You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang

Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Dalam hal ini, pelayanan
apoteker merupakan salah satunya. Tentu saja pelayanan yang dimaksudkan adalah
pelayanan yang baik dan bermutu yang mana bukan berorientasi pada drug oriented
melainkan berubah menjadi patient oriented yang berlandaskan pada
pharmaceutical care. Pelayanan yang bermutu selain dapat mengurangi terjadinya
risiko medication eror, juga dapat memenuhi kebutuhan serta tuntutan masyarakat
sehingga masyarakat akan memberikan persepsi yang baik terhadap apotek dan
apotekernya.
Namun yang terjadi selama ini adalah masyarakat hanya menganggap
bahwa pekerjaan apoteker hanyalah meracik dan membuat obat-obatan di apotek dan
kurang memiliki peran dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Anggapan seperti
ini tentu saja tidak dapat dibiarkan terus berlarut-larut karena selain dapat merugikan
apoteker, juga dapat merugikan masyarakat itu sendiri. Sebab sebenarnya
masyarakat dapat mangambil banyak sekali manIaat dari pelayanan apoteker.
Munculnya persepsi buruk terhadap apoteker tentunya disebabkan oleh
beberapa Iaktor, salah satunya adalah kurang optimalnya kinerja apoteker dalam
pelayanan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, dalam makalah yang berjudul
Optimalisasi Peran Apoteker dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat ini akan
dibahas mengenai hubungan masyarakat dengan apoteker dalam lingkup kerja
komunitas klinik meliputi peran apoteker dalam melayani masyarakat Indonesia
demi meningkatkan kesejahteraan bangsa di bidang kesehatan, kendala-kendala
yang dihadapi apoteker dalam menjalankan tugasnya, serta peran nilai-nilai
Pancasila dalam pembentukkan moral apoteker.

1.2#umusan Masalah
1. Sejauh ini bagaimana peran apoteker dalam pelayanan kesehatan masyarakat?
2. Kendala apa saja yang ditemui apoteker dalam menjalankan peran?

. Bagaimana peran nilai-nilai Pancasila dalam pembentukan dan perbaikan moral


apoteker?

1.2 Tujuan
1. Mengetahui peran apoteker dalam meningkatkan kualitas pelalyanan kesehatan
terhadap masyarakat.
2. Mengetahui kendala-kendala yang ditemui apoteker dalam menjalankan
proIesinya.
. Mengetahui sejauh mana peran nilai-nilai Pancasila dalam pembentukann dan
perbaikan moral apoteker.















BAB II
PEMBAHASAN
Peran Apoteker dalam Pelayanan Kesehaatan Masyarakat
Pada dasarnya, kesehatan menyangkut semua aspek segi kehidupan, baik dimasa
lalu, masa sekarang maupun dimasa yang akan datang. #uang lingkup dan jangkauannya
sangat luas. Dalam sejarahnya, telah terjadi perubahan orientasi nilai dan pemikiran
mengenai upaya mencari solusi kesehatan. Pada hakekatnya proses perubahan orientasi
nilai dan pemikiran tersebut selalu berkembang selaras dengan perkembangan ilmu,
teknologi dan sosial budaya. Upaya kesehatan yang semula berupa upaya untuk
penyembuhan penderita, secara berangsur-angsur berkembang ke arah upaya promotiI,
preventiI, kuratiI, dan rehabilitatiI yang bersiIat menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Upaya kesehatan yang luas dan kompleks tersebut diselenggarakan
dengan berdaya guna dan berhasil guna. Pelayanan yang bersiIat promotiI, preventiI,
kuratiI dan rehabilitatiI akan banyak sekali berkaitan dengan obat-obatan. Oleh karena itu
salah satu upaya dalam bidang pelayanan kesehatan adalah peningkatan mutu pelayanan
obat melalui peningkatan ketepatan, rasionalisasi, eIisiensi penggunaan dan inIormasi obat
(Bahar,Akbar.2011). Karena itu, peran apoteker sangat dibutuhkan oleh masyarakat, baik
apoteker di rumah sakit atau biasa yang kita sebut sebagai pelayanan Iarmasi klinik
maupun apoteker dalam pelayanan Iarmasi nonklinik memiliki peran dan tanggung jawab
yang sama penting dan saling berkaitan satu sama lainnya.
Tanggungjawab apoteker dalam pelayanan Iarmasi nonklinik berupa pelayanan
produk, yaitu berupa perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan distribusi
obat-obatan yang dibutuhkan di rumah sakit, sedangkan pelayanan Iarmasi klinik
merupakan pelayanan yang dilakukan secara langsung dan memerlukan interaksi dalam
pelaksanannya baik dengan pasien maupun dokter dan perawat, antara lain pelayanan obat
atas order dokter, pendistribusian obat dan produk Iarmasi pada pasien dan perawat, serta
pelayanan konseling dan inIormasi obat (Oktora,Monika.2011). Sedangkan menurut
Peraturan Pemerintah (PP) No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan KeIarmasian, peran dan
tanggung jawab apoteker adalah sebagai berikut:

Peran:
1. Sebagai penanggung jawab di industri Iarmasi pada bagian pemastian mutu ("uality
Assurance), produksi, dan pengawasan mutu ("uality Control).
2. Sebagai penanggung jawab Fasilitas Pelayanan KeIarmasian yaitu apotek, di Instalasi
Farmasi #umah Sakit (IF#S), puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama.
. Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama
komponen aktiInya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
pasien.
4. Dalam melakukan pekerjaan keIarmasian pada Iasilitas pelayanan keIarmasian,
apoteker dapat mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki SIPA
Tanggung Jawab:
1. Melakukan pelayanan keIarmasian (!harmaceutical care) di apotek untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat terhadap sediaan Iarmasi dalam rangka pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, juga untuk melindungi masyarakat dar
bahaya penyalahgunaan atau penggunaan sediaan Iarmasi yang tidak tepat dan tidak
memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanIaatan. Pelayanan keIarmasian
juga ditujukan pada perluasan dan pemerataan pelayanan kesehatan terkait dengan
penggunaan Iarmasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
2. Menjaga rahasia keIarmasian di industri Iarmasi dan di apotek yang menyangkut
proses produksi, distribusi, dan pelayanan dari sediaan Iarmasi termasuk rahasia
pasien.
. Harus memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang ditetapkan
oleh Menteri dalam melakukan pekerjaan keIarmasian dalam produk sediaan Iarmasi,
termasuk di dalamnya melakukan pencatatan segala sesuatu yang berkaitan dengan
proses produksi dan pengawasan mutu sediaan Iarmasi pada Iasilitas produksi sediaan
Iarmasi.
4. Tenaga keIarmasian dalam melakukan pekerjaan keIarmasian pada Iasilitas produksi
sediaan Iarmasi harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang produksi dan pengawasan mutu.
5. Menerapkan standar pelayanan keIarmasian dalam menjalankan praktek keIarmasian
pada Iasilitas pelayanan keIarmasian.

. Wajib menyelenggarakan program kendali mutu dan kendala biaya, yang dilakukan
melalui audit keIarmasian.
7. Menegakkan disiplin dalam menyelenggaraan pekerjaan keIarmasian yang dilakukan
sesuai dengan ketentuan aturan perundang-undangan.

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan, pada
negara-negara maju, orientasi pelayanan yang tadinya hanya berIokus pada pengelolaan
obat sebagai komoditi (drug oriented) kini telah bergeser menjadi pelayanan yang
komperhensiI yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasiennya (patient
oriented). Inilah yang disebut dengan !harmaceutical Care, yang menjadi point penting
peran apoteker di rumah sakit. Peran Iarmasi klinik sendiri memberikan dampak yang baik
terhadap berbagai outcome terapi pada pasien, baik dari sisi humanistik (kualitas hidup,
kepuasan), sisi klinik (kontrol yang lebih baik pada penyakit kronis), dan sisi ekonomis
(pengurangan biaya kesehatan) (Oktora,Monika.2011). Outcome yang diharapkan meliputi
penyembuhan penyakit, menghilangkan atau mengurangi gejala yang dialami pasien,
menghambat atau memperlambat proses penyakit, dan mencegah kemungkinan
munculnya penyakit.
Kendala yang Ditemui Apoteker dalam Menjalankan Perannya
APOTEKER
Krisis percaya diri yang dialami oleh sebagian besar apoteker merupakan kendala
yang sangat berpengaruh pada peran apoteker dalam menjalankan tugasnya. Mereka merasa
kurang percaya diri terutama ketika bekerjasama dengan dengan rekan sejawat mereka, yaitu
dokter. Sebagian besar apoteker merasa kemampuan mereka masih jauh di bawah dokter,
sehingga kinerja mereka menjadi tidak maksimal. Mindset inilah yang seharusnya diubah
oleh apoteker jaman sekarang.
Ketika mereka sudah diterima di dunia kerja pun, beberapa dari mereka harus
menghadapi masalah lain, yaitu standar gaji yang tidak terpaut jauh dengan AA (asisten
apoteker) yang notabene setara dengan lulusan SMA. Begitu rendahnya nilai tawar proIesi
apoteker dengan tanggungjawabnya yang berat namun dengan gaji yang jauh lebih rendah
dari dokter. Standar gaji apoteker yang termasuk rendah, bahkan bisa dikatakan sangat rendah
apabila dibandingkan dengan tingkat kesulitan ilmu (baik saat kuliah maupun saat praktek di

lapangan) dan risiko pekerjaan yang akan dihadapi. Pekerjaan apoteker tentu sangat
berhubungan dengan keselamatan jiwa seseorang, karena sangat erat hubungannya dengan
obat yang notabene racun bagi tubuh.
PASIEN
Pasien pada umumnya sudah sangat nyaman dengan pelayanan dari dokter dan tenaga
kesehatan lain dibanding dengan pelayanan dari apoteker ketika akan mengkonsultasikan
obat yang seharusnya diminum. Padahal sangat jelas bahwa kewenangan memberikan obat
serta hak konseling merupakan salah satu kewenangan dari apoteker.
Masyarakat kurang mempercayai kredibilitas apoteker, mereka lebih percaya pada
dokter dan perawat. Apresiasi masyarakat terhadap proIesi apoteker sangat kurang. Hal ini
bisa disebabkan kurangnya kontribusi apoteker kepada masyarakat. Sangat banyak orang
tidak mengenal apa itu proIesi apoteker, tapi yang lebih parah, apotekernya sendiri yang
sering tidak mengenal apa itu proIesi apoteker.

SISTEM
Di Indonesia, sistem yang berlaku di bidang kesehatan bisa dibilang rancu, karena
sering terjadi pencurian lahan kerja di sana-sini antar tenaga kesehatan. Seperti perawat yang
harusnya merawat pasien di rumah sakit, tapi mereka membuka klinik di rumah layaknya
seorang dokter. Ada juga dokter yang menulis resep tapi ternyata punya lemari obat di tempat
praktiknya, sehingga pasien langsung mendapat obat tanpa melalui tangan apoteker. Di
apotek sendiri juga sering tidak sesuai dengan membuka praktek tapi tidak ada apotekernya
karena apoteker penanggungjawabnya sedang berkerja di tempat lain yang secara undang-
undang keIarmasian hal tersebut dilarang.
Dari segi organisasinya, IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) masih kurang visioner
dalam menjalankan Iungsinya dibandingkan dengan organisasi keproIesian lain seperti IDI
(Ikatan Dokter Indonesia), IDGI (Ikatan Dokter Gigi Indonesia), maupun PPNI (Persatuan
Perawat Nasional Indonesia). Organisasi proIesi apoteker ibarat berhibernasi, tidur cukup
lama. Organisasi ini sepertinya tidak menyentuh para Apoteker dan calon Apoteker yang
masih menimba ilmu di bangku kuliah bahkan mungkin saja ada yang tidak tahu apa itu IAI.


Peran nilai-nilai pancasila dalam pembentukan dan perbaikan moral apoteker
Dalam kehidupan bermasyakarakat diperlukan penerapan dari nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila. Begitu pula dalam menjalankan proIesi sebagai seorang
apoteker. Secara etimologis istilah Pancasila berasal dari Bahasa Sansekerta. Menurut ProI.
Mr. H. Muhammad Yamin, istilah Pancasila memiliki dua macam arti, yaitu:
a. Panca Syila yang berarti lima dasar atau lima alas atau lima sendi
b. Panca Syila yang berarti lima aturan tingkah laku yang baik atau lima aturan tingkah
laku yang penting atau lima aturan tingkah laku yang senonoh
Secara Historis, Pancasila berasal dari ajaran moral dari agama Budha yang berarti
lima aturan berupa lima pantangan yaitu:
a. Larangan membunuh
b. Larangan mencuri
c. Larangan berzina
d. Larangan berdusta
e. Larangan minum minuman keras
Secara Terminologis, istilah Pancasila dipakai untuk memberi nama dasar IilsaIat
Negara #epublik Indonesia melalui suatu proses. Jadi, Pancasila yang selama ini dikenal oleh
masyarakat Indonesia berasal dari pemikiran-pemikiran tokoh nasional yang kemudian diolah
dengan sebuah proses yang cukup panjang.
Pancasila bersiIat simbolik universal yang maksudnya adalah nilai-nilai Pancasila
bersiIat umum dan dapat diterapkan di berbagai bidang kehidupan.Begitu pula dalam bidang
proIesi apoteker. Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan di
bidang keIarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang
masih berkaitan dengan bidang keIarmasian. Apoteker, sebagai salah satu proIesi yang
dituntut untuk mampu berinteraksi dengan masyarakat diharapkan dapat menerapkan nilai-
nilai Pancasila dalam menjalankan proIesinya itu.
Seorang apoteker harus senantiasa menjalankan proIesinya sesuai kompetensi
apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya (Kode Etik Apoteker: pasal ). Berdasarkan

kode etik tersebut, berarti apoteker harus mampu menerapkan sila kedua Pancasila yaitu
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Sila tersebut mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani
dengan memperlakukan suatu hal sebagaimana mestinya.
Selain berpegang teguh pada kemanusiaan, seorang apoteker juga wajib menjalankan
nilai-nilai yang disebut eight star oI Pharmacist demi terciptanya harmonisasi antara dunia
Iarmasi dengan masyarakat.
Eight star oI Pharmacist adalah suatu nilai-nilai yang harus dimiliki sebagai seorang
Iarmasis untuk bisa memberikan pelayanan dan kontribusi yang baik dalam pekerjaan
maupun kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Delapan bintang itu meliputi :
1. eader : seorang Iarmasis harus punya jiwa kepemimpinan yang kuat, baik
memimpin diri sendiri, atau orang lain dan tanggung jawab dalam semua hal yang
menyangkut kesejahteraan pasien dan masyarakat.
2. Decision Maker : Seorang Iarmasis harus berpondasikan kecocokan, kemanjuran,
aman dan harga yang eIektiI serta memainkan peran dalam penyusunan kebijaksanaan
obat-obatan.
. ommunicator : Seorang Iarmasis harus bisa menjelaskan inIormasi kesehatan dan
obat-obatan pada masyarakat serta berpengetahuan dan percaya diri ketika
berinteraksi dengan tenaga kesehatan.
4. ong ife earner : Seorang Iarmasis harus belajar bagaimana menjaga ilmu
pengetahuan dan keterampilan mereka tetap up to date.
5. Teacher : Seorang Iarmasis tidak hanya membagi ilmu pengetahuan pada yang
lainnya, tapi juga memberi peluang pada praktisi lainnya untuk memperoleh
pengetahuan dan menyesuaikan keterampilan yang telah dimilikinya.
. are Giver : Seorang Iarmasis mampu menjelaskan gaya hidup sehat, simptom
penyakit serta pelayanannya harus dengan mutu yang tinggi.
7. Manager : Seorang Iarmasis harus bisa mengelola dan mengatur segala sumber daya
(SDM, Iisik dan keuangan) dan inIormasi secara eIektiI serta tanggung jawab yang
lebih besar untuk bertukar inIormasi tentang obat dan produk yang berhubungan
dengan obat serta kualitasnya.

. Researcher : Seorang Iarmasis harus bisa menggunakan sesuatu berdasarkan bukti


(ilmiah, praktek Iarmasi, sistem kesehatan) yang eIektiI dalam memberikan nasehat
pada pengguna obat secara rasional dalam tim-tim pelayanan kesehatan.
Dengan mengaplikasikan Pancasila dan melaksanakan eight star oI Pharmacist dalam
menjalankan proIesinya, seorang apoteker akan dapat menerapkan philosophy
pharmaceutical care yaitu bertanggungjawab dalam menentukan terapi obat dengan tujuan
mendapatkan hasil nyata yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Seperti beberapa
masalah dalam dunia Iarmasi maupun apoteker yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan
menerapkan nilai-nilai Pancasila. Sebagai contoh yaitu masalah tentang pelayanan apoteker
yang bekerja di apotek bisa dibilang kurang optimal. Hal itu disebabkan ada beberapa
apoteker yang menyalahgunakan proIesinya untuk memiliki lebih dari satu apotek. Menurut
peraturan yang berlaku dalam PP No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan KeIarmasian,
seharusnya seorang apoteker hanya boleh memiliki satu apotek. Menurut beberapa pihak, hal
tersebut tidak menjadi masalah. Namun, ternyata hal tersebut berdampak pada pelayanan
masyarakat yang akan kurang optimal. Masyarakat sebenarnya dapat berkonsultasi obat
langsung dengan seorang apoteker, namun jika satu orang apoteker memiliki dua apotek, itu
berarti tidak eIektiI. Seorang apoteker seharusnya mampu melihat dari sisi kemanusiaan,
moral, serta hati nurani yang ia miliki.
Dengan demikian sangat erat hubungannya antara hati nurani seorang Iarmasi dalam
menjalankan proIesinya itu karena menyangkut orang banyak. Hati nurani tersebut dapat
tumbuh dengan sehat jika dilandasi dengan iman yang kuat. Hal itu juga sesuai dengan
penerapan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Setelah memiliki hati nurani yang berlandaskan
iman, maka akan tercipta seorang apoteker yang mampu menghadapi segala masalah yang
akan dihadapi dan mampu berkontribusi untuk masyarakat. Dengan kemajuan di bidang
pelayanan kesehatan, berarti juga turut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
sesuai dengan tujuan utama bangsa dan tercantum dalam sila kelima Pancasila yaitu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


BAB
PENUTUP

.1. Kesimpulan
Berdasarkan pokok permasalahan dan hasil diskusi bersama, sebagaimana diuraikan
dalam bab-bab sebelumnya dapat disampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, mengenai peran apoteker dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat. Peran apoteker sangat dibutuhkan oleh masyarakat, baik apoteker di
rumah sakit atau biasa yang kita sebut sebagai pelayanan Iarmasi klinik maupun apoteker
dalam pelayanan Iarmasi nonklinik. Peran-peran apoteker dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan KeIarmasian.
Kedua, mengenai kendala apa saja yang ditemui apoteker dalam menjalankan
perannya. Kendala tersebut dapat berasal dari sisi apoteker sendiri yang merasa tidak percaya
diri setelah terjun langsung dalam dunia kerja terutama saat bekerja sama dengan dokter, dari
sisi pasien yang kurang mempercayai kredibilitas apoteker, dan dari sistem yang berlaku di
bidang kesehatan yang bisa dibilang rancu karena sering terjadi pencurian lahan kerja di
sana-sini antar tenaga kesehatan.
Ketiga, mengenai peran nilai-nilai Pancasila dalam pembentukan dan perbaikan moral
apoteker. Berdasarkan kode etik apoteker pasal , apoteker harus mampu menerapkan sila
kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Sila tersebut mengandung arti
kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar
tuntutan hati seorang Iarmasis yang berkaitan erat dalam menjalankan proIesinya itu karena
menyangkut orang banyak. Hati nurani tersebut dapat tumbuh dengan sehat jika dilandasi
dengan iman yang kuat. Hal itu juga sesuai dengan penerapan nilai Ketuhanan Yang Maha
Esa. Dengan kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, berarti juga turut serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang sesuai dengan tujuan utama bangsa dan tercantum dalam sila
kelima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

.2. Saran
Pertama, agar dalam rangka melaksanakan tugas, apoteker lebih mendapatkan
pembinaan dan pembinaan guna memantapkan penjiwaan terhadap Kode Etik Apoteker
Indonesia. Dengan demikian, kelalaian yang dilakukan oleh apoteker sendiri akan terhindar
dan apoteker tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dan merugikan masyarakat.
Kedua, agar dalam peraturan perundang-undangan dalam bidang keIarmasian yang
akan datang mencantumkan beberapa pasal yang membahas hubungan antara apoteker
dengan pasien dan apoteker dengan tenaga kesehatan lainnya. Dengan demikian, hak dan
kewajiban masing-masing pihak menjadi lebih jelas, sehingga pasien lebih mengerti
perbedaannya dengan jelas dan lebih mengerti apa itu proIesi apoteker.
Ketiga, agar IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) lebih peduli dengan kehidupan dan
nasib apoteker di Indonesia. Sehingga bila terjadi permasalahan yang berhubungan dengan
kinerja apoteker bisa diselesaikan dengan tuntas tanpa merugikan berbagai pihak. Selain itu
masyarakat bisa lebih mengetahui peran dan Iungsi IAI
Keempat, agar pemerintah merealisasikan nilai.nilai pancasila dalam kebijakan-
kebijakan yang akan dibuat terutama berkaitan dengan bidang keIarmasian. Selain itu,perlu
adanya kesadaran dalam diri apoteker sendiri dalam mengamalkan nilai.nilai pancasila dalam
menjalankan peran dan Iungsinya dalam kehidupan masyarakat.











DAFTAR PUSTAKA

Oktora,Monika, 2011, emafuan Farmasi linik, ebangkitan Apoteker Rumah Sakit,
http://apotekerbercerita.wordpress.com/2011/0/15/kemajuan-Iarmasi-klinik-
kebangkitan-apoteker-rumah-sakit/, diakses 2 November 2011.
Bahar,Akbar, 2011, Transisi !eran Apoteker dalam Dunia esehatan,
http://liIestyle.kompasiana.com/catatan/2011/07/17/transisi-peran-apoteker-
dalam-dunia-kesehatan/, diakses tanggal 2 November 2011.
Anonim, Tugas, !eran, dan Tanggungfawab Apoteker Menurut !! 51 Tahun 2009
tentang !ekerfaan efarmasian, http://www.scribd.com/doc/2412002/tugas-
dan-peran-apoteker-sesuai-PP-51, diakses tanggal 29 November 2011.
Suhadi, 2001, !endidikan !ancasila, Yayasan Pembianaan Fakultas FilsaIat UGM,
Yogyakarta.

You might also like