You are on page 1of 12

ASEAN SINGLE WINDOW DAN NATIONAL SINGLE WINDOW

A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan seperti
sekarang, ketergantungan setiap Negara terhadap aktivitas perdagangan
internasional dan lalu lintas barang ekspor-impor akan semakin tinggi.
Negara-negara maju maupun Negara-negara berkembang akan saling
membutuhkan satu sama lain, baik sebagai pasar terhadap produk mereka,
maupun sebagai penghasil barang bahan baku industry mereka. Hasil ini
akan menyebabkan tingkat persaingan global semakin ketat, sehingga
setiap Negara secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dalam suatu
komuntas regional perlu segera mengambil langkah-langkah serius untuk
menangani masalah kelancaran lalu lintas barang ekspor-impor.
Dalam kondisi seperti itu. Melalui berbagai kebijakan yang telah
ditetapkan, pemerintah berupaya sekuat tenaga untuk dapat mendorong
kelancaran dan kecepatan arus barang ekspor-impor. Hal ini diharapkan
akan mampu menggerakan perekonomian nasional, meningkatkan daya
saing nasional, dan merangsang masuknya investasi.
Selain itu juga karena kondisi kinerja pelayanan lalu-lintas barang
ekspor-impor seperti lead time (release-time) atau waktu penanganan
barang impor yang masih terlalu lama. Serta masih banyaknya Point oI
Services (Titik-titik Layanan) dalam kegiatan ekspor-impor
mengakibatkan adanya biaya-biaya atau high cost economy. Di samping
itu juga dilandasi karena kepentingan nasional untuk mengontrol lalu-
lintas barang negara, terutama terkait dengan isu terorisme, trans-national
crime, drug traIIicking, illegal activity, intellectual property right dan
perlindungan konsumen.
Pada tingkat regional ASEAN salah satu upaya yang ditempu oleh
pemerintah Negara anggota ASEAN untuk mendorong kelancaran da
kecepatan arus barng ekspor-impor adalah melalui penerapan system
National Single Window. Pada tingkat nasional masing-masing Negara

dikenal denganNasional Single Window dan di tingkat regional ASEAN


dikenal sebagaai system ASEAN Single Window.
Penerapan Single Window sendiri merupakan kesepakatan kepala-
kepala Negara ASEAN di bali pada bulan Oktober 2003 yang selanjutnya
ebih dikenal sebagai The Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord
II ) untuk membuat suatu system yang terintegrasi dalam upaya menangani
masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan ekspor-impor.

B. !engertian Single Window
Pada dasarnya Single Window merupakan satu jendela dalam
bentuk ICT yang merupakan suatu sistem yang mampu melakukan
pengajuan data dan inIormasi, single submission, single processing data
dan inIormasi dan single decision untuk melakukan suatu realease barang.
Di sini prinsipnya adalah transparansi, eIisiensi, dan sederhana.
Diharapkan setiap anggota negara Asean mempunyai NSW sendiri untuk
menerima suatu permohonan single process dan single decision. Itu
sebenarnya intinya.
anfaan Sistem Single Window bagi !emerintah
1. MemIasilitasi percepatan proses penyelesaian kegiatan customs
release and clearance oI cargoes dalam rangka mewujudkan sistem
ASW
2. Menyediakan sistem pelayanan yang mudah, murah, nyaman, aman
dan memberikan kepastian berusaha
3. Menciptakan manajemen resiko yang lebih baik, Menghilangkan
redudansi dan duplikasi data, Meningkatkan validitas dan akurasi
data
4. Memudahkan pelaksanaan penegakan hukum dan perlindungan
atas kepentingan nasional dari ancaman yang mungkin timbul
karena lalulintas barang ekspor impor.
5. Mengoptimlkan penerimaan negara.

anfaat bagi asyarakat Usaha adalah:


1. Memberikan kepastian berusaha, Meningkatkan daya saing,
Memperluas akses pasar dan sumber-sumber Iaktor produksi.
2. MengeIektiIkan dan mengeIisienkan pemanIaatan sumber daya,
Mendorong tumbuh dan berkembangnya kewirausahaan
3. Mendukung prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam
seluruh kegiatan pelayanan ekspor-impor

. ASEAN Single Window
ASEAN Single Window adalah lingkungan di mana Windows
National Single dari Negara Anggota beroperasi dan berintegrasi. National
Single Window adalah suatu sistem yang memungkinkan:
a. Pengajuan tunggal data dan inIormasi
b. Pengolahan tunggal dan sinkron data dan inIormasi;
c. Satu pengambilan keputusan untuk rilis bea cukai dan izin.
Sebuah single pengambilan keputusan harus seragam ditaIsirkan Sebagai
satu titik keputusan untuk rilis kargo oleh Bea Cukai berdasarkan
keputusan, jika diperlukan, diambil oleh kementerian dan badan-badan dan
dikomunikasikan dalam waktu yang tepat untuk Bea Cukai.
Untuk tujuan Persetujuan ini:
Bea Administrasi berarti instansi yang bertanggung jawab atas administrasi
hukum Bea dan perundang-undangan nasional yang terkait.
Lembaga Lead berarti badan pemerintah yang ditunjuk oleh Negara-
negara Anggota untuk mengambil peran utama dalam pembentukan dan
pelaksanaan ASEAN Single Window.

alur kementerian dan lembaga berarti instansi pemerintah yang


bertanggung jawab atas administrasi dan penegakan hukum perdagangan
dan peraturan yang relevan dengan pelepasan dan clearance kargo.
1ujuan dari Kesepakatan untuk Membangun dan Melaksanakan ASEAN
Single Window adalah:
a. memberikan kerangka hukum untuk membangun dan menerapkan
ASEAN Single Window.
b. Untuk memastikan pelaksanaan komitmen regional dengan
ASEAN untuk menetapkan dan menerapkan ASEAN Single
Window.
c. Untuk memperkuat koordinasi dan kemitraan antara ASEAN dan
Administrasi Kepabeanan kementerian yang terkait dan badan-
badan, dan operator ekonomi (importir, eksportir, operator
transportasi, mengungkapkan industri, kebiasaan broker,
Iorwarder, entitas perbankan komersial dan lembaga keuangan,
asuransi, dan mereka yang relevan dengan rantai pasokan
internasional) untuk secara eIektiI dan eIisien melaksanakan
ASEAN Single Window.
0ajiban A0ara An49a:
Negara-negara Anggota harus memastikan bahwa transaksi-
transaksi, proses dan keputusan mereka di bawah Windows Nasional
Single dan ASEAN Single Window dilakukan, dilaksanakan atau dibuat
dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip: konsistensi;
kesederhanaan; transparansi, dan eIisiensi.
Negara Anggota harus mengembangkan dan menerapkan Windows
Nasional mereka tunggal pada waktu yang tepat untuk pembentukan
ASEAN Single Window.

Negara-negara Anggota wajib memastikan bahwa garis mereka


kementerian dan lembaga bekerja sama dengan, dan memberikan
inIormasi yang diperlukan untuk lembaga Timbal mereka sesuai dengan
hukum nasional mereka dalam pengembangan dan implementasi dari
Windows Nasional Tunggal mereka.
Negara-negara Anggota wajib memanIaatkan teknologi inIormasi
dan komunikasi yang sesuai dengan standar yang diterima secara
internasional yang relevan dalam pengembangan dan implementasi dari
Windows Nasional Tunggal mereka.
Negara-negara Anggota wajib bekerja dalam kemitraan dengan
industri dan bisnis untuk mendukung pembentukan Windows Nasional
Tunggal mereka.
Negara-negara Anggota wajib, dengan cara Protokol yang
disepakati, mengadopsi standar yang diterima secara internasional yang
relevan, prosedur, dokumen, rincian teknis dan Iormalitas untuk
pelaksanaan yang eIektiI dari ASEAN Single Window. Yang bertanggung
jawab untuk integrasi ekonomi ASEAN, dengan bantuan dari Pertemuan
Pejabat Senior Ekonomi (SEOM) dan Menteri ASEAN Direktur Jenderal
Bea Cukai, secara teratur akan mengawasi, memantau, mengkoordinasikan
dan meninjau pelaksanaan Persetujuan ini.
Negara-negara yang terlibat dalamASW
Kesepakatan ditandatangani oleh para menteri pada waktu
pertemuan di Kuala Lumpur Desember 2005. Ada 6 negara Asean yang
terlibat yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, dan
Thailand. Keenam negara ini wajib melakukan integrasi ASW pada 2008.
Sedangkan 4 negara Asean lainnya yakni Kamboja, Laos, Vietnam, dan
Myanmar, baru akan berintegrasi pada 2012.
$0r09aria9 A$AA ajib:

a. Memberikan dukungan kepada para Menteri, SEOM tersebut, Direktur


Jenderal Bea dan ASEAN yang relevan untuk mengawasi badan-badan
ASEAN, pemantauan, koordinasi dan meninjau pelaksanaan Persetujuan
ini
b. Teratur melaporkan kepada SEOM dan ASEAN Direktur Jenderal Bea
dan Pemimpin lembaga integrasi ekonomi regional tentang kemajuan
dalam pelaksanaan Persetujuan ini.
Ketentuan-ketentuan dalam Protokol ASEAN Mekanisme
Penyelesaian Sengketa Enhanced, dilakukan di Vientiane, Laos pada hari
29 November 2004, akan berlaku untuk perselisihan yang timbul
berdasarkan Perjanjian ini. Para Menteri yang bertanggung jawab untuk
integrasi ekonomi ASEAN akan bertemu kapan pun diperlukan untuk
meninjau Perjanjian ini untuk tujuan mempertimbangkan tindakan lebih
lanjut untuk meningkatkan pengembangan dan / atau pelaksanaan
ASEAN Single Window. Ketentuan-ketentuan Persetujuan ini dapat
dimodiIikasi melalui amandemen yang disepakat bersama secara tertulis
oleh semua Negara Anggota.
Persetujuan ini harus didepositkan dengan Sekretaris Jenderal
ASEAN, yang wajib segera memberikan salinan yang telah disahkan
kepada setiap Negara Anggota. Persetujuan ini mulai berlaku setelah
penandatanganan. Setiap Negara Anggota harus, setelah penyelesaian
prosedur ratiIikasi nasional dari Perjanjian ini, memberitahukan kepada
Sekretariat ASEAN secara tertulis.
D. National Single Window (NSW)
National Single Window (NSW) adalah sistem yang memungkinkan
dilakukannya :
a) penyampaian data dan inIormasi secara tunggal
b) pemrosesan data dan inIormasi secara sinkron
c) pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian izin
kepabeanan dan pengeluaran barang.

Selain itu National Single Window (NSW) merupakan suatu sistem


layanan publik yang terintegrasi, yang menyediakan Iasilitas pengajuan,
pertukaran dan pemrosesan inIormasi standar secara elektronik, guna
menyelesaikan semua proses kegiatan dalam penanganan lalulintas barang
ekspor dan impor, untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
Penerapan NSW dilatarbelakangi oleh adanya kesepakatan RI dengan
pihak internasional atau kawasan regional ASEAN. Selain itu juga karena
kondisi kinerja pelayanan lalu-lintas barang ekspor-impor seperti lead
time (release-time) atau waktu penanganan barang impor yang masih
terlalu lama. Serta masih banyaknya Point oI Services (Titik-titik
Layanan) dalam kegiatan ekspor-impor mengakibatkan adanya biaya-
biaya atau high cost economy. Di samping itu juga dilandasi karena
kepentingan nasional untuk mengontrol lalu-lintas barang negara, terutama
terkait dengan isu terorisme, trans-national crime, drug traIIicking, illegal
activity, intellectual property right dan perlindungan konsumen.

Tujuan umum penerapan sistem NSW:
Meningkatkan kecepatan penyelesaian proses ekspor-impor melalui
peningkatan eIektiIitas dan kinerja
Meminimalisasi waktu dan biaya yang diperlukan dalam penanganan
lalulintas barang ekspor-impor, terutama terkait dengan proses customs
relase and clearance oI cargoes.
Meningkatkan validitas dan akurasi data dan inIormasi yang terkait
dengan kegiatan ekspor dan impor
Meningkatkan daya saing perekonomian nasional dan mendorong
masuknya investasi





Berikut ini beberapa layanan elektonik di website NSW


1. BTBMI
Buku TariI Bea Masuk Indonesia, berisi daItar tariI bea masuk dan
pungutan lain dalam rangka impor. Berisi besaran tariI Bea masuk, PPN,
PPh, PPnBM dan lainnya
2. LARTAS IMPOR
` Larangan dan Pembatasan Impor dalam Sistem NSW. Berisi daItar barang-
barang komoditi impor yang menjadi larangan dan pembatasan dalam
sistem NSW
3. LARTAS EKSPOR
Larangan dan Pembatasan Ekspor dalam Sistem NSW. Berisi daItar
barang-barang komoditi ekspor yang menjadi larangan dan pembatasan
dalam sistem NSW
4. PAJAK EKSPOR ( PE )
Pajak Ekspor atau PE berisi data regulasi pajak ekspor. Berisi inIormasi
jenis-jenis barang yang mendapatkan pajak ekspor

NSW sendiri di Indonesia dinamakan INSW (Indonesia National
Single Window). Dimana pengertian umum Indonesia National Single
Window atau INSW (sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun
2008) sistem nasional Indonesia yang memungkinkan dilakukannya suatu
penyampaian data dan inIormasi secara tunggal (single submission of data
and information), pemrosesan data dan inIormasi secara tunggal dan
sinkron (single and synchronous processing of data and information), dan
pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan

pengeluaran barang (single decision making for customs release and


clearance of cargoes).
Portal INSW (sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun
2008) diartikan sebagai sistem yang akan melakukan integrasi inIormasi
berkaitan dengan proses penanganan dokumen kepabeanan dan
pengeluaran barang, yang menjamin keamanan data dan inIormasi serta
memadukan alur dan proses inIormasi antar sistem internal secara
otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanan/
kebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait dengan proses penanganan
dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang

Dasar Hukum:
Keppres No. 54 Tahun 2002 jo. Keppres No. 24 Tahun 2005 & No.
22 Tahun 2007 Tentang Tim Koordinasi Peningkatan Kelancaran
Arus Barang Ekspor dan Impor.
Instruksi Presiden No.3 Tahun 2006 & Inpres No. 6 Tahun 2007 a
Iklim Investasi; serta Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2008 a Fokus
Program Ekonomi Tahun 2008-2009.
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 : Penggunaan Sistem
Elektronik dalam rangka INSW.
Keputusan Menko Perekonomian No. 22/M.Ekon/03/2006 terakhir
diubah dgn KEP-19/M.EKON/04 /2008 tentang Pembentukan Tim
Persiapan NSW.
Tantangan dalam penerapan NSW
1. Perubahan dari sistem manual, kemudian ke sistem elektronik sampai
akhirnya online melalui Internet sangat mendasar & membutuhkan
pengorbanan & perjuangan (proses 'change-management).
2. Dengan otomasi, semua proses dan tahapan pelayanan harus betul-
betul jelas dan transparan sehingga tidak akan bisa lagi ada 'toleransi,
diskresi dan kebijakan yang tidak sesuai dengan aturan yang ada;

3. Sistem di-desain hanya untuk menerima dan membaca parameter yang


sudah jelas dan kuantitatiI, shg akhirnya semua proses layanan harus
di-deIinisikan secara jelas utk dapat dituangkan kedalam sistem;
4. Tuntutan thd kejelasan dan kepastian atas aturan dan proses layanan,
mengakibatkan aturan dan regulasi yang dulunya sulit di-enIorce
harus di-enIorce, shg pada tahap2 awal dapat menimbulkan kendala
proses pelayanan;
5. Penelitian perijinan (analy:ing point) secara elektronik di Portal
INSW, mengharuskan parameter kuantitatiI yang jelas, shg memaksa
semua GA utk selalu koordinasi dalam meng-update konten Lartas
6.
Berikut ini uraian penerapan Sistem Indonesia National Single
Window dari awal sampai sekarang
Pembangungan NSW Indonesia tetap dilaksanakan dengan prinsip sedikit
lebih dengan yang dimintakan dalam perjanjian ASEAN Single Window
yaitu untuk meningkatkan eIisiensi pelayanan penyelesaian dokumen,
customs clearance dan cargo release tetapi sekaligus berIungso untuk
meningkatkan eIektivitas pengawasan ekspor impor, merupakan sistem
pelayanan yang memiliki 2 sub yaitu trade net dan port net untuk
kelancara Ilows or document dan Ilows oI good; melayani kegiatan ekspor
dengan semua negara tidak hanya negara-negara ASEAN; dan dilakukan
secara bertahap untuk aktivitas impor, ekspor, komoditi, pelabuhan,
instansi yang terlibat dan kelembagaanya.
Sistem NSW untuk pelayanan impor sudah dilakukan tanggal 17
Desember 2007 hingga saat ini sudah diterapkan secara mandatori di 5
(lima) pelabuhan utama, yaitu tanjung priok, tanjung emas, tanjung perak,
belawan dan bandara soekarno hatta. Sementara untuk sistem NSW
pelayanan ekspor penerapannya diawali dengan penerapan secara
mandatory di pelabuhan tanjung perak pada tanggal 18 januari 2010,
kemudian di tanjung emas mulai tanggal 17 juni 2010, pelabuhan belawan
mulai tanggal 15 juli 2010, tanjung priok mulai tanggal 5 agustus 2010

dan di bandara soekarno hatta pada tanggal 23 pada tanggal 23 September


2010
1. Kelompok kerja bidang hukum diminta mengkoordinasikan review
terhadap peraturan dan mekanisme / prosedur yang menyangkut impor
ekspor untuk menghilangkan praktek dualisme ketentuan, duplikasi
dokumen, pengulangan proses perizinan, kepastian klasiIikasi barang dan
standard perizinan
2. Kelompok kerja bidang hukum juga diminta untuk menyusun konsep
revisi perpres no 10 tahun 2008 sebagaimana ditetapkan bulan januari
2010 khususnya menyangkut penetapan portal NSW sebagai acuan
inIormasi ketentuan impor bagi semua pihak, dan kewajiban instansi
mengupload peraturan baru ke dalam portal NSW
3. Kelompok kerja proses bisnis diminta menyelesaikan konsep SOP dan
SLA bagi sistem NSW
4. Kelompok ahli diminta mengeveluasi perkembangan pembangunan ICT di
semua instansi peserta NSW
5. Tim Teknis Operasional diminta menyusun konsep pembangunan posko
NSW di Ditjen Bea dan Cukai sebagai pusat pelayanan helpdesk dan
penunjang pelaksanaan operasi NSW
6. Tim Teknis Operasional diminta pada awal oktober 2010 memulai
mengambil langkah untuk mempercepat integrasi inaportnet (perhubungan
laut) maupin airportnet (perhubungan udara) ke dalam sistem NSW
sehingga pada akhir tahun 2010 proses integrasi kedua sub sistem tersebut
sudah mulai dilakukan
7. Melaksanakan pertemuan ASW Technical Working pada minggu ketiga
bulan November di Bali sesuai usul Sekretariat ASEAN
8. Mengirim tim untuk membahas kemungkinan pertukaran data ekspor
impor dengan RRT sebagaimana hasil pertemuan teknis bilateral
perdagangan indonesia RRT yang lalu
9. Kementarian Perdagangan diminta sebelum tanggal 1 Oktober 2010
menyelesaikan konsep revisi permendag yang menyangkut ketentuan
ekspor karet SIR oleh pedagang

10.Sistem inatrade di kementerian pergagangan juga diminta untuk


menyelesaikan keseragaman laporan penerbitan Surat Persetujuan Ekspor
Kopi (SPEK) sebelum tanggal 1 Oktober 2010
11.Pada tanggal 22 September dilakukan sosialisasi aturan labelisasi barang
sehingga label berbahasa indonesia untuk produk non makanan, minuman,
kosmetik, dan obat-obatan yang ditetapkan oleh permendag sebagai syarat
kepabeanan impor dapat dilakukan 1 Oktober 2010
12.Pertemuan teknis berikutnya diagendakan untuk membahas kelembagaan
NSW sehingga memiliki unit koordinasi kebijakan dan operator sendiri
Sasaran Dan Strategi
Melakukan kolaborasi sistem dari seluruh entitas (Instansi
Pemerintah, Institusi lainnya dan Swasta) sebagai upaya percepatan
penyelesaian proses ekspor-impor. Komitmen bersama untuk koordinasi
dalam penyelarasan proses bisnis antar entitas (GA), guna meningkatkan
kinerja dan eIektiIitas layanan yang terkait dengan ekspor-impor.
Menyempurnakan dan melengkapi perangkat hukum & kelengkapan
persyaratan legal lainnya, guna mendukung terwujudnya visi Indonesia
NSW. Meningkatkan kapasitas dan integritas Sumber Daya Manusia
(SDM) utk mendukung penerapan prinsip-prinsip Good-Governance
dalam pelayanan ekspor-impor.
Penerapan Sistem NSW di Indonesia dilakukan secara bertahap
dan berkesinambungan, dengan mempertimbangkan kompleksitas dan
skala pekerjaan, keterbatasan sumber daya, keterbatasan dana dan biaya,
serta dengan target waktu yang sangat pendek. Setiap tahapan akan
diberikan target waktu, dan pada tahapan berikutnya akan selalu dilakukan
perluasan dan peningkatan dari tahapan sebelumnya.

You might also like