You are on page 1of 17

Durhaka Kepada Orang Tua Mendulang Murka Allah SWT

Durhaka Kepada Orang Tua Mendulang Murka Allah SWT Kemurkaan atau kemarahan Allah adalah suatu hal yang sangat ditakuti oleh semua hamba Allah. Bagaimana tidak?, sebab jika seorang hamba telah mendapat murka-Nya maka kehidupan akan tidak mengenakkan baginya bahkan dipastikan dia akan sengsara di dunia sampai akhirat. Naudzu billah dari kemurkaan-nya. Siapa yang mendapat murka Allah, maka disediakan baginya tempat yang paling layak bagi mereka, yaitu neraka yang sangat pedih adzabnya. Kita dapat melihat dan mengambil pelajaran dari keadaan kaum atau umat sebelum kita. Berapa banyak sudah dari mereka yang dihancurkan dan dibinasakan karena Allah murka kepada mereka. Sekalipun tubuh mereka kekar, kekuatan mereka tidak tertandingi, tetaplah Allah yang Maha Kuat akan menghabiskan mereka. Hari demi hari mereka isi dengan kemaksiatan dan pelanggaran. Tak jarang mereka mencemooh dan menghina utusan-utusan Allah (Rasul Allah) yang dikirim untuk memberi petunjuk mereka. Bahkan bangsa Yahudi telah membunuh tidak kurang 70 Nabi mereka. Semua yang mereka lakukan ini tentulah perbuatan keji dan mungkar yang pada akhirnya mendulang dan mendatangkan murka Allah SWT, sebagaimana kita ketahui. Tiada berarti kehidupan seorang hamba jika ternyata dia dijauhkan dari Rahmat Allah. Dan tiada berarti kekayaan dan kejayaan materi duniawi yang dia raih namun dia mendapat murka-Nya. Nah, disini kita akan membahas satu perbuatan yang akan mendulang murka Allah, yaitu Uququl Waalidain, durhaka kepada kedua orang tua. Sebagaimana berbakti kepada keduanya akan mendulang ridho dan Rahmat Allah. Rasulullah SWT bersabda (yang artinya): Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada kalian durhaka kepada ibu dan membunuh anak perempuan. (HR. Al Bukhori dari Mughirah bin Syubah) Melalui lisan Rasulullah Saw, Allah telah mengharamkan berbuat durhaka kepada orang tua. Artinya itu akan mendulang dosa dan murka dari Allah. Pada hadits diatas dikhususkan ibu, karena sangat keji dan jelek mendurhakainya. Karena ibu lebih payah dan lelah dalam mengasuh anak daripada ayah. Tapi maksud hadits diatas adalah mencakup kedua orang tua, ibu dan ayah. Membunuh anak perempuan yang dimaksud pada hadits diatas adalah mengubur anak perempuan hidup-hidup seperti yang dilakukan oleh kaum Jahiliyah. Karena menurut mereka wanita adalah aib keluarga dan akan menyusahkan. Disebutkan dalam sebuah keterangan bahwa orang pertama yang melakukan perbuatan keji itu adalah Qais bin Ashim At Tamimi. Kemudian diikuti oleh kaum Jahiliyah sesudahnya. Dari Abi Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda (yang artinya): Maukah kalian aku tunjukkan dosa yang paling besar?, sahabat menjawab. Tentu Ya Rasulullah, beliau bersabda, Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua... (HR. Al Bukhori dan muslim)

Jelaslah bagi kita, betapa besar dosa uququl Walidain. Disini Rasulullah menempatkannya sebagai urutan kedua dosa yang paling besar. Dan hadits yang serupa dengan ini juga diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik dan Abdullah bin Amr bin Ash. Sayyiduna Ali bin Abi Thalib senantiasa menasehati agar kita menjaga hak-hak kedua orang tua dan tidak menyia-nyiakannya. Dalam sebuah petuahnya beliau berkata: Silahkan orang yang durhaka kepada orang tuanya berbuat apapun, tetapi yang pasti dia tidak akan masuk kedalam surga. Seakan-akan beliau berkata bahwa Allah telah mengharamkan surga bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Hal ini sebenarnya beliau ambil isyarah dari hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An Nasai, Al Bazzar dan al Hakim dari Abdullah bin Amr bin Ash, beliau saw bersabda (yang artinya): Terdapat tiga golongan yang telah Allah haramkan bagi mereka surga, orang yang senang minum khamar (minuman keras), yang durhaka (kepada kedua orang tua) dan Ad Dayyuts, yaitu laki-laki yang membiarkan kejelekan (kemungkaran) masuk pada keluarganya. Dalam riwayat yang lain Rasulullah Saw bersabda (yang artinya): Bau wangi surga akan tercium dari jarak sejauh 500 tahun, dan tetapi tidak akan mendapati (mencium) wangi surga itu orang yang mengungkit-ungkit amal kebaikannya (riya atau ujub dengan amalnya), dan orang yang durhaka (kepada orang tuanya) dan orang yang senang minum khamar.

Bahkan lebih daripada itu, Allah Taala tidak akan menerima amal kebaikan orang yang durhaka kepada ayah bundanya, selagi dia belum bertaubat dan meminta ridho dan maaf kepada mereka. Sebanyak apapun amal kebaikannya, sungguh itu tiada berguna baginya. Sebab seperti kita ketahui bahwa jika orang tua murka kepada anaknya, maka pada saat yang sama Allah pun murka kepadanya. Lalu apalah arti amal kebaikan jika dia dimurkai Allah.

Telah bahwa Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):

diriwayatkan,

Terdapat tiga golongan yang mana Allah tidak akan menerima dari mereka ibadah yang wajib maupun yang sunnah, orang yang durhaka (pada orang tuanya), orang yang mengungkit-ungkit kebaikannya dan yang mendustakan qadar (ketentuan) Allah. (HR. Ibnu Abi Ashim dari Abi Umamah RA).

Banyak cara yang dilakukan seorang anak, sehingga dia dikatakan telah mendurhakai ayah bundanya. Kadang diantara mereka memukul orang tuanya, berkata keji di hadapannya, memakinya, menyakiti hatinya, membuatnya menangis dan bersedih bahkan ada yang melaknatnya.

Kita juga telah mendengar ada seorang anak memperkosa ibunya sendiri, membunuh ayahnya dan bahkan dengan cara yang sangat tragis dan bengis. Adapula dari mereka yang memperlakukan orang tuanya seperti budak atau pembantunya. Dan lain sebagainya dari perlakuan yang keji dan tidak bermoral. Ini semua tergolong Uququl Waalidain yang akan mendulang murka Allah SWT.

Pada suatu ketika Rasulullah SAW duduk bersama sahabatnya, beliau bersabda (yang artinya):

hari,

Sungguh termasuk dosa besar yang paling besar adalah seorang anak melaknat kedua orang tuanya, beliau ditanya, Ya Rasulullah, bagaimana seorang anak akan melaknat orang tuanya?, beliau menjawab, Dia mencaci (menghina) ayah seseorang, sehingga orang itu mencaci ayahnya, dia mencaci ibu seseorang sehingga orang itu mencaci ibunya. (HR. Bukhori dan Muslim).

Kenapa orang itu melakukan dosa besar?, karena dia telah menghina dan mencaci orang tuanya, kenapa bisa demikian?, karena dia mencaci orang tua seseorang, sehingga orang itu mencaci orang tuanya, maka dialah penyebab terjadinya cacian dan hinaan terhadap orang tuanya sendiri.

Juga telah diriwayatkan, ada seseorang datang kepada Rasulullah SAW, lalu berkata, Ya Rasulullah, aku telah bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan engkau adalah utusan Allah, aku telah sholat lima waktu, aku tunaikan zakat, dan aku puasa.

Setelah pernyataannya beliau SAW bersabda (yang artinya):

mendengar

Barang siapa meninggal dengan melakukan semua ini, maka dia akan dikumpulkan bersama para Nabi, Ash Shiddiqin dan para Syuhada kelak di hari kiamat, selagi dia tidak durhaka kepada orang tuanya. (HR. Ahmad, Ath Thabari dan Ibnu Hibban dari Amr bin Murrah Al Juhani RA)

Lihatlah, betapa besar dosa durhaka kepada orang tua. Dia akan dilaknat oleh Allah dan oleh seluruh penduduk langit dan bumi seperti disebutkan dalam riwayat (yang artinya):

Dilaknat siapa yang durhaka kepada orang tuanya (HR. Ath Thabarani dan Al Hakim dari Abu Hurairah RA)

Bahkan telah datang riwayat kepada kita, bahwa dari kejinya perbuatan uququl waalidain, sehingga Allah Taala berkenan dan berkehendak untuk mendahulukan siksaan, dosa dan

sangsi-Nya di dunia untuk orang yang berbuat uququl Waalidain. Sebelum adzab di akhirat yang telah menantinya. Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):

Setiap dosa akan diakhirkan (ditunda pembalasannya) sesuai dengan kehendak Allah sampai hari kiamat kecuali (dosa) durhaka kepada orang tua. Sungguh Allah akan mempercepat (mendahulukan)nya kepada pelakunya selagi dia hidup sebelum dia mati. (HR. Al Hakim dan Al Ashbahani dari Abu Bakrah).

Cukuplah kiranya dengan hadits-hadits yang telah kami kemukan diatas sebagai peringatan keras bagi mereka yang menyakiti orang tuanya, harapan kami agar mereka segera bertaubat dan meminta maaf dan ridho orang tuanya. Jika tidak, maka kembali kepada judul dalam Risalah (tulisan ini), dia akan mendulang Murka Allah Taala.

Mudah-mudahan kita diselamatkan oleh Allah dari segala bentuk kemaksiatan dan kemungkaran. Dan kita dimudahkan untuk melakukan ketaatan dan ibadah dengan khusyu dan khudhu. Amin. Masih Beranikah Agan Melawan Orang Tua Setelah Baca Ini?? Sebelumnya terimakasih banyak untuk yang udah mau mampir ke thread ane ini dibantu Bagi yang mohon

dan disundul ya ganbiar semuanya sadar setelah baca renungan ini baik hati ane minta nya ya

ane buat thread ini bertujuan buat nyadarin agan agan karena jaman sekarang tuh banyak banget anak anak/dewasa yang masih suka melawan dan menyakiti orang tua. gan sebelumnya ane mau nanya sama agan dan sista, agan dan sista pasti pernah yang namanya melawan orang tua kan? Jujur aja gan pasti pernah kan? kalo boleh jujur sih ane pernah gan kenapa sih gan kita harus melawan orang tua/menyakiti orang tua/tidak patuh terhadap ortu? apa alasannya gan!!

agan tau kan apa hukumnya jika melawan orang tua lebih lagi menyakiti orang tua?? pernah dengar gak gan kata kata ini: ''RIDHANYA ALLAH ADALAH RIDHANYA ORANGTUA'' ?? agan mau hidupnya sukses bahagia dunia akhirat?? Jangan melawan orang tua gan!! Itu kuncinya Pernahkah agan ingat orang tua? Kalau sedang makan? Sedang kemana mana? Orangtua bakalan inget semua itu sama kita gan. Contoh org yg tidak mampu atau berkecukupan. walaupun orang tua lagi makan misalnya nyokap agan dapat makanan dari orang lain. Lalu orang tua selalu inget kita gan, dalam hati orangtua berkata ''apakah anak saya sudah makan?'' pasti orang tua memikirkan itu! Lalu orang tua kita menyisihkan sesuap nasi demi anaknya! Atau bisa juga ortu kita gak makan berhari hari yang penting anaknya bisa makan. Tapi apakah balasan kitaaaa? mencacimaki? Melawan? Menyakiti? Itu balasannya??? nih gan ane ada cerita, kisah Al-Qomah sahabat rasullah: Quote: ada seorang sahabat rasulullah benama Al-Qomah. Dia orangnya rajin beribadah dijalan Allah swt, ahli puasa, ahli shalat, ahli shodaqoh. suatu ketika ia menemui sakaratul mau tapi susah untuk meninggalnya. Lalu istrinya pun langsung menemui Rasulullah. dan ia berkata ''suami saya sakit keras, beberapa hari mengalami naza tapi tak juga sembuh. Aku sangat kasihan kepadanya rasullulah'' Mendengar wanita itu rasulullah merasa iba. Beliau lalu mengutus sahabat bilal, Shuhaib dan Ammar untuk menjenguk keadaan alqomah. Keadaan alqomah bisa dibilang koma gan, sahabat bilal lalu menuntunnya untuk mengucapkan tahlil ditelinganya, tapi aneh gan mulut alqomah rapat terkunci. Lalu sahabat rasullulah melaporkannya kpd rasulullah. Dan akhirnya rasulullah datang ketempat alqomah. Setelah rasulullah melihat keadaan alqomah, ia bertanya kpd istrinya alqomah:''masih adakah kedua org tuanya?'' . ''masih rasulullah tetapi tinggal ibunya yg sudah tua rentan'' kata istrinya alqomah dipanggilah ibunya gan, menemui rasulullah. rasulullah bertanya kpd ibunya:''apakah alqomah punya kesalahan kpd ibu sampai2 alqomah sprti ini?'' Lalu ibunya menjawab ''ya rasulullah, saya sakit hati dgn ank ini ia durhaka padaku. Ia lebih sayang istrinya dibandingkan saya, dan diapun durhaka kepadaku maka rasulullah berkata: ''sesungguhnya kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Al-Qomah sehingga tidak bisa membaca syahadat ''biarlah rasulullah, biar dia merasakan akibat dr ia melawan saya'' jawab ibunya Lalu rasulullah memerintah bilal untuk mencari kayu bakar untuk membakar alqomah setelah melihat itu ibunya bilal memaafkan anknya, ga tega ia melihat anaknya dibakar didepan matanya gan. Lalu ibunya memaafkan alqomah, dan didoakannya dia dan alqomah bisa meninggal dgn tenang Kisah ini banyak diceritakan kepada para penceramah selalu menyebutkan ketika berbicara tentang durhaka kepada orang tuanya, bahkan sepertinya jarang sekali kaum muslimin yang tidak mengenal kisah ini

Jadi masihkah agan berani melawan orang tua agan? APAKAH AGAN INGIN JADI ALQOMAH 2??

Berbuat baik pada Kedua orang tua kita [2]


Posted by admin on October 26, 2009 Keridhaan AllahTaala berada pada keridhaan orang tua Dari Abdullah bin Amru bin Ash, ia berkata. Dari rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda : Keridhaan Allah Taala terletak pada keridhaan orang tua, dan kemarahan Allah, berada pada kemarahan orang tua. (H.R At Tirmidzi). Dan hadits senada dirriwayatkan juga oleh Imam Bukhari, namun mauquf, dan isnadnya juga tsiqqah, dapat dipercaya.Oleh sebab itu hadits ini, baik marfu ataupun mauquf kedua hadits derajatnya shahih.(Kitab Qurratulaini fi fhadail al waalidaini oleh Imam Nidzaam Muhammad Shalih hal 40). Doa dapat dimaqbulkan oleh Allah Taala hanya karena berbuat baik pada kedua orang tua. (tentu bisa sebaliknya bukan, doa bisa tidak terkabul, akibat tidak berbuat baik, apalagi jahat kepada orang tua kita). Masih cerita segolongan pemuda yang terkurung didalam gua, tidak bisa keluar? Mereka bisa keluar, salah satu penyebab ia bisa keluar dari kesulitan itu adalah ia berbuat baik pada orang

tuanya. Silahkan dibaca cerita panjang ini, didalam kitab (Shahih Bukhari/Muslim 2215, 2743). Ketahuilah wahai saudara/iku sekalian. Al uquuq, berarti Al qathi memutuskan, bukan sekedar mengatakan Cis, ah, saja sudah dosa, apatah lagi lebih dari itu, penyebab tidak diterimanya segala amalan kita. Dari Abi Umamah, Radhiallahu anhu beliau berkata. Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda : Tiga orang yang tidak diterima oleh Allah taubat/ amalan sunnah dan wajib mereka, ketiga orang itu adalah : Mereka yang memutuskan hubungan dengan orang tuanya(menyakiti hati kedua orang tua dengan cara apapun sekecil apapun), juga mereka yang suka menyampaikan berita yang tidak benar(Al mannaan, mengatakan bahwa si A mengatakan tentang si B begini, sementara si B tidak ada mengatakan hal itu, begitupun sebaliknya si B mengatakan tentang si A begini, padahal si A tidak ada mengatakan hal tentang si B, sebagaimana yang dikatakan pembuat berita dusta itu).Kemudian yang ketiga, yang tidak diterima amalan wajib/sunnah dan taubatnya, adalah mereka yang mendustakan akan qadha dan qadar Allah taala. (Tidak yakin/percaya, tidak menerima akan adanya dalam hidup ini, qadha dan qadar dari Allah Subhanahu Wataala)..(Kitab Assunnah 1/142, dan hadits terdapat dalam kitab silsilah hadits-hadits shahih oleh Imam Al Albani). Mencela/mencaci orang tua orang lain, juga berarti mencaci/mencela orang tua sendiri. Mungkin, jarang kita melihat ada anak yang menjelekkan orang tuanya sendiri, meskipun ada, itu mungkin satu diantara sekian juta manusia yang ada dipermukaan bumi ini, dan tentulah manusia itu termasuk manusia yang paling kurang ajar. Karena bisa-bisanya membenci/menjelekkan/mengadukan perihal kejelekan orang tuanya kepada siapapun, tanpa terkecuali. Wajar saja, manusia yang paling buruk didunia ini, dan dosa besar yang paling tinggi setelah syirik adalah menyakiti orang tua, yang telah susah payah melahirkan kita kedunia ini, karena dialah kita bisa ada dipermukaan bumi ini, sebagaimana yang disinyalir Allah taala dalam firmannya begitupun puluhan hadits rasulullah menyebutkan akan kejelekan orang semacam ini. Kita biarkan dulu pada orang yang dengan nyata mencela orang tua kandungnya sendiri tadi. Lantas, apakah ada banyak selain itu mereka mencela orang tua sendiri dengan tanpa nyata kelihatan secara langsung? Ada!! Jawabannya terletak pada penjelasan hadits shahih berikut ini: Dari Abdullah bin Amru bin Ash, ia berkata Rasulullah Shallalllahualaihi wasallam bersabda : dari antara dosa-dosa besar, salah satunya adalah seseorang mencela orang tuanya. Para sahabat lantas bertanya:Adakah seorang anak mencela orang tuanya?.Ada jawab Rasulullah.Apabila seseorang mencela ayah dari orang lain, maka ia termasuk mencela ayahnya sendiri, begitupun bila seseorang mencela/mengejek ibu seseorang, berarti ia telah mencela/mengejek ibunyasendiri.(H.R Bukhari, Muslim, Abu daud dan Attirmidzi).

Luar biasa hak-hak manusia didunia ini. Begitu besarnya hak-hak sesama manusia. Mencela, mencaci maki, menghina, memfitnah dan hal semacam itu, merupakan suatu dosa, yang menyebakan tidak diterima amalan, menyebabkan tergantungnya amalankita, sebelum sipencela/pencaci maki itu meminta maaf dan mendapatkan maaf serta keridhaan dari yang dicela itu. Inilah bahaya Mulut, bahaya Lidah, yang katanya tak bertulang itu. Dan semua itu hakikatnya berasal dari hati. Kalau hati baik, tak akan mungkin keluar katakata penghinaan dan ejekan dari mulut seseorang kepada orang lain. Berhati-hatilah berteman dengan orang semacam ini, khawatir, bukan kita yang akan merubahnya, malah kita yang terbiasa ikut mencaci maki pula, akibat terbiasa mendengar kata-kata itu, seakan menjadi terbiasa saja.(Alah biasa dek terbiasa). Apa-apa yang kita miliki dan usahakan adalah milik orang tua kita. Ketahuilah wahai saudara-saudariku. Harta yang kita miliki, sebenarnya itu juga hak/milik kedua orang tua kita.(Upsini khusus untuk harta anak lelaki saja, tidak untuk harta seorang istri yang harta itu milik sang suami penuh). Tak jarang kita melihat, betapa banyaknya anak lelaki yang pelit sama kedua orang tuanya. Dan ini pada umumnya/kebanyakan terjadi, apabila sang anak telah berkeluarga, telah memiliki anak-anak dan istri, yang selalu menguasai, dan mengatur keuangan suami. Hatihati dalam hal ini. Benar, urusan dalam RT adalah urusan seorang istri. Tapi, jangan salah, tidak semua urusan dalam RT, harus ditangani sang istri. Tidak semua keuangan masuk kekantong sang istri. Belanja dapur, itu wajib, sebatas kebutuhan dan kemampuan seorang suami.Namun, untuk keuangan lainnya,masih hak dan kewajiban suami mengaturnya, karena pimpinan umum adalah tetap terletak ditangan suami. Diriwayatkan dari Jabir, seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah :Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta dan anak. Dan ayahku membutuhkan hartaku, jawab rasulullah, Engkau dan hartamu untuk ayahmu.(H.R Ibnu Madjah, Ibnu Qathaan berkata, hadits ini isnadnya shahih). Bagaimanakah Berbuat baik pada orang tua yang sudah meninggal? Pada pembahasan sebelumnya, telah disebutkan akan sebuah hadits yang mana dinyatakan, apabila orang tuanya tidak ada, maka lihatlah adik/kakak dari ibu tersebut. Untuk lebih jelas, mari kita lihat hadits dibawah ini: Datang seorang lelaki dari bani salmah bertanya kepada Rasulullah. Wahai rasulullah adakah mungkin aku berbuat baik kepada kedua ayah/ibuku, yang sudah meninggal, sebagaimana aku telah berbuat baik pada mereka semasa hidup? Iyah, jawab Rasulullah. Shalat untuk keduanya, memohon ampun untuk keduanya, dan menunaikan janjijanji keduanya, dan menghubungkan silatrrahim keduanya, dan memuliakan sahabat keduanya (H.R Ahmad dengan derajat hadits shahih). Kemudian, hadits berikut : dari Ibnu Abbas Radhiallahuanhuma, beliau berkata. Rasulullah didatangi seorang perempuan dari Juhayyinah, kemudian dia mengadukan

perihalnya.Sesungguhnya ibuku pernah bernadzar untuk berhaji, kemudian ia meninggal sebelum berhaji, apakah aku bisa menghajikannya? Iya, hajikan diajawab rasulullah. Apakah kamu melihat, andaikan ibumu memiliki hutang, tentu kamu tunaikan hutangnya bukan? Iya, jawab perempuan itu. maka tunaikanlah, karena hak Allah lebih utama dari itu untuk dipenuhi. (H.R Bukhari) Hadits berikutnya Peliharalah selalu ahli kasih sayang yang telah dijalin oleh ayahmu, janganlah kamu putuskan jalinan orang-orang yang dikasihi ayahmu itu,(kalau kamu putuskan), maka Cahaya Allah akan putus dari dirimu(H.R Bukhari fil adab dengan derajat hadits Hasan jayyid) Allahu Taala Alam. Semoga bermanfaat adanya.Dan mohon maaf bila ada kesalahan. Wassalamualaikum.

Berbakti kepada orang tua BERBAKTI KEPADA

KEDUA

ORANG

TUA

Jika kamu ingin berhasil di dunia dan akhirat, maka kerjakanlah beberapa pesan sebagai berikut : 1. Berbicaralah kepada kedua orang tuamu dengan sopan santun, jangan mengucakan ah kepada mereka, jangan hardik mereka dan berkatalah kepada mereka dengan ucapan yang baik. 2. Taati selalu kedua orang tuamu selama tidak dalam maksiat, karena tidak ada ketaatan pada makhluk yang bermaksiat kepada Allah. 3. Berlemah lembutlah kepada kedua orang tuamu, jangan bermuka masam di depannya, dan janganlah memelototi mereka dengan marah. 4. Jaga nama baik, kehormatan dan harta benda kedua orang tua. Dan janganlah mengambil sesuatu pun tanpa seizin keduanya. 5. Lakukanlah hal-hal yang meringankan keduanya meski tanpa perintah seperti berkhidmat, membelikan beberapa keperluan dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu. 6. Musyawarahkan segala pekerjaanmu dengan orang tua dan mintalah maaf kepada mereka jika terpaksa kamu berselisih pendapat. 7. Segera penuhi panggilan mereka dengan wajah yang tersenyum sambil berkata : ada apa, bu! Atau ada apa, pak! 8. Hormati kawan dan sanak kerabat mereka ketika mereka masih hidup dan sesudah mati.

9. Jangan bantah mereka dan jangan persalahkan mereka, tapi usahakan dengan sopan kamu dapat menjelaskan yang benar. 10. Jangan kau bantah perintah mereka, jangan kamu keraskan suaramu atas mereka, dengarkanlah pembicaraanya, bersopan santunlah terhadap mereka, dan jangan ganggu saudaramu untuk menghormati kedua orang tuamu. 11. Bangunlah jika kedua orang tuamu masuk ke tempatmu dan ciumlah kepala mereka. 12. Bantulah ibumu di rumah dan jangan terlambat membantu ayahmu di dalam pekerjaannya. 13. Jangan pergi jika mereka belum memberi izin meski untuk urusan penting, jika terpaksa harus pergi maka mintalah maaf kepada keduanya dan jangan sampai memutuskan surat menyurat dengannya. 14. jangan masuk ke tempat mereka kecuali setelah memdapat izin terutama pada waktu tidur dan istirahat mereka. 15. Jangan makan sebelum mereka dan hormatilah mereka dalam makanan dan minuman. 16. Jangan berbohong dengan mereka dan jangan cela mereka jika mereka berbuat yang tidak menarik anda. 17. Jangan utamakan isterimu atau anakmu atas mereka. Mintalah restu dan ridho dari mereka sebelum melakukan segala sesuatu, karena ridho Allah terletak pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan mereka. 18. Jangan duduk di tempat yang lebih tinggi dari mereka dan jangan menselonjorkan kedua kakimu dengan congkak di depan mereka. 19. Jangan congkak terhadap nasib ayahmu meski engkau seorang pegawai besar, dan usahakan tidak pernah mengingkari kebaikan mereka atau menyakiti mereka meski hanya dengan satu kata. 20. Jangan kikir untuk menginfakkan harta kepada mereka sampai mereka mengadu padamu dan itu merupakan kehinaan bagimu dan itu akan kamu dapatkan balasannya dari anakanakmu. Apa yang kamu perbuat akan mendapat balasan. 21. Perbanyak melakukan kunjungan kepada kedua orang tua dan memberi hadiah, sampaikan terima kasih atas pendidikan dan jerih payah keduanya, dan ambillah pelajaran dari anak-anakmu yaitu merasakan beratnya mendidik mereka. 22. Orang yang paling berhak mendapat penghormatan adalah ibumu, kemudian ayahmu. Ketahuilah bahwa surga ada di bawah talapak kaki ibu. 23. Usahakan untuk tidak menyakit kedua orang tua dan menjadikan mereka marah sehingga kamu merana di dunia dan akhirat, dan anak-anakmu akan memperlakukan kamu sebagaimana kamu memperlakukan kedua orang tuamu. 24. Jika meminta sesuatu dari kedua orang tuamu maka berlemah-lembutlah, berterima kasihlah atas pemberian mereka dan maafkan jika menolak permintaanmu serta jangan trelalu banyak meminta agar tidak mengganggu mereka. 25. Jika kamu sudah mempu mencari rizki maka bekerjalah dan bantulah kedua orang tuamu. 26. Kedua orang tuamu mempunyai hak atas kamu, dan isterimu mempunyai hak atas kamu, maka berilah hak mereka. Jika keduanya berselisih usahakan kamu pertemukan dan berilah masing-masing hadiah secara diam-diam. 27. Jika kedua orang tuamu bertengkar dengan isterimu, maka bertindaklah bijaksana, dan beri pengertian kepada isterimu bahwa kamu berpihak padanya jika ia benar, hanya kamu terpaksa harus merupakan penolong yang paling baik. 28. Jika kamu berselisih dengan kedua orang tua tentang perkawinan dan talak maka kembalikan pada hukum Islam karena hal itu merupakan penolong yang paling baik. 29. Doa orang tua untuk kebaikan dan kejelekan diterima Allah, maka hati-hatilah terhadap doa dari kejelekan mereka .

30. Bersopan santunlah dengan orang, karena barangsiapa mencela orang tua seseorang maka orang tadi akan mencaci orang tuanya. Rasululloh Shallallahu'alaihi wasallam bersabda : . Diantara dosa-dosa besar adalah cacian seseorang ...
...terhadap kedua orang tuanya; mencaci ayah orang maka ia mencaci ayahnya sendiri, mencaci lbu orang maka ia mencaci ibunya sendiri. 31. Kunjungilah kedua orang tuamu ketika masih hidup dan sesudah matinya, bersedekahlah atas nama mereka dan perbanyaklah doa untuknya sambil berkata : .

26 Cara Berbuat Baik/Berbakti Kepada Orangtua


1. Selalu berbicara sopan kepada kedua orangtua, jangan menghardik, mengomel ataupun memukul mereka. Karena walau hanya berkata AH saja tidak diperbolehkan dalam Islam. 2. Selalu taat kepada orangtua, selama tidak untuk berbuat maksiat kepada Allah SWT. 3. Selalu bersikap lemah lembut, janganlah bermuka masam di hadapan mereka. 4. Selalu menjaga nama baik, kehormatan dan harta kedua orangtua, serta tidak mengambil sesuatu tanpa ijin mereka. 5. Selalu melakukan hal-hal yang dapat meringankan tugas mereka bedua, meskipun tanpa diperintah. 6. Selalu bermusyawarah dengan mereka dalam setiap masalah dan meminta maaf dengan baik jika ada perbedaan pendapat. 7. Selalu datang segera, jika mereka memanggil. 8. Selalu menghormati kerabat dan kawan-kawan mereka. 9. Selalu sopan dalam menjelaskan setiap masalah. Jangan membatah mereka dengan perkataan kasar. 10. Selalu membantu ibu dalam pekerjaan di rumah dan membantu ayah dalam pekerjaan di luar rumah (mencari nafkah). 11. Selalu mendoakan mereka berdua. 12. Jangan membantah perintah mereka ataupun mengeraskan suara di atas suara mereka. 13. Jangan masuk ke tempat/kamar mereka, sebelum mendapat ijin.

14. Jangan mendahului mereka saat makan dan hormatilah mereka dalam menyantap makanan dan minuman. 15. Jangan mencela mereka, jika mereka berbuat sesuatu yang kurang baik. 16. Jika merokok, janganlah dihadapan mereka. 17. Jika telah sanggup/mampu mencari rezeki, bantulah mereka. 18. Usahakan bangun dari tempat duduk/tempat tidur, jika mereka datang. 19. Jika meminta sesuatu dari orangtua, mintalah dengan lemah lembut, berterima kasihlah atas pemberian mereka, maafkanlah jika mereka tidak memenuhi permintaan kita dan janganlah terlalu banyak meminta supaya tidak mengganggu mereka. 20. Jangan keluar dari rumah/pergi sebelum mereka mengijinkan, meskipun untuk urusan penting. Jika terpaksa pergi, maka mintalah maaf kepada mereka. 21. Kunjungilah mereka sesering mungkin, berilah hadiah, sampaikan terima kasih atas pendidikan dan jerih payah mereka serta ambillah pelajaran dari anak-anakmu betapa susahnya mendidik mereka. Seperti halnya betapa berat susahnya orangtua kita mendidik kita. 22. Orang yang berhak mendapat penghormatan adalah ibu, kemudian ayah. Ketahuilah bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu. 23. Doa kedua orangtua dalam kebaikan ataupun kejelekan di terima oleh Allah Swt. Maka berhati-hatilah terhadap doa mereka yang jelek. 24. Usahakan tidak menyakiti orangtua ataupun membuat mereka marah sehingga membuat diri kita merana di dunia dan akhirat. Ingatlah, anak-anakmu akan memperlakukan kamu sebagaimana kamu memperlakukan kedua orangtuamu. 25. Kedua orangtuamu mempunyai hak atas kamu, istri/suamimu mempunyai hak atas kamu. Jika suatu ketika mereka berselisih, usahakanlah dipertemukan dan berilah masing-masing hadiah secara diam-diam. 26. Bersopan santunlah kepada setiap orangtua, karena orang yang mencaci orangtua lain sama dengan mencaci orangtuanya sendiri.

Berbakti pada Orangtua

Sebuah tanda syukur bagi Tuhanku atas karunia Orangtua dan keluargaku.

Anak Perisai Orangtua


Jika sesorang melihat apa yang telah dialami sang ibu dan segala penderitaannnya sewaktu ia mengandung anaknya hingga melahirkannya, tak diragukan lagi bahwasannya semua jerih payah kedua orang tua itu menuntut sang anak agar berbakti kepada mereka berdua. Sang anak wajib menghormati, menjalin ikatan dan memuliakan orangtuanya. Tak terlukiskan lagi betapa kesulitan dan kepayahan yang telah dirasakannya selama mendidik anaknya dan memerlihara serta mengurus segala kebutuhannya semasa ia masih kecil. Demikian pula tak ternilai betapa kasih sayang sang ibu yang tulus jika sang anak telah dewasa. Tak kalah pula peranan sang ayah di dalam jerih payahnya mencari nafkah, karena mengemban kewajiban memelihara dan mengasuh serta memberi nafkah dan membiayai pendidikan anaknya. Kedua orang tua sudah bersusah payah membesarkannya, mendidik dengan nilai-nilai Islam agar menjadi anak yang sholeh, memelihara kesehatan anaknya, memberi makan dan minum serta menjaganya siang dan malam, di saat sehat maupun sakit. Bahkan tak jarang orang tua harus mengesampingkan kebutuhannya demi memenuhi kebutuhan sang anak. Dalam hal ini Al-Quran telah mengisyaratkan tentang kesukaran dan penderitanan ibu dan bapak di dalam mengasuh anaknya. Untuk itu Allah swt. Berfirman: .Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya (pula) dengan susah payah"(Qs. Al-Ahqaf : 46-15) Betapa beratnya tanggung jawab orang tua dalam mendidik dan membesarkan seorang anak hingga tumbuh dewasa, Dan tidaklah mudah membesarkan seorang anak sehingga ia bisa menjadi hamba Allah yang taat, sholeh dan patuh atas segala perintah Allah swt. Anak seperti inilah yang merupakan dambaan setiap orang tua. Karena selain sebagai perhiasan kehidupan dunia, anak yang sholeh juga merupakan perisai bagi kedua orang tuanya dalam kehidupan dunia dan akhirat. Seorang penyair yang bijaksana mengatakan : "Karunia Allah atas hambahamba(Nya) sangat banyak. Dan yang paling agung ialah anak-anak yang mulia, mereka adalah perisai orangtua di dunia dan akhirat". Kewajiban berbakti kepada kedua orangtua Allah swt memintakan perhatian yang sangat terhadap hak kedua orangtua, sehingga perintah memuliakan itu ditempatkan dalam urutan langsung setelah perintah beribadah kepada Allah dan mengesakan-Nya. Diungkapkan dalam firman-Nya: Beribadahlah kepada Allah dan jangalah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah terhadap ibu Bapak. (An-Nisa : 36). Dalam hadits lain disebutkan ,Abdullah ibnu Masud ra berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw. : "Amal perbuatan apakah yang paling disukai Allah ?" Rasulullah saw. Menjawab : "Shalat pada waktunya". Aku bertanya kembali "Kemudian apa lagi ? :"Berbaktilah pada kedua orang tua . Aku bertanya lagi :"Kemudian apa lagi ? Rasulullah saw. Menjawab : "Berjihadlah di jalan Allah". (HR. Imam Bukhari ). Kewajiban berbuat baik kepada orangtua termasuk menunaikan hak orang tua dan (kewajiban terhadap) mereka berdua, tetap mentaati keduanya dalam rangka taat kepada Allah swt, melakukan hal-hal yang membuat mereka berdua senang dan menjauhi berbuat buruk terhadap mereka.

Rasulullah saw. Telah bersabda : Ingatlah akan kuberitahukan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar (diulang-ulang hingga tiga kali), yaitu menyekutkan Allah dan menyakiti kedua orang tua (AlHadits). Sekali-kali Allah tak akan suka terhadap anak yang membuat murka orangtuanya. Karena sesungguhnya murka orangtua adalah murka Allah juga. Dan barang siapa membuat Allah murka (karena membuat kemarahan orang tua), maka dia akan merugi dunia akhirat. Beberapa perbuatan-perbuatan yang termasuk menyakiti Ibu dan Ayah antara lain membuat Orang tua Susah atau mencaci maki Ibu dan Ayah. Berbakti terhadap kedua orang tua merupakan suatu ketetapan, yang harus dilakukan selagi tidak menyangkut hal-hal yang mengharamkan barang yang halal atau menghalalkan barang yang haram. Karena sesungguhnya ketaatan terhadap makhluk itu tidak diperbolehkan apabila menyangkut masalah durhaka terhadap Sang Maha Pencipta. " Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah pada-Ku dan ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku lah tempat kembalimu." Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentang itu, janganlah kamu ikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali pada-Ku, kemudian hanya kepadaKu lah kembalimu, maka akan Kuberitakan padamu apa yang telah kamu perbuat." (Luqman 14-15). Pahala berbakti tidak terputus dengan matinya kedua Orangtua. Dalam suatu hadits dikatakan : Tatkala kami sedang duduk di hadapan Rasulullah saw. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kalangan Bani Salamah- Lelaki itu bertanya:"Wahai Rasulullah, apakah baktiku terhadap kedua orangtuaku masih tetap ada (pahalanya), jika kulakukan sesuatu sebagai baktiku terhadap mereka berdua sesudah mereka tiada ?". Rasulullah menjawab :"Ya, masih ada, yaitu mendoakan dan memohonkan ampunan untuk mereka; menunaikan pesan-pesannya, dan mengadakan silaturrahmi kepada orang-orang yang selalu dihubungi oleh kedua orang tuanya, serta memuliakan kawan-kawan dekat mereka. (HR. Abu Daud, Ibnu Mjah). Berlaku lemah lembut terhadap kedua orang tua Betapa besar kewajiban anak terhadap orang tua, sampai-sampai anak pun dilarang berpaling sedikit pun dari perintah orang tua, walaupun berkata ah. Allah swt berfirman : Maka jangalah kamu katakan pada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkanlah pada mereka perkatan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap keduannya serta berdoalah: Wahai Robbku, kasihinilah kedua orang tuaku sebagaimana keduanya mengasihi aku diwaktu kecil". (Al Israa 23-24). Termasuk juga dalam cara berbicara terhadap orang tua anak harus memperhatikan sopan santun. Allah swt telah berfirman : Dan ucapkanlah kepada mereka berdua perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan." (17:23-24). Apakah yang dimaksud dengan perkataan yang mulia dalam ayat diatas" ? Said ibnul Musayyab menjawab: Bagaikan bicaranya hamba sahaya yang berbuat kekeliruan, tehadap tuannya yang galak. Terlebih-lebih bila kita mempunyai orangtua yang sudah berumur, yang mana dituntut kesabaran dan ketelatenan tinggi dalam mengurus mereka.

Doa untuk ayah dan Ibu Sehubungan dengan kewajiban mendoakan ibu dan ayah, Allah swt. Telah berfirman : dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kalian jangan beribadah selian kepada dia dan hendaklah kalian berbuat baik pada ibu dan Ayah kalian dengan sebaik-baiknya, jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-keduanya sampai berumur lanjut jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua denga penuh kesayangan dan ucapkanlah:"ya Rabbi, kasihinilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah menyantuni aku waktu kecil". (QS 17:23-24). Perintah yang terkandung di dalam makna ayat ini menunjukkan wajib. Oleh karena itu anak harus mendoakan untuk kedua orang tuanya agar mereka diberi rahmat oleh Allah. Sahabat Rasulullah bernama Sufya ra pernah ditanya seseorang: Berapa kalikah doa yang harus dipanjatkan pleh seseorang untuk kedua orang tuanya dalam sehari, atau satu bulan atau satu tahun ?" Sufya ra menjawab :"Kami kira cukuplah seandainya ia mendoakan kedua orang tuanya pada akhir tahiyyat shalatnya." Bentuk-bentuk Memuliakan Ibu dan Ayah Di antara bentuk-bentuk yang luhur tentang berbakti pada kedua orangtua, ialah sebagaimana yang telah diceritakan oleh Al-Qur'an mengenai Nabi Ismail, yaitu tatkala ayahnya, Nabi Ibrahim berbicara kepadanya tentang perintah menyembelih dirinya : "...Ibrahim berkata : "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahya aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah, apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Nabi Ismail menyerahkan dirinya secara suka rela untuk disembelih oleh ayahnya; akan tetapi Allah swt. memuliakannya dan bahkan menggantikannya dengan seekor domba yang besar, seperti yang diceritakan oleh ayat berikut ini: "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (Qs. 37-107). Dan kisah lainnya yang menceritakan, bahwa pada suatu hari khalifah 'Umar ra. kedatangan seorang lelaki. Lelaki itu berkata kepada sang khalifah: "Sesungguhnya aku mengurusi ibuku sebagaimana ia mengurusiku semasa aku masih kecil. Apakah dengan demikian berarti saya telah menunaikan kewajibanku terhadapnya ?". Khalifah 'Umar ra. menjawab: "Tidak". Lelaki itu kembali bertanya: "Mengapa demikian". Khalifah 'Umar ra. menjawab: "Sesungguhnya ibumu mengurusi dirimu dengan harapan agar engkau hidup, sedangkan engkau negurusi dia dan engkau mengharapkan kematiannya. Dari kisah diatas dapat diambil sebuah hikmah bahwa jasa seorang Ibu tidak dapat dibalas dengan jas anak terhadap dirinya. Walaupun sang anak sudah berusaha membalasnya dengan cara mengurusinya. Terlebih-lebih bagi anak yang enggan mengurusi orangtuanya yang sudah beranjak tua. Demikianlah Islam memuliakan kedudukan orangtua dihadapan anaknya. Abdullah ibnu Umar telah menceritakan suatu riwayat bahwasanya Rasulullah saw. Pernah bersabda : "Keridhoan Rabb terletak pada keridhoan kedua orangtua, dan kemurkaan Rabb terletak pada kemurkaan kedua orangtua". (HR. Turmudzi ). Barangsuapa yang membuat ridhla kedua orangtuanya, berarti ia telah mendapat keridhoan Allah. Yang demikian itu adalahperisai dunia yang dapat memasukkan kedua orangtuanya ke surga.

Disadur dari: Kepada Anakku Selamatlknalah Akhlakmu, Kewajiban dan hak Ibu, Ayah dan anak, Ahmad 'Isa 'Asyur.

Muhammad

Syakir

You might also like