Indonesia sejak zaman dulu dikenal dengan negara agraris. Untuk mencukupi keperluan hidupnya sangat bergantung pada hasil pertanian. Kehidupan ketika itu masih sangat sederhana, dengan daya pikir dan akal, serta pengalaman pengalaman yang merupakan warisan leluhur yang masih sangat sederhana. (Soetrisno, 1991:11) Pertanian di Indonesia hingga saat kini masih merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Sekalipun diberbagai daerah ekosistem diwilayahnya ada yang sudah menjadi daerah perkotaan dan perindustrian, namun pertanian masih merupakan andalan utama kehidupan masyarakat. (Soetrisno, 1991:12) Dalam rangka membangun pertanian tangguh para pelaku pembangunan pertanian perlu meiliki kemampuan dalam memanIaatkan segala sumber daya secara optimal, mengatasi segala hambatan dan tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap perubahan yang terjadi serta berperan aktiI dalam pembangunan nasional dan pembangunan wilayah. Untuk mewujudkan pertanian tangguh tersebut diperlukan aparat pertanian yang tangguh dibidang pengaturan, pelayananan dan penyuluhan sesuai kulaiIikasi dan spesialisasi yang diperlukan bagi kelangsungan proses pembangunan pertanian tangguh tersebut. (soedijanto, 1996:109). Agar upaya pembangunan pertanian dapat mencapai sasaran, penyuluh pertanian sebagai ujung tombaknya harus dapat memadukan kebijaksanaan pemerintah( pusat dan daerah ) dengan kepentingan dan keinginan petani dan keluarganya, perpaduan antara kedua belah pihak tersebut harus dituangkan secara tertulis dalam program penyuluhan pertanian. (Djaswun,Ir.2000 : 1). Penyuluh pertanian adalah system pendidikan diluar sekolah bagi petani dan anggota keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertania lebih baik, berusaha tani lebih menguntungkan, hidup lebih sejahtera dan bermasyarakat lebih baik. (Padmowihardjo, 2001 :2). Tujuan penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku(behavior) petani dan anggota keluarganya yaitu mengubah pengetahuan, sikap, serta keterampilan. Perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ini akan merupakan 'pintu gerbang terjadinya penghayatan(characterization, habitually) dan penerapan (adopsi) dari inovasi (pembaharuan) pertanian yang disuluhkan atau yang menjadi misinya. Tanpa terjadinya perubahan perilaku ini tidak akan terjadi proses penghayatan atau penerapan dalam petani dan anggota keluarganya. Penyuluh pertanian yang sehari-hari berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik dipedesaan ( biasa dikenal dengan nama PPL) berpangkal kerja di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan melancarkan kegiatan penyuluh pertanian BPP sesuai dengan jabatan Iungsional yang dipangkunya. (Soedijanto, 1996: 109). Menurut Mentri Pertanian, saat ini jumlah penyuluh pertanian yang ada disekitar 28 ribu urang dan tersebar di 33 Propinsi di seluruh Indonesia. Namun jumlah tersebut masih memerlukan tambahan sekitar 42 ribu orang untuk mencapai jumlah ideal penyuluh yaitu 1 desa 1 penyuluh. (http: www.antara.co.id). Keberadaan BPP di Kabupaten Agam berada dibawah Cabang Dinas Pertanian Kabupaten Agam sebanyak 16 unit. BPP Koto Tinggi adalah salah satu BBP di Kecamatan Baso adalah BPP model di Sumatera Barat dan terpilih mendapatkan penghargaan Abdhi Bakti Tani tahun 2011, untuk Unit Kerja Pelayanan Publik berprestasi dibidang pertanian Provinsi Sumatera Barat. Terpilihnya BPP Koto Tinggi Kecamatan Baso ini ditetapkan melalui Surat Sekretaris Daerah Sumatera Barat Nomor : 065/137/org-2011 tanggal 2 Maret 2011. (http:www.sumbaronline.com) Penyuluh Pertanian yang ada pada saat ini masih belum memiliki sikap dan keterampilan yang cukup dimana masih terbatasnya keterampilan dan skill dari penyuluh karena semakin hari teknologi semakin maju dengan pesat. Masih kurangnya Iasilitas yang memadai dalam menunjang tugas karirnya, terutama dalam mobilisasi dilapangan dan memperoleh kesempatan dalam menangkap inIormasi dengan cepat, tingkat penghasilan yang minim sehingga penyuluh tidak dapat dengan leluasa mengembangkan diri menuju proIesionalisme sebagi penyuluh yang berkualitas. Penyuluh pertanian lapangan (PPL) diharapkan membawa perubahan yang mendasar disektor pertanian, terutama dalam hal membantu petani agar mereka mampu menolong diri mereka sendiri dalam usaha taninya, ternyata belum berIungsi secara optimal seperti yang diharapkan. Berbagai masalah dan hambatan sering kali ditemui PPL, dari masalah pelaksanaan tugas hingga masalah kehidupan pribadi dari PPL. Masalah ini tidak hanya menghambat pelaksanaan tugas, tapi juga berpengaruh terhadap kinerja PPL dalam melaksanakan tugasnya sehari- hari dilapangan. Selain masalah diatas. PPL dalam melaksanakan tugasnya dilapangan sering terbentur dengan sikap dan masyarakat terhadap inovasi yang disampaikannya. Beberapa masyarakat menyambut baik suatu perubahan, tapi ada juga masyarakat yang justru menentang perubahan yang dilakukan penyuluh. Karakteristik sosial ekonomi penyuluh adalah ciri khas yang sesuai dengan perwatakan social ekonomi penyuluh tersebut. SiIat ini akan berpengaruh bagi PPLdalam hal menigkatkan produktivitas tanaman pangan dalam usaha membangun perekonomian rakyat khususnya di Kabupaten Agam. Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian mengenai hubungan karakteristik social ekonomi penyuluh terhadap pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kabupaten Agam tepatnya di BPP Koto Tinggi Baso. . /entifikasi Masalah 1. Bagaimana gambaran umum penyuluh pertanian didaerah penelitian. a. Ditinjau dari penyuluh dan kelompok tani. b. Ditinjau dari jumlah program. 2. Bagaimana keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian didaerah penelitian. 3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik social ekonomi penyuluh( umur, tingkat pendidikan, lama jadi penyuluh jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh didaerah penelitian. . Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka penelitian bertujuan untuk : 1. MengidentiIikasi gambaran umum penyuluh pertanian didaerah penelitian. a. ditinjau dari jumlah penyuluh dan kelompok tani. b. ditinjau dari jumlah program. 2. MengidentiIikasi keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian didaerah penelitian. 3. MengidentiIikasi hubungan antara karakateristik social ekonomi penyuluh( umur, tingkat pendidikan, lama jadi penyuluh jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh didaerah penelitian. '. Hipotesis Penelitian 1. a. Selama 3 tahun terakhir kedaan penyuluhan pertanian di BPP Koto Tinggi Baso mengalami pertambahan jumlah penyuluh dan jumlah kelompok tani. b. Selama 3 tahun terakhir keadaan penyuluh pertanian mengalami pertambahan jumlah program. 2. Tugas pokok penyuluh pertanian di BPP Koto Tinggi sudah dilaksanakan. 3. Ada hubungan karakteristik social ekonomi penyuluh ( umur, tingkat pendidikan, lama jadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh di BPP Koto Tinggi Baso. '. Meto/ologi Penelitian 1. Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive atau dengan sengaja yaitu di Kabupaten Agam tepatnya di BBP Koto Tinggi Baso. BPP Koto Tinggi Baso ditentukan dengan pertimbangan bahwa BPP ini merupakan salah satu BPP model Sumatera Barat dan baru saja mendapatkan penghargaan Abdi Bhakti Tani untuk Unit kerja pelayanan public ditingkat provinsi. 2. Metode Penarikan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah penyuluh pertanian lapangan di BPP Koto Tinggi Baso. Pengambilan sampel dilakuakn secara sensus, dimana seluruh penyuluh yang ada di BPP Koto Tinggi Baso menjadi sampel. 3 Metode Analisi Data Analisis data untuk hipotesis 1 digunakan metode deskriptiI yaitu dengan analisis perkembangan keadaan penyuluh pertanian di BPP Koto Tinggi Baso selama 3 tahun terakhir. Analisis data untuk hipotesis 2 digunakan dengan metode deskriptiI. Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian ditentukan melalui skor. Hubungan antara karakteristik social ekonomi penyuluh terhadap penilaian pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian dianalisa dengan metode korelasi ( Rank Korelation Methode) dari Spearman. '. Penelitian Ter/ahulu Marwin (2001) tentang Evaluasi Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian(P4) pada Tanaman pada Sawah di Kecamatan Lubuk Kilangan Koto Tinggi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program penyuluhan pertanian dan membandingkan nya dengan rencana program, dan juga mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh Penyuluh Pertanian Lapangan(PPL) dalam melaksanakan Programnya. Ferdi Andri (2005) tentang Respon Petani terhadap pelaksanaan Penyuluhan di Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Nan sabaris. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan penyuluhan yang dilaksanakan oleh BPP Nan Sabaris, dan mengetahui respon petani terhadap pelaksanaan penyuluhan. Tambunan (2007) juga meneliti tentang hubungan karakteristik individual penyuluh dengan pemanIaatan sumber inIormasi oleh penyuluh di Kabupaten Tanah Datar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik individual penyuluh pertanian, mengetahui pemanIaatan sumber inIormasi oleh penyuluh, dan untuk menganalisa hubungan karakteristik individual penyuluh dengan pemanIaatan sumber inIormasi oleh penyuluh. Karakteristik individual penyuluh yang diamati yaitu umur, pendidikan Iormal, pendidikan non Iormal, masa kerja, jabatan di BPP, dan kekosmopolitan dimana karakteristik individual ini dianalisa secara deskriptiI kualitatiI.
'. Daftar Pustaka Djasmun, Ir. 2000. Program dan Evaluasi Penyuluhan Pertanian, untuk Mahasiswa/Mahasiswi Semester J. Medan : Akademi Penyuluhan Pertanian (APP). Http://www.antara.co.id/arc/2007/3/26/presiden-anggaran-pertanian-akan-terus-diperbesar Http://www.sumbaronline.com/berita-4087-bpp-baso-raih-penghargaan-abdi-bhakti-tani-tahun- 2011.html Padmiwihardjo, S. 2001. Metode Penyuluhan Pertanian Pertanian. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan Nasional. Soedijanto. 1996. Administrasi Penyuluhan Pertanian. Jakarta : Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Soetrisno, Lukman. 1991. Dua Tongkol Pedoman Pertanian Berpangkal pada Rakyat. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.