You are on page 1of 16

1.

1 Latar Belakang
' JASMERAH Jangan Sekali-kali Melupakan Sefarah itu lah salah satu kutipan kata-
kata yang pernah terucap dari lisan Ir. Soekarno, pada salah satu pidatonya pun beliau pernah
berkata 'bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sefarahnya.
Dari kutipan diatas menunjukan bahwa betapa pentingnya untuk mempelajari sejarah.
Seperti diketahui bahwa Agama Islam adalah agama yang besar, bila diibaratkan sebuah bangsa
maka Islam adalah juga bangsa yang besar. Semua itu tak luput dari sejarah bagaimana Islam
pertama kali masuk dalam kehidupan bangsa arab yang pada saat itu masih sebagai bangsa
yang jahiliyah, dengan keyakinan beragama yang kuat, hingga terjadilah pertentangan dan
berbagai penolakan terhadap Islam oleh bangsa arab.
Kejayaan Islam dan kebesaran Islam saat ini tak bisa lepas dari bagaimana sulitnya
Islam masuk dalam kehidupan manusia pada zaman dahulu, pertama kali pada bangsa Arab
jahiliyah, bagaimana perjuangan baginda Rasulullah Muhammad saw. memperjuangkan islam
sebagai agama yang patut untuk dianut oleh seluruh umat manusia terurama bangsa arab.
Semua itu menujukan betapa pentingnya seorang muslim untuk mengetahui sejarah peradaban
islam karena dengan sejarah dapat menjadi pelajaran / hikmah, dengan sejarah dapat diketahui
hukum hidup dan matinya suatu bangsa, dengan sejarah dapat mengetahui identitas diri suatu
bangsa, dan dengan sejarah pula seorang muslim mendapatkan guru pengalaman dari suatu
peristiwa.
Datangnya Islam pertama kali dibawa oleh nabi agung Muhammad saw. yaitu pada
bangsa arab yang pada saat itu merupakan bangsa yang berada dalam kegelapan, berada dalam
kejahiliyahan. Sebelum mengetahui sejarah peradaban islam lebih jauh, penting untuk diketahui
seperti apa kehidupan / peradaban bangsa arab jahiliyah tersebut hingga akhirnya kedatangan
Islam memperbaiki peradaban kehidupan mereka.
.1 Arab 1ahiliyah
Masyarakat Arab, sebelum kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, dikenal
dengan sebutan jahiliyah. Jika merujuk pada arti kata jahiliyah (yang berasal dari bahasa Arab
dari kata fahala yang berarti bodoh), maka secara harfiyah bisa disimpulkan bahwa masyarakat
jahiliyah adalah masyarakat yang bodoh.
Sebutan jahiliyah ini perlu mendapat penjelasan lebih lanjut, sebab dari situlah akan
terbangun pola kontruksi terhadap masyarakat Arab masa itu, yang di dalamnya adalah juga
nenek moyang Nabi Muhammad SAW dan sekaligus cikal bakal masyarakat Islam. Jika
masyarakat jahiliyah diartikan sebagai masyarakat bodoh dalam pengertian primitiI yang tak
mengenal pengetahuan atau budaya; tentu sulit dipertanggungjawabkan, karena berdasarkan
data sejarah, masyarakat Arab waktu itu juga telah memiliki nilai-nilai peradaban sesederhana
pun peradaban itu.
Dengan demikian apakah karena minimnya kemampuan baca-tulis-hitung masyarakat
Arab yang menyebabkan mereka disebut jahiliyah? Tentu tidak, karena Nabi Muhammad SAW
sendiri termasuk yang tidak bisa baca-tulis.
Lantas, apa yang dimaksud masyarakat jahiliyah? Dalam Sefarah Hidup Muhammad
Sirah Nabawiyah (Robbani Pres, 1998), Syaikh ShaIiyyur Rahman Al MubarakIuy
menjelaskan kondisi sosial masyarakat Arab yang disebut dengan jahiliyyah, diantaranya yang
bisa dilihat dari hubungan antara laki-laki dengan wanita di kalangan masyarakat biasa. Dalam
hal perkawinan, misalnya, dikenal 4 macam, yaitu: Pernikahan secara spontan, nikah istibdha,
pernikahan poliandri, wanita pelacur yang kemudian hamil melakukan penundian terhadap
siapa laki-laki yang harus menjadi ayah dari bayinya.
Jadi, apa kesimpulan tentang masyarakat jahiliyyah? Masyarakat jahiliyah tidak
merujuk pada masyarakat bodoh dalam pengertian tiadanya pengetahuan dan peradaban,
melainkan pada nilai-nilai yang jauh dari kebenaran (Iitrah, Islam).
'Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?` (Q.S. Al Maidah/5:50)
' Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu)
kesombongan Jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada
orang-orang mukmin dan Allah mewafibkan kepada mereka kalimat-takwa[1404] dan adalah
mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. dan adalah Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.` (Q.S. Al Fath/48:26)
|1404| Kalimat takwa ialah kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada Allah.

Masyarakat jahiliyah tidak merujuk pada kurun waktu tertentu, melainkan suatu
kondisi masyarakat.
'Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu[1215] dan fanganlah kamu berhias dan bertingkah
laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu[1216] dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah
:akat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait[1217] dan membersihkan kamu sebersih-
bersihnya.`(Q.S. Al-Ahzab/33 : 33)




|1215| Maksudnya: isteri-isteri Rasul agar tetap di rumah dan ke luar rumah bila ada keperluan
yang dibenarkan oleh syara'. perintah Ini juga meliputi segenap mukminat.
|1216| yang dimaksud Jahiliyah yang dahulu ialah Jahiliah kekaIiran yang terdapat sebelum
nabi Muhammad s.a.w. dan yang dimaksud Jahiliyah sekarang ialah Jahiliyah kemaksiatan,
yang terjadi sesudah datangnya Islam.
|1217| Ahlul bait di sini, yaitu keluarga rumah tangga Rasulullah s.a.w.

Dalam pengetahuan dan peradaban, masyarakat Arab tidak bisa disebut jahiliyyah
(bodoh) dalam pengertian barbar dan primitiI. Justru banyak perilaku dan pengetahuan positiI
yang dihasilkan mereka, yang kemudian dipelihara oleh Islam, misalnya dalam penghormatan
tamu, kedermawanan, tepat janji, bersahaja.
Yang dimaksud masyarakat jahiliyah sebelum datangnya Islam adalah keseluruhan
masyarakat (tidak hanya Arab), yang menjauhi nilai-nilai Iitrah, yang sudah dibawa oleh para
Rasul pembawa risalah tauhid.

.1 Dimensi Spiritual Peradaban Arab Zaman 1ahiliyah
Meskipun kaum arab jahiliyah saat itu mengenal tuhan, namun dalam realitas
kehidupannya, mereka banyak sekali menyekutukan allah dengan makhluk ciptaannya. Mereka
membuat berhala-hala, menyembah malaikat, jin dan sebagainya sebagai perantara agar
mendekatkan diri mereka kepada tuhan. Al quran mengungkapkan kondisi mereka:
'Dan Sesungguhnya fika kamu tanyakan kepada mereka. "Siapakah yang menciptakan langit
dan bumi?" tentu mereka akan menfawab. "Allah". Katakanlah . "Segala pufi bagi Allah", tetapi
kebanyakan mereka tidak Mengetahui. (Q.S. Luqman : 25)
Kondisi ini membuat tauhid mereka rancu. Keesaan tuhan yang mereka peroleh
akhirnya bercampur baur dengan berbagai macam khuraIat seperti berhala. Kondisi masyarakat
arab setelah hijrah sangat bertolak belakang dengan keadaan sebelum hijrah. sebelum hijrah,
kondisi ideologi/akidah, sosial, ekonomi dan politik bangsa arab sangat kental dengan nuansa
kebodohan. Sebaliknya setelah hijrah, masyarakat arab menjadi teratur dan ditata hidupnya
dengan syariat islam. Masyarakat arab pasca hijrah yang dibangun rasulullah adalah sebuah
entitas masyarakat yang khas. Peraturan, pemikiran dan perasaan masyarakat benar-benar berada
dalam bimbingan islam. Pola hidup menjadikan halal dan haram sebagai landasannya.
Penyelidikan-penyelidikan ilmiah telah menunjukan bahwa jazirah arab yang
sekarang merupakan padang pasir yang tandus dahulunya adalah bumi subur yang menghijau
yang telah menganugerahkan kepada penduduknya berbagai macam kemakmuran. Oleh karena
itu, boleh jadi perasaan semangat beragama amat kuat pada bangsa Arab.
Semangat beragama ini menjadi salah satu sebab yang mendorong mereka melawan
dan memerangi islam dikala islam datang. Mereka memerangi islam karena mereka amat kuat
berpegang teguh dengan agama yang lama. Andaikata mereka acuh tak acuh dengan agama tentu
dibiarkannya saja agama islam. Akan tetapi yang kejadian bukanlah demikian, agama islam
mereka perangi dengan mati-matian sampai mereka kalah. Sampai saat ini pun orang Arab, baik
pun dia seorang ulama atau seorang yang jahil amat bersemangat terhadap agamanya,
disiarkannya agam itu dan dibelanya sekuat tenaganya.
Terdapat beberapa kepercayaan yang dianut masyarakat Arab sebelum agama Islam
lahir. Bangsa Arab Qahthan (Kaum Saba) di Yaman misalnya, mereka menganut kepercayaan
atau agama Ash-Shabiah, yaitu suatu kepercayaan yang berkembang di masyarakat Qhatan
tentang adanya kekuatan pada bintang-bintang dan matahari sebagai kekuatan maha pencipta.
Mereka menganggap bintang dan matahari sebagai Tuhan. Bangasa mereka yang masih tinggal
di Yaman, kepercayaan Ash-Shabiah terus dianut. Tetapi kemudian karena mereka mendapat
seruan dari para Yahudi yang datang dari Yasrib (Madinah) agama Yahudi ini dijadikan sebagai
agama baru. Salah seorang pemimpin mereka yang pertama kali menerima agama itu adalah
YusuI Zu Nuas.
Adapun bangsa Arab Ismail, pada mulanya mereka menganut agama tauhid
(monotheisme) yang di bawa oleh Nabi Ibrahim A.S., dan di dalam pengaruh serta kekuasan
merekalah terletak tanggung jawab yang besar untuk menjaga dan memelihara Kabah. Tetapi
setelah kota Mekah dikuasai oleh Khuzaah, terjadilah perubahan dalam hal kepercayaan mereka.
Kemudian berhala di letakan di Kabah dan dijadikan sebagai pemimpin berhala-berhala yang
lainya. Berhala tersebut di namakan 'Hubal. Menurut Ibnu Al-Kalbi, yang menyebabkan bangsa
Arab akhirnya menyembah berhala dan batu, ialah setiap mereka akan pergi meninggalkan kota
Mekkah, selalu membawa sebuah batu ayng diambilnya dari beberapa tempat di sekitar ka`bah,
dengan maksud untuk menghormati Ka`bah, dan untuk memperlihatkan kecintaan mereka
kepada Mekah. Kemudian batu-batu tersebut diletakan di tempat persinggahan atau tempat
tinggal mereka. Mereka melakukan thawaI (mengelilingi) batu-batu itu. Layaknya orang
melakukan thawaI waktu haji.
Kemudian orangorang Yahudi berubah menjadi orangorang yang angkuh dan
sombong. Pemimpin-pemimpin mereka menjadi sesembahan selain Allah Ta`ala. Para pemimpin
inilah yang membuat hukum di tengah manusia dan menghisab mereka menurut kehendak yang
terbetik di dalam hati mereka. Ambisi mereka hanya tertuju kepada kekayaan dan kedudukan,
walaupun berakibat musnahnya agama dan menyebarnya kekuIuran serta pengabaian terhadap
ajaran-ajaran yang telah ditetapkan Allah Ta`ala dan semua orang dianjurkan untuk mensuci-
kannya.
Sedangkan agama Nasrani berubah menjadi agama paganisme yang sulit dipahami
dan menimbulkan percampuradukan antara Allah Ta`ala dan manusia. Kalau pun ada orang Arab
Jahiliyah yang memeluk agama ini, maka tidak ada pengaruh yang berarti, karena ajaran-
ajarannya jauh dari model kehidupan yang mereka jalani, dan yang tidak mungkin mereka
tinggalkan.
Sedangkan semua agama bangsa Arab Jahiliyah, keadaan para pemeluknya sama
dengan keadaan orang-orang musyrik, sehingga keyakinan, kepercayaan, tradisi, dan kebiasaan
mereka hapir serupa.
Menurut ProI Dr. Hamka, masyarakat Arab (Utara) memeluk macam-macam agama
dan kepercayaan:
1. Ada yang berpegang pada agama Nabi Ibrahim. Kelompok ini terbagi lagi menjadi dua,
yang tetap memegang apa yang diterimanya dari Nabi Ibrahim itu dan tidak diubah-ubahnya
dan yang memberi beberapa tambahan.
2. Penyembah berhala. Penyembah berhala ini juga terbagi menjadi tiga, yaitu
a) Yang mengakui adanya Tuhan Yang Mahas Esa, tetapi dalam penyembahan mereka
menggunakan berhala sebagai perantara.
b) Menyembah berhala karena punya pendirian bahwa berhala itu tidak berubah dengan
ka`bah, sama-sama dijadikan sebagai kiblat di dalam menyembah Allah Ta`ala.
c) Mereka yang berkata bahwa dalam tiap-tiap berhala itu ada syaitan, yang mengatur
baik buruk nasib manusia. Jadi yang disembah itu syaitan, bukan berhalanya.
3. Peyembah matahari. Mereka berkeyakinan bahwa matahari itu sebangsa malaikat. Adapun
bulan dan bintang-bintang semuanya meminta cahaya darinya. Buruk dan baik nasib alam
ini tergantung kepada belas kasihan matahari. Karena itulah matahari perlu disembah,
dibesarkan, dan dimuliakan.
4. Penyembah bulan. Dia disembah karena mengatur alam sebelah bawah.
5. Dahriyin. Mereka yang tidak mengakui ada yang menjadikan alam dan tidak mengakui akan
datangnya hari kiamat.
6. Sabiah. Mereka yang menggantungkan kepercayaannya kepada perjalanan bintang dan
Ialak, berkeyakinan bahwasanya segala sesuatu itu, geraknya dan diamnya, berjalan dan
berhentinya, semua itu bertali dan berkait dengan bintang-bintang.
7. Penyembah malaikat, karena dianggap anaka perempuan Tuhan.
8. Penyembah api.
9. Pemeluk Yahudi. Berkembang di Hejaz, terutama di Khaibar dan di antara bani Quraizah,
bani Nadhir, dan bani Qainuqa` di Medinah.
10. Pemeluk Nasrani. Masuk dari negeri Rumawi dibawa oleh anggota pemerintahan kerajaan
Ghassaan yang melawat ke sana karena berniaga. Agama ini berkembang lewat dua Iirkah,
yaitu Nasturiah di Hirah dan Ya`qubiyah di Syam.
Pada saat menjelang kelahiran agama Islam, tumbuh sekelompok orang dari
kalangan masyarakat Arab yang berusaha ingin melepaskan bangsanya dari kepercayaan yang
sesat, dan berusah mengembalikan kepercayaan agama tahuhid (monotheisme) yang diajarkan
Bagi Ibrahim AS. Mereka adalah Waraqah bin NauIal, Umayah bin Abi Shalt, Qus Saidah,
Utsman bin Khuwairis, Abdullah bin Jahsy, dan Aainal bin Umar.
. Dimensi Etik Peradaban Arab Zaman 1ahiliyah
..1 Ekonomi
Kondisi ekonomi mengikuti kondisi sosial, yang bisa dilihat dari jalan kehidupan
Bangsa Arab. Perdanggan merupakan sarana yang paling dominan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Jalur-jalur perdangan tidak bisa dikuasai begitu saja kecuali jika sanggup
memegang kendali keamanan dan perdamaian. Sementara kondisi yang aman seperti ini tidak
terwujud dijazirah Arab kecuali pada bulan-bulan suci. Pada saat itulah dibuka pasar-pasar
Arab yang sangat terkenal, seperti Ukhzah, Dzail-Majaz, Majinnah dan lain-lainya.
Tentang perindustrian atau kerajinan, mereka adalah bangsa yang paling tidak
mengenalnya. Kebanyakan hasil kerajinan yang ada di Arab, seperti jahit menjahit,
menyamak kulit dan lainnya berasal dari rakyat Yaman, Hirah dan pinggiran Syam.
Sekalipun begitu di tengah jazirah ada pertanian dan pengembalaan hewan ternak. Sedangkan
wanita-wanita Arab cukup menangani pemintalan. Tetapi kekayaan-kekayaan yang dimiliki
bisa mengudang pecahnya peperangan. Kemiskinan, kelaparan dan orang-orang yang
telanjang merupakan pemandangan yang biasa ditengah masnyarakat.


.. Politik
Dalam bidang politik, masyarakat Arab jahiliyyah tidak memeiliki system
pemerintahan yang mapan. Mereka hanya mempunyai pemimpin yang disebut Syeikh atau
Amir (kepala suku), yang mengurusi persoalan mereka dalam masalah perang, pembagian
harta dan pertempuran tertentu. Diluar itu, Syeikh atau Amir tidak berkuasa mengatur anggota
kabilahnya.
Kondisi Politik di Jazirah Arab merupakan garis menurun, merendah dan tidak ada
tambahan yang mengarah ke atas. Manusia bisa dibedakan antara tuan dan budak, pemimpin
dan rakyat. Para tuan terlebih lagi selain Arab berhak atas semua harta rampasan dan
kekayaan, dan hamba diwajibkan membayar denda dan pajak. Atau dengan kata lain, rakyat
bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus mendatangkan hasil dan memberikan
pendapatan bagi pemerintah. Lalu para pemimpin menggunakan kekayaan itu untuk Ioya-
Ioya, mengumbar naIsu syahwat, bersenangsenang, memenuhi kesenangan dan kewenang
wenangannya. Sedangkan rakyat dengan kebutaannya semangkin terpuruk dan dilingkupi
kedzaliman dari segala sisi. Mereka hanya bisa merintih dan mengeluh. Bahkan tidak berhenti
sampai di sini saja, mereka harus menahan rasa lapar, ditekan, dan mendapat berbagai macam
penyiksaan dengan sikap diam, tanpa mengadakan perlawanan sedikit pun.


.. Sosial
Dikalangan Bangsa Arab terdapat beberapa kelas Masnyarakat, yang kondisinya
berbeda antara yang satu dengan lainya. Hubungan seseorangan dengan keluarga di kalangan
Bangsawan sangat di unggulkan dan diprioritaskan, dihormati dan dijaga sekalipun harus
dengan pedang yang terhunus dan darah yang tertumpah. Jika seseorang ingin dipuji dan
menjadi terpandang dimata Bangsa Arab karena kemulian dan keberaniannya, maka dia harus
banyak dibicarakan kaum wanita. Jika seseorang wanita menghendaki, maka dia bisa
mengumpulkan beberapa kabilah untuk suatu perdamaian, dan jika mau dia bisa menyalakan
api peperangan dan pertempuran di antara mereka. Sekalipun begitu, seorang laki-laki tetap
dianggap sebagai pemimpin ditengah keluarga, yang tidak boleh dibantah dan setiap
perkataannya harus dituruti. Hubungan laki-laki dan wanita harus melalui persetujuhna wali
wanita. Seorang wanita tidak bisa menentukan pilihannya sendiri.

eluarga
Setiap kabilah-kabilah bangsa Arab memiliki adat istiadat yang berbeda mengenai suatu
sistem keluarga. Akan tetapi ada suatu gejala yang boleh dikatakan kelihatan dengan jelas
pada tiap-tiap kabilah,yaitu adapt menjaga dan membela perempuan dan memandang
kehormatan perempuan itu lebih tinggi harganya dari pada jiwa, harta dan anak pinak.
Sebagai contoh ialah, telah menjadi kebiasaan bagi mereka membawa perempuan-
perempuan ke medan perang. Permpuanperempuan diletakkan dibelakang balatentara yang
perang, dengan maksud agar mereka selalu ingat bahwa kekalahan berarti kehormatan mereka
akan diinjak-injak oleh musuh. Yang demikian itu dapat menjamin bahwa mereka akan
berperang mati-matian melawan musuh.
Selain itu pula tidak jarang penghargaan kepada perempuan telah menyeleweng dan
berlebih-lebihan sampai menimbulkan bencana, serta menyebabkan perbuatan-perbuatan yang
memberi malu dan noda, seperti yang dialami oleh Amr ibnul Mundzir seorang raja yang
tewas di tangan perempuan Hindun dan Laila gara-gara disangka melakukan penghinaan.
Salah satu gejala dari adanya keinginan yang berlebih-lebihan untuk menjaga agar
perempuan itu selalu terlihat terhormat ialah kebiasaan mengubur anak perempuan hidup-
hidup, karena dikhawatirkan nanti akan bernoda dan ditawan musuh. Tentu saja tidak semua
kabilah menganut adat istiadat membunuh perempuan hidup-hidup hanya kabilah Bani Asad
dan Tamim.
Tentang pembinaan keluarga, tetap pihak laki-lakilah yang meminang wanita yang
hendak dikawininya kepada keluarganya. Bila pinangan dikabulkan, maka dibawanyalah
wanita itu kerumahnya dan dilangsungkan perkawinan. Telah menjadi kebiasaan pula
meminta pendapat atau pikiran perempuan terlebih dahulu sebelum dia dikawinkan.
Bangsa Arab juga telah mengenal mengenai thalaq (cerai), akan tetapi mereka sangat
takut dan menghindrkan diri dari thalaq itu. Telah menjadi kebiasaan bagi mereka bahwa
thalaq itu ditangan laki-laki. Akan tetapi, ada sementara wanita yang tiada mau diperistri
kalau tidak hak mencerai itu dipegang oleh kaum perempuan.
Ada lagi kebiasaan bangsa Arab tidak mau mengawinkan putri-putrinya kepada bangsa
asing (yang bukan bangsa Arab).
Dimasa jahiliyah isteri pada bangsa Arab tiada terbatas, ada orang yang memiliki 10
orang isteri dan dia disuruh untuk memilih 4 diantaranya dan sisanya diceraikan.
Wanita Arab juga menjadi penolong yang baik bagi suaminya, karena dia mempunyai
bermacam kepandaian yang menyebabkan kecerdasan setaraI dengan kecerdasan suaminya.
Orang Arab sangat suka mempunyai banyak anak laki-laki. Karena seorang laki-laki
akan menjadi saka guru dan tiang tengah keluarga bangsa Arab.
Wanita Arab di zaman jahiliyah tidak mengenal 'hijab. Mereka biasa keluar rumah
dengan mengepit tangan suaminya sebagai kebiasaan orang-orang barat.
Ada suatu kebiasaan yang tidak baik yang diderita oleh wanita-wanita Arab, yaitu isteri
dari ayah biasanya diwarisi (dikawinkan kepada anaknya) seperti mewarisi harta benda.
Keluarga pada bangsa arab adalah suatu kesatuan mereka selalu saling mendukung baik
dalam keadilan maupun dalam keadaan aniaya.
Adapun Abu Dawud meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa
pernikahan pada masa Jahiliyah ada empat macam sebagai berikut :
1) Pernikahan secara spontan, yaitu seseorang laki - laki mengajukan lamaran kepada laki -
laki lain yang menjadi wali wanita, lalu ia bisa menikahinya setelah menyerahkan mas
kawin seketika itu pula.
2) Seseorang laki - laki bisa berkata kepada istrinya yang baru suci dari haid, 'Temuilah
Fulan dan berkumpullah bersamanya! Suaminya tidak mengum-pulinya dan sama sekali
tidak menyentuhnya, hingga ada kejelasan bahwa istrinya hamil dari orang yang disuruh
mengumpulinya. Jika sudah jelas kehamilannya, maka suami bisa mengambil kembali
istrinya jika memang ia menghendaki hal itu. Yang demikian ini dilakukan, karena ia
menghendaki kelahiran seorang anak yang baik dan pintar. Pernikahan semacam ini di-
sebut nikah 89-/,.
3) Pernikahan poliandri, yaitu pernikahan beberapa orang laki - laki yang jum-lahnya tidak
mencapai sepuluh, yang semuanya mengumpuli seorang wanita. Setelah wanita itu hamil
dan melahirkan bayinya, maka selang beberapa hari kemudian ia mengundang semua laki -
laki yang berkumpul deng-annya, dan mereka tidak bisa menolaknya hingga berkumpul di
hadapannya. Lalu ia berkata, 'Kalian sudah mengetahui apa yang sudah terjadi dan kini
aku telah melahirkan. Bayi ini adalah anakmu hai Fulan. Wanita tersebut bisa menunjuk
siapa pun yang ia suka di antara mereka seraya menyebut-kan namanya, lau laki - laki itu
bisa mengambil bayi tersebut.
4) Sekian banyak laki - laki bisa mendatangi wanita yang dikehendakinya, yang disebut
wanita pelacur. Biasanya mereka memasang bendera khusus di depan pintunya sebagai
tanda bagi laki - laki yang ingin mengumpulinya. Jika wanita pelacur ini hamil dan
melahirkan anak, maka ia bisa mengundang semua laki - laki yang pernah
mengumpulinya. Setelah semuanya berkumpul, lalu diselenggarakan undian. Siapa yang
mendapat undian, maka ia bisa mengambil anak itu dan mengakuinya sebagai anaknya dan
ia tidak bisa menolaknya. |Lihat Abu Dawud, Kitabun Nikah, bab Wufuhun Nikah AlLati
Kana Yatnakahu Biha Ahlul Jahiliyah |
Tetapi Setelah Allah mengutus Nabi Muhammad Shallahu Alahi wa Salam, semua
hubungan antara laki-laki dan wanita khususnya dalam pernikahan pada jaman jahiliah
dihapus dan diganti dengan pernikahan Islam.

Syair Arab
Ada dua segi dalam mempelajari syair Arab dimasa jahiliyah, kedua segi itu amat
besar Iaedahnya.
a. Mempelajari syair itu sebagai suatu kesenian, yang oleh bangsa Arab sangat dihargai.
b. Mempelajari syair itu dengan maksud supaya kita dapat mengetahui adat istiadat dan budi
pekerti bangsa Arab.
Mempelajari syair itu sebagai suatu kesenian, yang oleh bangsa Arab sangat dihargai
dan dimuliakan oleh bangsa Arab. Pada jaman jahiliyah bangsa Arab amat gemar berkumpul
mengelilingi penyair-penyair untuk mendengarkan syair-syair mereka. Para penyair tersebut
biasanya berkumpul dipasar-pasar daerah arab, diantaranya pasar`Ukaz, Majinnah, dan Zul
Majaz. Di pasar-pasar itu penyair-penyair memperdengarkan syairnya yang sudah
disiapkannya, untuk maksud dengan dikelilingi oleh warga sukunya yang memuji dan merasa
bangga dengan penyair - penyair mereka.
Syair yang terbagus akan digantungkan di ka`bah tidak jauh dari patung-patung dewa
pujaan mereka.
Seorang penyair memiliki kedudukan paling tinggi dalam masyarakat bangsa Arab.
Bila pada suatu kabilah muncul seorang penyair maka berdatanganlah utusan dari kabilah-
kabilah lain untuk mengucapkan selamat kepada kabilah tersebut. Biasanya mereka akan
mengadakan perhelatan besar-besaran dengan menyembelih binatang-binatang ternak, dan
mengundang wanita-wanita kabilah untuk menyanyi dan menari.
Semua itu dilakukan untuk menghormati penyair. Karena penyair membela dan
mempertahankan kabilah dengan syair-syairnya, ia melebihi seorang pahlawan yang membela
kabilahnya dengan pedang dan tombaknya. Disamping itu penyair juga dapat mengabdikan
peristiwa-peristiwa den kejadian-kejadian dengan syairnya. Dan bilamana ada penyair-penyair
kabilah lain yang mencela kabilahnya, maka dialah yang akan membalas dan menolak celaan-
celaan tersebut dengan syair-syairnya pula. Para penyair yang terkenal seperti Umru al-Qais,
Nabiqhah al-Zubyany, Zuhair ibn abid Sulma, Antarah dan TaraIah ibn Abd, menghasilkan
karya-karya yang secara kwalitatiI tidak kalah dengan karya-karya besar du dunia.
Salah satu dari pengaruh syair pada bangsa Arab adalah bahwa syair itu dapat
meninggikan derajat seseorang yang tadinya hina, atau sebaliknya dapat menghina-dinakan
seseorang yang tadinya mulia. Bilamana seorang penyair memuji seorang yang tadinya
dipandang hina, maka dengan mendadak sontak orang itu menjadi mulia. Dan bilamana
seorang penyair mencela dan memaki seorang yang tadinya dimuliakan, maka dengan serta
merta seorang itu menjadi hina.
Contoh : Abdul Uzza ibnu Amir, dia adalah seorang yang mulanya hidup melarat,
putrinya banyak, akan tetapi tidak ada pemuda yang mau memperistri mereka. Kemudian dia
dipuji oleh Al-A`sya seorang penyair ulung, syair Al-A`sya yang berisi pujian tersebut tersiar
kemana-mana. Dengan demikan menjadi masyhurlah Abdul Uzza itu, penghidupannya
menjadi lebih baik maka berebutlah para pemuda meminang putri-putrinya.


..4 Budaya
Masyarakat Arab merupakan suku nomadik (pengembara), yang sangat setia pada
suku sendiri dan terkenal suka berperang di padang pasir. Cara hidup yang demikian ini
meniscayakan mereka untuk hidup berkelompok (kabilah) berdasarkan pertalian darah atau
keluarga. Pada kabilah itu kita akan menemukan prinsip-prinsip penting, diantaranya:
1. Keharusan survival, baik dari ancaman alam maupun lawan.
2. Tidak ada aturan yang mengingat mereka, kecuali asas kebebasan dan persamaan antara
anggota-anggota kabilah atau kabilah-kabilah lain.
3. Menjaga kehormatan dan harga diri (muruah), tolong menolong, dan melindungi atas
anggota kabilah dari ketidakadilan atau perlakuan buruk lainnya, sehingga mendorong
munculnya prinsip lainnya, yaitu: Perang, yang di dalamnya juga terkandung sikap
sensitive dan pemberani. (baca Muhammad Husain Haekal, Sefarah Hidup Muhammad,
Litera AntarNusa, 2002; juga Karen Armstrong, Muhammad Sang Nabi Sebuah
Biografi Kritis, Risalah Gusti, 2004). Dalam perspektiI seperti di atas, maka (suka)
perang tidak bisa begitu saja diartikan sebagai sikap kaum barbar, yang suka menyerang
dengan logika hukum rimba, 'Siapa yang kuat dialah yang menang. Justru dari situ
nampak bahwa perang adalah bagian dari upaya untuk mempertahankan hidup dan
menjaga harga diri. Maka, jahiliyah tidak berarti prinsip suka perang.
Sebagian besar nilai-nilai budaya mereka dibentuk sejak jaman jahiliyah, sebelum
jaman Islam. Nilai-nilai penting perilaku dan cara pandang bangsa Arab merupakan panutan
sejak jaman sebelum Islam (jaman jahiliyah). Di jaman jahiliyah, Bangsa Arab tidak
mengenal Allah dan RasulNya dan aturan-aturan ibadah Islam.
Meskipun masnyarakat Arab cenderung suka mengembara, kota bagi bangsa Arab
merupakan pusat perubahan dan kegiatan politik. Mekkah merupakan kota pusat perdagangan
dan ibadah haji, karena letaknya yang berada di jalur perjalanan kaIilah-kaIilah dagang.
Agama merupakan kepentingan sekunder bagi masyarakat jahiliyah. Kebiasaan-kebiasan
agama dibentuk dari tradisi bangsa dan rasa hormat pada kakek moyang. Tapi agama mereka
cenderung tertarik hal-hal yang takhayul, penuh iman buta, terutama pada masalah takdir dan
nasib. Nila-nilai sekuler juga berperan penting, dan ini tampak pada konsep tentang
keperkasaan/kegagahan (muruwwah), yang merupakan kepribadian yang didambakan oleh
orang Badawi. Hal terpenting bagi masyarakat Arab adalah menjaga keutuhan solidaritas suku
(`asabiyyah). Suku bangsa merupakan asas/dasar keberadaan setiap orang dan kelompok
masyarakat.
Kecenderungan sikap lain bangsa Arab adalah tiadanya rasa percaya terhadap orang
lain. Mereka cenderung mudah curiga dan bermusuhan pada pihak 'luar, meskipun pihak
luar itu adalah tetangganya atau anggota sukunya sendiri. Sikap ini sarat terasa di dalam
kehidupan sosial, dan bertambah extrim jika melibatkan kaum Muslim. Semua sikap ramah-
tamah menyambut dan memberi naungan bagi tamu adalah usaha untuk mendirikan sekat bela
diri, untuk mengurangi pertikaian yang mengancam bakal terjadi. Untuk tujuan inilah maka
sistem politik Arab sangat Ileksibel dan mudah beradaptasi. Kehidupan di padang tandus dan
sedikitnya sumber naIkah yang ada membuat masyarakat Arab harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan yang keras. Penyesuaian politik dan aturan perilaku dibuat demi mencapai tujuan-
tujuan masyarakat, dan hal ini tampak jelas dalam agama mereka.



..5 Pengetahuan
M. Quraish Shihab dalam Mukfi:at Al Quran Ditinfau dari Aspek Kebahasaan,
Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaaan Ghaib (Mizan, 1999) menyebut beberapa pengetahuan
yang dimiliki masyarakat Arab, diantaranya dalam bidang:
1. Astronomi, tetapi terbatas pada penggunaan bintang untuk petunjuk jalan, atau
mengetahui jenis musim.
2. Meteorologi mereka gunakan untuk mengetahui cuaca dan turunnya hujan.
3. Sedikit tentang sejarah umat sekitarnya.
4. Pengobatan berdasarkan pengalaman.
5. Perdukunan dan semacamnya.
6. Bahasa dan Sastra (sering diadakan musabaqah |perlombaan| dalam menyusun syair atau
petuah dan nasehat. Syair-syair yang dinilai indah, digantung di Ka`bah, sebagai
penghormatan kepada penggubahnya sekaligus untuk dapat dinikmati oleh yang melihat
atau membacanya. Penyair mendapat kedudukan yang istimewa. Mereka dinilai sebagai
pembela kaumnya. Dengan syair mereka mengangkat reputasi satu kaum atau seseorang
dan juga sebaliknya dapat menjatuhkannya).
Sementara itu ProI. Dr. Hamka (Sefarah Umat Islam, Pustaka Nasional PTE LTD
Singapura, 2002) mencirikan masyarakat Arab (Utara) dengan beberapa ciri:
1. Bahasa. Bahasa banyak bercampur dengan bahasa negeri lain yang bergaul dengan
mereka, terutama ketika Quraisy menjadi penjaga Mekkah. Banyak kabilah yang
berdatangan berziarah ke Mekkah tiap-tiap tahun. Juga karena keperluan perniagaan,
banyak orang-orang Quraisy berniaga ke luar negeri, ke Yaman, Iraq, Habsyi, Hauraan,
Parsi, Hindustan. Dalam pergumulan itu terjadi penambahan perbendaharaan bahasa
sehingga menjadikan bahasa Arab kaya raya.
2. Pepatah dan Petitih. Bangsa Arab banyak sekali mempunyai amsal dan perumpamaan.
Amsal dan perumpamaan itu lekas tersiar di dalam kalangan orang banyak, karena
pendek, jitu, dan mudah menghaIalnya.
3. Syair.Dengan syair itulah mereka akan dapat melepaskan senak yang menggelora dari
dalam jiwa raga, terutama dalam perjuangan dan pertempuran. Ahli syair mendapatkan
kedudukan tertinggi di dalam kabilahnya.
4. Ahli Pidato. Ahli pidato ini mulai mendapat perhatian ketika ahli syair sudah mulai
mengharap upah dari karyanya. Ahli pidato diperlukan untuk membangkitkan semangat
(perang). Berbeda dengan syair yang menggunakan bahasa yang pelik, ahli pidato cukup
menggunakan kata-kata biasa, tetapi dapat menumpahkan segenap yang terasa dalam
hati.
5. Ilmu Keturunan. Di antara sekian banyak bangsa-bangsa, maka bangsa Arab itulah suatu
bangsa yang sangat mementingkan menghaIal pohon keturunan dari mana nenek, dari
mana asal, pecahan dari siapa, keturunan siapa dan ke mana pula turun si Iulan, sehingga
dengan menyebutkan nama kabilah saja, sudah mudah yang lain mengetahui di
keturunan ke berapa bertemu sejarah nasab mereka. Mereka perlu benar mengetahui dan
memelihara itu, sebaba mereka kerap kali berperang untuk merapatkan perhubungan di
antara yang seketuruanan di dalam menghadapi yang lain. Tingkat keturunan itu mereka
bagi enam. Sya`ab, Kabilah, Imarah, bathn, Iakhidz, dan Iusailah.
6. Cerita Pusaka (Dongeng). Bangsa Arab kuat sekali menghaIal cerita pusaka nenek
moyang terutama yang berhubungan dengan kisah perjuangan kaum mereka dengan
kaum lain, atau kabilah dengan kabilah lain.
7. Tenung dan Ramal.
8. Ilmu Bintang. Bangsa Arab mengerti juga tentang keadaan bintang, meskipun sekedar
untuk mengetahui musim korma berbuah atau untuk mengetahui bilamana mereka patut
berangkat ke Syam atau ke Tha`iI.
9. Berkuda dan Memanah. Bangsa Arab pun terhitung satu bangsa yang tahu tuah dan
celaka kuda, pandai pula memperhatikan bentuk badan dan belangnya. Mereka juga
terhitung bangsa yang terpandai dalam urusan panah-memanah, karena bukan saja hidup
mereka adalah memanah burung dan binatang, tetapi panah itu juga merupakan alat
peperangan yang terpenting. Mereka juga pandai mempermainkan tombak dan pedang.
Meskipun memiliki pengetahuan pada beberapa bidang, namun sesungguhnya ciri
lain yang melekat pada masyarakat Arab adalah masyarakat ummiyyin (jamak dari ummiy dari
kata umm yang berarti ibu; jadi masyarakat ummiy berarti masyarakat yang keadaannya sama
dengan keadaaan saat dia dilahirkan oleh ibutidak bisa baca tulis).
Dalam sebuah hadis, Nabi SAW bersabda: 'Kami umat yang ummiy, kami tidak
pandai menulis, tidak fuga pandai berhitung. Bulan, begini, begini, dan begini. (Beliau
menggunakan jari-jari kedua tangannya untuk mengisyaratkan angka dua puluh sembilan atau
tiga puluh hari). |HR. Muslim dan An Nasa`ai|
Kemampuan baca tulis sangat minim. Jumlah yang bisa baca tulis sangat terbatas.
Oleh karena itu mereka mengandalkan haIalan, yang pada gilirannya menjadi tolok ukur
kecerdasan dan kemampuan ilmiah seseorang. Masyarakat Arab waktu itu juga dikenal tidak
mahir berhitung. Bahkan bahasa Arab memperkenalkan apa yang dinamai wawu tsamaniyah,
yaitu huruI wawu yang digandengkan dengan angka delapan), karena angka yang sempurna
bagi mereka adalah tujuh sehingga bila menghitung dari satu sampai tujuh, mereka
menyebutnya secara berurut, tetapi ketika sampai ke angka delapan mereka menambahkan
wawu. Karena itu angka tujuh bukan saja berarti angka di atas enam dan di bawah delapan,
melainkan juga berarti banyak.


. Dimensi Material Peradaban Arab Zaman 1ahiliyah

Pada masa Arab Jahiliyah dan awal perkembangan Islam, baik pada periode Mekah
ataupun Madinah, seni dan arsitektur belum mendapat perhatian secara luas. Satu-satunya seni
yang berkembang adalah syair dan prosa. Perawian syair dalam periode pra Islam mengubah
sistem dan jalan yang diikuti untuk menyebarluaskan syair. Bahkan pengubahan syair dan prosa
dijadikan sebagai mata pencaharian atau pekerjaan proIessional (Suhaib, 1990 :3). Adapun seni
patung digunakan sangat terbatas untuk kebutuhan penyembahan dan kemusyrikan yang hanya
dilakukan oleh kalanan non-muslim. Sementara bagi kalangan umat Islam, seni patung secara
teologis sama sekali tidak memperbolehkan untuk menyentuh hal-hal yang berhubunan dengan
patung. Adapun seni rupa yang merupakan produk mereka adalah kaligraIi (tulisan indah) dan
hiasan-hiasan pada tekstil (sulaman ataupun tenunan), namun setelah Islam datang seni rupa
tersebut dibatasi harus dengan motiI yang tidak menggambarkan kehidupan manusia dan hewan.
Dalam hal perencanaan kota, bangsa Arab tidak memperhatikan pemilihan tempat, kualitas udara, air,
ladang dan padang rumput. Perhatian utama mereka hanya pada padang rumput untuk unta dan tidak
memperhatikan air, apakah baik atau buruk, sedikit atau banyak. Mereka tidak memperhatikan ladang,
tumbuh-tumbuhan dan udara. Kemudian, didominasi oleh keinginan untuk berpindah-pindah.

4.1 esimpulan
1. Dimensi spiritual peradaban arab zaman jahiliyah: menyekutukan allah dengan makhluk
ciptaannya, seperti penyembahan terhadap jin, malaikat (dianggap anak tuhan), kepercayaan
paganisme, kepercayaan dahriyin (tidak mengakui pencipta alam dan tidak mengakui akan
datangnya hari kiamat), Sabiah (kepercayaannya kepada perjalanan bintang dan Ialak),
penyembahan terhadap api, adapun yang tetap menyatakan memegang agama tauhid nabi
Ibrahim, namun ajaran mereka tetap menyimpang karena pada akhirnya mereka tetap
menyembah berhala.
2. Dimensi etik peradaban arab zaman jahiliyah
a. Ekonomi
Sarana paling dominan adalah perdanggan. Jalur-jalur perdangan tidak bisa dikuasai
begitu saja kecuali jika sanggup memegang kendali keamanan dan perdamaian. Dibuka
pasar-pasar Arab yang sangat terkenal, seperti Ukhzah, Dzail-Majaz, Majinnah dan
lain-lainya. Tidak mengenal perindustrian atau kerajinan. Kebanyakan hasil kerajinan
yang ada di Arab berasal dari rakyat Yaman, Hirah dan pinggiran Syam.
b. Politik
Arab jahiliyyah tidak memeiliki system pemerintahan yang mapan. Mereka hanya
mempunyai pemimpin yang disebut Syeikh atau Amir (kepala suku), yang mengurusi
persoalan mereka dalam masalah perang, pembagian harta dan pertempuran tertentu.
Kondisi Politiknya merupakan garis menurun, merendah dan tidak ada tambahan yang
mengarah ke atas. manusia bisa dibedakan antara tuan dan budak, pemimpin dan rakyat
c. Sosial
Terdapat perbedaan kasta antara kaum budak dan bangsawan. Namun bangsa arab
jahiliyah menghargai dan mengagungkan perempuan walaupun dalam implementasinya
tetap salah, seperti mengubur anak perempuan karena takut ternoda. Kebiasaan bangsa
Arab tidak mau mengawinkan putrinya dengan bangsa asing. Wanita arab jahiliyah
tidak mengenal 'hijab. Pernikahan pada zaman jahiliyah terdiri dari 4 macam, yaitu
pernikahan biasa (lazim seperti sekarang), nikah istibdha`, poliandri, pengundian ayah
dari bayi yang lahir dari wanita pelacur. Bangsa arab jahiliyah terkenal dengan
syairnya, yang juga karenanya dapat mengangkat kasta atau kewibawaan seseorang
dimata masyarakat.
d. Budaya
Merupakan suku yang nomaden, tidak memiliki aturan yang mengikat, muru`ah,
konsep muruwwah, tiadanya rasa percaya terhadap rang lain, mudah curiga.
e. Pengetahuan
Beberapa pengetahuan masyarakat arab jahiliyah yaitu, pengetahuan mengenai
astronomi, meteorology, sedikit tentang sejarah umat sekitarnya, pengobatan
berdasarkan pengalaman, perdukunan, bahasa dan sastra, tenung dan ramal, ilmu
keturunan, berkuda dan memanah.

3. Dimensi material peradaban arab zaman jahiliyah, Seni dan arsitektur pada masa arab
jahiliyah belum mendapat perhatian luas, seni yang berkembang hanya syair dan prosa,
adapun seni patung hanya terbatas untuk kebutuhan penyembahan saja, seni rupa lainnya
hanya kaligraIi dan hiasan pada sulaman atau tenun, yang pada masa Islam dibatasi tidak
unttuk objek kehidupan manusia dan hewan. Dalam perencanaan kotapun, tidak
memperhatikan pemilihan tempat, kualitas udara, air, dan lading, hanya terIokus pada
padan rumput untuk unta.

You might also like