eIisiensi organisasi adalah birokrasi yang legal-rasional.
Karena itu juga disebut sebagai birorasionalitas atau biro-eIisiensi. Sedangkan birokrasi yang
tidak mampu meningkatkan eIisiensi disebut sebagai biropatologi (Zauhar, 1996).
PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI BIROKRASI
Dalam memahami Birokrasi dapat digunakan 3 Pendekatan (Zauhar, 1996):
1. Birokrasi dipandang sebagai rasionalisme prosedur pemerintahan dan aparat administrasi
publik (Birokrasi Weber). Pemikiran Max Weber yang yelah dikupas tuntas oleh Martin Albrow
menjelaskan bahwa Weber tidak pernah mendeIinisikan birokrasi. Biasanya ia telah diasumsikan
membuat deIinisi tersebut dan kegagalannya untuk membuat demikian bertentangan dengan
usahanya untuk mendeIinisikan konsep-konsep analisis organisasi lain. Memang jelas bahwa
Weber tidak menganggap istilah 'birokrasi sebagai bahasa ilmu sosial.
Apa yang dikerjakannya secara hati-hati adalah merinci segi-segi apa yang dipandangnya
sebagai bentu birokrasi yang paling rasional. Salah satu petunjuk bagi konsep umum Birokrasi
Weber, tampak dalam identiIikasinya terhadap jenis birokrasi yang lain terpisah dari tipe paling
rasional.
Inilah Birokrasi Patrimonial. Birokrasi Patrimonial ini berbeda dengan birokrasi rasional
terutama karena para pejabat yang bekerja tidak bebas dibanding orang-orang yang diangkat
secara kontraktual. Weber menemukan contoh-contoh tersebut dalam Imperium Romawi
terakhir, dalam Mesir Kuno dan dalam Imperium Bizantium. Namun demikian, hakekat gagasan
birokrasi patrimonial adalah keberadaan suatu badan. Konsep tentang pejabat (Beamter)
merupakan dasar bagi konsep tentang birokasi. Hal itu diperkuat dengan seringnya Weber dalam
berbagai kesempatan menggunakan breamtentum (staI pegawai) sebagai suatu alternatiI bagi
birokrasi (Sarundajang, 2003).
2. Birokasi dipandang sebagai organisasi yang membengkak dan jumlah pegawainya besar
(Parkinson Law). Parkinson Law mengatakan:
a.Setiap Pegawai Negeri akan berusaha sekuat tenaga meningkatkan jumlah pegawai
bawahannya
b.Setiap Pegawai Pegeri akan selalu menciptakan tugas baru bagi dirinya sendiri yang sering
diragukan manIaat dan artinya
c.Karena itu laju birokrasi akan meningkat dan jumlah pegawai akan naik secara otomatis tidak
tergantung dari beban tugas yang diperlukan
1. Birokrasi dipandang sebagai perluasan kekuasaan pemerintah dengan maksud mengontrol
kegiatan masyarakat (Orwelisasi).
KARAKTERISTIK IDEAL BIROKRASI
Ilmuwan yang sangat berpengaruh dalam pengembangan teori birokrasi adalah Max Weber,
seorang sosiolog jerman yang juga ahli hukum.
Weber pernah menulis buku wirtschaIt und gesellchaIt (teori organisasi sosial dan ekonomi)
yang didalamnya terdapat salah satu bab mengenai birokrasi. Karya itu sampai sekarang dikenal
konsep tipe ideal birokrasi. Konsep tipe ideal ini kurang dikenal tentang kritiknya terhadap
seberapa jauh peran birokrasi terhadap kehidupan politik, atau bagaimana peran politik terhadap
birokrasi. Birokrasi Weberian hanya menekankan bagaimana seharusnya mesin birokrasi itu
secara proIesional dan rasional dijalankan.
Menurutnya, birokrasi dan institusi lainnya dapat dilihat sebagai 'kehidupan kerja yang rutin
(routines oI workday liIe). Untuk menyeimbangkan kerja rutin tersebut, ia memperkenalkan
gagasan mengenai 'charisma yang direIleksikan dalam bentuk kepemimpinan yang
kharismatik. Weber mengamati bahwa birokrasi membentuk proses administrasi yang rutin sama
persis dengan mesin pada proses produksi.
Dalam model yang diajukan Weber, birokrasi memiliki karakteristik ideal sebagai berikut (dalam
Islamy, 2003):
1. Pembagian Kerja/ Spesialisasi (division oI labor)
Dalam menjalankan berbagai tugasnya, birokrasi membagi kegiatan-kegiatan pemerintahan
menjadi bagian-bagian yang masing-masing terpisah dan memiliki Iungsi yang khas. Pembagian
kerja seperti ini memungkinkan terjadinya spesialisasi Iungsi. Dengan cara seperti ini, penugasan
spesialis untuk tugas-tugas khusus bisa dilakukan dan setiap mereka bertanggung jawab atas
keberesan pekerjaannya masing-masing.
Aktivitas yang reguler mensyaratkan tujuan organisasi didistribusikan dengan cara yang tetap
dengan tugas-tugas kantor (oIIicial duties). Pemisahan tugas secara tegas memungkinkan untuk
memperkerjakan ahli yang terspesialisasi pada setiap posisi dan menyebabkan setiap orang
bertanggungjawab terhadap kinerja yang eIektiI atas tugas-tugasnya. Karena itu tugas-tugas
birokrasi hendaknya dilakukan oleh masing-masing pegawai yang benar-benar memiliki keahlian
khusus (specialized expert) dan bertanggung jawab demi tercapainya tujuan organisasi secara
eIektiI dan eIisien.
2. Adanya prinsip hierarki wewenang (the principle oI hierarchi)
Ciri khas birokrasi adalah adanya wewenang yang disusun secara hierarkis atau berjenjang.
Hierarki itu berbentuk piramid yang memiliki konsekuensi semakin tinggi suatu jenjang berarti
pula semakin besar wewenang yang melekat di dalamnya dan semakin sedikit penghuninya.
Hierarki wewenang ini sekaligus mengindikasikan adanya hierarki tanggung jawab. Dalam
hierarki itu setiap pejabat harus bertanggung jawab kepada atasannya mengenai keputusan-
keputusan dan tindakan-tindakannya sendiri maupun yang dilakukan oleh anak buahnya. Pada
setiap tingkat hierarki, para pejabat birokrasi memiliki hak memberi perintah dan pengarahan
pada bawahannya, dan para bawahan itu berkewajiban untuk mematuhinya. Sekalipun begitu,
ruang lingkup wewenang memberi perintah itu secara jelas dibatasi hanya pada masalah-masalah
yang berkaitan langsung dengan kegiatan resmi pemerintahan.
Organisasi birokrasi mengikuti prinsip hirarki sehingga setiap unit yang lebih rendah berada
dalam pengendalian dan pengawasan organisasi yang lebih tinggi. Setiap pegawai dalam hirarki
administrasi bertanggungjawab kepada atasannya.
Keputusan dan tindakan harus dimintakan persetujuan kepada atasan. Agar dapat membebankan
tanggungjawabnya kepada bawahan, ia memiliki wewenang/ kekuasaan atas bawahannya
sehingga ia mempunyai hak untuk mengeluarkan perintah untuk ditaati dan dilaksanakan oleh
bawahan. Meskipun masing-masing pegawai yang berada pada jenjang mempunyai otoritas-
birokratis tetapi penggunaan otoritas tersebut tetap harus relevan dengan tugas-tugas resmi
organisasi.
3. Adanya sistem aturan (system oI rules)
Kegiatan pemerintahan diatur oleh suatu sistem aturan main yang abstrak. Aturan main itu
merumuskan lingkup tanggung jawab para pemegang jabatan di berbagai posisi dan hubungan di
antara mereka. Aturan-aturan itu juga menjamin koordinasi berbagai tugas yang berbeda dan
menjamin keseragaman pelaksanaan berbagai kegiatan itu.
Operasi kegiatan dalam birokrasi dilaksanakan berdasarkan sistem aturan yang ditaati secara
konsisten. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin adanya unuIormitas kinerja setiap tugas dan
rasa tanggung jawab masing-masing anggota organisasi bagi pelaksanaan tugasnya.
Sistem yang distandarkan ini dirancang untuk menjamin adanya keseragaman dalam
melaksanakan setiap tugas, tanpa memandang jumlah personil yang melaksanakan dan
koordinasi tugas tugas yang berbeda-beda. Aturan-aturan yang eksplisit tersebut menentukan
tanggung jawab setiap anggota organisasi dan hubungan diantara mereka, namun tidak berarti
bahwa kewajiban birokrasi sangat mudah dan rutin. Tugas tugas birokrasi memiliki
kompleksitas yang bervariasi, dari tugas-tugas klerikal yang siIatnya rutin hingga tugas tugas
yang sulit.
4. Hubungan Impersonal (Iormalistic impersonality)
Para pejabat birokrasi harus memiliki orientasi impersonal. Mereka harus menghindarkan
pertimbangan pribadi dalam hubungannya dengan bawahannya maupun dengan anggota
masyarakat yang dilayaninya.



8l8Ck8ASl LML8ln1APAn MCuL8n
uec 30 10 1147 M
unLuk semuanya

kategor| La|nnya
LnuAPuLuAn
ollLlk 8lrokrasl lndonesla berusaha unLuk memberlkan pengenalan dan pemahaman kepada mahaslswa
LenLang konsep blrokrasl relasl anLara blrokrasl dengan elemenelemen dalam slsLem pollLlk serLa
klner[a dan akunLablllLas blrokrasl Lermasuk dl dalamnya berbagal benLuk penyelewengan yang
mungkln dapaL dllakukan oleh blrokrasl balk dalam konLeks global aLau dalam kasus lndonesla 8lrokrasl
yang seharusnya men[adl pelayan publlk dan berLanggung[awab Lerhadap rakyaL lewaL lembaga leglslaLlf
kadang men[adl lembaga yang Lldak LerkonLrol karena berbagal keleblhan dan kekuaLannya LeglslaLlf
bahkan serlngkall [uga harus kehllangan kendall Lerhadap blrokrasl karena sumber dayanya yang Lldak
mencukupl unLuk mampu mengawasl klner[a blrokrasl unLuk lLulah dlperlukan lembaga leglslaLlf yang
kuaL yang dldukung dengan seperangkaL peraLuran yang Legas yang akan cukup membaLasl gerak
blrokrasl Selaln lLu parLlslpasl masyarakaL serLa volunLary secLor dalam mengawasl klner[a blrokrasl
men[adl suaLu hal yang muLlak
unLuk mampu memahaml sepak Ler[ang serLa warna darl blrokrasl dl lndoneslasalah saLu blrokrasl
Lerkorup dl dunla mahaslswa wa[lb unLuk mengeLahul se[arah awal LerbenLuknya blrokrasl dl lndonesla
karena bagalmanapun kulLur dan seLLlng soslal blrokrasl dl lndonesla pada masa lampau akan LuruL
memberlkan sumbangannya dalam menclpLakan sosok blrokrasl lndonesla pada masa sekarang 8erpl[ak
darl LlLlk lLu maka mahaslswa akan mudah unLuk memahaml langkahlangkah dalam reformasl blrokrasl
dl lndonesla












LnCL81lAn
8lrokrasl merupakan lnsLrumen penLlng dalam masyarakaL modern yang kehadlrannya Lak mungkln
Lerelakkan LkslsLensl blrokrasl lnl sebagal konsekuensl logls darl Lugas uLama negara (pemerlnLahan)
unLuk menyelenggarakan kese[ahLeraan masyarakaL (soclal welfare) negara dlLunLuL LerllbaL dalam
memproduksl barang dan [asa yang dlperlukan oleh rakyaLnya (publlc goods and servlces) balk secara
langsung maupun Lldak 8ahkan dalam keadaan LerLenLu negara yang memuLuskan apa yang Lerbalk
bagl rakyaLnya unLuk lLu negara mernbangun slsLem admlnlsLrasl yang berLu[uan unLuk melayanl
kepenLlngan rakyaLnya yang dlsebuL dengan lsLllah blrokrasl
8lrokrasl bagl sebaglan orang dlmaknal sebagal prosedur yang berbellLbellL menyullLkan dan
men[engkelkan namun bagl sebaglan yang laln blrokrasl dlpahaml darl perspekLlf yang poslLlf yaknl
sebagal upaya unLuk mengaLur dan mengendallkan perllaku masyarakaL agar leblh LerLlb keLerLlban
yang dlmaksud adalah keLerLlban dalam hal mengelola berbagal sumber daya yang mendlsLrlbuslkan
sumber daya LersebuL kepada seLlap anggoLa masyarakaL secara berkeadllan
endapaL yang berbeda dl aLas dapaL dlpahaml darl perspekLlfnya maslngmaslng 8agl yang
berpandangan poslslf Lerhadap blrokrasl maka baglnya blrokrasl adalah sebuah kenlscayaan Akan LeLapl
bagl mereka yang berpandangan negaLlf maka blrokrasl [usLru men[adl salah saLu penghalang
Lercapalnya Lu[uan sehlngga keberadaan blrokrasl harus dlhllangkan
Se[auh lnl blrokrasl menun[uk pada empaL pengerLlan yalLu erLama menun[uk pada kelompok
pranaLa aLau lembaga LerLenLu engerLlan lnl menyamakan blrokrasl dengan blro kedua menun[uk
pada meLode khusus unLuk pengalokaslan sumberdaya dalam suaLu organlsasl besar engerLlan lnl
berpadanan dengan lsLllah pengambllan kepuLusan blrokraLls keLlga menun[uk pada keblroan" aLau
muLu yang membedakan anLara blroblro dengan [enls[enls organlsasl laln engerLlan lnl leblh
menun[uk pada slfaLslfaL sLaLls organlsasl (uowns 1967 dalam 1hoha 2003) keempaL sebagal
kelompok orang yaknl orangorang yang dlga[l yang berfungsl dalam pemerlnLahan (CasLle SuyaLno
dan nurhadlanLomo 1983)
Secara eLlmologls blrokrasl berasal darl kaLa 8lro (me[a) dan kraLeln (pemerlnLahan) yang [lka
dlslnLesakan berarLl pemerlnLahan Me[a 1enLu agak lucu pengerLlan seperLl lnl LeLapl memang
demlklanlah haklkaL blrokrasl oleh sebab lembaga lnllah Lampak kaku yang dlkuasal oleh orangorang dl
belakang me[a Mengapa demlklan ?
ul dalam pendekaLan lnsLlLuslonal (kelembagaan) khususnya dl dalam skema LercanLum lalullnLas
admlnlsLrasl negara darl eksekuLlf Lurun ke kebl[akan AdmlnlsLrasl lalu ke AdmlnlsLrasl dan yang
Lerakhlr ke pemlllh ArLlnya seLlap kebl[akan seLlap kebl[akan negara yang yang dlselenggarakan plhak
eksekuLlf dlLer[emahkan ke dalam benLuk kebl[akan admlnlsLrasl negara dl mana pelaksanaan darl
admlnlsLrasl LersebuL dllakukan oleh lembaga blrokrasl
klLa mungkln mengenal badanbadan seperLl ueparLemen kanwll kanLor kelurahan kanLor SamsaL dl
mana kanLorkanLor LersebuL semua merupakan badanbadan blrokrasl negara yang
menglmplemenLaslkan kebl[akan negara dan berslfaL langsung berhubungan dengan masyarakaL
Mlchael C 8oskln eL al menyebuL pengerLlan blrokrasl 8agl mereka blrokrasl adalah seLlap organlsasl
yang berskala besar yang Lerdlrl aLas para pe[abaL yang dlangkaL dl mana fungsl uLamanya adalah unLuk
melaksanakan (Lo lmplemenL) kebl[akankebl[akan yang Lelah dlambll oleh para pengambll kepuLusan
(declslon makers)
ldealnya blrokrasl merupakan suaLu slsLem raslonal aLau sLrukLur yang Lerorganlslr yang dlrancang
sedemlklan rupa guna memungklnkan adanya pelaksanaan kebl[akan publlk yang efekLlf dan eflslen
8lrokrasl [uga dloperaslkan oleh serangkalan aLuran serLa prosedur yang berslfaL LeLap 1erdapaL ranLal
komando berupa hlrarkl kewenangan dl mana Langgung [awab seLlap baglanbaglannya mengallr darl
aLas ke bawah
Selaln lLu blrokrasl [uga dlsebuL sebagal badan yang menyelenggarakan Clvll Servlce (pelayanan publlk)
8lrokrasl Lerdlrl darl orangorang yang dlangkaL oleh eksekuLlf dan poslsl mereka lnl daLang dan pergl
ArLlnya merekamereka duduk dl dalam blrokrasl kadang dlkeluarkan aLau LeLap dlperLahankan
berdasarkan presLasl ker[a mereka
Seorang pegawal blrokrasl yang malas blasanya akan mendapaL Leguran darl aLasan yang [lka Leguran
lnl Lldak dlgubrls la kemungklnan besar akan dlberhenLlkan darl poslslnya namun [lka seorang pegawal
menun[ukkan presLasl ker[a memuaskan ada kemungklnan la akan dlpromoslkan unLuk mendapaL poslsl
yang leblh Llnggl (LenLunya dengan ga[l dan kewenangan yang leblh besar pula)

kA8Ak1L8lS1lk 8l8Ck8ASl
karakLerlsLlk blrokrasl yang umum dlacu adalah yang dla[ukan oleh Max Weber MenuruL Weber pallng
Lldak LerdapaL 8 karakLerlsLlk blrokrasl yalLu
1 Crganlsasl yang dlsusun secara hlrarkls
2 SeLlap baglan memlllkl wllayah ker[a khusus
3 elayanan publlk (clvll sevanLs) Lerdlrl aLas orangorang yang dlangkaL bukan dlplllh dl mana
pengangkaLan LersebuL dldasarkan kepada kuallflkasl kemampuan [en[ang pendldlkan aLau pengu[lan
(examlnaLlon)
4 Seorang pelayan publlk menerlma ga[l pokok berdasarkan poslsl
3 eker[aan sekallgus merupakan [en[ang karlr
6 ara pe[abaL/peker[a Lldak memlllkl sendlrl kanLor mereka
7 SeLlap peker[a dlkonLrol dan harus dlslplln
8 romosl yang ada dldasarkan aLas penllala[ aLasan (superlors [udgmenLs)
ulLln[au secara pollLlk karakLerlsLlk blrokrasl menuruL Weber hanya menyebuL halhal yang ldeal
ArLlnya Lerkadang pola pengangkaLan pegawal dl dalam blrokrasl yang seharusnya dldasarkan aLas
[en[ang pendldlkan aLau hasll u[lan kerap Lldak Lerlaksana lnl dlaklbaLkan maslh berlangsungnya pola
pengangkaLan pegawal berdasarkan kepenLlngan pemerlnLah

1lL1lL 8l8Ck8ASl nLCA8A
unLuk mellhaL LlpeLlpe blrokrasl negara dapaL klranya klLa manfaaLkan pemlsahan Llpe blrokrasl
menuruL ldeal Lyphus Amerlka SerlkaL ldeal Lyphus LersebuL lalu klLa komparaslkan dengan apa yang
ada dl lndonesla
ul Amerlka SerlkaL LerdapaL 4 [enls blrokrasl yalLu (1) 1he CablneL ueparLmenLs (deparLemen
deparLemen dl dalam kablneL) (2) lederal Agencles (agenagen federal) (3) federal CorporaLlon
(perusahaanperusahaan federal mlllk federal) dan (4) lndependenL 8egulaLory Agencles agenagen
pengaLuran lndependen)
ueparLemendeparLemen dalam kablneL Lerdlrl aLas beberapa beberapa lembaga blrokrasl yang
dlbedakan menuruL Lugasnya Ada deparLemen Lenaga ker[a deparLemen perLahanan aLau deparLemen
pendldlkan 1ugas uLama darl deparLemendeparLemen lnl adalah melaksanakan kebl[aksanaan umum
yang Lelah dlgarlskan oleh lembaga eksekuLlf maupun yudlkaLlf
Agenagen federal merupakan kepan[angan Langan darl lembaga kepresldenan la dlbenLuk berdasarkan
plllhan darl preslden yang Lengah memerlnLah oleh sebab lLu slfaLnya leblh pollLls keLlmbang murnl
admlnlsLraLlf Crganlsasl nASA dl sana merupakan salah saLu conLoh darl agenagen federal ConLoh darl
blrokrasl lnl [uga dlposlslkan oleh l8l (lederal 8ureau lnvesLlgaLlon) ul lndonesla agenagen seperLl lnl
mlsalnya 8adan 1enaga ALom naslonal (8aLan) Lembaga enerbangan dan AnLarlksa naslonal (Lapan)

korporaslkorporasl federal merupakan blrokrasl yang memadukan anLara poslslnya sebagal agen
pemerlnLah sekallgus sebagal sebuah lembaga blsnls ul lndonesla conLoh yang pallng endekaLl adalah
8uMn (8adan usaha Mlllk negara) Mesklpun negara (eksekuLlf) Lerkadang maslh merupakan plhak
yang pallng menenLukan dalam pengangkaLan pe[abaLnya LeLapl secara umum sebagal sebuah lembaga
blsnls la memlllkl oLorlLas unLuk menenLukan [enls modal dan [uga memuLuskan apakah perusahaan
akan melakukan pemekaran organlsasl aLau seballknya peramplngan
ul lndonesla conLoh darl korporaslkorporasl mlllk negara lnl mlsalnya erusahaan !awaLan kereLa Apl
(!kA) Caruda lndonesla Alrways (ClA) erusahaan LlsLrlk negara (nL) aLau 8ank Mandlrl
Agenagen engaLuran lndependen sebagal [enls blrokrasl yang Lerakhlr merupkan blrokrasl yang
dlbenLuk berdasarkan kebuLuhan unLuk menyelenggarakan regulasl ekonoml Lerhadap dunla blsnls dl
mana penyelenggaraan LersebuL berkalLan secara langsung dengan kese[ahLeraan masyarakaL
ul lndonesla klnl dlbenLuk 8adan enyehaLan erbankan naslonal (8n) yang berfungsl unLuk
melakukan reksLrukLurlsasl kalangan blsnls Lanah alr yang dl masa lalu dlanggap banyak meruglkan
keuangan negara dan secara leblh [auh kese[ahLeraan masyarakaL lndonesla aklbaL kaLakanlah kredlL
kredlL maceL mereka
Selaln lLu conLoh blsa klLa sebuLkan mlsalnya komlsl emberanLasan korupsl (kk) komlsl emlllhan
umum (ku) komlsl engawasan ersalngan usaha (ku) komlsl enylaran lndonesla (kl) dan
se[enlsnya




L8An 8l8Ck8ASl uALAM LML8ln1APAn MCuL8n
Mlchael C 8oskln eL al meneyebuLkan bahwa sekurangkurangnya ada 4 fungsl blrokrasl dl dealam
suaLu pemerlnLahan modern lungsfungsl LersebuL adalah
1 AdmlnlsLrasl
lungsl admlnlsLrasl pemerlnLahan modern mellpuLl admlnlsLrasl pelayanan pengaLuran perlzlnan dan
pengumpul lnformasl uengan fungsl admlnlsLrasl dlmaksudkan bahwa fungsl sebuah blrokrasl adalah
menglmplemenLaslkan undangundang yang Lelah dlsusun oleh leglslaLlf serLa penafslran aLas uu
LersebuL oleh eksekuLlf uengan demlklan admlnlsLrasl berarLl pelaksanaan kebl[aksanaan umum suaLu
negara dl mana kebl[akan umum lLu sendlrl Lelah dlrancang sedemlklan rupa guna mencapal Lu[uan
negara secara keseluruhan
2 elayanan
8lrokrasl sessungguhnya dlarahkan unLuk melayanl masyarakaL aLau kelompokkelompok khusus 8adan
meLereologl dan Ceoflslka (8MC) dl lndonesla merupakan conLoh yang bagus unLuk hal lnl dl mana
badan LersebuL dlLu[ukan deml melayanl kepenLlngan masyarakaL yang akan melakukan per[alanan aLau
mengungslkan dlrl darl kemungklnan bencana alam unLuk baLasbaLas LerLenLu beberapa korporasl
negara seperLl !kA aLau !awaLan CS dan 1elekomunlkasl [uga men[alankan fungsl publlc servlce lnl
3 engaLuran (regulaLlon)
lungsl pengaLuran darl suaLu pemerlnLahan blasanya dlrancang deml mengamankan kese[ahLeraan
masyarakaL ualam men[alankan fungsl lnl badan blrokrasl blasanya dlhadapkan anaLara dua plllhan
kepenLlngan lndlvldu versus kepenLlngan masyarakaL banyak 8adan blrokrasl negara blasanya
dlperhadapkan pada dua plllhan lnl
4 engumpul lnformasl (lnformaLlon CaLherlng)
lnformasl dlbuLuhkan berdasarkan dua Lu[uan pokok Apakah suaLu kebl[aksanaan mengalaml se[umlah
pelanggaran aLau keperluan membuaL kebl[akankebl[akan baru yang akan dlsusun oleh pemerlnLah
berdasarkan slLuasl fakLual 8adan blrokrasl oleh sebab lLu men[adl u[ung Lombak pelaksanaan
kebl[aksanaan negara LenLu menyedlakan daLadaLa sehubungan dengan dua hal LersebuL Mlsalnya
pemunguLan uang yang Lldak semesLlnya (pungll) keLlka masyarakaL membuaL SlM aLau S1nk LenLunya
mengalaml pembengkakan ungll LersebuL merupakan pelanggaran aLas ldeallsme admlnlsLrasl negara
oleh sebab lLu harus dlLlndak uengan dlLemukannya bukLl pungll pemerlnLah akan membuaL prosedur
baru unLuk pembuaLan SlM dan S1nk agar Lldak memberl ruang bagl kesempaLan melakukan pungll

kLSlMuLAn
ada kallmaL dlaLas lLu blsa dlslmpulkan bahwa 8lrokrasl sangaL mempunyal peranan penLlng dalam
kehldupan pemerlnLahan ualam model pemerlnLahan blrokrasl dan pemerlnLah mengarahkan
melakukan pemberdayaan masyarakaL sallng bersalng dalam memberlkan pelayanan yang Lerbalk
dlgerakkan oleh mlsl yang dlLeLapkan oleh negara bukan aLuran yang dlbuaL sendlrl menghasllkan
pendanaan bukan menunggu anggaran dlkendallkan oleh warga negara pembayar pa[ak
memeperhaLlkan Labungan mencegah darlpada mengobaLl melakukan ker[a kelompok bukan ker[a
lndlvldu dan memperhaLlkan kemauan pasar aLau publlk !adl kepemerlnLahan Lldak dlpandang sebelah
maLa lagl 8lrokrasl berLlndak profeslonal Lerhadap publlk 8erperan men[adl pelayan masyarakaL (publlc
servenL) ualam memberlkan pelayanan ada Lransparansl blaya yang Lldak Ler[adl punguLan llar nS
perlu memberlkan lnformasl dan Lranparansl sebagal hak masyarakaL dan blsa dlmlnLal perLanggung
[awabnya lewaL dengar pendapaL dengan leglslaLlf aLau kelompok kepenLlngan yang daLang Melakukan
pemberdayaan publlk dan mendukung Lerbangunnya proses demokraLlsasl











uAl1A8 uS1AkA
1 Mlchael C 8oskln eL al ollLlcal Sclence An lnLroducLlon 8ab 16
2 8 Cuy eLers and vlncenL WrlghL ubllc ollcy and AdmlnlsLraLlon Cld and new dalam 8oberL L
Coodln and PansuleLer kllngemann A new Pandbook of ollLlcal Sclence arL vll 8ab 2
3 Arbl SanlL Crmas dan ollLlk 8ab 1 8aglan 3



Birokrasi, Ideologi, Kapitalisme, Sosialisme, Liberalisme, Neoliberalisme, Fundamentalisme
engerLlan blrokrasl karakLerlsLlk blrokrasl hubungannya dengan admlnlsLrasl negara serLa [enls[enls
blrokrasl yang ada dl suaLu negara

Secara eLlmologls blrokrasl berasal darl kaLa 8lro (me[a) dan kraLeln (pemerlnLahan) yang [lka
dlslnLesakan berarLl pemerlnLahan Me[a 1enLu agak lucu pengerLlan seperLl lnl LeLapl memang
demlklanlah haklkaL blrokrasl oleh sebab lembaga lnllah Lampak kaku yang dlkuasal oleh orangorang dl
belakang me[a Mengapa demlklan ?

ul dalam pendekaLan lnsLlLuslonal (kelembagaan) khususnya dl dalam skema LercanLum lalullnLas
admlnlsLrasl negara darl eksekuLlf Lurun ke kebl[akan AdmlnlsLrasl lalu ke AdmlnlsLrasl dan yang
Lerakhlr ke pemlllh ArLlnya seLlap kebl[akan seLlap kebl[akan negara yang yang dlselenggarakan plhak
eksekuLlf dlLer[emahkan ke dalam benLuk kebl[akan admlnlsLrasl negara dl mana pelaksanaan darl
admlnlsLrasl LersebuL dllakukan oleh lembaga blrokrasl klLa mungkln mengenal badanbadan seperLl
ueparLemen kanwll kanLor kelurahan kanLor SamsaL dl mana kanLorkanLor LersebuL semua
merupakan badanbadan blrokrasl negara yang menglmplemenLaslkan kebl[akan negara dan berslfaL
langsung berhubungan dengan masyarakaL

Mlchael C 8oskln eL al menyebuL pengerLlan blrokrasl 8agl mereka blrokrasl adalah seLlap organlsasl
yang berskala besar yang Lerdlrl aLas para pe[abaL yang dlangkaL dl mana fungsl uLamanya adalah unLuk
melaksanakan (Lo lmplemenL) kebl[akankebl[akan yang Lelah dlambll oleh para pengambll kepuLusan
(declslon makers) ldealnya blrokrasl merupakan suaLu slsLem raslonal aLau sLrukLur yang Lerorganlslr
yang dlrancang sedemlklan rupa guna memungklnkan adanya pelaksanaan kebl[akan publlk yang efekLlf
dan eflslen

8lrokrasl [uga dloperaslkan oleh serangkalan aLuran serLa prosedur yang berslfaL LeLap 1erdapaL ranLal
komando berupa hlrarkl kewenangan dl mana Langgung [awab seLlap baglanbaglannya mengallr darl
aLas ke bawah

Selaln lLu blrokrasl [uga dlsebuL sebagal badan yang menyelenggarakan Clvll Servlce (pelayanan publlk)
8lrokrasl Lerdlrl darl orangorang yang dlangkaL oleh eksekuLlf dan poslsl mereka lnl daLang dan pergl
ArLlnya merekamereka duduk dl dalam blrokrasl kadang dlkeluarkan aLau LeLap dlperLahankan
berdasarkan presLasl ker[a mereka Seorang pegawal blrokrasl yang malas blasanya akan mendapaL
Leguran darl aLasan yang [lka Leguran lnl Lldak dlgubrls la kemungklnan besar akan dlberhenLlkan darl
poslslnya namun [lka seorang pegawal menun[ukkan presLasl ker[a memuaskan ada kemungklnan la
akan dlpromoslkan unLuk mendapaL poslsl yang leblh Llnggl (LenLunya dengan ga[l dan kewenangan yang
leblh besar pula)

karakter|st|k 8|rokras|
karakLerlsLlk blrokrasl yang umum dlacu adalah yang dla[ukan oleh Max Weber MenuruL Weber pallng
Lldak LerdapaL 8 karakLerlsLlk blrokrasl yalLu
1 Crganlsasl yang dlsusun secara hlrarkls
2 SeLlap baglan memlllkl wllayah ker[a khusus
3 elayanan publlk (clvll sevanLs) Lerdlrl aLas orangorang yang dlangkaL bukan dlplllh dl mana
pengangkaLan LersebuL dldasarkan kepada kuallflkasl kemampuan [en[ang pendldlkan aLau pengu[lan
(examlnaLlon)
4 Seorang pelayan publlk menerlma ga[l pokok berdasarkan poslsl
3 eker[aan sekallgus merupakan [en[ang karlr
6 ara pe[abaL/peker[a Lldak memlllkl sendlrl kanLor mereka
7 SeLlap peker[a dlkonLrol dan harus dlslplln
8 romosl yang ada dldasarkan aLas penllala[ aLasan (superlors [udgmenLs)
ulLln[au secara pollLlk karakLerlsLlk blrokrasl menuruL Weber hanya menyebuL halhal yang ldeal
ArLlnya Lerkadang pola pengangkaLan pegawal dl dalam blrokrasl yang seharusnya dldasarkan aLas
[en[ang pendldlkan aLau hasll u[lan kerap Lldak Lerlaksana lnl dlaklbaLkan maslh berlangsungnya pola
pengangkaLan pegawal berdasarkan kepenLlngan pemerlnLah

@|pe@|pe 8|rokras| Negara
unLuk mellhaL LlpeLlpe blrokrasl negara dapaL klranya klLa manfaaLkan pemlsahan Llpe blrokrasl
menuruL ldeal Lyphus Amerlka SerlkaL ldeal Lyphus LersebuL lalu klLa komparaslkan dengan apa yang
ada dl lndonesla

ul Amerlka SerlkaL LerdapaL 4 [enls blrokrasl yalLu (1) 1he CablneL ueparLmenLs (deparLemen
deparLemen dl dalam kablneL) (2) lederal Agencles (agenagen federal) (3) federal CorporaLlon
(perusahaanperusahaan federal mlllk federal) dan (4) lndependenL 8egulaLory Agencles agenagen
pengaLuran lndependen)

ueparLemendeparLemen dalam kablneL Lerdlrl aLas beberapa beberapa lembaga blrokrasl yang
dlbedakan menuruL Lugasnya Ada deparLemen Lenaga ker[a deparLemen perLahanan aLau deparLemen
pendldlkan 1ugas uLama darl deparLemendeparLemen lnl adalah melaksanakan kebl[aksanaan umum
yang Lelah dlgarlskan oleh lembaga eksekuLlf maupun yudlkaLlf

Agenagen federal merupakan kepan[angan Langan darl lembaga kepresldenan la dlbenLuk berdasarkan
plllhan darl preslden yang Lengah memerlnLah oleh sebab lLu slfaLnya leblh pollLls keLlmbang murnl
admlnlsLraLlf Crganlsasl nASA dl sana merupakan salah saLu conLoh darl agenagen federal ConLoh darl
blrokrasl lnl [uga dlposlslkan oleh l8l (lederal 8ureau lnvesLlgaLlon) ul lndonesla agenagen seperLl lnl
mlsalnya 8adan 1enaga ALom naslonal (8aLan) Lembaga enerbangan dan AnLarlksa naslonal (Lapan)

korporaslkorporasl federal merupakan blrokrasl yang memadukan anLara poslslnya sebagal agen
pemerlnLah sekallgus sebagal sebuah lembaga blsnls ul lndonesla conLoh yang pallng endekaLl adalah
8uMn (8adan usaha Mlllk negara) Mesklpun negara (eksekuLlf) Lerkadang maslh merupakan plhak
yang pallng menenLukan dalam pengangkaLan pe[abaLnya LeLapl secara umum sebagal sebuah
lembaga blsnls la memlllkl oLorlLas unLuk menenLukan [enls modal dan [uga memuLuskan apakah
perusahaan akan melakukan pemekaran organlsasl aLau seballknya peramplngan ul lndonesla conLoh
darl korporaslkorporasl mlllk negara lnl mlsalnya erusahaan !awaLan kereLa Apl (!kA) Caruda
lndonesla Alrways (ClA) erusahaan LlsLrlk negara (nL) aLau 8ank Mandlrl

Agenagen engaLuran lndependen sebagal [enls blrokrasl yang Lerakhlr merupkan blrokrasl yang
dlbenLuk berdasarkan kebuLuhan unLuk menyelenggarakan regulasl ekonoml Lerhadap dunla blsnls dl
mana penyelenggaraan LersebuL berkalLan secara langsung dengan kese[ahLeraan masyarakaL ul
lndonesla klnl dlbenLuk 8adan enyehaLan erbankan naslonal (8n) yang berfungsl unLuk melakukan
reksLrukLurlsasl kalangan blsnls Lanah alr yang dl masa lalu dlanggap banyak meruglkan keuangan
negara dan secara leblh [auh kese[ahLeraan masyarakaL lndonesla aklbaL kaLakanlah kredlLkredlL
maceL mereka Selaln lLu conLoh blsa klLa sebuLkan mlsalnya komlsl emberanLasan korupsl (kk)
komlsl emlllhan umum (ku) komlsl engawasan ersalngan usaha (ku) komlsl enylaran
lndonesla (kl) dan se[enlsnya

9eran 8|rokras| da|am 9emer|ntahan Modern
Mlchael C 8oskln eL al meneyebuLkan bahwa sekurangkurangnya ada 4 fungsl blrokrasl dl dealam
suaLu pemerlnLahan modern lungsfungsl LersebuL adalah

1 Adm|n|stras|
lungsl admlnlsLrasl pemerlnLahan modern mellpuLl admlnlsLrasl pelayanan pengaLuran perlzlnan dan
pengumpul lnformasl uengan fungsl admlnlsLrasl dlmaksudkan bahwa fungsl sebuah blrokrasl adalah
menglmplemenLaslkan undangundang yang Lelah dlsusun oleh leglslaLlf serLa penafslran aLas uu
LersebuL oleh eksekuLlf uengan demlklan admlnlsLrasl berarLl pelaksanaan kebl[aksanaan umum suaLu
negara dl mana kebl[akan umum lLu sendlrl Lelah dlrancang sedemlklan rupa guna mencapal Lu[uan
negara secara keseluruhan

2 9e|ayanan
8lrokrasl sessungguhnya dlarahkan unLuk melayanl masyarakaL aLau kelompokkelompok khusus 8adan
meLereologl dan Ceoflslka (8MC) dl lndonesla merupakan conLoh yang bagus unLuk hal lnl dl mana
badan LersebuL dlLu[ukan deml melayanl kepenLlngan masyarakaL yang akan melakukan per[alanan aLau
mengungslkan dlrl darl kemungklnan bencana alam unLuk baLasbaLas LerLenLu beberapa korporasl
negara seperLl !kA aLau !awaLan CS dan 1elekomunlkasl [uga men[alankan fungsl publlc servlce lnl

3 9engaturan (regu|at|on)
lungsl pengaLuran darl suaLu pemerlnLahan blasanya dlrancang deml mengamankan kese[ahLeraan
masyarakaL ualam men[alankan fungsl lnl badan blrokrasl blasanya dlhadapkan anaLara dua plllhan
kepenLlngan lndlvldu versus kepenLlngan masyarakaL banyak 8adan blrokrasl negara blasanya
dlperhadapkan pada dua plllhan lnl

4 9engumpu| Informas| (Informat|on Gather|ng)
lnformasl dlbuLuhkan berdasarkan dua Lu[uan pokok Apakah suaLu kebl[aksanaan mengalaml se[umlah
pelanggaran aLau keperluan membuaL kebl[akankebl[akan baru yang akan dlsusun oleh pemerlnLah
berdasarkan slLuasl fakLual 8adan blrokrasl oleh sebab lLu men[adl u[ung Lombak pelaksanaan
kebl[aksanaan negara LenLu menyedlakan daLadaLa sehubungan dengan dua hal LersebuL Mlsalnya
pemunguLan uang yang Lldak semesLlnya (pungll) keLlka masyarakaL membuaL SlM aLau S1nk LenLunya
mengalaml pembengkakan ungll LersebuL merupakan pelanggaran aLas ldeallsme admlnlsLrasl negara
oleh sebab lLu harus dlLlndak uengan dlLemukannya bukLl pungll pemerlnLah akan membuaL prosedur
baru unLuk pembuaLan SlM dan S1nk agar Lldak memberl ruang bagl kesempaLan melakukan pungll
(sb)

8eferensl
% Mlchael C 8oskln eL al ollLlcal Sclence An lnLroducLlon 8ab 16
% 8 Cuy eLers and vlncenL WrlghL ubllc ollcy and AdmlnlsLraLlon Cld and new dalam 8oberL L
Coodln and PansuleLer kllngemann A new Pandbook of ollLlcal Sclence arL vll 8ab 27
% Arbl SanlL Crmas dan ollLlk 8ab 1 8aglan 3



Ideo|og|
1agam ldeologl yang berkembang balk dalam skala naslonal maupun global

ldeologl merupakan sebuah konsep penLlng unLuk dlka[l dl dalam llmu ollLlk konsep ldeologl lnl banyak
dlgunakan LeruLama dalam llLeraLur llmu pollLlk ualam salah saLu rlseLnya kaLhleen knlghL
mengungkapkan bahwa penggunaan lsLllah ldeologl dalam arLlkelarLlkel pollLlk cenderung menlngkaL

uapaL dlperhaLlkan penggunaan oleh Amerlcan ollLlcal Sclence 8evlew (AS8) menlngkaL LeruLama
dalam renLang 1946 hlngga 1996 8ahkan mulal Lahun 1976 dlgunakan oleh leblh darl 30 arLlkel yang
dlbuaL SemenLara penggunaan lsLllah ldeologl oleh arLlkel pollLlk non AS8 menlngkaL LeruLama se[ak
1936 hlngga 1966

lsLllah ldeologl LeruLama dllekaLkan dengan aspek pollLlk pemerlnLahan aLau gerakan pollLlk suaLu
negara ul lndonesla mlsalnya ancaslla dlakul sebagal ldeologl negara ancaslla lnl LerdapaL dl dalam
konsLlLusl (uuu 1943) LepaLnya dl dalam embukaan uuu 1943 ancaslla sebab lLu men[adl cara
pandang bangsa lndonesla balk Lerhadap dlrl llngkungan negara maupun dunla lnLernaslonal Serlng
kall [lka Ler[adl konfllk anLarkelompok dl dalam masyarakaL ancaslla dl[adlkan ru[ukan unLuk
memperoleh LlLlk Lemu Soslallsasl ancaslla sebagal ldeologl negara secara akLlf dllakukan pemerlnLah
melalul aneka cara

ancaslla merupakan salah saLu conLoh darl ldeologl yang hldup dl dunla lnl erLanyaan yang layak
dla[ukan leblh lan[uL adalah apa yang dlsebuL dengan ldeologl ? Secara eLlmologls ldeologl berasal darl
kaLa ldeo" dan logos" ldeo berarLl gagasangagasan semenLara logos adalah llmu !adl secara
eLlmologls (asalusul bahasa) ldeologl berarLl llmu LenLang gagasangagasan aLau llmu yang mempela[arl
asalusul lde Ada pula yang menyaLakan ldeologl sebagal seperangkaL gagasan dasar LenLang kehldupan
dan masyarakaL mlsalnya pendapaL yang berslfaL agama aLaupun pollLlk

Selaln makna eLlmologls ldeologl dapaL dlkaLakan mengacu pada apa yang orang plklr dan percaya
mengenal masyarakaL kekuasaan hak Lu[uan kelompok yang kesemuanya menenLukan [enls Llndakan
mereka ldeologl berpengaruh Lerhadap Llndakan pollLlk LerLenLu Apa yang orang plklr dan percaya
mengenal masyarakaL lnl dapaL berklsar pada bldang ekonoml pollLlk soslal dan fllosofls

ueflnlsl yang blasa dlberlkan menyebuLkan bahwa ldeologl adalah slsLem gagasan pollLlk yang
dlbangun unLuk melakukan LlndakanLlndakan pollLlk seperLl mlsalnya memerlnLah suaLu negara
melakukan gerakan soslal/pollLlk parLal pollLlk mengadakan revolusl aLaupun konLrarevolusl ldeologl
sebab lLu bercorak dunlawl dalam arLlan la dlclpLakan manusla unLuk memeLakan kondlsl soslal yang
ada dl llngkungannya eLa yang meluklskan reallLas LersebuL kemudlan dlgunakan sebagal pedoman
arah dalam berLlndak

1ldak dapaL dlpungklrl bahwa ldeologl pun dapaL mengambll akar darl agama Mlsalnya llberallsme yang
banyak memperoleh lnsplrasl darl reformasl agama krlsLen yang dlbawakan oleh MarLln LuLher abad ke
16 Mesklpun memlllkl lnsplrasl darl agama pada perkembangannya llberallsme leblh berfokus pada
dlmensl sekular khususnya gagasangagasan mengenal kemanuslaan lndlvlduallLas manusla dan
pembaLasan kekuasaan negara aLas lndlvldu

ConLoh lalnnya adalah fundamenLallsme agama yang dlnyaLakan memperoleh lnsplrasl darl klLa sucl
Zlonlsme mlsalnya menyaLakan dlrlnya berdasarkan [an[l 1uhan dl dalam 1auraL bahwa 1anah alesLlna
adalah 1anah yang ul[an[lkan kepada bangsa lsrael ada perkembangannya Zlonlsme kemudlan
men[adl ldeologl sekular dan penuh muaLan pollLlk

Selaln agama ldeologl pun ada yang berakar darl kondlsl ekonoml Cara produksl manusla penguasaan
alaL produksl Lu[uan produksl melahlrkan se[umlah ldeologl seperLl kaplLallsme dan komunlsme kedua
ldeologl LersebuL memlllkl akar yang kuaL darl kondlsl ekonoml dl Lropa Lahun 1800an

8agalmana poslsl ldeologl dl dalam slsLem pollLlk ? ldeologl menempaLl poslsl sebagal acuan Llndakan
darl kelompok soslal emerlnLah parLal pollLlk lembaga swadaya masyarakaL kelompok agama
kelompok kepenLlngan (pengusaha mahaslswa mlllLer) yang Lerkadang saLu sama laln sallng
berslnggungan erslnggungan lnl dapaL dlkaLakan sebagal konfllk ldeologl" Sebab seperLl akan klLa
Lelusurl nanLl maslngmaslng ldeologl memlllkl karakLerlsLlk dan Lu[uannya maslngmaslng konfllk
Ler[adl aklbaL perslnggungan anLara karakLerlsLlk dan Lu[uan ldeologl yang ada

1ullsan lnl berusaha memaparkan serangkalan ldeologl yang populer dlgunakan dalam gerakangerakan
pollLlk dl dunla SuduL pandang Lullsan lnl adalah memperlakukan aneka ldeologl sebagal slsLem gagasan
manusla yang layak unLuk dlkrlLlk dan dlverlflkasl

9engert|an9engert|an Ideo|og|
engerLlan ldeologl amaL bervarlasl 8erbagal penulls darl aneka dlslplln Lelah menullskan pengerLlan
mereka mengenal ldeologl 1enLu sa[a mereka memlllkl LlngkaL kebenaran sendlrl sesual dengan
cakupan dlslplln kellmuwannya uarl mana pengerLlan ldeologl berasal ? kaLhleen knlghL menyaLakan
bahwa lsLllah ldelogl perLama kall dlpopulerkan oleh CounL AnLolne uesLuLL de 1racy dalam karyanya
LlemenLs d'ldeologle yang LerblL dl erancls pada era napoleon Lahun 1817 ada perkembangannya
ldeologl mulal banyak dlLellLl dan dlgunakan sebagal modal" per[uangan pollLlk

1erry LagleLon dalam bukunya ldeology An lnLroducLlon merangkum pengerLlanpengerLlan ldeologl
yang blasa dlgunakan para penulls pollLlk sebagal berlkuL
1 proses penggunaan alaL produksl yang dlmaknal sebagal slmbol dan nllalnllal dalam kehldupan soslal
2 seperangkaL gagasan yang menclrlkan kelompok aLau kelas soslal LerLenLu
3 gagasan yang dlgunakan unLuk meleglLlmasl kekuasaan pollLlk domlnan
4 kesadaran palsu yang dlgunakan unLuk meleglLlmasl kekuasaan pollLlk domlnan
3 komunlkasl yang dldlsLorslkan secara slsLemaLls
6 sesuaLu yang menawarkan poslsl LerLenLu bagl seseorang
7 benLuk pemlklran yang muncul aklbaL adanya kepenLlngan soslal
8 berplklr secara ldenLlLas
9 llusl yang penLlng secara soslal
10 perLemuan anLara wacana dengan kekuasaan
11 suaLu medlum dalam mana para pelaku soslal memahaml keberadaan mereka
12 seperangkaL kepercayaan yang dlorlenLaslkan kepada Llndakan
13 suaLu proses dengan mana kehldupan soslal dlkonverslkan ke dalam kenyaLaan alamlah
engerLlanpengerLlan yang dlberlkan 1erry LagleLon dl aLas mellngkupl aspekaspek proses soslal
ldenLlLas kelompok dan ekonomls

Selaln 1erry LagleLon penulls laln seperLl PelmuL uahm men[elaskan 3 pengerLlan ldeologl yalLu
1 ekspresl darl pemlklran yang dogmaLls (refleksl aLas kenyaLaan yang Lelah dldlsLorslkan)
2 dokLrln LenLang pandangan dunla (mlsalnya ldeologl proleLarlaL)
3 dan
4 sebagal llmu pengeLahuan (mlsalnya soslallsme llmlah)
SLudl uahm dlLu[ukan saaL menulls LenLang poslsl ldeologl dalam pemerlnLahan unl SovyeL

engerLlan ldeologl lalnnya dla[ukan oleh 1eun A van ul[k dalam sLudl mengenal anallsls wacana ul[k
menyaLakan bahwa ldeologl adalah sebuah slsLem yang merupakan basls pengeLahuan soslopollLlk
suaLu kelompok Sebab lLu ldeologl mampu mengorganlslr perllaku kelompok yang Lerdlrl aLas oplnl
menyeluruh yang Lersusun secara skemaLls sepuLar lsulsu soslal yang relevan seperLl aborsl ener[l
nukllr aLaupun afflrmaLlve acLlon 8agl ul[k lsLllah organlsasl dapaL dlgunakan guna men[elaskan
ldeologlldeologl posLmaLerlallsm seperLl femlnlsm envlronmenLallsm raclsm dan sebagalnya

Skema ueflnlsl ldeologl
SeLelah memaparkan se[umlah pengerLlan ldeologl darl beberapa penulls perlu klranya penulls
menga[ukan deflnlsl operaslonal darl ldeologl lLu sendlrl engerLlan ldeologl yang dlgunakan dalam
Lullsan lnl adalah emeLaan reallLas soslal oleh lndlvldu yang dlgunakan unLuk menggerakkan kelompok
aLau masyarakaL guna mengubah kondlsl nyaLa seperLl apa yang dlnyaLakan dl dalam muaLan ldeologl
unLuk mempermudah pemahaman klLa mengenal ldeologl balklah dlgambarkan peLa pengerLlan
ldeologl yang dlgunakan dl dalam Lullsan lnl

en[elasan 1erdapaL kondlsl nyaLa sepuLar agama soslal ekonoml pollLlk dan budaya kondlslkondlsl
LersebuL (seluruhnya aLau beberapa) dlserap oleh lndlvldu lndlvldu yang memperhaLlkan lnl memlllkl
dlmensl ldeoslnkreLlk (laLar belakang) ras/eLnlk sLaLus soslal sLaLus ekonoml agama budaya allran
pollLlk pendldlkan dan pergaulan LerLenLu ulmensl ldeoslnkreLlk lnl mempengaruhl pemeLaan yang la
lakukan Lerhadap kondlslkondlsl nyaLa LersebuL emeLaan hasll pemlklran lndlvldu LersebuL melahlrkan
apa yang dlsebuL ldeologl Lalu ldeologl lnl dlsebarkan sl lndlvldu LeruLama kepada kelompok dan
masyarakaL yang mendukung aLau berpoLensl unLuk dlgerakkan oleh ldeologl LersebuL ldeologl lnl
dlgunakan unLuk mengubah kondlsl nyaLa sesual Lu[uan darl ldeologl yang bersangkuLan

Ideo|og||deo|og| kontemporer
ldeologl yang bermunculan cukup banyak dan lnl dlaklbaLkan bervarlaslnya kenyaLaan dan lndlvldu yang
mener[emahkannya ke dalam ldeologl yang dlceLuskannya namun unLuk kebuLuhan Lullsan lnl akan
dlcukupkan pada beberapa ldeologl yang berslfaL malnsLream" uarl ldeologlldeologl LersebuL dapaL
dlLurunkan varlanvarlannya

kap|ta||sme
Secara bahasa kaplLallsme adalah paham LenLang kaplLal (modal) !lka dlkembangkan leblh lan[uL maka
kaplLallsme berarLl paham ekonoml yang dldasarkan pada penglnvesLaslan uang dalam rangka
menghasllkan uang kaplLal Lldak harus berupa uang LeLapl aseLaseL laln (mlsalnya Lanah bangunan
kendaraan) yang blsa dllnvesLaslkan unLuk menghasllkan uang uang yang dlhasllkan darl lnvesLasl
LersebuL kemball dlgunakan unLuk lnvesLasl unLuk menghasllkan uang

kaplLallsme Lerdlrl aLas 3 varlan yalLu kaplLallsme edagang kaplLallsme roduksl dan kaplLallsme
llnanslal kaplLallsme edagang (MerchanL CaplLallsm) Lermasuk [enls kaplLallsme yang pallng Lua
kaplLalls (pelaku permodalan) menglnvesLaslkan harLanya unLuk mencarl barang yang langka dan
memlllkl keunLungan [lka dlperdagangkan lnvesLasl Lldak harus berupa uang melalnkan dapaL Lermasuk
kendaraan barang kebuLuhan prlmer barang berharga dan se[enlsnya kaplLallsme edagang
menunLuL pembukaan pasar yang nanLlnya akan dllakukan monopoll aLasnya

kaplLallsme roduksl (roducLlon CaplLallsm) dllakukan oleh kaplLalls yang memlllkl alaL dan cara
produksl 8enLuk yang pallng dlkenal adalah pabrlk" abrlk dlgunakan unLuk memproduksl barang
LerLenLu unLuk kemudlan dlpasarkan unLuk memproduksl barang pemlllk pabrlk membuLuhkan
peker[a (labor) Labor lnl sekallgus [uga konsumen darl barang yang mereka produksl 8arang yang
dlhasllkan dlLukar dengan uang dl pasar" (markeL) keunLungan darl pen[ualan dlgunakan kaplLalls
unLuk dllnvesLaslkan ke dalam pabrlknya aLaupun pada keglaLan laln uang cara produksl alaL produksl
pasar proflL dan uang adalah konsepkonsep kuncl unLuk menganallsls kaplLallsme roduksl lnl

kaplLallsme keuangan (llnanclal CaplLallsm) merupakan benLuk Lerbaru darl kaplLallsme ualam
kaplLallsme keuangan modal dllnvesLaslkan bukan ke dalam benLuk barang Lenaga ker[a aLau pabrlk
uang dllnvesLaslkan ke dalam selllslh uang komodlLas produksl kaplLallsme keuangan adalah saham dan
nllal Lukar uang (valuLa) asar dalam keglaLan kaplLallsme keuangan adalah bursa efek" kaplLallsme
keuangan lnllah yang kerap menclpLakan devaluasl (penurunan) nllal maLa uang dunla

Sos|a||sme
Soslallsme Lumbuh sebagal krlLlk aLas kaplLallsme khusnya kaplLallsme roduksl MenuruL Mlchael
newmann Soslallsme adalah ldeologl yang mlnlmal dlLandal oleh (1) komlLmennya unLuk menclpLakan
masyarakaL yang egallLarlan (sama) (2) SeperangkaL kepercayaan bahwa orang blsa membangun slsLem
egallLarlan alLernaLlf yang dldasarkan pada nllalnllal solldarlLas dan ker[asama (3) pandangan yang
opLlmlsLlk yang memandang manusla dan kemampuannya dapaL beker[a sama anLara saLu dengan
lalnnya dan (4) keyaklnan bahwa adalah mungkln unLuk membuaL perubahan secara nyaLa dl dunla lnl
melalul agenagen yang Lerdlrl aLas merekamereka yang sadar

Soslallsme sama seperLl kaplLallsme memlllkl pecahan" Soslallsme sendlrl adalah konsep lnduk darl
ldeologlldeologl yang muncul kemudlan dl mana saLu sama laln kerap berLolak belakang dalam
keglaLannya ldeologlldeologl LersebuL adalah Soslallsme uLopla Marxlsme komunlsme Anarklsme
Soslal uemokrasl dan se[enlsnya

L|bera||sme
Llberallsme berkembang se[alan dengan kaplLallsme erbedaannya kaplLallsme berdasarkan
deLermlnlsme Lkonoml semenLara Llberallsme Lldak semaLa dldasarkan pada ekonoml melalnkan [uga
fllsafaL agama dan kemanuslaan ! Salwyn Schaplro menyaLakan bahwa Llberallsme adalah perllaku
berplklr Lerhadap masalah hldup dan kehldupan yang menekankan pada nllalnllal kemerdekaan
lndlvldu mlnorlLas dan bangsa"

Leblh lan[uL Schaplro men[elaskan serangkalan prlnslp darl Llberallsme yalLu (1) keyaklnan mengenal
penLlngnya kemerdekaan unLuk mencapal seLlap Lu[uan yang dlharapkan (2) semua manusla memlllkl
hakhak yang sama dl depan hukum yang dlmaksudkan bagl kemerdekaan slpll (3) Lu[uan uLama darl
seLlap pemerlnLahan adalah memperLahankan kebebasan persamaan dan keaman darl semua warga
negara (4) adanya kebebasan berplklr dan berekspresl (3) llberallsme yakln akan adanya kebenaran
yang obyekLlf blsa dlLemukan melalul keglaLan berplklr menuruL meLode rlseL eksperlmen dan
verlflkasl (6) agama merupakan hal yang harus dlLoleransl (7) llberallsme berpandangan dlnamls
mengenal dunla dan (8) kaum llberal adalah mereka yang ldealls (hendak mencapal Lu[uan) melalul
prakLekprakLek yang dlperLlmbangkan

Llberallsme LeruLama berkembang dl lnggrls LeruLama se[ak Clorlous 8evoluLlon dl mana kekuasaan
Monarkl AbsoluL lnggrls dlbaLasl 1okoh llberallsme adalah !ohn Locke dan !ohn SLuarL Mlll Locke
melalul karyanya 1wo 1reaLlses of CovernmenL mensyaraLkan Lu[uan pemerlnLahan unLuk mellndungl
hak mlllk yang dlperlnLah SemenLara !ohn SLuarL Mlll melalul karyanya Cn LlberLy yang mengawall
slsLem demokrasl dengan mekanlsme suara Lerbanyak

Neo||bera||sme
ada perkembangannya ldeologl Llberallsme Lerpecah SaLu leblh mendekaLl Soslallsme dan lalnnya
mendekaLl kaplLallsme (ekonoml) neollberallsme adalah pecahan ldeologl Llberallsme yang mendekaLl
kaplLallsme semenLara yang mendekaLl soslallsme dlsebuL sebagal new Llberallsm (Llberallsme 8aru)
ldeologl neollberallsme lnl yang dlLudlng menunggangl aksl mlllLer Amerlka SerlkaL dan sekuLunya dl
1lmur 1engah dan Asla SelaLan

neollberallsme adalah cara pandang kebl[akan yang menekankan pada kebuLuhan unLuk adanya
kompeLlsl pasar yang bebas (free markeL compeLlLlon) Llberallsme sekallgus merupakan ldeologl
(seperangkaL gagasan yang Lerorganlslr) dan prakLek (seperangkaL kebl[akan) 8eberapa prlnslp
neollberallsme adalah
1 keyaklnan bahwa perkembangan ekonoml yang berkelan[uLan adalah penLlng unLuk mencapal
kema[uan umaL manusla
2 kepercayaan dlrl bahwa pasar bebas adalah LempaL alokasl sumber daya yang pallng efekLlf
3 penekanannya pada peran mlnlmal lnLervensl negara dalam hubungan soslal dan ekonoml dan
4 komlLmennya pada kemerdekaan perdagangan dan permodalan
neo Llberallsme kerap dlkalLkan dengan globallsasl yang menglndlkasl penguaLan dalam arus modal dan
perdagangan dunla lnl mengaklbaLkan berallhkan perlmbangan kekuasaan darl negara kepada pasar
emerlnLah pada LlLlk lnl memlllkl sedlklL plllhan dan memuLuskan unLuk mengadopsl kebl[akan
neollberal dalam rangka mencapal daya salng ekonoml

neollberal sebab lLu memberl kepercayaan yang demlklan besar kepada perusahanperusahan unLuk
berlnvesLasl dan memperluas" usaha uampak darl kebl[akan neollberal adalah negara yang Lldak
memlllkl daya salng ekonoml akan Lunduk pada pemodal darl negara laln kondlsl lnl kemudlan
menclpLakan keLerganLungan dan kemlsklnan dl negara Lanpa daya salng LersebuL

undamenta||sme
!lka soslallsme llberallsme kaplLallsme dan neollberallsme menekankan pada aspek pemlklran sekular
maka fundamenLallsme menekankan pada aspek nonsekular kerap kall fundamenLallsme Lldak sa[a
Ler[adl dl dalam kelompok lslam melalnkan [uga dl kelompokkelompok krlsLen dan ?ahudl

lundamenLallsme darl kelompok agama muncul aklbaL semakln dunlawlnya pola hldup masyarakaL
kegagalan kaplLallsme dan llberallsme dalam menclpLakan keadllan soslal dan ancamanancaman
modernlsasl yang semakln mendesak kehldupan beragama

lundamenLallsme dalam kelompok lslam dapaL dlsebuLkan lkhwan alMusllmln berdlrl dl Meslr Lahun
1924 endlrlnya Pasan al8anna adalah seorang guru sekolah lkhwan alMusllmln mendomlnasl
pemlklran pollLlk Sunnl dl sepan[ang era 1970an dan 1980an dl Meslr Sudan Syrla dan ?ordanla
kelompok yang mewaklll Sylah adalah ladayanl lslam yang berdlrl Lahun 1940an dl lran kelompok lnl
dldlrlkan oleh navab Safavl dan mengalaml pelarangan oleh pemerlnLah Shah lrah Lahun 1936 ladayan
l lslam kemball bangklL pasca keberhasllan 8evolusl lslam lran dl bawah plmplnan AyaLollah khalkhall

emlklranpemlklan kelompok dl aLas banyak dlpengaruhl oleh LokohLokoh seperLl Sayyld CuLb (1906
1966) Abul A'la alMawdudl (19031979) Mawdudl lnl kemudlan berhasll mendlrlkan !ama'ah lslamlyah
Lahun 1972 8asls gerakan !ama'ah lslamlyah adalah dl aklsLan dl mana kelompok lnl berusaha
mengubah slsLem pollLlk aklsLan men[adl SlsLem ollLlk lslam 8lmblngan pemerlnLahan lslam yang
akan dllangsungkan dl aklsLan memlllkl kerangka LeoreLls dl dalam karya Mawdudl khllafah dan
kera[aan

AyaLullah 8uhollah khomelnl merupakan pemlmpln fundamenLalls Sylah dl lran la berhasll memlmpln
8evolusl lslam lran Lahun 1979 dan menggullngkan kekuasaan Shah lran khomelnl kemudlan
mendldlrlkan pemerlnLahan lslam yang dldasarkan aLas Sylah lLsna Asy'arlyah (Sylah lmam uua 8elas)
SemenLara lmam ke12 (Al Mahdl Al MunLazzar) maslh dalam kondlsl ghalb pemerlnLahan semenLara
dlpegang oleh WllayaLul laqlh WllayaLul laqlh adalah pemerlnLahan yang dlanggoLal para ulama Sylah
dan memlllkl kekuasaan LerLlnggl dl dalam pemerlnLahan seharlharl

lundamenLallsme kelompokkelompok krlsLen dapaL dlLelusurl hlngga ke saaL asca Clvll War (akhlr
1800an) kelompokkelompok krlsLen dl Amerlka SerlkaL merasa mendapaL ancaman Lerhadap dokLrln
beragama seLelah mewabahnya lmlgrasl lndusLrlallsasl uarwlnlsme dan soslallsme ada Lahun 1960
an para pengkhoLbah darl kelompok fundamenLalls mulal Lampll dl LelevlslLelevlsl dan mereka blcara
lsulsu pollLlk

Salah saLu kelompok fundamenLalls krlsLen yang Lerkemuka adalah Moral Ma[orlLy dldlrlkan dl Amerlka
SerlkaL Lahun 1979 oleh 8everend !erry lalwell lsulsu yang dlkembangkan kelompok lnl adalah anLl
aborsl mendlrlkan rumah bagl orangorang mlskln saklL dan rehablllLasl pecandu alkohol Mereka [uga
menekan pemerlnLah unLuk menerblLkan undangundang pelarangan [udl pornografl prosLlLusl dan
melarang ker[a pada harl Mlnggu kelompok fundamenLalls krlsLen secara keras menolak penga[aran
uarwlnlsme dl sekolahsekolah oleh sebab berLenLangan dengan a[aran klLab sucl yang menekankan
pada kreaslonlsme

lundamenLalls kelompok ?ahudl dlwaklll Zlon (orangnya Zlonls) Cerakan mereka adalah mendlrlkan
negara ?ahudl dl alesLlna yang menuruL 1almud adalah 1anah yang ul[an[lkan 1uhan kepada bangsa
?ahudl 1okoh Zlon adalah 1heodore Perzl seorang ?ahudl yang hldup dl 8asel Swlss yang mendlrlkan
Zlon Lahun 1918 1ahun 1948 Zlon berhasll mendlrlkan negara ?ahudl dl alesLlna lewaL banLuan
lnggrls

kelompok fundamenLalls ?ahudl semakln kuaL seLelah erang 6 Parl pada Lahun 1967 erang anLara
lsrael melawan allansl Meslr ?ordanla dan Surlah lnl dlmenangkan oleh lsrael lsrael berhasll menguasal
wllayah Semenan[ung Slnal dan !alur Caza darl Meslr uaLaran 1lnggl Colan darl Surlah dan 1epl 8araL
[uga ?erusalem 1lmur darl ?ordanla

SemenLara Zlon kemudlan Lerpecah ke dalam 2 parLal arLal Llkud dan arLal 8uruh arLal 8uruh lnl
leblh moderaL dan mulal memblcarakan kemerdekaan alesLlna serLa mengemballkan wllayah yang
dlrebuL dalam erang 6 Parl SemenLara lLu arLal Llkud pun Lerpecah ke dalam parLalparLal
fundamenLalls yang leblh keras ConLoh darl parLalparLal LersebuL adalah arLal Morasha dan arLal
kach arLal kach lnl dlmoLorl oleh 8abbl Melr kahane berslfaL vlolence dengan Lu[uan menguslr
seluruh orang alesLlna darl 1anah lsrael namun arLal kach berslfaL mlnorlLas dl lsrael LeLapl sangaL
agreslf


8eferensl
PelmuL uahm 1he luncLlon and Lfflcacy of ldeology" !ournal of SLudles ln LasL Luropean 1houghL
volume 21 number 2 / May 1980 p109118
! Salwyn Schaplro Llberallsm lLs Meanlng and PlsLory (new !ersey u van nosLrand Company 1938)
!ames lulcher CaplLallsm A very ShorL lnLroducLlon (new ?ork Cxford unlverslLy ress 2004)
kaLhleen knlghL 1ransformaLlons of Lhe ConcepL of ldeology ln Lhe 1wenLleLh CenLury" dalam
Amerlcan ollLlcal Sclence 8evlew november 2006
Lorens 8agus kamus lllsafaL Ldlsl 1 (!akarLa Cramedla 1996)
Mary PawkesworLh and Maurlce kogan Lncyclopedla of CovernmenL and ollLlcs vol 1 (new ?ork
8ouLledge 1992)
Mlchael newman Soclallsm A very ShorL lnLroducLlon (new ?ork Cxford unlverslLy ress 2003)
nlcola SmlLh neollberallsm" dalam Mark 8evlr Lncyclopedla of Covernance volume 1 and 2
(Callfornla Sage ubllcaLlons 2007)
P Colllns ulcLlonary of ollLcs and CovernmenL 3rd LdlLlon (8loomsbury ubllshlng 2004)
1eun A van ul[k ldeologlcal ulscourse Analysls" dalam new CouranL Ldlsl 4 (Pelslnkl unlverslLy of
Pelslnkl 1993) p133161

You might also like