You are on page 1of 13

Tugas Oral Biology

Macam - Macam Karies


(Rampan, Botol, Sekunder, Akar, dan Terhenti)

Oleh :
Citra Faiza Putri 04101004045
Muthiara Praziandite 04101004046
Wahyu Purnama Opita 04101004047
Tety Verianti Rahmita I. P. 04101004048

Fakultas Kedokteran
Program Studi Kedokteran Gigi
Universitas Sriwijaya

Karies Rampan
aries rampan adalah karies yang terjadi secara tiba-tiba, mengenai banyak gigi dalam
waktu singkat termasuk gigi anterior bawah yang biasanya imun terhadap karies dan
melibatkan pulpa. Gigi yang terkena biasanya sudah mengalami kerusakan hebat dengan
konsistensi yang sangat lunak.

Menurut Massler (1945) karies rampan adalah karies yang timbul dengan cepat.
Menyebar secara meluas dan menyeluruh sehingga cepat menegenai pulpa.
Winter dkk mengatakan bahwa karies ramapan adalah lesi akut yang meliputi sebagian
atau semua gigi yang telah erupsi, menghancurkan jaringan mahkota gigi dengan cepat
termasuk permukaan yang biasanya imun terhadap karies serta mengakibatkan terkenanya
pulpa.
tiologi Karies Rampan
Faktor yang paling berperan dalam karies rampan adanya aktiIitas mikroorganisme
penyebaba karies yang tinggi, seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman kariogenik
serta kebersihan mulut yang buruk.
1. Faktor utama
1) Host
a)Gigi
Proses karies pada gigi sulung lebih cepat terjadi daripada gigi permanen. Hal ini
disebabkan karena enamel gigi sulung lebih tipis daripada gigi permanen.
omposisi gigi sulung lebih banyak menganduk bahan organic dan air.
b)Saliva
Saliva sangat berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut hal ini disebabkan
karena peran saliva sebagai buIIer, pelicin, pelindung, pembersih, pelarut dan anti
bakteri. Seseorang dengan xerostomia sangat rentan terhadap karies.
2) Mikroorganisme
Mikroorganisme yang paling berperan adalah mikroorganisme jenis streptococcus
dan laktobacilus. Streptococcus dan laktobacilus pada anak-anak dengan rampan
karies seratus kali lebih benyak dibandingkan anak yang bebas karies.
3) Substrat
Seringnya mengkonsumsi makanan yang kariogenik dengan pola dan Irekuensi yang
salah
4) Waktu
Terjadinya penumpukan plak dalam waktu yang lama sehingga kebersihan mulut
menjadi buruk.
2. Faktor pendukung
O ebersihan mulut
O Factor psikologis
O Factor sistemik
O Factor herediter
Gambaran Klinis Karies Rampan
Bebrapa gigi atau semua gigi yang terkena karies rampan biasanya sudah mengalami
kerusakan hebat, dapat menjadi ganreen atau radiks. onsistensi sangat lunak dengan warna
kuning, coklat muda sampai warna hitam.
Gambaran klinis berdasarkan empat tahap perkembangan karies yang terjadi yaitu:
O Tahap inisial/reversible : ditandai dengan terlihatnya warna putih seperti kapur
pada serviks dan proksimal gigi anterior atas akibat demineralisasi pada enamel.
O Tahap kerusakan : ditandai dengan meluasnya lesi ke dentin pada gigi anterior
atas sehingga membentuk kavitas dan menunjukan diskolorasi.
O Tahap lesi dalam : ditandai dengan meluasnya lesi ke bagian pulpa
O Tahap traumatic : terlihat dengan penampakan yang rapuh, tekanan sedikit saja
dapat menyebabkan Iraktur.


Karies Botol
aries botol atau nama lainnya 3ursi3 bottle caries,baby bottle tooth decay, 3ursi3
caries, i31a3 caries, early childhood caries. aries botol merupakan bentuk karies rampan
yang terjadi pada gigi susu yang disebabkan penggunaan susu botol atau cairan lain yang
mengandung karbohidrat dalam waktu yang panjang. BBTD terjadi sebelum umur 18 bulan.
(nelson).
1

tiologi Karies Botol
1) Host
Gigi susu lebih rentan terhadap karies hal ini disebabkan karena email gigi susu lebih
tipis dibandingkan gigi permanen, kandungan dari zat anorganik gigi susu lebih sedikit
dibandingkan dengan gigi tetap, dan ristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi permanen.
2) Mikroorganisme
Salah satu bakteri yang berpengaruh terhadap terjadinya karies adalah S. muta3s.
Pada awalanya di dalam rongga mulut steril, setelah lahir di dalam rongga mulut terdapat
S.salivarius, setelah gigi erupsi terdapat S.muta3s dan S.se3uis. Seorang anak mungkin
ketularan S. muta3s dari keluarganya atau lingkungannya.
3) Substrat
Substrat yang mempengaruhi terjadinya karies botol adalah glukosa. Pada saat anak-
anak mengemut botol, glukosa yang terdapat dalam susu dan menempel pada bayi berjam-
jam berada hal ini menyebabkan pH mulut berada dibawah terus. Selain itu kebiasaan
mengemil cokelat dan permen dapat menurunkan pH mulut.
4) Waktu
Meminum susu menggunakan botol, botol ini cukup lama berada dalam mulut
sehingga mempunyai waktu yang cukup untuk membentuk karies.
Gambaran Klinis Karies Botol
2

1. Terlihat garis berwarna putih (white spots) pada insisivus maksila. Garis putih ini
dapat terlihat jelas pada region servikal permukaan vestibular dan palatal insisivus
maksila.
2. Lesi putih berkembang berpigmentasi menjadi kuning terang, cokelat kemudian
hitam dan pada kasus yang lebih parah karies mengenai insisal.
3. Lesi telah meluas hingga terjadi iritasi pulpa
4. Terjadi kerusakan yang parah di seluruh mahkota gigi hingga terjadi Iraktur
hingga akar yang tersisa

Karies Sekunder
aries sekunder adalah karies karies yang terdapat disekitar tumpatan yang
mengakibatkan gagalnya tumpatan.
3
aries sekunder merupakan karies yang timbul pada tepi
restorasi (adam malik, 2007:101). aries sekunder adalah timbulnya proses karies baru
dipermukaan gigi gigi, dinding kavitas, di tepi dan di bawah tumpatan. Dari pendapat ini
dapat disimpulkan bahwa karies sekunder merupakan karies yang timbul disekitar daerah
tumpatan yang terjadi akibat dari kegagalan tumpatan.


aries sekunder terjadi bersebelahan dengan restorasi dan dapat menyebabkan buruknya
adaptasi restorasi sehingga dapat menyebabkan kebocoran kecil, ataumembentuk ekstensi
restorasi yang tidak memadai. aries dapat terjadi jika lesi asli tidak secara kompit
dibersihkan, dan muncul sebagai karies sekunder
tiologi Karies sekunder
1) egagalan restorasi yang menyebabkan kebocoran pada resin komposit,
dikarenakan:
a. Perbedaan masing-masing koeIisien thermal ekspansi diantara tumpatan,
dentin, dan enamel
b. Penggunaan oklusi dan pengunyahan
c. esulitan karena adanya kelembaban, mikroIlora yang ada, lingkungan mulut
bersiIat asam. (Hermina, 2003)
2) .Adanya mikroleakage, yang merupakan suatu celah berukuran mikro antara
bahan restorasi dengan struktur gigi, sehingga margin restorasi terbuka serta
adaptasi yang buruk, yang menyebabkan masuknya cairan oral, bakteri
maupun toksinnya sehingga menyebabkan karies sekunder.(Sularsih, 2007).
3) Menurut Goldberg dkk Disamping kualitas tepi restorasi, status oral hygiene
juga mempunyai pengaruh kuat terhadap timbulnya karies sekunder
Gambaran Klinis Karies Sekunder
Menurut Rudholpy dkk secara klinis gigi dapat diindikasikan mengalami karies sekunder jika
mengalami diskolorisasi, pecahnya tepi tambalan dan terdapat Iissura(parit)yang dalam pada
tepi restorasi. Interpretsi diskolorisasi sekitar tumpatan yang pinggiranya rapat secara klinis
sukar dilakukan. Perkiraan didasarkan atas ukuran tumpatan dan ukuran daerah diskolorisasi.
Tumpatan yang kecil dengan daerah keabu-abuan yang luas mungkin menunjukkan adanya
karies sekunder. Namun jika disklorisasi ,tumpatan juga berparit maka ada indikasi kuat
terjadinya karies sekunder.
Gambaran Histologi Karies Sekunder
Daerah sekitar tumpatan terbagi atas dua daerah permukaan dan daeah dinding
kavitas. aries sekunder terdiri atas dua lesi yaitu lesi luar dan lesi dinding. Lesi luar adalah
lesi pada permukaan yang merupakan hasil dari serangan pertama, sedangkan lesi dinding
akan terlihat jika ada bakteri, cairan, molekul, atau ion hydrogen diantara tumpatan dinding
kavitas. Celah di sekitar tepi tumpatan yang tidek terdeteksi secra klinis disebut celah mikro.
Dengan mengunakan mikroskop polarisasi sedian jaringan di letakan dalam cairan
quinoline. Dalam cairan ini dinding tampak translusen atau sebagai zona gelap sepanjang
dinding kavitas.

' Karies Akar
Menurut Hazen, karies akar ialah lesi progresiI yang lunak yang terdapat pada
permukaan akar yang telah kehilangan jaringan ikat yang melekat pada gigi (gingiva)
sehingga permukaan tersebut terpapar secara langsung dengan lingkungan rongga mulut yang
mengakibatkan bakteri dan plak akan terakumulasi di bagian tersebut.
aries akar paling sering terjadi pada permukaan akar yang tidak ditutupi gingiva dan
daerah yang dekat dengan ceme3to-e3amel fu3ctio3 (CEJ). Umumnya, lesi karies akar
memilikki garis outli3e dan warna yang berbeda dibandingkan dengan gigi yang tidak
memilikki karies akar.

tiologi Karies Akar
Penyebab utama terjadinya karies akar ini ialah resesi 9ingival yang akan
menyebabkan terbukanya permukaan akar, sehingga tidak mengherankan jika karies akar ini
banyak terjadi pada orang tua dan orang yang menderita penyakit periodontium.
Faktor risiko lain yang terkait dengan tingginya prevalensi karies akar dikalangan
orang dewasa yang lebih tua meliputi :
O Penurunan aliran saliva atau xerostomia
O ral hyie3e yang buruk
O Penggunaan beberapa obat-obatan
O eterbatasan Iisik


Gambaran Klinis Karies Akar
Baik lesi aktiI, yang lunak dan terlihat pucat, dan lesi yang berkembang
lambat, keras dan coklat tua, dapat dijumpai pada karies akar. Pada pemeriksaan
radiograIi mikro, lesi dini pada karies permukaan akar akan terlihat sebagai zona
translusen yaitu zona demineralisasi.
Lesi pada karies akar terdapat pada bagian apikal hingga bagian CEJ. ariea
akar akan menyebar secara radial ke bagian yang belum terkena karies, ditandai dengan
adanya bercak putih dan garis outline yang tidak teratur, dengan atau tanpa kavitas pada
permukaan tersebut. aries akar ini juga lebih umum terjadi pada laki-laki.


' Karies terhenti

aries terhenti digambarkan sebagai karies yang statis dan tidak menunjukkan
perkembangan lebih lanjut. Sering terjadi pada permukaan oklusal yang dicirikan dengan
adanya kavitas besar dimana terdapat tempat melekatnya makanan. Sklerosis pada
tubulus dentin dan dentin sekunder menyebabkan terjadinya karies terhenti. Bentuk lain
dari karies terhenti kadang-kadang terlihat di permukaan proksimal gigi.
aries terhenti paling sering ditemukan pada bagian lingual dan labial serta paling
jarang pada interproksimal.
tiologi
Laju perkembangan karies yang lambah mengakibatkan struktur yang terdimenralisasi
hampir dapat terremineralisasi (penyebaran penyakit ini dapat berubah sewaktu-waktu
tergantung keadaan lingkungan rongga mulut aries pada daerah proksimal dapat terhenti
disebabkan daerah proksimal menjadi sel1-clea3si3 karena pencabutan gigi disebelahnya.
Pada daerah karies terhenti, bagian superIacial yang lunak dan dentin yang terdekalisiIkasi,
secara bertahap terpadat oleh proses pengunyahan hingga menjadi noda coklat. Jenis dentin
ini biasanya disebut "eburnation dentin".
.
Tahap perkembangan karies terhenti:
1. Tahap Pertama: asam yang dihasilkan oleh bakteri melarutkan
mineral disekitar intertubular dentin .Cairan tubulus menjadi jenuh dengan ion
magnesium kalsium dan IosIat. Lesi terus Berlangsung kecuali tingkat aktivitas
metabolisme bakteri berkurang. Jika asam kurang diproduksi maka tahap kedua
bisa terjadi.
2. Tahap edua: larutanjenuh presipitat, menghasilkan ristal
besar IosIat trikalsium. ristal-kristal yang relatiI larut tapi tetap memblok tubulus.
3. Tahap etiga: Proses odontoblast, dilindungi oleh kristal
besar yang memblokir tubulus, mengeluarkan kolagen ke dalam
tubulus dentin. ristal kecil hidroksiapatit terakumulasi ( yang kurang larut
dari IosIat trikalsium) dan oleh karena itu memblok tubulus lebih eIektiI. Pada saat
yang sama pertumbuhan kristal terjadi pada dentin intertubular.

Gambaran Klinis
Lesi berwarna kehitam-hitaman dan sangat keras, teremineralisasi, daerah karies
terhenti lebih menyeluruh pada suatu gigi dan lebih kebal terhadap karies untuk selanjutnya
dibandingkan gigi yang belum pernah terkena karies. aries terhenti berkemungkinan terjadi
hanya di beberapa bagian mulut.
aries terhenti pada enamel berwarna coklat kehitaman, keras, dan karena Iluoride
kemungkinan lebih kebal terhadap karies dibanding enamel yang belum terjangkit. aries
terhenti padaq dentin bersiIat terbuka (memungkinkan debrimen dari menyikat gigi), gelap
dan keras. Corak kehitam-hitaman tersebut sebaiknya tidak direstorasi kecuali alasan estetik.
aries terhenti pada permukaan proksimal muncul seperti noda coklat menuruni titik kontak.

DaItar Pustaka
1. MseIer S. Importence oI early diagnosis oI early childhood caries. JODQ-
Suplemen April 2006:6-8
2. idd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya. Alih
bahasa. Narlan S, SaIridaF. Jakarta. EGC, 1991. 186
3. Tarigan, Rasinta. aries gigi. Jakarta. Hipokrates. 1993. 47
4. Adam Malik Hamudeng, Asdar Ghani. Validasi pemeriksaan rediograIi bite-wing
pada karies sekunder restorasi amalgam. Makasar. DentoIasial vil 6, No 2. 2007.
100
5. Behrman,liegman, ArIin. Nelson Ilmu esehatan AnakEwdisi 15 Vol 2 Edisi
terjemahan (Samik wahab)2000.EGC: Jakarta
6. Hermina, M.T. 2003.Perbaikan Restorasi Resin omposit las I . USUDigital
Library:SumateraUtara
7. Ole Fejerskov, Edwina idd. Dental Caries : The Disease and its clinical
management, Second Edition. Blackwell Munksgaard. 2008 : 135
8. Nisha Garg, Amit Garg. Textbook oI Operative Dentistry. Jaypee. 2010 : 78
9. ShaIer, Hine, and Levy. Sha1ers textbook o1 ralphatoloy sixth Editio3. 2009.
Insia: Elseiver
10.SaraI, Sanjay. %extbook o1 ral Patholoy. 2006. India:Jitendar P Vj
11.Langland, OlaI E., Robert P. Langlais, and Iriends. Pri3ciple o1 De3tal Imai3g.
2002. USA: Linpincott Williams and Wilkins

You might also like