You are on page 1of 13

PROPOSAL TESIS

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN PROPESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI MI PSM I KATERBAN

PENELITI SUYANTO, S.Pd.I NPM. NIRM : 006.04.02.0020

INSTITUT AGAMA ISLAM TRI BHAKTI (IAIT) KEDIRI FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JULI 2006

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dewasa ini tampak melampaui batas nalar sebagian manusia, mengakibatkan terjadinya restrukturisasi dunia disertai banjir informasi yang berdampak pergeseran dan paradigma baru dibidang ekonomi, sosial, politik, nilai-nilai budaya dan juga bidang pendidikan. Paradigma baru dalam dunia pendidikan sudah mulai mengarah pada pengembangan potensi anak didik yang memiliki wawasan global. Paradigma baru dalam dunia pendidikan bukan saja mementingkan Intelegence quotion (Kecerdasan otak/Intelegence), namun juga mengembangkan emotional Intelegence (Kecerdasan emosi) dan creativitas quotion, ( Kemampuan berkreatif ) sehingga mampu menghadapi tantangan dunia pendidikan semakin berat dimasa kini dan masa mendatang. Inilah suatu indikasi bahwa anak didik kita yang akan mengalami kehidupan dimasa mendatang harus dipersiapkan sedini mungkin, paling tidak sejak mereka belajar pendidikan dasar. Tuntutan kemampuan semacam ini mendorong dunia pendidikan harus lebih tanggap dan cermat dalam mempersiapkan peserta didik agar dapat survive dikehidupan mendatang. Dengan demikian maka peningkatan kualitas dunia pendidikan, sudah menjadi tuntutan dunia pendidikan yang harus dilaksanakan, hal ini sesuai Tap MPR No. IV/MPR/1999, tentang GBHN, pada diktum E Pendidikan, yang menegaskan bahwa : Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni.1 Perlu kita sadari bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang saling terkait, yang tanggung jawab pelaksanaannya bukan hanya dibebankan kepada sekolah saja akan tetapi pelaksanaan pendidikan terjadi di tiga sentra pendidikan atau tri pusat pendidikan yang sesuai dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, secara harfiah tri pusat pendidikan dapat diartikan sebagai tiga tempat yang dianggap menjadi pusat berlangsungnya pendidikan, keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Bab VI pasal 13 yang dinyatakan bahwa " Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang saling melengkapi dan memperkaya" Lebih lanjut dalam Bab I pasal 1 ayat 12 dinyatakan bahwa " Pendidikan informal adalah pendidikan
1

Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999, GBHN. Jakarta : Sinar Grafika

keluarga dan lingkungan " Sebagai bagian dari tiga tempat penyelenggara pendidikan keluarga (rumah tangga), masyarakat dan sekolah mempunyai peran masing-masing. Secara alami bahwa pendidikan pertama terjadi dalam keluarga, anak lahir dan dibesarkan dalam keluarga, namun kehidupan dalam keluarga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat dan sekitarnya. Anak tunbuh dan besar dalam keluarga serta bergaul dengan teman-teman sebaya dari masyarakat sekitar kemudian memasuki dunia baru, yaitu dunia sekolah. Kehidupan sekolah memberi warna tersendiri dalam perkembangan anak. Oleh karena itulah keluarga sekolah dan masyarakat dianggap sebaga tiga tempat utama yang menentukan arah perkembangan seorang anak. Keluarga yang dimana ada ayah dan ibu merupakan figur yang dituntut senantiasa menciptakan iklim rumah tangga yang kondusif, iklim yang sehat karena dari keduanya anak mulai mengadakan komunikasi. Pendidikan dilingkungan keluarga dimana orang tua sebagai pendidik pertama dan utama, sangatlah penting karena pendidikan inilah yang mendasari keberhasilan pendidikan selanjutnya, dan juga dalam keluargalah anak pertama kali melakukan interaksi dengan orang selain dirinya. Cara mendidik, mengasuh anak yang diterapkan orang tua dalam keluarga turut mempengaruhi proses perkembangan mental, sosialisasi dan pengembangan emosi anak. Interaksi, komunikasi yang sehat akan terjalin dengan sepenuhnya tercurah kepada anak bila orang tua memiliki waktu dan kesadaran untuk melakukan hal ini. Semakin intensif orang tua memberikan bimbingan, motivasi dan perhatian kepada anak maka keberhasilan pendidikan atau prestasi belajar sekolah akan lebih baik, bila dibanding dengan anak yang kurang perhatian atau bimbingan orang tua. Hakekat kondisi keluarga dimana ayah dan ibu sebagai nahkoda merupakan penentu kondisi kejiwaan pada anak-anaknya yang sedang mengalami proses pendidikan. Disinilah peran orang tua sangat menonjol bukan saja sebagai karena keduanya sebagai pemimpin rumah tangga melainkan lebih dari itu, keduanya sebagai tokoh idola atau identifikasi bagi anak-anaknya. Kesadaran untuk memberikan motivasi kepada anak, memberikan bimbingan belajar pada anak-anaknya terkait erat dengan pendidikan yang dimiliki orang tua. Rendahnya pendidikan orang tua mengakibatkan kurangnya kesadaran orang tua terhadap masalah pendidikan anak-anaknya, tentunya akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka disekolah. Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus menerus perlu dikembangkan pada setiap orang tua sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat orang tua, tetapi telah didasari teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian tingkat dan kualifikasi materi pendidikan yang diberikan dapat digunakan anak untuk menghadapi lingkungan yang berubah. Bila hal ini dapat dilakukan oleh setiap orang tua maka generasi yang akan datang memiliki kekuatan mental menghadapi perubahan dalam masyarakat. Untuk dapat melakukan yang demikian, orang tua perlu untuk terus dan harus meningkatkan

ilmu pengetahuan dan keterampilannya sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Karena dari keluargalah seorang anak mulai mengenal normanorma atau nilai-nilai yang secara sadar atau tidak, telah diterapkan oleh orang tua dan yang akan terbawa oleh anak sepanjang hayat. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan pondasi yang utama bagi perkembangan anakanak mereka. Seorang anak lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah, baik untuk belajar, bermain, memahami dan melakukan interaksi dilingkungan keluarganya, dibandingkan dengan lingkungan belajarnya disekolah atau dengan guru dan teman-teman sebaya dikelasnya, maka sangat dimungkinkan bagi anak untuk lebih dipengaruhi orang tuanya. Oleh sebab itu diharapkan orang tua mampu menciptakan suasana pendidikan yang kondusif, sehingga dapat mendorong anak untuk melakukan aktifitas yang mendorong proses belajar disekolah. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh orang tua yang mempunyai pemahaman yang tinggi akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Situasi kondisi yang demikian ini dapat terwujud dari orang tua yang memiliki basis pendidikan yang relatif tinggi. Sedangkan orang tua yang kurang pendidikan diasumsikan kurang dapat memberikan motivasi dan tidak dapat memberikan bantuan kepada anaknya dalam hal yang berhubungan dengan masalah pendidikan atau belajarnya. Orang tua yang berpendidikan rendah, umumnya kurang mengerti betapa pentingnya arti pendidikan bagi putra-putrinya, sehingga kurang memperhatikan putra putrinya dalam menghadapi masalah pendidikannya. Oleh sebab itu aktifitas belajar anak akan berkurang dan mengakibatkan prestasinya rendah. Sedangkan orang tua yang memiliki dasar pendidikan relatif tinggi dimungkinkan akan dapat memberikan motivasi dan bantuan dalam memecahkan persoalan belajar yang dihadapi anak. Dengan bekal penguasaan terhadap suatu ilmu pengatahuan yang di miliki orang tua, sehuingga anak termotivasi dan berusaha semaksimal mungkin untuk belajar dengan baik. Selain tingkat pendidikan orang tua, profesionalitas guru juga mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan, karena guru adalah salah satu figur yang juga langsung berinteraksi dengan anak. Beberapa penyelidikan membuktikan bahwa murid-murid yang riang gembira, bersemangat dan penuh kepercayaan akan dirinya sendiri, serta suka tolong menolong ternyata karena gurunya periang, ramah tamah, mantap emosinya dan selalu menunjukan sikap suka menolong murid-muridnya. Seorang guru yang profesional akan dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif. Oleh karena itu profesionalisme guru disuatu lembaga pendidikan sangat diperlukan agar dapat menciptakan suasana pendidikan yang kondusif di lembaga pendidikan tersebut. Sehingga para murid juga betul-betul tergugah semangatnya untuk belajar yang pada akhirnya tujuan pembelajaran yang dicitacitakan oleh banyak phak, termasuk orang tua, masyarakat dan negara dapat terwujud. Dari paparan dimuka maka penulis mengasumsikan bahwa pendidikan orang tua dan profesionalitas guru berpengaruh terhadap prestasi belajar anak,

sehingga semakin tinggi pendidikan orang tua dan semakin profesional seorang guru keberhasilan anak dalam belajar akan semakin baik. B. MASALAH PENELITIAN

Rumusan masalah dalam suatu penelitian perlu sekali karena dalam statemen memberikan arah pada keseluruhan rencana dan langkah-langkah yang ditempuh, sehingga berdasarkan paparan dalam latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka masalah- masalah yang penulis rumuskan adalah : 1. Bagaimana tingkat pendidikan orang tua siswa MI PSM I Katerban Baron? 2. Bagaimana profesionalitas guru di MI PSM I Katerban. 3. Bagaiaman prestasi belajar siswa di MI PSM I Katerban? 4. Bagaimana hubungan tingkat pendidiikan orang tua dan profesonalitas guru terhadap prestasi belajar siswa di MI PSM I Katerban Baron? C. TUJUAN PENELITIAN

Dalam setiap aktivitas haruslah ada tujuan karena tujuan akan memberi arah kemana seharusnya melangkah, sekaligus tujuan merupakan barometer dan alat evaluasi sejauh mana keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan. Dalam penulisan ini penulis juga merumuskan hal-hal yang ingin dicapai setelah penelitian ini selesai. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendiskripsikan tingkat pendidikan orang tua siswa MI PSM I Katerban tahun pelajaran 2005/2006 2. Untuk mendiskripsikan profesionalisme guru di MI PSM I Katerban 3. Untuk mendiskripsikan prestasi belajar siswa MI PSM I Katerban tahun pelajaran 2005/2006. 4. Untuk mendiskripsikan sejauh mana hubungan tingkat pendidikan orang tua dan profesioanlisme guru terhadap prestasi balajar siswa di MI PSM I Katerban tahun pelajaran 2005/2005. D. HIPOTESIS PENELITIAN

Ditinjau dari asal-usul kata morfologi "Hipotesa atau hipotesis" terdiri dari kata hypo yang berarti suatu kesimpulan atau pendapat yang masih lemah sedangkan, teas yang berarti teori atau preposisi yang disajikan sebagai buku, hypotesis belum merupakan kesimpulan final sebab pendapat atau kesimpulan perlu dibuktikan kebenarannya atau setelah terbukti kebenarannya maka hypo berubah menjadi teas. Sehingga yang dimaksudkan hypotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar mungkin salah. Hipotesis adalah "dugaan yang perlu diverivikasi atau dibuktikan benar salahnya, yang menawarkan kemungkinan pemecahan masalah berkenaan dengan topik yang sedang diteliti".

Untuk memperluas pemahaman hipotesis maka menurut Sutrisno Hadi, Hipotesisi adalah : Dugaan yang mungkin benar dan mungkin salah, dan dia akan diterima jika fakta-fakta membenarkan penolakan dan penerimaanya2. Dengan begitu hipotesis tergantung pada hasil penyelidikan terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan. Dalam hipotesis diharapkan dapat memberikan arah dalam memecahan masalah dan kemungkinan penyelesaiannya, maka hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (Ha) yang disusun dari beberapa data penelitian adalah sebagai berikut : " ada hubungan positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa di MI PSM I Katerban tahun pelajaran 2006/2007." Sedangkan hipotesis nihil atau hipotesis nol (Ho) yang penulis gunakana apabila data penelitian tidak mendukung adanya penerimaan hipotesis kerja atau hipotesis alternatif adalah : " tidak ada hubungan positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa di MI PSM I Katerban tahun pelajaan 2006/2007." E. KEGUNAAN PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan akan memiliki kegunaan baik secara teoritis maupun praktis terhadap institusi maupun dunia pendidikan. 1. Kegunaan Teoritis Untuk menambah khasanah ilmu pendidikan utamanya tentang hubungan tingkat pendidikan orang tua dan profesionalisme guru dengan prestasi belajar anak. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi pengelola lembaga pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswanya salah satu alternatif yang dapat ditempuh dapat dilakukan dengan membuka komunikasi aktif dengan orang tua atau wali siswa. b. Bagi orang tua untuk menumbuhkan kesadaran bahwa peran orang tua sangat besar dalam meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya, sehingga orang tua perlu meningkatkan kemampuan diri agar dapat membimbing dan mengarahkan anakanaknya. c. Bagi guru sebagai tolok ukur dalam meningkatkan prestasinya. d. Bagi siswa dengan situasi dan kondisi yang ada pada orang tua, haruslah menjadi pemicu atau motivasi dan tetap berusaha dan semangat dalam meningkatkan prestasi belajar. F. METODE PENELITIAN

Sutrisno Hadi, 1976, Metodologi Research, Jogjakarta Fak . Psikologi UGM.

Dalam suatu penelitian hasil yang diperoleh dapat dikatakan baik atau buruk dipercaya atau tidak, sebagian tergantung dari metode yang digunakan, untuk lebih jelasnya, dalam penelitian ini penulis mejadikan beberapa pokok bahasan : F.1 Rencana Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengunakan rencana analisis data dengan mempelajari data-data yang ada, yang diambil dari populasi maupun sampel pada subjek penelitian yaitu ada tiga variabel penelitian : 1. Tingkat pendidikan orang tua siswa, sebagai variabel X1 2. Profesionalisme guru, sebagai variabel X2 3. Prestasi belajar siswa, sebagai variabel Y

X1

Y X2

F.2 Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi adalah sejumlah penduduk dan istilah penduduk pada hakekatnya sama, tidak saja menunjukkan jumlah individu yang berupa manusia akan tetapi termasuk benda-benda juga hewan, tumbuh-tumbuhan yang memiliki gejala-gejala dan memiliki karakteristik tertentu. Dari pendapat tersebut diatas maka populasi adalah kelompok indvidu yang dalam hal ini manusia menjadi objek penelitian dan data-data administrasi yang ada hubungannya dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi pupulasi adalah siswa-siswi kelas IV, V dan VI MI PSM 1 Katerban Tahun Pelajaran 2006/2007 yang berjumlah 48 siswa. Dengan rincian sebagai berikut : a. Kelas IV, siswa laki-laki 10 anak dan siswa perempuan 11 anak jumlah seluruhnya 21 anak. b. Kelas V, siswa laki-laki 8 anak dan siswa perempuan 7 anak jumlah seluruhnya 15 anak. c. Kelas VI, siswa laki-laki 6 anak dan siswa perempuan 6 anak jumlah seluruhnya 12 anak.

2. Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan dari yang diselidiki dalam penelitian atau sejumlah penduduk atau individu yang jumlahnya kurang dari populasi. Jadi sampel disini dipandang sebagai bagian dari populasi. Jika Populasi kurang dari seratus orang maka sebaiknya dalam pengambilan sampel diambil seluruhnya sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Mengingat jumlah siswa tersebut jumlahnya kurang dari 100 siswa maka peneliti mengambil semua jumlah populasi sebagai sampel, Jadi jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti adalah sebanyak 42 anak. F.3 Instrumen Penelitian Untuk mengetahui hubungan dari tiga variabel yang telah disebutkan diatas ( tingkat pendidikan orang tua , profesionalisme guru dan prestasi belajar siswa) dapat diketahui dengan menggunakan beberapa instrumen. a. Instrumen tingkat pendidikan orang tua.(X1) Tingkat pendidikan orang tua dapat diketahui dari buku induk yang ada di MI PSM 1 Katerban. b. Instrumen Profesionalisme guru (X2)
ANGKET UNTUK GURU 1. Apakah setiap kali selesai memberikan materi pelajaran, guru memberikan tugas belajar (Pekerjaan Rumah/PR)untuk dikerjakan dirumah? a. selalu c. Jarang sekali b. Kadang-kadang d. Tidak pernah 2. Apakah setiap kali memberikan materi pelajaran, guru membuat konsep atau belajar lebih dahulu? a. selalu c. Jarang sekali b. Kadang-kadang d. Tidak pernah 3. Dalam penguasaan materi palajaran, apakah guru menguasai? a. Menguasai sepenuhnya c. Menguasai sebagian kecil b. Menguasai separuhnya d. Tidak menguasai sama sekali 4. Apakah guru mengadakan pendekatan terhadap anak/siswa? a. Selalu dekat c. Jarang dekat b. Kadang-kadang dekat d. Tidak pernah dekat 5. Apakah ada siswa yang meminta bantuan kepada guru tentang materi pelajaran yang sulit, diluar jam pelajaran? a. Banyak sekali c. Sedikit b. Banyak d. Tidak ada sama sekali 6. Bagaimana gaya mengajar guru dihadapan siswa? a. Sangat simpati c. Cukup Simpati b. Simpati d. Antipati. 7. Bagaimana tingkat kedisiplinan guru? a. Sangat Disiplin c. Cukup disiplin b. Disiplin d. Tidak disiplin

Adapun skala penilaian dan pengukuran variabel Profesionalisme guru adalah : a. Baik Sekali b. Baik c. Cukup baik d. Buruk

F.4 Pengumpulan Data a. Langkah-langkah pengumpulan data Dalam pengumpulan data ini tingkat pendidikan orang tua yang telah diperoleh dari buku induk MI PSM 1 Katerban dan angket yang telah disampaikan kepada responden (guru). Diharapkan setelah disisi dengan benar oleh guru dapat dikembalikan kepada peneliti seluruhnya untuk diolah melalui analisis data dengan menggunakan program SPSS for Windows. b. Kualifikasi dan jumlah pengumpul data Untuk kualifikasi data tingkat pendidikan orang tua diperlukan penyeleksi dan penentu skor data dari buku induk sebanyak 1 (satu) orang. Untuk kualifikasi angket data kineja guru diperlukan petugas pencetakan angket, pembagian angket, pengisian dan penarikan angket kembali, pengumpulan dan koreksi angket sebanyak 3 ( tiga ) orang. Untuk kualifikasi data prestasi belajar siswa, diperlukan petugas untuk mengumpulkan raport dan leger masing-masing siswa, pengisian blangko sampai menjadi data siap olah sebanyak 3 (tiga) orang. c. Jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data Untuk kualifikasi data tingkat pendidikan orang tua, mengumpulkan data dari buku induk sampai pengolahan data diperlukan waktu 5 (lima) hari mulai dari tanggal 1 Desember 2006 sampai dengan 5 Desember 2006. Untuk kualifikasi data profesionalisme guru mulai dari pengadaan, pembagian angket, pengumpulan dan pengolahan data memerlukan waktu 20 (dua puluh hari) dari tanggal 1 Desember 2006 sampai dengan 20 Desember 2006. Untuk kualifikasi prestasi belajar siswa, mulai dari pengumpulan raport atau leger masing-masing siswa, pengisian blangko sampai menjadi data siap oleh memerlukan waktu 25 ( dua puluh lima hari) dari tanggal 1 Desember 2006 sampai dengan 25 Desember 2006. F.5 Anilisis Data a. Untuk menganalisi data tingkat pendidikan orang tua terhaap prestasi belajar siswa peneliti menggunakan analisis data inferensial non parametrik, sebab data tingkat pendidikan orang tua ( variabel X1 ) merupakan data ordinal. Sedangkan data untuk prestasi belajar siswa adalah data interval. Adapun sampel dari variabel tingkat pendidikan orang tua sebanyak 48 orang, karena populasinya lebih dari 30 maka peneliti menggunakan teknis analisis non parametrik Kendall's tau. b. untuk menganalisis data profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa peneliti menggunakan teknis analisis Inferensial non parametrik, karena data porfesiolasime guru ( variabel X2 ) merupakan data ordinal. Sedangkan data untuk prestasi belajar siswa adalah data interval. Sedangkan sampel dari variabel profesionalisme guru sebanyak 10 orang guru hal ini termasuk

populasi kecil karena kurang dari 30, sehingga teknis analisisnya menggunakan non paramatrik Spearman Rank Corellation. c. Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan tingkat pendidikan orang tua (variabel X1) dan profesionalisme guru ( variabel X2 ) terhadap prestasi belajar siswa ( variabel Y ), maka peneliti menggunakan teknis analisis non parametrik spearman rank corellation dengan koofesien ganda ( double coefisient ). G. DEFINISI OPERASIONAL Judul makalah yang penulis angkat adalah : Hubungan tingkat Pendidikan Orang Tua dan Profesionalisme Guru dengan Prestasi belajar siswa di MI PSM I Katerban tahun pelajaran 20062007 Untuk menghindari salah persepsi dalam memahami judul makalah ini, penulis perlu memberikan definisi judul yang penulis maksudkan, yakni : 1. Hubungan Hubungan adalah keadaan berhubungan, kontak, sangkut paut, ikatan pertalian. 3 2. Tingkat Pendidikan Orang Tua Tingkat pendidikan orang tua adalah jenjang atau tingkatan tinggi rendah pendidikan orang tua. Pendidikan disini dimaksudkan adalah pendidikan formal, dimana dalam pendidikan formal menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 14 adalah " jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi". Pendidikan dasar berbentuk SD, MI dan MTs, SMP sedangkan pendidikan menengah SMA, SMK, MA, dan MAK untuk pendidikan tinggi semua orang tua yang memiliki sertifikasi dari Diploma sampai Magister. 3. Profesionalisme Guru Pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya. 4. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru 4.

Depdikbud, Tim Penyusun Kamus P3B, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta,Balai Pustaka : hal 358 4 Depdikbud, Tim Penyusun Kamus P3B, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta,Balai Pustaka : hal 787

Dengan demikian maka maksud judul makalah adalah daya yang ditimbulkan dari tinggi rendah pendidikan orang tua dan profesionalitas guru terhadap penguasaan pengetahuan atau keterampilan anak yang ditunjukan dengan nilai angka yang diberikan oleh guru H. RUANG LINGKUP PENELITIAN Untuk menghindari pembiasan dari judul skripsi ini, maka penulis perlu memberikam batasan penalitian. Dengan penelitian maka penelitian dan pembahasan dalam penulisan ini, terbatas pada ruang lingkup : 1. Hubungan tingkat Pendidikan Orang Tua dan Keprofesionalan Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa MI PSM I Katerban. 2. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa MI PSM I Katerban tahun pelajaran 2006/2007, sehingga relevansi hasil penelitian lebih dapat dipertanggung jawabkan aplikasinya untuk MI PSM I Katerban Baron I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dengan maksud memudahkan pembaca menelaah dan mengkaji isi makalah ini maka tulisan ini penulis bagi dalam lima bab, dengan masing-masing bab mempunyai sub bab, dengan penjelasan sebagai berikut : Bab 1 : Pendahuluan Sebagai gambaran umum tentang arah penelitian yang dilakukan, bab ini terdiri dari delapan subbab. Sub bab pertama membahas latar belakang masalah, mengungkapkan yang melatarbelakangi, perlunya penelitian dilakukan. Sub bab kedua membahas tentang Rumusan masalah yang perlu dicarikan jawaban setelah penelitian dilakukan. Sub bab ketiga, tujuan penelitian untuk mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai setelah penelitian ini dilakukan. Sub bab keempat membahas tentang manfaat penelitian ini dilakukan. Sub bab kelima membahas tentang hipotesis Penelitian untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian secara teoritis. Sub bab keenam membahas tentang definisi istilah untuk menghindari salah persepsi dari pengertian judul dalam penulisan ini. Sub bab ketujuh membahas tentang ruang lingkup penelitian dan sub bab kedelapan tentang sistematika pembahasan dimaksudkan untuk menunjukkan cara pengorganisasian keseluruhan makalah ini. Bab II : Kajian Pustaka Sebagai dasar pijakan dalam mengungkapkan atau memberikan gambaran umum tentang latar belakang sebagai pembahasan hasil penelitian. Bab ini terdiri dari tiga sub bab. Sub bab pertama membahas tentang pendidikan yang memuat Pengertian Pendidikan, Tujuan Pendidikan, Jenis-jenis Pendidikan, Jenjang Pendidikan, dan tingkat pendidikan orang tua. Sub

bab kedua membahas tentang prestasi belajar yang memuat Pengertian Prestasi belajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi belajar, Usaha untuk peningkatan prestasi belajar, sub bab ketiga mambahas tentang Hubungan tingkat pendidikan orang tua dan Keprofesionalan guru dengan prestasi belajar siswa Bab III : Metode Penelitian Untuk mengetahui metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional. Bab ini terdiri dari enam sub bab. Sub bab pertama tentang rancangan penelitian untuk menentukan jenis dan pendekatan penelitian. Sub bab kedua membahas Populasi dan sampel untuk menentukan siapa dan apa objek penelitian. Sub bab ketiga membahas Instrumen pengumpulan data untuk mengetahui metode apa yang digunakan serta data apa saja yang dikumpulkan, Sub bab keempat Prosedur penelitian membahas langkah bagaimana data dapat dikumpukan. Sub bab kelima Sumber data membahas siapa saja yang menjadi informan dalam penelitian. Sub bab keenam membahas Teknik Analisa Data, untuk menentukan prosedur yang digunakan untuk mengungkapkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang diajukan. Bab IV : Hasil Penelitian Sebagai jawaban atas hipotesa yang telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga sub bab. Sub bab pertama membahas tentang Penerapan Data yaitu untuk mengetahui objek penelitian yaitu MI PSM I Katerban secara global. Sub bab kedua membahas penyajian data untuk mengungkapkan semua data yang telah dikumpulkan. Dan sub bab ketiga membahas tentang analisa data utuk mengungkapkan secara rinci hasil analisis data dan uji hipotesis. Bab V : Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan 2. Saran Daftar Pustaka Lampiran

DAFTAR PUSTAKA Depdikbud, Tim Penyusun Kamus P3B 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999, GBHN, Jakarta : Sinar Grafika. Sutrisno Hadi, 1976, Metodologi Research, Jogjakarta, Fak Psikologi UGM. Undang-undang No. 20 Th. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Sinar Grafika. Anwar, Ali, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Kediri : IAIT Press, 2004. Anwar, Ali. Statistik Inferensial : dan Apliksinya dengan SSPS dan Microsoft Axcel. Kediri : IAIT Kediri, Makalah 2005.

You might also like