You are on page 1of 3

Sustainability: Definition and Principles Dari tiga konsep keberlanjutan dapat digunakan sebagai dasar acuan kerja pembangunan

keberlanjutan, menurut (Berke dan manta Conroy, 2000) pembangunan keberlanjutan adalah proses dimana masyarakat masyarakat mengantisipasi dan mengakomodasi kebutuhan generasi sekarang dan masa mendatang dengan jalan yang mendaur ulang dan keseimbangan sistem sosial,ekonomi, dan ekologi lokal, serta tindakan atas keprihatinan dunia "(hal. 23). Sebagai dasar pembangunan keberlanjutan untuk masyarkat, Berke dan Manta Conroy(2000) membuat enam prinsip kinerja operasional. Setiap prinsip mengacu pada cluster kualitas yang memiliki dasar umum dan diukur dalam cara yang umum. Berikut ini adalah prinsip-prinsip dan penjelasan tentang bagaimana mereka memandang dari tiga dimensi konseptual keberlanjutan: 1. Keselarasan dengan alam, penggunana lahan dan kegiatan pembangunan harus mendukung siklus penting dan fungsi kehidupan ekosiste. Jika mendukung, kegiatan ini harus mencontoh proses ekosistem, buka memodifikasi sesua bentuk perkotaan. Pemangunan ini harus menjaga dan melstarikan keanekaragaman hayati, serta melindungi dan memulihkan layanan ekosistem yang menjaga kualitas air, mengurani banjir, meningkatkan pembangunan sumberdaya yang berkelanjutan 2. Dibangun sebagi tempat tinggal. Lokasi, bentuk, kepadatan, campuran, proporsi,dan kualitas harus meningkatkan kesesuaian antara orang dan bentuk perkotaan dengan menciptakan ruang fisik disesuaikan dengan kegiatan yang diinginkan dari penduduk; mendorong kohesi masyarakat dengan meningkatkan akses antara

penggunaan lahan, dan mendukung rasa untuk memastikan perlindungan dari setiap karakteristik fisik khusus dari bentuk perkotaan yang mendukung identitas masyarakat dan lampiran 3. Lokasi basis ekonomi, pembangunan lokasi ekonomi yang unngulan seharusnya tidak menyebabkan kerudasakan bagi sumber daya alam yang sangat bermanfaat yang sebagai asset modal pembangunan ekonomi masa mendatang. Sumberdaya alam harus digunakan semaksimalkan dan tidak melakukan pemborosan terhadap sumber daya alam, serta menjaga keseimbangan alam denga tidak mebuang limbah sembarangan. Pembangunan ekonomi local tidak lepas dari peran masyarakat dalam menciptakan kehidupan yang baik denga rumah dan infrastrutur yang terjangkau untuk melakukan kegiatan ekonomi local.

4. Ekuitas, perlunya pola penggunaan lahan dalam memperbaiki kondisi penduduk yang berpengahasilan rendah dan tidak merendahkan martabat penduduk yang kurang kesehatanya. Adanya akses yang adil bagi mereka dalam mengentas kemiskinan dengan pembagian atas sumberdaya sosial dan ekonomi dengan kebutuhan yang saling menguntungkan. 5. Polluter pay, para pencemar yang merugikan lingkungan harus menenggung biaya atas pencemaran yang merugikan orang lain serta perlunya memperhatikan kepentingan orang lain. 6. Responsilble regionalism, masyarakat dituntut untuk tidak melakukan kepentingannya sendiri melankan untuk kepentingan orang lain. Dan mereka harus bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan mereka. Sama seperti masyarakat harus patuh pada prinsif-prinsif polluter pay. Sebuah yuridis local yang memiliki kewajiban meminimalkan bahaya untuk mematuhi peraturan yang dibuat oleh merekan sendiri dalam mengejat tujuan mereka. (Barked an manta conroy, 23, 2000,) Berdasarkan prinsif 1-4 mereka melakukan perubahan jangka panjang dengan mempertahankan dan merevitalisasi lingkungan binaan, secara integritas ekologi dan kesehatan ekonomi untuk menjamin pemanfaatan bagi semuanya secara merata. Sedangan pada prinsif 5- 6 masyaakat menjaga lingkungan demi kesimbangan dan kepentingan orang banyak bukan kepentingan individu saja dalam melakukan tindakan membuat peraturan. Jika ini semua dilakukan maka, kehidupan masyarakat mampu membangun pembangunan ekonomi dan pemerataan kesehatan lingkungan. Berdasarkan temuan ini (Barke an manta conroy, 23, 2000,) menyarankan dalam tindakan perencanaan dapat terlibat tantangan pembangunan keberlanjutan dalam ketrampilan membuat rencana komprenhensif. Salah satu rekomendasi adalah bahwa perencana harus lebih mahir teknik negoisasi dan mediasi dalam merumuskan strategi perencanaan holistic dengan tujuan untuk mencapai keseimbangan antara prinsif-prinsif keberlanjutan. Rekomendasi lain adalah untuk mengambil pandangan diperluas keberlanjutan melalui penggunaan kreatif dari solusi desain perkotaan. Artikel ini secara kritis mengevaluasi literatur desain procedural dan perkotaan terkait dengan praktek dan beasiswa perencanaan. Evaluasi mengungkapkan bahwa sejak tahun 1960-an, perencanaan telah menghindari holistik, visi menyeluruh tempat dengan berfokus pada etika prosedural. Penekanan pada proses telah menyebabkan perhatian lebih pada kelompok individu dan kepentingan lingkungan, keterbukaan, dan consensus, tetapi yang

paling penting adalah memberikan perlindungan lingkuangan, keadilan sosial dan pembangunan ekonomi untuk mendukung mereka dalam skala yang lingkungan. Konsep pembangunan berkelanjutan mengatasi keterbatasan individu, proses dan pendekatan desain lingkungan. Keberlanjutan dapat digunakan sebagai kerangka menyeluruh untuk secara dramatis meggeser praktek partisipasi masyarakat dari kepentingan-kpentingan yang sempit menuju yang lebih holistic dan pandangan inklusif. Penggunaan kerangka kerja yang dapat menyebabkan silang kelompok lokal dengan tujuan yang sama yang sering bekerja pada trek parallel tanpa berkomunikasi atau bekerja sama. Ini dapat membantu memecahkan hambatan lokalitas, daerah, kelas, ideologi, dan budaya untuk membentuk koalisi berbasis luas yang menekankan visi publik yang lebih besar yang diperlukan untuk membantu mengubah pola pikir ini diri eksklusif. Hal ini juga dapat membantu para peserta untuk mempertimbangkan rencana lokal dan proyekproyek pembangunan

You might also like