You are on page 1of 42

LAMPIRAN P.

IV

LAMPIRAN P.V

INSTRUMEN SERTIFIKASI DOSEN


Deskripsi Diri

IDENTITAS DOSEN

1. Nama Dosen yang Dinilai : Dr. Ir. Sonny Leksono, SE., MS. 2. NIP/NIK/NRP 3. Perguruan Pengusul 4. Nomor Peserta : 080-057-187/ 00-1012-5401 : UNIVERSITAS WISNUWARDHANA : 09 1 2747 1 550 0327

5. Rumpun/Bidang Ilmu Yang Disertifikasi : ILMU EKONOMI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2009 1

BAGIAN I Uraian apa saja yang telah Anda lakukan dalam beberapa tahun terakhir yang dapat dianggap sebagai prestasi dan/atau kontribusi bagi pelaksanaan dan pengembangan Tridharma Perguruan Tinggi, yang berkenaan dengan hal-hal berikut. A. Pengembangan Kualitas Pembelajaran (usaha dan dampak perubahan)

Jelaskan usaha-usaha Saudara dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran

dan bagaimana dampaknya ! Deskripsi jawaban : Menurut hemat kita sebagai insan akademis, belajar adalah perubahan relative dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari proses perkuliahan. Hasil belajar yang dapat dicapai dapat diketahui melalui peningkatan taraf kognitif, afektif, psikomotorik secara terintegratif. Karena pendidikan di fakultas sejauh ini lebih mementingkan pada teori, sehingga menyebabkan ekses menghasilkan sarjana yang pada umumnya menjadi terlalu akademik. Sebagai contoh; seorang sarjana ekonomi walaupun mengenyam pendidikan di bidang ekonomi namun belum tentu dapat berdagang.
a.1. Usaha ;

Sudah sekian lama pada banyak pengalaman yang saya jumpai, baik mahasiswa maupun dosen; secara sadar maupun tidak telah menyumbang terjadinya distorsi pemahaman maupun memiliki andil dalam mereduksi pemaknaan sesuatu kegiatan perkuliahan. Dalam praktek keseharian, penyelenggaraan perkuliahan menjadi tak jauh beda dengan kegiatan belajar siswa dalam sekolah lanjutan. Menurut norma akademisnya; kegiatan perkuliahan mahasiswa seharusnya adalah jauh berbeda dan harus lebih berbobot bilamana disandingkan dengan kegiatan sekolah seorang siswa. Dalam praktek, kuliah banyak dimanivestasikan dengan kegiatan dosen hanya sekedar memindahkan teori dari tulisaan dibuku ajar menjadi bentuk uraian secara lisan diruang kuliah, mahasiswa mendengar, mahasiswa mencatat, kalau perlu atau kadang kadang mahasiswa bertanya. Mahasiswa bertanyapun, itu kalau diberi kesempatan bertanya. Tahun 1983 saya pernah diberi naskah akademik oleh sahabat saya dari IKIP Malang [sekarang UM], bahwa kuliah itu haruslah memenuhi dan meliputi 3 (tiga) unsur atau komponen yang harus dilaksanakan secara terintegrasi, komponen itu adalah; a/. tatap muka, disertai b/. akademik terstruktur, dan juga c/. mandiri. Beberapa tahun kemudian, ketiga komponen itu ternyata termaktub pula dalam PP nomor 60 tahun 1999; ketiganya sebagai satu kesatuan utuh unsur substansial yang harus terkandung dalam sks - perkuliahan sebagai beban kuwajiban yang harus dipenuhi secara utuh oleh pengajar/dosen maupun mahasiswa. Dengan demikian, proses belajar & mengajar yang banyak berlangsung selama ini - jika ditempuh sebatas penyampaian materi dari dosen kepada mahasiswa melalui pertemuan dalam ruang kuliah, maka kegiatan semacam 2

ini masih disebut sebagai kegiatan tatap muka dan belum dapat dikatakan sebagai kuliah. Dikarenakan komponen kegiatan akademik terstruktur banyak diabaikan oleh dosen pengajar maupun oleh mahasiswa. Disebabkan pula komponen kegiatan mandiri juga telah banyak ditinggalkan oleh dosen maupun mahasiswa. Baik dosen maupun mahasiswa sebagai pelaku pembelajaran telah sama sekali lupa & melupakan pentingnya keutuhan ketiga komponen kegiatan ini; sehingga menjadi tidak dapat disebut sebagai kegiatan kuliah. Kegiatan kuliah yang dipahami secara keliru, yaitu; sebagai datang, duduk, mendengarkan ceramah, melihat dosen menulis dipapan tulis, lalu mengingat atau bahkan mengcopy (meniru apa adanya) informasi yang disampaikan dosen. Untuk mengatasi problema semacam itu, maka saya secara susah payah berupaya memperbaikinya dan saya memerlukan korbanan waktu, tenaga & pikiran cukup besar untuk merekonstruksi tata pembelajaran semacam ini agar penyelengaraan kuliah berlangsung secara konsekwen dan konsisten. Bahwa tatap muka juga harus disertai kegiatan akademik terstruktur. Kegiatan akademik terstruktur itu bukan hanya beban mahasiswa melainkan juga beban dosen. Bentuk pemberian tugas akademik terstruktur yang saya instruksikan, antara lain ; membuat jawaban soal yang saya berikan diakhir kegiatan tatap muka, mengunduh topik topik tertentu dari down load di internet untuk kemudian diulas dan dikaji menurut konteks teori yang telah diperoleh, membuat paper, dll. Saya mendorong mahasiswa untuk menyempatkan diri terbiasa berani menuangkan kreatifitasnya (rasa, cipta dan karsa), mengaktualisasikan potensi diri dalam berinovasi, atau berbagi diri (sharing), membangun kemampuan dalam identifikasi, merumuskan, mendiagnosa, dan memecahkan masalah (problem solving). Namun sebagai konsekwensi atas tugas yang saya instruksikan, saya juga harus menyadiakan perhatian untuk memeriksa, membaca dan memberikan cacatan umpan balik. Salah satu kendala yang harus saya atasi, adalah bilamana mahasiswa merajuk; diantara tanggapan yang diajukannya yaitu mereka minta keringanan karena matakuliah yang ampu cukup ketat menyita waktu. Saya juga mengingatkan mahasiswa untuk juga melakukan inisiatif belajar sendiri, yang disebut sebagai kegiatan mandiri. Tak jemu jemunya saya meyakinkan dan memotivasi mahasiswa yang saya didik - bahwa sebenarnya yang paling berkepentingan dengan kuliah adalah mahasiswa, bukan dosen pengajar. Untuk itu saya sampaikan pengertian, bahwa makna mandiri adalah mahasiswa belajar secara sendiri, dengan inisiatif dan kreatifitasnya sendiri, dimanapun berada [semisal; dirumah, dijalan, dipasar, dilingkungan manapun]. Mahasiswa harus secara sadar mendalami & mengembangkan serta mengelaborasi materi yang usai diberikan dalam kuliah tatap muka dengan mengasosiasikannya dalam praktek kenyataan yang dijumpai sehari hari. Bilamana matakuliah ekonomi mikro berbobot 2 SKS dalam tatap muka memakan waktu sebanyak 2 x 50 menit per minggu; maka kepada mahasiswa saya ingatkan untuk menyediakan waktu belajar sendiri yang relevan dengan satuan acara perkuliahan terkait, secara proporsional dengan ancangan waktu sekurangnya 2 x 60 menit per minggu masing masing untuk komponen kegiatan akademik terstruktur dan juga untuk komponen kegiatan mandiri. Untuk memelihara daya usaha saya efektif, seringkali saya mensitir ajaran agama yang saya anut, - merugilah

saudara yang hari ini tidak lebih dari hari kemarin, merugilah saudara jika hari esok saudara tidak lebih baik dari hari ini. Namun tentulah tidak elok bagi diri saya bilamana hanya sekedar mampu bicara tanpa ada teladan yang nyata. Kepada mahasiswa juga saya sampaikan bahwa dalam mengajar, sayapun juga membuat persiapan dengan belajar, dengan membaca terlebih dahulu; dan sesudahnya pun saya berupaya memahami peristiwa sehari hari, baik yang saya ketahui dari koran, televisi atau yang lain yang relevan [maupun kotradiksinya] dengan konteks perspektif teori yang saya utarakan dikelas. Daya upaya mengajar yang saya kemukakan dalam tatap muka saya sampaikan dengan sepenuh hati, sekuat kemampuan taraf kognisi saya dalam mentransfer sesuatu dan setara dengan derajat kognisi materi ajar yang harus disampaikan, sejak dari ; a/.Mengetahui melalui penjelasan, kemudian b/.Memahami dengan memberikan makna makna & interpretasi, kemudian pada pilihan pilihan yang memungkinkan untuk c/.Menerapkan, yaitu, menggunakan konsep, prinsip & prosedur untuk memecahkan masalah, selanjutnya menstimuli mahasiswa [diantaranya dengan diskusi] untuk mampu melakukan d/. Analisa,mengkaji, yaitu memperinci konsep secara terinci, serta mengupas hubungan satu sama lain. Pada konteks yang relevan untuk substansinya, materi yang saya sampaikan juga sampai pada taraf kognisi e/. Sintesa, yaitu menghubungkan berbagai teori menjadi satu kesatuan kerangka pemahaman; serta sampai pada f/.Evaluasi, yaitu menilai, mengukur, membandingkan dengan ukuran normatifnya maupun dengan dinamika realita yang ada.
a.2. Dampak Perubahan ;

Rasa rasanya segala ikhtiar pendidikan yang saya kerjakan tidak sia sia, saya bersyukur dan merasa puas, mahasiswa yang saya ajar juga menunjukkan tanda tanda kognisi [pola pikir), afeksi (cita rasa) serta psikomotor (kemauan) yang kuat dan mendalam, indikasi itu ditunjukkan diantaranya adalah ; Pengungkapan teori yang disertai dengan contoh realita ; terasa hidup dan segar. Matakuliah ekonomi mikro yang saya ajarkan adalah sebuah matakuliah yang tergolong cukup memerlukan keseriusan berpikir namun saya masih sanggup menghadirkan suasana gelak tawa sebagai ekspresi respon afeksi yang amat positif. Kehadiran mahasiswa pada mata kuliah yang saya ajar menunjukkan kehadiran yang lebih semarak daripada matakuliah yang diajar oleh dosen lain untuk kelompok angkatan yang sama. Serius hadir bukan karena dilatari rasa takut karena khawatir tidak lulus. Mereka merasa merugi bilamana tidak dapat hadir pada kuliah tatap muka saya. Ketika saya beranjak meninggalkan ruang kelas seusai kuliah, dengan spontan beberapa diantara mahasiswa sambil membungkukkan badan; menyampaikan ucapat terimakasih Pak - , saya merasakan ucapan itu bukan sekedar basa basi atau bukan pula ucapan yang mengandung maksud tersembunyi mencari muka. Dapat memberikan nilai IP tinggi, dilatari oleh kemajuan belajar serta memiliki kemampuan komprehensif-kompetitif.

Terdapat kemajuan metodologi pada diri saya dalam membawakan materi kuliah secara lebih inovatif dan belajar lebih aktif (active learning), terdapat peningkatan pemahaman mahasiswa dalam mengelaborasi teori; ditunjukkan melalui kemampuannya dalam menghadirkan contoh contoh actual berkenaan dengan teori yang diberikan, berkenaan dengan menjawab soal dan tugas yang diberikan. Walaupun susah diukur secara kuantitatif, dalam perkuliahan saya berlangsung pengembangan kualitas pembelajaran, baik saya sebagai dosen maupun pada diri mahasiswa, mampu mensandingkan teori dari buku dengan perkembangan keadaan sebenarnya di lingkungan dunia nyata; sehingga terjadi kemajuan pemahaman secara dinamis & actual terhadap makna belajar. Karena nantinya dituntut penguasaan ilmu secara lebih professional, dan memiliki orientasi professional sebagai sarjana. Bagi mahasiswa maupun utamanya pada diri saya semakin menghayati paradigma substansial dari hidup, yaitu bahwa pada hakekatnya hidup itu adalah - belajar ; belajar, hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik daripada hari ini. Dengan ini pula salah satu makna operasionalnya, bahwa bagi seorang mahasiswa fakultas ekonomi, maka segala kejadian apapun, peristiwa apapun, fenomena apapun yang dialami, dilihat, didengar haruslah dapat dipahami maupun harus dapat diasosiasikan menurut perspektif makna ilmu ekonomi yang dipelajarinya.

B. Pengembangan Keilmuan/Keahlian Pokok (produktivitas dan makna karya ilmiah

Jelaskan karya-karya ilmiah yang telah Saudara hasilkan, baik dalam bentuk buku, penelitian, jurnal ilmiah, makalah yang dipresentasikan (dalam forum ilmiah), hak paten, hak cipta, artikel dalam media masa dan bagaimana keterkaitannya dengan pengembangan keilmuan Saudara! Berikan judul karya ilmiah (dan jurnalnya) Saudara! Deskripsi Jawaban : Menurut pemahaman saya sebagai dosen yang sah satunya memiliki kuwajiban membaca & menulis, pengertian karya ilmiah itu salah satu diantaranya adalah tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian, disusun menurut metode yang memenuhi kaidah kaidah keilmuan dengan sistematika bahasa penulisan yang santun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. b.1. Produktivitas : Adapun hasil hasil tulisan saya tersaji menurut uraian berikut ini ;
A. PENULISAN KARYA ILMIAH

1. Hasil Penelitian Lapangan


No. 1 2 3

Judul
Cropping System Pengembangan Air Tanah di Madura Survey Baseline Data AGRO EKONOMI di Jawa Timur , Panel Petani Nasional ( PATANAS )

Tahun 1981 1983

Keterangan
Dokumen tersimpan di Perpustakaan Balitkabi Badan LitBang Dep Tan Dokumen tersimpan di Perpustakaan Balitkabi Badan LitBang Dep Tan

Prospek Pengembangan Pola Tanam Padi 1982 Gogorancah Padi Walik Jerami Palawija pada lahan Tadah Hujan Madura(penulis utama ),Dipresentasikan dan dimuat dalam Lokakarya Teknologi dan Dampak Penelitian Pola Tanam dan Usahatani Bogor 20 21 Juni 1983. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Studi Kelayakan Peningkatan Produksi Ubikayu 1984 Dalam rangka Pemenuhan Bahan baku Industri Gula Cair di Mojokerto. BADAN LITBANG DEPTAN , BPTP, 1984. THE HOME GARDENS OF EAST JAVA, Results of 1985 an Agro Economic Survey. (penulis team). Diterbitkan oleh MALANG RESEARCH INSTITUTE FOR FOOD CROPS (MARIF) , AGENCY FOR AGRICULTURAL RESEARCH AND DEVELOPMENT Malang, JULY 1985 Future Research Development Conference Analysis Situation for Women & Children Kota Malang Kegagalan Tata Nilai Kolektif pada Kinerja Ekonomi Pedagang Pasar Besar Malang. 2001 2007

Dokumen tersimpan di Perpustakaan Balitkabi Badan LitBang Dep Tan Jl. Raya Kendalpayak Malang
Dokumen tersimpan di Perpustakaan Balitkabi Badan LitBang Dep Tan

Dokumen tersimpan di Perpustakaan Balitkabi Badan LitBang Dep Tan Jl. Raya Kendalpayak Malang
Laporan tersimpan di Dinas Kesehatan Kota Malang

6 7

Laporan Hibah Bersaing Penelitian Fundamental DP2M Dep Dik Nas 2007

2. Artikel Ilmiah dalam Jurnal Ilmiah (5 tahun terakhir)


No. 1 Tahun Peran Modal, Tenaga Kerja dan Teknologi terhadap 2002 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur. Dimuat pada JURNAL ILMU PENGETAHUAN SOSIAL , Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang, Tahun 36, Nomor 3, Desember 2002. ISSN : 0854 8250. Kepuasan Kerja Dalam Kaitannya Dengan 2002 Komitmen Organisasi Dan Nilai Kerja . ( penulis utama ). Dimuat pada JURNAL EKONOMI ARTAVIDYA, Fakultas Ekonomi Universitas Wisnuwardhana Malang, Tahun 3, Nomor 3, ISSN : 1410 8755.

Judul

Keterangan 27 halaman

31 halaman

Pengaruh Faktor Intelegensi, Kematangan Emosi

2003

21 halaman

dan Kematangan Sosial pada Kualitas Pelayanan Perawat (penulis utama ). Dimuat pada JURNAL ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang, untuk edisi Tahun 37, Nomor 2, Juli 2003. Kronik Nilai dan Fungsi Uang serta Perkembangannya. Dimuat pada JURNAL EKONOMI ARTAVIDYA, Fakultas Ekonomi Universitas Wisnuwardhana Malang, Tahun 8, Nomor 2, Juni 2007, ISSN : 1410 8755.

2007

12 halaman

Kegagalan Tata Nilai Kolektif pada Kinerja Ekonomi 2008 Pedagang Pasar Besar Malang. Dimuat pada Jurnal Ekonomi EKSEKUTIF, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBMT Surabaya,ISSN:18297501 Diametrika Paradigma Penelitian Ilmu Ekonomi. Dimuat pada Jurnal Aplikasi Manajemen JAM, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen Universitas Brawijaya Malang,ISSN:1693-5241 2008

11 halaman

8 halaman

3. Buku Judul : Runtuhnya Modal Sosial Pasar Tradisional -. Perspektif Emic Kualitatif -.2009. Edisi I. Nomor ISBN : 979 907 058 9, Penerbit CV. Citra Malang (IKAPI no. 015/JTI/98); 357 halaman.
B. KETERLIBATAN DALAM DISKUSI ILMIAH

a. Penyaji Makalah (Narasumber) dalam Seminar, Lokakarya, Simposium, Kolokium, Debat, dan lain-lain ;
No. 1. Judul Pembahas Utama Rencana Detail Tata Ruang Kota Tingkat Kota Malang Penyelenggara Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia (HIMAPIKANI) Tanggal 29 31 Mei 1991

2. Pembahas Utama Rencana Teknik Ruang Kota 3. Nara Sumber Seminar Nasional Kelautan Iptek dan Perairan bagi Pengembangan Kelautan yang mendorong Pemerataan Pembangunan Perikanan

Kota Malang

7 8 Juli 1993

Nasional

3 Desemb er 1993

4.

Pembahas Utama Rencana Tata Ruang Wilayah & Rencana Teknik Ruang Kota Penyaji Makalah Seminar Malang Kota Sehat

Kota Malang

Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang Dinas Kesehatan Kota Malang. Departemen Kesehatan

19 20 April 1994 2001

5.

Nasional

6.

Penyaji Makalah Nasional Pengembangan Kota Sehat di Malang sebagai salah satu 10 Kota Seehat di Indonesia Nara Sumber Membangun Motivasi Kerja Pemangku Jabatan dilingkungan PDAM Kota Malang Nara Sumber : Membangun Trust sebagai Modal Sosial yang diperlukan dilingkungan PDAM Kota Malang Pejabat Kepala Unit, Asisten Manajer di Lingkungan PDAM Kota Malang Pejabat Kepala Unit, Asisten Manajer, Manajer dan Direksi di Lingkungan PDAM Kota Malang Seluruh Karyawan PDAM Kota Malang Direktur PDAM Kota & Kabupaten di Jawa Timur Kepala Unit dan Asisten Manajer PDAM Kota Malang

Baturade n, Purwoker to , 2002 Mei 2005

6.

PDAM Kota Malang

7.

3 Juli 2007

8.

Ketua pengarah & Assessor Kompetensi Karyawan PDAM Kota Malang, Metode 360O Nara Sumber Peningkatan Kualitas Kinerja SDM PDAM, pada Raker PERPAMSI Jatim Ketua Pengarah & Assessor Competency Assessment; Center untuk 35 (tiga puluh lima) pejabat dilingkungan PDAM Kota Malang. Penyaji Makalah pada Workshop Peningkatan Kinerja PDAM di Indonesia

PDAM KOTA Malang

2002.

9.

Persatuan Perusahaan Air Minum Jawa Timur PDAM Kota Malang

Batu, 2004

10.

Februari 2005 Agustus 2005

11.

10 PDAM Sehat di Indonesia

ESP - USAID

Jakarta, 2004.

12.

Ketua Pengarah & Assessor Competency Assessment : Center untuk 62 (enam puluh dua) pejabat dilingkungan PDAM Kota Malang. Penyaji/ Narasumber : Paradigma penelitian dalam Ilmu Ekonomi pada Seminar Nasional dalam rangka HUT UPN Veteran Nara Sumber Lokakarya Sertifikasi Dosen

Kepala Unit, Asisten Manajer, Manajer dan Direksi PDAM Kota Malang

PDAM Kota Malang

Juli 2007 Desemb er 2007

13.

Seminar Nasional

Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jatim Surabaya.

4 April 2008.

14.

Regional (Jawa Timur)

Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta [APTISI] Wilayah VII Jawa Timur Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta [APTISI] Wilayah VII Jawa Timur

30 Mei 2009

15.

Nara Sumber Lokakarya Sertifikasi Dosen

Regional (Jawa Timur)

6 Juni 2009

Penulis tetap pada Bulletin Media Komunikasi Pelanggan PDAM Kota Malang, dengan naskah naskah a.l. ; o 1. Akankah terulang, Keberingasan Pemilu 1992. dimuat pada Mimbar
Malangkuewara no 31 tahun IV Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Malang. Juni 1996. o 2. Pembauran tak Kunjung Usai. dimuat pada harian Bhirawa , 27 Januari 1997. o 3. Walikota Reformis Yes, Dasamuka Jangan. Dimuat pada harian malang Pos, 31 Agustus 1998. o 4. Kota yang Sehat, dimuat pada Media Komunikasi pelanggan PDAM edisi kedua, September 2002 o 5. Penguasa dinegeri TOGOG, dimuat pada pelanggan PDAM edisi ketiga, Oktober 2002. o 6. Tarif, Apa problemnya ?, dimuat pada Media Komunikasi Media Komunikasi

pelanggan PDAM edisi keempat, Nopember 2002 o 7. Karena salah kepasar, karena konsumtif, maka masyarakat Indonesia susah makmurnya, dimuat pada pelanggan PDAM edisi kelima, Desember 2002 Media Komunikasi

o 8. Indonesia, Yang tak lagi santun .... tak lagi kuat, dimuat pada
Media Komunikasi pelanggan PDAM edisi keenam, Januari 2003 o 9. PDAM Kota Malang, sebuah opini tentang kinerja , dimuat pada Media Komunikasi pelanggan PDAM edisi ketujuh, Februari 2003 o 10. Kere munggah Bale, Bale kango kere, Petruk dadi Ratu, Ratu dadi Petruk, dimuat pada Media Komunikasi pelanggan PDAM edisi kedelapan, Maret 2003 o 11. Siapa Dinosaurus dan siapa cicak, dimuat pada Media Komunikasi pelanggan PDAM edisi kesembilan, April 2003. o 12. Wali dan Walikota, dimuat pada Radar Malang Harian Jawa Pos 23 Mei 2003 o 13. Adil dan Beradabnya Pembangunan Kota Malang, dimuat pada Media Komunikasi pelanggan PDAM edisi kesebelas, Juni 2003 o 14. Budak Budak Kota , dimuat pada Media Komunikasi pelanggan

o o o o o o o o o o o o o o

PDAM edisi keduabelas, Juli 2003. 15. Antara Otak, Hati Nurani dengan Service Lap, Media Komunikasi Pelanggan PDAM Media Komunikasi Pelanggan PDAM, edisi ketigabelas, Agustus 2003. 16. RUU Pengelolaan Sumber Daya Air Tidak Memihak Rakyat, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi keempatbelas, September 2003. 17 Tangisnya Bung Karno dan Ketawanya Pak Harto, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi keenambelas, November 2003 18 Sepenting Apakah Konsumen PDAM, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi ketujuhbelas, Desember 2003. 19. Guyonan Pelanggan PDAM, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi keduapuluh, Februari 2004. 20. Menjadi Konsumen Air Minum, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi keduapuluh, Maret 2004. 21. Babagan Howo Songo, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi keduapuluhsatu, April 2004. 22. Kolega Kerja, Sumber Berkah ataukah Malapetaka ?, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi keduapuluhdua, Mei 2004 23. Menjadi Bangsa Koeli?, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi keduapuluhtiga, Juni 2004 24. Konsumen yang Konsumtif dan Konsumerisme, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi keduapuluhempat, Juli 2004. 25. Menjadikan Konsumen Itu Raja, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi keduapuluhlima, Agustus 2004. 25. Informasi Itu Dapat Mengubah Segalanya, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi keduapuluhenam, September 2004. 27. Bagaimana Sukses Itu Datang ? Darimana Sukses Itu Berawal ?, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi keduapuluhtujuh, Oktober 2004. 28. Malang Towns Square (MATOS) Tempat Pendidikan Konsumtif & Kapitalistik, MediaKomunikasi Pelanggan PDAM edisi keduapuluhdelapan, November 2004.

10

o 29. Menyikapi Kenaikan Tariff PDAM Kota Malang, Media Komunikasi o 30. o o o o o o o
PelangganPDAM edisi keduapuluhsembilan, Desember 2004. Ketika Semua Memperebutkan Hak, Ketika Semua Memperebutkan Hak, Januari 2005. 31. Maling Teriak Maling atau Siapa Maling Siapa Uztad ?, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi ketigapuluhsatu, Februari 2005. 32. Konsumen & Produsen Air Minum di Ibukota Propinsi, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi ketigapuluhdua, Maret 2005. 33. Tukang Tagih Kompensasi, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi ketigapuluhtiga, April 2005. 34. Hypermarket Itu , Berkah atau Malapetaka ?, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi ketigapuluhempat, Mei 2005. 35. Siapakah Konsumen Itu ?,Siapa Pula Pelanggan Itu ?, Media Komunikasi PelangganPDAM edisi ketigapuluhlima, Juni 1005. 36. Bangsa Merdeka... Benarkah Dikau Indonesiaku, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi ketigapuluhenam, Juli 2005. 37. Memimpin Diri, Memimpin Orang, Memimpin Apapun, Media Komunikasi Pelanggan PDAM edisi ketigapuluhtujuh, Agustus 2005.

. b.2. Makna Karya Ilmiah ; Saya sebagai insan akademis dengan taraf kemampuan saya disaat berkarya itu; telah berupaya menyumbangkan bagi perubahan dan penyelesaian masalah di masyarakat melalui tulisan karya ilmiah sesuai dengan konteks yang saya tulis. Bobot karya saya ini, dari waktu ke waktu terasa semakin meningkat, yang memang ternyata yang hanya dapat dicapai dari hasil belajar secara terus menerus tanpa putus. Secara jujur, perlu saya ungkapkan bahwa terdapat kebanggaan [namun harus saya sembunyikan] disertai rasa syukur yang mendalam bahwa diri saya ternyata juga dapat menghasilkan teori-teori baru, praktekpraktek baru atau model-model baru, sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan bermanfaat bagi pengembangan ilmu, maupun masyarakat yang saya teliti. Saya juga dapat berbagi ilmu dan temuantemuan penelitian dengan masyarakat yang saya teliti. Sebagai salah satu contoh yaitu : Hasil penelitian saya selama beberapa tahun tentang fenomena pasar tradisional telah mendapatkan sebuah bangunan teori yang dapat menjawab fenomena ekonomi normatif pada pedagang tradisionil pasar besar kota Malang., studi ini mendapat temuan informasi tentang model model konsep yang transferability pada setting-sosial yang sama, sehingga dapat berimplikasi luas untuk memelihara dan mempertahankan kelestarian pasar tradisionil dikota kota besar di Indonesia yang kelangsungan usahanya berhadapan dengan kekuatan arus kapitalisme pasar modern. Dengan meminjam kata pengantar sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dr. Salladien, dalam buku saya yang berjudul - Runtuhnya Modal Sosial, Pasar Tradisional - (Leksono, 2009:iv)

11

Tulisan sdr. Dr. Ir. S. Leksono, SE. MS. yang ingin mengungkap sangatlah tepat, dan diperlukan dalam rangka membangun karakteristik ekonomi bangsa yang sedang bergulat mempertahankan diri di tengah terjangan era globalisasi. Lanjut beliau : Konsep-konsep yang paling menarik dari buku ini penulis mencoba mengkaitkan antara konsep pasar tradisional dengan pasar modern dalam bingkai solidaritas sosial dengan untaian bahasa yang jelas, lugas dan sangat memikat hati, namun tanpa mengurangi makna akademik yang terkandung didalamnya. (Leksono, 2009:v) Masih dalam makna pandangannya , di halaman iv; Penulis buku ini saya kenal lewat tulisan-tulisan yang disusunnya selama ini dengan ragam yang sangat positif selama aktif di lingkungan Universitas Wisnuwardhana Malang, serta kebetulan pula saya juga sebagai salah seorang penguji disertasinya di Program Studi Ekonomi Pembangunan, PPS Universitas Brawijaya. Sejauh ini penelitian-penelitiannya selalu berkaitan dengan permasalah ekonomi, khusus kali ini dalam buku yang disusunnya dengan judul Runtuhnya Modal Sosial, Pasar Tradisional Perspektif Emic-Kualitatif teramat menggugah hati, sebab dihilirnya diharapkan diharapkan akan mampu menggugah kita semua untuk ikut memahami makna pasar tradisional dalam ikut membangun bangsa. Suatu konsep yang jarang diungkap oleh penulis lain pada saat ini, namun sesungguhnya sangat diharapkan apabila kita masih berharap bangsa kita tetap mendambakan kejayaannya. Dengan kemurahan hati Prof. Munawar Ismail S.E., DEA, Ph.D. sebagai penyunting buku saya; telah bersedia memberikan apresiasi objective pula, di halaman viii, sebagai ; Pandangan pasar menurut ahli ekonomi sosiologi tampaknya lebih bermanfaat dalam memahami perilaku transaksi di pasar tradisional, dari pada menggunakan pandangan pemikir neoklasik secara kaku. Sebabnya, ikatan sosial di antara para pedagang di pasar tradisional masih cukup tinggi, sehingga faktor sosial tidak bisa dianggap remeh dalam transaksi ekonomi. Inilah salah satu kelebihan buku yang ditulis oleh saudara Sonny Leksono. Mengupas sesuatu yang sering dilupakan oleh para ekonom. Keberhasilan saya menerbitkan buku di bidang sangat saya syukuri karena amat membantu proses pembelajaran lebih komperehensif untuk mata kuliah mata kuliah : Sosiologi Ekonomi, Metode Penelitian Kualitatif Ekonomi, maupun matakuliah Ekonomi Kelembagaan.

C. Peningkatan Kualitas Manajemen/Pengelolaan Institusi (perubahan pengelolaan, implementasi kebijakan, dan dukungan institusi) Jelaskan upaya-uapaya keterlibatan Saudara dalam pengembangan manajemen pada unit kerja di perguruan tinggi Saudara, dan bagaimana implementasinya! Berikan contoh keterlibatan Saudara!

12

Deskripsi Jawaban : Agar mampu bersaing dan merebut pasar diperlukan pengelolaan perguruan tinggi yang berkualitas, serta didukung pola manajemen yang baik dan benar. Dengan menerapkan fungsi dan prinsip prinsip manajemen secara proporsional, langkah peningkatan kualitas adalah ditempuh dengan cara perbaikan berkelanjutan (continous improvement). Adapun usaha usaha saya sebagai bagian agent of change dalam kelembagaan, dapat ditunjukkan sbb. c.1. Perubahan Pengelolaan ; a) Sebagai tenaga akademis yang dipandang senior, sehingga memiliki pengaruh & power yang relatif kuat dalam mempengaruhi kebijakan dilingkup fakultas. Melalui kapasitas senioritas saya, saya berupaya mempengaruhi perilaku semua unsur dalam program studi, untuk mengikuti nilai, norma, etika, dan budaya organisasi yang disepakati bersama, serta mampu membuat keputusan yang tepat dan cepat. Pola pendekatan yang saya gunakan untuk berperan serta secara konstruktif dalam peningkatan mutu pengelolaan fakultas adalah melalui berbagai pilihan cara. Dengan paradigma bahwa institusi fakultas itu dipandang sebagai satu sistem, yaitu sub sistem perangkat keras [hardware], sub sistem perangkat lunak [software; sejak dari Statuta, Rencana Induk Pengembangan, Rencana Strategis, sampai peraturan akademis, pedoman pedoman perkuliahan, kurikulum, tata krama perguruan tinggi, tata tertib perkuliahan, tata tertib ujian, dll] serta sub sistem SDM [live ware/brain ware; yaitu elemen Civitas Academic] harus selalu disinergikan sebagai satu organ yang sehat. Dengan kapasitas dan kompetensi saya, banyak masukan masukan, banyak dorongan & bahasan, banyak pertimbangan pertimbangan, banyak usulan usulan untuk selalu memelihara dan memberdayakannya secara sinergis holistik & seoptimal mungkin diantara ketiga tiga sub sistem tersebut untuk dikelola sebaik mungkin di fakultas saya. a)1]. Terhadap Civitas Academic, sebagai sub sistem utama dan yang paling menentukan mati & hidupnya fakultas, yaitu ketika harus mempengaruhi kinerja rekan sejawat sesama dosen pengajar, melayani pimpinan fakultas, menghadapi staf administrasi dan mahasiswa; maka modus interaksi yang saya terapkan adalah pola among tulodo. Inti pendekatan among tulodo yaitu; memberi contoh bekerja yang baik dan benar, memberi semangat bekerja dengan sesekali mendampingi, dan mengajak berbincang bincang serta memberi saran perbaikan. a)2]. Terhadap berbagai berbagai aturan dan norma akademis, etika dosen, etika mahasiswa, etika karyawan, sistem penghargaan dan sanksi serta pedoman dan prosedur pelayanan (administrasi, perpustakaan, laboratorium) secara periodik saya mengajukan usulan untuk melakukan pengkajian pemahaman ulang, peninjauan ulang dikaitkan dengan perubahan perubahan tantangan dan permasalahan, misalnya ; peninjauan ulang sajian matakuliah setiap akhir tahun ajaran untuk direvitalisasi pada tahun ajaran baru, merespon setiap informasi baru yang diunduh dari

13

webside dirjen dikti [antara lain; tentang penelitian, ketenagaan, dll]. a)3]. Terhadap pemenuhan sarana & prasarana akademis fakultas, saya tak lupa untuk membujuk pimpinan agar meningkatkan pengadaan peralatan pendukung perkuliahan, tentunya tak lupa saya sertai dengan argumentasi menurut skala prioritasnya. Tak lupa pula untuk tidak melupakan peningkatan kesejahteraan pada staf administrasi, sebagai contoh; saya selalu minta agar honorarium mengajar saya dikelas Ekstensi untuk selalu dipotong sebesar 10 %, yang kemudian ternyata dirujuki oleh Rektor, untuk dberlakukan pada semua tenaga pengajar. Hasil potongan uang yang terkumpul tersebut, diperuntukkan bagi tambahan kesejahteraan staf administrasi. b) Karena saya memiliki komitment yang teramat kuat pada persoalan penelitian, dan menurut ukuran saya, sekurangnya saya memiliki sedikit keunggulan dalam penelitian kualitatif, maka saya memberanikan diri untuk mengajukan usulan dalam rapat fakultas untuk memberikan tempat penelitian kualitatif dalam matakuliah metodologi penelitian kualitatif. Saya mengusulkan pada Pimpinan Universitas dan Ketua LPM, untuk mendirikan Pusat Studi Penelitian Kualitatif, dan ternyata disetujui. Insya Allah, dalam waktu dekat saya akan menerbitkan buku Penelitian Kualitatif Ekonomi, sejauh saya ketahui belum pernah ada yang menulis. c.2. Implementasi Kebijakan ; Sebagian dari uraian diatas sudah menyinggung pula tentang implementasi kebijakan terkait dengan upaya keterlibatan saya dalam peningkatan kualitas pengelolaan fakultas, selanjutnya berikut ini saya kemukakan pula bentuk lain implementasi kebijakan yang berlangsung, yaitu ; a) Pengembangan kualitas pengajar/dosen [studi, kursus/pelatihan, penelitian, pengabdian masyarakat,seminar] dan pengembangan kurikulum diorientasikan pada kebutuhan masyarakat pengguna. b) Secara bertahap menetapkan butir butir kriteria kinerja yang semakin tinggi dalam semua bidang tri dharma, melalui kegiatan penjaminan mutu. c) Perbaikan atmosphere academic dikalangan staf pengajar, utamanya dalam kegiatan penelitian. d) Mengembangkan wacana untuk selalu menempuh pemberdayaan team work dalam menangani persoalan akademis fakultas. e) Diakomodasinya usulan saya dalam hal perbaikan komunikasi internal dan eksternal fakultas. f) Diakomodasinya usulan saya dalam hal pemberian reward and punisment, serta; g) Adanya review proses kegiatan perkuliahan secara berkelanjutan. c.3. Dukungan Institusi ;

14

Adapun dukungan fakultas maupun universitas terkait dengan konteks upaya keterlibatan saya dalam peningkatan pengelolaan fakultas, diantaranya ; a) Diterapkannya sistem kepemimpinan kolektif kolegial, dan pelaksanaan tugas akademis berdasar pada akuntabilitas civitas yang bersangkutan. b) Mengkembangkan partisipasi civitas academica dalam penerapan kebijakan, serta pengelolaan dan koordinasi pelaksanaan program. c) Meninjau ulang Statuta, Rencana Induk Pengembangan (RIP) dan Rencana program jangka panjang (Renstra) dan revitalisasi visi, misi, sasaran dan tujuan fakultas. d) Efisiensi dan efektivitas organisasi dan tata kerja. e) Tanggap pada pengelolaan mutu secara internal pada tingkat program studi (kajian kurikulum, monitoring perkuliahan); fasilitasi workshop penyusunan proposal untuk memenuhi agenda tahunan mengikuti kompetisi penelitian hibah bersaing diri DP2M dirjen Dikti. f) Evaluasi diri internal fakultas yang ditindaklanjuti dengan perbaikan. g) Pemanfaatan hasil evaluasi internal dan eksternal/akreditasi yang diimplementasikan dalam perbaikan dan pengembangan program. h) Kecukupan dan kesesuaian sumber daya, sarana dan prasarana pendukung untuk pemberdayaan sistem informasi [IT]. Penyediaan informasi melalui webside yang memungkinkan masyarakat untuk mengakses informasi secara aktif maupun pasif ke fakultas. D. Peningkatan Kualitas Kegiatan Mahasiswa (perubahan Pengelolaan, implementasi kebijakan, dan dukungan institusi

Jelaskan upaya-upaya keterlibatan Saudara dalam kegiatan kemahasiswaan dan bagaimana implementasinya ! contoh keterlibatan Saudara! Deskripsi Jawaban : Kegiatan mahasiswa dilingkungan kampus selalu berada dalam koridor Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dalam ketiga ranah itu, saya memandang mahasiswa sebagai subyek pendidikan dan memberdayakan mahasiswa sebagai insan akademis yang harus memiliki kapasitas intelektual memadai. d.1. Perubahan Pengelolaan ; Mungkin agak berbeda dengan pada kebanyakan pengajar yang lain, dahulu ketika masih sebagai mahasiswa, saya adalah seorang aktifis; pernah menjadi pimpinan organisasi intra kampus. Sehingga setiap kali ada fihak yang menyinggung tentang kegiatan mahasiswa maka selalu saja saya menjadi sensitif untuk turut berperan dan memberikan respon lebih atentif. Atas dasar latar belakang itu maka bentuk perhatian dan kepedulian saya kepada mahasiswa termanivestasikan pada berbagai modus kegiatan akademis yang memungkinkan, dan tidak hanya sekedar melakukan transfer

15

of knowledge. Sebagai pendidik, juga ingin membekali nilai plus kepada mahasiswa, yaitu motif dan motivasi utamanya adalah membangun karakter mahasiswa sebagai insan akademis, pemilik masa depan bangsa & negara.

d.2. Implementasi Kebijakan ; a) Disela sela saya mengajar, saya selalu menyisipkan beberapa nasehat hidup, nasehat belajar. Diantaranya saya katakan, bahwa karena bodoh maka saudara saudara sebagai mahasiswa kemudian belajar dengan cara kuliah. Namun dengan pintar saja tidak cukup. Saya sampaikan lebih lanjut Wong bodo kalah karo wong pinter, wong pinter kalah karo wong disenengi, Sokur dadi pinter tur disenengi [orang bodoh dikalahkan oleh orang pandai, orang pandai dikalahkan oleh orang yang disukai; syukurlah kalau pandai dan disukai]. Kepada mereka saya tekankan ulang, bahwa kuliah itu bukan sekedar cari ijasah, niatan semacam ini berarti bukan untuk mendapatkan ilmu menjadi orang pandai. Nantinya, dalam dunia kerja akan tersisih oleh mereka mereka yang cerdik dan pandai. Namun pula, kepandaian harus diimbangi dengan kesantunan perilaku dan tindak langkah yang simpatik maupun kepribadian yang menyenangkan. Karena orang lain, dunia kerja akan lebih memilih & menyukai pada orang yang perilakunya menyenangkan plus pandai. b) Dilain kesempatan, ketika dipercayai oleh PDAM Kota Malang menyelenggarakan program pelatihan pelayanan prima pada staf karyawan, atau menyelenggarakan Assessment Center untuk semua jajaran pejabatnya [sejak Kepela Unit, Asisten Manajer, Manajer sampai Direksi], saya melibatkan- mahasiswa yang berbakat untuk belajar bekerja yang profesional, dengan memberi peran peran yang dapat mengasah taraf kognisinya, taraf afeksinya dan taraf psikomotoriknya menjadi lebih unggul. c) Dalam penelitian yang saya rancang dan saya kerjakan, dalam menyertakan dan melibatkan mahasiswa saya tak sekedar memberinya peran sebagai pengumpul data. Lebih bermakna dari itu, mahasiswa saya ajak berdiskusi, ikut berpikir mencerna berbagai makna dibalik fenomena fenomena yang dilihat atau dicatatnya. Salahsatu diantara mahasiswa saya, bahkan telah memanfaatkan modus penelitian saya untuk menyelesaikan skripsinya, bahkan ada diantaranya yang mendapat pekerjaan ketika membantu penelitian saya d.3. Dukungan Institusi ; a) Sesungguhnya institusi teramat konstruktif dalam merespon daya upaya saya untuk melibatkan mahasiswa dalam segala aktivitas positif diluar kegiatan perkuliahan, alasan yang dikemukakan pimpinan

16

cukup sederhana, yaitu dapat membawa nama baik institusi. Melibatkan mahasiswa pada berbagai kegiatan akademis, dapat memberikan pencitraan yang baik pada publik, menunjukkan kinerja pendidikan yang berkualitas dan menghasilkan peserta didik yang mampu menghadapi pasar kerja (link and match) serta siap dengan persaingan gobal. b) Secara finansial, institusi relatif terbatas dalam memberikan back up terhadap kegiatan kegiatan tersebut diatas, namun bentuk alternatif dukungan yang lain adalah berupaya mencarikan dan memberikan bea siswa, kepada mahasiswa yang berbakat.

E. Peningkatan Pengabdian kepada Masyarakat (kegiatan dan implementasi perubahan, serta dukungan masyarakat)

Jelaskan upaya-upaya keterlibatan Saudara dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan bagaimana implementasinya! Berikan contoh keterlibatan Saudara! Deskripsi Jawaban : Pengabdian kepada masyarakat adalah wujud pengamalan ilmu pengetahuan, teori & teknologi yang dilakukan oleh insan civitas academic perguruan tinggi, secara kelembagaan menurut metode ilmiah ditujukan kepada masyarakat serta berlangsung di masyarakat (diluar kampus) yang memerlukan amalan ilmu pengetahuan, teori & teknologi sebagai upaya nyata mensukseskan pembangunan dan mengembangkan manusia pembangunan. Diantara bentuk kegiatan yang saya laksanakan adalah ; pendidikan kepada masyarakat, pelayanan kepada masyarakat, kaji tindak, kuliah kerja nyata, dan pengembangan serta penerapan hasil penelitian. e.1. Kegiatan dan Implementasi Perubahan ; . a) Dialog interaktif di RRI stasiun Malang, sebuah kegiatan pendidikan informal yang pertama tama ditawarkan melalui saya untuk kemudian dilembagakan menjadi agenda kegiatan rutin secara terjadwal sebagai sebuah kontrak kerja sama antara LPM dengan RRI Malang, yang berlangsung selama 2 tahun. Pada waktu itu, dilangsungkan setiap hari Minggu malan jam 20.00 sampai dengan 22.00. Untuk diri saya sendiri, sekurangnya saya tampil sebanyak 4 (empat kali), dengan materi thema yang saya ingat ;a)1/. Perbandingan Manajemen Bank Syariah dengan Bank Konvensional, a)2/. Mengintip Manajemen Perusahaan Negara di wilayah Jawa Timur. a)3/. Mencermati Dampak Kenaikan BBM terhadap Dunia Usaha, a)4/. Menggairahkan Kompetisi Usaha Kecil dan Menengah di Malang Raya. Demikian pula, saya dengan semangat [artinya saya siapkan dengan sungguh penguasaan materi], memenuhi dialog interaktif yang diselenggarakan

17

Batu TV dengan thema Menyoal masuk Perguruan Tinggi yang berbiaya tinggi b) Bentuk konkrit pelayanan rutin kepada masyarakat yang saya kerjakan adalah menjadi mediator - antara konsumen pelanggan air minum PDAM Kota Malang yang mengeluh/mengadu terkait ketidak puasan pada PDAM Kota Malang dalam pelayanan air minum yang memenuhi kualitas, kuantitas & kontinuitas. Dasar pijak pelayanan saya pada masyarakat adalah Undang Undang nomor 8/tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. c) Sebagai bagian insan akademis, ketika mengetahui terdapat banyak persoalan yang dihadapi masyarakat terkait dengan konsumsi air minum PDAM Kota Malang; maka saya melibatkan beberapa anggota masyarakat untuk bersama sama mengkaji berbagai masalah pelanggan air minum PDAM Kota Malang sejak dari persoalah dari hulu sampai ke hilir, sejak dari persoalan teknis produksi sampai dengan distribusi, maupun persoalan administrasi semacam halnya; pembayaran rekening, pelayanan loket pembayaran. Sebaliknya usaha saya tidak bertepuk sebelah tangan, ternyata PDAM Kota Malang juga memerlukan dukungan berupa masukan, saran, kajian untuk perbaikan pelayanannya. Malang tak dapat dielak, untung tak dapat diraih; sampai saat ini saya masih dipercaya untuk membantu memberikan kajian kajian yang diperlukan bagi peningkatan pelayanan kepada masyarakat pelanggannya. d) Sudah menjadi semacam kuwajiban rutin, bahwa saya harus bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk menjadi dosen pembimbing dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata. Kepada mahasiswa, saya pesankan untuk membawa bekal utama dalam KKN yaitu; mutlak harus dimulai dengan rendah hati dapat menarik simpati pada masyarakat, - ojo minteri tetapi justru belajar dari persoalan masyarakat. Bilamana sudah dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, barulah kemudian belajar menerapkan ide ide segar yang dimiliki sambil bekerja [learning by doing]. e) Secara konkrit kegiatan penelitian saya yang dapat diterapkan dan bermanfaat adalah ketika saya melakukan penelitian dengan pendekatan grounded theory di pasar tradisional Pasar Besar Malang, selama beberapa tahun silam dan juga masih berlangsung sampai sekarang. Pada saat yang sama, saya juga dapat menyampaikan wawasan konstruktif kepada saudara saudara pedagang tradisional yang menjadi informan saya; untuk dapat diakomoir sebagai upaya meningkatkan daya saing usahanya, meningkatkan omzet jualnya. f) Didesak oleh para tokoh masyarakat sekitar tempat tinggal, secara tak terduga didaulat secara aklamasi menjadi ketua RW 20 Kelurahan Purwantoro dalam pertemuan warga dan oleh para ketua RT adalah sebuah amanah yang tak terduga bagi diri saya; secara jujur privacy

18

saya merasa semakin berkurang namun juga saya lebih mensyukuri karena jabatan sosial itu adalah saya maknai sebagai buah hasil perilaku positif saya dilingkungan warga yang tak terbeli oleh materi atau uang.

e.2. Dukungan masyarakat ; a) Sudah barang tentu dengan adanya pertanyaan, kemudian harapan serta usulan yang disampaikan oleh pendengar dan pemirsa di RRI maupun di TV Batu, sebagaimana terurai diatas ; adalah respon sebagai salah satu bentuk dukungan masyarakat yang paling sederhana terhadap persoalan & thema yang dibicarakan. b) Bukan hal yang mengada ada, ketika kemudian berbagai upaya mediasi dan persuasi yang saya lakukan untuk mendekatkan dan mempertemukan kepentingan masyarakat konsumen pelanggan dengan pihak PDAM Kota Malang itu telah membuahkan hasil yang menggembirakan. Tidak terlaksananya gugatan hukum di pengadilan, beberapa permasalahan keluhan pelanggan yang dapat diselesaikan secara musyawarah telah membawa akibat baik. Saya bersama teman teman ditunjuk untuk menyelenggarakan kegiatan pelatihan pelayanan prima untuk staf karyawan PDAM Kota Malang yang bidang tugasnya bersentuhan langsung dengan masyarakat. Sebanyak enam puluh empat (64) staf karyawan, kami latih selama 3 (tiga) bulan, dengan jadwal seminggu sekali selama 6 jam/hari. c) Dukungan riil masyarakat, terhadap daya upaya meningkatkan kinerja PDAM juga menuai hasil menggembirakan; yaitu kemudian saya dipercaya menjadi team leader Asssessment Center pada pejabat setingkat kepala Unit, Assisten Manajer, Manajer sampai dengan Direksi. Kegiatan ini melibatkan teman teman perguruan tinggi lain; diantaranya Drs. EM Agus Subekti, M.Kes., M.Psi. ketua jurusan Psikologi Unair/Ketua HIMPSI Jatim, Dr. Martha SE, dosen FE UPN Veteran. Selain itu pula, bersama teman teman dari perguruan tinggi lain, diantaranya Ir. Edi Hargono Dwi Putranto, MS. dari ITN; Dr. Djuni Farhan, SE.,M.Si, dari Univ. Gajayana; Ir. Budi Fathony, MTA dari ITN; Ir. Budi Sugiarto Waloejo, M.SP., dari Planologi FT Unibraw; Ir. Teguh Pudyowirahadi MM, Fak Ilmu Sosial Unibraw saya diberi kepercayaan untuk menyusun Corporate Plan PDAM Kota Malang 2010 2014. d) Pimpinan fakultas selalu memberikan keleluasan ruang waktu untuk kunjungan kelapang mendampingi mahasiswa dalam menjalani KKN. e) Menunjuk pada penelitian saya pada seputar masalah pedagang tradisional di Pasar Besar Malang, beberapa anggota masyarakat pedagang pasar diantaranya mengharapkan pendampingan dan bantuan utamanya disaat nantinya; ketika Pemerintah Kota Malang

19

mulai merealisasi renovasi Pasar Besar Malang, yang sekarang berlantai 4 (empat) dan direncanakan menjadi berlantai 8 (delapan). f) Alhamdulillah, dengan dibantu teman teman pengurus RW 20 Kel. Purwantoro, dan para ketua RT sejak kepengurusan saya menjadi semakin hidup; cukup banyak program Pemerintah Kota melalui Kelurahan yang dilimpahkan ke wilayah RW 20 Kelurahan Purwantoro. Saya juga sempat membantu memberi lapangan kerja baru pada seorang anak muda yang masih mengganggur dan baru saja menjadi seorang bapak [memiliki seorang bayi baru lahir], ia kini telah memiliki pekerjaan tetap sebagai tukang parkir resmi di pertokoan yang menjadi wilayah urusan saya.

20

BAGIAN II Sebagai anggota komunitas sosial, berikan deskripsi diri Anda sendiri pada aspek-aspek berikut. F. Karakter pribadi dalam berbagai situasi dan kondisi (kendali diri, kesabaran, ekspresi perasaan, rasionalitas)

Jelaskan karakter/kepribadian Saudara (pengendalian diri, kesabaran, empati, rasional) pada berbagai situasi ! Berikan contohnya! Deskripsi Jawaban : Karakter pribadi dalam berbagai situasi dan kondisi, bagi diri saya artinya kurang lebih adalah gambaran kepribadian [dhi; diri saya] yang termanivestasi melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran saya terhadap sesuatu keadaan atau suatu objek; sebagai penjelasan sikap perasaan dan respon reaksi saya atas keadaan atau subyek pelaku itu. f.1. Kendali Diri ; Kendali diri hanyalah dimungkinkan ada ketika diri saya dalam kondisi bertindak secara aktif yaitu berkomunikasi atau berinteraksi maupun bertransaksi dengan orang lain atau subyek pelaku lain. Kendali diri mutlak diperlukan agar diri saya secara fisik maupun secara psikis dalam berpikir, berkata dan bertindak dapat berlangsung secara baik, benar, tepat menurut ukuran ukuran; tata nilai nilai etika normatif, adat istiadat budaya maupun menurut aturan perundangan tertulis. Boleh dikata, pengendalian diri adalah ; the right action, on the right time, in the right place of the right man Sebagai insan yang terdidik secara akademis, kendali diri haruslah saya maknai sebagai paduan integratif hasil keseimbangan analisis akal/rasio, perasaan/emosi, dan tatanan aturan & normatif yang saya anut dan berlaku di mana saya berada yang sangat saya perlukan demi terpeliharanya komunikasi & interaksi fungsi psikofisik pribadi saya sebagai individu maupun lingkungan secara harmonis. Sikap yang tenang dalam menyikapi sesuatu problema hidup saya pahami akan lebih banyak membantu dalam mengatasi berbagai problema. Sebaliknya sikap gelisah dalam menyikapi persoalan akan membawa 21

keadaan yang semakin runyam. Karena sesuatu problema apapun tingkat gawatnya, adalah sebuah fakta realita, artinya sesuatu peristiwa yang tidak dapat diingkari karena memang benar benar telah terjadi. Bahwa fakta realita itu menyangkut pada diri, dan bagaimana pula pengaruh serta akibatnya; maka itu amat terpulang kepada kita tentang bagaimana menyikapi atau memaknainya. Dalam hal daya upaya untuk mengatasinya, maka hanya dengan cara ketenangan sesuatu persoalan tersebut akan lebih mudah terselesaikan dan ditemukan solusi jawabannya. Dalam batas batas tertentu saya berpuas diri adalah bagian dari pengendalian diri yaitu dengan mensyukuri hasil kerja yang diperoleh; namun pula dengan pengendalian diri pula hal ini tidaklah harus berarti berhenti dari daya upaya untuk meningkat lagi. Satu contoh perjalanan kegiatan hidup saya dalam upaya memperkuat kemampuan pengendalian diri saya, dapat saya kemukakan menurut uraian berikut yaitu ; Ketika saya dibantu oleh seorang staf administrasi fakultas sebagai anggota kepanitiaan yang saya pimpin; selalu saja staf saya itu tidak dapat menyelesaikan tugas pekerjaan dengan baik. Ia teramat susah untuk dapat menghasilkan produk tulisan sebagaimana menurut ukuran target waktu, menurut kualifikasi mutu yang telah ditentukan. Berdasar atas hasil kerjanya; selalu saja terjadi pengulangan kesalahan yang sama, selalu saja terjadi keterlambatan, selalu saja hasilnya tidak bermutu standar. Terhadap keadaan itu, bilamana saya marah, maka tidak akan menyelesaikan masalah, bilamana perasaan kesal dan jengkel terlalu sering saya lontarkan pekerjaan bisa bisa jadi terbengkalai karena dia akan mogok. Maka salahsatu seloroh kiat yang saya gunakan untuk menghibur diri ; Yaa. maklumlah dia itu bukan saya, tidak sama dengan saya; kalau dia kemampuannya seperti saya maka nggak mau jadi anggota suruhan saya. Makna terdalam dari fenomena ini, dalam konteks pengendalian diri yaitu bahwa ; pengendalian diri akan banyak terkuasai pada diri saya, ketika saya dapat memahami, mau mendalami dan bersedia menempatkan diri seandainya saya sebagai dia; menurut posisi, menurut kapasitas, menurut mindset subyek pelaku dan bukan semata mata menurut mau saya. Tanpa pengendalian diri semacam keadaan ini, maka tentunya saya hampir terjebak dalam paradigma positivistic. Setelah kegiatan kepanityaan selesai, dalam suasana yang sudah lepas dari ketegangan kejar target; dan yang bersangkutan sudah menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan kesalahannya; saya mencoba menyelidik dan membincangkan hal ikhwalnya dengan teman panitia lain; maka kemudian ketemu sudah akar masalahnya, bahwa dia lagi over loaded dengan pekerjaan dan problem keuangan. f.2. Kesabaran ; Sejujurnya, saya cukup mudah marah. Akan tetapi saya dengan sadar berlatih dan belajar tanpa henti, bilamana terpaksa saya harus marah maka sasaran kemarahan saya adalah hanya tertuju pada orang yang tepat, 22

dengan takaran yang memadai, mengupayakan menurut cara yang baik, mencari saat yang tepat, tentunya demi tujuan yang benar. Penyikapan saya untuk tetap mengakomodasikan rasa marah ini adalah untuk menepis ekses negatif dari pemahaman yang salah kaprah terhadap makna kesabaran. Sehingga makna kesabaran adalah tidak dapat saya artikan secara sempit sebagai tidak pernah marah. Lebih dari itu bagi diri saya, makna kesabaran bisa menunjuk penyikapan pada banyak makna fenomena, diantaranya ; sabar ketika mengalami musibah, sebagai belajar semakin tabah dan lapang dada, sabar ketika mendapat keberhasilan sehingga tidak menjadi takabur lupa daratan, sabar menahan amarah sehingga mampu tetap terpelihara sebagai pribadi yang santun, sabar dalam menyimpan tutur kata untuk dapat memelihara kepercayaan dari kawan & sahabat, sabar untuk tidak berlebihan dalam mengejar kepentingan duniawi sehingga dapat menjadi tetap sederhana, dan sabar menerima rezeki yang saya terima sebagi bentuk mensyukuri pemberian Allah SWT. Kesabaran tentunya tidak dalam keadaan yang statis, kesabaran adalah keadaan yang dinamis berubah ubah; dalam menjalani dan mencapai tujuan hidup harus juga ada usaha yang gigih sekuat kemampuan; namun yang prinsip tak boleh diingkari saya belajar untuk sama sekali tidak menentukan target hasil. Bagi saya, menentukan target dan hasil itu adalah bukan milik saya, melainkan hak Allah SWT semata. Saya kemudian semakin meyakini, bahwa bersikap menjadi lebih sabar dalam menjalankan kehidupan akan lebih banyak memberikan kemanfaatan. Ini, berlaku untuk segala aspek kehidupan, misalnya ; dalam bekerja nafkah [saya pernah bekerja di Balai Penelitian Badan LitBang Departemen Pertanian, juga pernah di Pemerintah Daerah sebagai anggota DPRD, maupun sekarang ini di Perguruan Tinggi] alhamdulillah saya tidak pernah cacat mengambil jalan pintas dengan melakukan korupsi, disaat mengendarai motor roda dua maupun mobil saya tidak berlaku seenaknya atau mengambil kecepatan tinggi diluar batas, saat mengajar saya berlatih untuk berkepala dingin dan berhati dingin dalam menyikapi mahasiswa yang tidak disiplin menyerahkan tugas akademik terstruktur namun dengan jenaka menegur mahasiswa termaksud, saat berada dalam keadaan tidak berdaya tidak dapat memenuhi keperluan hidup keluarga tetap saya jalani dengan sikap syukur & ikhlas. Saat senang segembira apapun maupun disaat susah, saya tetap tidak goyah tetap menjalankan ibadah shalat lima waktu secara istiqomah. Bagi saya, sabar tidak dapat dilepaskan dari rasa syukur, dan atau maupun rasa ikhlas. Ketiganya, yaitu ; sabar syukur ikhlas secara bergantian bolak balik saling menguatkan, ketiganya adalah bagian dari emosi afeksi positif yang indah dan indah. f.3. Ekspresi Perasaan ; Ekspresi perasaan yang juga disebut sebagai emosi - adalah bagian dari komponen afektif seseorang terhadap sikap. Ekspresi perasaan saya dapat muncul berupa rasa senang atau tidak senang terhadap sesuatu objek, rasa tidak senang merupakan pernyataan yang negatif, rasa senang saya

23

tentunya adalah sikap yang positif . Manivestasi pernyataan sebagai akibat mendapat kesan tertentu yang saya ungkapkan keluar dapat dalam bentuk tertutup maupun terbuka. Untuk hal hal yang bersifat negatif, memang kadang kadang secara spontan terungkap sebagai respon ketidak sukaan, yang bisa jadi menimbulkan tersinggung bagi fihak yang bersangkutan. Namun tanpa harus sejalan dengan perjalanan waktu yang membuat diri saya semakin dewasa, saya berupaya ingin memperoleh keuntungan waktu lebih cepat untuk menjadi lebih arief bijak dengan berlatih secara sadar tidak mengungkap keluar respon negatif yang ada pada diri saya; malah sebisa mungkin saya berupaya menemukan sisi sisi positif dari sesuatu obyek yang negatif. Baik obyek negatif itu menyangkut sesuatu barang, terlebih menunjuk pada perilaku seseorang. Sebaliknya, bilamana respon itu positif; maka dengan tanpa ragu dan melalui cara komunikasi yang bagus saya tunjukkan rasa suka cita saya; obyek barang atau seseorang itu saya apresiasi dengan kata pujian sepantasnya, komentar yang baik, pendapat yang menyenangkan. Melalui belajar meningkatkan kemampuan komunikasi, saya mendapat pengaruh yang sangat luar biasa dalam membangun suasana kerja yang nyaman. Bahkan juga membuka ruang kesempatan kerja dan rezeki yang lebih luas bagi diri saya. Ungkapan yang membuat diri saya disenangi oleh beberapa kawan di tempat kerja karena saya tidak ragu atau gengsi untuk mengungkapkan apresiasi, hormat dan respek saya pada perilaku kawan saya secara terbuka. Diantaranya, saya berujar ; Wah pada hari ini, bantuan dikau membuat orang orang termasuk saya merasa suka, moga besok, besok lusa dikau juga masih mau membantu .....; Atau acapkali saya memberi salam kepada teman saya Met pagi, moga hari ini menjadi sahabat baik anda, biar bayak rejeki yang datang ketempat anda... have a nice day, ok ?! Empati sebagai dasar interaksi hubungan saya dengan semua orang yang saya kenal, maupun yang belum saya kenal boleh dikata adalah menjadi - modal sosial - saya dalam berkarya. Modal yang menjadikan saya banyak mendapatkan kemudahan kemudahan dalam menjalani kehidupan sehari hari. Karena pikiran, kepercayaan, dan keinginan saya memahami perasaan orang lain, maka saya dapat mengetahui pikiran dan mood, merasakan kondisi emosional orang lain, dengan itu saya bisa merajut hubungan yang akrab dengan orang lain. f.4. Rasionalitas ; Bagi diri saya makna rasionalitas, yaitu kemampuan dan kemauan bersikap dan bertindak dengan menggunakan akal sehat. Dengan pemahaman ini maka akan membimbing pada pertimbangan, sikap dan tindakan, terutama dalam mengatasi persoalan yang sulit. Dengan ini, maka rasionalitas akan menuntun pada arah pemahaman & penemuan solusi persoalan menjadi jelas, tepat, mudah, baik dan benar.

24

Dalam dunia akademis, dikenal adanya pemahaman yang bersifat positivistic yang kecenderungannya memuat kepentingan kepentingan subyektif deduktif sepihak, sehingga sesuatu model teori yang dikembangkan tidak lagi menjadi tidak objective realistic. Di fakultas ekonomi yang tergolong dalam disiplin sebagai kelompok ilmu ilmu sosial [bukan ilmu eksata yang mendalami & mengkaji obyek barang mati], pendekatan ini acapkali diterapkan secara tidak proporsional, sehingga sesuatu rasionalitas telah bergeser menjadi irrasional. Contoh dalam kegiatan sehari hari dapat dijumpai sejak dari yang praktis sederhana sampai pada yang konsepsional filosofis. Sejak proses pembelajaran dalam mencapai sasaran sasaran belajar sesuatu teori dalam perkuliahan, sampai pada filosofi dasar mengkembangkan sesuatu teori [ontology, epistemology dan axiology]. Sesuatu proses pembelajaran dengan tujuan sasaran belajar tertentu, yang dilakukan oleh dosen pengajar dengan pendekatan positivistic deductive rasional sepihak [= irrasional] pada mahasiswa menjadikan sasaran belajar tidak sampai, pengetahuan dan teori yang ditransfer menjadi tidak aspiratif, fenomena teori yang disampaikan tidak realistis, tidak membumi dan berada diawang awang. Sebagai pengajar dan sekaligus pendidik, saya berupaya keluar dari situasi ini dengan memakai pemahaman rasionalitas komunikasi yaitu memberikan ruang emansipasi mahasiswa mengungkap pemahaman teorinya melalui berbagai fenomena empirik yang dilihat, diketahuinya. Dengan demikian persepsi rasionalitas - dalam kontek proses belajar mengajar dalam perkuliahan adalah rasionalitas komunikasi yaitu rasionalitas yang objective yang mutlak terbangun dari proses deduktif induktif; sebagai elaborasi teori yang disandingkan, ditandingkan dengan pengalaman dunia nyata sehari hari sebagaimana yang dipahami menurut perspektif mahasiswa. Dalam perkuliahan, saya membangun proses diskusi yang rasional komunikatif, pertukaran pikiran yang dapat mengakomodasi ketidak tahuan, ketidak setujuan, sehingga mengarah pada pemahaman bersama [walaupun tidak selalu sama] terhadap sesuatu fenomena secara rasional, baik dan benar. Ada proses menghargai dan mengakomodasi pemahaman, pendapat, pemikiran mahasiswa walaupun dalam taraf kognisinya masih harus diuji dan diverifikasi.

G. Etos Kerja (semangat, target kerja, disiplin, ketangguhan)

Jelaskan etos kerja (semangat, target kerja, disiplin, dan ketangguhan) dan bagaimana cara Saudara menghadapi masalah! Berikan contohnya! Deskripsi jawaban :

25

Etos kerja bagi saya mempunyai arti sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja sehingga. Menjadi nilai. pedoman, moral dan perilaku dalam bekerja. g.1. Semangat ; Sebagai pengajar sekaligus pendidik, dalam bekerja tentunya yang saya alami tidak selalu berlangsung lancar, tidak selalu berjalan normal sebagaimana seharusnya. Pada kenyataannya ada cukup banyak kendala, tantangan masalah tak terduga yang menjadi menghambat ; baik itu berasal dari faktor lingkungan diluar diri saya, maupun dari dalam diri saya sendiri. Terlebih pula bilamana pekerjaan sebagai dosen itu saya memandangnya sebagai sesuatu pekerjaan bersifat intelektual, pekerjaan yang memuat nilai & norma akademis sehingga selalu bersifat dinamis serta menuntut kualifikasi kemajuan dari waktu ke waktu selalu meningkat dan aktual. Maka untuk ini, penyikapan sikap bathin pada diri saya harus selalu positif yaitu pantang menyerah; ada keharusan diri untuk memelihara api semangat yang tetap menyala, bilamana perlu pada saat saat tertentu perlu lebih berkobar kobar lagi untuk mengatasi hambatan, tantangan, kendala psikologis [psikomotor, afeksi maupun kognisi] dari dalam diri saya maupun datangnya dari luar diri saya, antara lain yang sering adalah kondisi sosialekonomi yang tidak menguntungkan. Yang selalu mem back-up semangat juang adalah bahwa; saya bersandar kepada Allah SWT bahwa Allah SWT berada didalam diri saya, sehingga saya berkarya dengan sepenuh hati, sebisa jadi, sekuat nyali; namun pula segala hasil yang dapat terjadi adalah semata mata berada didalam rencana Allah SWT. Cukup banyak bukti dan contoh perjalanan hidup yang saya alami untuk menjadi cermin pada diri saya sendiri, sehingga semangat berjuang dalam hidup ini terasa ada kemajuan, terasa ada peningkatan lebih baik [walaupun mungkin dapat terkesan lambat] bilamana dibandingkan dengan beberapa tahun silam. Diantaranya adalah : Satu pengalaman dan pelajaran amat luar biasa berharga, dan telah mendapat hasil yang sedemikian mulia tentang nilai nilai semangat perjuangan saya dapatkan dari guru besar saya, sekaligus menjadi promotor studi program doktor saya yaitu Prof. Dr. Harry Susanto, SE., SU. Cukup berat, cukup susah, cukup lama & lama sekali untuk dapat mengimbangi kesungguhan, keseriusan, kemauan kuat sekaligus semangat beliau dalam memahami & menguasai sesuatu teori dalam setiap proses konsultasi pembimbingan. Alhamdulillah, barangkali sampai detik ini, saya muridnya yang beliau nilai berhasil menjalani eksperimen beliau [seperti ucap beliau setelah saya lulus] tentang pengembangan penelitian ekonomi kualitatif. Saya benar benar ingat, beliau pernah bertanya pada saya dua hari menjelang ujian akhir disertasi saya, pertanyaannya Apa Pak Sonny nanti bisa dapat hasil Cumlaude ya ?!?..... ; saya menangkap makna pertanyaan ini sebagai sebuah apresiasi yang luar biasa dan beliau; jawab saya ... Kalau, Prof. Harry mengabaikan aturan batas waktu studi ....ya bisa. Kan aturan waktunya tidak bisa Prof. 26

Saya menempuh studi program S-3 memerlukan waktu 4 (empat) tahun 10 (sepuluh) bulan. Saya mengikuti kuliah selama 3 semester atau satu setengah tahun, jadi artinya selama lebih dari 5 (lima) semester saya menimba -semangat juang - dari beliau membimbing. Promotor pembimbing bersemangat, saya juga bersemangat, sehingga setiap konsultasi tidak kurang memerlukan waktu selama 3 jam. Sekurangnya sehari dalam satu minggu berdiskusi, menerima kuliah, dikritik, dimarahi. Sedemikan intensnya, interaksi kami sampai pada taraf bergurau bahkan pula saya pada taraf berani balik mengkritik beliau. Hasilnya semangat juang ini, memang IP saya menjadi yang tertinggi diantara teman seangkatan, dan tertinggi diantara sesama wisudawan S-3. Sebagai bukti semangat saya atas ajaran dan didikan beliau, saya kini bersemangat untuk membuat buku penelitian kualitatif ekonomi yang barangkali saat ini belum sempat ada; dan doa untuk beliau moga lekas kembali sehat seperti semula karena semangat juangnya. Contoh lain : Dalam menjalani profesi sebagai pendidik dan pengajar kedepan, saya tetap bersemangat berupaya sekuat tenaga untuk secepatnya dapat menyelesaikan persyaratan saya untuk dapat meraih amanah yang amat terhormat sebagai seorang guru di perguruan tinggi, yaitu guru besar: Karena sejak 4 (empat) bulan yang lalu [bulan februari 2009] saya selesai cetak satu buku teks sebagai kelengkapan tambahan yang kini sudah terpasarkan; karena segala persyaratan akademis yang diperlukan, baik itu untuk dharma pendidikan & pengajaran, dharma penelitian dan dharma pengabdian masyarakat ; semuanya telah melampaui syarat angka yang diperluakan dan mungkin lebih dari cukup, Insya Allah. g.2. Target Kerja ; Ada pergeseran makna dalam saya memahami kata target kerja -. Beberapa tahun yang silam, dahulu saya selalu memiliki pedoman bekerja berdasarkan target, berhasil baik menurut batas waktu tertentu maupun berhasil menurut standard kualifikasi mutu tertentu. Namun, pada saat ini pemahaman target itu menjadi berbeda. Sebagai seorang hamba Allah SWT yang Insya Allah berupaya semakin Iman, Taqwa dan Tawadu serta Istiqomah ; bekerja sebagai sebuah proses mengharuskan diri saya untuk melaksanakan dengan cara sebaik baiknya, dengan daya sekuat kuatnya, selalu & selalu berusaha yang baik dan benar; namun soal hasil & keberhasilannya saya tidak berani menentukan. Seperti yang saya telah kemukakan dibagian lain, bahwa hasil & keberhasilan itu adalah hak serta berada pada ketentuan Allah SWT, kalau diri saya menentukan target bekerja itu haruslah berhasil, dengan waktu tertentu, dengan jumlah nominal tertentu dan dengan kualitas tertentu; maka ini adalah sikap bathin yang sombong. Berikut ini satu gambaran penyikapan sebagai cara bekerja saya dalam memahami target ; Belajar dari pengalaman masa sebelumnya, saya pergunakan kesalahan kesalahan yang telah saya lakukan sebagai bekal perbaikan dan

27

peningkatan dalam bekerja. Seperti ajaran Rasulullah dalam keyakinan Agama saya [Islam]; bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Dalam hal mengukur kemungkinan gagalnya sasaran belajar dalam proses belajar mengajar di perkuliahan, maka adalah kurang adil jikalau saya hanya menyalahkan mahasiswa, tak bijak jika mendakwa mahasiswa itu malas belajar; bodoh. Mencegah keadaan semacam itu agar tidak terjadi; maka menuntut diri saya untuk mawas diri, introspeksi ; mengapa ini bisa terjadi. Mengapa mahasiswa hanya mampu mendapat nilai yang pas pasan dari ujian saya. Untuk itu, maka salah satu daya upaya saya juga perlu terus memperbaiki diri, meningkatkan diri, disamping saya harus memiliki cara mengajar yang lebih baik. Saya berdaya upaya mengajar yang sedemikian memikat mahasiswa [sehingga mahasiswa memiliki pemahaman, bahwa kalau dalam kuliah P Sonny tidak hadir maka pada diri mahasiswa itu merasa merugi, karena dirinya kehilangan kesempatan mendapat pengetahuan yang berharga dan menyenangkan dari saya]. Dalam mindset saya pembelajaran adalah bukan semata mata untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang dimiliki mahasiswa, atau untuk sekedar memenuhi prosedur formal bahwa fakultas yang menghendaki terdapatnya nilai masuk untuk ujian tengah semester; namun lebih dari itu, juga untuk mengukur tingkat efektifitas pengembangan teori yang dapat dilakukan mahasiswa. Harapan saya, disamping mahasiswa makin meningkat penguasaan teorinya, maka saya dapat meningkatkan daya jelas saya dalam penyampaian teori karena teori yang dibahas menjadi menarik & menyenangkan. Hasilnya, tentunya nilai mahasiswa menjadi lebih baik, IP nya lebih tinggi; namun nilai Index Prestasi [IP] tinggi ini bukan hasil proses pembelajaran yang dangkal, bukan sekedar kemurahan hati saya untuk mengobral nilai bagus akan tetapi sekali lagi hasil kerja keras, yang memang pantas harus diterima mahasiswa sepadan dengan proses pembelajarannya. g.3. Disiplin ; Padan makna disipilin boleh dikata adalah amat dekat dengan arti ; patuh pada aturan, taat pada berbagai norma yang dan disepakati, menjalankan kerja sesuai dengan rambu rambu ketentuan yang telah digariskan. Disiplin juga dapat saya artikan sebagai memiliki comitment [= janji yang dilaksanakan] kuat untuk memenuhi sesuatu rencana kerja yang telah saya sepakati, sesuatu proses kerja yang harus ditempuh serta tujuan yang ditetapkan. Disiplin juga saya perlukan dalam berkata, bertutur agar sesuai dengan konteks yang dibicarakan; demikian halnya dalam memaparkan konsep dan menjelaskan teori dalam tatap muka perkuliahan. Disiplin mutlak saya perlukan dalam berpikir agar jalan pikiran saya tidak melantur, tetap konsentrasi pada fokus tema yang dikaji. Disiplin juga menuntut pada diri

28

saya untuk dapat membuktikan satunya kata yang saya ucapkan dengan perbuatan saya lakukan. Sebagai salah satu contoh penerapan makna disiplin adalah dapat ditunjukkan dalam pengembangan akademis seorang dosen, termasuk pada diri saya sendiri, yaitu : Secara aksiologi, kegagalan dalam pengembangan ilmu akademik yang akan saya hadapi akan terjadi ; bilamana selalu saja saya berteori namun tak pernah sekalipun berupaya disiplin membuktikan teori yang saya kemukakan dalam realitas nyata. Dan sebaliknya pula saya akan gagal bilamana tidak disiplin karena tidak pernah dapat melihat berbagai realitas kenyataan untuk kemudian saya teoritisasikan. Sehingga agar saya agar dapat memiliki penghayatan terhadap disipilin kerja; maka sebagai akademisi yang mengkembangkan keilmuan, maka saya selalu menggunakan teori dan realitas empirik bersama sama. Saya selalu dengan sadar berdaya upaya; disiplin mensandingkan, mentandingkan teori dengan realitas empirik secara bersama sama. Utamanya disiplin kerja dalam kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu dalam kegiatan perkuliahan, dalam kegiatan penelitian dan dalam kegiatan pengabdian di masyarakat. Perilaku disiplin sebagai contoh relatif sederhana yang saya tindakkan adalah disaat menunaikan tugas memberikan perkuliahan. Dalam mengajar saya berupaya hadir diruang kuliah pada saat jadwal waktu yang ditentukan serta tidak terlambat. Demikian pula dalam mengakhiri perkuliahan tatap muka tersebut tidak lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Substansi materi yang disampaikan juga memerlukan disiplin, yaitu sesuai dengan sasaran belajar saat itu, sehingga tidak melenceng dari SAP yang ditentukan. Pengulangan materi apabila terpaksa harus dilakukan, adalah karena untuk mempertajam dan mengelaborasi sasaran belajar yang ditentukan pada saat itu. g.4. Ketangguhan Pada hemat saya, ketangguhan adalah menunjuk pada sikap mental yang tegar, kokoh kuat untuk menghadapi berbagai macam tantangan masalah maupun mengatasi berbagai ragam kesukaran. Ketangguhan diperlukan bukan hanya untuk dapat mencapai sukses, memelihara sukses; namun pula diperlukan untuk tahan terhadap keadaan yang belum menunjukkan kondisi sukses. Ketangguhan pada diri saya, lebih banyak didasari oleh filosofi ajaran agama saya, bahwa fitrah kita sebagai manusia adalah menjalani kehendak Allah SWT serta harus selalu dan tiada henti untuk berusaha sekuat tenaga, berikhtiar sebudi akal. Beberapa pengalaman terkait dengan ketangguhan yang dapat saya tunjukkan, diantaranya adalah : a) Ketika saya sedang menempuh studi program doktor, saya menjalani proses pembimbingan sedemikian berat; baik karena menyangkut pada persoalan teknis maupun menyangkau pada faktor non teknis. Sebelum penelitian berjalan, proposal yang saya ajukan mengalami

29

pergantian total sebanyak tiga kali, salah satunya proposal itu sudah saya siapkaan selama 8 bulan. Dalam menyusun disertasinya, saya mengalami perubahan judul sebanyak puluhan kali; yang konsekwensi atas perubahan judul ini adalah juga merubah substansi. Saya mungkin akan mengalami gagal studi, manakala saya tidak tahan atas perubahan proposal dan judul berulang kali dan berkali kali. b) Pernah pula diri saya mendapatkan issues dan rumor yang tidak menyenangkan pada diri saya. Secara fisik rumor dan issues itu memang tidak melukai badan fisik saya; namun teramat menyakiti hati saya. Bilamana situasi ini saya respon dengan rasa amarah, maka mentalitas saya tidak tangguh, bisa jadi sikap mental saya sama lemahnya dengan mereka yang membuat issues & rumor namun tidak dapat bekerja. Penyikapan saya adalah tetap tenang dan tidak terpancing, maka dengan ketangguhan saya untuk tidak bereaksi justru berbalik menyebabkan pihak pelempar issues negatif & rumor itu menjadi kebingungan akal.

H. Integritas Diri (kejujuran, keteguhan pada prinsip, konsistensi, tanggung jawab dan keteladanan)

Jelaskan dan beri contoh integritas Saudara dalam kaitannya dengan kejujuran, keteguhan prinsip, konsistensi, tanggung jawabm dan keteladanan yang dapat ditunjukkan di lingkungan Saudara! Berikan contohnya!. Deskripsi jawaban. : Integritas pada hemat saya adalah keselarasan antara niat, pikiran, perkataan dan perbuatan yang mewujud pada martabat pribadi seseorang. h.1. Kejujuran ; Dari waktu kewaktu, saya mensyukuri bahwa pada saat ini semakin menghayati dan semakin berupaya meningkatkan derajat kejujuran. Saya juga memiliki keyakinan dan penghayatan bahwa membangun kejujuran itu hanya bisa dimulai dengan menjadi jujur kepada diri sendiri terlebih dahulu. Jujur kepada diri sendiri itu berlaku untuk semua hal disemua urusan dan disemua tempat maupun di setiap waktu. Jati diri saya sebagai maklhuq beragama, sebagai makhluq sosial, sebagai makhluq beretika, sebagai makhluq berpendidikan tinggi sejauh ini takkan ada artinya bila tidak dijiwai oleh kejujuran; pendidikan - pengajaran yang saya tujukan kepada mahasiswa tidak ada maknanya bilamana tanpa didasari oleh nilai nilai kejujuran. Sikap dan laku kejujuran yang saya lakukan memang tidak dapat banyak saya bicarakan, namun hasil yang sampai saat ini saya dapatkan dari kejujuran adalah tumbuhnya banyak kepercayaan dari 30

banyak pihak kepada diri saya. Kepercayaan yang semakin kuat, radius kepercayaan yang semakin jauh telah menjadikan diri saya secara sadar maupun tidak saya sadari menjadi berkah, baik berupa kepercayaan pekerjaan yang mendatangkan rezeki maupun keparcayaan jabatan yang bersifat sosial; sejak sebagai ketua RW sampai pada ketua ketua yang lain yang terlalu banyak untuk saya sebutkan. Sebatas mendiskripsikan diri sebagai dosen, maka salah satu tugas kuwajiban yang harus dilaksanakan adalah kegiatan penelitian. Hasil penelitian yang kemudian harus ditulis dalam bentuk laporan. Sebagai karya ilmiah, sesuatu penelitian sudah barang tentu harus memiliki dasar argumentasi ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dalam proses penelitian, kemudian penulisan inilah nilai norma dan etika kejujuran ilmiah amat mutlak dipersyaratkan. Saya, yang telah sempat menuangkan relatif cukup banyak laporan hasil penelitian, beberapa yang termuat dalam jurnal terakreditasi serta menghasilkan satu buku yang ber ISBN nasional; sedemikian amat peka dan menjunjung tinggi kejujuran ilmiah; diantaranya tentang bagaimana tata krama mensitir pendapat seseorang pakar dalam tulisan saya, tentang penulisan kutipan pendapat pakar yang dikutip langsung maupun tidak langsung oleh pakar yang lain, dlsb. Sebagai pendidik dihadapan mahasiswa, secara normatif saya harus menjadi penggerak kejujuran, karena salahsatu alasan yang substansial bahwa proses pembelajaran menjadi pencerminan kehidupan masa depan. Proses pendidikan dan pengajaran, akan berakibat pada pembangunan jati diri mahasiswa sebagai generasi pemilik masa depan. Karena itu, seandainya saya menyampaikan sesuatu materi ketidakbenaran dan ketidakjujuran dihadapan mahasiswa maka akan berdampak fatal terhadap mahasiswa maupun diri saya sendiri. Bahkan saya mengharuskan diri saya untuk berucap jujur, untuk bertindak jujur dalam segala hal. Dalam memberikan perkuliahan saya selalu menekankan berulang ulang dihadapan mahasiswa untuk membiasakan diri berlaku jujur, utama dalam proses belajar, utamanya lagi dalam mengikuti ujian semester, demikian pula beberapa contoh tata etika kejujuran dalam menyusun tugas akhir (skripsi) yang benar. Saya katakan kepada mereka para mahasiswa, bahwa; sumber penyebab banyaknya sarjana, bahkan sampai guru besar yang korupsi itu adalah akibat kebiasaan tidak jujur yang dimulai sejak disekolah dan ketika menjadi mahasiswa dibangku kuliah. Seseorang mahasiswa ingin mendapatkan nilai bagus tanpa susah payah belajar, ingin mendapatkan sesuatu yang enak tanpa usaha belajar selayaknya maka pilihan cara yang ditempuh adalah mencontek dalam ujian, menjiplak dalam menyelesaikan tugas; akhirnya menjadi kebiasaan. Saya katakan pula kepada mahasiswa yang saya ajar ;ketidak jujuran semacam korupsi itu tidak dapat muncul secara tiba tiba, melainkan muncul dari kebiasaan, ... diantaranya kebiasaan mencontek ketika menjadi mahasiswa Bentuk kejujuran lain yang saya hayat dan amalkan, bahwa saya terbuka dan transparan dengan uang penghasilan saya; sepenuhnya saya menyerahkan penghasilan saya pada keluarga dirumah. Isteri saya dapat 31

mengetahui isi dompet saya setiap saat, mengetahui besarnya nilai uang yang terdapat direkening saya dan dapat menggunakan kartu ATM saya. h.2. Keteguhan pada Prinsip ; Dengan keberanian memegang teguh prinsip serta keberanian menanggung resiko atas prinsip yang dipegang maka sikap itu adalah wujud dari seseorang yang konsisten. Salahsatu contoh prinsip yang selalu saya pegang teguh untuk saya laksanakan dalam perkuliahan adalah selalu dan selalu konsisten untuk tidak lupa memberikan tugas akademik terstruktur yang harus dikerjakan mahasiswa. Saya pun berusaha teguh untuk meluangkan waktu memeriksa tugas akademik terstruktur yang telah dikumpulkan mahasiswa setiap minggunya, walaupun cukup merepotkan. Contoh lain adalah disaat menyampaikan perkuliahan, saya konsisten pada prinsip pemahaman bahwa penyampaian materi perkuliahan, bukan sebatas memindahkan pengetahuan kepada mahasiswa. Bahwa penyampaian materi dalam perkuliahan adalah perlu menempatkan mahasiswa sebagai subyek didik, dan bukan obyek didik. Lebih dari itu dalam materi & teori perkuliahan haruslah terasa hidup, terasa nyata dalam peristiwa [ekonomi] keseharian, maka itu materi & teori ini dimuati pula nilai nilai roh sebagai jiwa ilmu yang hendak dipahami. Contoh contoh fenomena yang saya kemukakan juga turut membantu menghadirkan teori menjadi lebih realistis, namun bagi saya hal ini belum cukup. Karena fenomena fenomena sebagai contoh yang saya kemukakan itu memiliki berbagai makna; maka dalam makna yang kontekstual inilah saya memberikan nilai nilai, atau roh pada materi teori yang saya sampaikan sehingga ilmu yang diserap oleh mahasiswa terasa hidup karena menghadirkan kenyataan sehari hari yang kontekstual dengan teori. h.4. Tanggung jawab ; Sesuatu tanggungjawab seseorang dapat diukur melalui kesediaannya menerima akibat-akibat yang timbul dari tindakan maupun status perannya; dan bersedia menanggung resiko dari yang dikerjakan maupun status perannya pula. Sehingga menurut diskripsi pemahaman saya, sesuatu tanggung jawab yang harus saya pikul itu adalah sebuah bentuk konsekuensi atas sesuatu perbuatan maupun atas status peran saya. Perbuatan itu menyangkut pada hak hak saya untuk berbuat sesuatu, serta pula menyangkut pada kuwajiban kuwajiban saya dalam berbuat sesuatu. Namun, beban tanggung jawab seseorang dosen yang hanya diukur menurut sesuatu tindakan; baik tindak perbuatan yang bersifat sebagai hak ataupun tindakan itu bersifat sebagai kuwajiban; menurut pemahaman saya belum cukup memadai. Tanggungjawab seorang dosen, seperti halnya pada diri saya; adalah juga disertai tanggungjawab atas status yang disandangnya , yaitu

32

predikat dosen sebagai profesi. Karena predikat - dosen secara sosial dan psikologis memiliki makna normatif tertentu. Dengan kata lain, saya sebagai seorang dosen, tentunya memiliki tanggungjawab normatif yang berbeda dengan seandainya saya sekedar staf administratif fakultas. Dalam pemahaman masyarakat awam misalnya, tanggung jawab atas status profesi yang saya sandang sebagai seorang dosen tentulah dituntut tanggunggungjawab normatif pada derajat yang lebih berat, bilamana dibanding dengan tanggungjawab normatif bagi kebanyakan orang awam. Selain daripada tanggung jawab normatif menurut sudut pandang sosial itu, maka dalam menunaikan kuwajiban untuk menjalankan proses belajar mengajar juga terkena pertanggungjawaban; yaitu harus menjalankan fungsi pembelajaran, misalnya harus sesuai dengan bobot SKS nya, harus sesuai dengan sasaran belajarnya. Maka dengan ini artinya bahwa saya selain harus memiliki tanggungjawab [normatif] atas status saya sebagai dosen juga masih disertai tambahan tanggungjawab atas kuwajiban saya dalam proses melaksanakan tugas operasional [proses belajar & mengajar] sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Demikian pula saya sebagai dosen selain daripada tangungjawab tersebut diatas [normatif, dan pelaksanaan kuwajiban], juga bersedia memikul tanggungjawab atas pemenuhan hak hak yang saya peroleh. Saya berhak untuk memberikan tugas tugas pekerjaan rumah bagi mahasiswa, saya berhak memberikan reward nilai yang baik atau buruk kepada mahasiswa; maka in juga harus saya ampu secara bertanggung jawab, serta tidak saya salahgunakan agar tidak menyalahi aturan dan norma yang berlaku. Sekurangnya, ada satu lagi tanggungjawab yang perlu saya hormati dan saya harus miliki, yakni tanggungjawab moral terhadap sesuatu perbuatan atau kejadian peristiwa, walaupun diri saya sama sekali tidak tersangkut dalam peristiwa terkait; namun karena saya mendengar, atau melihat atau pula mengetahuinya maka secara proporsional saya perlu ikut bertanggung jawab, semisal; teman sejawat saya mengalami musibah maka tentulah saya harus ikut membantu meringankan beban musibahnya. Contoh lain sebaliknya, bilamana ada teman sejawat mengundang diri saya untuk menghadiri tasyakuran, maka tanggungjawab moral saya untuk menghormati dan menghadirinya. Contoh lain terkait dengan tanggung jawab yang harus saya emban agar saya memiliki kepantasan disebut sebagai ilmuwan, maka saya harus tidak berhenti untuk menghasilkan karya ilmiah ; antara lain tulisan laporan laporan penelitian yang dapat termuat dalam jurnal terakreditasi, menyusun buku teks yang memiliki register ISBN nasional. Sajian substansi yang dimuat juga memenuhi prosedur ilmiah, standar ilmiah serta menyajikan informasi pengetahuan & ilmu yang segar serta orisinal. h.5. Keteladanan ;

33

Dalam dunia pendidikan, bagi diri saya sebuah - keteladanan - adalah syarat dan sumber utama terhadap terjadinya perubahan yang kita harapkan pada anak didik, keteladanan adalah cara yang paling efektif dalam pendidikan karena keteladanan adalah ajaran yang tanpa banyak bicara. Daripada dengan berbicara dan berkata, melalui contoh nyata, anak didik akan bisa dengan mudah mengikuti dan meniru secara benar. Sesuatu kata kata tidak setara dengan amal nyata. Sebagai seorang dosen yang tergolong seior, maka segala ucap, sikap, tindak saya berusaha saya lakukan sebaik baiknya, tentunya dengan harapan dapat diikuti oleh segenap civitas academica. Demikian pula di lingkungan rumah saya, dimana saya sebagai Kepala Keluarga maupun sebagai Ketua RW berupaya saya biasakan yang terbaik dalam hal tutur kata, sikap penampilan maupun tindakan. Contoh nyata keteladanan saya sejauh ini diantaranya ; a) Saya selalu mengucapkan terimakasiih lepada siapapun yang telah membantu kemudahan dalam memenuhi keperluan saya, termasuk pula kebiasaan baik ini terapkan pada anak saya. Saya katakan Terimakasih, nduk/le, ketika anak saya telah membantu mengambilkan baarang yang saya perlukan. b) Disaat sebagai pembicara sebagai orang yang dituakan (misalnya sebagai Ketua RW) atau mengajar; selain daripada menyampaikan substansi topik yang dibicarakan, selalu saya sisipkan pandangan pandangan nasehat yang memuat nilai nilai dan norma kebaikan serta kebenaran. Tentunya tidak hanya berhenti pada tutur kata yang bermakna, bahwa hal hal yang saya sampaikan juga saya tindak lakukan. c) Saya amat correct dalam hal berbusana, adalah keteladan dalam penaampilan saya. Busana yang saya pakai, mutlak harus bersih bahkan harus selalu tidak terkena najis sehingga tidak menghalangi kuwajiban saya dalam menjalankan shalat. Penampilan saya dalam berpakaian selalu necis, terseterika rapi dan memenuhi ukuran kesantunan. Dalam hal berpakaian, beberapa prinsip dasar yang tidak akan saya lakukan, yaitu ; saya tidak pernah memakai pakaian yang ketat, dan sebaliknya pula tidak mengenakan pakaian yang kedodoran; ukuran pakaaian saya haruslah pas dengan postur tubuh saya. Karena itu, segala pakaian saya supaya menghadirkan penampilan yang pas, selalu dibuat oleh penjahit langganan saya. Bilamana pakaian yang terbeli itu sudah dalam bentuk jadi, maka sebelum saya kenakan selalu saya bawa kepenjahit saya terlebih dahulu untuk dipermak; semata mata agar penampilan saya pantas dan pas. d) Perilaku dan kiprah saya di masyarakat juga saya kelola dengan sangat seksama; mengingat banyak status dan peran saya diberbagaai komunitas lingkungan masyarakat selain juga keberadaan diri saya di Kota Malang banyak dikenal orang. Tindak tanduk diri saya,

34

tentu akan menyentuh dan berpengaruh banyak, sejak dari; keluarga sendiri, mahasiswa, teman sejawat, institusi, tetangga dekat maupun tetangga jauh dan lain lainnya. masyarakat saya, keluarga saya, mahasiswa saya, bahkan orang tua saya. Karena masih ada diantara kalangan masyarakat di kota Malang ini, yang melihat saya dapat menjadi panutan.

I.

Keterbukaan terhadap kritik, saran, dan pendapat orang lain (penyikapan, penerimaan)

Bagaimana Saudara menyikapi kritik, saran dan pendapat orang lain ? Berikan contohnya ! Deskripsi jawaban : Keterbukaan bagi diri saya adalah sikap pengakuan diri bahwa diri saya itu memiliki keterbatasan, tidak segalanya tahu, tidak segalanya mampu, karena itu saya harus mau menerima keunggulan, menerima kebenaran, menerima pengetahuan, menerima perbedaan, menerima ketidak setujuan, menerima nasehat maupun kritik dari orang lain. Dengan keterbukaan yang saya ampu itu, berarti saya sedang terlibat pada sebuah proses menuju profesionalisme. Untuk itu, saya selaku berupaya bersikap arief dan berbaik sangka dalam menyikapi berbagai macam fenomena keterbukaan yang saya temui. i.1. Penyikapan ; Bagi diri saya, penyikapan yang mau terbuka terhadap kritik dan pendapat orang lain akan semakin mengokohkan tradisi ilmiah yang saya geluti selama ini. Penyikapan saya agar semakin berorientasi ilmiah itu antara lain : a. Dalam lingkungan kampus, untuk mengembangkan suasana akademis lebih baik, maka saya berupaya dalam berbicara dan bekerja adalah bersumber pada ilmu pengetahuan, b. Terhadap adanya laporan laporan pengaduan sesuatu ketidak beresan atau ketidak selarasan keadaan [semisal; yang disampaikan oleh civitas academica di fakultas], maka saya tidak bersikap apriori dan tidak memberikan penilaian terhadap sesuatu sebelum mengetahui secara akurat, c. Berkenaan dengan adanya sesuatu usulan yang diajukan pada diri saya, utamanya menyangkut pada sesuatu kebijakan yang menyangkut kepentingan seseorang; maka saya berupaya selalu

35

d. e. f. g. h.

i. j. k. l.

membandingkan sesuatu pendapat dengan pendapat kedua dan ketiga sebelum mengambil keputusan, Dalam setiap forum forum pertemuan, saya memilih lebih banyak mendengarkan daripada berbicara, Setiap hari, saya selalu menyempatkan diri membaca buku dan secara sadar menyediakan waktu khusus untuk itu, Agar memiliki cukup bekal untuk menulis sesuatu gagasan, saya menyediakan waktu untuk lebih banyak diam dan berpikir, Dalam menyikapi setiap fenomena, ataupun mengkaji setiap problematika saya membiasakan diri selalu mendekati permasalahan secara komprehensif, holistik, integral, obyektif dan proporsional, Untuk mendapatkan perspektif pemahaman yang lebih banyak tentang sesuatu fenomena ataupun mendapat berbagai macam makna; maka saya suka berdiskusi dan proaktif mengembangkan wacana, menggali ide-ide yang berorientasi pada kebenaran namun bukan untuk tujuan berdebat kusir mendapat kemenangan, Guna meningkatkan taraf penguasaan metode dalam menemukan solusi sesuatu permasalahan; saya berlatih berfikir secara sistematis dengan membuat flow chart sederhana dan berbicara secara teratur, Saya menyukai hal-hal yang baru dan menikmati tantangan serta perubahan, walaupun itu justru membuat saya mendapatkan kesulitan kesulitan baru dalam penyelesaiannya, Dengan kekurangan yang saya miliki, saya bersedia menerima kesalahan, lapang dada dan toleran dalam perbedaan, Untuk mendapatkan konsep & pra teori [proposisi proposisi] maka saya sempatkan mencatat; serta memikirkan ulang gagasan sendiri atau gagasan orang lain dan selalu menguji kebenarannya, memikirkan gagasan-gagasan baru secara produktif .

Dasar penyikapan saya terhadap sesuatu fenomena yang didalamnya saya ikut terlibat dalam perbincangan pengambilan kebijakan institusional, akan selalu saya dasarkan atas pertimbangan pertimbangan pilihan diantara keputusan yang bersifat ideal dengan yang bersifat pragmatis, diantara yang mengutamakan kebenaran dengan yang mengakomodir kepentingan kepentingan. Adapun penyikapan saya terkait dengan kritik, saran dan pendapat orang lain dapat saya tunjukkan dengan beberapa penyikapan berikut ini : 1. Saya selalu menerima setiap keputusan rapat yang menghasilkan kebenaran secara substansial, dalam agenda rapat yang tepat dengan situasi, tempat, momentumnya, walaupun dalam pembicaraan diskusi menuju perumusannya saya memiliki beberapa cara pandang dan pendapat yang berbeda dengan hasil keputusan rapat. Demikian pula ketika sesuatu tujuan hendak dijalankan; maka ketika prosesnya ditentukan pada pilihan pilihan yang lebih efektif, lebih efisien; maka rasionalitas saya akan mendukung dan menyetujui untuk dilaksanakan.

2.

36

i.2. Penerimaan ; Tradisi ilmiah mengharuskan diri saya menghilangkan sikap apriori, tidak merasa benar sendiri, tidak mudah mencurigai niat orang lain, menjauhkan diri dari memandang remeh pendapat orang lain, berbicara yang dimuati dasar informasi dan ilmu pengetahuan, tidak akan mengkooptasi gagasan orang sebagai gagasan sendiri, menghindari debat yang tidak proporsional, menghindari tuduhan yang memojokkan orang lain. Salah satu manivestasi keterbukaan saya yang cukup penting untuk saya miliki adalah dalam menyikapi dan "mengelola" ketidaksetujuan. Bahwa dalam kehidupan mimbar akademis di kampus dalam perjalanannya sering saya temukan dan alami adanya perbedaan pendapat sebagai ciri kehidupan majemuk, dan konsekuensi kebebasan mimbar itu sendiri; juga sebagai konsekwensi atas latar belakang sosial yang berbeda, tingkat pengetahuan yang berbeda, tingkat kematangan kognisi & afeksi yang berbeda. Ketidaksetujuan saya terhadap sesuatu yang diputuskan [misalnya dalam rapat di fakultas], maka saya kelola menurut prinsip keikhlasan. Keikhlasan ini bagi saya yang penting adalah tunduk dan patuh pada sesuatu yang saya tidak setujui dan saya mentaatinya walaupun dalam dalam keadaan terpaksa. Namun menerima secara ikhlas ini juga telah dibekali oleh penalaran sebagai berikut: 1. Didahului oleh pertanyaan pada diri saya sendiri, apakah pendapat saya sudah melalui kajian, perenungan, pengalaman lapangan mendalam yang bersifat ilmiah sehingga saya memang memiliki landasan kuat untuk mempertahankannya. Jika ternyata memang pendapat saya berdasar dari proses sistemastis maka sikap tawadhu- yang saya ambil adalah pilihan yang lebih mulia bagi saya. Pendapat saya bisa jadi memang benar, tapi mungkin juga salah. Dan pendapat mereka berkemungkinan salah, tapi bisa pula memang benar. 2. Bilamana saya tetap yakin pendapat saya lebih benar dan dilain hal pendapat umum yang menjadi keputusan bersama lebih lemah atau bahkan salah, maka saya menerimanya demi "mempertahankan kesatuan dan keutuhan lebih utama serta penting dari sekedar memenangkan pendapat yang boleh jadi benar". Dalam ketidaksetujuan itu saya belajar tentang makna sikap bathin tentang keikhlasan yang tidak terbatas, tentang makna persaudaraan dan persatuan, tentang makna tawadhu dan kerendahan hati, tentang cara rnenempatkan diri yang tepat dalam kehidupan bersama, tentang cara saya memandang diri saya sendiri dan orang lain secara tepat, tentang makna tradisi ilmiah yang kuat dan toleransi yang tidak terbatas, tentang makna keterbatasan ilmu yang saya miliki.

37

J. Peran sosial (kemampuan kerja sama, kemampuan komunikasi)

Bagaimana kemampuan Saudara dalam menjalin kerjasama dan berkomunikasi dengan berbagai pihak (teman sejawat, staf administrasi, atasan, mahasiswa dan masyarakat) ? Berikan contohnya!

Deskripsi jawaban : Manusia dengan segala daya dan budidaya yang immanent pada jati dirinya adalah juga homo socius (makhluk sosial yang perlu berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, bertata krama (homo eticus) dalam bertindak, makhluk berakal budi (homo sapiens), makhluk yang harus bekerja (homo faber), makhluk yang suka bermain (homo ludens), makhluk yang mampu mengekspresikan gagasannya dengan simbol makna (homo symbolism), sebagai manusia adalah manusia bagi manusia lain (homo homini lupus), homo sacra res homini (keramat bagi sesama manusia). Sebagai makhluk sosial seseorang sangatlah memerlukan kehadiran orang lain. Tak beda halnya dengan diri saya, sebagai makhluk sosial saya memerlukan berinteraksi, berkomunikasi dan bertransaksi dengan orang lain dalam suasana yang konstruktif, positif dan produktif. j.1. Kemampuan Kerja sama ; Salah satu dari empat pilar pendidikan abad ke-21 yang perlu diterapkan konsepnya dalam pendidikan nasional, yaitu: belajar untuk menjalani kehidupan bersama (learning to live together). Dalam pada itu, pemahaman dan gambaran contoh kemampuan kerjasama saya, dapat saya kemukakan sbb.: Tidak ada nilai dan tidak ada artinya keberadaan diri saya tanpa kehadiran orang lain, karena tidak dapat berbuat, beribadah yang menghasilkan kemanfaatan dan kegunaan maupun kemaslahatan. Status dan peran saya sebagai apapun, sebagai bapak, sebagai tetangga, sebagai dosen, sebagai pembeli, sebagai Ketua RW, dan lain lain sebagainya; akan sama sekali tidak memiliki makna apapun jikalau tidak ada imbangan respon dari individu lain terkait dengan peran peran sebagaimana yang saya sebutkan. Karena itu, agar secara sosial saya dapat menjalankan peran saya dengan segenap status apapun yang melekat; maka saya haruslah memiliki mindset, sikap dan cara pandang, pendekatan maupun perilaku yang menjunjung tinggi nilai nilai sosial, dapat memuliakan norma norma sosial maupun mematuhi ethika sosial. Diantara perwujudannya adalah ; saya lebih mengkedepankan membangun konsensus konsensus kerjasama daripada menciptakan konflik dan kompetisi, saya memelihara dan mengkembangkan jaringan jaringan kerjasama yang sinergis dengan berbagai kalangan masyarakat dan beragam komunitas. Saja juga memperkuat bentuk bentuk hubungan resiprositas dengan rekan kerja, dengan teman sejawat maupun 38

handai taulan serta sanak saudara. Lebih penting lagi, saya menguatkan derajat rasa kepercayaan dengan semua pihak yang memiliki kepentingan dengan saya maupun kepada pihak pihak lain yang saya menaruh kepentingan terhadap status peran pihak lain itu. j.2. Kemampuan komunikasi ; Beberapa contoh sederhana yang dapat saya kemukakan, terkait dengan kemampuam komunikasi diantaranya adalah : a. Saya harus mampu membujuk/ persuasi dan meyakinkan secara baik kepada mahasiswa agar proses belajar dalam perkuliahan dapat sukses mencapai sasaran belajar; konteks relationship interaksi komunikasi diantara saya dengan mahasiswa bagi pandangan saya adalah saling membutuhkan. Perkuliahan dalam bentuk yang lebih teknis, pada kegiatan tatap muka juga harus komunikatif agar mahasiswa mengerti, memahami sesuatu konsep & teori, pada kegiatan akademik terstruktur juga memerlukan modus komunikasi pro aktif agar mahasiswa terkawal dan terbimbing dalam menyelesaikan tugasnya. b. Saya berupaya menghormati yang tua, menyayangi yang muda, apapun tugas pekerjaannya; semua diantara civitas academica saya pandang sama derajatnya. Perbedaan yang ada adalah terkait dengan hak & kuwajiban dalam pekerjaan. Pengalaman rutin yang saya alami ; dengan penjaga kampus, yang bernama mbah Di. Saya memanggilnya mbah, karena usianya memang sudah lanjut mendekati 90 tahun, namun masih memiliki kondisi fisik yang sehat. Setiap berpapasan dengan saya dengan masing masing kesibukan saya dan dia, saya tak lupa selalu menegur sapa. Dengan tak bermaksud mengurangi rasa hormat saya kepada siapapun dosen, atau siapapun pejabat ; saya ingin menunjukkan realita tentang betapa hormat saya dapatkan yang saya rasakan penuh ketulusan dari penjaga ini. Mungkin karena sebagai refleksi akibat atas perlakuan saya; bahwa diantara semua dosen dan pejabat universitas yang didatangi dan dikunjungi paling duluan & pertama pada setiap hari raya adalah diri saya dan beliau selalu membawa oleh oleh dalam rantang, berisi makanan berupa ayam kampung goreng, serundeng kelapa, dan tempe beserta nasi. K. Orisinalitas (kreativitas dan inovasi) Jelaskan kemampuan Saudara dalam menemukan dan menerjemahkan ideide baru untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas dalam berbagai aspek pekerjaan Saudara! Berikan contohnya! Deskripsi jawaban : Dalam paradigma saya, ketika pendidikan dipahami sebagai proses pemanusiaan dan pembudayaan terus-menerus (on going formation) maka pendidikan tidak akan lepas dari manusia-manusia teladan yang mampu

39

membangun kreativitas dan inovasi. Kreatifitas merupakan kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa, sementara inovasi adalah usaha dengan mendayagunakan pemikiran, kemampuan imajinasi, berbagai stimulan, menghasilkan produk baru, menghasilkan solusi dan gagasan di luar bingkai konvensional. k.1. Kreativitas ; Saya sebagai pendidik harus meningkatkan kemampuan untuk membaca situasi dan memonitor serta mengevaluasi peristiwa - peristiwa aktual serta pula berani mengambil resiko untuk melakukan inovasi dalam proses perkuliahan dengan mengelaborasi setiap topik materi pengajaran, memiliki kemampuan humor dan mampu membuat situasi pembelajaran menyenangkan, mendorong ide-ide imajinatif untuk berkreasi dan melakukan refleksi kritis serta tetap memelihara sikap skeptis dalam memaknai berbagai fenomena. Agar dapat membentuk kreativitas dalam proses belaajar mengajar, maka diri saya memerlukan faktor pendukung pembelajaran yang secara fisik dan konseptual dapat mengembangkan kreativitas mahasiswa. Faktor itu diantaranya, pengadaan komputer dan penggunaan IT/internet, informasi informasi segar dan aktual yang menarik bagi mahasiswa. Beberapa contoh tindakan kreasi sebagai bagian dari kinerja saya, dapat saya sampaikan sebagai berikut : .a Dalam menjalankan proses pengajaran saya tidak menerapkan model pembelajaran yang cenderung reproduktif, atau cara cara menghafal. Karena ilmu ekonomi tergolong ilmu yang memiliki keuntungan, karena disamping merupakan ilmu yang mengkembangkan konsep dan teori, ilmu ekonomi adalah ilmu yang dapat diterapkan langsung dalam praktek kehidupan sehari hari; atas karakteritik ini maka saya menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan produktif. Pada mahasiswa yang saya ajar ilmu ekonomi mikro, saya hadirkan konstruksi pemahaman & pengkajian [sesuatu teori yang menjadi sasaran belajar] secara deduktif induktif; menyandingkan dan mentandingkan teori termaksud dengan fenomena aktual yang empirik dinamik yang dapat diperoleh dari pengalaman sehari hari, atau informasi tertentu yang dapat diunduh dari internet. b. Saya juga menugaskan semua atau masing masing mahasiswa yang ajar satu dua kali untuk langsung bertandang ke pasar tradisional, sehingga secara realistik dapat belajar kepada pedagang, mempelajari fenomena ekonomi secara empirik. Kemudian pada sessi tatap muka minggu berikutnya mahasiswa saya beri kesempatan mengekspresikan sikap pendapatnya secara leluasa tentang impressi yang ditangkapnya. Tentunya dalam sessi kuliah tatap muka itu pula, disamping saya memberikan apresiasi pada mahasiswa atas pendapat dan pemahamannya; saya harus pula 40

kembali melakukan verifikasi, validasi, koreksi dan rekonstruksi pendapat dan pemahamannya. k.2. Inovasi ; Beberapa inovasi yang sempat memberikan kemanfaatan bagi diri saya, dapat saya kemukakan sbb. : banyak berkah

a. Melalui agenda pengabdian masyarakat saya di perusahaan publik milik pemerintah kota Malang, pada tahun 2003 saya diberi kepercayaan oleh perusahaan itu untuk menyelenggarakan penataan penjenjangan karir dan prestasi pada keseluruh karyawannya yang sebanyak lebih dari 600 (enam ratus) orang. Saya mengerti benar, bahwa pimpinan perusahaan amat berkepentingan kuat dengan program peningkatan kinerja karyawannya. Dengan amanah ini, saya mempertaruhkan reputasi dan nama baik saya, agar tugas ini dapat terselesaikan dengan memuaskan; maka saya jungkir balik harus belajar banyak tentang kinerja menurut berbagai pendekatan disiplin ilmu. Ilmu ekonomi manajemen saya perdalam, ilmu psikologi juga saya pelajari, ilmu pendidikan juga tak lepas dari perhatian saya. Setelah itu baru saya mengundang berbagai akademisi & praktisi yang memiliki kepakaran dibidang ilmu ilmu tersebut [manajemen, psikologi dan pendidikan] untuk saya ajak sharing, diskusi dan workshop. Namun, saya sudah terlebih dahulu membuat grand strategi, konsep penggarapan yang bersifat holistik, integrated, dan substantif; dengan model assesment center pendekatan 3600. Sebuah model pendekatan yang sama sekali belum digunakan oleh seluruh PDAM di Indonesia yang berjumlah lebih dari 300 perusahaan, sebagai inovasi saya yang melibatkan interdisiplin ilmu dan interdisiplin pakar akademisi serta praktisi. Hasilnya, menurut penilaian teman akademisi yang saya libatkan, menurut pimpinan perusahaan, menurut sebagian besar karyawan; program kegiatan saya ini proses dan hasilnya amat mencengangkan. Efektivitas kerja karyawan meningkat, biaya operasional semakin efisien. Dan berapa minggu yang lalu seorang kandidat Direktur teknik PDAM Kota Malang yang kini menjabat sebagai Manajer Perencanaan Teknik, mengatakan kepada saya, Wah PDAM Kota Malang ternyata lebih siap daripada Pertamina, tadi malam saya mengetahui lewat Televisi bahwa Pertamina saat ini baru akan melakukan penilaian 3600 untuk semua karyawannya. Inovasi berupa assessment center yang saya terapkan di PDAM Kota Malang di tahun 2003 itu, hampir serupa dengan sertifikasi dosen yang saya tempuh sekarang ini, yaitu ada penilaian vertical dan horizontal. Namun bedanya, di PDAM setiap pejabat dinilai secara vertical oleh semua atasan langsung sebanyak 2 (dua) level diatas jabatannya, oleh semua bawahannya juga sampai dua level; serta pula dinilai secara horizontal oleh semua teman sejawatnya. Demikian pula seseorang karyawan, dinilai oleh atasannya sampai 2 (dua) tingkat keatas serta semua teman sejawatnya; dalam praktek pelaksanaannya satu orang karyawan sekurangnya telah dinilai oleh lebih dari 60 (enam puluh) karyawan lainnya.

41

b. Melalui jerih payah studi program doktor yang saya tempuh, dibawah didikan promotor saya, Prof. Dr. Harry Susanto, SE., SU. telah membekali diri saya memiliki kompetensi memadai dalam mengkembangkan penelitian kualitatif dan pendekatan paradigma non positivistic . Kompetensi itu telah memberi sumbangan besar pada saya dalam penelitian inovatif yang sifatnya menemukan teori baru, atau sekurangnya menghasilkan sesuatu pra teori atau proposisi. Sebagai bukti atas inovasi yang saya telah lakukan, saya berhasil mendapatkan hibah penelitian bersaing, untuk penelitian fundamental dari DP2M Dirjen Dikti sebanyak 2 (dua) kali selama 3 tahun berturut turut. Sebuah jenis penelitian yang bukan sekedar menerapkan teori atau membuktikan sesuatu teori, namun membangun sesuatu teori. Deskripsi diri ini saya buat dengan sesungguhnya dan jika diperlukan saya bersedia untuk menyampaikan bukti-bukti terkait.

Malang, 29 Juni 2009. Mengetahui Dekan, Yang menyusun,

Drs. Mugianto, M.Si NIP/NIK: 130. 870. 657

Dr. Ir. Sonny Leksono, SE., MS. NIP/NIK : 080-057-187/ 00-1012-5401

42

You might also like