You are on page 1of 16

PENGAJUAN MASALAH

Bahan galian merupakan sumber energi yang di gunakan untuk kemudahan dalam
kehidupan ini, bahan galian banyak di aplikasikan dalam berbagai kegiatan,
seluruh kegiatan dan barang - barang baik primer maupun sekunder tak pelak
hubungannya dari bahan galian.

bahan galian sendiri ialah sumber energi yang tidak dapat di perbaharui, kalau pun
dapat di perbaharui, hal ini membutuhkan jutaan bahkan miliaran tahun untuk
keterjadiannya.

proses keterjadiannya itu ada beberapa macam, tergantung dari jenis bahan galian
tersebut.












PEMBAHASAN

proses pembentukan bahan galian

Bahan galian adalah semua bahan atau subtansi yang terjadi dengan sendirinya di
alam dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai keperluan industrinya.
Bahan tersebut dapat berupa logam maupun non logam, dan dapat berupa bahan
tunggal ataupun berupa campuran lebih dari satu bahan.

Proses terbentuknya endapan bahan galian adalah komplek dan sering lebih dari
satu proses yang bekerja bersama-sama. meskipun dari satu jenis bahan, misalnya
logam, kalau terbentuk oleh proses yang berbeda maka akan menghasilkan tipe
endapan yang berbeda pula. Contohnya adalah endapan bijih besi, endapan ini
dapat dihasilkan oleh proses diIerensiasi magmatik oleh larutan hidrotermal, oleh
proses sedimentasi ataupun oleh proses pelapukan. Tiap-tiap proses akan
menghasilkan endapan bijih besi yang berbeda-beda baik dalam mutu, besarnya
cadangan, maupun jenis mineral-mineral ikutannya.

Diantara tenaga-tenaga geologi yang membentuk endapan bahan galian, maka air
memegang peranan yang dominan. Di dalam peranannya, air dapat dalam bentuk
uap air, air magmatik yang panas, air laut, air sungai, air tanah, air danau maupun
air permukaan. Disamping air, maka temperatur, reaksi-reaksi kimia, sinar
matahari, metamorIisme, tenaga-tenaga arus dan gelombang, juga merupakan
Iaktor-Iaktor pembentuk endapan bahan galian.

Mengenal dan mengetahui proses-proses yang dapat membentuk endapan bahan
galian ini akan sangat membantu dalam pencarian, penemuan dan pengembangan
bahan galian.







Tabel. Proses dan pembentukan jenis deposit
Proses Deposit yang dihasilkan
1. Konsentrasi magmatik Deposit magmatik
2. Sublimasi Sublimat
3. Kontak metasomatisme Deposit kontak metasomatik
4. Konsentrasi hidrotermal
Pengisian celah-celah terbuka
Pertukaran ion pada batuan
5. Sedimentasi
Lapisan-lapisan sedimenter
Evaporit.
6. Pelapukan
Konsentrasi residuil
Placer.
7. MetamorIisme Deposit metamorIik
8. Hidrologi
Air tanah, garam tanah, endapan
caliche.

onsentrasi magmatik
Beberapa dari mineral yang terdapat dalam batuan beku banyak yang mempunyai
nilai ekonomis, tetapi pada umumnya konsentrasi terlalu kecil untuk dapat
diproduksi secara komersial, oleh karena itu diperlukan suatu proses konsentrasi
untuk dapat mengumpulkan bahan-bahan tersebut dalam suatu deposit yang
ekonomis. Konsentrasi tersebut terjadi pada saat batuan beku masih berupa
magma, karenanya disebut konsentrasi oleh proses magmatik. Perkecualian pada
intan, dimana tidak diperlukan konsentrasi, tetapi suatu kristal tunggal saja sudah
cukup berharga.
Deposit bahan galian sebagai hasil endapan proses magmatik ini memiliki ciri-ciri
adanya hubungan yang dekat dengan batuan beku intrusiI dalam atau intrusiI
menengah. Konsentrasi magmatik dapat diklasiIikasikan sebagai berikut :
a. Magmatik awal :
- Kristalisasi tanpa konsentrasi : intan
- Kristalisasi dan pemisahan : khron, platina
b. Magmatik akhir :
- Akumulasi dan atau injeksi larutan residual : besi titan, platina, titan, khron.
- Akumulasi dan pemisahan larutan : beberapa tipe deposit nikel dan tembaga.
- Pegmatit.
Hasil atau produk dari proses magmatik dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu logam
tunggal (native metal), oksida, silIisa dan batu mulia (gemstone).
Contoh logam tunggal : Platina, Emas, Perak, Besi-Nikel.
Contoh oksida : Besi (magnetit, hematit), Besi-titan (magnetit bertitan), Titan
(ilmenit), Khrom (kromit), Tungsten (wolIramit).
Contoh sulIida : Nikel-tembaga (kalkopirit), Nikel (pentlandit, molibdenit).
Contoh batu mulia : Intan, Garnet (almandit), Peridotit.
Sublimasi
Proses sublimasi merupakan proses yang tidak begitu berarti dalam pembentukan
bahan galian, tetapi memang ada bahan galian yang terbentuk oleh proses ini.
Proses sublimasi menyangkut perubahan langsung dari keadaan gas atau uap
menjadi keadaan padat, tanpa melalui Iase cair. Proses ini berhubungan erat
dengan kegiatan gunung berapi dan Iumarol, tetapi sublimat yang dihasilkan sering
jumlahnya tidak cukup banyak untuk dapat ditambang secara menguntungkan.
Belerang adalah bahan galian yang terjadi sebagai akibat proses sublimasi, yang
secara lokal sering cukup menguntungkan untuk ditambang. Disamping belerang
sering juga dapat dijumpai garam-garam klorida dari besi, tembaga, seng dan
garam-garam dari logam alkali lainnya, tetapi umumnya relatiI sangat kecil untuk
dapat ditambang secara menguntungkan.selengkapnya..
ontak Metasomatisme
Pada saat magma yang pijar dan sangat panas menerobos lapisan batuan, magma
tersebut makin lama akan makin kehilangan panasnya akhirnya akan membeku
menjadi batuan beku intrusiI. Proses tersebut dapat terjadi pada keadaan yang
dangkal, menengah ataupun pada kedalaman yang besar, sehingga dikenal adanya
batuan beku intrusiI dangkal, menengah ataupun dalam. Dalam proses tersebut
akan terlihat adanya tekanan dan suhu yang sangat tinggi terutama pada kontak
terobosannya, antara magma yang masih cair dengan batuan disekitarnya.
Pengaruh dari kontak ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
Pengaruh dari panas saja, tanpa adanya perubahan-perubahan kimiawi baik pada
magmanya maupun pada batuan yang diterobos. kOntak ini disebut kontak
metamorIisme.
Pengaruh panas dan disertai adanya perubahan-perubahan kimiawi sebgai akibat
pertukaran ion dan sebagainya. Dari magma ke batuan yang diterobos dan
sebaliknya. Kontak semacam ini disebut kontak metasomatisme.
Kedua jenis kontak tersebut menimbulkan hasil yang sangat berbeda kecuali pada
keadaan yang sangat jarang dapat menghasilkan endapan bahan galian seperti
silimanit. Sebaliknya, pada kontak metasomatisme dapat dihasilkan bahan-bahan
galian yang berharga. Mineral yang terjadi sebagai akibat kontak metasomatisme
akan lebih beraneka ragam bila dibandingkan dengan yang terjadi pada kontak
metamorIisme; hal ini karena pada yang disebut terkahir tersebut hanya terjadi eIek
panas saja, sedang pada kontak metasomatis terjadi eIek padas dan kimiawi
bersama-sama.
Manakala komposisi magma yang menerobos kaya akan material-material bahan
galian, maka akan dihasilkan deposit kontak metasomatik, terutama kalau
lingkungannya terdiri dari batuan sedimen yang gampingan, karena hal itu akan
lebih menguntungkan untuk terjadinya reaksi kimia. Magma tersebut haruslah
mengandung unsur-unsur utama yang nantinya akan menjadi bahan galian.
Penerobosan haruslah terjadi pada kedalaman yang cukup dakam,dan tidak terlalu
sangkal. Batuan yang diterobos haruslah batuan yang mudah bereaksi. Jadi jelaslah
bahwa tidak semua terobosan magma akan menghasilkan endapan bahan galian
kontak metasomatisme.
Suhu diantara kontak akan berkisar antara 500
o
C sampai 1100
o
C untuk magma
yang bersiIat silika, dan makin jauh letaknya dari kontak, suhunya makin menurun.
Terdapatnya mineral-mineral tertentu akan menunjukan shu tertentu pula, dimana
mineral tersebut terbentuk, misalnya adanya mineral wollastonit menunjukkan
bahwa suhu tidak melebihi 1125
o
C, kuarsa menunjukan suhu di atas 573
o
C dan
seterusnya.
Bahan galian hasil kontak metasomatisme terjadi karena adanya proses
rekristalisasi, penggabungan unsur, pergantian ion, maupun penambahan unsur-
unsur baru dari magma ke batuan yang diterobosnya. Dari proses rekristalisasi
batugamping misalnya, akan dihasilkan batu marmer, sedangkan rekristalisasi
batupasir kuarsa akan menghasilkan batu kuarsit.
Kalau suatu batuan samping memiliki komposisi mineral AB dan CD, maka proses
penggabungan kembali (recombination) akan berubah menjadi mineral AC dan
BD, dan oleh proses penambahan unsur-unsur dari magma akan berubah lagi
menjadi mineral ACX dan BDY, dimana mineral X dan Y unsur baru dari magma.
Penambahan unsur baru dari magma sebagian berupa logam, silika, belerang,
boron, khlor, Ilour, kalsium, magnesium dan natrium.
Mineral logam (ore minerals) yang berbentuk dalam kontak metasomatisme
hampir semuanya berasal dari magma, demikian juga mengenai kendungan-
kandungan yang asing pada batuan yang terterobos, melalui proses penambahan
unsur.
Jenis magma yang menerobos perlapisan batuan yang akhirnya akan menghasilkan
endapan bahan galian kontak metasomatisme pada umumnya terbatas pad jenis
magma silika dengan komposisi menengah (intermidiate) seperti kuarsa monzonit,
granodiorit atau kuarsa diorit. Tetapi magma yang sangat kaya akan silika seperti
jenis granit jarang yang akan menghasilkan endapan bahan galian, demikian pula
dengan magma yang ultrabasa. Sedangkan pada magma yang basa kadang-kadang
terbentuk endapan bahan galian metasomatisme.
Hampir semua endapan bahan galian kontak metasomatik berasosiasi dengan tubuh
batuan beku intrusiI yang berupastock, batholit ataupun tubuh-tubuh batuan beku
intrusiI lain yang seukuran dengan stock atau batholit, tidak pernah berasosiasi
dengan dike atau sill yang berukuran kecil, sedangkan lacolith atau sill yang besar
meskipun jarang dijumpai tetapi kadang-kadang dapat menghasilkan endapan
bahan galian kontak metasomatik.
Batuan samping yang terterobos oleh magma, yang paling besar kemungkinannya
untuk dapat menimbulkan deposit kontak metasomatik adalah batuan karbonat.
Batu gamping murni maupun dolomit dengan segera akan mengalami rekristalisasi
dan rekombinasi dengan unsur-unsur yang berasal dari magma, malahan pada batu
gamping yang tidak murni, eIek kontak metasomatik yang terjadi lebih kuat,
karena unsur-unsur pengotoran seperti silika, alumina dan besi adalah bahan-bahan
yang dapat dengan mudah membentuk kombinasi-kombinasi batu dengan oksida
kalsium. Seluruh masa batuan di sekitar kontak dapat berubah menjadi garnet,
silika dan mineral bijih.
Sedang batuan yang agak sedikit terpengaruh oleh intrusi magma adalah batupasir.
Kalau mengalami rekristalisasi batupasir akan menjadi kuarsit yang kadang-
kadang mengandung mineral-mineral kontak metasomatik yang tersebar setempat-
setempat. Sedang lempung akan mengalami pengerasan dan dapat berubah menjadi
hornIels, yang umumnya mengandung mineral-mineral andalusit, silimanit dan
staurolit.
Tingkat perubahan terjadi pada batuan sedimen klastik halus tersebut tergantung
dari tingkat kemurniannya, paling baik kalau lempung tersebut bersiIat karbonatan
yaitu mengandung kotoran karbonat. Tetapi secara umum batuan sedimen
argillceous seperti lempung, jarang yang mengandung mineral-mineral bahan
galian.
Sedangkan pada batuan beku maupun metamorI, kalau mengalami terobosan
magma hampir tidak mengalami perubahan yang berarti, kecuali kalau antara
magma yang menerobos dan batuan beku yang diterobos komposisinya sangat
berbeda, misalnya magma granodiorit yang menerobos gabro, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan-perubahan yang besar pada gabronya.
Jadi secara umum dikatakan bahwa batuan yang paling peka terhadap kontak
metasomatisme dan paling cocok untuk terjadinya pembentukan endapan bahan
galian bijih adalah batuan sedimen, terutama yang bersiIat gampingan dan tidak
murni.
Sedangkan bentuk, posisi atau penyebaran daripada bahan galian yang terjadi pada
proses kontak metasomatisme banyak tergantung juga pada struktur dari batuan
yang diterobos, akan tetapi pada umumnya terbentuk tidak teratur dan terpisah-
pisah. Bentuk tidak teratur tersebut lebih sering terjadi pada batugamping yang
tebal. Sedangkan pada batugamping yang berlapis-lapis maupun yang terkekarkan,
maka endapan bijih tersebut dapat membentuk menjari atau melidah.
Volume deposit kontak metasomatik pada umumnya kecil, berkisar antara
beberapa puluh sampai beberapa ratus ribu ton bijih saja, jarang sekali dapat
dijumpai yang berukuran sampai jutaan ton. Dimensinya antara 30 sampai 150
meter saja.
onsenterasi Hidrotermal
Produk akhir dari proses diIerensiasi magmatik adalah suatu larutan yang disebut
larutan sisa magma, yang mungkin dapat mengadung konsenterasi logam yang
dulunya berada dalam magma. Larutan sisa magma ini yang juga disebutlarutan
hidrotermal, banyak mengandung logam-logam yang berasal dari magma yang
sedang membeku dan diendapkan ditempat-tempat sekitar magma yang sedang
membeku tadi. Larutan ini makin jauh letaknya dari magma makin kehilangan
panasnya, sehingga dikenal adanya deposit hidrotermal suhu tinggi di tempat yang
terdekat dengan intrusi, deposit hidrotermal suhu menengah ditempat yang agak
jauh, dan deposit hidrotermal suhu rendah di tempat yang terjauh. Deposit tersebut
juga dinamakan hipotermal, mesotermal dan epitermal, tergantung dari suhu,
tekanan, dan keadaan geologi di mana mereka terbentuk, seperti yang ditunjukan
oleh mineral-mineral yang dikandungnya.
Dalam perjalanannya melalui (menerobos) batuan, larutan hidrotermal akan
mendepositkan mineral-mineral yang dikandungnya di rongga-rongga batuan dan
membentuk deposit celah (cavity filling deposit) atau melalui proses metasomatik
membentuk deposit pengganti (replacement deposit).
Secara umum deposit replacement terjadi pada kondisi suhu dan tekanan tinggi jadi
pada daerah lebih dekat batuan intrusinya, merupakan deposit hipotermal.
Sebaliknya deposit pengisian atau deposit celah (cavity filling deposit) lebih
banyak terjadi di daerah dengan suhu dan tekanan rendah, jadi merupakan deposit
epitermal, yang terletak agak jauh dari batuan intrusiInya.
Syarat-syarat penting untuk terjadinya deposit hidrotermal adalah :
Adanya larutan yang mampu melarutkan mineral-mineral.
Adanya tekanan atau rongga pada batuan yang dapat dilewati larutan.
Adanya tempat dimana larutan dapat mendepositkan kandungan mineralnya.
Ada reaksi kimia yang menghasilkan pengendapan mineral baru.
Konsentrasi mineral yang cukup dalam deposit sehingga menguntungkan kalau
ditambang.
Sedimentasi
Proses-proses sedimentasi tidak saja menghasilkan batuan-batuan sedimen, tetapi
dapat juga menghasilkan deposit-deposit mineral berharga seperti mangan, besi,
tembaga, batubara, karbonat, tanah lempung, belerang, lempung pemurni (fuller's
earth atau bleekarde), lempung bentonit, tanah diatome, dan secara tidak langsung
deposit vanadium-uranium. Meskipun demikian deposit-deposit tersebut
sebenarnya juga batuan sedimen, yang kebetulan karena siIat-siIat kimiawi dan
Iisikanya kemudian menjadi sangat berharga. Karenanya, cara terbentuknya juga
sama dengan cara terbentuknya batuan sedimen, harus ada batuan yang bertindak
sebagai sumber (asal), harus ada suatu proses yang mengangkut dan
mengumpulkan bahan-bahan hasil rombakan batuan asal, dan akhirnya
pengendapan hasil rombakan tersebut pada suatu cekungan pengendapan tertentu.
Kemudian mungkin saja dapat terjadi alterasi kimiawi ataupun kompaksi dan
perubahan-perubahan lain pada endapan tersebut. Jadi dalam proses di atas jelaslah
bahwa batuan asal haruslah mengalami pelapukan terlebih dahulu, baik pelapukan
Iisik maupun pelapukan kimia, sebelum diangkut dan diendapkan ditempat lain.
Jenis batuan asal, cara pengangkutannya, dan lingkungan pengendapan dimana
bahan-bahan tersebut akan diendapkan kembali, pada umumnya akan serupa bagi
satu jenis bahan tertentu.
Termasuk dalam proses sedimentasi ini pengendapan deposit mineral akibat
penguapan (evaporation). Proses penguapan ini paling baik terjadi di daerah
beriklim panas dan kering.
Air tanah, air danau atau air pada daerah laut yang tertutup seperti laguna, dapat
menghasilkan deposit-deposit mineral sebagai akibat proses penguapan. Juga
sumber-sumber air panas dapat menghasilkan deposit serupa.
Deposit-deposti mineral yang terjadi oleh proses ini adalah garam dapur dari
penguapan air laut atau air tanah yang asin, gipsum dan anhidrit berasal dari
penguapan daerah lagun atau kadang-kadang dapat juga dari daerah rawa-rawa,
garam-garam kalium dari penguapan air laut, dan dari penguapan air tanah dapat
diendapkan garam-garam natrium karbonat, kalsium karbonat, garam nitrat dan
natrium sulIat.
Melihat proses kejadiannya, maka hampir semua deposit mineral sebagai akibat
penguapan ini berbentuk tipis dan meluas, jarang dijumpai dalam bentuk yang
tebal. Misalnya endapan gipsum, biasanya tebalnya antara 1 sampai 2 meter saja,
kecuali kalau pada saat terjadinya pengendapan disertai pula dengan penurunan
dasar cekungan pengendapan secara perlahan-lahan, maka dalam hal ini mungkin
saja endapan gipsumna dijumpai dalam keadaan agak tebal.
Pelapukan
Proses pelapukan yang meskipun berjalan lambat tetapi terus-menerus dalam
jangka waktu lama, sehingga pada akhirnya batuan dan mineral-mineral yang
dikandungnya akan mengalami disintregasi sebagai akibat pelapukan Iisik dan
dekomposisi sebagai akibat pelapukan kimiawi. Pelapukan Iisika dan kimiawi
terdiri dari bermacam-macam proses yang dapat bekerja sendiri-sendiri ataupun
secara bersama-sama. Pelapukan kimiawi banyak terjadi di daerah yang beriklim
basah dan panas seperti di Indonesia ini, sedang pelapukan Iisik lebih menonjol di
daerah yang beriklim kering.
Hasil pelapukan dapat dibedakan atas tiga jenis atau kelompok, yaitu :
a. Bahan-bahan yang dilarutkan dan diangkut sebagai larutan.
b. Bahan-bahan yang diangkut bukan sebagai larutan, tetapi sebagai bahan padat,
yaitu sebagai beban melayang (suspensi) dan sebagai beban dasar (bed-load).
c. Bahan-bahan yang tertinggal.
Diantara ketiga jenis bahan sebagai hasil proses pelapukan diatas, maka bahan
jenis pertama kalau merupakan bahan berharga konsentrasinya akan merupakan
deposit evaporit (penguapan) yang telah diterangkan di depan. Sedang konsentrasi
bahan galian kedua akan merupakan deposit karena proses sedimentasi seperti
telah diuraikan di depan.
Sedang bahan-bahan yang tertinggal dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok, yaitu :
Yang berupa tanah (soil) biasa, tanpa kandungan mineral-mineral berharga.
Yang berupa residu, terdiri dari mineral berharga dalam jumlah yang dapat
diusahakan.
Residu yang berupa mineral berat dan mineral ringan yang tidak dapat larut karena
siIatnya yang stabil di mana hanya mineral yang berat yang berharga, sedang yang
ringan tidak berharga. Keduanya dapat dipisahkan dengan cara dialiri air atau
udara.
Bahan yang dapat larut oleh air yang meresap ke dalam tanah dan diendapkan di
tempat yang dangkal dibawahnya untuk membentuk deposit mineral berharga.
Kelompok mana yang terbentuk tergantung dari hal-hal di bawah ini :
- Keadaan alami batuan asalnya
- Keadaan topograIi
- Keadaan iklim
Dari keempat kelompok di atas, kedua akan membentuk deposit konsenterasi
residual, kelompok ketiga membentuk deposti konsenterasi mekanis atau
deposit placer dan kelompok keempat akan membentuk deposit pengkayaan
sekunder (secondary enrichment deposit).

Deposit konsentrasi residual
Konsenterasi residual adalah suatu pengumpulan bahan residu yang berharga
setelah bagian-bagian tidak berharga tersingkirkan oleh proses pelapukan. Contoh
deposit yang terbentuk secara ini adalah bijih besi yang terkandung dalam gamping
murni dalam bentuk besi karbonat. Oleh proses Pelarutan (pelapukan kimiawi)
gampingnya akan larut dan besinya tertinggal. Seperti juga besi, mangan juga
dapat terbentuk akibat pelapukan kimiawi.
Meskipun aluminium termasuk unsur yang sangat banyak dijumpai pada kerak
bumi, tetapi sebagian besar ada dalam kombinasi dengan bahan lain yang masih
menimbulkan kesulitan untuk dapat diambil secara komersial. Sampai sekarang
hanya bauksit yang merupakan bijih aluminium yang komersial. Bauksit adalah
suatu oksida aluminium yang terhidrasi, dan berasal dari hasil pelapukan batuan
beku yang kaya akan mineral-mineral Ieldspar dan tidak mengandung mineral
kuarsa, yaitu nepheline syenit. Bauksit yang baik mengandung kira-kira 50
aluminium dan kurang dari 6 silika, 10 oksida besi dan 4 oksida titanium.
Beberapa jenis batuan beku yang basa, mengandung sejumlah kecil nikel. Di
bawah pengaruh pelapukan di daerah tropis atau subtropis batuan semacam itu
akan melepaskan silika dan menghasilkan ikatan nikel dan magnesium. Di
beberapa tempat, nikel tersebut dalam bentuk mineral garnierit, oleh proses
konsentrasi residual dapat menjadi deposit yang komersial.

Deposit konsetrasi mekanis atau placer
Sisa pelapukan yang tidak dapat larut akan menghasilkan suatu selubung dari
bahan-bahan lepas, diantaranya berat dan beberapa lagi ringan; ada yang getas
(britlle) dan ada yang tahan (durable). Bahan-bahan tersebut oleh suatu media
tertentuk seperti air yang mengalir (sungai), angin arus pantai (beach), ataupun ari
permukaan (running water) dapat mengalami pemisahan bagian yang berat
terhadap bagian yang ringan secara gravitasi dan membentuk endapan placer.
Konsentrasi hanya dapat terjadi kalau mineral berharga yang bersangkutan
memiliki tiga siIat sebagai berikut :
- Berat jenisnya tinggi
- Tahan terhadap pelapukan kimiawi
- Tahan terhadap benturan-benturan Iisik (durable)
Mineral placer yang memiliki siIat-siIat tersebut adalah emas, platina, tinstone,
magnetit, khromit, ilmenit, rutil, tembaga, batu mulia, zircon, monazit, IosIat,
tantalit, columbit. Diantara bahan-bahan tersebut di atas yang paling berharga
sebagai deposit placer adalah emas, platina, tinstone, ilmenit (bijih titanium), intan
dan ruby.

Deposit sebagai akibat oksidasi dan pengkayaan sekunder
Air dan oksigen adalah tenaga pelapukan kimiawi yang sangat kuat, kalau mereka
bersentuhan dengan suatu deposit bijih, maka hasilnya adalah reaksi-reaksi kimia
yang kadang-kadang dapat drastis dan merubah deposit yang sudah ada tersebut.
Air permukaan yang mengandung oksigen akan bersiIat sebagai bahan pelarut
yang mampu melarutkan mineral-mineral tertentu. Suatu deposit bijih dapat
teroksidasi dan dapat kehilangan banyak kandungan mineral yang berharga karena
tercuci (leached), kemudian terbawa ke bawah oleh air permukaan yang sedang
turun ke bawah (meresap ke bawah).
Pada bagian bawah, akhirnya larutan tersebut mengendapkan kandungan-
kandungan mineral logamnya menjadi endapan bijih teroksidasi (oxidized ores),
ini terjadi di atas muka air tanah.
Pada saat larutan memasuki air tanah di bawah muka air tanah, mereka memasuki
zona dimana tidak ada oksigen dan kandungan logamnya lalu diendapkan dalam
bentuk logam-logam sulIida. Proses tersebut dinamakan pengkayaan sulIida
sekunder. Tentu saja gambaran tersebut tidak terjadi pada semua deposit bijih yang
terkena air, karena tidak semua deposit bijih mengandung logam yang dapat
teroksidasi, atau iklim yang tidak memungkinkan terjadinya pelarutan yang kuat.
Jadi haruslah ada kondisi khusus yang mengangkut waktu, iklim, topograIi dan
jenis bijih tertentu untuk dapat terjadinya zona teroksidasi dan zona diperkaya.


7 Deposit oleh Proses Metamorfisme
MetamorIisme adalah suatu proses dimana batuan dan mineral mengalami ubahan
akibat adanya tekanan dan suhu yang tinggi yang ditimpakan kepadanya,
disamping itu kadang-kadang disertai pula dengan penambahan air dan karbon
dioksida. Ubahan ini dapat dalam bentuk kristalisasi maupun rekombinasi dari
kandungan-kandungan batuan yang menimbulkan mineral-mineral bukan logam
baru yang berharga. Deposit mineral yang terjadi oleh proses metamorIisme
terutama adalah graIit, asbes, talk, batusabun, garnet dan bahan-bahan abrasiI.

8. Konsentrasi oleh Proses Air Tanah
Yang dimaksud dengan air tanah adalah air di bawah permukaan tanah dan di
bawah muka air tanah, semua pori batuan terisi jenuh dengan air. Sedangkan air
tanah yang berada di atas muka air tanah disebut air gravitasi (gravity water).
Muka air tanah ini biasa juga disebut water table.
Air tanah dapat dibedakan antara yang berasal dari curah hujan dan merembes ke
dalam tanah yang akhirnya masuk ke dalam lapisan pembawa air (aquifer) dan air
tanah yang terjebak di dalam lapisan batuan bersamaan dengan waktu batuan
sedimen itu terbentuk. Air tanah jenis pertama disebut air meteorik (meteoric
water) dan yang kedua disebut air konet (connet water). Karena siIat terbentuknya
maka air konet ini lebih kaya akan garam garam dibandingkan dengan air
meteorik. Di daerah pedalaman yang jauh dari pantai sering air tanah yang kaya
akan garam-garaman ini ditambang untuk diambil garamnya dan dikenal sebagai
garam air tanah.
Salah satu contoh pengusahaan garam air tanah ini adalah di daerah Kuwu,
Purwodadi (Jawa Tengah). Di sini air tanah konet terdesak keluar oleh gas methan
dan menimbulkan apa yang disebut mud volcano (gunung lumpur). Oleh penduduk
air konet yang keluar tersebut, yang juga muncul di sumur-sumur galian, diuapkan
dan diambil endapan garamnya.




KESIMPULAN DAN SARAN
bahan galian adalah bijih (core), mineral industri atau bahan galian golongan c dan
batu bara (coal)
pengolahan bahan galian dalah suatu proses pengolahan dgn memanIaatkan
perbedaan - perbedaan siIa Iisik bahan galian untuk memperoleh produkta bahan
galian yang bersangkutan.
macam2 proses pembentukan bahan galian, yaitu :
1. Konsentrasi magmatik
2. Sublimasi
3. Kontak metasomatisme
4. Konsentrasi hidrotermal
5. Sedimentasi
6. Pelapukan
7. MetamorIisme
8. Hidrologi
Sebagai manusia yg tak pernah merasa puas akan hasil atau kebutuhan yg di
peroleh walaupun hal yang di peroleh bernilai besar, manusia seharusnya
memikirkan masa depan bahwa bahan galian merupakan energi tak dapat
diperbahrui, maka itu lh dri skg hndaknya bersama kta kta jga bhan glian tsb, dgn
tdk mengekploitasinya scra berlebihan, memanIaatkannya dgn maksimal, akan lbih
baik untuk kehidupan masa depan, krna sluruh kbutuhan hdup ini tak luput dari
bahan galian.

You might also like