You are on page 1of 8

JUDUL Riwayat Diabetes Mellitus Type II Pada Lansia Dengan Pelaku Rawat Pelayanan Kedokteran Keluarga Andi Dian

Reski , S.Ked Dokter Muda Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa dengan pelayanan kedokteran keluarga yang holistik dan komprehensif dapat mengatasi permasalahan penyakit. Pasien adalah seorang laki-laki dewasa tua yang tinggal berdua dengan istrinya yang juga sebagai pelaku rawat pasien, yang memiliki lima orang anak, dimana semua anaknya tidak tinggal bersama pasien lagi. Keempat anaknya sudah menikah dan tinggal terpisah dengan pasien, sedangkan anak bungsu kerja di Malaysia. Pasien seorang pensiunan LIPI dan istrinya seorang ibu Rumah Tangga. Masalah dalam keluarga ini adalah kurangnya kepedulian pasien terhadap penyakitnya dan kurangnya pengetahuan pelaku rawat mengenai kesehatan pasien serta kurangnya perhatian dari anak-anak pasien. Pasien sudah divonis menderita Diabetes Mellitus sejak tahun 1984, namun pasien tidak berusaha menjaga pola makan dan tidak mengkonsumsi obat-abatan dengan teratur. Dilakukan edukasi tentang Diabetes Mellitus terhadap pasien, istri pasien serta anak-anak pasien. Diharapkan istri dan anak-anak pasien bisa memberi perhatian dan motivasi kepada pasien mengingat anak pasien jarang mengunjungi pasien.penatalaksanaan klinis yang dilakukan bersifat farmakologi dan nonfarmakologi. Diberikan pula penjelasan tentang diet pada orang Diabetes Mellitus. Keberhasilan tindakan dinilai dari data klinis dan indeks koping keluarga. Hasil studi menunjukkan perkembangan penyakit disebabkan kurangnya kepedulian pasien terhadap Diabetes Mellitus yang dideritanya yang kemungkinan besar didapatkan karena adanya faktor keturunan dan diperburuk oleh kebiasaan pasien, yaitu minum minuman teh dalam kemasan yang dalam sehari bisa lebih dari 5 kemasan. Penerapan pelayanan kedokteran keluarga secara holistic, komprehensif, dan berkesinambungan yang memandang pasien sebagai bagian dari keluarga, telah dijalankan dan berhasil memperbaiki

keadaan pasien, sehingga keluarga mulai mencoba mengatasi masalah yaitu berupa member dukungan dan lebih memperhatikan pola makan pasien. Pada akhir studi, gula darah pasien mengalami penurunan bila dibandingkan dengan awal datangnya pasien untuk berobat ke puskesmas. Kata kunci : Diabetes Mellitus, farmakologi, nonfarmakologi, pelayanan kedokteran keluarga Pendahuluan : Diabetes Melitus merupakan penyakit kelainan metabolik kronik yang banyak ditemukan dalam masyarakat dan dihadapi pada pelayanan kesehatan. Penyakit ini dapat diturunkan dalam keluarga, tidak dapat disembuhkan, mempunyai sasaran organ tertentu yaitu jantung, otak, mata dan ginjal. Tanpa penanganan yang adekuat akan berakhir dengan komplikasi kematian oleh sebab kardioserebrovaskular dan gagal ginjal. Dari penyelidikan yang ada, tampak kecenderungan bahwa prevalensi DM di perkotaan hamper sama dengan prevalensi DM didaerah rural. DM adalah penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter, perawat, dan ahli gizi, tetapi akan lebih baik melibatkan pasien dan keluarganya. Dengan adanya penyuluhan kepada pasien dan keluarganya akan membantu keikut sertaan mereka dalam usah memperbaiki hasil pengelolaan DM. Angka kejadian DM tipe I di Negara barat 10% dari DM tipe II. Gambaran klinik biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baligh. Tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa. DM tipe II adalah jenis yang paling banyak ditemui (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah umur 40 tahun dengan catatan pada dekade ke-7 kekerapan diabetes mencapai 3-4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa. Kekerapan DM di Eropa dan di Amerika Utara berkisar 2-5% sedangkan di Negara berkembang antara 1,5-2%. Di Indonesia berkisar 1,5-2,3% kurang lebih 15 tahun yang lalu, tetapi pada tahun 2001 survei terakhir di Jakarta menunjukkan kenaikan yang sangat nyata yaitu menjasi 12,8%. Tanpa intevensi yang efektif, kekerapan DM tipe II akan meningkat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko yang disebabkan oleh karena gaya

hidup yang salah seperti kegemukan, kurang gerak, dan pola makan yang kurang benar. Ilustrasi kasus Pasien laki-laki berumur 67 tahun dating ke poli lansia dengan keluhan mati rasa (baal) pada kedua kakinya sejak 1 tahun yang lalu. Sebelumnya kakinya selalu terasa kesemutan tapi pasien tidak terlalu memperdulikan sampai akhirnya kakinya terasa baal. Pasien juga mengeluhkan jari-jari pada kedua tangannya terasa kesemutan. Pasien mengaku bahwa sudah divonis menderita DM sejak tahun1984, tapi pasien tidak pernah mengkonsumsi obat gula darahnya dengan rutin dan jarang mengkontrol kadar gula darahnya. Sebelum diketahui mempunyai DM, pasien mengaku kalau pola makannya memang tidak pernah terkontrol. Pasien mempunyai kebiasaan meminum teh dalam kemasan dan biasanya menghabiskan lebih dari 5 kemasan dalam sehari. Istri pasien sudah mengingatkan namun tidak diperdulikan. Karena kebiasaanya itu, pasien pernah pingsan dan saat di cek kadar gula darahnya mencapai 700 mg/dl. Pasien pun dirawat selama 10 hari. Setelah kejadian itu, pasien merasa jera dan kemudian berusaha mengontrol keinginannya untuk meminum teh dalam kemasan, tapi pasien tidak rutin minum obat gulanya dan tidak rutin untuk control karena merasa sudah baikan. Pasien mengatakan bila malam hari selalu terbangun untuk buang air kecil sebanyak kurang lebih 20 kali sampai mengganggu tidurnya, dan selalu merasa lemas padahal tidak sedang melakukan aktifitas yang berat. Pasien juga mengeluhkan adanya rasa haus yang terus menerus dirasakan dan sering merasa lapar padahal pasien sudah mengkonsumsi makanan berat. Pasien lalu mencoba mengecek kadar gula darahnya karena anak bungsunya memaksanya untuk periksa kadar gula darahnya dan hasilnya GDP 231 mg/dl dan GD 2 jam PP 531 mg/dl. Pasien mempunyai riwayat keluarga yaitu DM yaitu pada ibu, 1 saudara laki-laki dan 1 saudara perempuan. Pasien hanya tinggal berdua dengan istrinya yang berumur 53 tahun, sedangkan kelima anaknya hidup terpisah dengan pasien. Empat orang anaknya sudah menikah dan tinggal terpisah dengan pasien, sedangkan anak bungsunya belum menikah dan tinggal di Malaysia. Diantara kelima anaknya, pasien merasa paling dekat dengan anak bungsunya yang tinggal di Malaysia. Walaupun anaknya tinggal di Malaysia, anak bungsunya

yang paling sering menelpon untuk menanyakan kabar pasien dan istrinya. Keempat anaknya dating berkunjung minimal satu kali dalam seminggu. Secara umum keadaan tempat tinggal kurang baik (dari segi penerangan dan ventilasi). Pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari dapat terpenuhi melalui uang pensiunan pasien, istri pasien memasak sendiri hidangan sehari-hari. Namun terdapat disfungsi psikologis dalam keluarga (seperti kurangnya perhatian sesama anggota keluarga) sehingga gerakan pencegahan penyakit dalam keluarga kurang baik. Usaha pengobatan yang dilakukan keluarga bersifat kuratif dan preventif. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit ringan, dengan tanda-tanda vital dalam batas normal. Tinggi badan 160 cm dengan berat badan badan 59 kg berdasarkan IMT menurut WHO status gizi pasien dalam batas normal, status generalis pasien dalam batas normal, namun pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan kedua kaki kanan dan kiri baal. Pasien didiagnosa Diabetes Mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol dengan diagnostic holistic pada aspek personal pasien mengeluh baal pada kedua kaki kanan dan kiri ditambah dengan adanya riwayat DM yang didagnosis pada tahun 1984. Pasien mengkhawatirkan kadar gula darahnya yang tinggi bisa berakibat fatal. Pasien berharap dapat cepat sembuh dari penyakitnya agar dapat beraktifitas seperti biasa. Penilaian struktur dan komposisi keluarga Genogram

Kondisi rumah Pasien tinggal dirumah cukup layak huni berdua dengan istri. Rumah yang ditinggali merupakan rumah pribadi. Rumah bertingkat (tingkat atas hanya untuk menjemur pakaian). Luas rumah 6m x 10m dengan 3 kamar tidur, tidak terdapat ruang makan, terdapat dapur yang terletak dibagian belakang rumah. Lantai tersusun dari keramik serta tembok rumah terbuat dari batako yang sudah di cat. Sinar matahari masuk ke dalam rumah bagian depan saja, yaitu di bagian ruang tamu, tapi tidak masuk sampai kamar tidur, sebab kamar tidurnya terletak di bagian tengah rumah dan tidak memiliki jendela yang menghapa keluar. Penerangan

menggunakan lampu 8 watt yang berada dalam ruangan yang ada didalam rumah. Ventilasi kurang, hanya ada jendela yang terletak di bagian ruang tamu. Kebersihan dan kerapihan dalam rumah bisa dikatakan cukup bersih. Dapur berada di bagian belakang rumah yang berdekatan dengan toilet dan tempat mencuci pakaian. Di dalam kamar mandi terdapat jamban jongkok dan bak mandi, kondisi kamar mandi cukup bersih, lantai dan tembok terbuat dari batako yang sudah diberi keramik, kondisi penerangan cukup. Air minum, air untuk mencuci pakaian dan sayuran serta masak didapat dari air pompa listrik. Saluran air mengalir di bagian luar rumah. Terdapat satu tempat sampah yaitu di dapur, dan rumah bebas dari sampah. Penilaian terhadap keluarga Pasien hanya tinggal berdua dengan istrinya karena kelima anaknya tinggal berpisah dengan pasien dan istrinya. Kurangnya perhatian dari anak-anaknya merupakan salah satu faktor yang memperberat penyakit pasien. Sebagai contoh, pasien bisa dengan leluasa meminum teh dalam kemasan tapa ada yang melarang dan memberitahukan dampaknya. Dalam penatalaksanaan penyakit pasien sangat diperlukan peran serta dan peran aktif seluruh anggota keluarga, serta perhatian anggota keluarga. Pada pasien diharapkan dapat mengetahui penyakit yang dideritanya, penatalaksanaan dan komplikasinya. Selain itu juga keluarga perlu memperhatikan keadaan pasien dan mendukung untuk kesembuhan pasien. Untuk itu, agar tujuan dapat tercapai dalam mengobati pasien dengan melibatkan keluarga dalam perawatan serta untuk mendeteksi faktor resiko yang berkaitan dengan masalah fisik, psikologik, social, dan lingkungan keluarga maka dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 4 februari, 7 februari dan 9 februari 2011. Identifikasi Masalah Keluarga 1. Masalah dalam organisasi keluarga : dalam struktur keluarga kepala keluarga adalah pasien yang berusia lansia yang sudah tidak bekerja merupakan pensiunan LIPI. Istri pasien tidak bekerja dan seorang ibu rumah tangga. Kelima anak pasien tinggal terpisah dengan pasien. Keempat anaknya sudah menikah, anak bungsunya tinggal di Malaysia.

2. Masalah dalam fungsi biologis: pasien memiliki Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol sejak tahun 1984 dengan riwayat hiperglikemia dan suspek neuropati. 3. Masalah dalam fungsi psikologis: pasien dan istrinya hanya tinggal berdua. Keempat anaknya berkunjung minimal seminggu sekali dan anaknya yang bungsu hampir setiap hari menelpon dari Malaysia. Hubungan dengan anakanak dan cucu baik. 4. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan: Sumber penghasilan utama pada keluarga adalah dari uang pensiunan pasien. 5. Masalah lingkungan : Lingkungan rumah kurang baik. Kebersihan lingkungan terjaga. Ventilasi dan penerangan kurang. Diagnosis Holistik Aspek Personal Aspek Klinis Aspek Individual Aspek Psikososial Aspek Fungsional Diagnosis Keluarga Keluarga lansia dengan dua orang anggota keluarga Tujuan Umum Penyelesaian Masalah Pasien dan Keluarga Terselesaikannya masalah pasien dengan harapan Diabetes Mellitus dapat terkontrol dengan adanya kesadaran dari pasien dan anggota keluarga pasien dan agar terwujudnya kehidupan yang lebih sehat. : : : : : Pasien memiliki ke khawatiran kadar gulanya tidak terkontrol dan bisa berakibat fatal Diabetes Mellitus tipe II tidak terkontrol suspek neuropati Pasien tidak pernah minum obat untuk mengkontrol gula darah dan tidak rutin kontrol gula darah Kurangnya perhatian dari anak-anaknya Perawatan diri masih bisa dilakukan, hanya mampu melakukan kerja ringan (skala 3)

tode : Metode yang digunakan dengan pendekatan kedokteran keluarga berupa kunjungan rumah, evaluasi, intervensi, edukasi keluarga. Hasil : Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pembinaan pada pasien sehingga penegakan diagnosis DM tipe II didasarkan pada faktor genetik yang berasal dari kedua orang tuanya yang mengidap Diabetes Mellitus Tipe II, disertai dengan kurangnya pengetahuan pasien terhadap Diabetes Mellitus. Penatalaksanaan farmakologis pada pasien Diabetes Mellitus dapat diberikan obat antidiabetik yang terdiri dari golongan sulfonilurea, biguanid dan penghambat alfa glukosidase atau diberikan insulin, nonfarmakologis dengan pengaturan makan disertai dengan kegiatan jasmani yang cukup selama beberapa waktu serta dukungan dan peran serta keluarga. Kesimpulan : peranan diagnosis holistik pada pelayanan primer sangat di perlukan agar dapat menyelesaikan semua faktor penyebab dan memperberat dari kejadian penyakit Kata kunci : Diabetes Mellitus, DM tipe II, penatalaksanaan, farmakologis, nonfarmakologis ABSTRACT Background : Diabetes Mellitus is a chronic disorder that is found in society and facing the health service. The disease can be inherited in families, can not be cured, has a target spesific organs such as heart, brain, eyes and kidneys. Without adequate treatment will end with death because of complications cardioserebrovascular and kidney failure. Method : The method used by, the family medicine approach in the form of home visits, evaluations, interventions, family education. Results : Conducted anamnesis, physical examination and guidance to patients so that the diagnosis of type II DM is based on genetic factors derived from both parents who suffer from Diabetes Mellitus Type II, and with a lack of knowledge of patients in Diabetes Mellitus. Pharmacological Management of Diabetic Mellitus patients, anti diabetic drug maybe given consisting of sulfonylurea group, alpha glucosida inhibitor biguanid and or given insulin, nonpharmacological with dining , coupled with a lack of knowledge of patients onDiabetes Mellitus. Pharmacological Management

of Diabetes Mellitus patientsantidiabetic drug may be given consisting of sulfonylurea group, alpha-glucosidaseinhibitor biguanid and or gi ven insulin, nonfarmakologis with dining arrangementsaccompanied with sufficient p hysical activity for some time and the support andparticipation of the family.

You might also like