You are on page 1of 10

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI PARAGRAF DISERTASI MAHASISWA PASCASARJANA

Salam (ut-makassar@upbjj ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRACT


This research aims at describing level of cohesion and coherence in paragraph of post graduate program students dissertation. Subject of this research is forms of cohesion and coherence widely used and level of suitability between cohesion and coherence forms in the paragraph of doctoral thesis in 2004 with 41 topics at seven study programs. Sample selection was conducted in two phases, selection of doctoral thesis and selection of paragraph which resulted 8 doctoral thesis, 20% from population. Observation, recording, and evaluation were used to examine the selected thesis. The results show that form of general cohesion and coherence is lexical and grammatical cohesion covering lexical cohesion with hyponym, antonym, and synonym index while collocation index is rarely used. General cohesion forms used is reference, substitution, ellipsis and conjunction index. Further coherence form is limited at the use of forms that indicating the repeat of key words, phrase, and substitution words. The percentage of cohesion and coherence on the researched paragraph from dissertation are on the middle level i.e. between 38 60%, higher level between 30 45%, and lower level between 5 30%. Keywords: cohesion, coherence, lexical cohesion, grammatical cohesion

Pengamatan secara cermat terhadap suatu bangun paragraf hanya dapat dilakukan dalam bahasa tulis. Dalam bahasa lisan pengamatan ini dapat juga dilakukan, meskipun akan menimbulkan banyak kesulitan, khususnya dalam menentukan batas awal dan akhir suatu paragraf. Dalam bahasa tulis, pada umumnya awal paragraf ditandai dengan baris baru dan berakhir pada baris baru berikutnya. Penandaan inilah yang sulit ditemukan dalam bahasa lisan. Berbagai pengertian paragraf diberikan oleh para ahli bahasa namun pada dasarnya berkisar pada pengertian seperangkat kalimat yang tersusun logis dan sistematis dan merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang mendukung satu ide pokok. Jadi, dalam satu paragraf hanya ada satu ide pokok yang dinyatakan secara eksplisit dalam bentuk kalimat topik atau secara implicit, sedangkan kalimat lainnya hanya merupakan kalimat penjelas. Jumlah kalimat dalam satu paragraf sangat relatif, tergantung pada tuntasnya uraian mengenai ide pokok yang akan disampaikan. Oleh karena itu, kalimat yang dianggap tidak mendukung ide pokok hendaknya dihilangkan. Dengan kata lain, kalimat dalam satu paragraf hanya mengacu pada satu titik yaitu pada ide pokok atau gagasan pokok yang biasanya dinyatakan dalam kalimat topik. Penulisan paragraf yang terencana baik selalu bersifat logis dan sistematis. Paragraf yang tersusun baik menjadi alat bantu, baik bagi pengarang maupun bagi pembaca dalam menelusuri uraian selanjutnya. Paragraf yang baik minimal mengikuti pola seperti satu kalimat topik yang

Jurnal Pendidikan, Volume 7, Nomor 2, September 2006, 79 -88

dijelaskan oleh beberapa kalimat penjelas. Tiap kalimat penjelas mempunyai kontribusi yang nyata dan jelas terhadap kalimat topik. Secara sederhana paragraf dapat berfungsi sebagai (1) penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide pokok dari keseluruhan karangan, (2) memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok pengarang, (3) memungkinkan pengarang mengungkapkan jalan pikirannya secara logis dan sistematis, (4) pengarah bagi pembaca dalam mengikuti alur pikiran pengarang, (5) alat penyampai fragmen pikiran, dan (6) penanda pikiran baru mulai berlangsung. Di samping itu paragraf sering juga digunakan sebagai pengantar, transisi, atau peralihan dari suatu bab ke bab yang lain. Uraian tersebut memberikan gambaran yang ideal bagi suatu bangun paragraf yang baik, serta fungsi dan peran paragraf dalam suatu tulisan khususnya tulisan yang bersifat ilmiah. Pengamatan sementara penulis terhadap beberapa disertasi Program Pascasarjana mengindikasikan bahwa penggunaan paragraf hanya sebatas model penulisan semata. Artinya, dalam satu halaman minimal ada dua atau tiga kalimat yang harus dimulai dengan baris baru atau dengan kata lain minimal ada dua atau tiga paragraf. Namun, paragraf yang dimaksud tidak memenuhi prinsip penyusunan suatu paragraf. Dengan demikian, ide yang akan disampaikan pada setiap paragraf menjadi tidak jelas dan pada akhirnya mengaburkan isi tulisan secara keseluruhan. Di samping itu, tidak jarang pula ditemukan kalimat yang hanya berfungsi menambah halaman semata dan tidak mempunyai kontribusi yang jelas terhadap ide pokok yang akan disampaikan. Berikut ini salah satu contoh paragraf yang dikutip langsung dari disertasi program S3 Jurusan Ekonomi. Desain operasional diversifikasi produk agroindustri komoditas kakao selama ini (existing operational) belum mempertimbangkan rancangam ketersediaan bahan baku optimal dengan demand diversifikasi produk. Hasil perhitungan dari existing operational diperoleh total revenue sebesar Rp. 235.703.121.030,Hasil desain operasional diversifikasi produk (shell, liquor, powder, dan coke) yang dikembangkan diperoleh optimal revenue sebesar Rp 48.607.783.500,- (20,62%) bagi agroindustri komoditas kakao (Program Studi Ekonomi, 2003). Paragraf tersebut dibangun dari tiga kalimat. Bila kalimat pertama disebut sebagai gagasan pokok sekaligus sebagai kalimat topik, kalimat kedua dan ketiga adalah kalimat penjelas. Bila dicermati kalimat kedua dan ketiga ternyata tidak mempunyai kontribusi langsung terhadap kalimat topik (kalimat pertama). Demikian pula bila kalimat kedua atau ketiga disebut kalimat topik maka kalimat lainnya seakan tidak mendukung kalimat yang dianggap sebagai kalimat topik. Di samping itu, ditemukan pula adanya satu paragraf pada satu sub-judul yang terdiri atas lebih dari satu halaman. Satu paragraf ini bila diamati ternyata lebih dari satu gagasan pokok. Paragraf tersebut ditemukan pada disertasi Program Studi Teknik, 2004. Paragraf seperti ini tingkat kohesi dan koherensinya sangat rendah. Akibatnya gagasan yang akan disampaikan menjadi tidak jelas. Bentuk paragraf seperti contoh tersebut ditemukan dalam disertasi-disertasi Program Pascasarjana (S3) Universitas Hasanuddin. Artikel ini menganalisis bangun paragraf dalam disertasi tersebut dengan 3 hipotesis, sebagai berikut. 1. Penggunaan paragraf dalam disertasi mahasiswa S3 Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin belum menunjukkan tingkat kohesi dan koherensi yang tinggi. 2. Kohesi dan koherensi yang tidak terjaga baik akan mengaburkan makna paragraf. 3. Tidak terdapat kejelasan dan ketepatan pemarkah-pemarkah kohesi dan koherensi dalam bangun paragraf pada disertasi S3 Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

80

Salam, Analisis Kohesi dan Koherensi Paragraf Disertasi Mahasiswa Pascasarjana

Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan kohesi dan koherensi interparagraf yang dibangun dalam paragraf disertasi S3 Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin dan mengungkapkan pemarkah kohesi dan koherensi yang umum digunakan dalam disertasi S3 Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Berbagai pengertian mengenai paragraf telah diuraikan oleh beberapa ahli bahasa. Namun, dalam artikel ini hanya beberapa pengertian saja yang dipergunakan untuk menyusun data acuan yang akan digunakan pada analisis selanjutnya. Pengertian paragraf menurut Alwi (2001) adalah bahwa (1) paragraf mempunyai gagasan utama yang dituangkan dalam bentuk kalimat topik, (2) paragraf terdiri atas beberapa kalimat, dan (c) salah satu kalimat dalam paragraf merupakan kalimat topik, selebihnya merupakan kalimat pengembang. Selanjutnya Ramlan (1993: 21) berpendapat bahwa Paragraf adalah bagian suatu karangan atau tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat, mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya. Sementara itu, menurut Syafiie (1988), wujud sebuah paragraf adalah berupa rangkaian kalimat yang terdiri dari dua kalimat atau lebih. Dapat pula sebuah paragraf hanya terdiri atas satu kalimat saja. Keseluruhan isi kalimat dalam paragraf merupakan satu kesatuan yang dibangun di atas satu ide atau pikiran pokok. Bila dilihat secara visual wujud paragraf dalam sebuah karangan dapat dikenali dengan indentasi, yaitu tanda yang memisahkan paragraf satu dengan paragraf yang lain. Tanda indentasi ini berupa penulisan yang menjorok ke dalam halaman kira-kira enam spasi dari pinggir halaman sebelah kiri. Isi paragraf dapat kita kenali dengan adanya ide pokok yang dikemukakannya. Ide pokok ini pada umumnya dikemukakan secara eksplisit dalam kalimat topik (topic sentence). Dalam hal ini pengertian kalimat dalam kalimat topik tidak selalu berarti kalimat. Dapat pula kalimat topik itu berupa klausa dependen, frasa, dan bahkan mungkin berupa kata. The Liang Gie (2002), menyebut paragraf sebagai alinea. Tiap alinea dimulai dengan baris baru. Setiap alinea hendaknya hanya mengandung satu buah pikiran utama. Jika harus menguraikan dua buah pikiran utama, sebaiknya digunakan dua alinea pula. Keruntutan, keutuhan, logis, sistematis, dalam satu bangun paragraf dapat disebut sebagai paragraf yang memiliki tingkat kohesi dan koherensi yang tinggi. Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren (Suprapto, 1993). Berdasarkan pengertian inilah sehingga pengertian kohesi dan koherensi kadang-kadang disamakan. Bila dianalisis lebih jauh akan terlihat pula adanya perbedaanperbedaan, walaupun perbedaan-perbedaan itu kelihatannya tidak terlalu prinsipil. Dengan demikian, Wahid (1996) menyatakan keduanya saling menunjang, berkaitan, ibarat dua sisi pada mata uang. Wacana yang baik adalah wacana yang memenuhi syarat yaitu unsur kohesi dan koherensi. Kedua unsur ini merupakan pembentuk (form). Unsur kohesi sebagai unsur pembentuk yang terdiri atas organisasi sintaksis berupa kalimat-kalimat yang padu, baik dalam strata gramatikal maupun leksikal. Pembentukan wacana tidak hanya didukung oleh unsur kohesi seperti kata ganti (pronomina), penggatian (substitusi), peniadaan (elipsis), kata penghubung (konjungsi), pengulangan, endofora, dan pemilihan kata leksikal tetapi faktor luar pun menjadi penentu terhadap keutuhan wacana yaitu kesesuaian antara gagasan yang melalui unsur-unsur kohesi. Kepaduan ini adalah kepaduan makna atau koherensi. Oleh karena itu, kohesi dan koherensi saling terkait namun tidak berarti bahwa kohesi mutlak ada agar wacana menjadi koherensi karena kekoherensian wacana tidak selalu menunjukkan kekohesian. Dengan perkataan lain, wacana yang koherensi belum tentu kohesif tetapi wacana yang kohesif sudah pasti koheren. Hal ini disebabkan oleh adanya

81

Jurnal Pendidikan, Volume 7, Nomor 2, September 2006, 79 -88

penafsiran lokal, pasangan berdekatan, dan prinsip analogi. Jadi, unsur kohesi dan koherensi merupakan unsur pembentuk keutuhan wacana. Gambaran yang lebih jelas tentang kohesi dapat dilihat pada uraian berikut. Telah dikemukakan dalam uraian terdahulu bahwa kohesi merujuk kepada hubungan formal, yakni hubungan yang ditandai secara lingual. Berdasarkan perwujudan lingualnya, Halliday dan Hasan (dalam Arifin, 1999) membedakan dua jenis kohesi, yaitu kohesi gramatikal (grammatical cohesion), yaitu keterkaitan gramatikal antara bagian-bagian wacana; dan kohesi leksikal (lexical cohesion), keterkaitan leksikal antara bagian-bagian wacana. 1. Kohesi gramatikal Halliday & Hasan (dalam Arifin, 1999) merinci alat kohesi gramatikal menjadi empat macam, yaitu referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi. a. Referensi. Referensi (penunjukan) adalah jenis kohesi gramatikal berupa satuan lingual tertentu yang menunjuk satuan lingual yang mendahului atau mengikutinya. Berdasarkan arah acuannya, referensi dibagi menjadi dua macam, yaitu referensi eksoporis dan referensi endoforis. Referensi eksoporis adalah referensi ke sesuatu di luar teks (ekstratekstual), seperti alam sekitar pada umumnya, atau acuan kegiatan. Sebaliknya referensi endoforis adalah referensi ke dalam teks (intratekstual) dengan menggunakan pronomina. Pronomina atau kata ganti terdiri atas kata ganti diri, kata ganti penunjuk, dan lain-lain (Wahid, 1996). b. Substitusi. Arifin (1999) mengemukakan bahwa substitusi adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur lain untuk membentuk ikatan kohesif dalam suatu teks. Sumber pembentuk kohesi ini berbeda dengan referensi menurut sistem kebahasaan. Referensi menunjukkan hubungan pada tingkat semantik, sedangkan substitusi menunjukkan hubungan pada tingkat leksikogramatikal, tingkat gramatika dan kosakata, atau bentuk kebahasaan. c. Elipsis. Elipsis adalah pelesapan unsur bahasa yang maknanya telah diketahui sebelumnya berdasarkan konteks. Elipsis dapat dianggap sebagai substitusi dengan bentuk kosong (zero). Unsur yang dilesapkan mungkin nomina, verba, dan klausa. d. Konjungsi. Konjungsi adalah kata yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf (Kridalaksana, dalam Wahid, 1996). Konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat diperinci menjadi konjungsi adversatif, konjungsi kausal, konjungsi koordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi temporal. Konjungsi adversatif adalah relasi konjungtif yang menunjukkan pertentangan, misalnya: tetapi, namun, padahal. Konjungsi kausal (sebab-akibat), misalnya: sebab, akibatnya, karena, oleh karena itu. Konjungsi koordinatif, misalnya: dan, atau, tetapi. Konjungsi korelatif, misalnya: entah . entah, baik .. maupun. Konjungsi subordinatif, misalnya: meskipun, kalau, bahwa. Konjungsi temporal, misalnya: sebelum, sesudah. 2. Kohesi leksikal. Halliday dan Hasan (dalan Arifin, 1999) mengatakan bahwa kohesi leksikal adalah keterikatan semantik yang direalisasikan ke dalam sistem leksikal. Selanjutnya, dikatakan bahwa kohesi leksikal meliputi dua aspek yang berbeda, namun berhubungan, yaitu reiterasi (pengulangan) dan kolokasi. Reiterasi adalah bentuk kohesi leksikal yang menyangkut pengulangan sebuah kata, dan pemakaian kata pada umumnya yang merujuk kembali kepada suatu butir leksikal, serta penggunaan sinonim, antonim, hiponim, dan meronim. Sinonimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu dengan yang lain.

82

Salam, Analisis Kohesi dan Koherensi Paragraf Disertasi Mahasiswa Pascasarjana

Sinonimi itu disebut pula ekuivalensi leksikal. Antonimi merupakan kohesi leksikal yang menyatakan relasi makna leksikal yang bersifat kontras atau berlawanan antara konstituen yang lain. Hiponimi adalah kohesi leksikal yang berbentuk relasi makna leksikal yang bersifat hierarkis antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain. Relasi makna tampak dari hubungan antara konstituen yang bermakna umum dengan konstituen yang bermakna khusus. Meronimi adalah konsep yang mengacu relasi bagian seluruh seperti hubungan antara pohon, dahan, dan akar. Nomina pohon memiliki makna keseluruhan, sedangkan nomina dahan, akar memiliki makna hubungan bagian (Arifin, 1999). Kolokasi berarti seluruh kemungkinan adanya beberapa kata dalam lingkungan yang sama dalam suatu wacana (Kridalaksana dalam Arifin, 1999). Dari pengertian kohesi dan koherensi tersebut, definisi yang akan digunakan untuk menganalisis tingkat kohesi dan koherensi paragraf disertasi S3 Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin adalah definisi yang dikemukakan oleh Suprapto (1993). Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif karena prosedur pemecahan masalahnya menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Data penelitian ini bersumber dari disertasi mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin tahun 2004. Populasi penelitian ini adalah keseluruhan paragraf dalam disertasi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin yang ditulis tahun 2004 yang tersebar pada tujuh program studi dengan jumlah seluruhnya sebanyak 41 disertasi. Sementara itu, proses pengambilan sampel dilakukan 2 tahap yaitu penarikan sampel disertasi dan penarikan sampel paragraf. 1. Penarikan sampel disertasi Berdasarkan beberapa hal yang dipertimbangkan, besarnya sampel yang diambil adalah 8 atau 20% dari populasi. Penentuan sampel diambil secara sistematis yaitu unsur pertama saja dari sampel yang dipilih secara acak, dan unsur selanjutnya dipilih secara sistematik random sampling. 2. Penarikan sampel paragraf Pengambilan paragraf sebagai sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposif yang biasa juga disebut sebagai sampel bertujuan. Dalam hal ini, sampel diambil berupa paragraf dari 8 disertasi yang telah terambil. Besar sampel yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan penelitian yaitu 160 paragraf. Metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif yang pengumpulan dan penganalisisan datanya dilakukan seobjektif mungkin dan berusaha memberikan informasi yang objektif tentang tingkat kohesi dan koherensi disertasi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin tahun 2004. Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini digunakan teknik-teknik yang umum dipakai dalam penelitian. 1. Teknik observasi, yaitu melakukan observasi terhadap disertasi Program Studi Pascasarjana tahun 2004 utamanya terhadap bangun-bangun paragrafnya. 2. Teknik catat, yaitu hasil pengamatan dan pengkajian terhadap tipe-tipe paragraf ditandai dan dicatat pada kartu data. 3. Teknik evaluasi, yaitu menyeleksi semua data yang telah diperoleh dan erat kaitannya dengan tujuan penelitian. Pengolahan data penelitian ini menggunakan analisis desktriptif. Prosedur analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi, mengklasifikasi, mengategorisasi, dan menginterpretasi paragraf.

83

Jurnal Pendidikan, Volume 7, Nomor 2, September 2006, 79 -88

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 menunjukkan bahwa pemarkah kohesi leksikal yang ditemukan pada 160 paragraf yang tersebar pada 8 program studi sebanyak 106 pemarkah. Dalam melaksanakan fungsinya pemarkah ini mengambil bentuk sebagai hiponim, antonim, sinonim, dan kolokasi. Tabel 2 menunjukkan sebaran pemarkah kohesi gramatikal yang ditemukan pada 20 paragraf dari 8 program studi. Jumlah pemarkah yang ditemukan sebanyak 132 pemarkah dari berbagai jenis yaitu pemarkah kohesi gramatikal referensi, subtitusi, elipsis, dan konjungsi. Pemarkah inilah yang membangun paragraf disertasi. Namun demikian, tidak jarang pula ditemukan pemarkah itu digunakan tidak pada tempatnya. Artinya pemanfaatan pemarkah kohesi tidak semuanya sesuai dengan fungsi pemarkah itu sendiri. Tabel 3 memuat pemarkah koherensi yang umum ditemukan dalam disertasi yang menjadi sampel penelitian ini. Sebaran data dianalisis, baik untuk menemukan pemarkah kohesi dan koherensi maupun untuk mengukur kekohesifan dan kekoherensian paragraf dalam disertasi yang diteliti. Pemarkah kohesi dan koherensi yang umum ditemukan dalam Program Studi Ilmu Hukum seperti pemarkah kohesi leksikal berjenis sinonim dan antonim, sedangkan yang berjenis hiponim dan kolokasi jarang ditemukan. Lain halnya dengan pemarkah kohesi gramatikal, hampir semua pemarkah digunakan secara bergantian. Artinya tidak ada dominasi atas satu atau dua pemarkah. Persentase perbandingan antara pemarkah itu dapat dikatakan berbanding sama atau hampir sama. Pemarkah yang dimaksud adalah referensi, subtitusi, elipsis, dan konjungsi. Tabel 1. Distribusi Data Pemarkah Kohesi Leksikal
Program Studi Hukum Ekonomi Sosial Pertanian Ekonomi Teknik Kedokteran Kebahasaan Jumlah Jumlah Paragraf 20 20 20 20 20 20 20 20 160 Hiponim 2 2 4 3 3 3 2 3 22 Pemarkah Kohesi Leksikal Antonim Sinonim 3 5 4 5 3 4 4 3 4 5 3 4 4 4 4 6 29 26 Kolokasi 2 2 3 4 2 1 2 3 19 Jumlah 12 13 14 14 14 11 12 16 106

Tabel 2. Distribusi Data Pemarkah Kohesi Gramatikal


Program Studi Hukum Ekonomi Sosial Pertanian Ekonomi Teknik Kedokteran Kebahasaan Jumlah Jumlah Paragraf 20 20 20 20 20 20 20 20 160 Referensi 5 3 4 4 2 5 5 6 34 Pemarkah kohesi gramatikal Subtitusi Elipsis 6 4 5 3 6 3 4 2 4 2 5 2 5 3 7 3 42 22 Konjungsi 5 5 6 4 4 3 3 4 34 Jumlah 20 16 19 14 12 15 16 20 132

84

Salam, Analisis Kohesi dan Koherensi Paragraf Disertasi Mahasiswa Pascasarjana

Tabel 3. Pemarkah Koherensi


Program Studi Hukum Ekonomi Sosial Pertanian Ekonomi Tekn ik Kedokteran Kebahasaan Jumlah Jumlah Paragraf 20 20 20 20 20 20 20 20 160 Pemarkah Koherensi Eksplisit Pengulangan Kata/ Frase Kunci Kata Ganti 9 11 8 8 11 12 7 9 6 7 10 7 8 8 13 12 72 74 Jumlah 20 16 23 16 13 17 16 25 146

Pada program Studi Hukum, antara pemarkah koherensi pengulangan kata dengan kata ganti berbanding sama atau hampir sama. Pemarkah koherensi pengulangan kata/frase kunci ini mewarnai penyusunan paragraf-paragraf yang ada. Demikian pula halnya dengan program lainnya seperti pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Program Studi Ilmu Sosial, Program Studi Ilmu Pertanian, Program Studi Ilmu Kimia, Program Studi Ilmu Teknik, Program Studi Ilmu Kedokteran, dan Program Studi Kebahasaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, secara umum dapat digambarkan bahwa dari 160 paragraf yang diteliti pada tujuh program studi dengan delapan disertasi yaitu program studi Hukum, Sosial, Pertanian, Teknik, Kedokteran, Kebahasaan masing-masing satu disertasi, dan program studi Ekonomi diambil dua disertasi, semuanya bervariasi. Pengamatan terhadap pemarkah kohesi dan koherensi pada 160 paragraf dengan memperhatikan kesesuaian, ketepatan penggunaan pemarkah tersebut ternyata cukup bervariasi. Demikian pula dengan penggunaan kalimat dalam penyusunan paragraf ternyata ditemukan pula adanya kalimat kurang jelas kontribusinya terhadap bangun paragraf. Artinya, kalimat itu tidak jelas atau sulit ditentukan apakah kalimat itu kalimat topik atau kalimat penjelas. Termasuk pula di dalamnya mengenai gagasan pokok/utama, kadang sulit ditentukan gagasan pokoknya, bahkan ada beberapa paragraf yang gagasan pokoknya lebih dari satu. Untuk mengukur tingkat kekohesifan dan kekoherensian paragraf disertasi yang diteliti digunakan patokan: (1) tinggi, apabila paragraf tersebut dibangun dengan memenuhi kriteria pemakaian pemarkah kohesi dan koherensi dengan tepat, (2) sedang, apabila paragraf tersebut dibangun dengan pemarkah kohesi dan koherensi yang tidak bersesuaian, (3) rendah, apabila paragraf yang dibangun itu menyalahi tata aturan pemakaian pemarkah kohesi dan koherensi. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 160 paragraf yang diteliti dari delapan disertasi, pada umumnya penggunaan pemarkah kohesi leksikal masih pada taraf sedang. Artinya, penggunaan pemarkah kohesi leksikal pada paragraf tersebut masih mengalami kekurangtepatan sebagaimana dengan penggunaan pemarkah dalam kaidah kekatatabahasaan Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada program studi Ilmu Hukum, dari 20 paragraf yang diteliti terdapat 5 paragraf atau 25% yang berada pada tingkat tinggi, 12 paragraf atau 60% berada pada tingkat sedang, dan hanya 3 paragraf yang masih pada taraf rendah. Pada Ilmu ekonomi, dari 20 paragraf yang diteliti hanya 4 paragraf atau 20% yang berada pada taraf kohesi yang tinggi, 11 paragraf atau 55% berada pada taraf sedang, dan 5 paragraf berada pada taraf rendah. Pada program studi Ilmu Sosial, dari 20 paragraf yang diteliti terdapat 6 paragraf atau 30% yang berada pada taraf tinggi, dan 9 paragraf atau 45% berada

85

Jurnal Pendidikan, Volume 7, Nomor 2, September 2006, 79 -88

pada taraf sedang, sedangkan 5 paragraf atau 25% masih berada pada taraf rendah. Begitu pula pada program studi Ilmu Pertanian, dari 20 paragraf yang diteliti hanya 4 paragraf atau 20% yang tingkat kohesinya tinggi, 10 paragraf atau 50% tingkat kohesinya sedang, dan 6 paragraf atau 30% yang berada pada tingkat kohesi yang rendah. Pada program studi Ilmu Teknik, tingkat kohesi yang tinggi dari 20 paragraf, hanya 3 paragraf atau 15%, dan 14 paragraf atau 70% berada pada taraf sedang, serta hanya 3 paragraf pula atau 15% yang berada pada taraf rendah. Demikian pula pada program studi Ilmu Kedokteran, dari 20 paragraf yang diteliti hanya 4 paragraf atau 20% yang tingkat kohesinya berada pada taraf tinggi, 12 paragraf atau 60% berada pada taraf sedang, dan hanya 4 paragraf pula atau 20% berada pada taraf rendah. Dibandingkan dengan program studi lainnya, maka program studi Ilmu Kebahasaan memperlihatkan tingkat kekohesifan yang agak menggembirakan yaitu dari 20 paragraf yang diteliti terdapat 9 paragraf atau 45% yang berada pada taraf kohesi yang tinggi, 10 paragraf atau 50% berada pada taraf sedang, dan hanya 1 paragraf yang tingkat kohesinya rendah. Tabel 4. Tingkat Ketepatan dan Kesesuaian Pemarkah Kohesi
Program Studi Hukum Ekonomi Sosial Pertanian Ekonomi Teknik Kedokteran Kebahasaan JumlahParagraf 20 20 20 20 20 20 20 20 F 5 4 6 4 5 3 4 9 Pemarkah Kohesi Leksikal dan Gramatikal Tinggi Sedang Rendah % f % f % 25 12 60 3 15 20 11 55 5 25 30 9 45 5 25 20 10 50 6 30 25 13 65 2 10 15 14 70 3 15 20 12 60 4 20 45 10 50 1 5 Ket. Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

Berikut ini akan dipaparkan tingkat koherensi bangun paragraf yang diteliti pada 8 disertasi dengan 160 paragraf seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Tingkat Ketepatan dan Kesesuaian Pemarkah Koherensi
Jumlah Paragraf 20 20 20 20 20 20 20 20 Pemarkah Koherensi Eksplisit (Pengulangan dan Kata Ganti) Tinggi Sedang Rendah F % f % f % 6 30 9 45 5 25 7 35 10 50 3 15 8 40 9 45 3 15 6 30 12 60 2 10 9 45 10 50 1 5 5 25 13 65 2 10 5 25 12 60 3 15 12 60 6 30 2 10

Program Studi Hukum Ekonomi Sosial Pertanian Ekonomi Teknik Kedokteran Kebahasaan

Keterangan Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi

Tabel 5 menunjukkan penggunaan pemarkah koherensi eksplisit, baik yang berjenis pengulangan kata/frase kunci maupun kata ganti masih pada tingkat koherensi yang bertaraf sedang, kecuali pada program studi Kebahasaan. Hal ini dapat dilihat pada program studi Ilmu Hukum, dari

86

Salam, Analisis Kohesi dan Koherensi Paragraf Disertasi Mahasiswa Pascasarjana

20 paragraf yang diteliti terdapat 6 paragraf atau 30% yang sudah berada pada tingkat koherensi yang bertaraf tinggi, 9 paragraf atau 45% yang bertaraf sedang, dan 5 paragraf yang masih bertaraf rendah. Pada program studi Ekonomi, dari 20 paragraf yang diteliti terdapat 7 paragraf atau 35% yang bertaraf tinggi, 10 paragraf atau 50% yang bertaraf sedang, dan hanya 3 paragraf atau 15% yang bertaraf rendah. Demikian pula pada program studi Ilmu Sosial, dari 20 paragraf yang diamati terdapat 8 paragraf atau 40%yang bertaraf tinggi, 9 paragraf atau 45%yang bertaraf sedang, dan hanya 3 paragraf atau 15% yang bertaraf rendah. Sementara itu, pada program studi Ilmu Pertanian, dari 20 paragraf yang diteliti terdapat 6 paragraf atau 30% yang tingkat koherensinya tinggi, dan 12 paragraf atau 60% yang berada pada tingkat sedang, serta hanya 2 paragraf atau 10% yang berada pada tingkat rendah. Begitu pula pada program studi Ilmu Kedokteran, dari 20 paragraf yang diteliti terdapat 5 paragraf atau 25% yang berada pada taraf koherensi yang tinggi, 12 paragraf atau 60% berada pada taraf sedang, dan hanya 3 paragraf atau 15% yang masih berada pada taraf rendah. Lain halnya pada program studi Ilmu Kebahasaan, dari 20 paragraf yang diteliti terdapat 12 paragraf atau 60% yang tingkat koherensinya tinggi, 6 paragraf atau 30% yang berada pada taraf sedang, dan hanya 2 paragraf atau 10% yang masih rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berikut ini dua kesimpulan dari hasil dan pembahasan. 1. Kohesi dan koherensi yang dibangun dalam paragraf disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Hasanudin dilihat dari segi pemanfaatan pemarkah sebagian besar masih banyak yang kurang tepat. Artinya, masih sering ditemukan pemarkah kohesi dan koherensi dalam paragraf tersebut digunakan tanpa memperhatikan ketepatan dan kesesuaiannya sebagaimana dalam tata aturan/kaidah pembentukan paragraph bahasa Indonesia. 2. Pemarkah kohesi yang umum digunakan adalah pemarkah kohesi leksikal yang berpenanda hiponim, antonim, sinonim, dan kolokasi dan pemarkah kohesi gramatikal yang berpenanda referensi, subtitusi, elipsis, dan konjungsi. Sementara pemarkah koherensi yang yang umum digunakan adalah pemarkah koherensi eksplisit yang berpenanda pengulangan kata/frase dan kata ganti/pronomina. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan, disampaikan empat saran berikut ini. 1. Diharapkan kepada penulis selanjutnya untuk lebih mendalami pemarkah kohesi dan keherensi beserta dengan penanda-penandanya yang belum sempat tersentuh dalam penelitian ini 2. Disarankan kepada Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Hasanudin baik program S2 maupun program S3 agar dapat lebih mendalami penggunaan/kesesuaian penggunaan pemarkah kohesi dan keherensi ini, karena ketepatan penggunaan pemarkah kohesi dan koherensi dapat menjembatani pemahaman antara penulis dan pembaca 3. Disarankan kepada Program Pasca Sarjana Universitas Hasanudin untuk lebih memantapkan pembelajaran bahasa Indonesia pada masa program matrikulasi sehingga ide/konsep/gagasan yang dituangkan dalam bentuk tesis atau disertasi dapat dikemas dengan bahasa Indonesia yang ilmiah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. 4. Diharapkan tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya.

87

Jurnal Pendidikan, Volume 7, Nomor 2, September 2006, 79 -88

REFERENSI Alwi, H. (2001). Paragraf (Bahan penyuluhan bahasa Indonesia). Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Arifin. (1999). Ramlan, M. (1993). Paragraf (Alur pikiran dan kepaduannya dalam bahasa Indonesia). Yogyakarta: Andi Offset. Suprapto. (1993). Himpunan istilah ilmu bahasa Indonesia. Surabaya: Indah. Syafiie, I. (1988). Retorika dalam menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. The Liang Gie. (2002). Terampil mengarang. Yogyakarta: Andi. Wahid, S. (1996). Analisis wacana. Ujung Pandang: Proyek Pengadaan Buku IKIP.

88

You might also like